AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
HWA-HWEE KU SAYANG HWA-HWEE KU MALANG Ika Inda Agus Sri Rejeki Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya email:
[email protected]
Drs. H. Suparwoto M.Hum Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya Abstrak Judi merupakan tradisi dan kebiasaan yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia. Pada dewasa ini terdapat banyak jenis perjudian yang berkembang dalam masyarakat. Salah satunya adalah jenis perjudian yang di beri nama Hwa-Hwee yang berkembang di Jakarta. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apa yang melatarbelakangi Hwa-Hwee muncul di Jakarta, Bagaimana dampak dari Persebaran Hwa-Hwee pada masyarakat Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik intern, interpretasi, serta historiografi. Jenis perjudian Hwa-Hwee mendapat sorotan khusus karena jenis perjudian ini dilegalkan oleh pemerintah DKI, yang mana hasil dari retribusi perjudian ini digunakan untuk membangun Jakarta. Tetapi tidak hanya begitu saja, jenis perjudian ini tidak hanya membawa dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga membawa dampak buruk khususnya untuk mental dari masyarakat itu sendiri. Banyak masyarakat Jakarta yang terganngu jiwanya disebabkan mereka kalah dalam permainan Hwa-Hwee. Persebaran Hwa-Hwee di masyarakat semakin meluas tanpa kontrol sehingga menyebabkan pemerintah mangambil tindakan untuk menutup praktek perjudian tersebut. Kata Kunci : Judi, Hwa-Hwee, Jakarta
Abstract Gambling is a tradition and customs deeply rooted in Indonesian culture. At present there are many types of gambling is growing in society. One is the type of gambling that was named Hwa-Hwee growing in Jakarta. The problems studied in this research is what lies behind Hwa-Hwee appeared in Jakarta, What is the impact of the distribution of the Hwa-Hwee on the people of Jakarta. This study uses historical methods include heuristic, internal criticism, interpretation, and historiography. Types of gambling Hwa-Hwee gets special attention because of the type of gambling is legalized by the government of DKI, which is the result of gambling levy is used to build Jakarta. But it is not only just, kind of gambling is not only a positive impact on society, but also bring bad effects especially to the mental from the community itself. Many people in Jakarta who terganngu his soul because they lose the game hwa-Hwee. Distribution-hwa-Hwee increasingly widespread in society without control, causing the government to take action to shut down the gambling practices. Keywords: Gambling, Hwa-Hwee, Jakarta
hasilnya tidak dapat diduga sebelumnya.1 A.
Pendahuluan Didalam Ensiklopedia Indonesia judi
Sedangkan Dra. Kartini Kartono mengertikan judi adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu
diartikan sebagai suatu kegiatan pertaruhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil suatu
1
Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta PT. Cipta Adi Pustaka. 1980. Hal 474
pertandingan, permainan atau kejadian yang
377
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang
Jenis perjudian seperti yang disebutkan
dianggap bernilai, dengan menyadari adanya
sebelumnya
risiko dan harapan tertentu pada peristiwa-
kedatangan bangsa Eropa yang merupakan
peristiwa
pertandingan,
salah satu penyebab dari berkembangnya
perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/
permainan perjudian di Indonesia. Pada masa
permainan,
belum pasti hasilnya.
2
semakin
berkembang
ketika
kolonial tersebut berjudi merupakan salah satu
Belum diketahui secara pasti bagaimana
hiburan yang sangat digemari dengan ditandai
munculnya perjudian di Indonesia. Pada masa
pembangunan gedung yang digunakan untuk
kerajaan
awalnya
berkumpul golongan orang kaya sebagai
berkembang di daerah pesisir dan kota-kota
tempat hiburan dan juga berjudi yang diberi
pelabuhan sebagai wilayah yang bersentuhan
nama societiet.4 Digedung ini orang-orang
lebih awal dengan budaya baru itu, kemudian
yang mempunyai
berkembang
Jenis
asing berkumpul untuk melakukan permainan
perjudian yang berkembang pada waktu itu
yang dikenal dengan perjudian. 5 Pada waktu
adalah taruhan adu ayam jago 3.
