BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan
adanya perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan di segala bidang menuju pada keadaan yang lebih baik dan berkualitas, salah satunya adalah bidang kesehatan. Kemajuan dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
salah
satunya
adalah
kemajuan
IPTEK
dalam
bidang
kesehatan/kedokteran. Kemajuan IPTEK seperti teknologi modern saat ini berdampak positif dan negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat berbagai kegiatan menjadi lebih mudah dan singkat, sedangkan dilihat dari dampak negatif orang menjadi kurang peka terhadap lingkungan sekitar, malas bergerak dan malas melakukan aktivitas fisik seperti aktivitas olahraga. Gaya hidup ketergantungan akan teknologi dan informasi sangat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat khususnya remaja (Yuliana, 2014). Remaja menurut survei kesehatan dari reproduksi remaja Indonesia adalah perempuan dan laki – laki belum kawin yang berusia dari 15-24 tahun. Sebagian besar remaja lebih suka makan mengkonsumsi makanan ringan dengan kadar lemak yang tinggi dan menghabiskan minimal 30 jam per minggu untuk menonton televisi dan bermain dengan teknologi seluler lainnya. Dalam kesehariannya hampir 50% dari remaja tidak melibatkan diri pada setiap 1
2
jenis
aktivitas
fisik
(Retnowati,
2010).
Data
Riset
Kesehatan
Dasar
(RISKERDAS) 2007 juga memperlihatkan bahwa 48,2% penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik (DEPKES RI, 2008). Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko dari berbagai penyakit non infeksi seperti obesitas yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh, penyakit jantung koroner sebanyak 21,5%, stroke iskemik 11%, kanker usus 16%, kanker payudara 10%, diabetes milletus tipe 2, dan keseluruhan diperkirakan menjadi penyebab kematian global (Gorner et al., 2006). Aktivitas fisik seperti aktivitas olahraga diperlukan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Perubahan gaya hidup yang tidak seimbang antara asupan makanan dengan aktivitas mengakibatkan kejadian kurang gerak dengan hasil akhir Indeks Massa Tubuh yang mengalami peningkatan (Popkin, 2006). Pada usia muda khususnya, ternyata aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan berat badan dan berpengaruh pada peningkatan Indeks Massa Tubuh ( Lopez et al., 2012). Menurut Azwar (2004), IMT paling sering digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang, dengan membandingkan antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Anonim, 2007 ). Hasil pemetaan pengukuran IMT di Indonesia diketahui bahwa 20,1% mahasiswa Fakultas Kedokteran di Jakarta mengalami kelebihan berat badan, sedangkan 10,3%
3
penduduk Indonesia berusia 15 tahun atau lebih mengalami kelebihan berat badan (Balitbangkes Depkes, 2008). Perubahan pada Indeks Massa Tubuh dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Status gizi pada kelompok dewasa berusia di atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga masih cukup tinggi. Prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak 11,7% dan berat badan lebih sebesar 10,0%. Dengan demikian prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 21,7%. Angka kelebihan berat badan pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu 26,9% pada perempuan dan 16,3% pada laki-laki (Kementerian Kesehatan RI, 2012). IMT normal sangat diperlukan oleh semua orang pada berbagai kelompok usia dan profesi karena mempermudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan menghindari risiko terkena penyakit. Menurut Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes pada hasil RISKESDAS tahun 2013 juga menunjukkan bahwa gaya hidup bermalas – malasan dan aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan perubahan pada Indeks Massa Tubuh yang berpengaruh pada penurunan kemampuan tonus otot. Tonus otot adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh manusia (Depkes RI, 2013). Penurunan kekuatan otot dan massa tubuh bertambah maka akan terjadi masalah keseimbangan tubuh saat berdiri maupun berjalan, dan masalah kardiovaskuler (Laksono, 2013). Massa otot yang rendah juga dapat menyebabkan kegagalan biomekanik dari respon otot dan hilangnya mekanisme keseimbangan tubuh (Greve et al., 2007).
4
Gangguan keseimbangan tubuh biasanya disebabkan oleh kelemahan otot ekstremitas, stabilitas postural, dan juga gangguan secara fisiologis dari salah satu indera (visual, vestibular, taktil, dan proprioseptif) yang ada dalam tubuh kita, selain itu faktor lain seperti obesitas juga turut mempengaruhi dari keseimbangan (Jonathan, 2012). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Dellito, 2003). Keseimbangan tubuh dibagi menjadi dua yaitu keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi diam misalnya saat berdiri. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada saat bergerak, misalnya saat berjalan (Sugiarto, 2005). Keseimbangan yang terganggu akan berdampak tidak baik dalam kegiatan sehari- hari. Aktivitas duduk, berdiri, berjalan, melompat, berlari akan sangat susah dilakukan jika keseimbangan yang dimiliki seseorang tersebut tidak terlalu bagus. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana adalah para remaja yang memiliki aktivitas yang cukup padat dalam kesehariannya baik di bidang akademik maupun non akademik. Aktivitas tersebut dalam kesehariannya tidak akan terlepas dari keseimbangan dinamis ataupun keseimbangan statis seperti duduk, berdiri, berjalan ataupun berlari. Aktivitas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana di dalam kelas didominasi dengan aktivitas duduk saat mendengarkan materi perkuliahan. Segala aktivitas sehari-hari seperti berjalan ataupun berlari dimulai dari keadaan statik yaitu posisi berdiri tegak dalam
5
keadaan diam, jadi selain keseimbangan dinamis, keseimbangan statis juga berdistribusi dalam keseimbangan tubuh secara keseluruhan. Padatnya kegiatan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dalam kehidupan sehari – hari khususnya aktivitas duduk dan berdiri maka diperlukan keseimbangan statis yang baik untuk dapat menunjang aktivitas tersebut. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan keseimbangan statis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan
masalah yang dapat diambil oleh peneliti adalah: Apakah ada hubungan antara IMT dengan keseimbangan statis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana?
1.3
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan dari Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
keseimbangan statis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis a. Merupakan aplikasi dari teori Fisioterapi dalam memperkaya ilmu pengetahuan bagi pembaca.
6
b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca (mahasiswa) dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. 1.4.2
Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi untuk menjaga Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal agar terhindar dari berbagai masalah gangguan kesehatan khususnya adalah gangguan keseimbangan statis.