BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah di tetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaran pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. 1 Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Beragam program inovatif ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan, reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor kurikulum, baik struktur maupun prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktek pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.2 Untuk itu, proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan
1
Basuki As’adi, Modul 1 Materi Pembekalan bagi Mahasiswa Peserta PPLK II (Ponorogo:: STAIN PO, 2008), 1. 2 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 3.
1
2
di sekolah. 3 Dengan demikian, siswa dan guru menjadi prasyarat terjadinya proses pengajaran. Alat dan sumber pengajaran berfungsi sebagai penunjang dan daya dukung terjadinya keefektifan proses pengajaran sehingga dapat mempermudah siswa belajar dan guru mengajar. 4 Oleh karena itu, evaluasi hasil belajar di suatu sekolah akan dilakukan oleh sejumlah tenaga pengajar di sekolah tersebut. Maka supaya tidak terjadi kesimpang siuran dalam pelaksanaan evaluasi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya, perlu adanya suatu pedoman bersama yang dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam mengadakan evaluasi hasil belajar untuk vaknya masing-masing. 5 Dari hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa di SMK Wahid Hasyim Ponorogo pelajaran agamanya dipecah menjadi 5 sesuai dengan nama mata pelajaran, yaitu aqidah akhlaq, qurdits, aswaja, fiqih dan SKI. Hal ini dilakukan karena di SMK Wahid Hasyim ingin meningkatkan mutu peserta didik tentang agama Islam. Dari teori di atas, pelaksanaan pembelajaran agama di SMK Wahid Hasyim Ponorogo yaitu dibuat 2 jam setiap satu bidang studi, dan setiap satu minggu ada 5 kali tatap muka di kelas.6
3
B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 3. 4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), 59. 5 Wayan Nur Kencana dan Sumarmata, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 15. 6 Hasil Observasi di SMK Wahid Hasyim Ponorogo sabtu 21 Januari 2009, pukul 11.00 Wib
3
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di SMK Wahid Hasyim Ponorogo dengan judul
“PERANAN
Permendiknas
STAKEHOLDER
DALAM
IMPLEMENTASI
NO. 41 TAHUN 2007 DI SMK WAHID HASYIM
PONOROGO”.
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah meliputi persepsi, permasalahan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh stakeholder (kepala sekolah, siswa, masyarakat dan guru) SMK Wahid Hasyim Ponorogo dalam Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka timbul permasalahan yang menjadi dasar pertimbangan dari penelitian ini, masalah ini penulis rumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana persepsi stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas
No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses
dalam bidang studi PAI? 2.
Apa permasalahan yang dihadapi oleh stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam bidang studi PAI?
4
3.
Apa langkah-langkah yang dilakukan oleh stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam bidang studi PAI?
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban rumusan masalah di atas sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan persepsi stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam bidang studi PAI. 2. Untuk mendiskripsikan permasalahan yang dihadapi oleh stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam bidang studi PAI. 3. Untuk menyebutkan dan menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan oleh stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam bidang studi PAI.
E. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritik Dari hasil penelitian ini, secara teoritik akan ditemukan pada pembelajaran yang bervariasi sehingga menghasilkan lulusan yang memahami penuh tentang agama. Dan bagaimana persepsi stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo tentang standar proses.
5
2.
Manfaat praktis Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut di SMK Wahid Hasyim Ponorogo dan bagi penulis
khususnya
akan
dapat
menjadikan
suatu
pengalaman-
pengalaman yang nantinya akan diamalkan di masyarakat. a. Bagi sekolah Agar hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pendorong dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan tersebut, serta untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam pengambilan kebijakan. b. Bagi guru Diharapkan
menjadi
masukan
bagi
guru
agar
dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, yang berkaitan dengan PBM, sehingga dapat mengantarkan peserta didik dalam mengembangkan profesi yang dimiliki.
F. Landasan Teori dan atau Telaah Pustaka 1.
Landasan Teori Sesuai
dengan
Permendiknas
yaitu
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang standar nasional pendidikan, salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
6
untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem
kredit
semester. 7
Standar
Proses
meliputi
Perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle proses pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu: 1. Variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik 2. Variabel konteks tanda (contex variables) berupa peserta didik 3. Variabel proses (proses variables) 4. Variable produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 8 Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan untuk menggiatkan dan mendorong belajar siswa 7
8
As’adi, Modu 1, 1. Majid, Perencanaan, 111-112.
7
yang merupakan proses merangkai situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas, siswa dan materi kurikulum) agar belajar menjadi lebih mudah. 9 Proses pengajaran dan pembelajaran yang menjadi salah satu kompetensi guru dapat dibedakan menjadi tiga kategori dasar, Yaitu: 1) Lecture presentation
or demonstration,
2).
Discussion dan 3).
Laboratory activities: (a) group or individual, (b) Independent study. Dengan kata lain, proses pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dibedakan menjadi tiga kategori dasar yang meliputi (1) Presentasi atau demonstrasi dengan ceramah atau kuliah, (2) Diskusi dan (3) Kegiatan laboratorium, baik kelompok atau perseorangan dan studi mandiri atau belajar mandiri. 10 Sedangkan yang dimaksud stakeholder yaitu, sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, stakeholder dibatasi kepala sekolah dan guru agama yang berada di SMK Wahid Hasyim Ponorogo. 2. Telaah pustaka Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sri Hartatik Mahasisiwa Unmuh Ponorogo yang berjudul "Peran bimbingan dan Konseling dalam menunjang Efektivitas Proses belajar mengajar PAI di SDN Sragi Sukorejo Ponorogo " bahwa Dalam dunia pendidikan proses belajar mengajar di dalamnya terkandung variabel pokok yang berupa kegiatan guru dalam 9 10
Subroto, Proses Belajar, 28. Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yokyakarta: Hikayat, 2005), 77.
8
mengajar dan kegiatan dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar pendidikan Islam aspek kognitif berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran PAI yang telah disampaikan. Aspek afektif berhubungan dengan keimanan dan penghayatan siswa terhadap materi PAI serta untuk menggugah perasaan emosional siswa dalam meyakinidan menghayati Agama.
