AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 5, No. 1, Maret 2017
PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 1899 – 1932 DEDI NUR CAHYO Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Email:
[email protected]
Agus Trilaksana Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya
Abstrak Kebutuhan akan transportasi yang dapat mengangkut barang dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat menjadi kebutuhan pada periode 1870 – 1830. Hal ini karena trasportasi tradisioanal sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengakut hasil ekploitasi ditanah jajahan Hindia Belanda. Akibat diterapkanya kebijakan tanam paksa dan dikeluarkanya undang – undang Agrarische wet (undang –undang agraria) tahun 1870 berdampak pada peningkatan hasil produksi ekploitasi diberbagai daerah tanah jajahan. Kabupaten Lamongan merupakan wilayah adminitratif dari keresidenan Surabaya yang memiliki kekayaan sumber ekplotasi ekspor diantaranya beras, gula, tembakau, djagung. Dari letak geografi Kabupetan Lamongan merupakan daerah perlintasan jalur kereta api yang menghubungkan lintas rel kereta api bagian Utara dan rel kereta api bagian Selatan pulau Jawa timur. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Mengapa sarana trasportasi kereta api dikembangkan di Kabupaten Lamongan, (2) Bagaimana perkembangan sarana transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun 1889- 1932 (3) Bagaimana pengaruh sarana transportasi kereta api terhadap perkembangan perekonomian masyarakat Kabupaten Lamongan 1889-1932. Permasalahan-permasalahan tersebut diberikan penjelasan dengan melakukan analisis terhadap data-data dan sumber-sumber yang didapatkan melalui tahapan metode penelitian sejarah. Tahapan metode penelitian sejarah yang dilakukan meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk memperoleh hasil maksimal dalam penelitian ini maka peneliti melakukan penelusuran sumber berupa staatsblad, laporan stasitik berkala, hasil sumber daya alam dan laporan kereta api. Selain itu juga dibantu dengan buku-buku yang berkaitan dengan perkeretaapian. Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan kereta api jalur Babat – Djombang dan Surabaya – Gundih yang melintasi Kabupaten Lamongan tahun 1899 memberikan pengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Lamongan. Pengaruh tersebut diantaranya mempermudah lalu lintas pengakutan dari wilayah pedalaman menuju ke pelabuhan besar semakin lancar sehingga berdampak terhadap jumlah eksport. Selain itu dengan adanya jalur kereta api tersebt memberi lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yaitu sebagai tenaga kuli diperusahaan kereta api, sebagai pedagang dan memberi kemudahan kepada penduduk dalam melakukan perjalanan ke kota – kota besar diwilayah Jawa. Beroperasinya kereta api di Kabupaten Lamongan berdampak kurang baik terhadap jasa angkutan tradisional. Dampak tersebut berpengaruh terhadap angkutan barang dan penumpang yang mulai berpindah menggunakan jasa kereta api, akibat dari hal tersebut pendapatan yang diperoleh jasa angkutan tradisional menurun. Kata Kunci: Perkembangan , Transportasi Kereta Api, Kabupaten Lamongan
Abstract The need for transportation to transport goods in large quantities in a short time become a requirement in the period 1870 - 1830. This is because of transportation tradisioanal is no longer possible to mengakut result of the exploitation of the land of the Dutch East Indies colony. As a result of the policy diterapkanya cultivation and dikeluarkanya laws - laws Agrarische wet 1870 impact on increasing production in various regions of the exploitation of the colonies. Lamongan is adminitratif area of residency of Surabaya, which has a wealth of resources ekplotasi exports such as rice, sugar, tobacco, corn. Lamongan Kabupetan geography of an area crossing a railway line connecting the railroad tracks cross the Northern and Southern parts of the railroad tracks east of Java island. The problems in this research are: (1) Why train local transport developed in Lamongan, (2) How is the development of rail transportation in Lamongan year 1889- 1932 (3) How does the means of rail transport on the development of community economy District Lamongan 1889-1932. These problems are given an explanation by analyzing the data and sources obtained through the stages of historical research methods. Stages methods of historical research undertaken includes heuristics, criticism, interpretation, and historiography. To obtain maximum results in 1402
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 5, No. 1, Maret 2017
this study, the researchers conducted a search source in the form of staatsblad, stasitik periodic report, the result of natural resources and reports the train. It also assisted with books related to railways. The results showed that the development of the railway track Tripe - Djombang and Surabaya - Gundih crossing Lamongan 1899 to give effect to the economy of Lamongan. The effect of which facilitate traffic from the interior toward the recognition given to the large ports more smoothly so that the impact on the number of exports. In addition to the railway line tersebt provide new jobs for people in the company that is as power train porters, as traders and provide convenience to residents to travel to the city - a big city region of Java. The operation of the train in Lamongan adversely affects traditional transport services. These impacts affect the transport of goods and passengers began to shift to using the train service, a result of the revenue earned a traditional transport services. Keywords: Development, Railways Transportation, Lamongan
PENDAHULUAN Transportasi merupakan unsur penting yang berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dalam perkembangan ekonomi, politik, sosial serta mobilitas penduduk yang tumbuh secara bersamaan mengikuti perkembangan diberbagai bidang maupun sektor kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu pembangunan ekonomi dan bidang – bidang lainya perlu dukungan dengan pembangunan dan perbaikan dalam sektor transportasi. Kemajuan dan perbaikan dalam sektor transportasi pada umumnya tercermin dari penurunan ongkos transpor pada pemakain jasa, peningkatan kecepatan jasa transpor dan berbagai perbaikan kondisi atau kualitas jasa transpor tersebut, baik dalam perbaiakan transportasi didalam maupun diluar negeri1 Pada akhir abad ke 19 sistem transportasi yang bersifat massal dirasakan oleh para pengusaha swata sebagai kebutuhan yang bersifat mendesak. Karena pada waktu itu muncul upaya besar – besaran dari pemerintahan kolonial untuk mengakut kekayaan dari bumi Indonesia. Kekayaan itu digunakan sebagai barang dagangan untuk dijual ke pasar internasional, khususnya pasar negara –negara Eropa.2 Kekayaan bumi Indonesia berupa : (a) hasil hutan seperti, kayu; (b) hasil perkebunan dan pertanian seperti, nila, kopi, lada, cengkeh, pala, tembakau, teh karet; (c) hasil tambang seperti, minyak bumi,emas, batubara, dan timah. Jumlah produksi barang dagangan tersebut berhasil ditingkatkan, tetapi pengakutan dari daerah produksi, terutama yang berada didaerah pedalaman ke kota – kota pelabuhan sangat lamban sehingga tidak ekonomis. Lambatnya pengakutan tersebeut mengakibatkan sering terjadi
kerusakan barang pada waktu perjalanan serta terlalu lamanya disimpan gudang penyimpanan.3 Kekayaan alam di Hindia Belanda mengalami peningkatan sejak berlakunya kebijakan Cultuur Stelsel atau sistem tanam paksa, pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Van de Bosch serta dikeluarkanya Undang –Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870 yang berisikan dua hal pokok yakni pemberian kesempatan kepada pihak swasta untuk berkembang di Hindia Belanda dan menjamin berkembangnya perusahaan swasta di Hindia Belanda.4 Keberhasilan akan peningkatkan produksi diwilayah jajahan Hindia Belanda membuat pemerintah Belanda kebingungan dalam proses pengakutan hasil kekayaan alam. Pengakutan barang- barang impor dari pelabuhan ke daerah pedalaman sudah tidak dapat dipenuhi oleh transportasi darat maupun lewat sungai. Gagasan untuk mengakut barang-barang dari HindiaBelanda dengan lebih cepat terutama untuk hasil-hasil produksi dari tanah jajahan tentunya bukanlah satusatunya alasan untuk mulai dioperasikanya kereta api. Ketika ide untuk mengoprasikan kereta api HindiaBelanda mulai mengemuka, muncul perdebatan antara pihak swasta dengan pihak pemerintah. Pembangunan jalur kereta api di Jawa Timur dimulai pada April 1875 pemerintah Belanda memutuskan untuk membangun sendiri jalan rel dan mengekploitasi kereta api setelah lebih dulu didiskusikan di majelis rendah dan majelis tinggi kerajaan Belanda. Julur rel yang pertama kali di kerjakan adalah jalan jalur rel Surabaya – Pasuruan - Malang, dan yang mnjadi penanggung jawab diserahkan kepada David Marschalk. 5 Dia adalah seoarang militer yang pernah ditugaskan diwilayah tersebut. Perusahaan kereta api milik pemerintah ini dinamai Staatsspoorwagen (SS). Melihat keuntungan yang diperoleh Nederlands-Indische
1
Kamaludin, Rustian. 2003. Ekonomi Trasportasi (Karateristik, Teori,Kebijakan). Jakarta: PT Ghalia Indonesia. Hlm 23 2 Basundoro, Purnawan.2008. Dinamika Pengangutan Di Banyumas Pada Era Modernisasi Transportasi Pada Awal Abad Ke 20. Jurnal Humaniora. Vol 20. Hlm 63.
