TEMU ILMIAH IPLBI 2016
Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi Yulita Hanifah Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung.
Abstrak Salah satu teknologi pada sektor AEC yang tengah berkembang di dunia pada saat ini adalah BIM(Building Information Modelling). Negara-negara di Asia Tenggara telah menggunakan BIM dalam praktik AEC, salah satunya Indonesia. Namun, dibandingkan dengan negara-negara lain, perkembangan BIM di Indonesia masih belum kuat (Gegana & Widjanarso, 2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat awareness, penggunaan dan kecenderungan pemanfaatan BIM, khususnya pada akademisi dan praktisi di bidang Arsitektur pada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode mixed-method. Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa tingkat awareness cukup tinggi dengan 70% responden yang mengenal BIM. Namun tingkat penggunaanya masih rendah dengan 38% yang menggunakan BIM. Responden dengan profesi sebagai praktisi cenderung menggunakan BIM karena memiliki manfaat dari segi efisiensi; antara lain waktu, pelaksanaan, biaya dan energi. Namun, responden dengan profesi sebagai akademisi cenderung menggunakan BIM karena memiliki manfaat dalam mempermudah proses modelling. Kata-kunci : Awarness, Akademisi, , BIM, Pemanfaatan, Praktisi
Pengantar Berdasarkan prediksi PwC (PricewaterhouseCoopers), Indonesia akan berada di urutan 5 besar pertumbuhan konstruksi di Asia Tenggara sampai dengan tahun 2025 (PwC, 2014). Hal tersebut tentu saja bukan hanya secara otomatis akan berpengaruh ke sektor AEC (Architecture, Engineering, and Construction), tetapi juga menjadi peluang bagi ketiga sektor tersebut. Namun, setelah berjalannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), persaingan masyarakat Indonesia untuk terlibat di dalam pasar konstruksi dalam negeri menjadi semakin ketat. Sehingga akan semakin sulit mendapatkan peluang tersebut tanpa memiliki skill yang mumpuni untuk dapat bersaing dengan negara lain di Asia. Salah satu teknologi pada sektor AEC yang tengah berkembang di dunia pada saat ini adalah BIM(Building Information Modelling). BIM merupakan adalah salah satu perkembangan yang paling menjanjikan dalam sektor AEC
(Eastman dkk., 2011). BIM menyediakan sistem integritas dari keseluruhan desain serta konstruksi dan mampu mengkoordinasi proses secara digital dari tahap pra konstruksi sampai dengan tahap konstruksi. (Garber, 2014). Sehinga, dengan adanya BIM, ketiga sektor dapat berkolaborasi dalam satu sistem, yaitu BIM. Negara-negara di Asia Tenggara telah menggunakan BIM dalam praktik AEC, salah satunya Indonesia. Namun, Singapura merupakan negara yang paling cepat dalam implementasi BIM di negaranya. Dibandingkan dengan negara-negara lain, perkembangan BIM di Indonesia masih belum kuat (Gegana & Widjanarso, 2015). Dalam implementasi BIM, peran akademisi dan praktisi sangat dibutuhkan. Tanpa pengetahuan dan pemahaman tentang BIM dari praktisi, bukan tidak mungkin pasar konstruksi Indonesia pada masa depan akan dikuasai oleh negara lain.Sementara itu peran akademisi juga dibutuhkan untuk menghasilkan individu-individu yang memiliki skill dalam BIM. ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2016 | H 049
Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat awareness, penggunaan dan kecenderungan pemanfaatan BIM, khususnya pada akademisi dan praktisi di bidang Arsitektur pada saat ini. Hal ini penting agar seluruh masyarakat yang terlibat di dalamnya, baik praktisi maupun akademisi, setidaknya mengetahui pemahaman apa itu BIM dan manfaatnya. Sehingga, aka-demisi dan praktisi di Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di masa yang akan datang. Metode Penelitian ini menggunakan metode mixedmethod, dengan menggunakan gabungan metode kualitatif dan kuantitatif (Creswell, 2008). Selain itu, penelitian ini juga bersifat eksploratif, karena bertujuan untuk mengeksplor intrepertasi responden (Groat & Wang, 2002). MetodePengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah survei, dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuisioner yang disebarkan secara online. Kuisioner tersebut disebarkan dengan menggunakan snowball sampling, yaitu proses pemilihan sampel dengan menggunakan jaringan individu, komunitas, atau organisasi (Kumar, 2005). Penyebaran kuisioner dilakukan peneliti melalui individu dan komunitas, dalam kurun waktu sekitar 2 minggu. Dilakukan pembatasan sampel pada akademisi dan praktisi di bidang arsitektur. Selain itu juga dilakukan pembatasan pada tingkat pendidikan yaitu minimal lulusan SMA/SMK. Dari hasil penyebaran kuisioner tersebut didapatkan data dari 88 responden yang kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Metode Analisis Data Mengacu pada tujuan penelitian ini, metode yang akan digunakan untuk mengungkap tingkat awareness terhadap BIM dan pengH 050 |ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2016
