Devosi Maria
Kebaktian kepada Ibu Maria
A. Pengalaman KS Dalam KS tidak banyak tokoh wanita. Kalau ada tokoh tersebut punya peran besar dalam kisah KS. Dalam PL ada tokoh seperti: Ibu Musa, Ruth, Naomi dll. Dalam PB tokoh wanita, termasuk Ibu Maria ditulis oleh Lukas. Lukaslah yang mengangkat peran Maria dalam tatakarya keselamatan Allah. Maka kalau kita mencari apa kata KS tentang Maria paling banyak dapat kita gali dari tulisan Lukas: Injil Lukas dan Kis Rasul. . B. Pengalaman Gereja Kita mengenal kebaktian kepada Ibu Maria melalui beberapa devosi berikut. 1. Doa Salam Maria Devosi yang paling umum adalah Doa Salam Maria. Doa ini terdiri dari dua bagian: Kutipan Luk 1:28 Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu, Luk 1:42: Terpujilah Engakau di antara wanita dan terpujilah buah tubuh, Yesus doa permohonan .Devosi doa dua ayat ini sudah ada sejak abat 6 dan mendapat bentuk forma seperti kita punya sekarang baru abat 16. (Pada th 1318 ada kebiasaan doa Malaikat Tuhan) Rosario Karena tidak semua orang dapat membaca, maka juga tidak setiap orang dapat mendoakan mazmur yang berjumlah 150 itu. Untuk mereka itu kemudian dikembangkan doa salam Maria 150 kali. Agar mudah didoakan, maka dipakai tali sembahyang (tasbih) Doa inilah yang kemudian kita kenal sebagai Rosario. Sejak jaman St Dominikus di abat 13, muncul kebiasan untuk merenungkan peristiwa-peristiwa: gembira, sedih dan mulia. Lalu muncul kebiasaan rosario dalam 3 tahap, dengan tiga peristiwa a 50 Salam Maria. Bulan Maria:
Oktober
Sejak P Gregorius XIII, Pesta Maria Ratu Roasio ditetapkan tgl 7 Oktober. Dalam perjalan waktu, lama-kelamaan seluruh bulan Oktober jadi bulan Rosario. Kebiasaan ini dikukuhkan oleh P Leo XIII pada th 1884.
Mei
Sejak abat 13 di Spanyol, bulan sudah Mei dibaktikan kepada Bunda Maria. Kemudian oleh para Yesuit (Pendiri SJ adalah Ignatius Loyola, Spanyol) sejak abat 16, kebiasaan tersebut disebarkan ke seluruh dunia. Dan di abat 19 bulan Mei menjadi bulan Maria lantas menjadi kebiasaan umum.
Hari Sabtu
Sejak abat 10, di biara-biara, ada kebiasaan doa ofisi kepada Ibu Maria, di hari Sabtu. Maka sekarang pun hari Sabtu juga jadi hari Maria, seperti hari Jumat menjadi hari Hati Kudus Yesus.
Novena Maria:
Ada macam-macam doa novena kepada Ibu Maria. Yang paling terkenal ialah novena 3 salam Maria.
Tempat Ziarah,
Sejalan dengan perkembangan devosi kepada Ibu Maria, maka tumbuh juga tempat-tempat suci untuk devosi kepada kepada Ibu Maria. Seperti Lourdes, Tritis, Sendangsana dll. Tempat-tempat ziarah tersohor umumnyadibarengi dengan banyak kisah mukjijat: penampakan, penyembuhan, dll. Semakin banyak kisah mukjijat yang terjadi, maka semakin ramai dikunjungi orang. Demikian devosi kpd Maria berkembang terus dalam perjalanan sejarah Gereja. Bahkan dalam perkembangannya dapat terjadi bahwa Maria seolaholah menjadi lebih penting daripada Yesus Kristus, Anaknya sendiri. Hal ini masih berjalan sampai hari ini. Maka K Vatikan II mengajak umat supaya dalam memandang martabat Bunda Allah yang istimewa dengan sungguh-sungguh mencegah segala ungkapan berlebihan yang palsu, sepeti juga kepicikan sikap batin. Bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan mandul dan bersifat sementara, atau sikap mudah percaya tanpa dasar.