1403
3 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Sejarah Perkeretapian Indonesia jilid I. Bandung : CV Angkasa. Hlm.3 4 Jan Bremen. 1997. Menjinakkan Sang Kuli : Politik Kolonial Pada Awal Abad ke 20. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti. Hlm. 26 5 Ibid. Hlm 53
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Spoorweg Maatschappij (NISM) dari pengopraasian kereta api jalur Semarang – Yogyakarta dan jalur Jakarta – Bogor sejak tahun 1875 dan juga keuntungan SS perusahaan kereta api milik pemerintahan Belanda memberi gambaran dan harapan baru kepada pengusaha swasta yang telah berminat untuk memenanamkan modal mereka dalam kegiatan jasa angkutan kereta api. 6 Lamongan merupakan kesatuan wilayah asministratif keresidenan (residentie), ditempatkan pada tingkat kabupaten (regentschap). Pada tahun 1924 - 1932 Lamongan masuk ke dalam Keresidenan Surabaya Utara yang mana pada saat itu Keresidenan Surabaya dibagi menjadi dua, yaitu Keresidenan Surabaya Selatan dan Keresidenan Surabaya Utara. 7 Pembangunan jalur rel kereta api yang melintasi Kabupten Lamongan dilakukan oleh dua perusahaan kereta api. Lamongan bagian Selatan dibangun jalur rel kereta api oleh perusahaan Babat – Djombang Stoomstrem Maatschappij (BDSM) tahun 1899 – 1912 yang menghubungkan Stasiun Babat dan Stasiun Djombang, namun pada tahun 1916 perusahaan ini mengalami permasalahan keuangan sehingga diambil alih oleh perusahaan pemerintahan Belanda Staatsspoorwagen (SS). Sedangkan pada tahun 1900–1903 Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) atas perintah dari pemerintahan Belanda membangun jalur rel kereta api Surabaya – Gundih (Jawa Tengah) 8 jalur yang melintasi Stasiun Lamongan dan Babat, yang sebelumnya pengakutan hasil ekplotasi mengunakan aliran sungai Bengawan Solo. Dengan adanya jalur kerata api Babat Djombang yang dibangun oleh perusahaan kereta api Babat- Djombang Stoomtrem Maatschappij (BDSM) dan jalur kereta api yang menghubungkan Surabaya – Gundih yang dibangun oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), melintasi Kota Lamongan serta Stasiun Babat, pembangunan jalur kereta api ini tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Lamongan. Penelitian terdahulu berkaitan dengan “Perkembangan Transportasi Kereta Api di Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932” belum pernah ada. Oleh sebab itu akan sangat menarik untuk dilakukan penelitian dan mengkaji bagaimana perkembangan kereta api di Lamongan. Pada penelitaan sebelumnya sudah ada pembahasan tentang kereta api secara umum, yaitu Tim Telaga Bakti berjudul Sejarah Perkeretapian Indonesia dan Departemen Penerangan Republik Indonesia yang berjudul Keretaapi Indonesia. 6
Ibid. Hlm 60 Tim penyusun Memayu Raharjaning Praja .1994. Lamongan: Memayu Raharjaning Praja. Lamongan : Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan . Hlm 37 8 Ibid. Hlm 67
Volume 5, No. 1, Maret 2017
Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa rumusan masalah sebagai berikut : (1). Mengapa sarana transportasi kereta api dikembangkan di Kabupaten Lamongan? (2). Bagaimana perkembangan sarana transnportasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun 1889- 1932 ? (3). Bagaimana pengaruh sarana transportasi kereta api terhadap perkembangan perekonomian masyarakat Kabupaten Lamongan 18891932 ? Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah; (a). Untuk menjelaskan mengapa sarana transportasi kereta api di kembangkan di Kabupaten Lamongan.(b). Untuk mendiskripsikan perkembangan sarana transpotasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun 1899- tahun 1932.(c). Untuk menganalisis pengaruh sarana transportasi kereta api di Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi mengenai sejarah sarana transportasi kereta api yang berkembang di Lamongan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan rujukan bagi yang berminat untuk mengkaji tentang kereta api di Lamongan serta pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat di Lamonngan.
METODE Dalam penulisan penelitian Perkembangan transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932 akan mengunakan metode sejarah. Sistem keilmuan metode sejarah merupakan seperangkat prosedur alat atau piranti yang digunakan sejarahwan dalam meneliti dan menyusun sejarah. 9 Untuk mengungkap permasalahan yang akan di teliti penulis mengunakan metode penulisan sejarah melalui Heuristik, Kritik, Interprestasi, serta historiografi. Melalui tahap ini sumber primer maupun skunder yang diperoleh. Sumber primer yang didapat ; (a). ANRI. Kolonial Verlag Nogmaals de Babat- Djombang Stoomtram- Maatschapij (BDSM). 1919. (b). ANRI. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat – Djombang St. Mij. En Wijsinging En Verh. 1916. (c). ANRI. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie. Door P. Bleeker. 1847 dan 1850. (d). ANRI. Tijdscarift Voor Nijverheid En Landbouw In Nederlandsch Indie. 1868 dan 1871. (e). ANRI. Aardrijkskudig En Statistisch Woordenboek Van Nederlandsch Indie. 1969. Vol I, Vol II, Vol III. Prof. P.J. Veth. (f). ANRI. Staasblad Van Nederlandsch Indie.. 1858 - 1930. (g) ANRI. Verslag van bestuur en staat van
7
1404
9 Aminudin Kasdi. 2008. Memahami Sejarah. Surabaya: Unesa University Press.Hlm 10.
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Nederlandsch-Indië 1867-1875. (h) BPK Jawa Timur. De Provinciale Verordeninggen Van Oost Java. 1930. (i). BPK Jawa Timur Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934. (j). BPK Jawa Timur. Bevolking Statistiek Van Java. 1870. (k) DELPHER. . De Inagure 1900-1930 Sumber Skunder yang di dapat ; (a). Sejarah Perkeretapian Indonesia jilid I. Penulis Tim Telaga Bakti Nusantara. (b). Kereta Api Indonesia. Departemen Penerangan Republik Indonesia. (c) Memahyu Raharjaning Praja, Penulis Tim Pemerintahan Kabupaten Lamongan. (d). Arsip Nasional Republik Indonesia penerbit sumber-sumber sejarah No. 10, Memori Serah Terima Jabatan (Jawa Timur dan Tanah Kerajaan) 1921 – 1930. ANRI. Jakarta.1978. (e) Ekonomi Surabaya pada Masa Kolonial 1830-1830. Penulis Nasution. HASIL DAN PEMBAHASAN KONDISI UMUM KABUPATEN LAMONGAN 1. Kondisi Geografis dan Demografi Kabupaten Lamongan Kabupaten Lamongan terletak disebelah Utara Laut Jawa, pada bagian Timur berbatasan dengan afdeling Jombang, sedangkan bagian Barat berbatasan dengan Keresidenan Bojonegoro dan afdeling Tuban. Secara geologis, historis dan kultural Lamongan merupakan wilayah Karesidenan Surabaya, Jawa Timur. Lamongan terletak antara 6° 51’ 54” dan 7° 23’6”garis lintang Selatan dan 112° 4’4”dan 112° 33’12”garis bujur Timur. Luas wilayah Lamongan kurang lebih 1.892,8 km² atau 181.280,30 Ha. 10 Secara garis besar dataran Kabupaten Lamongan memiliki bentuk wilayah yang berbeda, bagian tengah Selatan terdiri dari dataran rendah yang relatif subur, bagian Selatan dan Utara terdiri dari pegunungan kapur yang memiliki kesuburan tanah yang sedang dan bagian tengah Utara terdiri dari daerah rawa yang rawan hujan. Pada bagian tengah Selatan, terdapat aliran sungai Bengawan Solo yang pada masa pemerintahan Belanda digunkan untuk mengaliri sawah-sawah pertanian. Secara geologi dan tipologi sebagian wilayah Lamongan terdiri dari dataran rendah dan dataran bonorowo sebagian lagi dataraan tinggi sekitar 100 meter dari permukaan laut. Struktur tanah sebagian besar terdiri dari jenis Alufial, Litosal, Grumosol, dan Mediterian Coklat.11 Tanah bonorowo terletak disebelah Selatan dan Utara Bengawan Solo. Bagian selatan Bengawan Solo merupakan tanah bonorowo yang dikenal dengan nama Begawandjero yang merupakakan wilayah distrik
Volume 5, No. 1, Maret 2017
Lamongan Keresidenan Surabaya. Pada bagian Utara merupakan wilayah onderdistrik Laren dan Dukuh, tanah bonorowo diwilayah ini hanya dapat ditanami padi pada musim kemarau.12 Lamongan juga bertanah kapur yang merupakan kawasan dataran tinggi wilayah ini terletak disepanjang pantai utara distrik paciran dan pada bagian selatan diwilayah distrik Gonong Kendeng serta sebagian wilayah distrik Lengkir. Di distrik Paciran terdapat perusahaan pembakaran kapur yang di gunakan sebagai bahan material bangunan. Kabupaten Lamongan terletak di Selatan garis katulistiwa menyebabkan wilayah Lamongan termasuk kawasan tropika, yang memiliki dua musim yakni musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan Lamongan merupakan kawasan rawan dengan banjir, dikarenakan luapan Sungai Bengawan Solo sedangkan pada musim kemarau sering kali kekurangan air. Tanah pada musim kemarau pecah-pecah, sehingga pada permulaan musim penghujan tanah tidak dapat segera digarap dan ditanami. Pada masa kolonial Lamongan merupakan wilayah (regentchap) dari Asisten Residen Gersik, Kersidenan Surabaya. Penduduk Lamongan sebagian besar adalah masyarakat pribumi terdapat pula pendatang asing diantaranya penduduk Eropa, Cina dan Arab. Pada masa pemerintahan Belanda, pemerintahan Kabupaten Lamongan dipegang oleh Tumenggung Kromojojo periode (1866-1885), dan selanjutnya pada tahun (18851908) dipegang oleh Tumenggung Djojodirino, periode (1908-1938) dipegang oleh R. Tumenggung Djojoadinegoro.13 Dari masa pemerintahan ketiga Bupati tersebut banyak pembangunan diberbagai bidang sosial, ekonomi dan pendidikan. Kabupaten Lamongan bagian tengah merupakan wilayah yang relatif subur dan banyak di gunakan sebagai daerah pertanian. Sebelum dibangun aliran irigasi pada tahun 1909 yakni waduk Prijaten, penduduk setempat untuk mendapatkan air sebagai pengairan sawah masih mengandalkan musim penghujan. Wilayah ini meliputi distrik Lengkir dan sebagian wilayah distrik Begawajero. Bagian tengah merupakan daerah bonorowo yang rawan terhadap banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo. Wilayah ini meluputi distrik Begawandjero, dan bagian paling Selatan dan Utara merupakan wilayah pegunungan kapur. Wilayah ini termasuk pada distrik Karanggeneng. Pada tahun 1815 kepadatan penduduk diwilayah Asisten Residen Gersik yang membawahi