G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini digunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, karena penelitiannya di lakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. 10 Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai unit sosial tertentu yang meliputi individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. 12 2. Kehadiran Peneliti Dalam
penelitian
kualitatif
keikut
sertaan
peneliti
sangat
menentukan dalam pengumpulan data, selain itu dalam penelitian 10
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2006), 14. 12 Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIE, 2001), 24-25.
9
kualitatif kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan karena peneliti bertindak sebagai ACTOR sekaligus pengumpul data, untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument, yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SMK Wahid Hasyim Ponorogo yang lebih tepatnya berada di Jl Bhayangkara II/19 Ponorogo atau sebelah selatan Polres Ponorogo. Peneliti mengambil lokasi di SMK Wahid Hasyim Ponorogo karena permasalahan Permendiknas No. 41 tahun 2007 di SMK Wahid Hasyim Ponorogo sangat menarik dan unik untuk diteliti. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber utama . Sedangkan sumber data tertulis foto dan statistik adalah sebagai sumber data tambahan. Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan data maka sumber data tersebut responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun lisan.
10
5. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi, sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik. a.
Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antarara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam, artinya metode yang selaras dengan perspektif interaksionisme simbolik, karena hal tersebut
memungkinkan
mendefinisikan
dirinya
pihak
yang
diwawancarai
untuk
sendiri
dan
lingkungannya,
untuk
menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomenafenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan 13 . Dalam penelitian ini orang-orang yang diwawancarai adalah kepala sekolah, dan guru agama, di SMK Wahid Hasyim Ponorogo. b. Teknik Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang 13
Dedy Mulyana, Metodolog Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 183.
11
secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Sedangkan observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. 14 c. Teknik Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti,
notulen
rapat,
agenda,
dan
sebagainya.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. 15 6. Analisis Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai penuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi data reduction, data display dan conclusion.
14 15
Sugiono, Metodologi, 205. Riyanto, Metodologi, 80.
12
Langkah-langkah analisis data sebagai berikut :
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Kesimpulan penarikan / Verifikasi
Reduksi Data
Keterangan: Reduksi data adalah proses pemilihan, perumusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data "kasar" yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
penelitian
untuk
melakukan
pengumpulan
data
selanjutnya. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 16 Langkah penarikan
16
selanjutnya
kesimpulan
dan
dalam
analisis
verifikasi.
data
kualitatif
Kesimpulan
awal
adalah yang
Mattew B Milles, Huberman. Analisis data Kualitatif,(terj) Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI-Press, 1992), 20.
13
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti
pengumpulan
data
yang
kuat
berikutnya.
yang
Tetapi
mendukung apabila
pada
tahap
kesimpulan
yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Adapun metode yang digunakan dalam penarikan kesimpulan ini adalah induktif. Dengan metode kualitatif peneliti pada tahap awalnya melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar
gejala.
Hipotesis
tersebut
selanjutnya
diverivikasi
dengan
pengumpulan data yang lebih mendalam. 7. Pengecekan Keabsahan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep
keshahihan
(validitas)
dan
keandalan
(reliabilitas).
Keabsahan data meliputi: kredibilitas, tranferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. 17 Kredibilitas merupakan derajat keabsahan data dan dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi, ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Tranferabilitas merupakan validitas
17
eksternal
menunjukkan
derajat
ketepatan
atau
Imran Arifin, Penelitian Kualitatif (Malang: Kalimasahada Press, 1996), 6.
dapat
14
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Dalam penelitian kualitatif, dependability disebut "reabilitas". Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Sedangkan pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektivitas peneliti. 18 8. Tahap-tahap dan Rancangan Jadwal Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra lapangan yang meliputi: menyusun terencana penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan,
memilih
dan
memanfaatkan
informan,
menyiapkan
perlengkapan penelitian, dan menyangkut persoalan etika penelitian, (2) tahap pekerjaan lapangan yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri memasuki lapangan dan berimplementasi serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data, (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian. 19
18
Sugiono, Metodologi, 376-377. 19 Arifin, Penelitian Kualitatif, ,40-41.
15
H. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab dan masingmasing bab sering berkaitan erat yang merupakan kesatuan yang utuh yaitu: BAB I
: Pendahuluan, bab ini berfungsi untuk memaparkan pola dasar dari keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian,
metode
penelitian,
dan
sistematika
pembahasan. BAB II : Landasan teori, bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka acuan teori yang dipergunakan sebagai landasan melakukan penelitian yang terdiri dari pengertian stakeholder (kepala sekolah, masyarakat, siswa dan guru) di SMK Wahid Hasyim Ponorogo, dan pengertian standar proses menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007, tentang perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penilaian proses pembelajaran. BAB III : Temuan penelitian, bab ini memaparkan tentang penemuan peneliti di lapangan yang meliputi kondisi umum SMK Wahid Hasyim Ponorogo, peranan stakeholder (kepala sekolah dan guru agama) dalam implementasi Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses yang meliputi latar belakang, faktor penghambat, dan pendukung, penerapan Permendiknas
16
No. 41 tahun 2007 tentang standar proses di SMK Wahid Hasyim Ponorogo. BAB IV : Pembahasan, analisa peranan stakeholder (kepala sekolah dan guru agama) dalam implementasi Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses. BAB V : Penutup, bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi pembaca yang mengambil intisari dari skripsi yang berisikan kesimpulan dan saran.
17
BAB II STAKEHOLDER DAN PERMENDIKNAS NO. 41 TAHUN 2007
A. Pengertian Stakeholder Pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat didasari dari pandangan filosofis yang menyatakan bahwa sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat dan bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota masyarakat di bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkorelasi yang saling membutuhkan, masyarakat adalah pemilik sekolah dan sekolah ada karena masyarakat memerlukan. Oleh karena itu, hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan peserta didik di sekolah. 11 Hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan antara lain untuk: (1) memajukan
kualitas
pembelajaran
dan
pertumbuhan
anak;
(2)
memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. 2 Sedangkan yang dimaksud dengan stakeholder adalah sebagai kelompok
11
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 66. 2 ibid., 67.
