Awal Mula Pemukiman Rawa Bunga: Dahulu warga menyebutnya Rawa Bangkai karena pada jaman Belanda dan Jepang, lokasi itu dipergunakan untuk membuang bangkai atau mayat manusia yang tewas dibantai oleh tentara penjajah. Untuk menghilangkan kesan angker, baru pada tahun 1980-an nama Rawa Bangkai diganti dengan nama Rawa Bunga. Sekitar tahun 1925, Eyang Usup Soemardja (alm) adalah tuan tanah dan sekaligus disegani oleh Belanda, maka ia dipercaya untuk menguasai tanah di Rawa Bangkai sampai batas PJKA Stasiun Jatinegara.
Lahan tanah sekitar satu hektar
lebih, dahulunya adalah merupakan empang dan sekitarnya terdapat pohon Lobi-lobi (Jonjing) serta semak-semak, yang sekarang menjadi pemukiman warga RT 17, RT 18 RW 04 Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Pada awalnya warga menempati lahan tersebut atas ijin Eyang Usup Soemardja (alm) tanpa dimintai uang sesenpun alias tanpa membeli. Jadi setiap orang yang datang setelah diberi ijin, langsung membuat pekarangan serta batasbatasnya kemudian membangun tempat tinggal ala kadarnya secara gratis. Selanjutnya sekarang terbentuk menjadi pemukiman warga RT 17, RT 18, RW 04 Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara. Jumlah warga RT 17 terdapat 35 Kepala Keluarga, sedang RT 18 berjumlah 45 Kepala Keluarga. Warga pendatang mayoritas dari Indramayu dan Cirebon, sebagian dari Medan, Surabaya, Sunda. Profesi warga berbagai macam pekerjaan, sebagai; pedagang, sopir, kebersihan sampah, guru, PNS dan khusus penjual ban bekas. Meski masyarakat pada umumnya lebih mengenal sebutan Prumpung, namun warga setempat lebih menyukai nama Rawa Bunga, karena kesan nama Prumpung adalah tempat warung remang-remang dan tempat kupu-kupu malam (WTS) mencari
Indok-FAKTA/1
mangsa. Maka dengan adanya nama baru Rawa Bunga diharapkan ada perubahan kesan dan citranya menjadi lebih baik.
Pemukiman Kelompok Bapak Saiman: Pemukiman Rawa Bunga terletak di RT 15, RW 04, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, sebelah kiri Jalan DI Panjaitan, Bypass dari arah Kebon Nanas ke Jatinegara. Proses awal warga mulai menempati Prumpung, pada bulan November 1965, dahulu adalah lahan kosong (wilayah RT 15) yang dikuasai oleh Kota Praja, berada di samping Kodim Jatinegara, lahan tersebut sebenarnya adalah tanah Bypass, sebagai jalur hijau. Sebelum menjadi pemukiman warga, lahan kosong dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Setelah pembuangan sampah ditutup kemudian dikelola ditanami sayur-mayur oleh beberapa petani sayur. Warga mendapatkan lahan yang sekarang sebagai tempat tinggal adalah dengan cara membeli ke pihak Kota Praja, dengan harga per meter Rp 12.5 (Dua belas setengah Rupiah) atau Lima Ringgit (Seringit = Rp2.5). Pada jaman itu sedang terjadi krisis ekonomi, bahkan sampai keuangan negara nilai mata uangnya terjadi krus, uang sebesar Rp1000 (seribu rupiah) dikrus menjadi Rp1 (satu rupiah). Maka pada tahun 1965, ketika bapak Saiman membeli sebidang tanah ukuran 6 x 8 meter dihargai Rp600 (enam ratus rupiah). Pada jaman Gubernur Ali Sadikin, warga membangun rumah tinggal ala kadarnya, bilik rumah dibuat dengan kayu Sengon (Jonjing) dan dindingnya dilapisi kertas. Awalnya hanya ada tiga rumah, mereka sebagai petani sayuran, salah satunya adalah bapak Suhaeri. Bulan November 1965, warga mendengar kabar bahwa lahan yang dikuasai oleh Kota Praja dapat dibeli, meski pada waktu itu harga per meternya Rp12,5 akan tetapi harga sebesar itu dirasa cukup berat. Lahan sekitar 5000 M2 langsung dipadati warga dari berbagai pendatang dan profesi. Mata pencaharian warga mayoritas adalah sebagai pedagang, karyawan, pemulung, dan
Indok-FAKTA/2
ada yang menjadi Pegawai Negeri. Mereka berasal dari berbagai etnis; Sunda Sukabumi, Cianjur, Malang, Purwokerto, Medan, Padang, Ambon. Pada tahun 2009 ini adalah genarasi ke kedua dan tiga, berjumlah 37 Kepala Keluarga.