10
Ibid. Hlm 9 11 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit Hlm 9
1405
12 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November 1930. Op. Cit Hlm XXXIX 13 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit Hlm 42
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Regentchap Gersik, Regentchap Lamongan, dan Regenchap Sidayu. Pada tahun 1815 tercatat jumlah penduduk 115.442, tahun 1832 jumlah penduduk 243.029, dan pada tahun 1838 jumlah penduduk 297.283. 14 dari setiap tahunnya penduduk diwilayah ini mengalami peningkatan, hal ini juga dipengaruhi adanya aktivitas pelabuhan besar yang ada di Sidayu Gersik. Jumlah total penduduk tersebut bukan hanya penduduk pribumi saja namun juga terdapat penduduk asing, seperti bangsa Eropa, Cina dan Arab. Mayoritas penduduk asing tersebut melakukan perdagangan dengan masyarakat pribumi. Khususnya bangsa Eropa setelah pemerintahan kolonial berlangsung banyak bangsa Eropa membangun rumah pribadi di Lamongan sampai saat ini peninggalan bangunan rumah tersebut masih ada. Pertumbuhan penduduk disetiap tahunnya juga mengalami peningkatan baik penduduk pribumi dan asing, dapat dilihat dari tabel pertumbuhan penduduk Kabupaten Lamongan. Tabel 2.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Lamongan Tahun 1801 – 1930 Tahun
Eropa
Cina
Timur Asing
Pribumi
Total
1801
6
89
29
29.146
29.270
1845 1867
27
55 116
3 -
67.354 144.718
67.412 144.861
1930
72
1752
158
543.412
545.594
Sumber: Dalam Majalah. ___ Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie. 1847:ANRI, Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie; ANRI. dan Door P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie; ANRI
Berdasarkan tebel jumlah penduduk tersebut dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tidak hanya penduduk pribumi tetapi penduduk Eropa, Cina, Arab dan Asing. Peningkatan tersebut juga ditunjang pembangunan sarana transportasi yang memadai. Salah satunya transportasi kereta api yang mempermudah perputaran aktifitas perdagangan. 15 Abad ke-20 merupakan abad kemakmuran untuk masyarakat pedesaan, dalam hal ini desa mengalami perubahan- perubahan besar sebagai akibat perbaikan lalu-lintas sehingga menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk. 16 Kepadatan jumlah penduduk pribumi di Kabupaten Lamongan dari setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi dari kesuburan wilayah Lamongan dalam hal pertanian, perbaikan-perbaikan dalam sektor pertanian serta
Volume 5, No. 1, Maret 2017
pemerintahan, dan semakin ramainya lalu-lintas di wilayah Lamongan. Pertumbuhan jumlah penduduk Eropa dalam setiap tahunnya juga mengalami pertumbuhan. Sebagian besar penduduk Eropa bekerja sebagai pegawai negeri pemerintahan Belanda. Begitu pula dengan penduduk Cina setiap tahunya mengalami peningkatan. Dalam hal ini di Kabupaten Lamongan terutama di kota Lamongan dan Babat penduduk Cina diangkat sebagai kepala – kapala kampung satempat. 17 Mayoritas penduduk Cina bekerja sebagai pedagang. 2. Potensi Ekonomi Kabupaten Lamongan a. Pertanian Pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Lamongan terutama pada bagian Lamongan Selatan dan Tengah, wilayah ini merupakan tanah bonorowo yang memiliki tingkat kesuburan baik. Daerah ini meliputi Distrik Lengkir, Begawandjero, dan Gunung Kendeng. Sebagian besar masyarakat dalam mengelolah pertanian masih bergantung pada hujan. Tanah pada musim kemarau pecah-pecah, sehinggga pada musim penghujan tanah tidak dapat langsung digarap (ditanami) masih menunggu sampai tanah benarbenar manjadi tandus. 18 Tanaman yang ditanam oleh masyarakat Lamongan berupa tanaman pokok yakni ; padi, jagung, ketela, selain tamanam tersebut juga terdapat tanaman kebutuhan ekspor pemerintahan kolonial berupa kacang cina, tambakau, kapok dan djarak. Diterapkannya Cultuurstelsel tahun 1830 oleh pemerintahan kolonial yang mewajibkan setiap desa menyisihkan 20% dari tanahnya untuk ditanamin tanaman ekpor, dan setiap desa diwajibkan untuk menjualnya kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah ditentukan. 19 Begitupula setelah Cultuurstesel dihentikan, karena banyak kritik dari kalangan kaum liberal yang menganggap kebijakan tersebut tidak menyejahterakan rakyat pribumi tetapi hanya memperkaya pemerintahan Kerajaan Belanda. Kemudian muncullah UU Agraria tahun 1870, sabagaimana dampak dari kebijakan ini mambawa pertumbuhan perkebunanperkebunan besar serta perbaikan sistem pertanian di Hindia Belanda. Akibat dari berlakukanya undangundang tersebut banyak perusahaan swasta yang turut mengelolah berbagai urusan ekploitasi di tanah jajahan. 20
14
.Raflees. 1847. History Of Java, Vol II. Dalam Majalah. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie.:ANRI. Hlm 172 15 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit Hlm 12 16 Burger. 1980. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Djilid II.Terjemahan Prajudi Atmosudiro. Jakarta : Departemen P dan K Hlm 22
1406
17 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November 1930. Op. Cit Hlm XXXVII 18 Ibid. Hlm XXXVIII 19 M.C. Ricklefs.2008. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta. Serambi Hlm 202 20 Burger. 1980. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Djilid II.Terjemahan Prajudi Atmosudiro. Jakarta : Departemen P dan K Hlm 34
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Distrik Lengkir sebagai wilayah Kabupaten Lamongan tahun 1845 menghasilkan 472,56 pikols tembakau, yang merupakan tanaman ekspor ke wilayah Eropa. Tembakau ditanam oleh penduduk distrik Lengkir dangan luas area tanam 92 bouw21 Sedangan pada tahun 1946 tanaman padi di wilayah distrik Tengahan dengan luas lahan 9.123 bouw menghasilkan 9,16 pikols/bouw, distrik Goenoeng Kendeng luas lahan 9.343 bouw menghasilkan 10,16 pikols/bows, dan distrik Begawan Djero 4.640 bouw menghasilkan 6.57 pikols/bouw.22 Tahun 1845 Kabupaten Lamongan memiliki luas seluruh tanah pertanian adalah 27.896 bouw dari luas tanah tersebut menghasilkan padi sekitar 215.864 pikols. Sedangkan pada tahun 1846, luas tanah pertanian semakin bertambah yaitu 28.206 bouw dari luas tanah tersebut menghasilkan padi sekitar 208.838 pikols. 23 Luas lahan pertanian yang semakin besar tidak menjamin perolehan penghasilan padi bertambah pula, hal ini dikarenakan kondisi wilayah Lamongan pada musim penghujan selalu terjadi banjir sehingga membuat para petani sering gagal panen. Banjir setiap tahunnya disebabkan luapan sungai Bengawan Solo. Upaya mengatasi banjir setiap tahunnya pemerintah Kolonial dan penduduk membangun waduk. a. Ukuran waduk yang dibangun bervariasi, waduk kecil dipergunakan untuk mengaliri sekitar 30 bouw sedangkan waduk besar digunakan untuk mengaliri sawah sekitar 225 bouw lebih. 24 Waduk-waduk kecil ini dibangun oleh penduduk setempat, sedangkan untuk waduk yang berkapasistas besar dibangun oleh pemerintah kolonial. Bangunan waduk besar yang dibangun oleh pemerintahan kolonial yakni waduk Prijaten masyarakat Lamongan saat ini mengenalnya dengan sebutan Waduk Krekah. Waduk ini dibangun sebagai irigasi pertanian yang megambil aliran sungai Bengawan Solo, selain sebagai irigasi waduk prijaten juga digunakan sebagai pencegah terjadinya banjir diwilayah Lamongan. waduk Prijaten dibangun tahun 1902 sebagai bentuk realisasi kebijakan Kerajaan Belanda terkait politik etis. Perbaikan dibidang irigasi menjadikan pertanian di Lamongan meningkat, permasalahan yang dialami akibat gagal panel terus dilakukan oleh pemerintahan kolonial. Pada tahun 1917 mengalami peningkatan produksi padi, dari totoal 488.459 penduduk yang menanam padi menghasilkan 1.544.457 dari total
Volume 5, No. 1, Maret 2017
sawah yang ditanami, dengan begitu jumlah penghasilan padi 316 pikols/100 jiwa.25 Selain padi terdapat juga beberapa tanaman yang ditanam di Lamongan diantaranya; (a). kacang tanah, luas lahan untuk penanam kacang tanah 12.680 bouw menghasilkan 100.000 pikols, (b). djarakpitten , luas lahan penanaman djarakpitten 600 bouw menghasikan 5.000 pikols, (c) kelapa, jumlah pohon kelapa 212.914 pohon menghasilkan 327.812 kelapa. 26 Kabupaten Lamongan merupakan kawasan industri pertanian yang cukup maju. Berdasarkan kewilayahanya Lamongan merupakan wilayah dengan penghasilan penghasilan pertanian padi antara 300 – 400 pikol/100 zielen. 27 Peningkatan jumlah produksi/hasil tanaman di Kabupaten Lamongan juga dipengaruhi oleh adanya sarana transportasi yang memadai. Sarana transportasi kereta api mendorong peningkatan hasil pertanian di Kabupaten Lamongan. Hal tersebut disebabkan karena alur perdagangan dari daerah pedalaman ke wilayah kota dapat dilakukan dengan mudah. Selain daripada itu angkutan kereta api juga membawa hasil pertanian dalam jumlah besar untuk di eksport ke pasar Eropa. b. Peternakan Usaha peternakan merupakan usaha yang dilakukan oleh penduduk Lamongan sejak dalu, jenis ternak yang pelihara diantaranta kerbau, Sapi, dan kuda. Mayoritas penduduk dalam mengembala hewan ternak dilakukan dihutan berangkat pagi hari dan pulang pada sore hari. Pada tahun 1845 tercatat kepemilikan hewan ternak di Lamongan yakni ; (a) kerbau berjumlah 13.321 ekor, (b) sapi berjumlah 361 ekor, dan (c) kuda berjumlah 1.448 ekor. 28 Jumlah ini pada tahun 1847 mengalami peningkatan menjadi 16.681 kerbau, 485 sapi, 1797 kuda. Untuk meningkatkan hasil peternakan usaha yang dilakukan penduduk diantaranya menyilangkan lembu Ongole dengan lembuh Jawa. Persilangan ini dilakukan di distrik Panciran hasil persilangan ini kebanyakan digunakan sebagai hewan tarik. Peternakan kambing hanya dilakukan untuk keperluan pribadi, salah satu sebabnya mungkin karena sulitnya mencari rumput pada musim kemarau. Di Kabupaten Lamongan kuda digunakan sebagai hewan tarik, untuk menarik dokar. Dokar banyak ditemukan diwilayah Babat yang