18
atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. 3 1. Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting, dikatakan sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan pelaksanaan program pendidikan tiap sekolah. Dapat dilaksanakan atau tidaknya suatu program pendidikan dan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan itu, sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Tugas
dan
tanggung jawab
kepala
sekolah
tidak
hanya
bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknisakademis saja. Tetapi tugas dan tanggung jawab kepala sekolah diantaranya adalah munculnya masalah baru seperti kekurangan ruang belajar, gedung sekolah yang sudah rusak, perlengkapan gedung yang sangat kurang dan tidak memenuhi syarat, tidak adanya alat-alat pelajaran, buku-buku pelajaran yang hampir setiap hari berubah, cara penampungan murid baru yang setiap tahun bertambah, kekurangan tenaga guru dan kesulitan pengangkatannya, dan sebagainya. Semua ini merupakan pemikiran dan menambah tugas serta tanggung jawab kepala sekolah. 4 Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan 3
Http: // www. Ina water. Com/news/Wmprint. Pht? Arti D=507, 1 Maret 2009. M Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 1993), 101-103. 4
19
masyarakat secara efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk: (1) saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja; (2) saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat arti pentingnya peranan masing-masing; (3) kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah. Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, efisien, sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas. 5 2. Guru dan Guru Agama Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, dan dalam pandangan masyarakat guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
5
Susilo, Kurikulum, 68-69.
20
pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, surau atau mushala, rumah, dan sebagainya. 6 Guru agama berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya. Guru
agama
di
samping
mengadakan
tugas
pengajaran,
yaitu
memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan
dan
pembinaan
bagi
peserta
didik,
ia
membantu
pembentukan kepribadian, membina akhlak, di samping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik. Karena itu guru agama masuk ke dalam kelas dengan segala apa yang ada padanya. Cara dia berpakaian, berbicara, bergaul, bahkan caranya berjalan, makan, minum, duduk, dan diamnya, semua ikut menunjang keberhasilannya dalam melaksanakan tugas pendidikan agama bagi peserta didik. Tugas guru agama itu berat, karena di samping membentuk kepribadian peserta didik, ia pun harus memperbaiki mana yang kurang baik pada mereka, karena anak didik datang ke sekolah telah membawa berbagai nilai dan pengalaman keagamaan yang diperolehnya dari orang tuanya masing-masing. 7 Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Kewibawaanlah
yang menyebabkan
guru
dihormati,
sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin
6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 31. 7 Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995), 99.
21
bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah. 8 3. Siswa Siswa merupakan bagian penting di sekolah dan agar tidak terjadi keruwetan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran, maka perlu diadakan penelahaan tentang siswa. Hal ini berkaitan dengan dasar pertimbangan dalam pengembangan suatu perencanaan pengajaran, seperti: menentukan jenis, luas, dan bobot bahan pengajaran yang akan disajikan, cara penyampaian yang akan dilakukan, dan kegiatankegiatan belajar lainnya. Siswa merupakan pihak yang akan menerima dan memperoleh seperangkat kemampuan yang terumuskan dalam KBK. Hal ini berarti bahwa setiap siswa dituntut memiliki kemampuan-kemampuan: 1) kreatif dan inofatif dalam belajar, 2) menciptakan suasana kompetitif, 3) menghargai dan menghormati warga sekolah, 4) mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan IPTEK yang sedang terjadi di masyarakat untuk selanjutnya dibawa ke sekolah sebagai bahan masukan bagi peningkatan kualitas sekolah. 9
8 9
Djamarah, Guru dan Anak Didik, 32. Susilo, Kurikulum, 190-191.
22
4. Masyarakat Komunitas masyarakat sekitar sekolah merupakan bagian dari lingkungan sekolah yang tidak dapat diabaikan peranannya. Hal ini berkaitan dengan ikut menciptakan suasana nyaman, tentram, dan aman yang mendukung kegiatan belajar, mengajar di sekolah. Oleh karena itu perlu
tercipta
suasana
harmonis
antara
pihak
kegiatan
atau
sekolah
dengan
masyarakat sekitar. Adapun
bentuk-bentuk
hubungan
yang
dilakukan pihak sekolah dengan masyarakat sekitar adalah: 1. Halal Bihalal dengan masyarakat sekitar 2. Ta’ziyah di lingkungan masyarakat 3. Melibatkan masyarakat di dalam kepanitiaan dan pembagian hewan qurban 4. Melibatkan masyarakat di dalam kepanitiaan dan pembagian zakat fitrah 5. Kerja bakti di lingkungan sekolah dan masyarakat dengan melibatkan siswa, guru, karyawan, dan masyarakat sekitar.
B. Pengertian Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
23
satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum negara kesatuan RI. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Permendiknas No. 41 tahun 2007 adalah peraturan menteri pendidikan nasional tentang standar proses yang meliputi, perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Yang semuanya itu akan dibahas dalam komponen-komponen Permendiknas di bawah ini.
C. Komponen-Komponen Permendiknas No. 41 Tahun 2007 1. Perencanaan Proses Pembelajaran Proses pembelajaran dimulai dengan fase persiapan untuk mengembangkan kompetensi dasar, indikator, hasil belajar, dan materi standar sedemikian rupa. Untuk membuat persiapan yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan umum sekolah, tujuan mata pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan dan minat peserta didik, isi kurikulum dan unit-unit pelajaran yang disediakan dalam bentuk mata pelajaran, serta teknik-teknik pembelajaran jangka pendek. 11 Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan 10 11
As'adi, Modul-1 Materi Pembekalan, 1. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Rosdakarya, 2006), 96.
24
perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan, perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Untuk mempersiapkan
mencapai
tujuan
perangkat
yang
tersebut,
tentunya
harus
guru
dilaksanakan
harus dalam
merencanakan program, yaitu membuat silabus dan RPP. 12 a. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
pengembangan
kurikulum,
yang
mencakup
kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan kerangka inti dari kurikulum 2004 yang berisikan tiga komponen utama, yang dapat menjawab permasalahan: (1) Kompetensi apa yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran, (2) kegiatan apakah yang harus dilakukan untuk menanamkan kompetensi tersebut, dan (3) upaya apakah yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik. Silabus merupakan uraian yang lebih rinci mengenai kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus
12
dimiliki
oleh
peserta
didik
sehubungan
suatu
mata
Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Rosdakarya, 2004), 91-92.