Bagaimana sebenarnya ajaran Gereja ttg devosi Maria ini? Sebutan Maria
Sebelum diajarkan resmi oleh Gereja, sebelumnya sudah lebih dulu diimani dan dihayati oleh umat dalam perjalanan sejarah Gereja. Baru kemudian
lahirlah ajaran resmi mengenai sebutan resmi Bunda Maria menurut Ajaran Gereja adalah sbb.: 1. Bunda Allah (K.Efesus 413), 2. Perawan (abad 3, dikokohkan K. Kontantinopel 553), berhub dg imannya. 3. Terkandung tanpa noda (P. Pius IX, 1854), 4. Diangkat ke surga jiwa raganya (P.Pius XII, 1950). K Vatikan II: - mendukung kebaktian kepada Maria, terutama yang bersifat liturgis - menghargai praktik-praktik dan pemngamalan bakti kepadanya C.Pengalaman kita Tradisi Jawa/Indonesia? Dalam tradisi kita kenal sebutan/nama Dewi Sri, Ibu Pertiwi; Bu-mi. Semuanya menggambarkan bahwa tokoh feminim tersebut ada, berkuasa, meskipun tak kelihatan. Umumnya tokoh tersebut punya peran aktif berkaitan dengan tata kehidupan, kesuburan. Seperti kebanyakan tradisi di dunia ini yang hidup adalah tradisi laki-laki. Demikian sehingga lahir istilah wanita (wani ditata) cewek (wek-wek), ratu (ayu, anggun, tapi lemah) kalau kuat jadi Srikandi, alias banci. Dalam perkembangannya di Indonesia, wanita juga baru sampai jadi pendamping (alias pajangan). Di sana-sini mulai diberi peran tampil, tapi kalau sungguh tampil, kaum prianya tidak rela atau tidak tahan menghadapinya. Artinya wanita masih digambarkan sebagai sosok lembut, penuh kehangatan cinta dan tidak tampil di depan. Ini membawa serta pola penghayatan untuk mengharap Sang Dewi berperan aktif dalam tata kehidupan maupun kesuburan dunia. Karena dalam tradisi Jawa misalnya penghayatan tersebut tidak lepas dari sisa pengahayatan animisme dinamisme, dengan aneka sesaji, maka tak heran kalau ini pun bisa menjadi pola pengayatan devosi kepada Ibu Maria. Dalam pola penghayatan tersebut di atas, peran tempat juga amat kentara. Ini juga berpengaruh langsung pada pola penghayata devosi Maria sesuai dengan tempatnya pula. Maka di suatu tempat dirasa ada sesuatunya, dengan mudah dapat diganti/dibabtis menjadi tempat ziarah. Hal semacam ini masih
tumbuh terus sampai hari ini. Terus saja bermunculan tempat ziarah baru. Misalnya: Mei ini di rumah ibu saya dimulai suatu devosi kepada ibu Maria. Patung ibu Maria yang membopong Kanak-kanan Yesus dan menunjuk ke Hati Kudus ditempatkan di dalam sebuah rumah bambu berbentuk joglo. Maka tempat ziarah ini diberi nama Joglo Maria Bunda Hati Kudus . Padahal di paroki Klepu sendiri ada Sendang Jatiningsih. Di Wonosari sudah ada sendang Ngijo. Tapi kemudian muncul gua Tritis, gua Maria terindah seluruh dunia itu. Ini bisa menimbulkan perbedaan klas, atau mutu tempat ziarah yang tersedia bagi seluruh umat. Berlatar belakang tradisi tersebut di atas, Maria dapat dihayati sebagai tumpuan harapan hidup manusia, termasuk di dalamnya penyembuh, pengampun.Itulah sebabnya, devosi Maria semacam ini bisa menimbulkan penghayatan yang keliru secara teologis. Sebab bukan mustahil, meskin tidak diakui, tapi dilakukan suatu tindakan menganggap Maria melebihi Tuhan. Kalau betul demikian, tentu penghayatan ini tidak dapat diterima secara teologis. Berlatar belakang tradisi tersebut, maka untuk banyak orang figur Ibu Maria dapat memenuhi kebutuhan