Kasus-kasus Warga:
Kasus Pendirian Kafe Menggusur Pos Siskampling: Senin, 4 April 2005. Sekitar pukul 22.00 WIB, saya selaku Ketua RT 15 RW 04 Kelurahan Rawa Bunga, mendapat undangan secara lisan dari Bpk. Drs. H. Soedarto selaku Ketua RW 04 Kelurahan Rawa Bunga. Hadir pada saat itu pengurus RW dan Dekel yaitu Bpk. Mulyadi. Inti pembicaraan adalah Sdr. Dul yang mengontrak rumah Ibu Hj. Fatimah, memohon persetujuan warga RT 15 RW 04 untuk membuka Kafe di rumah Hj. Fatimah dengan syarat dinding rumah akan dilapis dengan alat peredam suara. Ketika pertemuan, saya selaku Ketua RT bilang kepada Bpk. Drs. H. Soedarto untuk bermusyawarah lebih dulu dengan warga. Untuk membahas persoalan tersebut di atas, maka pengurus RT 15 RW 04 membuat surat undangan kepada warga guna mengadakan pertemuan di Kantor Sekretariat RW 04. Rencana pertemuan dengan warga akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2005. Pukul 22.00 WIB. Sabtu, 9 April 2005 Pertemuan dihadiri oleh Bpk. Drs. H. Soedarto, pengurus RW, Dewan Kelurahan yaitu Bpk. Mulyadi dan seluruh warga RT 15 RW 04. Pada saat itu Sdr. Dul yang mengontrak rumah Hj. Fatimah juga menghadiri pertemuan, karena Hj. Fatimah dan keluarganya telah pindah. Tetapi tanpa pemberitahuan kepada pengurus RT dan RW. Pada pertemuan tersebut saya selaku RT mengutarakan tentang permohonan Sdr.Dul, untuk mendapat persetujuan warga guna membuka Kafe. Tetapi hasilnya seluruh warga tidak menyetujui permohonan tersebut. Apabila rumah tersebut dibuat kontrakan, warga tidak keberatan. Hal lain sampai surat ini kami kirimkan, Sdr Dul sebagai pengontrak rumah Hj. Fatimah, belum melaporkan diri sebagai warga pengontrak kepada pengurus RT 15 RW 04, Kelurahan Rawa Bunga. Ketika pertemuan, warga juga sepakat untuk mengadakan kerja bakti guna merenovasi Pos Siskamling dan meluruskan tembok yang menjorok ke depan Pos.
Indok-FAKTA/3
Bpk. Drs. H. Soedarto memberikan pengarahan kepada seluruh warga RT 15 RW 04 dan sekaligus mempertanyakan kepada Sdr. Dul sebagai pengontrak. Apakah Sdr. Dul diberi wewenang oleh Hj. Fatimah untuk merenovasi rumah tersebut? Sdr. Dul menjawab:” Ya “ Selanjutnya Bpk. Ketua RW mohon bantuan Sdr. Dul untuk membantu warga dalam meluruskan tembok tersebut dan minta tolong supaya hasil musyawarah dengan warga disampaikan kepada Hj. Fatimah.
Minggu, 10 April 2005. Seluruh warga RT 15 RW 04 secara bersama-sama meluruskan tembok Tukang dari keluarga Sdr. Dul.juga ikut kerja bakti. Namun pada sore hari, aparat Polsek Jatinegara yang dipimpin oleh Waka Polsek datang ke lokasi Pos Siskamling untuk melihat keadaan. Hal itu dilakukan karena ada laporan dari keluarga Hj. Fatimah tentang pengroyokan dan pengrusakan barang. Setelah diberi penjelasan tentang kronologis Pos Siskamling, maka Waka Polsek memahami keinginan warga. Selanjutnya beliau pulang dan meninggalkan lokasi.
Senin, 11 April 2005. Petugas dari Trantib Kecamatan Jatinegara datang ke lokasi. Untuk mempertanyakan bangunan Pos Siskamling atas laporan keluarga Hj. Fatimah. Pada hal pengurus RT telah menghadap Kepala Trantib Kecamatan Jatinegara dan telah menjelaskan duduk persoalan serta memberi surat dari warga . Perihal: Kronologis Pos Siskamling RT 15 RW 04 Kelurahan Rawa Bunga. No: 05 Sek015/04/V/04.
Sabtu, 16 April 2005. Sdr. Untung dan Sdr. Irwan, menerima surat panggilan dari Polres Jakarta Timur dengan No. Pol: S. Pgl/961/S.13/IV/2005 Reskrim yang ditanda tangani Drs. T. Widodo Rahino SH. Msi yang diantar langsung Bripka B. Siregar sebagai penyidik, tetapi tanpa pemberitahuan lebih dulu kepada pengurus RT setempat.