interaksi antara pembesar kolonial dengan
Hindu,
di
perjudian
kerajaan-kerajaan.
banyak uang dan orang
Seiring dengan berkembangnya zaman,
kalangan istana di nusantara mulai terbangun,
permainan perjudian yang mulanya hanya
terjadi pula sesuatu yang menarik yang
berbentuk
dilakukan keduanya melalui perjudian.
sebuah
taruhan
juga
ikut
berkembang. Mulai dari permainan kecil yang
Setelah kemerdekaan perjudian mulai
tidak mengandung unsur uang sebagai bahan
ramai di kalangan masyarakat dengan wajah
taruhan seperti sebuah tamparan, hingga
berupa
permainan yang menggunakan unsur uang
keadaan pada masa Orde Lama, pada masa
sebagai bahan taruhan seperti bermain kartu,
awal
lotere atau undian.
kebijakan
sebuah
undian.
pemerintahan yang
Orde
Berbeda
Baru
melegalkan
dengan
muncul perjudian.
Kebijakan ini dilakukan untuk menambah pendapatan daerah akibat keuangan negara yang mengalami devisit sebagai dampak dari
2
Kartini kartono. Patologi sosial. Jakarta cv rajawali 1983. Hal 65 3 Permainan ini berkembang pada zaman keemasan kerajaan-kerajaan Tumapel dan Daha. Permainan ini tidak digunakan untuk mendapatkan materi, namun digunakan untuk kepentingan pendidikan kepahlawanan dan keprajuritan. Jago aduan dianggap mempunyai sifat ulet, jujur, dan setia dalam perjuangan. Sifat ini yang dapat di contoh oleh prajuritprajurit dan pahlawan. Seorang jago tidak akan mudah menyerah kalah saat pertaruhan sebelum berjuang habis-habisan. Pada saat kalah dalam pertandingan, jago bersikap “kejek”. Mengakui kekalahannya. Sehingga adu jago ini dapat memberi pelajaran bagi prajurit yaitu untuk bertarung sampai titik darah dan tenaga serta tidak bersifat curang dan licik. Kartawiguna, “Judi Adalah Unsur Borjuasi Kapitalis Feodal”, Sketmasa No. VIITh IV-1961. Hal 21.
kemerosotan perekonomian rentang tahun 1960-1965. Kota Jakarta merupakan kota pertama yang melakukan pelegalan berbagai jenis 4
Salah satu Societiet ini terdapat disurabaya yang dibangun pada tahun 1845. Aktifitas yang terjadi didalam societiet yaitu berisi tentang kesenangan dan kemeriahan, seperti makan, minum, ngobrol mendengarkan musik dan berjudi. Societiet juga digunakan sebagai tempat pertemuan yang bersifat informal, yang dugunakan untuk menjalin lobby, tempat rekreasi serta kesenian yang bersifat eksklusif. 5 Kartawiguna, “Judi Adalah Unsur Borjuasi Kapitalis Feodal”, Sketmasa No. VIITh IV-1961
378
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
perjudian seperti Lotto (Lotre Totalisator) dan
mengakibatkan negara mengalami defisit yang
Hwa-Hwee. Kebijakan itu terjadi pada masa
berakibat
pemerintahan Gubernur Ali Sadikin. Pada saat
Indonesia.
mulai menjabat Gubernur di Jakarta pada
pada
lumpuhnya
Kemerosotan
perekonomian
keuangan
daerah
tahun 1966, Ali Sadikin mengharapkan Jakarta
berkaitan dengan kebijakan efesiensi anggaran
berkembang sebagai kota internasional. Hal
yang
tersebut tidak memungkinkan, apabila hanya
sehingga secara tidak langsung, mendorong
bergantung pada penghasilan daerah. Antara
daerah-daerah untuk menambah pendapatan
penghasilan yang diperoleh pemerintah daerah
sendiri. Salah satu cara yang dilakukan oleh
Jakarta tidak seimbang dengan dana yang
daerah untuk mencukupi kekurangan dana
dikeluarkan untuk membangun Jakarta.
