BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut berperan penting dalam melakukan suatu kegiatan. Potter & Perry (2005), mengatakan sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Keperawatan berperan penting dalam menjaga mutu pelayanan di Rumah Sakit karena perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di Rumah Sakit. Jumlahnya yang dominan (55-56%) serta merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien setiap hari (Aditama, 2003). Rumah Sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik serta memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Rumah Sakit tidak hanya memberikan pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutik (Husni, 2001 dalam Saragih, 2007). Penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Dengan masuknya kuman tuberkulosis maka akan menginfeksi saluran nafas bawah dan
1 Universitas Sumatera Utara
2
dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan darah. Disini akan menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret pada saluran pernafasan sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret. Untuk mendapatkan sekret yang baik terdapat metode khusus untuk mengeluarkan sekret yaitu dengan cara batuk efektif. Sekret yang diambil adalah sekret yang benar-benar keluar dari saluran pernafasan. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan sekret secara maksimal. Batuk efektif dan napas dalam merupakan tehnik batuk yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan : merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, meningkatkan volume paru, memfasilitasi pembersihan saluran napas (jenkins, 1996). Batuk yang tidak efektif menyebabkan : kolaps saluran napas, ruptur dinding alveoli dan pneumothoraks ( Batuk efektif, 2013). Indikasi dilakukan tehnik napas dalam dan batuk efektif pada pasien seperti : COPD/ PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, Tuberkulosis Chest infection, Pasien bedrest atau post operasi. Tujuan latihan pernafasan adalah untuk : mengatur frekuensi dan pola nafas sehingga mengurangi air trapping, memperbaiki
fungsi
diafragma,
memperbaiki
mobilitas
sangkar
toraks,
memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernapasan, mengatur dan mengkoordinasi kecepatan
Universitas Sumatera Utara
3
pernapasan sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja pernapasan. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret (Batuk efektif, 2013). Tuberkulosis, MTB, atau TB (singkatan dari basil tuberkel) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh berbagai strain mikrobakteri, TBC biasanya mycobacterium. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat mempengaruhi bagian lain tubuh. Hal ini menyebar melalui udara ketika orang yang memiliki batuk infeksi TB aktif bersin, atau menyebarkan cairan pernapasan melalui udara. Sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala dan laten, tapi sekitar satu dari sepuluh infeksi laten pada akhirnya berkembang menjadi penyakit aktif yang jika tidak diobati dapat membunuh lebih dari 50% dari mereka yang terinfeksi. Gejala klasik infeksi TB aktif batuk kronis dengan dahak berwarna kehijauan, demam, keringat malam, dan penurunan berat badan (Wikipedia, 2010). Sepertiga dari populasi dunia diperkirakan telah terinfeksi M. Tuberculosis, dengan infeksi baru terjadi pada laju sekitar satu per detik. Ditahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis aktif secara global, sementara di tahun 2010, diperkirakan ada 8,8 juta kasus baru dan 1,5 juta kematian terkait, sebagian besar terjadi di negara berkembang. Jumlah absolut kasus Tuberculosis telah menurun sejak tahun 2006, dan kasus baru telah menurun sejak tahun 2002. Distribusi TB tidak seragam di seluruh dunia, sekitar 80% dari populasi di banyak negara Asia dan Afrika dites positif dalam tes tuberkulin, sementara hanya 5-10% dari populasi Amerika Serikat (Wikipedia, 2010).
Universitas Sumatera Utara
4
TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif (Depkes RI, 2010). Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008,2009,2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita. ( Syam, 2012 ). Survei yang dilakukan pada Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik didapatkan data, jumlah pasien yang menderita penyakit TB sebanyak 847 pasien ditahun 2011, 936 pasien ditahun 2012, dan 132 pasien ditahun 2013 sampai dengan tanggal 14 Mei 2013. Sementara itu untuk data perbulannya peneliti mendapatkan 21 pasien dibulan Januari, 38 pasien dibulan Februari, 41 pasien dibulan Maret, 39 pasien dibulan April, dan pertengahan bulan Mei sebanyak 18 pasien. Dan jika diratakan ada sekitar 31 pasien perbulannya ditahun 2013 sampai dengan pertengahan bulan Mei. Tuberkulosis bukan penyakit baru buat Indonesia. Sudah ada sederet upaya memberantas penyakit ini dari pemerintah, tapi tidak juga berhasil membuat tuberkulosis dan penyebabnya lengkap. Indonesia hingga kini masih saja dirundung ancaman kematian akibat tuberkulosis.