25 C. Desavorvin Lohman. 1919. Verhouding Sawahpadiproductie Tot de Dicheid Der Bevolking Op Java En Madoera In ULT.1917 : ANRI Hlm 223 26 Streefland. 1918. Olie-Industri in Nederlandsch Indie.Hoofdstuk I: ANRI Hlm 6 - 32 27 C. Desavorvin Lohman. 1919. Verhouding Sawahpadiproductie Tot de Dicheid Der Bevolking Op Java En Madoera In ULT.1917 : ANRI Hlm 233 28 P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie; ANRI Op. Cit Hlm 45
21 Door P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie, Hoofdstuk VIII: ANRI Hlm 107 22 Ibid. Hlm 108 23 P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie; ANRI Op. Cit Hlm 45 24 Tijdschrift Voor Nijverheid En Lanbouw In Nederlandsch. Nieuwe Serie VII. Op. Cit Hlm 145
1407
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
kebanyakan penduduknya melakukan aktivitas usaha perdagangan. 29 Pada tahun 1929 populasi hewan mulai merosot hal ini dikarenakan banyak hewan yang terserang penyakit khusunya lembu dan kerbau. Penyakit ini hanya terjadi diberbagai desa, dampaknya desa-desa yang terserang penyakit dinyatakan ditutup bagi hewan yang akan keluar dan masuk. Penurunan jumlah hewan tersebut juga disebabkan karena tidak banyak lagi transportasi yang mengunakan tenaga hewan melainkan sudah berganti ke transportasi yang lebih modern yaitu kereta api. Pembangunan jalur kereta api menjadikan hewan sebagai kebutuhan pangan dan tidak digunakan lagi sebagai tenaga transportasi tarik dokar untuk aktifitas perdagangan. c. Perikanan Perikanan laut di Lamongan terletak di Paciran. Tempat nelayan paling banyak terdapat pada daerah Brondong, Sentul, Weru, Paciran dan Sedayu lawas. Wilayah Brondong terdapat tempat penggaraman ikan yang menghasilkan pindang. Pindang tersebut sebagian besar dikirim ke Surakarta sedangkan ikan segar sebagian besar dikirim ke Surabaya. 30 Pengiriman sebelum adanya jalur kereta api masih memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo sebagai sarana transportasi, namun setelah adanya kereta api pengunaan perahu mengalami penurunan dan beralih kepada akutan kereta api yang lebih modern. Selain ikan laut terdapat pula penangkaran ikan air tawar, penangkaran ikan air tawar dilakukan pada waduk- waduk rawa-rawa dan sungai. Hasil dari penangkaran tersebut digunakan untuk kebutuhan sendiri. Ikan di waduk tersebut dipelihara olah Dinas Perikanan Darat, penduduk pada waktu tertentu di ijinkan untuk menangkap ikan tersebut dengan membayar sekadarnya. Pada wilayah dekat kalen sudah dibuatkan tempat pembibitan ikan karper, gurami, dan tambera. 31 PEMBANGUNAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN LAMONGAN Kondisi Transportasi di Indonesia Sebelum Adanya Kereta Api Perkembangan pembangunan kereta api di Indonesia tidak lepas dari perkembangan kemajuan teknologi bangsa – bangsa Eropa. Perlu dipahami juga pekembangan kereta api di Indonesia juga tidak lepas pemerintahan kolonial Belanda. Kemajuan bangsa bangsa Barat dalam berbagai bidang teknologi dibawa
Volume 5, No. 1, Maret 2017
dan diterapkan pemerintahan Belanda diwilayah kolonial Indonesia. Penerapan teknologi bangsa Barat ini nantinya yang menjadi cikal bakal adanya kereta api di Indonesia. Transportasi kereta api di Indonesia berkembang pada abad ke - 19, transportasi ini dibangun dan dikembangakan oleh pemrintahan kolonial Belanda. Sebagaimana pembangunan kereta api dimaksutkan pemerintahan Belanda untuk mengangkut kekayaan alam diwilayah jajahan, yang sebelumnya pengakutan hasil ekploitasi masih mengunakan gerobak yang ditarik manusia dan hewan. Sebagimana pada masa tanam paksa pemerintahan Belanda masih mengalami permasalahan dalam pengakutan. Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah kolonial untuk mengatasi hal tersebut yakni mengimpor unta dan keledai untuk mengangkut barang hasil tanaman. Unta dan keledai digunakan untuk mengangkut hasil tanaman ekspor dari daerah pedalaman ke pelabuhan. Karena perjalanan dari pedalaman ke pelabuhan berjarak jauh banyak unta dan keledai mati dipinggir jalan sehingga membut barang untuk diperdagangkan tidak bisa tepat waktu dan sering terjadi penumpukan barang. 32 Selain cara tersebut, yang dilakukan oleh pemerintah Belanda untuk mengatasi pengakutan adalah mengunakan kereta kuda dan gerobaknya ditarik oleh kuda atau sapi. Sapi sebagai hewan penting untuk mengangkut hasil perkebunan, membuat penerintah Belanda melarang masyarakat untuk menyembelih sapi. Pengunaan kereta kuda juga mengalami hambatan dalam pengakutan. Hasil perkebunan yang dibawa kereta kuda memakan waktu yang cukup lama karena kuda atau sapi harus melawati pos-pos pemberhentian untuk istirahat dan memberi makan hewan. Lambatnya pegakutan kereta kuda menyebabkan pemerintahan Belanda yang didorong oleh pengusaha swasta membangun alat transportasi baru yang lebih efesien. Salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Belanda adalah membangun dan mengoprasikan kereta api.
1.
Pembangunan Kereta Api di Indonesia Sehubungan dengan telah dirasakan dan dialami kesulitan prasarana dan sarana transportasi di Pulai Jawa yang telah diutarakan dalam pembahasan diatas. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Belanda harus membangun transpotasi baru yang lelih efektif. Sarana transportasi yang diupayakan untuk mengatasi pengakutan hasil ekploitasi di wilayah jajahan yakni
29 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November 1930. Op. Cit Hlm XL 30 Ibid. Hlm XLII 31 Ibid. Hlm XLI
2.
32 Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1978. Kereta Api Indonesia. Jakarta. Hlm 21
1408
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
kereta api. Pada tanggal 15 Agustus 1840 Kolonel Jhr. Van Der Wijk mengusulkan kepada pemerintah untuk membangun transportasi kereta api. 33 Sebagimana di Eropa transportasi kereta api telah berasil mengatasi masalah serupa yang tengah dialami pemerintah kolonial. Usulan tersebut ditanggapi oleh Kerajaan Belanda sehingga dikeluarkanlah kebijakan untuk membangun jalan rel Semarang ke Kedu dan Yokyakarta/Surakarta.34 Namun keputusan tersebut tidak pernah terealisasikan, sampai pada tahun 1862 barulah pembangunan kerata api dilaksanakan dan pelopor pembangunan kereta api pertama kali yakni Nederlandsch Indisce Spoorwag Maatschaappij (NISM) perusahaan kereta api swasta. Pada tahun 1862 peruhasaan swasta NISM mendapatkan konsensi pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan Semarang – Solo – Yokyakarta. Pembangunan ini juga memiliki peranan penting dalam bidang pertahanan dalam pemerintahan negeri jajahan. 35 Pada tahun 1871 Menteri Urusan Tanah Jajahan Belanda Mr. P. P. Van Bosse mengajukan rencana undang-undang untuk membangun empat lintas jalur rel kereta api yang menghubungkan daerah Jawa Timur dan Jawa Barat. Namun usulan ini memperoleh pertentangan dari pihak swasta maupun parlemen belanda mengingat masalah finalsial serta kesulitan pambangunan yang dialami oleh perusahaan NISM. 36 Jalur kereta api yang bangun pertama kali oleh pemerintah yakni jalur di Jawa Timur menghubungkan wilayah Surabaya- Malang – Pasuruan. Pembangunan jalur rel tersebut dilakukan secara bertahap pada tahun 1875. Tahap pertama Surabaya – Pasuruan yang selesai dibangun pada tanggal 16 Mei 1878. Tahap kedua Pasuruan – Malang selesai pada tanggal 20 juli 1879. 37 Perusahaan kereta api milik pemerintah ini dengan nama Staatspoorwagen (SS). Setelah beroprasinya kereta api dalam beberapa dekade, mendatangkan keuntungan besar dari jalur terbsebut membawa gambaran dan harapan baru kepada pihak swasta lainya yang tengah berminat berinvestasi di usaha transportasi kereta api. Adapun perusahaan kereta api dan trem yang mendapat konsensi membangun rel dan mengekploitasi kereta api dan trem sebagai alat angkutan diantaranya; (a) Semarang-Jona Stoomtram Maatschappij (SJS) yang mandapat konsensi pada tahun 1881, (b) Javaasche Spoorweg Maatschappij (JSM) mendapat kosensi pada tahun 1882, (c) Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) mendapat konsensi tahun 1883, (d) Purwodadi-Gundih Stroomtrem Maatschappij (PGSM), mendapat konsensi pada tahun 1884 (e) 33
Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 48 Ibid. Hlm 50 35 Ibid. Hlm 53 36 Ibid. Hlm 60 37 Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1978. Hlm 34
Volume 5, No. 1, Maret 2017
