BAB 1 PEANDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan
jumlah
penduduk
Indonesia
dari
tahun
ke
tahun,
menunjukkan adanya peningkatan pada angka harapan hidup bangsa Indonesia. Berdasarkan data dari sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia pada
W D K U
tahun 2010 adalah sebanyak 237 641 326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa (49,79 %) dan di daerah perdesaan sebanyak 119 321 070 jiwa (50,21 %). (BPS, 2010). Hasil proyeksi yang dilakukan oleh Bappenas, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang akan terus meningkat yaitu dari 237,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun 2035. Angka harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) pun meningkat dari
©
70,1 tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035. (BPS, 2013).
Meningkatnya jumlah penduduk dan angka harapan hidup orang Indonesia, menyebabkan peningkatan populasi penduduk lansia. Peningkatan populasi penduduk lansia ini, sangat cepat dibanding kelompok usia lainnya. (Siti Setiati, 2013). Proporsi populasi usia lanjut (> 65 tahun), diprediksikan terus meningkat hingga tahun 2050. (Sikoki, 2012). Peningkatan populasi lansia di Indonesia diprediksikan akan lebih tinggi daripada populasi lansia di wilayah Asia dan global setelah tahun 2050. (Depkes, 2013).
1
2
Hasil sensus penduduk pada tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 3,457,491 jiwa yang mengalami peningkatan di bandingkan dengan hasil sensus penduduk pada tahun 2000 sebanyak 3.120.478 jiwa. (BPS, 2010). Angka harapan hidupnya sebesar 74,0.(BPS 1971-2010). Untuk jumlah populasi usia lanjut dari hasil sensus penduduk 2010 sebanyak 448.223 jiwa, yang terus mengalami peningkatan. Grafik dibawah ini
W D K U
menggambarkan peningkatan presentase penduduk lanjut usia di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta, dari tahun 1971-2010.
©
Gambar 1.1 Presentase Penduduk Lansia Di DIY Hasil Sensus Penduduk Tahun 19712010. (BKKBN DIY, 2012).
Peningkatan jumlah penduduk lansia, perlu mendapat perhatian dari kita semua, karena ada begitu banyaknya masalah yang akan dialami oleh penduduk lansia, antara lain yang berkaitan dengan kondisi fisik, status mental, dan
3
kemandirian. Masalah - masalah ini terjadi akibat dari proses “menua” yaitu menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Boedhi-Darmojo, 2011). Masalah ini akan mengganggu lansia dalam kemandiriannya melaksanakan berbagai aktivitas hidup sehari-hari, yang pada
W D K U
akhirnya akan menurunkan kualitas hidup lansia. (Nugroho, 2008).
Selain itu, kerentanan atau frailty adalah sindrom yang sering terjadi pada lansia. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi frailty ialah akumulasi proses menua, inaktivitas fisik akibat tirah baring lama dan turunnya berat badan, nutrisi yang buruk, gaya hidup serta lingkungan yang tidak sehat, penyakit penyerta, polifarmasi serta genetik dan jenis kelamin perempuan. (Siti Setiati, 2013). Berdasarkan kriteria Fried untuk Frailty, terdapat lima gejala yaitu:
©
1. Penyusutan; “adanya penurunan berat badan > 4,5 kg”, 2. Kelemahan; “kekuatan genggam tangan < 20%”, 3. Kelelahan; “dilaporkan kelelahan yang disadari sendiri”,4. Kelambatan; “kecepatan berjalan < 20% atau 4,6 m”, dan 5. Penurunan aktivitas fisik; “< 20% kcal/minggu”. (Fried et al. 2001). Keadaan ini, tentunya akan membuat lansia menjadi semakin rentan mengalami disabilitas yaitu, kurangnya kemampuan untuk melakukan kegiatan normal yang biasa dilakukan sahari-hari. Tindakan deteksi dini terhadap kondisi frailty sangat penting untuk mencegah terjadinya disablitas dan juga morbiditas pada lansia. Oleh karena tingginya jumlah lansia di Indonesia, dan belum banyak yang menyadari dan memahami akan masalah-masalah yang terjadi pada penduduk
4
lansia, penanganan dan pelayanan kesehatan lansia yang terbatas serta masih kurangnya penelitian yang dilakukan berkaitan dengan lansia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai perubahan kondisi fisik, status mental dan kemandirian lansia di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari saudari Monica Roly
W D K U
Vonita pada tahun 2015, dengan judul penelitian “Hubungan antara kondisi fisik, status mental dan kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari pada lansia di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta”. Hasil penelitian diperoleh yaitu;1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan fisik dengan status mental pada korelasi antara BORG dengan HVLT dan MMSE, dan GUG dengan HVLT, 2. Ada hubungan yang signifikan pada kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari dengan
©
kekuatan fisik pada korelasi antar ADL dengan BORG dan BERG dan IADL dengan BORG, 3. Ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari (ADL dan IADL) dengan status mental (HVLT dan MMSE) dan 4. Adanya hubungan yang signifikan antara status pendidikan dengan status mental (MMSE).