adalah dengan melegalkan perjudian. Beberapa
Dari hal ini lah, penulis tertarik untuk
diterapkan
kota
yang
oleh
mengambil
mengetahui lebih lanjut bagaimana pemerintah
pelegalan
menjalankan praktek
Semarang dan Surabaya.
judi Hwa-Hwee di
Jakarta dan bagaimana dampak dari pelegalan
pemerintah
judi
ini
kebijakan
diantaranya
pusat,
berupa Jakarta,
Dari berbagai macam perjudian yang
judi ini bagi masyarakat.
ada salah satu yang sangat populer di Ibukota pada tahun 60-an adalah jenis Judi HwaHwee.7 Jenis perjudian ini mulai marak pada
B. Metode Penelitian Dalam penelitian yang berjudul “HwaHweeku
Sayang
Malang”
Cina tetapi juga para orang pribumi mulai
penulis mengunakan metode penelitian sejarah
ketagihan dengan Hwa-Hwee ini. Bahkan tidak
yang
(intern),
hanya orang dewasa yang ikut dalam jenis
interpretasi, dan historiografi. Adapun sumber
perjudian yang sedang marak tersebut, anak-
yang berhasil dikumpulkan untuk penulisan
anak dibawah umur juga mulai ikut memasang
penelitian ini adalah beberapa pemberitaan dari
kartu untuk mengadu nasib mereka. Bahkan
Koran sejaman dan majalah yang membahas
mereka rela mencuri untuk ikut memasang
tentang perjudian Hwa-Hwee.
Hwa-Hwee ini.
meliputi
Hwa-Hweeku
awal tahun 1968. Tidak hanya kalangan orang
heuristik,
kritik
Kebijakan
C. Latar Belakang Perjudian di Indonesia Sepanjang periode 1945-1965 boleh dikatakan
tidak
terdapat
pelegalan
perjudian
ini
terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Ali
pembangunan
Sadikin. Pada saat mulai menjabat Gubernur di
ekonomi yang memadai dan mensejahterakan
Jakarta
rakyat, bahkan perekonomian negara dalam
mengharapkan Jakarta berkembang sebagai
6
pada
tahun
1966,
Ali
Sadikin
kondisi hampir bangkrut. Pada tahun-tahun
kota internasional. Tetapi hal tersebut tidak
tersebut
bagi
memungkinkan, apabila hanya bergantung
perekonomian Indonesia. Sejak tahun 1950
pada pengahasilan daerah. Karena antara
merupakan
masa
suram
berbagai sektor investasi maupun pendapatan mengalami kemunduran yang berarti. Hal ini
7
Hwa-Hwee sendiri diambil dari kata bahasa Cina yaitu Hwa berarti bunga atau kembang, Hwee berarti perkumpulan atau pertemuan jadi secara harfiah (letterlijk) “Hwa-Hwee” berarti perkumpulan bunga atau pertemuan bunga.
6
Edy Suandi Hamid . 2000. Ekonomi Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta; UII Press. Hlm X
379
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
pengahasilan
yang
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
pemerintah
usia, kewarganegaraan, turunan, status sosial
daerah Jakarta tidak seimbang dengan dana
maupun jenis kelamin seseorang. Syarat
yang dikeluarkan untuk membangun Jakarta.
utamanya adalah mempunyai uang.
Gubernur bahwa
diperoleh
Ali
Sadikin
pemerintah
membebankan
DKI
menyatakan tidak
Sebenarnya susah untuk menjelaskan
mau
bagaimana asal-usul dari
kepada
perjudian Hwa-Hwee ini. Menurut cerita
jalan
orang-orang tua, Hwa-Hwee ini awalnya amat
inkonvensional dalam mengumpulkan dana
populer dipropinsi Kanton, Cina. Dari Kanton
untuk pembangunan. Apabila dilarang maka
menjalar ke Macao, Hongkong, Malaysia,
terpaksa pajak Ireda yang sebelumnya Rp. 25,-
Singapura, Kalimantan dan tempat lainnya.
masyarakatnya.
dinaikkan
pajak-pajak
dengan tepat
Sehingga
menjadi
Pada mulanya Hwa-Hwee ini bersifat
masyarakatnya sendiri tidak mau apabila pajak
terbatas pada lapisan masyarakat Cina tertentu.
akan
yang
telah
Terutama mereka yang mempunyai basis
Pelayanan
yang
pengetahuan kebudayaan klasik Cina. Sang
diharapkan masyarakat juga tidak sesuai
Bandar minimal seorang yang lebih menguasai
dengan keungan yang dimiliki oleh pemerintah
pengetahuan tersebut dari pada pemasangnya,
daerah Jakarta, maka Gubernur mencari jalan
kalau tidak ia pasti akan cepat bangkrut.
dijelaskan.
untuk
seperti
1000,-.