25
pelajaran. 13
Dalam
KTSP,
pengembangan
silabus
diserahkan
sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu melakukannya. Agar pengembangan silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan tetap berada dalam bingkai pengembangan kurikulum nasional (standar nasional), maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Ilmiah Mengandung arti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggung jawabkan secara kurikulum. 2) Relevan Mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik; yakni: tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3) Fleksibel Dapat dikaji dari dua sudut pandang yang berbeda, yakni fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan, dan fleksibel sebagai kaidah dalam penerapan kurikulum.
13
Mulyasa, Implementasi, 36.
26
4) Kontinuitas Setiap program pembelajaran mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki
keterkaitan
satu
sama
lain
dalam
membentuk
kompetesi dan pribadi peserta didik. 5) Konsisten Artinya bahwa antara standar kompetensi, kompetesi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, dan sumber belajar dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam membentuk kompetensi peserta didik. 6) Memadai Ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai KD yang telah ditentukan. 7) Aktual dan Kontekstual Ruang
lingkup
kompetensi
dasar,
materi
pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan
memperhatikan
perkembangan
ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang sedang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
27
8) Efektif Memperhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Silabus yang efektif adalah yang dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan. Sebaliknya silabus tersebut dapat dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan. 9) Efisien Efisien dalam silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan. 14 Rencana Program Pembelajaran b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih KD yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Agar guru dapat membuat RPP yang efektif, dan berhasil guna, dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan hakekat, fungsi, prinsip, dan prosedur pengembangan, serta cara mengukur efektifitas pelaksanaannya dalam pembelajaran. 14
191-195.
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Rosdakarya. 2007),
28
1) Hakekat Perencanaan Rencana
program
pembelajaran
pada
hakekatnya
merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan
apa
yang
akan
dilakukan
dalam
pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
RPP
perlu
dikembangkan
untuk
mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni: KD, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian. KD berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar berfungsi memberi makna terhadap KD; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi peserta didik; sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai. 2) Fungsi RPP a) Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan RPP dalam KTSP adalah bahwa RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
Oleh
kerena
itu,
setiap
akan
melakukan
29
pembelajaran guru wajib memiliki persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. b) Fungsi Pelaksanaan Dalam pengembangan KTSP, RPP harus disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal ini, materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh peserta didik harus
disesuaikan
dengan
kondisi
dan
kebutuhan
lingkungan, sekolah, dan daerah. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran
harus
terorganisasi
melalui
serangkaian
kegiatan tertentu, dengan strategi yang tepat dan mumpuni. 3) Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP Penyusunan memperhatikan
atau
perhatian
pengembangan dan
karakteristik
RPP
harus
peserta
didik
terhadap materi standar yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini, harus diperhatikan agar guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi harus berperan sebagai motifator yang dapat membangkitkan gairah dan nafsu belajar, serta mendorong peserta didik untuk belajar, dengan menggunakan berbagai variasi media dan sumber belajar yang sesuai, serta menunjang
30
pembentukan standar kompetensi dan KD. Untuk kepentingan tersebut, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam RPP yaitu sebagai berikut: a) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkrit kompetensi makin mudah di amati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus di lakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. b) RPP harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik. c) Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan KD yang akan diwujudkan. d) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. e) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain. 15 4) Cara pengembangan RPP Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut a) Mengisi kolom identitas
15
Ibid., 212-219.
31
b) Menentukan
alokasi
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
pertemuan yang telah ditetapkan. c) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun. d) Merumuskan
tujuan
pembelajaran
berdasarkan
standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan. e) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok atau pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi standar merupakan uraian dari materi pokok pembelajaran. f) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. g) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir, h) Menentukan sumber belajar yang digunakan. i) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik pengukuran. 16 2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran A) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran 1) Rombongan Belajar Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah: a) SD/MI
16
Ibid., 222-223.
: 28 peserta didik
32
b)
SMP/MT
: 32 peserta didik
c) SMA/MA
: 32 peserta didik
d) SMK/MAK : 32 peserta didik 2) Beban Kerja Minimal Guru a) Beban
kerja
guru
mencakup
kegiatan
pokok
yaitu
merencanakan, melaksanakan, menilai hasil pembelajaran, menimbang dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. b) Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu. 3) Buku Teks Pelajaran a) Buku teks pelajaran yang digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh menteri. b) Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1:1 per mata pelajaran. c) Selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya.
33
d) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan
sumber
belajar
lain
yang
ada
di
perpustakaan
sekolah/madrasah. 4) Pengelolaan Kelas a) Guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta
didik
dan
mata
pelajaran,
serta
aktivitas
pembelajaran yang akan dilakukan. b) Volume dan inotasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik ole peserta didik. c) Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik. d) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik. e) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan,
dan
keputusan
pada
peraturan
dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran. B) Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan Pendahulian a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
34
b) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai. d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2) Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang,
memotivasi
peserta
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan
inti
menggunakan
metode
yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber. 2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.
35
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. 4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan 5) Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
percobaan
di
laboratorium, studio, atau lapangan. b. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru : 1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna. 2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. 3) Memberi
kesempatan
untuk
berfikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. 4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. 5) Memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. 6)
Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.
36
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan variasi, kerja individual, maupun kelompok. 8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan. 9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebangsaan dan rasa percaya diri peserta didik. c. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun kaidah terhadap keberhasilan peserta didik. 2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. 4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai KD.. 3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/ atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran.
37
b) Melakukan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. c) Memberikan
umpan
balik
terhadap
proses
dan
hasil
pembelajaran. d) Merencanakan
kegiatan
tindak
lanjut
dalam
bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. e) Menyampaikan
rencana
pembelajaran
pada
pertemuan
berikutnya. 17 3. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana yang tercantum dalam KBM setiap mata pelajaran. Di samping mengukur hasil belajar siswa sesuai sesuai dengan kompetensi setiap mata pelajaran di masing-masing kelas dalam kurikulum nasional, penilaian juga dilakukan untuk mengetahui kedudukan atau posisi siswa dalam 8 level kompetensi yang ditetapkan secara nasional. 18 Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian
kelas,
tes
kemampuan
dasar,
penilaian
akhir
satuan
pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program. 19
17 18 19
As'adi, Modul-1, 5-8. Majid & Andayani, Pendidikan Agama Islam, 87. Mulyasa, Kurikulum, 258.