Indok-FAKTA/4
Senin, 18 April 2005. Sebelum warga menghadiri penggilan tersebut, saya sebagai ketua RT dan Bpk. Nugroho Budi Sulistio yaitu salah satu warga telah menghadap Bpk. Sanen, wakil kepala Satuan Reserse Kriminal. Kemudian menjelaskan perihal Kronologis Pos Siskamling RT 15 RW 04, Rawa Bunga, karena waktu itu Bipka B. Siregar tidak ada di tempat. Selasa, 19 April 2005. Sdr Untung dan Sdr. Irwan telah mentaati panggilan dan telah menjelaskan persoalan kejadian, memberikan foto copy surat warga No 05/Sek – 015/04/V/6/04. Perihal Kronologis Pos Siskamling dan keterangan bahwa seluruh warga Rt 15 RW 04 sepakat untuk mengadakan kerjabakti merenovasi Pos Siskamling dan meluruskan tembok yang menjorok ke depan Pos. Tetapi Bripka Siregar kurang menanggapi keterangan dari Sdr. Untung dan Sdr. Irwan dan hanya menanggapi dari piahak pelapor. Warga Mempertahankan Pos Siskampling, Malah Jadi Tersangka: Surat kepada Bapak KAPOLRI maupun KAPOLDA Metro Jaya Sistem keamanan lingkungan adalah suatu usaha warga yang seharusnya mendapat dukungan. Apalagi melihat kondisi Jakarta yang selalu ada terror Bom. Banyaknya pengguna narkoba dan semakin meningkatnya tindak kriminalitas. Kenyataan inilah yang seharusnya aparat Polda Metro Jaya mendukung usaha pengamanan sistem swakarsa yang dilakukan oleh warganya. Menjadi ironis ketika usaha warga membangun sebuah Pos Kamling dan mempertahankan karena persengketaan. Pada hal persengketaan tersebut masih dimungkinkan melalui jalan bermusyawarah. Tetapi celakanya dua warga malah dijadikan tersangka dan melanggar Pasal 170 KUHP (Pengeroyokan terhadap Barang). Hal itu terjadi akibat dari laporan sepihak oleh Sofianti Mala. Kejadian ini merupakan sebuah gambaran bahwa aparat Kepolisian (Polres Jakarta Timur) masih sepihak di dalam melihat Perkara Pos Kamling di Wilayah RT 15 RW 04 Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Indok-FAKTA/5
Berdasarkan hal tersebut, kami sebagai warga meminta Perlindungan kepada Kapolri dan Kapolda Metro Jaya. Agar secara jernih dan tidak sepihak dalam melihat perkara ini. Karena kepentingan Pos Ronda bukan untuk kepentingan perorangan melainkan untuk kepentingan seluruh warga di Wilayah RT 15 RW 04, Kelurahan Rawa Bunga. Apabila perkara ini tidak diselesaikan secara arif, maka akan menjadi contoh buruk bagi mayarakat. Sehingga sulit sekali masyarakat mempercayai kinerja Kepolisian dalam mendukung terlaksananya sistem pengamanan swakarsa. Akibat lain warga tidak akan peduli terhadap kemanan lingkungan dan bersifat masa bodoh karena usaha warga tidak didukung aparat Kepolisian yang seharusnya melindungi dan menciptakan ketenangan serta ketentraman warga. Demikianlah ungkapan warga semoga Bapak KAPOLRI maupun KAPOLDA Metro Jaya dapat membantu terselesainya persoalan warga. Sehingga warga dapat menikmati ketenangan dan kedamaian. Tembusan: Kapolri, Kapolda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Timur, Komisi I DPR, Komisi A DPRD, Gubernur DKI Jakarta, Komnas HAM, Wali Kota Jakarta Timur, Camat Jatinegara, Lurah Rawa Bunga, Forum Warga Kota Jakarta (Fakta). Jakarta, 27 April 2005.
Musibah Kebakaran Pemukiman RT 15: Tanggal 26 September 2009, pemukiman RT 15, RW 04, kelompok bapak Saiman terjadi musibah kebakaran hebat, hingga mengakibatkan rumah tinggal warga habis tinggal puing dan abu. Musibah kebakaran dapat dipetik hikmahnya, banyak warga yang simpati untuk memberikan bantuan baik berupa sembako, pakaian bekas dan sebagainya. Sikap tolong-menolong seperti ini juga dilakukan oleh warga basis dampingan FAKTA, misalkan dari Cililitan, Cipinang Besar Selatan, Penas, Kuburan Cina Kebon Nanas, Koja, dan Rorotan. Bahkan bapak Slamet dari Kampung Sepatan, yang kondisi fisiknya sebagai tuna daksa, dengan sukarela membantu membangun rumah bapak Saiman hingga sampai rumahnya berdiri dan memerlukan waktu sebulan lebih. Sikap solidaritas di antara warga seperti itu perlu dikembangkan secara terus-menerus dan ditularkan ke basis lainnya.
Indok-FAKTA/6
Indok-FAKTA/7