Untuk penelitian yang akan dilaksanakan tahun pada 2016, peneliti ingin melihat dan meninjau kembali ada atau tidaknya hubungan antara kondisi fisik dengan status mental, hubungan antara kemandirian dalam aktivitas hidup seharihari (ADL) dan aktivitas sehari-hari menggunakan instrument (IADL) dengan status mental, dan hubungan antara kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari
5
(ADL) dan aktivitas sehari-hari menggunakan instrument (IADL) dengan kondisi fisik. Selain itu, peneliti juga ingin melihat ada atau tidaknya perubahan yang terjadi pada lansia dengan membandingkan data kondisi fisik, status mental dan kemandirian yang diambil pada tahun 2015 oleh saudari Monica Rolly dengan data kondisi fisik, status mental dan kemandirian yang akan diambil pada tahun 2016 oleh peneliti, di Kelurahan Semanu, Kecamatan Seamnu, Kabupaten
W D K U
Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta.
Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten terluas di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas daerah 1.485,36 km² atau sekitar 46,63% dari luas propinsi DIY. Ibukotanya Wonosari terletak di sebelah tenggara Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan jarak sekitar ± 39 km, dari ibukota propinsi DIY. Wilayah Kabupaten Gunungkidul ini terbagi menjadi 18 kecamatan dan 144 desa, 1416 dusun, 1583 RW dan 6844 RT. (Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, 2012).
©
Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduknya sebanyak 675.382 yang mengalami peningkatan dari jumlah penduduk sebelumnya yang terhitung pada tahun 2009, sebanyak 688,153. (BPS, 2010). Angka harapan hidup untuk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2010 adalah 71,0. (BPS, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, tercatat jumlah penduduk lansia sebanyak 131.510 jiwa. (Depkes, 2013). Mata pencaharian penduduk sebagian besarnya sebagai petani yaitu 31,41%. Kabupaten Gunungkidul beriklim tropis dan topografi wilayahnya dibagi menjadi tiga zona pengembangan yaitu zona Baturagung dibagian utara; ketinggiannya 200 – 700 dpl, dengan jenis tanahnya vulkanis lateristik sedangkan
6
batuan induknya ialah Dasiet dan Andesiet. Zona Ledok Wonosari di bagian tengah; ketinggian 150 – 200 meter dengan jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dan batuan induknya batu kapur. Zona Penggunungan Seribu dibagian selatan; ketinggian 0 – 300 dpl, dengan jenis tanahnya kapur dan batuan dasar pembentukannya ialah batu kapur terumbu yang berwujud bukit-bukit kerucut (Conical limestone). Tidak ditemukan sungai di
W D K U
permukaan tanah melainkan banyak ditemukan sungai dibawah tanah. Berdasarkan data dari badan pusat statistik Gunungkidul 2013, presentasi penduduk miskin di Gunungkidul dari tahun 2008 sampai 2012 cenderung mengalami penurunan dari 25,96% - 22,72%. (Dinas Kependudukan Kabupaten Gunungkidul, 2014). Kabupaten Gunungkidul juga memiliki jumlah penduduk miskin yang mendapat jaminan kesehatan terbesar di DIY yaitu sekitar 66,9 % dari total penduduknya. (Dinkes Gunungkidul, 2014).