Bataviaache Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS) mendapat konsensi pada tahun 1886, (f) Ooster Java Stromtram Maatschappij (OJS) yang mandapat konsensi tahun 1886, (g) Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM) yang mendapat konsensi tahun 1890, (h) Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) yang mandapat konsensi pada tahun 1893, (i) Semarang-Cirebon Stoomtram Maatschappij (SCS) yang mendapat konsensi tahun 1893, (j) Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (PsSM) mendapat konsensi pada tahun 1893, (k) Bataviaache Stoomtrem Maatschappij (BTSM) yang mendapat konsensi tahun 1893, (l) Probolinggo Stoomtram Maatschappij (PbSM) yang mendapat konsensi tahun 1894, (m) Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) yang mendapapat konsensi tahun 1894, (n) Mojokerto Stoomstram Maatschappij (MSM) yang mendapat konsensi tahun 1895, (o) Babad – Djombang Stoomtrem Maatschappij (BDSM) yang mendapat konsensi pada tahun 1896, (p) Madoera Stoomtram Maatschappij (MT) yang mendapat konsensi tahun 1896, dan (q) Malang Stoomtrem Maastchappij (MS) yang mendapat konsensi tahun 1901.38 Dengan demikian telah ada 18 perusahaan kereta api dan trem swasta yang diberi konsensi untuk membuka jalan rel dan trem di Indonesia. 3. Pembangunan Transportasi Kereta Api di Kabupaten Lamongan a. Pembangunan Jalur Kereta Api di Kabupaten Lamongan Pada akhir abad ke- 19 sebelum kehadiran kereta api di Kabupaten Lamongan, alat transportasi yang digunakan masih sangat tradisional. Transportasi yang digunakan berupa gerobak yang ditarik oleh kuda, sapi dan kerbau atau yang disebut kuda dokar. Sampai saat ini masih terdapat beberapa usaha dokar di Kecamatan Babat yang digunakan sebagai angkutan penumpang. Transportasi lainya yakni perahu yang memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo. Aliran sungai Bengawan Solo memiliki peranan penting sebelum dibangunya jalur kereta api Surabaya – Gundih. Kebanyakan untuk mengakut hasil ekploitasi dan aktifitas perdagangan memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo. Penghasilan ekonomi masyarakat Lamongan kebanyakan diperoleh dari hasil pertanian dan kekayaan hutan. Hutan jati yang luas dan penting terletak disebelah Barat dan Barat Daya, hutan tersebut termasuk houwestenj Tuban Timur, Ngimbang dan Mojokerto. 39 Dalam bidang pertanian selain mengandalkan curah hujan masyarakat mengunakan waduk yang dibangun oleh pemerintahan Belanda sebagai irigasi sawah – sawah pertanian. Pada masa paceklik (perubahan pada musim 38
Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 64 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November 1930. Op. Cit hlm XLIII 39
63
1409
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
kemarau ke musim penghujan) banyak masyarakat Lamongan mencari pekerjaan ke kota untuk menyambung kehidupan. Perjalanan dari desa ke kota sebelum adanya transportasi kereta api masyarakat masih mengunakan angkutan dokar dan berjalan kaki. Pada tanggal 12 Oktober 1893, Menteri Urusan Jajahan Belanda Baron Van Dedem mengeluarkan keputusan yang menetapkan tentang recana induk pengembangan perkeretaapian di Pulau Jawa. Berdasarkan rencana induk, pembangunan jalur rel di Pulau Jawa akan terdiri atas dua macam bentuk, yaitu bentuk lintas sepur dan bentuk lintas trem. Pada masa tersebut, pembangunan jalan rel sebagian akan dikerjakan oleh pemerintah dan sebagian lagi akan dikerjakan oleh kalangan swasta. Pembuatan jaringan rel kereta api didasarkan bukan hanya pada kepentingan ekonomi semata- mata, melainkan juga mengakut masalah pasifikasi (penguasaan) daerah yang sering mengalami pergolakan dan pembukaan daerah-daerah dari isolasi. Pembangunan tersebut juga mempertimbangkan pengembangan administrasi pemerintahan dan pengembangan kota. 40 Pada periode 1893 -1900 penanaman tebu untuk pabrik gula Jawa Timur berkembang pesat sehingga dalam permasalahan pengakutan menjadi persoalan yang penting. Dalam permasalahan tersebut pemerintahan kolonial membuat kebijakan untuk membangun sarana transportasi kereta api sebagai transportasi pengakutan hasil ekploitasi. Sehingga mengakibatkan tumbuhnya perusahaan trem didaerah Jawa Timur. Kabupaten Lamongan sebagai wilayah Onderdistrik Surabaya bagian Selatan juga terkena dampak dari hal tersebut, sepanjang 68, 33 KM dibangun di Kabupaten Lamongan yang menghubungkan daerah Babat sampai Jombang. Pembangunan jalur ini dilaksanakan oleh perusahaan swasta yakni BabatDjombang Stoomtram Maatschappij (BDSM) pada tahun 1899 yang sebelumnya mendapat konsensi pembangunan tahun 1896.41 Periode yang sama dari Pemerintahan Belanda memerintah Nederlandsch Indisce Spoorwag Maatschaappij (NISM) perusahaan kereta api yang memprakarsai pembangunan jalur pertama kali di Indonesia, untuk membuka jalur lintas Utara yang menghubungkan Surabaya – Gundih, Jawa Tengah. Jalur tersebut difungsikan sengai jalur distribusi barang dari pelabuhan ke daerah pedalaman wilayah Jawa. Pembangunan jalur rel ini diselesaikan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dibuka 1900 dan tahap kedua dibuka tahun 190342
Volume 5, No. 1, Maret 2017
Pembangunan kereta api di Lamongan merupakan dorongan akan kebutuhan jasa transportasi pengakutan yang lebih efesien daripada angkautan sebelumnya. Kereta api yang dibangun di Jawa secara umum digunakan sebagai pengakutan hasil perkebunan. Pembangunan kereta api yang melintasi Kapubaten Lamongan sebagaian besar di prakarsai oleh dua perusahaan besar yakni Babat- Djombang Stoomtram Maatschappij (BDSM) dan Nederlandsch Indisce Spoorwag Maatschaappij (NISM) namun dalam perkembanganya BDSM mengalami kerugian sehingga perusahaan tersebut dijual kepada perusahaan kereta api pemerintah yaitu Staatspoorwagen (SS). Dibelinya BDSM oleh SS sebagai perusahaaan kereta api milik pemerintah, hal ini nantinya membawa pengaruh dan peranan penting dalam menunjang perkembangan diwilayah Kabupaten Lamongan. Pembangunan jalur rel kereta api oleh dilakukan dari Djombang ke wilayah Babat Lamongan. Pembangunan jalur tersebut dilakukan secara bertahap jalur pertama dibangun sepanjang 32 km yang menghubungkan Stasiun Djombang menuju ke Stasiun Ploso. 43 Pembangunan jalur tersebut juga dilemkapi tempat pemberhentian yakni halte, diantaranya Halte Tambakberas, Halte Santian dan Dolok. Pasca selesainya pembangunan jalur Djombang – Ploso dilanjutkan membangun jalur rel sampai Stasiun Kambangan sepanjang 10 km serta membangun Halte Jatisari, Halte Pengapon, dan Halte Pengaponigas. Pembangunan jalur kereta api dari Djombang – Kambangan merupakan wilayah keresidenan Djombang jalur tersebut digunakan sebagai pengakutan hasil perkebunan untuk dibawa ke pabrik gula yang kebanyakan berapa diwilayah Ploso dan Djombang. Pembangunan jalur rel selanjutnya menghubungkan Stasiun Kambangan – Stasiun Ngimbang serta Stasiun Bloeloek, pembangunan jalur tersebut dilakukan pada tahun 1900 dan dibuka pada tahun 1901. Tempat pemberhentian kecil yang dibanguan diantaranya Halte Tanjung diantara Stasiun Kambangan dan Stasiun Ngimbang dan Halte Wotan diantara Stasiun Ngimbang dan Bluluk. 44 Stasiun Ngimbang dan Stasiun Bluluk merupakan wilayah Kabupaten Lamongan yang mayoritas merupakan penghasil beras dalam pertanianya dan kayu dalam hasil hutan. Pada perkembangan selanjutnya perusahaan BDSM memperluas pembangunan jalur kereta api atas dasar perintah dari pemerintahan kolonial. Perintah
40
Ibid. Hlm 70 Ibid. Hlm 73 42 Ibid. Hlm 80 41
1410
43 S. A Reitsma.1919. Kolonial Verlag Nogmaals de BabatDjombang Stoomtram- Maatschapij (BDSM). Jakarta. ANRI. Hlm 4 44 ANRI. 1 Novenber 1932. Officieele Reisgids der Spooren Traamwegen en Aan- sluitende Automobieldiensten of Java En Madura.. Hlm 550
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
tersebut yakni untuk melanjutkan pembangunan sampai ke wilayah Babat dekat aliran Bengawan Solo, pembangunan tersebut dilakukan BDSM dan selesai pada tahun 1902. Pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Bluluk ke Stasiun Babat dilakukan pasca dibukanya Stasiun Bluluk tahun1900, pembangunan jalur tersebut membuka stasiun dan halte diantaranya ; Halte ModoHalte Dradah- Stasiun Kedungpring- Halte Nguwok – dan terakhir berhenti di Stasiun Babat. Pembangunan jalur kereta api yang dilakukan perusahaan BDSM terhitung dari Stasiun Djombang- Stasiun Babat sepanjang 68,3 Km, pengoprasian penuh jalur tersebut dimulai pada tahun 1902. Jalur kereta api BDSM dalam pengoprasianya tidak hanya digunakan sebagai angkutan hasil perkebunan namun juga digunakan sebagai angkutan penumpang, terutama para pedagang. Masyarakat Lamongan dalam membawa barang daganganya mengunakan jasa angkutan kereta api, kebanyakan masyarakat menjual barang daganganya ke kota-kota besar yang pada waktu itu Babat dan Ploso serta Jombang sebagai pasar besar zaman kolonial. 45 Beroprsinya kereta api yang dibanguan BDSM tidak bertahan lama, sampai pada tahun 1916 perusahaan tersebut mengalami permasalahan pendanaan sehingga jalur keretab api tersebut dijual kepada pemerintah yakni SS sebagai perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial. Pada tahun 1900 di Kabupaten Lamongan juga telah dibagun jalur kereta api yang menghubungkan Surabaya- Gundih Jawa Tengah jalur tersebut melintasi Kota Lamongan dan Babat. Jalur tersebut nantinya digunakan sebagai pemasok kebutuhan untuk daerah pedalaman dengan memalui jalur kereta api bagian Utara. Pembangunan jalur kereta api Surabaya – Gundih berlangsung cukup lama penjang rel kereta yang dibangun yakni 245 km. Pembangunan jalur kereta api Gundih – Surabaya dilakukan secara bertahap, pembangunan dimulai dari Surabaya – Lamongan sepanjang 41 Km pada tanggal 1 April 1900 setelah itu dilanjutkan pada tanggal 15 Agustus 1900 28km dari Lamongan – Babat. Untuk pembangunan selanjutnya tidak dilakukan dari Timur ke Barat melainkan dari Barat ke Timur, tanggal 15 Oktober 1900 dibangun jalur Gundih – Kradenan dan pada tahun 1902 dilakukan pembangunan dari Kradenan – Tjepoe, Babat – Bojonegoro serta pada tahun 1903 dibangun jalur TjepoeBojonegoro sehingga pembangunan rel sepanjang 245 km dari Surabaya – Gundih dapat diselesaikan. 46