dan kerinduan terdalam hati manusia. Figur Yesus dan Bapa, kurang lengkap dan kurang dekat dengan pengalaman manusiawi seluruh umat. Ibu yang tak pernah menuntut. Ibu yang selalu berperan di belakang, mendorong orang untuk memihak dia. Maria memenuhi syarat tersebut. Maka Ibu Maria dapat lebih dekat dengan kebanyakan orang, bahkan sampai suatu kedekatan hati benar-benar. Kenyataan ini cocok dengan penghayatan Jawa: ayah lebih menakutkan daripada ibu. Dan justru karena itu banyak orang juta dapat mengalami kehangatan cinta seorang ibu telah memberi inspirasi dan motivasi untuk mencari tata kehidupan yang lebih baik di harapan Allah. Kenyataan ini juga cocok dengan sosok Ibu Maria sebagai figur seoroang beriman mendalam D. Refleksi Pengalaman Dalam tradisi KS, tradisi Gereja, maupun tradisi kita, jelas bahwa yang hidup adalah tradisi laki-laki. Dalam proses interaksi antara tradisi tersebut kadang tidak berjalan mulus. Karena itu perlu dicatat beberapa hal berikut ini:
1. Sikap Gereja? Seperti biasa Gereja selalu lambat dalam bertindak.. Gereja sealu mengambil tindakan reaksi daripada aksi sendiri. Juga dalam hal devosi kepada ibu Maria ini. Karena itu selama ini ajaran Gereja mengenai Maria lahir dari pengalaman penghayatan iman umat. Di situ pun Gereja sendiri sangat hatihati menyetujui apa yang hidup di kalanganumatnya; termasuk dalam kisah penampakan-penampakan. Sikap yang demikian ini tentu bisa dialami mengecewakan mereka yang fanatik kepada Ibu Maria. Maka bisa terjadi bahwa penampakan Maria lebih dicari dan diagungkan daripada perayaan iman utama ekaristi. Orang rela pergi ke mana pun, jam berapa pun demi isu penampakan yang kadang tidak masuk di akal sehat kita. Kalau menunggup sikap Gereja dalam hal ini mungkin nanti terlambat, atau tidak tepat, maka kita sendiri mesti kritis terhadap cara beriman kita, juga dalam hal devosi kepada Ibu Maria ini. 2. Devosi liturgis Ibu Maria telah menggerakkan hati banyak orang. Sepanjang sejarah tumbuh terus devosi kepada Bunda Maria. Di mana-mana banyak orang berdevosi kepada Ibu Maria. Bahkan ada yang menghubungkan runtuhnya komunis Rusia, dan Jerman timur adalah berkat bantuan Bunda Maria. Devosi yang dianjurkan oleh K. Vatikan II adalah devosi liturgis, devosi sebagai bagian dari perayaan iman. Hal ini tentu dimaksudkan untuk mencegah agar tidak terjadi penyesatan di kalangan umat. Umat yang dengan segala kesungguhan hati mencari Tuhannya jangan sampai tanpa bimbingan dan salah jalan. Jangan sampai terjadi ungkapan berlebihan yang keliru, atau kepicikan batin yang merugikan penghayatan iman umat. Devosi yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul atau dari sikap mudah percaya tanpa dasar. (Iman Katolik hal. 234) Kalau hal ini terjadi tanpa bimbingan dari pimpinan Gereja tentu berbahaya bagi perkembangan imannya. 3. Pemahaman doa Doa Litani telah dimengerti sebagai doa mantra dan bukan doa meditatif lagi. Orang tidak lagi melihat makna renungan di balik litani. Doa dipandang sebagai magis daripada ungkapan iman umat yang hidup dan segar. Semestinya litani adalah ungkapan pengalaman relasional dengan Ibu Maria, mirip dengan