8
Karena
dinaikkan
Rp.
ditempuh
Selain
itu
mengumpulkan
apa
akan
Setelah berkembang sedemikian pesat
dipergunakan untuk pembangunan di Jakarta
di lapisan masyarakat - tidak hanya di
dengan usaha darurat yaitu dengan melegalkan
masyarakat yang beruang tetapi juga di lapisan
perjudian yang sedang menjamur di wilayah
masyarakat bawah - secara otomatis perjudian
Jakarta.
jenis Hwa-Hwee ini membawa dampak bagi
Hwa-Hwee, sistem
perjudian
dana
Pelopor
atau
adalah
penemu
para
kehidupan masyarakat, baik dari segi sosial
WNI
maupun segi ekonomi. Secara umum dampak
keturunan Cina/Tionghoa, Hwa-Hwee sendiri
yang diakibatkan dari perjudian mungkin
juga diambil dari kata bahasa Cina yaitu Hwa
hanya berupa dampak negatif, tetapi perjudian
berarti bunga atau kembang, Hwee berarti
yang dilegalkan oleh pemerintah daerah dapat
perkumpulan atau pertemuan jadi secara
memberikan dampak positif bagi masyarakat.
harfiah
Dana dari retribusi pajak dapat digunakan
(letterlijk)
ini
yang
“Hwa-Hwee”
berarti
perkumpulan bunga atau pertemuan bunga.
untuk
Namun kini siapapun maklum bahwa Hwa-
sehingga
pemerintah daerah tidak
harus
Hwee tidak mempunyai sangkut paut dengan
menarik
dana
untuk
bunga
melakukan pembangunan.
apalagi
mengenai
keanggotaan
seseorang pada suatu perkumpulan.
9
membiayai
Persebaran
Permainan Hwa-Hwee yang dimulai
pembangunan
dari
masyarakat
perjudian
yang
daerah
terjadi
Jakarta tidak terlepas dari masyarakat Jakarta
pada tanggal 15 Januari 1968 dikenal sebagai
itu
sendiri,
karena
sangatlah
tidak
semacam perjudian yang tidak terbatas pada
memungkinkan perjudian dapat berkembang sebegitu pesatnya tanpa mendapat dukungan dari masyarakatnya sendiri. Kondisi sosial
8
Sinar Harapan. Senin, 9 September 1968. Hal V 9 Kompas. 11 April 1968
380
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
budaya yang sangat
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
beragam juga ikut
diharamkan. Ada dosa yang ditanggung bagi
berpengaruh terhadap persebaran perjudian.
yang melanggar.
Disini akan menjelaskan efek perjudian
Jika dilihat dari hukum positif yang
Hwa-Hwee bagi masyarakat Jakarta, tidak
ada, tindak perjudian adalah tingkah laku
hanya
negatif yangg ditimbulkan
menyimpang, banyak dampak negatif dari
tetapi juga segi positif dari Hwa-Hwee itu
tindak perjudian. Selain merugikan diri sendiri,
sendiri.
bermain judi juga merugikan keluarga, para
dampak
D. Dampak Terhadap
Hwa-Hwee
tetangga, orang lain serta masih banyak
Masyarakat
dampak negatif yang intinya tidak saja
Negatif Kehidupan
menimbulkan dampak bagi si pemain judi.