Universitas Sumatera Utara
5
Menurut Erlina, kematian akibat tuberkulosis umumnya karena kegagalan pengobatan. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengertian mengenai tuberkulosis, faktor ekonomi, pengobatan yang tidak teratur, adanya penyakit penyerta, serta kebiasaan merokok dan gizi penderitanya. Hal ini sebenarnya tidak mengherankan, karena dahulu penderita tuberkulosis harus meminum 4 jenis obat setiap hari selama 6 bulan. Biaya pengobatan tuberkulosis yang cukup besar, menyebabkan penderita nekat berhenti minum obat setelah 2-3 bulan. Biasanya selama masa ini, gejala tuberkulosis memang berkurang, badan tidak lagi kurus, meski sebenarnya kuman tuberkulosis hanya tertidur sementara waktu. Putus pengobatan bukan tanpa risiko. Kuman yang luar biasa penyebab tuberkulosis ini akan bangun lagi dan menjadi lebih ganas. Sering kali penderita tuberkulosis yang putus obat, datang kembali dengan gejala yang lebih berat beberapa bulan kemudian. Bahkan sampai tidak lagi dapat diatasi dengan pengobatan standar karena kuman menjadi kebal (Tuberkulosis, 2013). Ada beberapa penelitian tentang batuk efektif pada pasien TB, pertama penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (2010), menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus. Kedua penelitian yang dilakukan oleh Yana (2008), pada penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan antara tehnik batuk efektif dengan pengeluaran sputum pada penderita tuberkulosis paru akut di wilayah kerja Puskesmas Jungkat Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak.
Universitas Sumatera Utara
6
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian efektifitas pengeluaran sekret dengan tehnik napas dalam dan batuk efektif pada pasien TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah : efektifitas pengeluaran sekret dengan tehnik napas dalam dan batuk efektif pada pasien TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
C. Pertanyaan Penelitian Apakah pasien TB dapat mengeluarkan sekret dengan metode tehnik napas dalam dan batuk efektif ?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pengeluaran sekret dengan tehnik napas dalam dan batuk efektif pada pasien TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. 2. Tujuan Khusus a. Melihat dan mengukur jumlah sekret pada kelompok intervensi dan kontrol pasien TB sebelum dilakukan tehnik napas dalam dan batuk efektif.
Universitas Sumatera Utara
7
b. Melihat dan mengukur jumlah sekret pada kelompok intervensi dan kontrol pasien TB setelah dilakukan tehnik napas dalam dan batuk efektif. c. Membandingkan jumlah sekret pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan tehnik napas dlam dan batuk efektif.
E. Manfaat Penelitian 1. Pendidikan Keperawatan Sebagai
penambah
wawasan
dalam
pengembangan
ilmu
keperawatan khususnya dalam mata kuliah Konsep Dasar Manusia agar mahasiswa keperawatan dapat melakukan tehnik napas dalam dan batuk efektif dengan benar sehingga efektif dalam mengeluarkan sekret. 2. Penelitian Keperawatan Dapat memberikan kontribusi yang bernilai positif dalam dunia keperawatan sehingga dapat dijadikan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan efektifitas tehnik napas dalam dan batuk efektif dalam mengeluarkan sekret dengan penyakit gangguan sistem pernapasan lainnya. Selain itu dapat memberikan pemikiran yang luas bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti dengan menggunakan variable lain.
Universitas Sumatera Utara
8
3. Pelayanan Keperawatan Sebagai bahan masukan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk alternatif pemberian asuhan keperawatan pasien dengan peningkatan jumlah sekret pada pasien TB. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tindakan mandiri bagi pasien dengan penyakit TB baik di rumah sakit maupun ketika pulang ke rumah.
Universitas Sumatera Utara