BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sifatnya terpadu dari sejumlah mata pelajaran. Menurut menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Diwaktu yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Pendidikan merupakan modal suatu bangsa untuk dapat berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang sangat kuat dalam bidang teknologi, menajemen, dan sumber daya manusia (SDM), maka diperlukan pengelolaan pendidikan yang mampu mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global (Hamalik, 2004) Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. (2) memiliki kemampuan untuk berpikir logis dan
1
2
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai nilai sosial dan kemanusiaan. (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global (depdiknas, 2006:82) Dalam menghadapi era globalisasi, yang dibarengi dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, maka seseorang dituntut untuk dapat memanfaatkan informasi dengan baik dan cepat. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bernalar tinggi serta memiliki kemampuan untuk memproses informasi sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan IPTEK. Oleh karena itu, Unesco menetapkan empat pilar utama pendidikan untuk menghadapi abad 21 yaitu (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to be, (4) Learning to live together, yang kemudian dilengkapi menjadi Learning to live together in peace and harmoni, dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan tersebut, maka IPS memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran yang lain untuk meningkatkan daya nalar dan kemampuan siswa dalam mengaplikasikannya untuk menghadapi tantangan hidup dalam memecahkan masalah. Berdasarkan pengamatan awal peneliti di SDN 02 Prambon Trenggalek, terdapat permasalahan dalam pelajaran IPS yaitu guru sering menggunakan metode ceramah, mencatat, latihan di depan kelas tanpa ada keterlibatan siswa secara langsung dan metode yang digunakan adalah ceramah. Kondisi ini menunujukkan bahwa, pada kenyataannya guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung satu arah, artinya guru hanya mentraformasikan ilmu pengetahuannya dan siswa tinggal menerima. Model pembelajaran seperti ini
3
menyebabkan pembelajaran berpusat pada guru dan siswa dijadikan obyek belajar bukan subyek belajar, hal ini ditandai dengan siswa diam saja (tidak aktif), bersikap acuh tak acuh pada saat guru mengajar, mengerjakan tugas asal-asalan dan banyak yang mengerjakan tidak tepat waktu. Kurangnya motivasi belajar berdampak pada prestasi belajarnya, Terkait dengan pembelajaran IPS kelas V di SDN 02 Prambon Trenggalek bahwa masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Berdasarkan pengamatan pada V di SDN 02 Prambon Trenggalek pada awal tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa hanya mencapai 53. KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 60. Ini membuktikan bahwa terdapat permasalahan (kesulitan belajar) yang dialami oleh siswa. Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS, Oleh karena itu perlu ditetapkan alternatif tindakan yang mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan pendekatan dalam pembelajaran yang tepat akan menghidupkan pembelajaran yang ditandai dengan siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu model pembelajaran yang lebih baik dan yang dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Macth. Model pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makluk sosial (lie 2003:27). Menurut Slavin (1985) ( dalam Isjoni 2010 : 15) pembelajaran
4
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi: saling ketergantungan positif, tanggung jawab peseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi kelompok (lie, 2003:30) Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang baru bagi guru. Model pembelajaran
kooperatif
merupakan
suatau
model
pembelajaran
yang
mengutamakan adanya kelompok–kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda beda dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, suku, agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama untuk memecahkan masalah untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Macth. Model pembelajaran Make a Macth artinya model pembelajaran kooperatif mencari pasangan (Curran, 1994). Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal, bisa jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang dia pegang. Model Make a Macth atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada siswa. Kelebihan dari model pembelajaran
5
ini dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa, baik fisik maupun kognitif. Selain itu, karena model pembelajaran Make a Macth merupakan permainan maka akan menyenangkan bagi siswa. Uraian di atas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN 02 Prambon Trenggalek pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan kemerdekaan di Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Macth” 1.2 Fokus Masalah. 1. Penelitian ini menitik beratkan pada materi IPS dengan pokok bahasan perjuangan kemerdekaan di Indonesia yang diberikan di kelas V SDN 02 Prambon Trenggalek pada semester 2 tahun 2013/2014, yang kurang maksimal guru belum menggunakan variasi model pembelajaran. 2. Penelitian ini hanya mengukur prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, dikarenakan rendahnya prestasi belajar siswa, yang diukur dengan menggunakan tes formatif. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana penerapan metode kooperatif Make a Macth dalam mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan kemerdekaan di Indonesia kelas V SDN 02 Trenggalek? 2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN 02 Prambon Trenggalek pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan
6
kemerdekaan di Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif Make a Macth? 1.4 Tujuan Penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan metode Make a Macth dalam mata pelajarn IPS kelas V SDN 02 Prambon Trenggalek. 2. Untuk menjelaskan peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN 02 Prambon Trenggalek pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif Make a Macth. 1.5 Manfaat Penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa suatu kontribusi terhadap pengembangan di berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa Siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bervariasi dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. 2. Guru Menemukan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa untuk mengatasi masalah pelajaran pada materi perjungan kemerdekaan yang selama ini banyak dikeluhkan terutama berkaitan dengan ketidakberhasilan siswa pembelajara IPS. 3. Sekolah Memberi masukan atau sumbangan pikiran kepada sekolah untuk proses perbaikan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan mutu
7
pendidikan dapat meningkat dan sebagai sarana untuk menngkatkan kerja sama dan mutu pendidikan dan kreatifitas guru. 1.6 Batasan Istilah Agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka peneliti memberikan beberapa batasan istilah, sebagai berikut: 1. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial yang meliputi: sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik. 2. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kelompok dan mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3. Tipe make a macth atau mencari pasangan merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan (kartu pertanyaan dan kartu jawaban) 4. Prestasi belajar merupakan kemampuan kognitif siswa yang ditunjukkan oleh hasil tes formatif yang diberikan setelah materi ajar selesai di ajarkan. Melalui prestasi belajar dapat diketahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa bilangan.