Jakarta Sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa
Akibat praktik perjudian orang berani
perjudian yang berlangsung ditengah-tengah
menipu, mencuri, dan bahkan membunuh
masyarakat akan membawa dampak yang
orang lain.Sehingga tidak salah jika sejumlah
berkepanjangan
pakar sosial menyimpulkan perjudian sebagai
bagi
kehidupan
dari
masyarakat itu sendiri. Baik berupa dampak
patologi
yang negatif maupun dampak positif. Dampak
dikatagorikan
dari
perilaku menyimpang.
perjudian
Hwa-Hwee
yang
pernah
menjamur di Jakarta salah satunya adalah merusak mental dari masyarakatnya
10
sosial,
dan
bagi
sebagai
pelakunya
individu
dengan
Hwa-Hwee yang marak pada tahun
sendiri
1968 di Jakarta, membawa dampak negatif
yang mana seharusnya mereka tidak ikut
yang
terlibat didalam perjudian yang dilegalkan oleh
masyarakat. Hwa-Hwee ini sangat berpengaruh
pemerintah Jakarta tersebut, karena pada
sekali untuk kehidupan masyarakat Ibu kota
dasarnya sasaran dari pelegalan judi itu hanya
yang pada saat itu demam dengan munculnya
untuk kalangan yang “berduit”. Selain untuk
perjudian
masyarakat kalangan atas, judi ini juga
pemberitaan
diperuntukkan warga negara asing.
berbahaya dari pada Porno. Disebutkan bahwa
Apabila
sebuah
perjudian
begitu
terlihat
ini.
didalam
Sampaibahwa
kehidupan
sampai
muncul
Hwa-Hwee
lebih
yang
meskipun porno sudah lama ada, tapi masih
menjamur di masyarakat di artikan dari segi
dapat dibatasi, sedangkan Hwa-Hwee sendiri
negatifnya, maka sebuah judi bagaimanapun
yang
jenis atau tipenya merupakan sebuah penyakit
baru
sudah
masyarakat Ibukota seperti badai.
didalam masyarakat tersebut yang memerlukan
Oleh
sebuah ”obat” untuk menghilangkannya.
karena
itu
menyerang 11
Hwa-Hwee
ini
mendapat sorotan khusus dari DPRGR, yang
Dalam perspektif hukum yang berlaku di Indonesia
muncul
mana pada sidang gabungan komisi III (dalam
bermain judi dikategorikan
negeri), IX P & K dan X (tenaga kerja) DPR-
sebagai perbuatan melanggar hukum. Ada
GR senin malam dengan dipimpin oleh Brigjen
sanksi tegas jika hal ini dilanggar, dalam
Muclas Rowi telah mengadakan rapat kerja
ajaran agama, perjudian adalah sesuatu yang
untuk membahas masalah Hwa-Hwee yang dihadiri oleh menteri sosial A. Tambunan S.H dan menteri P.K Sanusi Hardjadinata. Dalam
10
Masyarakat yang dimaksut disini adalah masyarakat dari kalangan bawah atau masyarakat perpendapatan rendah
11
381
Beritha Yudha, 9 Juni 1968, Hal II
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
sidang tersebut pemerintah telah menjelaskan
gara keranjingan main di Petak Sembilan dan
tentang masalah Lotto, Nalo dan khususnya
ada pula pemilik warung yang telah bangkrut
mengenai Hwa-Hwee yang sekarang telah
modalnya
meluas tidak hanya di Ibukota saja, bahkan
demikian mereka masih mempunyai semangat
sudah sampai di daerah seperti Surabaya,
dan harapan bahwa suatu saat mereka akan
Semarang (Jateng),
beruntung saat memasang Hwa-Hwee. 13
Medan.
Diakui oleh
karena
Hwa-Hwee.
