BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, setiap individu dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial, dan mampu mengendalikan diri sesuai dengan aturan atau norma-norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk mampu menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting, manakala anak-anak sudah menginjak masa remaja. “Secara psikologis, remaja umumnya memang rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal, dan karena kondisi kejiwaan yang masih sangat labil, remaja mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat sekitar atau orang-orang yang dekat dengan mereka (http:// www.google.co.id/search/ceria/Bagongsuyatno:12/01/06)”. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, tetapi bagi orang awam psikologi dapat juga disebut dengan ilmu jiwa, karena berhubungan dengan psikologis atau kejiwaan. Menurut seorang Psikologi umum, Fauzi(1999:10) pada dasarnya jiwa adalah sesuatu yang tidak nampak, maka manusia hanya dapat mengetahui jiwa seseorang dengan melihat tingkah laku, dan tingkah laku merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar. "Begitu juga dengan remaja, mahluk yang sedang mencari jati dirinya dan sangat labil, kita akan mudah mempelajarinya dengan melihat lingkungan pergaulannya, karena lingkungan sekitarnya lah yang memberikan pengaruh terbesar. Pengaruh yang diterima pun diserap semua tanpa disaring terlebih dahulu. Pengaruh yang cenderung mudah menggoda para remaja selalu bersifat hura-hura. Mereka suka mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya.
1
Remaja cenderung lebih mengikuti kata teman-teman sebayanya dari pada orang tua atau norma-norma yang berlaku, akibatnya kontrol dirinya menjadi berkurang. Semua hal tersebut dikarenakan ketakutan para remaja akan tindakan pengucilan atau dijauhi dari teman-teman yang dilakukan lingkungan pergaulannya (http://www.google.co.id/search/e-psikologi/zainunmutadin:12/01/06)”. Hal tersebut terjadi di berbagai komunitas, tidak heran jika saat ini banyak remaja yang melakukan penyimpangan-penyimpangan dan seks bebas atau melakukan hubungan seks pra nikah merupakan salah satu dari sekian banyak contoh dari penyimpangan tersebut. Sebagaimana pendapat Tanto dalam Sigmund Freud (2006:16), bahwa salah satu struktur kepribadian manusia adalah lapisan tidak sadar yang berisi nafsu-nafsu dan gairah, yang semuanya tanpa disadari. Tetapi, tetap saja untuk kepuasan tetap tidak bisa dilakukan sendiri. Dalam kehidupan remaja-remaja di Jepang, perilaku seks bebas juga sudah merupakan salah satu hal yang wajar dilakukan. Mereka beranggapan bahwa kesenangan merupakan hal yang dipentingkan / diutamakan, sehingga selama tidak merugikan orang lain, hal tersebut wajar dilakukan. Menurut Nozomu(1968:8), penyimpangan-penyimpangan tersebut sudah terjadi sejak tahun 1980-an dan masyarakat beranggapan bahwa selama hal tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka maka hal tersebut bukanlah suatu kesalahan. “Pada dasarnya kalau pada saat ini remaja-remaja melakukan seks bebas diluar pernikahan terkadang dikarenakan faktor ketagihan. Penyebab terjadinya perilaku seks bebas ini juga dikarenakan mudahnya mendapatkan prasarana untuk melakukan seks, seperti banyaknya film-film porno dengan aktor dan aktris yang tampan dan cantik beredar, juga dari toko-toko yang menjual alat-alat bantu seks. Hal tersebut merupakan pengaruh yang besar terhadap perilaku seks bebas, karena dengan melihat maka akan mudah sekali merasuk ke dalam pikiran dan benak remaja. Alat-alat kontrasepsi, tertundanya usia perkawinan juga bisa dikarenakan lebih mudanya rata-rata gadis mendapatkan haid (9-11 thn) juga mempengaruhi perilaku bebas tesebut (http://www,google.co.id/search/rileks.com:13/01/06)". 2
Berdasarkan hal diatas, saya merasa tertarik untuk mempelajari dan mencari tahu lebih dalam lagi mengenai perilaku seks bebas. Dalam analisis ini, saya akan menggunakan teori psikologi dari Sigmund Freud. Karena selain dia orang yang pertama kali menemukan teori dari psikoanalisis, teori dia juga telah banyak dipakai penelitian dalam bidang psikologi masyarakat. Dengan diangkatnya tema diatas sebagai sebuah penelitian, saya berharap kita dapat mengetahui apa dampak psikologis bagi remaja mengenai perilaku seks bebas terhadap kehidupannya.
1.2 Rumusan Permasalahan Tindakan remaja yang melakukan seks bebas merupakan suatu bentuk psikologis yang dapat di pelajari. Aspek kejiwaan sangat berpengaruh terhadap perilaku seks yang di lakukan oleh remaja di Jepang. Pada rumusan permasalahan ini, saya ingin menganalisa faktor kejiwaan yang mempengaruhi psikologi tokoh utama Watanabe terhadap perilaku seks pada novel Noruwei No Mori.
1.3 Ruang Lingkup Pada penelitian ini, saya memusatkan penelitian pada perilaku seks tokoh utama terhadap tokoh-tokoh yang ada pada novel Noruwei No Mori karya Haruki Murakami. Karena, di dalam novel Noruwei No Mori menggambarkan gejolak masa remaja yang sarat akan pemberontakan mahasiswa dan seks bebas yang sesuai dengan tema yang akan saya angkat dan teliti 3
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak psikologis yang di timbulkan akibat perilaku seks bebas dengan menganalisa aspek kejiwaan tokoh utama berdasarkan perilaku seksnya dengan tokoh-tokoh lain. Manfaat yang ingin dicapai peneliti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan psikologis tokoh utama Watanabe terhadap tokoh-tokoh lain pada novel Noruwei No Mori. sehingga kita akan mengerti sejauh mana seks bebas ini mempengaruhi perkembangan psikologis terhadap remaja di Jepang.
1.5 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini,yaitu metode kepustakaan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang di butuhkan. Saya menggunakan internet untuk mencari data-data mengenai buku-buku yang akan di butuhkan. Buku-buku yang akan dijadikan acuan untuk penelitian ini didapat dari perpustakaan The Japan Foundation, toko buku Kinokuniya dan dari perpustakaan Universitas Indonesia. Buku yang akan dijadikan korpus data adalah novel Jepang berjudul Noruwei No Mori karya Haruki Murakami. Untuk mengkaji dan menganalisa data-data, saya menggunakan metode deskriptif analitif. kemudian saya menggunakan teori-teori yang dikeluarkan oleh Sigmund Freud, baik teori awal maupun teori yang sudah disempurnakan untuk menganalisis kejiwaan tokoh utama pada novel Noruwei No Mori.
4
Setelah membaca dan menganalisa data, saya mengambil dan memilih data-data yang akan dijadikan acuan untuk penelitian ini. Sumber-sumber tersebut akan digunakan sebagai landasan teori dan objek penelitian.
1.6 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, sistematika penelitiannya adalah sebagai berikut: Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 memuat landasan atau kerangka teori yang akan digunakan untuk menganalisa permasalahan. Bab 3 berisikan analisis mengenai aspek kejiwaan dan dampak psikologi pada tokoh utama Watanabe pada novel Noruwei No Mori yang didapat dari data-data. Bab 4 berisikan tentang simpulan dan saran dari pembahasan dan analisa pada bab 3. Bab 5 berisikan tentang ringkasan keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan hasil penelitian yang ditulis secara singkat dan padat.
5