Volume 5, No. 1, Maret 2017
Pada tahun 1911 sarana transportasi kereta api yang dimiliki oleh NISM jalur Surabaya – Gundih yang melintasi Kabupaten Lamongan yakni 30 lokomotif, 59 gerbong, 18 kereta barang. Pada tahun 1914 dan 1915 terjadi peningkatan terkait sarana transportasi kereta api dengan jumlah 53 lokomotif, 132 gerbong, 32 kereta barang pada tahun 1914. Sedangkan pada tahun 1915 yakni 53 lokomotif, 149 gerbong, dan 32 kereta barang. 47 Peningkatan ini terjadi karena kebutuhan angkutan perusahaan NISM dalam mengakut penumpang dan barang inpor dari pelabuahan besar Surabaya dan barang ekspor dari daerah pedalaman wilayah ekploitasi tanah jajahan. Pembangunan jalur kereta api Surabaya – Gundih berlangsung cukup lama penjang rel kereta yang dibangun yakni 245 km. Setelah pembangunan jalur utama tersebut selesai NISM membangun kembali beberapa jalur penting menuju wilayah pedalaman yakni jalur kereta api dari Babad-Tuban- Merauk jalur ini dibangun pada tahun 1908. 48 Selain membangun jalur kereta api NISM juga mendirikan bangunan-bangunan gedung, tanggul, pintuair maupun jembatan untuk keperluan kereta api. Jembatan penyebrangan menjadi salah satu bangunan penting untuk menyebrangi sungai besar maupun kecil. Kesemua bangunan tersebut dalam perkeretaapian disebut hikmat atau kunstwerk. 49 Pada jalur Surabaya – Gundih pada awalnya maengunakann lokomotif yang bertenaga uap, jadi dalam pengoprasianya juga membutuhkan persediaan air yang cukup banyak. Perusahaan tersebut membangun beberapa menara tempat penyimpanan air untuk keperluan kereta api. Stasiun Babat merupakan salah satu stasiun yang terdapat menara penyimpanan air, karena pada stasiun tersebut merupakan stasiun besar sebagai tempat pemberhentian kereta dari berbagai jalur. Pengembangan lainya yang dibangun yaitu sinyal dan telekomunikasi. Sinyal berfungsi untuk mengamankan kereta api yang akan masuk stasiun atau akan keluar stasiun. Stasiun yang di lengkapi sinyal adalah stasiun setasiun besar seperti Surabaya, Gersik, Babat, Lamongan, Bojonegoro, Cepu, Gundih. 50 Sementara dijalur yang menuju Selatan dari Babat milik BDSM, stasiun yang di lengkapi sinyal yakni stasiun Kedungpring, Ngimbang, Ploso dan Jombang. Jenis model sinyal yang digunakan seperti Aikmaar, HSM, S&H, atau yang sudah mengunakan elektro mekanik, yaitu sinyal yang pengunaanya dengan cara menyalurkan arus listriik untuk membuka dan menutup perjalanan blok rel kereta api. Kecepatan kereta api yang melintasi
45
47
46
48
S. A Reitsma.1919.Op. Cit .Hlm 20 BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 Op.Cit Hlm 330
Ibid Hlm 488 Ibid. Hlm 9 49 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 103 50 BPK Jawa Timur. 1916 – 1934 Op.Cit hlm 43
1411
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Kabupaten Lamongan milik NISM maupun BDSM memiliki kecepatan rata rata 15- 45 km/jam. 51 b. Perkembangan Kereta Api Di Kabupaten Lamongan Dibangunya kereta api di Kabupaten Lamongan merupakan dampak dari perkembangan perkebunan diwilayah selatan Jawa Timur dan kebutuhan akan pasokan barang-barang kebutuhan daerah pedalaman yang membangun jalur kereta api bagian Utara. Pada perkembangan selanjutnya jalur kereta api yang melintasi Kabupaten Lamongan nantinya berbeda dalam pengelolah maupun pemerintahanya. Jalur yang menghubungkan Babat – Jombang yang dimiliki oleh BDSM pada tahun 1916 dijual kepada perusahaan kereta api milik pemerintah Kolonial yakni SS. Sedangkan untuk jalur Utara milik NISM mulai mengembangkan jalur ke berbagai wilayah pedalaman. Tahun 1916 perusahaan BDSM mengalami permasalahan pendanaan terhadap perbaikan dan pemeliharaan kereta api. Perusahaan tersebut tidak mampu lagi mengelolah jalur Babat – Jombang, sehingga jalur tersebut di jual kepada pihak SS. Penjualan tersebut disepakati pada tanggal 1 juli 1916 oleh pihak BDSM D. R. J Van Lijnden dan pihak pemerintah kolonial Th. B. Pleyte. 52 Pemebelian tersebut meliputi seluruh kekayaan BDSM baik tanah, jalur kereta, lokomotif gerbong dan seluruh kariyawan yang sebelumnya bekerja diperusahaan BDSM. Pemebelian jalur kereta api oleh pemerintah kolonial tersebut bersamaan dibelinya jalur Jakarta – Bogor milik perusahaan NISM. Jalur Utara milik perusahaan NISM mengembangkan jalur dari Babat – Tuban – Merak oerak, jalur tersebut dibangun pada tahun 1908. Pembangunan tersebut difungsikan sebagai pengakutan hasil sumber daya alam yang berada diwilayah pedalaman. Melihat pembangunan yang terus dilakukan oleh SS dan NISM, Kabupaten Lamongan menjadi wilayah yang strategis sebagai lalu lintas kereta api, karena menjadi penghubung jalur Utara dan Selatan melalui stasiun Babat dan Lamongan. Pada tahun 1930 masa pemerinntahan R. Tumennggung Djojoadirojo sebagai bupati Lamongan. Perusahaan kereta api di Lamongan mengalami penurunan pendapatan. Karena pada tahun tersebut banyak pembangunan dan perbaikan jalan kota maupun jalan antar daerah, sudah banyaknya angkutan umum seperti bus dan mikrolet, serta pemerintahan Djojoadirojo juga membangun beberapa terimnal di Kabupaten
Volume 5, No. 1, Maret 2017
Lamongan. 53 Kerata api hanya digunakan sebagai angkutan dengan jarak tempuh yang jauh. Sarana transportasi yang beroprasi di Kabupaten Lamongan dan persaingan dengan perusahaan asing menyebabkan pendapatan kereta api mengalami penurunan. Pengakutan penumpang kereta api mengalami penurunan karena banyak penumpang mengunakan angkutan umum karena lebih efesien dan murah dari pada kereta api yang harus menuju stasiun kereta terlebih dahulu. Angkutan barang juga mengalami penurunan karena angkutan umum lebih menawarkan jasa langsung ke tempat tujuan sedangkan kereta api hanya sampai stasiun pemberhentian. Namun angkutan kereta api masih memliki peranan penting sebagai angkutan dengan jarak tempuh yang jauh serta sebagai angkutan bahan- bahan eksport milik pemerintahan kolonial. PENGARUH AKTIVITAS ADANYA KERETA API TERHADAP PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 1899 – 1932 Sarana transportasi kereta api memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh transportasi lainya. Kereta api memiliki kemampuan untuk mengangkut barang dan penumpang sekaligus dapat menempuh jarak jauh dengan perbandingan waktu yang relatif cepat. Pada masa kolonial kereta api telah mampu mengatasi masalah pengakutan hasil bumi yang berlimpah dan kereta api telah membuktikan keunggulan sebagai transportasi modern. Dilihat dari sudut pandang ekonomi sarana pengangkutan kereta api sangat penting bagi kegiatan dan kemajuan ekonomi. Sejak akhir abad ke-19 sampai awal ke-20, perkembangan perekonomian Indonesia yang meningkat pesat sampai ke tingkat daerah. Kabupaten Lamongan sebagai wilayah distrik dari Keresidenan Surabaya menjadi salah satu wilayah yang mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi, perkembangan industri dan teknologi. Penduduk pribumi Kabupaten Lamongan menyaksikan muncul dan berkembanganya sarana transportasi kereta api. Sejak pembukaan jalur kereta api yang melintasi Kabupaten Lamongan tahun 1900 jalur yang menghubungkan daerah Babat Lamongan sampai ke Jombang serta jalur kereta api Surabaya – Gundih Jawa Tengah yang melintasi Lamongan dan Babat. Jalur kereta api penghubung bagian Utara dan Selatan dari Babat – Djombang merupakan jalur yang dikeloalah perusahaan kereta api Babat – Djombang Setj. Maj (BDSM) sampai pada tahun 1915, dan pada tahun 1916 jalur ini dibeli oleh pemerintah kolonial. Selama
51
Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 98 ANRI. 1916. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat – Djombang St. Mij. En Wijsinging En Verh. Hlm 2-3 52
1412
53
hlm 42
Tim Penyusun Memahyu Raharjaning Praja.1994. Op.Cit
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
jalur kereta api tersebut masih dikelolah perusahaan swasta BDSM adapun pendapatan setiap tahunnya dapat dilihat dalam tabel berikut ; Tabel 2.3 Total Pendapatan BDSM Dalam Pengakutan Penumpang Dan Barang Tahun 1900 – 1915 Tahun
Panjang Rel/ Km
Pendapatan Per/Km (f)
Total Pendapatan (f)
1905 1906 1907 1908
68,33 68,33 68,33 68,33
5,89 6,49 6,72 6,19
146.843 161.860 167.001 154.836
1910
68,33
7,16
178.712
1911
68,33
8,10
202.045
1912
68,33
8,22
205.577
1913
68,33
10,25
1914
68,33
10,65
1915
68,33
10,91
272.247
Volume 5, No. 1, Maret 2017
jalur kereta api dari Babad-Tuban- Merauk yang dibangun pada tahun 1908. Selain membangun jalur kereta api NISM juga mendirikan bangunan-bangunan gedung, tanggul, pintu air maupun jembatan untuk keperluan kereta api. Jembatan penyebrangan menjadi salah satu bangunan penting untuk menyebrangi sungai besar maupun kecil. Kesemua bangunan tersebut dalam perkeretaapian disebut hikmat atau kunstwerk. Dengan pembangunan jalur kereta api perusahaan NISM setiap tahunnya mengalami peningkatan pendapatan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini ; Tabel 2.4 Total Pendapatan NISM Jalur Surabaya – Gundih Jawa Tengah Dalam Pengakutan Penumpang Dan Barang Tahun 1900 – 1932 Tahun
Panjang Rel /KM
Total Pendapatan (f)
255.749
1902
245
369.972
265.727
1903 1904 1905 1906 1907 1908 1909 1910 1911 1912 1913 1915 1916 1918 1919 1923 1924 1925
