BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial. Dalam kebanyakan budaya, remaja dimulai pada kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir kira-kira usia 18 sampai 22 tahun (Santrock, 2010). Istilah umumnya digunakan dalam menerangkan tahap pertumbuhan dan perkembangan tertentu ini adalah pubertas. Pubertas adalah proses kematangan hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan terjadinya perubahan karakteristik seks sekunder yaitu perubahan yang terjadi diseluruh tubuh misalnya tumbuhnya payudara dan munculnya rambut pubertas. Pubertas merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri yang disebut dengan menarche (Cahyaningsih, 2011). Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja wanita
Universitas Sumatera Utara
sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche. Secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah. Tetapi pada beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak akan dirasakan, hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur (Proverawati dan Misaroh, 2014). Masa pubertas pada wanita ditandai oleh kehadiran menstruasi pertama atau menarche. Menarche biasanya terjadi antara umur 10-16 tahun tergantung oleh beberapa faktor termasuk kesehatan wanita itu, status gizi, keturunan dan faktor lingkungan sosial. Remaja putri akan kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang pertama jika sebelumnya ia belum pernah mengetahui atau membicarakannya dengan teman sebaya maupun ibu mereka. Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri dapat berdampak terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Kesiapan atau ketidaksiapan menghadapi menarche berdampak terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi pertama yang dapat distimulasi dari berbagai faktor, diantaranya sosial ekonomi, kultur, pendidikan dan pengalaman Remaja putri dan menstruasi mempunyai kaitan yang sangat erat karena menstruasi merupakan salah satu permasalahan yang penting pada remaja putri. Remaja putri dikatakan sudah memasuki masa pubertas ketika ia telah mengalami menstruasi (Atkinson,2009).
Universitas Sumatera Utara
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada usia 10-15 tahun, tetapi sebagian besar anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada usia 12,5 tahun. Namun, ada juga yang mengalami lebih cepat atau bahkan di bawah usia tersebut (Sarwono, 2007). Rasa takut, cemas pada siswi yang akan menghadapi menarche pertama kali dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan siswi mengenai menarche. Seorang siswi dapat berbeda dala hal kesiapan menghadapi menarche. Berbeda hal nya dengan siswi yang tidak mempunyai anggota keluarga yaitu kakak perempuan dan adanya ibu yang memberikan penjelasan mengenai menstruasi memiliki kesiapan secara mental dalam menghadapi menarche. Berbeda halnya dengan siswi yang tidak mempunyaki kakak perempuan, sehingga siswi kurang menerima pengetahuan tentang menarche. Meskipun ada orang tua yaitu ibu namun orang tua masih banyak yang tidak menceritakan tentang kejadian menarche pada anak perempuan dengan alasan tabu. Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hannah (2010). Hasil penelitian Junita (2013) di SMP Negeri 10 Medan, fakor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche diketahui bahwa mayoritas usia menarche responden 12-13 tahun mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 45 orang (60,81%) dan minoritas usia menarche responden >13 tahun tidak mengalami cemas saat menarche yaitu sebanyak 1 orang (100%) dan mayoritas responden mengalami tingkat kecemasan ringan saat mengalami menarche sebanyak 63 orang (57,8%).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sukmadinata (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan seseorang antara lain Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Dimana faktor internal tersebut terdiri atas faktor jasmani dan rohani, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pendidikan, paparan media massa, ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman. Oleh karena itu pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang haid serta tentang alat reproduksi wanita perlu diperoleh. Akhir-akhir ini terjadi perubahan usia menarche. Studi pada 1166 remaja putri umur 12-16 tahun di Inggris menunjukkan median usia menarche adalah 12 tahun 11bulan, dibandingkan 20-30 tahun yang lalu turun 6 bulan. Studi yang dilakukan di Amerika juga menunjukkan adanya penurunan usia menarche 1-3 bulan per dekade. Di India penurunan usia menarche rata-rata 6 bulan per dekade pada tiga dekade terakhir, mungkinhal yang sama juga terjadi pada negara berkembang lainnya termasuk Indonesia (Harpenas et.al, 2012). Untuk negara Indonesia rata-rata usia menarche adalah 11-14 tahun, dan di Kota Medan juga terdata bahwa anak-anak perempuan biasanya mencapai rata-rata usia menarche pada usia tersebut. Anak-anak perempuan sekarang mengalami kematangan fisik yang semakin dini. Di Kota Medan sendiri, ada juga yang mengalaminya kelas 4 SD (umur 9 tahun), dan yang seperti itu bisa tergolong early maturation (Harpenas et.al, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14 tahun terjadi pada 37,5% anak Indonesia. Rata-rata usia menarche 11-12 tahun terjadi pada 30,3% pada anak-anak di DKI Jakarta, dan 12,1% di Nusa Tenggara Barat. Rata-rata usia menarche 17-18tahun terjadi pada 8,9% anak-anak di Nusa Tenggara Timur, dan 2,0% di Bengkulu. 