99 nama Allah dalam Islam. Karena ungkapan iman yang hidup, maka juga mesti uptodate, real dan personal. Pemahaman keliru juga terjadi dalam doa novena. Doa novena dimengerti sebagai doa magis, yang menjadi kehilangan maknanya bila lolos satu kali apapun alasannya. Keyakinan akan dikabulkannya doa novena bukan pada kebaikan hati Allah, tetapi pada kekuatan doa novena yang didoakan secara tepat dan tetap sesuati aturannya. Seakan-akan Tuhan tunduk pada hukum doa novena tersebut. Karena itukan orang memilih novena 3 salam Maria sebab novena ini singkat dan cepat didoakan, sehingga kemungkinan kurang atau salah menjadi kecil sekali. Ataukah bahwa novena membantu orang beriman dalam doa justru karena doa yang ajek itu dapat membangun suasana optimal untuk berdoa??? 4. Non Liturgis Sesuai dengan perkembangan jaman, devosi kepada Ibu Maria, juga sering diseminarkan seperti sekarang ini. Tetapi sudah pasti Maria seminar seperti ini hanya untuk kalangan terbatas. Dalam tata dunia kaum elit seminar lebih berjaya daripada devosi iman hidup di kalangan umat sederhana pada umumnya. Maria yang diseminarkan, beda dengan Maria yang dialami umat. Maria di seminar memberi pengetahuan, dan sedikit peneguhan iman. Maria yang dihayati dalam devosi memberi kegembiraan dan semangat beriman. 5. Pengalaman orang Timur: Pemahaman tokoh Maria bagi orang Timur sungguh dapat membantu penyebaran devosi kepada Ibu Maria, namun juga menyuburkan pemahaman keliru tentang Maria. Maria seakan harus bertanggungjawab atas apa yang terjadi di dunia kehidupan ini. Hal ini mungkin karena kita sudah hidup dalam budaya Timur yang mengenal tokoh seperti Dewi Sri penjamin kehidupan. Ibu Maria dianggap dapat memberi kesuburan, kesejukan, hiburan hanya daya dan keampuhannya, bukan karena Ibu Maria jadi perantara kepada Allah. Lebih memprihatinkan lagi adalah tumbuhnya semacam harapan secara tidak sadar bahwa Ibu Maria juga baru akan mengabulkan jika sesaji atau persembahan kita berkenan di hatinya. Bukankah ini mirip dengan budaya sesaji kepada para dewa, semacam Dewi Sri itu? Itulah sebabnya mengapa peziarahan ke Ibu Maria juga dapat dihayati sebagai usaha untuk ngalap
berkah, mohon pengampunan, atau mohon kesembuhan. Untuk itu orang rela berjanji, dan sedia berbuat sesuatu demi terkabulnya doanya. Tetapi juga jangan dilupakan bahwa devosi kepada Ibu Maria lahir dan hidup subur justru di kalangan umat beriman sederhana. Kecuali mudah dan gampang diterima, dihayati juga contoh hidup Ibu Maria memberi inspirasi yang lugas dan jelas. Tidak perlu otak yang hebat untuk memahami. Cukup dengan hati terbuka, maka orang dapat mengahayati nya dengan mudah. Ibu Maria sebagai teladan orang beriman sungguh menghibur, memberi semangat dan harapan pada setiap orang beriman. Juga seandainya orang mengalami kesulitan dalam iman tersebut. Barangkali di sinilah letak kekuatan devosi orang beriman kepada Ibu Maria, sebab memang dapat memberi semangat beriman yang mengesankan dan dapat dilakukan oleh siapapun juga. Namun demikian harus senantiasa hati-hati agar jangan sampai menjebak umat. Sebab bisa jadi akan tumbuh pengahayatan keliru tentang Maria sebagai teladan dan perantara kepada Allah. Ada banyak contoh yang akhirnya terjebak begitu rupa sehingga Tuhan menjadi terkesampingkan. Malah bisa terjadi bahwa Maria dihayati melebihi Yesus putranya, Allah Putra itu.