245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 295 295 295 295 295
636.676 808.251 925.119 1.010.254 1.142.381 1.161.389 1.345.187 1.554.564 1.706.225 1.992.324 2.152.476 2.480.700 2.819.397 3.407.052 3.929.178 4.895.009 4.810.597 4.864.628
1926
295
4.752.163
1927 1928 1929 1930 1931
295 295 295 295 295
5.318.919 6.593.586 7.023.268 5.680.689 4.401.518
1932
295
3.730.925
(Sumber : ANRI. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat – Djombang St. Mij. En Wijsinging En Verh. 1916. ANRI. Officieele Reisgids der Spoor- en Traamwegen en Aan- sluitende Automobieldiensten of Java En Madura. 1 Novenber 1932)
Berdasarkan tabel menunjukan bahwa kereta api yang melintasi Kabupaten Lamongan berperan dalam kemajuan perekonomian. Setiap tahunnya pendapatan perusahaan kereta api BDSM mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Sejak pertama pembukaan sampai pada tahun 1916 pendapatan selalu mengalami peningkatan. Pada jalur Utara kereta api juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamonngan. Jalur kereta api lintas Utara merupakan jalur kereta api yang dibangun oleh perusahaan besar NISM. Perusahaan tersebut membangun jalur lintas Surabaya – Gundih Jawa Tengah yang melintasi Kabupaten Lamongan. Sebagaimana tujuan dari pembangunan jalur tersebut selain sebagai pengangkutan hasil sumber daya alam juga sebagai pengakutan barang –barang inport untuk dikirim ke beberapa daerah pedalaman. Jalur Surabaya-Gundih merupakan jalur utara yang melintasi dua kota besar di Kabupaten Lamongan yaitu daerah Babat dan Lamongan. Sebelum adanya jalur kereta api lintas Surabaya-Gundih pengakutan barang dan orang sering kali mengunakan perahu yang memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo. Setelah dibangunya jalur tersebut banyak lalu - lintas barang dan penumpang memanfaatkan angkutan kereta api. Pada tahun 1903 NISM mengbangun kembali beberapa jalur penting menuju wilayah pedalaman yakni
(Sumber
: BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 ANRI. Officieele Reisgids der Spoor- en Traamwegen en Aan- sluitende Automobieldiensten of Java En Madura. 1 Novenber 1932.)
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa jalur kereta api Surabaya – Gundih yang melintasi Kabupaten Lamongan setiap tahunnya mengalami peningkatan pendapatan. Perusahaan NISM yang sebelumnya kurang berminat untuk membangun jalur
1413
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
lintas Utara, setelah melihat potensi pendapatan jalur tersebut dalam perkembanganya NISM mulai memperhatikan jalur tersebut. Oleh karena itu pembukaan dan pembangunan jalur baru sebagai jalurjalur cabang mulai dibangun yang difungsikan sebagai pengakutan hasil sumber daya alam didaerah pedalaman. Perkembangan pembangunan jalur tersebut diataranya jalur Babat –Tuban – Merauk54, serta yang ada di Gersik juga dibangun. Mengakibatkan seluruh perputaran pengakutan diwilayah Utara dikuasai oleh perusahaan NISM. Jalur lintas Surabaya - Gundih Jawa Tengah Stasiun Babat dan Lamongan memiliki peranan penting, di Stasiun Babat merupakan tempat pemberhentian, karena pada stasiun ini terdapat tempat bengkel lokomitif, reparasi gerbong kereta api, dan pengisian air setiap kali kereta mau melakukan perjalanan. 55 Selain daripada itu penumpang yang ingin melakukan perjalanan ke arah Selatan atau sebaliknya harus berhenti terlebih dahulu pada Stasiun Babat. Pada jalur kereta api ini kebanyakan digunakan sebagai angkutan penumpang dari pada angkutan barang. Adapun catatan pendapatan disetiap stasiun besar dijalur Surabaya – Gundih Jawa Tengah dijelaskan sebagai berikut ; Tabel 2.5 Pendapatan NISM Di Setiap Stasiun Besar Jalur Rel Kereta Api Surabaya – Gundih (Jawa Tengah) Tahun 1899-1932
kedaerah pedalaman. Berbeda dengan jalur kereta api bagian Selatan yang kebanyakan digunakan sebagai angkutan hasil ekploitasi sumber daya alam. 56 Pembukaan Kereta Api di Kabupaten Lamongan memberi perubahan yang berarti terhadap perekonomian masyarakat Lamongan. Pembukaan kereta api membuat lalu- lintas barang dan orang meningkat pesat. Sejak beroprasinya kereta api di Kabupaten Lamongan tahun 1900, daerah –daerah Kabupaten Lamongan terhubung dari ujung Utara ke Selatan. Angkutan penumpang mendominasi pengakutan kereta api disamping pengangkutan barang, namun angkutan barang dalam setiap tahunya juga mengalami peningkatan. Adapun angkutan barang perusahaan kereta api NISM adalah sebagai berikut: Tabel 2.6 Pengakutan Barang Kereta Api NISM per 1.000 ton Tahun
Gundih
Bojonegoro
Babad
Lamongan
Surabaya
Penumpan g
Barang
Penum pang
Barang
Penum pang
Barang
Penum pang
Barang
Penum pang
Barang
1911
f23.336
f 347
44.202
137
56.479
133
44.624
30
182.237
3.292
1913
f 34.132
f 487
47.804
336
72.138
288
60.898
80
256.149
6.633
1915
f 26.340
f 552
55.423
474
64.046
383
61.358
129
270.349
4.227
1916
f 27.433
f 447
64.250
561
68.572
366
64.001
168
305.444
5.014
1917
f4.376
f41
65.827
487
71.550
337
66.687
152
330.997
4.486
1918
-
-
68.700
467
75.514
404
67.714
235
355.698
5919
(Sumber ; : BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934)
Berdasarkan tabel di atas mayoritas kereta api pada jalur Surabaya- Gundih sering digunakan sebagai angkutan penumpang dari pada angkutan barang. Pendapatan disetiap stasiun milik perusahaan NISM dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Lebih banyaknya penumpang dari pada pengangkutan ini disebabkan karena pada jalur Utara lebih banyak mengakut penumpang terutama orang-orang yang akan melakukan aktifitas perdangan baik ke kota maupun
Tebu
Djagung
Beras
Tembakau
1919
Kedele dan Kacang 36,1
62,7
14,7
65,7
47,4
1920
37,6
93,3
19,1
33,3
35,6
1921
48,6
91,6
14,5
88,0
12,3
1926
43,2
147,0
27,7
116,4
24,3
1927
50,5
158,9
23,7
71,5
26,7
1928
61,2
184,6
27,5
59,6
23,9
1930
45,5
173,9
30,8
76,2
28,3
1931
38,0
184,5
8,8
42,5
28,1
1932
22,0
81,1
8,8
26,5
22,8
Sumber ; BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934
Stasiun Tah un
Volume 5, No. 1, Maret 2017
Pengaruh beroprasinya kereta api di Kabupaten Lamongan juga memberi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pribumi. Stasiun kereta api yang dibangun sebagai tempat pemberhentian kereta api dan penumpang, dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjual barang dagangannya kepada penumpang. Para pedagang tersebut menjajakan barang dagangan saat kereta berhenti. Pedagang-pedagang kecil berbondongbondong mendatangi stasiun besar dan kecil untuk menjajakan barang daganganya yang di bawa dari kota.57 Perubahan yang terjadi akibat dioperasikanya kereta api, masyarakat mulai meramaikan perdagangan antara sesama pedagang yang belum pernah terjadi kontak karena adanya kendala transportasi. Disekitar stasiun juga terbentuk pasar-pasar kecil yang aktif pada hari- hari tertentu. Kehadiran kereta api memberi pengaruh yang baik terhadap pedagang dan para imigran yang mencari pekerjaan di kota –kota besar, namun beroprasinya kereta
54
Ibid Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 Op.Cit Hlm 401 55
56 57
1414
Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 74 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 85
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
api cenderung memberi dampak yang kurang baik terhadap transportasi tradisional yang cenderung dirugikan. Hal ini disebabkan para penumpang yang biasa mengunakan cikar dan dokar untuk melakukan perjalanan beralih mengunakan kerata api. Dokar adalah alat transportasi yang ditarik oleh kuda. Sebelum kedatangan kereta api dokar berfungsi sebagai angkutan penumpang jarak jauh. Setelah kedatangan kereta api dokar berganti fungsi menjadi angkutan penumpang jarak pendek. Pada saat beroprasinya kereta api, dokar digunakan oleh penumpang untuk menempuh perjalanan menuju daerah pedalaman yang tidak dilintasi oleh jalur kereta api. Kebanyakan dokar berserta sainsnya mencari penumpang disekitar stasiun. Dokar dalam hal ini berperan sebagai pengantar dan penjemput penumpang kereta api yang berasal dari daerah sekitar stasiun.58 Cikar juga mengalami nasip yang sama dengan dokar, setelah kedatangan kerata api, cikar berfungsi sebagai alat angkut untuk memuat barang berupa pasir, bata, dan kerikil untuk jarak dekat. Beroprasinya kereta api di Kabupaten Lamongan membuat kedudukan angkutan tradisional semakin terbatas hanya untuk jarak dekat dan semakin sempit wilayah operasinya. Beroprasinya kereta api di Kabupaten Lamongan juga memberikan kerugian terhadap transportasi air yaitu perahu. Perahu pribumi mengalami kerugian karena kehilangan penumpang untuk jasa angkutan penumpang. Sebelum dibangunya kereta api jalur Utara dari Surabaya- Gundih Jawa Tengah angkutan barang dengan muatan besar masih mengunakan perahu yang melintasi aliran sungai Bengawan Solo menuju ke wilayah Jawa Tengah, setelah dibangunya jalur tersebut angkutan barang yang bersifat massal mulai beralih ke angkutan kereta api. Hanya ada beberapa perahu yang masih difungsikan sebagai angkutan penumpang salah satunya usaha tambang sebagai sarana untuk menyebarang sungai Bengawan Solo.59 Semakin kecil gerak jasa angkutan tradisional akibat beroprasi kereta api di Kabupaten Lamongan menyebabkan kerugian pendapatan dan ekonomi masyarakat semakin menurun. Selain dari pada itu perubahan tersebut tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah kolonial karena kereta api yang masih menjadi angkutan yang mampu memenuhi kebutuhan kolonial dalam mengekpoitasi sumber daya alam Indonesia.