©
Daerah yang hendak diambil data lansia pada penelitian ini yaitu di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu, dengan luas wilayah
108,39 KM².
Kecamatan Semanu terdiri dari 5 desa, 106 dusun, 142 RW, 529 RT dan KK sebanyak 18.032 dengan rata – rata anggota keluarga 4 orang. Jumlah penduduknya sebanyak 58.287 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk terbesar sebanyak 38,57 % dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Gunungkidul. (Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, 2012). Berdasarkan data jumlah kelahiran dan kematian penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013, angka kelahiran untuk Kecamatan Semanu sebesar 7, 96 % atau 506 kelahiran, dengan jumlah laki - laki sebanyak 286 dan perempuan sebanyak 238. Untuk
7
angka Kematiannya sebesar 4,72 % atau 300 kematian, dengan jumlah laki – laki sebanyak 155 dan perempuan sebanyak 155. (Dinas Kependudukan Kabupaten Gunungkidul, 2014). Data yang diperoleh dari kepala desa, terdapat 442 jumlah lansia di desa Semanu. Rata-rata penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang sehari - harinya bekerja di sawah (termasuk responden yang akan diambil datanya). Daerah Kecamatan Semanu berada di zona tengah dan zona selatan yang
W D K U
merupakan kawasan topografi karst dan kurang air permukaan
sehingga tanahnya menjadi kurang subur. Hal ini berdampak pada hasil pertaniannya kurang optimal. (Kecamatan Semanu dalam Angka, 2009). Desa Semanu termasuk dalam jangkuan wilayah kerja Puskesmas Semanu I. Akses masyarakat ke puskemas ini mudah, karena puskesmas ini letaknya dekat dengan terminal Semanu. (Dinkes Gunungkidul, 2014). Selain puskemas, terdapat juga rumah sakit milik swasta serta beberapa dokter praktek swasta. Informasi yang
©
diperoleh dari peneliti sebelumnya, belum adanya posyandu bagi usia lanjut yang aktif, sehingga untuk pengambilan data penelitian ini, peneliti akan berkunjung ke rumah responden.
1.2 Masalah Penelitian Meningkatnya jumlah penduduk dan angka harapan hidup orang Indonesia, menyebabkan peningkatan populasi penduduk
lansia. Peningkatan jumlah
penduduk lansia tanpa disadari menimbulkan berbagai masalah yang dialami oleh penduduk lansia, antara lain yang berkaitan dengan kondisi fisik, status mental, dan kemandirian dalam beraktivitas sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut peneliti
8
ingin melihat ada atau tidaknya hubungan pada kondisi fisik, status mental dan kemandirian lansia dalam Activities of Daily Living (ADL) dan Instrumental Activities Of Daily Living (IADL), serta melihat ada/tidaknya perubahan kondisi fisik, status mental dan kemandirian yang terjadi pada lansia dengan membandingkan data yang akan diambil pada tahun 2016 dengan data penelitian yang telah diambil pada tahun 2015 di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu,
W D K U
Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik dan status mental pada lansia di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dalam ADL
©
(Activities of daily living) dan IADL (Instrumental activities of daily living) dengan status mental pada lansia Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dalam ADL (Activities of daily living) dan IADL (Instrumental activities of daily living) dengan kondisi fisik pada lansia di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul? 4. Apakah ada perubahan pada kondisi fisik lansia, dibandingkan dengan data penelitian satu tahun sebelumnya di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul?