38
Penilaian berbasis kelas harus memperhatikan tiga ranah yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir. Ujian akhir dilakukan pada pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh KD yang telah diberikan, dengan penekanan pada KD yang dibahas pada kelas-kelas tinggi. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam KD tertentu, terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep-konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Ulangan harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan lain, seperti sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai-nilai bagi para peserta didik, ulangan umum dilakukan secara bersama untuk kelas-kelas paralel seperti akhir semester, dengan bahan yang diujikan sebagai berikut: a. Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama. b. Ulangan umum semester ke dua soalnya merupakan gabungan dari materi semester pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi semester
kedua. 20
Tes
kemampuan
dasar
dilakukan
untuk
mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan menghitung yang
20
Ibid., 259.
39
diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remidial). Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara uth dan menyeluruh mengenai kualitas belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam STTB tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah. Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Penilaian program dilakukan oleh Departemen
Pendidikan
Nasional
secara
kontinu
dan
berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman. 21 4. Pengawasan Proses Pembelajaran Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan pendidikan. Dorongan itu berupa, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan
21
Ibid., 260-261.
40
keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, caracara penilaian yang sistematis terhadap vase seluruh proses pengajaran dan sebagainya. 22 a. Pemantauan Mengadakan kunjungan kelas atau kunjungan sewaktuwaktu yang dilakukan oleh seorang supervisor untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki. 23 b. Supervisi Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervise mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu. Dalam pelaksanaannya, supervise 22 23
Mulyasa, Implementasi, 171. Purwanto, Administrasi, 120.
41
bukan
hanya
mengawasi
apakah
para
guru
atau
pegawai
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam supervisi adalah sebagai berikut : a) Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. b) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar mengajar yang baik. c) Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan
metode-metode
baru
dalam
proses
belajar
mengajar yang lebih baik. d) Membina kerjasama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah lainya. e) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, inservice-training, atau up-grading. 24
24
Ibid., 76-77.
42
c. Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan. d. Tindak Lanjut a) Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar. b) teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar. c) guru diberi lebih lanjut. 25
25
As'di., Modul-1, 9.
kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran
43
BAB III IMPLEMENTASI PERMENDIKNAS NO. 41 TAHUN 2007 DI SMK WAHID HASYIM PONOROGO
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMK Wahid Hasyim Ponorogo SMK Wahid Hasyim Ponorogo di dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik mempunyai sejarah yang melatar belakangi berdirinya sekolah/lembaga ini, SMK Wahid Hasyim Ponorogo ini adalah cabang dari LP Ma’arif Ponorogo. Yang mana didirikan sendiri oleh pengurus LP Ma’arif Ponorogo sesuai restu dari keluarga Wahid Hasyim (ibu Lili Hasyim) yang mana di LP Ma’arif terdapat lembaga pendidikan mulai dari tingkat bawah sampai tingkat atas yaitu: TK=RA, SD=MI, SMP=MTS, SMA=MA. Sementara di Ponorogo belum ada SMK sehingga LP Ma’arif mendirikan SMK yaitu tepatnya pada tanggal 16 Juli 2000 SMK Wahid Hasyim Ponorogo berdiri yang dimotori oleh ketua LP Ma’arif
yang di bantu oleh pengurus LP
Ma’arif Ponorogo. 1
1
Lihat Transkrip Wawancara No: 01/01-W/25-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
44
2. Letak Geografis Berdasarkan
hasil
observasi
di
lokasi
penelitian
yang
dilaksanakan tanggal 31 Maret 2009, SMK Wahid Hasyim Ponorogo terletak di Jalan Bhayangkara 11/19 Ponorogo atau sebelah selatan Polres Ponorogo. 2 3. Visi dan Misi SMK Wahid Hasyim Ponorogo. a. Visi Menghasilkan tamatan yang punya kemandirian dengan ketinggian spiritual b. Misi 1. Membentuk alumni yang memiliki profil mandiri dan life skill tinggi sehingga mampu bersaing di masyarakat dan industri. 2. Membimbing siswa untuk dapat memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. 3 4. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu bagan tatanan dalam suatu lembaga/badan
perkumpulan
tertentu
dalam
menjalankan
roda
organisasi. Demikian halnya dengan bentuk program kerja SMK Wahid Hasyim Ponorogo, yang dijalankan sekolah berdasarkan programprogram yang telah mereka susun dalam struktur organisasi sekolah. Struktur organisasi ini dibuat dengan harapan tugas yang telah dibebankan sesuai dengan jabatan dan tanggung jawab masing-masing 2
Lihat Trnskrip Observasi No: 01/O/31-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat Transkrip Dokumenrasi No: 01/D/02-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
3
45
dapat dilaksanakan dengan baik dengan adanya koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaannya sehingga sekolah tidak tumpang tindih untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah berdasarkan program-program yang disusun dalam struktur organisasi sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran. 4 5. Keadaan guru, karyawan, dan siswa Berdasarkan dari data dokumentasi yang telah penulis peroleh untuk saat ini di SMK Wahid Hasyim Ponorogo telah memiliki tenaga guru yang berjumlah 20 guru dan karyawan 2 pegawai. Yang semuanya telah cukup memadai sebagai tenaga pendidik dan tenaga personalia yang profesional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran. Mengenai keadaan siswa SMK Wahid Hasyim Ponorogo, kelas X a dan X b berjumlah 30 siswa, kelas XI a dan XI b 27 siswa, kelas XII a dan XII b berjumlah 23 siswa, maka lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran. 5 6. Sarana dan Prasarana Fasilitas pada suatu lembaga pendidikan adalah mutlak harus ada dan harus memenuhi kebutuhan pendidikan. Fasilitas berfungsi untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa yang belajar dapat mendapatkan ilmu sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak lembaga pendidikan maupun siswa sendiri. Guna menunjang
4
Lihat Transkrip Dokumentasi No: 02/D/02-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 5 Lihat Transkrip Dokumentasi No: 03/D/02-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
46
proses kelancaran belajar mengajar, maka SMK Wahid Hasyim Ponorogo menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan. 6
B. Pemaparan Data 1. Persepsi
stakeholder
SMK
Wahid
Hasyim
Ponorogo
terhadap
Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses dalam bidang studi PAI. Untuk
menghadapi
era
globalisasi