2,6% anak-anak di DKI Jakarta sudah mendapatkan haid pertama pada usia 9-10 tahun, dan terdapat 1,3% anak-anak di Maluku dan Papua Barat yang baru mendapatkan haid pertama pada usia 19-20 tahun. Umur menarche 6-8 tahun sudah terjadi pada sebagian kecil (<0,5%) anak-anak di 17 provinsi, sebaliknya umur menarche 1920 tahun merata terdapat di seluruh provinsi. Percepatan atau perlambatan pencapaian usia menarche mempunyai beberapa konsekuensi yang berkaitan dengan aspek biologis dan lingkungan. Usia menarche yang lebih dini akan berisiko terjadinya penularan penyakit seksual di kalangan remaja juga merebak. Pada dekade terakhir, semakin banyak peneliti yang menemukan bahwa kedewasaan yang lebih cepat meningkatkan kemungkinan keterlibatan anak-anak perempuan pada sejumlah masalah. Anak-anak perempuan yang lebih cepat dewasa lebih cenderung untuk merokok, minum, depresi, dan memiliki gangguan makan, serta menuntut kemerdekaan dari orang tua yang lebih cepat, mereka lebih suka memiliki teman-teman yang lebih tua, dan tubuh mereka cenderung mengundang laki-laki yang berujung pada kencan lebih awal dan pengalaman seksual yang lebih cepat (Santrock, 2010). Sebaliknya, menarche yang lambat juga berdampak terhadap lambatnya kematangan fisik, baik hormon maupun organ tubuh yang dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
kegagalan penimbunan mineral pada tulang dan menurunkan kepadatan mineral tulang. Akibat keadaan ini resiko osteoporosis menjadi lebih besar di kemudian hari. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa status gizi menjadi salah satu faktor utama dalam percepatan usia menarche, semakin baik status gizi seorang remaja, usia menarche akan semakin cepat, dan semakin buruk status gizi remaja usia menarche semakin lambat. Hubungan status gizi dengan usia menarche terkait dengan jumlah lemak dalam tubuh. Jaringan lemak menghasilkan hormon leptin yang diduga berperan dalam beberapa fungsi reproduksi wanita. Kadar hormon leptin yang tinggi pada wanita dihubungkan dengan menarche dini, sedangkan menurunnya kadar hormon leptin dihubungkan dengan menarche terlambat (Fairus, 2011). Melalui observasi yang dilakukan peneliti dalam survey pendahuluan pada 5 siswi SMP Jaya krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang, ditemukan 3 siswi remaja putri cemas pada saat mengalami menarche. Disamping itu, remaja putri belum mendapatkan informasi tentang menarche. Kebanyakan Remaja putri menunjukkan rasa khawatir jika pada saat mengalami menstruasi di sekolah, mereka tidak bisa bebas melakukan aktivitas sehari-hari, muncul rasa marah, merasa kurang nyaman, mengalami rasa sakit. karena kurangnya pengetahuan, pengaruh sumber informasi, dan dukungan ibu, sehingga mempengaruhi kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa remaja putri yang sudah mengalami menarche pertamanya, mengalami kecemasan atau ketakutan, perasaan kaget remaja mempunyai persepsi yang negatif tentang menstruasi pertamanya hal ini dikarenakan kurangnya sumber informasi, dukungan ibu, pengetahuan tentang menarche, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kecemasan remaja putri saat mengalami menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor eksternal (dukungan ibu), faktor internal (pengetahuan, usia menarche, sumber informasi di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.
1.4 Hipotesis 1. Ada hubungan faktor eksternal (dukungan ibu,) dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche di SMP Jaya Krama. 2. Ada hubungan faktor internal (pengetahuan, usia menarche, sumber informasi) dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche di SMP Jaya Krama.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Sebagai motivasi pelajar untuk menambah pengetahuan tentang menarche 2. Dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berminat dalam permasalahan ini. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah dalam memberikan pengetahuan tentang menarche sebagai upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan reproduksi dan dapat mengurangi tingkat kecemasan pada remaja putri.
Universitas Sumatera Utara