6. Tempat ziarah: maniak Dari dulu sampai hari ini terus saja tumbuh tempat-tempat suci Ibu Maria. Di Maastrich ada Maria ster der see, di Pilipina ada … di Indonesia ada Sendangsono, di Perancis ada Lourdes, di Paris ada …dll.
Ditambah dengan aneka kisah mukjijat tempat peziarah kepada Ibu Maria menjadi terkenal dan dikunjungi banyak orang, juga yang tidak mengenal Maria sebelumnya. Penghayatan demikian bisa berbelok arah, manjadi tempat memohon, sesambat, seakan karena tempatnya yang wingit dan memberi berkat. Bukan Tuhan yang memberkati melalui Ibu Maria tetapi tempat ziarah dengan segala aturan mainnya yang lebih menentukan: apakaha harus ambil air di sana bukan di sini dll. Tidak memenuhi aturan berarti gagal. Menaruh air jauh dari patung, kurang mujarab dibandingkan ditaruh dekat patung Ibu Maria dll.
Banyak yang diuntungkan dengan adanya tempat suci tersebut. Secara sosial ekonomi juga memberi bagi masyarakat sekitar. Banyak orang hidup dari menjual jasa, dan barang suci lainnya di sekitar tempat tersebut. Tapi ekses negatifnya juga harus tetap kita akui. Seperti misalnya tempat atau barang suci Maria dianggap punya kekuatan magis. Bukan rahmat dan cinta Allah serta iman kita yang penting, melainkan barang dari mana dan bagaimana cara memperoleh serta menggunakannya. Air Lourdes lebih mujarab, lebih jos daripada air Sendang dll. Bentuk lain dari ekses negatif juga kita tahu dari kenyataan berikut. Penghormatan menjadi penyembahan yang harafiah bisa bisa menyesatkan. Misalnya makin besar patung, makin besar rahmatnya. Tempat ziarah seperti Sendangsana di bulan Maria sekarang ini malah kurang membuat orang krasan untuk berdoa. Terlalu ramai, kalau tidak boleh dibilang mirip tempat wisata rekreasi umum. Kenyataan semacam itu memang tidak seluruhnya negatif. Sebab lebih baik mereka pergi ke tempat pejizrahan daripada minum banyu gendeng dan teler. Atau mungkin hanya masalah pengelolaannya saja. Misalnya tidak boleh kendaraan bermotor masuk area pejiarahan, dll. 7. Ibu Maria komersial Konsekuesnsi pertumbuhan jaman juga membawa dampak negatif terhadap devosi Maria. Biro perjalanan, usaha pencarian dana, dll dapat memanfaatkan devosi Maria untuk kepentingan terntentu. Tahun pertama saja tinggal di Kotabaru ada banyak cerita tentang penampakan Maria sampai dikomersialkan. Sampai suatu malam tak jadi nampak gara-gara yang datang kurang percaya. Kok aneh, Maria justru ibu orang berdosa. 8. Iman yang hidup di dalam umat Tidak bisa disangkal bahwa Ibu Maria adalah teladan iman, dasar pengharapan, sumber cinta Gereja. (LG 53). Maria adalah tokoh orang beriman yang paling handal. Maria adalah orang yang diterima oleh Tuhan, justru karena imannya. Penghayatan iman Ibu Maria sungguh amat inspiratif bagi umat dan kita sekalian. Sebab kita mengalami sulit beriman yang benar dan setia. Devosi kepada Ibu Maria dapat sungguh mengangkat hidup iman
kita. Tetapi juga tidak dapat disangkal bahwa dalam praktek penghayatannya, mungkin terjadi penyimpangan-penyimpangan, entah sengaja, entah tidak. Pengalaman berdevosi kepada Ibu Maria: Pengalaman rakyat sepanjang sejarah Menggerakkan hati banyak orang juga yang sederhana doa novena 3 salam Maria doa di tempat ziarah yang mengesankan dukungan iman dari para peziarah lain Cerita mukjijat YRWidadaprayitna,SJ 26 Mei 1998