Meskipun
pemerintah bahwa Hwa- Hwee mempunyai
Tidak hanya para orang dewasa saja
unsur pengaruh kebudayaan Asing yakni
yang keranjingan main judi Hwa-Hwee tetapi
kebudayaan Cina yang mempunyai efek sosial
judi ini juga digemari para anak kecil. Hal ini
yang sangat membahayakan, meskipun dilihat
disebabkan karena Hwa-Hwee ini sudah
dari segi yang lainnya bahwa Hwa-Hwee ini
meluap dan kian hari kian meningkat bandar-
membawa segi positif dibidang materiil.
bandar liar dipelosok-pelosok kampung. Hal
Para
anggota
dalam
ini juga menyebakan kalangan masyarakat
tanggapannya juga berpendapat bahwa Hwa-
setiap hari hampir dikejutkan oleh kerusuhan
Hwee telah menjadi candu bagi warga Ibukota
yang dilakukan oleh anak dibawah umur dan
maupun hampir keseluruh Indonesia, dan
para penganggur. Anak-anak kecil tesebut rela
mempunyai
yang
mencuri jemuran pakaian dihalaman rumah,
keadaan
barang-barang hasil curiannya itu kemudian
efek-efek
membahayakan ekonomi
DPR-GR
apalagi
seperti
pada
sosial dalam saat
itu
akan
dijual yang hasilnya akan digunakan untuk membeli Hwa-Hwee. 14
mengakibatkan kemerosotan moral meskipun dapat dilihat bahwa hasil dari perjudian itu
Hwa-Hwee tidak hanya menyebabkan
digunakan untuk pembangunan Ibukota Jakarta
seseorang nekad mencuri,salah seorang warga
untuk
Jakarta bernama Pelipus, pria berumur 40
menuju
megah.
kota
Internasional
yang
12
Tidak
tahun ini nekad mencoba bunuh diri dengan hanya
penyebarannya
yang
menggorok lehernya dengan pisau cukur di
begitu pesat dan mempengaruhi warga ibu
depan tukang cukur, seorang pedagang catut
kota, Hwa-Hwee ini juga membawa dampak
kecil-kecilan di stasiun Tanjung Priuk ini
yang negatif bagi mental masyarakat itu
menjadi nekad untuk mengakhiri hidupnya
sendiri. Beberapa orang yang keranjingan main
karena telah mencoba mengadu nasibnya
Hwa-Hwee
terganggu
dengan memasang Hwa-Hwee yang sangat
kesehatan fisiknya dan kelihatan seperti orang
populer tersebut sehingga mencandu dan
kena penyakit syaraf atau sinting. Orang-orang
akhirnya merusak jiwa dan pikirannya. 15
diketahui
telah
tersebut terganggu ingatannya disebabkan
Tidak cukup sampai disini, bahkan
sebagian harta benda mereka telah ludes
seorang anak bayi yang baru berusia beberapa
karena habis untuk modal main di “petak
bulan dimasukkan kedalam bak yang berisi air
sembilan” dan belum menemukan nasib baik
panas oleh ibunya secara tidak sadar dengan
dengan Hwa-Hwee.
maksud untuk dimandikan. Baru setelah si bayi
Seperti contoh seorang pemilik bengkel di Tanah Abang kekayaannya telah ludes gara-
13
Suluh marhaen. 20 April 1968 Suluh Marhaen, 08 Mei, 1968 15 Berita Yudha, 28 Mei, 1968
14 12
Beritha Yudha, 5 Juni 1968, Hal I
382
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
menjerit kesakitan ibunya baru menyadari
mereka pun tak segan-segan menjual atau
bahwa seluruh tubuh bayinya telah hangus. Hal
melelang barang-barang yang terdapat didalam
tersebut dikarenakan si ibu telah mengalami
rumah seperti radio, sepeda, mesin jahit,
kekalahan yang sangat besar dalam perjudian
sampai barang-barang pecah belah demi untuk
Hwa-Hwee.
16
cepat mendapatkan uang tunai. Sehingga hal
Semenjak merebaknya permainan judi
ini menyebabkan timbulnya tukang-tukang
Hwa-Hwee di Ibukota berpengaruh juga
luak semakin cepat saja. 17
terhadap harga pasar yang meliputi hampir
E. Dampak Positif Hwa-Hwee Terhadap
seluruh jenis barang. Munculnya kekacauan
Kehidupan Masyarakat Jakarta
harga adalah akibat dari mereka yang terpuruk
Sementara itu, untuk Indonesia sendiri
oleh permainan tersebut. Pada saat itu suasana
memang sejak dikuasai oleh rezim Orde Lama
perdagangan sedang sepi, sebagai pengisi
dihinggapi
waktu senggang sebagian besat kalangan
pusat mempunyai anggaran belanja yang
dagang mencoba memasang dengan harapan
defisit. Pemerintah daerah tingkat I dan II juga
tebakannya jitu karena daripada dagang sepi
mempunyai anggaran belanja yang defisit.
atau untung tidak seberapa.