yang
penuh
dengan
persaingan, dibutuhkan guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan inovatif. Maka dari itu, setiap akan mengajar guru diwajibkan untuk membuat rencana yang matang sehingga guru dapat mengajar dengan maksimal, dan dapat memberikan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik. Dan
untuk
mengetahui
persepsi
stakeholder
terhadap
Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses, dalam wawancara di bawah ini telah dijelaskan sebagai berikut: a. Menurut bapak Imran Husnussairi, ST, selaku Waka Kurikulum di SMK Wahid Hasyim Ponorogo menjelaskan bahwa: “Dengan adanya Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses ini, membuat para guru menjadi lebih disiplin dalam mengajar, karena sebelum masuk kelas guru diwajibkan membuat rencana pengajaran dan silabus baik itu secara tertulis maupun tidak tertulis, sehingga guru benar-benar siap dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, sehingga peserta didik lebih mudah menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. RPP dibuat 6
Lihat Transkrip Dokumentasi No: 04/D/02-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
47
oleh masing-masing guru ketika akan mengajar, sedangkan silabus dibuat dari pihak sekolah baru diserahkan ke Kanwil untuk diteliti dan di tanda tangani, baru kemudian dikembalikan kepada pihak sekolah”. 7 b. Menurut bapak Jauhan Budiwan, M. Ag, selaku guru agama di SMK Wahid Hasyim Ponorogo menjelaskan: “Dengan adanya Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses tersebut bagus, karena bisa menambah semangat para guru untuk mengajar di kelas, karena sebelum memulai pelajaran setiap guru diharuskan untuk membuat rencana pengajaran yang matang, sehingga guru bisa mengajar dengan maksimal di dalam kelas, sehingga murid-murid juga ikut bersemangat dan lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru”. 8 c. Menurut Imam Mustafa, siswa kelas XI b SMK Wahid Hasyim Ponorogo mengemukakan: “bahwa setelah guru membuat RPP sebelum mengajar siswa semakin bisa memahami apa yang disampaikan oleh guru, dan siswa bisa termotivasi untuk belajar. Karena menurut siswa, dengan guru membuat RPP sebelum mengajar dan dengan menggunakan strategi yang tidak monoton, guru lebih maksimal dalam mengajar di kelas”. 9 d. Menurut Bu Por, salah satu masyarakat sekitar SMK Wahid Hasyim mengatakan: “bahwa setelah mendapat pengajaran akhlak di dalam kelas, siswa menjadi lebih sopan terhadap orang yang dianggap lebih tua dari mereka, karena mereka menyadari bahwa menghormati orang yang lebih tua dari mereka hukumnya wajib”. 10
7
Lihat Transkrip Wawancara No: 02/02-w/F-I/3-IV/2009 dalam penelitian ini. 8 Lihat Transkrip Wawancara No: 03/03-W/F-1/03-IV/2009 dalam penelitian ini. 9 Lihat Transkrip Wawancara No:08/05-W/F-1/12-V/2009 dalam penelitian ini. 10 Lihat Transkrip Wawancara No: 09/06-W/F-1/12-V/2009 dalam penelitian ini.
lampiran laporan hasil lampiran laporan hasil lampiran laporan hasil lampiran laporan hasil
48
Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa persepsi stakeholder terhadap Permendiknas no. 41 tahun 2007 adalah untuk meningkatkan kinerja para guru dalam proses belajar mengajar di kelas, dengan guru membuat silabus dan RPP sebelum memulai mengajar di kelas, sehingga peserta didik dapat menyerap pelajaran dengan faham dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Permasalahan yang dihadapi oleh stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses dalam bidang PAI Dalam pelaksanaan pembelajaran di lapangan tidak menutup kemungkinan terjadi adanya suatu permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru, maka sebagaimana hasil wawancara di bawah ini akan dijelaskan sebagai berikut: a. Menurut bapak Imran Husnussairi, ST, Selaku Waka Kurikulum di SMK Wahid Hasyim Ponorogo menjelaskan: “Permasalahan yang dihadapi yaitu ketidak disiplinan murid, seperti terlambat masuk kelas, kurangnya waktu, kurangnya referensi yang digunakan, murid ramai di kelas, dan sebagainya”. 11 b. Menurut bapak Jauhan Budiwan, M. Ag, selaku guru agama di SMK Wahid Hasyim Ponorogo menyatakan: “Bahwa permasalahan yang dihadapi yaitu tidak begitu rumit, cuma biasanya murid-murid tidak disiplin, seperti terlambat masuk kelas sehingga mengurangi waktu belajar mengajar di kelas, keramaian
11
Lihat Transkrip Wawancara No: 04/02-W/F-1/03-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
49
murid saat di ajar, mengantuk, kurangnya waktu, dan kurangnya referensi yang digunakan.”12 c. Menurut Ibu Rofiq Sa'adah, S. Pd.I Mengemukakan: “Bahwa permasalahan yang di hadapi yaitu murid kurang bisa membaca Al-qur'an, bahkan ada yang tidak bisa membaca Al-qur'an sama sekali dan pengetahuan tentang agama masih minim”. 13 d. Menurut Angga Dwi Jatmiko, salah satu murid kelas XIa SMK Wahid Hasyim Ponorogo bahwa: “Permasalahan yang dihadapi yaitu kurangnya waktu dalam belajar di kelas, sehingga siswa yang belum bisa membaca al-Qur'an tidak bisa mengikuti teman yang sudah lancar dalam membaca alQur'an”. 14 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi yaitu ketidak disiplinan murid, murid ada yang belum bisa membaca al-Qur'an, dan kurang pengetahuan dalam bidang ilmu agama, kurangnya referensi yang digunakan, kurangnya waktu, dan keramaian murid saat di ajar di dalam kelas. 3. Langkah-langkah stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas no. 41 tentang standar proses dalam bidang studi PAI a. Menurut bapak Jauhan Budiwan, M. Ag. Selaku guru agama di SMK Wahid Hasyim Ponorogo, “Bahwasanya langkah-langkah untuk menerapkannya adalah guru memberi hukuman ringan kepada anak yang melanggar peraturan, seperti disuruh push up, mengadakan evaluasi kembali atau
12
Lihat Transkrip Wawancara No: 05/03-W/F-2/07-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 13 Lihat Transkrip Wawancara No: 10/04-W/12-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 14 Lihat Transkrip Wawancara No: 11/07-W/F-2/12-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
50
perbaikan kepada anak yang kurang baik nilainya, menambah referensi atau buku yang diperlukan oleh murid”. 15 b. Menurut Ibu Rofiq Sa’adah, S .Ag. Selaku guru agama di SMK Wahid Hasyim Ponorogo menyatakan, “Bahwasanya langkah-langkah yang dihadapi yaitu guru mengadakan evaluasi kembali terhadap murid yang nilainya kurang, diadakan tambahan belajar khususnya pada materi al-qur'an, memberi hukuman kepada murid yang tidak disiplin, menambah referensi, dan sebagainya”. 16 c. Menurut imam Mustafa, murid kelas XI b SMK Wahid Hasyim Ponorogo: “Bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh murid yaitu murid selalu berusaha belajar dengan giat supaya apabila guru mengadakan perbaikan nilai atau ulangan murid bisa memperoleh nilai yang memuaskan”. 17 Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang dihadapi oleh stakeholder dalam menerapkan Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses adalah guru mengadakan tambahan belajar terutama pelajaran al-Qur'an, supaya murid yang belum bisa membaca al-Qur'an bisa membaca al-Qur'an dengan baik. Demikianlah pemaparan data yang dapat penulis paparkan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan peranan stakeholder terhadap Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.