9
5. Apakah ada perubahan pada status mental lansia, dibandingkan dengan data penelitian satu tahun sebelumnya di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu, kabupaten Gunungkidul? 6. Apakah ada perubahan pada kemandirian dalam ADL (Activities of daily living) dan IADL (Instrumental activities of daily living) lansia, dibandingkan dengan data penelitian satu tahun sebelumnya di Kelurahan
W D K U
Semanu, Kecamatan Semanu, kabupaten Gunungkidul?
1.3 Tujuan Penelitian
Umum:
Memberi sumbangan data yang berkesinambungan mengenai masalah - masalah pada lansia
Memberi sumbangan informasi bagi penanganan masalah - masalah
©
lansia
Menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam penelitian
Khusus:
Menghimpun data terkait kondisi fisik, status mental dan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pada lansia untuk keperluan penelitian lebih lanjut agar memberi gambaran pada keadan lansia secara berkelanjutan.
10
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui ada/tidaknya perubahan pada kondisi fisik, status mental dan kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Berlatih berkomunikasi dengan lansia.
Mengenal kondisi fisik dan status mental lansia di daerah
W D K U
pedesaan.
Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan dokter.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk mengenal,
©
memahami perubahan keadaan yang dialami lansia.
Anggota keluarga maupun sanak keluarga dari lansia dapat waspada akan kondisi-kondisi tertentu dan memberi perhatian lebih dalam menjaga dan merawat lansia.
3. Bagi Institusi
Menjadi materi belajar bagi mahasiswa dan mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana.
Menjadi masukan atau dasar bagi penelitian selanjutnya.
Meninjau kembali penelitian dan teori yang sudah ada
11
1.5 Keaslian Penelitian
Disajikan beberapa penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara kondisi fisik, status mental, kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari di beberapa daerah yang ada di Indonesia dan dari luar negeri. Daftar ini membantu membuktikan bahwa penelitian ini adalah penelitian asli tanpa ada unsur plagiat.
W D K U
Tabel 1.1 Penelitian berkaitan dengan Kondisi Fisik, Satus Mental dan Kemandirian Pada Lansia
Peneliti
Metode
Retno at all
Cross
2013
sectional
Subyek 84
Hasil
orang Terdapat hubungan yang signifikan
lansia
antara
tingkat
kecemasan
dan
tingkat kemandirian pada lansia, dengan nilai P<0,05
©
Andica Atut
Cross
2013
sectional
Ninik Nurhidayah
28
usia Terdapat
lanjut
18
lansia
yang
mempunyai tingkat kemandirian (64,29%) sedangkan 10 lansia tidak mandiri (35,71%)
Cross
40
0rang
sectional
lansia
Adanya hubungan antara tingkat
2012
kognitif
dengan
tingkat depresi pada lansia di panti wreda Dharma Bhakti Surakarta
Adanya hubungan antara
12
kemandirian dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari
dengan tingkat depresi pada lansia
di
panti
wreda
Dharma Bhakti Surakarta Najiyatul
Cross
33
Fadhia at all
sectional
orang Tidak ada hubungan antara fungsi
W D K U
(2011)
lansia
kognitif dan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan ADL dan di UPT PSLU Pasuruan
Rinajumita
Cross
(2011)
sectional
90
orang Terdapat hubungan antara kondisi
lansia
fisik, kondisi ekonomi, kehidupan beragama dan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia
Erja Portegijs al (2016)
Milla
©
Longitudinal 755 orang Pembatasan
et
Kohort
Saajanaho et Prospektif al (2015)
lansia
mobilitas menjadi
dan
ruang
penurunan
hidup
tanda-tanda
awal
dapat dari
peningkatan kerentanan terhadap kecacatan di usia tua. 824 orang Lansia yang mempunyai tujuan lansia
masa
depan
keinginan
akan
untuk
menunjukan aktif
dalam
kehidupan sehari-hari agar tetap waspada secara mental dan untuk
13
Latihan yang berkaitan dengan mobilitas ruang yang tinggi.
©
W D K U