58
Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 86 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November 1930. Op. Cit hlm XL 59
Volume 5, No. 1, Maret 2017
PENUTUP Kesimpulan Kabupaten Lamongan sebagai bagian wilayah Keresidenan Surabaya merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah Keresidenan Bojonegoro serta merupakan wilayah yang memiliki jalan/jalur strategis sebagai penghubung wilayah Jawa Timur bagian Selatan dan Utara. Jalan yang sudah digunakan sejak masa kerajaan mendorong dibangunnya jalur kereta api untuk mendorong pertumbuhan ekonomi semakin maju. Kabupaten Lamongan yang memiliki kawasan hutan yang luas serta pertanian yang maju pada masa kolonial Belanda. Untuk memaksimalkan hasil eksploitasi pada daerah tersebut pemerintah kolonial perlu membangun jalur kereta api sebagai sarana pengangkutan hasil sumber daya alam. Sebelum beroprasinya kereta api di Kabupaten Lamongan, pengakutan hasil alam dilakukan dengan kereta kuda dan gerobak sedangkan untuk jalur air masih memanfaatkan aliran air sungai yakni sungai Lamong dan Sungai Bengawan Solo. Masalah pengakutan timbul karena terjadi peningkatan produksi, sama halnya pada daerah jawa lainya, sehingga angkutan tradisional tidak memungkinkan dan tidak dapat mengangkut dalam jumlah yang besar. Untuk mengimbangi produksi tersebut dibutuhkan sarana pengakutan yang cepat dan dengan jumlah massal dalam proses pengakutan. Pengoprasian kereta api di Kabupaten Lamongan tujuan utamanya adalah sebagai kegiatan ekonomi yaitu untuk pengakutan hasil perkebunan serta hasil alam yang nantinya hasil tersebut dieksport ke pasar Eropa. Pembangunan kereta api di Kabupaten Lamongan merupakan dampak dari perencanaan pemerintahan kolonial Belanda untuk memperluas jaringan kereta api sampai ke pedalaman terutama daerah yang memiliki potensi sumber daya alam. Jalur kereta api lintas Babat – Jombang merupakan jalur sebagai sarana pengakutan hasil sumber daya alam yang nantinya akan dikirim ke Surabaya, mengingat bawasanya wilayah Jawa Timur bagian Selatan pada waktu tersebut mengalami kemajuan pesat dalam bidang perkebunan dan industri gula, untuk jalur utara yang dibangun NISM memiliki tujuan yakni memasok barang kebutuhan pedalaman yang didatangkan dari kota. Beroprasinya kereta api memberi dampak yang baik bagi penduduk pribumi Kabupaten Lamongan diantara dimudahkanya lalu lintas orang dalam menempuh perjalanan jarak jauh, terbukanya lapangan pekerjaan baru, selain dari pada itu dalam memakukan perjalanan ke wialayah kota untuk mencari perkerjaan pada musih kemarau memudahkan masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tambahan yang sebelumnya
1415
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
pada musim tanam pekerjaan masyarakat hanya bercocok tanam. Saran Masa Pemerintahan kolonial merupakan masa yang pahit bagi bangsa Indonesia karena pengekloitasian terhadap sumber daya alam serta sumber daya manusia kesemuanya hanya diperuntukan untuk kepentingan negeri Belanda. Sedangkan, bangsa Indonesia yang memiliki tanah serta kekayaannya hanya dijadkan kuli bagi bangsa penjajah dan hanya memperoleh sebagian kecil dari keuntungan yang diperoleh pemerintahan kolonial. Namun, disisi lain ketika bangsa Indonesia meperoleh kemerdekaanya dari negeri Belanda sedikit banyak pemerintahan kolonial telah meninggalkan kekayaan dan bangunan untuk dapat kembali dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia. Pada abad ke -19 yang dimana puncak ekploitasi kekayaan alam Indonesia secara besar – besaran dibawa dan diperdagangkan ke negara Eropa oleh pemerintahan Kolonial. Membawa dampak besar terhadap pembangunan sarana ekploitasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satunya sarana yang dibangun oleh pemerintahan kolonial yakni kereta api. Kereta api memiliki peranan penting dalam rangka pengakutan dalam jumlah yang massal dari wilayah pedalaman menuju pelabuhan yang siap dibawa ke Eropa untuk diperdagangkan. Dengan adanya kereta api tersebut peningkatan pendapatan pemerintahan kolonial meningkat dengan pesat. Sekilas menengok kembali dalam catatan sejarah kereta api tentunya perlu menjadi catatan penting terkait pembangunan kereta api Indonesia pada saat ini, sebagai sarana transportasi yang diperntukan untuk kepentingan peningkatan ekonomi dan kemakmuran bangsa Indonesia. Penelitian mengenai Perkembangan transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan masih dapat dikatakan kurang. Data dan hasil penalaran yang sangat terbatas menjadikan penelitian ini jauh dari kata sempurna, sehingga diharapakan di kesempatan yang akan datang penelitian lebih lanjut mengenai perkembangan transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan dapat dikembangkan dengan konsepsi yang lebih matang. Sehingga pengetahuan yang didapatkanpun dapat memberikan konstribusi yang lebih besar bagi masyarakat pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Arsip ANRI. Kolonial Verlag Nogmaals de Babat- Djombang Stoomtram- Maatschapij (BDSM). 1919. ANRI. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat – Djombang St. Mij. En Wijsinging En Verh. 1916. ANRI. Bestelt Une Gedrukten. Staatspoorwagen.
Volume 5, No. 1, Maret 2017
ANRI. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie. Door P. Bleeker. 1847 dan 1850. ANRI. Tijdscarift Voor Nijverheid En Landbouw In Nederlandsch Indie. 1868 dan 1871. ANRI. Aardrijkskudig En Statistisch Woordenboek Van Nederlandsch Indie. 1969. Vol I, Vol II, Vol III. Prof. P.J. Veth. ANRI. Staasblad Van Nederlandsch Indie. No. 110. 1858 – 1930. ANRI. Verslag van bestuur en staat van NederlandschIndië 1867-1875. BPK Jawa Timur. De Provinciale Verordeninggen Van Oost Java. 1930. BPK Jawa Timur. Verlag Over Den Landbouw. 18841911. BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934. BPK Jawa Timur. Bevolking Statistiek Van Java. 1870. DELPHER. . De Inagure 1900-1930. Jurnal Basundoro, Purnawan. 2008. Dinamika Pengangutan Di Banyumas Pada Era Modernisasi Transportasi Pada Awal Abad Ke 20.Jurnal Humaniora. Vol 20, Buku Agus, Salim.2002.Perubahan Sosial; Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana Aminuddin Kasdi. 2008. Memahami Sejarah. Surabaya:Unesa University Press. Arsip Nasional Republik Indonesia penerbit sumbersumber sejarah No. 10, Memori Serah Terima Jabatan (Jawa Timur dan Tanah Kerajaan) 1921 – 1930. ANRI. Jakarta.1978 Edward. K, Morlok.1984. Pengantarr Teknis dan Perencanaan Transportasi (Sebuah Terjemahan). Jakarta. Erlangga Jan Bremen. 1997. Menjinakkan Sang Kuli : Politik Kolonial Pada Awal Abad ke 20. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti. Kamaludin, Rustian. 2003. Ekonomi Trasportasi (Karateristik, Teori,Kebijakan).. Jakarta. PT Ghalia Indonesia. Nasution. 2008. Ekonomi Surabaya Pada Masa Kolonial 1830- 1930. Surabaya. Pustaka Intelektual Nugroho Notosusanto. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta. Idayu Press Tim Peneliti dan penyusun Buku Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan.1994. Lamongan: Memayu Raharjaning Praja. Lamongan. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan. Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah Perkeretapian Indonesia Jilid 1. Bandung. CV. Angkasa. Yati, Nurhayati. 2014. Sejarah Kereta Api Indonesia.Kleten. CV. Rizki Mandiri
1416