15
Lihat Transkrip Wawancara No: 06/03-W/F-3/07-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 16 Lihat Transkrip Wawancara No: 07/04-W/F-3/07-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 17 Lihat Transkrip Wawancara No: 12/05-W/F-3/12-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
51
BAB IV ANALISA PERANAN STAKEHOLDER DALAM IMPLEMENTASI PERMENDIKNAS NO. 41 TAHUN 2007 DI SMK WAHID HASYIM PONOROGO
A. Analisa Tentang Persepsi Stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo Terhadap Implementasi Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan, dibutuhkan guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan inovatif. Maka dari itu, setiap akan mengajar guru diwajibkan untuk membuat rencana yang matang sehingga guru dapat mengajar dengan maksimal, dan dapat memberikan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik. Dengan adanya Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses ini, membuat para guru menjadi lebih disiplin dalam mengajar, karena sebelum masuk kelas guru diwajibkan membuat rencana pengajaran dan silabus baik itu secara tertulis maupun tidak tertulis, sehingga guru benar-benar siap dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, sehingga peserta didik lebih mudah menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. RPP dibuat oleh masing-masing guru ketika akan mengajar, sedangkan silabus dibuat dari pihak sekolah baru diserahkan ke
52
Kanwil untuk diteliti dan di tanda tangani, baru kemudian dikembalikan ke pihak sekolah. 1 Menurut guru agama, dengan adanya Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses ini bagus, karena bisa menambah semangat para guru untuk mengajar di kelas, karena sebelum memulai pelajaran setiap guru diharuskan untuk membuat rencana pengajaran yang matang, sehingga guru bisa mengajar dengan maksimal di dalam kelas, sehingga murid-murid juga ikut bersemangat dan lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru. 2 Menurut Imam Mustafa, setelah guru membuat RPP sebelum mengajar siswa semakin bisa memahami apa yang disampaikan oleh guru, dan siswa bisa termotivasi untuk belajar. Karena menurut siswa, dengan guru membuat RPP sebelum mengajar dan dengan menggunakan strategi yang tidak monoton, guru lebih maksimal dalam mengajar di kelas. 3 Menurut Bu Pur, setelah mendapat pengajaran akhlak di dalam kelas, siswa menjadi lebih sopan terhadap orang yang dianggap lebih tua dari mereka, karena mereka menyadari bahwa menghormati orang yang lebih tua dari mereka hukumnya wajib. 4
1
Lihat Transkrip Wawancara No: 02/02-w/F-I/3-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
2
Lihat Transkrip Wawancara No: 03/03-W/F-1/03-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
3
Lihat Transkrip Wawancara No:08/05-W/F-1/12-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 4 Lihat Transkrip Wawancara No: 09/06-W/F-1/12-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
53
Data di atas sesuai dengan konsep yang di tulis oleh Mulyasa yang menyatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan
perencanaan
jangka
pendek
untuk
memperkirakan
atau
memproyeksikan apa yang akan di lakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. 5 Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa persepsi stakeholder terhadap permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses adalah untuk meningkatkan kinerja para guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan membuat RPP, sehingga peserta didik dapat menyerap pelajaran dengan faham dan dapat menerapkannya dalam kehidupan seharihari.
B. Analisa Tentang Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Dalam pelaksanaan pembelajaran di lapangan tidak menutup kemungkinan terjadi adanya suatu permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh guru, Waka kurikulum menjelaskan permasalahan yang di hadapi yaitu, ketidak disiplinan murid, seperti terlambat masuk kelas,
5
Mulyasa, Kurikulum Tingkat…, 191-195
54
kurangnya waktu, kurangnya referensi yang digunakan, murid ramai di kelas, dan sebagainya. 6 Menurut guru agama permasalahan yang di hadapi yaitu tidak begitu rumit, cuma biasanya murid-murid tidak disiplin, seperti terlambat masuk kelas sehingga mengurangi waktu belajar mengajar di kelas, keramaian murid saat di ajar di dalam kelas, mengantuk, dan kurangnya referensi yang digunakan. 7 Menurut Ibu Rofiq Sa'adah, permasalahan yang di hadapi yaitu murid kurang bisa membaca Al-qur'an, bahkan ada yang tidak bisa membaca Al-qur'an sama sekali dan pengetahuan tentang agama masih minim. 8 Menurut Angga Dwi Jatmiko, permasalahan yang dihadapi yaitu kurangnya waktu dalam belajar di kelas, sehingga siswa yang belum bisa membaca Al-qur'an tidak bisa mengikuti teman yang sudah lancar dalam membaca Al-qur'an.