gunaannya akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan diagram frekuensi distribusi. Data diperoleh melalui pertanyaan “Apakah Anda menggunakan BIM?” dengan pilihan “Ya” atau “Tidak”. Setelah itu, responden yang memilih “Tidak” akan diberi pertanyaan kembali yaitu “Apakah Anda pernah mendengar tentang BIM?” dengan pilihan jawaban yang sama. Sedangkan untuk mengukur kecenderungan pemanfaatan BIM, dilakukan analisis secara kualitatif menggunakan grounded theory.Data diperoleh melalui pertanyaan terbuka (open-ended). Untuk pengguna BIM, diajukan per-tanyaan mengenai alasan penggunaan BIM. Pertanyaan tersebut bertujuan untuk mengetahui intrepertasi dari manfaat BIM bagi pengguna. Analisis dan Interpretasi Sebanyak 88 responden yang mengisi kuisioner, terdapat 49% merupakan akademisi dan 51% merupakan praktisi. Sementara itu, responden yang paling banyak mengisi berasal dari kota Bandung dengan presentase sebesar 82%. Lalu, sebesar 10% responden berasal dari kota Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Sebesar 8% responden berasal dari kota lain seperti Bengkulu, Denpasar, Medan, dan Padang. 100% 80% 60%
Bandung Jabodetabek
40%
Kota Lainnya
20% 0% Gambar 1. Sebaran kota asal responden
Dari total 88responden yang mengisi kuisioner, pertanyaan “Apakah Anda menggunakan BIM?” dijawab “Ya” oleh 33 responden dan “Tidak” oleh 55 responden.Kemudian dari 55 responden yang menjawab “Tidak” terdapat 30 responden yang mengenal BIM dan 25 responden yang tidak mengenal BIM.
Yulita Hanifah
Hasil tersebut kemudian diubah kedalam distribusi data dengan 3 kategori yaitu “Menggunakan”, “Tahu tetapi Tidak Menggunakan”, dan “Tidak Tahu”. Dari hasil distribusi, secaraumum diperoleh data 38% responden menggunakan BIM, 28% responden tahu tetapi tidak menggunakan BIM, dan 34% tidak tahu tentang BIM.
Visualisasi 3D Modelling 4D Modelling 5D Modelling Energy Modelling Building Performance
40% 30%
Menggunakan
0%
20%
Tahu, Tidak Menggunakan
10%
Tidak Tahu
0% Gambar 2. Tingkat Awareness BIM
Dapat diintrepertasikan bahwa tingkat awareness cukup tinggi, dimana sekitar 70% dari responden mengenal BIM dan 30% tidak mengenal BIM. Namun, tingkat penggunaan BIM masih rendah, dimana kurang dari 50% responden yang menggunakan BIM. Penggunaan BIM Dari 33 responden yang menggunakan BIM, kemudian diperoleh bagaimana penggunaan BIM oleh responden. Melalui pertanyaan “Aplikasi apa saja yang Anda gunakan pada BIM?” diperoleh data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil analisis tersebut yaitu sebagian besar responden hanya memanfaatkan BIM untuk 3D Modelling dan Visualisasi, dengan presentase masing-masing 37% dan 29%. Sedangkan sisanya, 9% responden menggunakan Building Performance, 8% menggunakan Coordination Building System, 7% menggunakan Energy Modelling, 6% menggunakan aplikasi 4D, 3% menggunakan 5D, dan hanya 1% yang menggunakan aplikasi lainnya.
20%
40%
Coordination Building System Lainnya
Gambar 3. Penggunaan BIM
Dari data tersebut dapat diintrepertasikan bahwa penggunaan BIM masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar pengguna belum menggunakan keseluruhan aplikasi yang ada pada BIM. Pemanfaatan BIM Untuk mengetahui kecenderungan pemanfaatan BIM oleh pengguna, peneliti membagi analisis menjadi tiga tahapan.Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Membagi profesi pengguna BIM kedalam dua kategori yaitu akademisi dan praktisi. Kemudian kedua kategori dianalisis menggunakan distribusi frekuensi.
Melakukan analisis kualitatif grounded theory mengenai alasan penggunan BIM.
Analisis korespondensi untuk menentukan kecenderungan pemanfaatan BIM oleh pengguna.
Gambar 4. Alur Penelitian Pemanfaatan BIM
Pada tahap pertama, diperoleh sebanyak 66% yang merupakan praktisi dan 34% yang merupakan akademisi. Kelompok kategori praktisi antara lain Arsitek/Desainer, Konsultan, Kontraktor, Drafter, Freelance, dan Wirausaha. Sementara kelompok kategori Akademisi antara lain Mahasiswa, Guru, dan Asisten Dosen.
ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2016 | H 051
Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi 70% 60% 50% 40%
Praktisi
30%
Akademisi
20% 10% 0% Gambar 5. Distribusi Data Kelompok Profesi
Kemudian pada tahap kedua, peneliti melakukan analisis data kualitatif yaitu grounded theory. Analisis dilakukan pada pertanyaan terbuka (open-ended) yaitu “Jelaskan mengapa Anda menggunakan aplikasi tersebut”. Pada tahap ini, hal pertama yang dilakukan adalah analisis kata kunci dari jawaban responden atau open coding. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasikan jawaban responden menjadi beberapa kata kunci. Berikut beberapa contoh jawaban responden mengenai alasan penggunaan BIM.
Berdasarkan deskripsi dari beberapa jawaban responden di atas diperoleh kata kunci terkait dengan alasan penggunaan BIM, yakni “Memudahkan dalam mendesain”, “Memudahkan presentasi”, “Memperjelas bentuk 3D”, “Efisien waktu”, “Kelengkapan fitur”, “Tidak perlu aplikasi lain”, “Tugas menjadi lebih cepat”, “Tugas menjadi lebih mudah”, “Akurat”, dan “Semua gambar terintegrasi”. Setelah proses open coding dilakukan proses axial coding yaitu pengelompokan kata kunci. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kata kunci yang berulang. Berikut contoh pengelompokan kata kunci menjadi kategori melalui axial coding dalam bentuk tabel. Tabel 1. Pengkategorian Kata Kunci
No
Kategori
Kata kunci
1
Mempermudah proses
Membantu dalam proses modelling
modelling
Mempermudah desain bentukan bangunan 3D didapatkan secara sekaligus
“Memudahkan dalam mendesign dan mempresentasikan design tersebut. Dan bisa memperjelas design yg dimaksud dalam bentuk 3D.” (Praktisi)
Menerapkan ide dalam bentuk 3D
“Lebih efisien waktudan kelengkapan fitur yang memenuhi kebutuhan sehingga tidak perlukan lagi aplikasi lain,misal menggambar 2D dengan Autocad,modelling 3D dengan Sketchup atau 3D Max dan rendering masih gunakan plugin lagi misal V-ray, Max-well etc. Hanya saja menggunakan BIM masih membatasi kreatifitas. Karena sangat sulit membuat model jendela/pintu dengan bentuk lokal khas daerah." (Praktisi)
Praktis
“Karena dengan menggunakan aplikasi ini, mengerjakan tugas menjadi lebih cepat, mudah, dan akurat. Semua gambar terintegrasi sehingga ketika ada kesalahan pada satu gambar kita hanya perlu mengubah salah satu.” (Akademisi)
H 052 |ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2016
Tidak perlu aplikasi lain untuk 3D dalam
modelling 2D ke 3D 2
Efisien
Mudah cepat
dan
Pekerjaan lebih cepat
lebih menjadi
Lebih efisien waktu Efisien dari segi pelaksanaan, biaya, energi, waktu Pekerjaan bangunan lebih efisien Pada proses ini, diperoleh 6 kategori yaitu “mempermudah proses modelling”, “memperjelas visualisasi”, mempermudah pekerjaan”,
Yulita Hanifah
“efisien”, “terintegrasi”, dan “mempermudah manajemen konstruksi”. Dari hasil kategori tersebut kemudian dianalisis frekuensinya untuk mengetahui jawaban dominan dari responden.
