BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%.1 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 melaporkan bahwa skor DMFT di Indonesia mencapai 4,85. Riskesdas juga melaporkan angka prevalensi pengalaman karies penduduk umur 12 tahun di Indonesia adalah 36,1% dan skor DMFT adalah 0,91.2 Karies gigi disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan ditambah faktor waktu. Substrat yang menjadi penyebab karies adalah karbohidrat terutama sukrosa. Konsumsi sukrosa dan beberapa fermentasi karbohidrat dimetabolisme menjadi asam oleh bakteri sehingga bakteri Streptococcus mutans (S. mutans) berkembang. Faktor tidak langsung yang disebut sebagai faktor risiko terjadinya karies antara lain pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, dan pola makan. Pola makan mempengaruhi karies gigi dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan
Universitas Sumatera Utara
minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terbentuk lubang pada gigi.1,3-5 Jajanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Jajanan umumnya mengandung karbohidrat terutama sukrosa yang merupakan salah satu penyebab terjadinya karies. Selain itu, jajanan umumnya dimakan di luar jam-jam makan atau di antara jam-jam makan. Konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan pH plak tetap di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan karies.3 Anak-anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak-anak memiliki kegemaran mengonsumsi jenis jajanan secara berlebihan, khususnya anakanak usia sekolah dasar (6-12 tahun). Sehari-hari banyak dijumpai anak-anak yang selalu dikelilingi penjual makanan jajanan, baik yang ada di rumah, di lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah.6 Anak-anak senang mengonsumsi jajanan yang mengandung gula, seperti biskuit, permen, es krim, dll. Makanan ini bersifat kariogenik yang merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi.7 Hadnyanawati melaporkan pola jajan anak sekolah kelas V SD di Jember mempengaruhi terjadinya karies gigi. Anak yang mengonsumsi jajanan kariogenik, seperti biskuit, permen, permen coklat, es krim, memiliki skor karies yang lebih tinggi dibandingkan anak yang mengonsumsi jajanan nonkariogenik, seperti sayur dan buah-buahan.7 Penelitian ini didukung oleh Akarslan dkk. yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan jajan mempunyai skor DMFT yang lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak. Orang yang tidak
Universitas Sumatera Utara
memiliki kebiasaan jajan memiliki skor DMFT 5,2 ± 3,59 sedangkan orang yang memiliki kebiasaan jajan memiliki skor DMFT 5,9 ± 3,23.8 Penelitian Holbrook dkk. pada anak-anak usia 5 tahun di Iceland menemukan dampak frekuensi mengonsumsi gula terhadap perkembangan karies pada anak-anak. Anak yang mengonsumsi gula empat kali per hari atau lebih atau anak yang jajan tiga kali per hari atau lebih menyebabkan skor karies meningkat. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Holt pada anak-anak usia prasekolah di Inggris, menemukan deft lebih tinggi (1,69) pada anak-anak yang mengonsumsi snack dan minuman bergula empat kali atau lebih dalam sehari dibanding anak yang mengonsumsinya hanya sekali sehari (1,01). Penelitian Holt juga menunjukkan jika asupan gula kurang dari empat kali sehari akan menyebabkan level karies menurun.9 Penelitian Hausen dkk. pada anak-anak di Finnish yang berusia 7-16 tahun menunjukkan bahwa konsumsi gula, tingkat fluoridasi air minum, frekuensi menyikat gigi, dan kontak dengan gula adalah determinan yang penting dalam pengalaman karies gigi. Penelitian yang hampir sama oleh Kleemola-Kujala dan Rasenen pada tiga kelompok umur yang berbeda (3, 5, 9 tahun), menemukan bahwa kebersihan rongga mulut yang jelek dan konsumsi gula yang tinggi memiliki hubungan yang kuat dengan pembentukan karies gigi.9 Penelitian ini dilakukan pada anak sekolah dasar karena anak-anak umumnya lebih suka jajan dibandingkan dengan remaja atau orang dewasa. Tempat penelitian yang dipilih adalah Sekolah Dasar Islam An-Nizam karena sekolah tersebut lebih mudah dijangkau oleh peneliti dan adanya kerja sama dari pihak sekolah tersebut dalam kelangsungan penelitian ini. WHO menganjurkan untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan gigi pada kelompok usia 12 tahun karena merupakan kelompok usia yang kritis terhadap kesehatan gigi. Oleh karena itu, subjek penelitian adalah murid sekolah dasar kelas VI yang diperkirakan berusia 11-13 tahun.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitan : 1. Apakah ada hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam? 2. Bagaimana perilaku murid kelas VI SD Islam An-Nizam dalam pembersihan rongga mulut?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah: 1. Mengetahui pola jajan murid kelas VI SD Islam An-Nizam. 2. Mengetahui pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam. 3. Mengetahui perilaku murid kelas VI SD Islam An-Nizam dalam pembersihan rongga mulut. 4. Mengetahui hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Kerangka Konsep Variabel bebas Pola jajan: 1. Jenis jajanan 2. Frekuensi jajan
Variabel moderator
Variabel tergantung Pengalaman karies gigi: 1. Decay (D) 2. Missing (M) 3. Filling (F)
Perilaku pembersihan rongga mulut: 1. Perilaku sesudah jajan (kumurkumur dan sikat gigi) 2. Sikat gigi 3. Penggunaan fluor
1.5 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI Sekolah Dasar Islam An-Nizam. . 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan pihak sekolah untuk mengontrol jenis jajanan dan frekuensi jajan anak, serta mengontrol jenis jajanan yang disediakan di kantin sekolah. 2. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan pihak sekolah untuk memotivasi anak dalam menjaga kebersihan rongga mulut.
Universitas Sumatera Utara