9
Sebagimana yang diungkapkan oleh Bpk. Basuki As’adi dalam bukunya mengatakan bahwa buku teks pelajaran yang digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite
6
Lihat Transkrip Wawancara No: 04/02-W/F-1/03-IV/2009 dalam lampiran penelitian ini. 7 Lihat Transkrip Wawancara No: 05/03-W/F-2/07-IV/2009 dalam lampiran penelitian ini. 8 Lihat Transkrip Wawancara No: 10/04-W/12-V/2009 dalam lampiran penelitian ini. 9 Lihat Transkrip Wawancara No: 11/07-W/F-2/12-V/2009 dalam lampiran penelitian ini.
laporan hasil laporan hasil laporan hasil laporan hasil
55
sekolah/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh menteri. 1) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1:1 per mata pelajaran. 2) selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya. 3) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah. b. Pengelolaan Kelas 1) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan. 2) volume dan inotasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik ole peserta didik. 3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik. 4) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik. 5) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan
keputusan
pembelajaran.
10
10
As’adi, Modul-1…, 5-8.
pada
peraturan
dalam
menyelenggarakan
proses
56
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa permasalahanpermasalahan yang di hadapi adalah murid kurang bisa membaca al-qur'an, bahkan ada yang belum bisa membaca al-qur'an sama sekali, pengetahuan agama murid sangat minim, ketidak disiplinan murid, kurangnya referensi yang digunakan, kurangnya waktu, dan keramaian murid saat di ajar di dalam kelas.
C. Analisa Tentang Langkah-Langkah yang di Lakukan oleh Stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo Terhadap Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Menurut guru agama, langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkannya adalah guru memberi hukuman ringan kepada murid yang tidak mematuhi peraturan, seperti disuruh push-up, mengadakan evaluasi kembali atau perbaikan kepada murid yang kurang baik nilainya, dan menambah referensi atau buku yang diperlukan oleh murid. 11 Guru agama yang lain menjelaskan, tidak jauh berbeda dengan penjelasan di atas, bahwasanya langkah-langkah yang di lakukan adalah menambah pelajaran terutama pelajaran al-qur'an, guru mengadakan evaluasi kembali terhadap murid yang kurang baik nilainya, menambah referensi yang kurang, dan sebagainya. 12
11
Lihat Transkrip Wawancara No: 06/03-W/F-3/07-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 12 Lihat Transkrip Wawancara No: 07/04-W/F-3/07-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
57
Menurut Imam Mustafa, salah satu murid SMK Wahid Hasyim Ponorogo, bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh murid yaitu murid selalu berusaha belajar dengan giat supaya apabila guru mengadakan perbaikan
nilai
atau
ulangan
murid
bisa
memperoleh
nilai
yang
memuaskan. 13 Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa langkah-langkah yang di lakukan yaitu memberi hukuman kepada murid yang melanggar peraturan, mengadakan evaluasi, menambah referensi yang kurang, menambah pelajaran terutama pelajaran al-qur'an, supaya murid bisa lebih bisa membaca al-qur'an dan supaya menambah pengetahuan agama murid. Langkah-langkah tersebut kiranya cukup efisien untuk meraih tujuan-tujuan yang dikehendaki dari semangat Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Jika benar-benar dilaksanakan secara aktual. Dalam kegiatan keseharian aktivitas belajar mengajar di SMK Wahid Hasyim Ponorogo kebijakan-kebijakan yang diambil oleh stakeholder untuk menjalankan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentunya juga sangat kondisional. Artinya tidak rigid atau kaku dan karenanya harus betul-betul mencermati perkembangan dan situasi peserta didik di sekolah itu, demi kemajuan peserta didik.
13
Lihat Transkrip Wawancara No: 12/05-W/F-3/12-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat di ambil kesimpulan bahwa: 1. Persepsi
stakeholder
SMK
Wahid
Hasyim
Ponorogo
terhadap
Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses yaitu untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar di kelas, dengan membuat RPP dan silabus, sehingga peserta didik dapat menyerap pelajaran dengan faham dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Permasalahan yang di hadapi oleh stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses antara lain adalah (1) Murid kurang bisa membaca al-Qur'an, bahkan ada yang tidak bisa membaca al-Qur'an sama sekali (2) Ketidak disiplinan siswa seperti terlambat masuk kelas, (3) Kurangnya waktu, (4) Kurangnya referensi yang di gunakan, dan (5) Keramaian murid di kelas. 3. Langkah-langkah yang di lakukan oleh stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses adalah menambah pelajaran terutama pelajaran al-Qur'an, memberi hukuman bagi murid yang tidak mematuhi peraturan, seperti disuruh push-up, mengadakan evaluasi kembali, dan menambah referensi atau buku yang diperlukan oleh murid.
59
B. Saran 1. Sebagai seorang pendidik hendaknya kegiatan belajar mengajar lebih mempertimbangkan siswa. Proses belajar tidak harus dari guru menuju siswa, karena siswa sendiri juga bisa saling mengajar satu sama lain. 2. Seorang guru hendaknya lebih kreatif untuk menemukan inovasi baru pembelajaran di kelas agar siswa termotifasi untuk lebih aktif belajar, sehingga mutu pendidikan harus lebih meningkat dan produktif. 3. Pengajaran hendaknya di arahkan ke dalam tiga aspek yaitu, aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
60
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Imran. Penelitian Kualitatif. Malang: Kalimasahada Press, 1996. As'adi, Basuki. Modul-1 Materi Pembekalan bagi Mahasiswa Peserta PPLKII. Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2008. Darajad, Zakiyah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1995. Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Http:www. Ina water. Com/news/Wmprint. Pht? Arti D=507, 1 Maret 2009. Kencana, Wayan, Nur & Sumarmata. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1986. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007. Majid, Abdul & Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya, 2004. Miles, Matthew B & Huberman, A. Michael. Analisa Data Kualitatif. (terj). Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Penerbit UI-Press, 1992. Mulyasa, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003. Mulyasa. Implementasi kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya, 2006.
61
. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 2007. Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 1993. Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIE, 2001. Subroto, B, Surya. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. Suparlan. Menjadi Guru Efektif. Yokyakarta: Hikayat, 2005. Sugiono.
Metodologi
Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2006. Susilo,
Joko,
Muhammad.
Kurikulum
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Tingkat
Satuan
Pendidikan.