korespondensi dilakukan dengan menggunakan ward hierarchical clustering, yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 7. Akademisi mempermudah proses modelling
terintegrasi
memperjelas visualisasi mempermudah pekerjaan
mempermudah proses modelling
Praktisi ef isien
mempermudah pekerjaan
terintegrasi mempermudah manajemen
mempermudah manajemen konstruksi memperjelas visualisasi
Gambar 7. Korespondensi antara profesi dengan alasan penggunaan BIM
efisien 0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
Gambar 6. Alasan Penggunaan BIM
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi diketahui bahwa kategori yang paling berpengaruh dalam penggunaan BIM adalah “mempermudah pekerjaan” dengan presentase 24%. Alasan yang termasuk kedalamnya antara lain seperti mempermudah pekerjaan, mempermudah dalam mendesain bangunan, mempermudah tugas dari institut/universitas, mempermudah pengerjaan sayembara, serta membantu proses perancangan menjadi alasan paling dominan bagi pengguna dalam menggunakan BIM. Kategori dominan yang kedua adalah kategori “terintegrasi” dengan 18.5%. Alasan yang termasuk kedalam kategori tersebut antara lain seperti terstruktur, fitur yang terkoneksi, memiliki workflow yang terintegrasi, serta dapat mendapatkan keseluruhan data dalam satu software. Kategori lainnya menyusul dengan presentase secara berurut yaitu, “efisien” dengan 17.1%, “mempermudah manajemen konstruksi” serta “memperjelas visualisasi” dengan 12.8% dan “mempermudah proses modelling” dengan 10%. Pada tahap terakhir, dilakukan analisis korespondensi dengan melakukan selective coding. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan pengguna dalam menggunakan BIM berdasarkan dua kategori profesi. Analisis
Responden yang berprofesi sebagai Arsitek/ Desainer, Konsultan, Kontraktor, Drafter, Freelance, dan Wirausahalebih cenderung menggunakan BIM karena memiliki manfaat dari segi efisiensi, antara lain waktu, pelaksanaan, biaya dan energi. Selain itu, profesi tersebut juga memperhatikan manfaat dari sistem integritas pada BIM, seperti terstruktur, fitur yang terkoneksi, memiliki workflow yang terintegrasi, serta dapat mendapatkan keseluruhan data dalam satu software. Mempermudah manajemen pada saat mendesain dan membangun juga menjadi manfaat yang dirasakan oleh praktisi, walaupun memiliki tingkat kecenderungan yang paling rendah. Responden yang berprofesi sebagai Mahasiswa, Guru, dan Asisten Dosen lebih cenderung menggunakan BIM karena memiliki manfaat dalam mempermudah dalam proses modelling, seperti 3D dapat diperoleh sekaligus, mempermudah proses bentukan bangunan, dan mempermudah penerapan ide dalam 3D. Selain itu, profesi tersebut juga memperhatikan manfaat visualisasi dari BIM yang akan mempermudah pekerjaan mereka antara lain seperti tugas, sayembara, atau proyek. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tingkat awareness, tingkat penggunaan dan kecenderungan pemanfaatan BIM oleh pengguna. Untuk mengetahui tingkat awareness dan ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2016 | H 053
Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi
penggunaan dilakukan analisis distribusi. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kecenderungan pemanfaatan BIM dilakukan analisis korespondensi.
hubungan dengan tujuan penelitian (Kumar, 2005). Sehingga hasil penelitian mungkin akan lebih mewakili untuk seluruh akademisi dan praktisi pada bidang arsitektur di Indonesia.
Hasilnya,
Daftar Pustaka
dapat disimpulkan
bahwa tingkat
awareness cukup tinggi dengan 70% responden yang mengenal BIM. Namun tingkat penggunaanya masih rendah dengan 38% yang menggunakan BIM. Dari 38% yang menggunakan BIM, penggunaan dengan frekuensi tertinggi adalah untuk 3D Modelling dan Visualisasi. Sementara itu, penggunaan BIM untuk 5D Modelling/Cost Estimate serta Doku-mentasi berada di frekuensi terendah. Sementara itu, untuk mengetahui kecenderungan pengguna dalam memanfaatkan BIM, pengguna dikategorikan menjadi akademisi dan praktisi. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa responden dengan profesi sebagai praktisi cenderung menggunakan BIM karena memiliki manfaat dari segi efisiensi; antara lain waktu, pelaksanaan, biaya dan energi. Namun, responden dengan profesi sebagai akademisi cenderung menggunakan BIM karena memiliki manfaat dalam mempermudah proses modelling. Kekurangan Penelitian Hasil penelitian ini belum dapat diintrepretasikan secara general untuk seluruh akademisi dan praktisi pada bidang arsitektur di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pemilihan responden dengan teknik snowball sampling yang menunjukan bahwa asal kota responden belum dapat mewakili kota-kota yang ada di Indonesia. Namun, peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian untuk penelitian selanjutnya. Rekomendasi Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan teknik sampling yang lebih sesuai. Teknik Stratified random sampling atau Cluster sampling mungkin dapat digunakan untuk membagi kota-kota di Indonesia. Hal ini dikarenakan kedua teknik ini membagi data responden terlebih dahulu berdasarkan kategori yang berH 054 |ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2016
Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Eastman, Chuck, dkk. (2011). BIM Handbook: A Guide
to Building Information Modeling for Owners, Managers, Designers, Engineers, and Contractors. New York: John Wiley & Sons. Inc. Garber, Richard. (2014). Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. New York: John Wiley & Sons. Inc. Gegana, Gregorius & Widjanarso, Tony H. (2015). BIM
Course Development And Its Future Integration At University Of Indonesia And Institute Of Technology Bandung, Indonesia. 9th BIM Academic Symposium & Job Task Analysis Review, Washington, DC, 7-8 April 2015 Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Kumar, Ranjit. (2005). Research Methodology: A Stepby-Step Guide for Beginners. California: Sage Publications, Inc. PwC. (2014). A Summary of South East Asian Infrastructure Spending: Outlook to 2025. London: PwC, Inc.