Tidak terkecuali pemerintah daerah tingkat I
penyakit
“defisit”.
Pemerintah
Sekali-dua kali mencoba maka telah
Jakarta Raya DCI, kalau Ali Sadikin menyerah
merasuk ke tulang sumsum. Sehari tidak
begitu saja, pasif, tidak berani mengambil dan
memasang Hwa-Hwee tersebut mengakibatkan
menerima resiko, pada keadaan
tidak nafsu makan dan minum. Pada mulanya
uang,
masih tertutup dengan uang kontan yang
kebanggaan kita akan tetap seperti ketika di
dipegang di tangan. Lama-lama karena tidak
Gubernur oleh Henk Ngantung, Mayjen Dr.
kena , pasangan bertambah besar dan sekali
Soemarno dan sebagainya.
maka
keadaan
tidak ada
Ibukota
Jakarta
waktu uang kontan tidak ada, barang dagangan
Tetapi Mayor Jendral KKO Ali Sadikin
diobral asalkan cepat mendapatkan uang. Hal
tidak demikian. Ia mempunyai fighting spirit
tersebut dapat digambarkan dari harga susu
yang tinggi, tidak kenal menyerah. Ia mencari
bubuk cap Bendera yang harganya merosot
ide
sampai Rp. 80,-/kaleng padahal ditempat lain
menaikkan
harganya
naik
pungutan, yang berarti mengeduk kantong
mencapai Rp. 200,-/kaleng. Demikian dengan
rakyat yang sudah tidak repot hidupnya. Bukan
mobil dimana meskipun dipasaran harganya
kantong rakyat miskin yang dikeduk, dikuras
sangat tinggi tetapi bagi yang memerlukan
kantongnya,
uang tidak segan-segan menjual barangnya
kekayaan warga kota Jakarta yang kaya.
dengan harga yang sangat jauh dibawah harga
Dihidupkannya permainan Lotto, didirikan
pasar. Ini terjadi pada masyarakat kelas
pusat
atas/menengah, namun bagaimana dengan
akhirnya diijinkan permainan Hwa-Hwee.
kaum buruh/lapisan masyarakat terbesar yang
Meskipun banyak hantaman reaksi pro dan
juga kecanduan denga judi Hwa-Hwee ini,
kontra atas tindakan-tindakan Gubernur Ali
bahkan
terus
melonjak
dan
mencari pajak,
keluar
menambah
tetapi
perjudian
jalan
yang
dipetak
dengan
pungutan-
dikeruk
sembilan.
adalah
Dan
Sadikin tersebut. Semakin hari semakin hebat 16
Suluh Marhaen, 23 November 1968, 17
Hal II
383
Warta Harian, 30 April 1968, Hal II
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
hantaman-hantaman dari masyarakat tetapi
hal
tersebut
sudah
luas,
yang dilanjutkan dalam Lembaran Negara tahun 1953 no. 526.19
jauh-jauh
diperhitungkan oleh Ali Sadikin. Dan Ali
Pimpinan pelaksanaan proyek Hwa-
Sadikin siap menerima resiko tersebut, ia
Hwee L. Atang menerangkan bahwa retribusi
berjalan terus menurutnya yang paling penting
untuk DKI Jaya adalah Rp.40 juta per bulan
adalah kepentingan Jakarta dan rakyatnya.
yang semula hanya Rp.25 juta. Penambahan
Gubernur
Ali
pernah
menjelaskan
jumlah
retribusi
tersebut
bahwa permainan Hwa-Hwee telah lama ada di
permintaan
Jakarta, tetapi khusus untuk Warga Negara
kesadaran
Asing, pemerintah DKI memutuskan untuk
mendesaknya
meresmikan Hwa-Hwee setelah menyaksikan
pembangunan Ibukota. L. Atang selanjutnya
bahwa golongan pencandu-pencandu Hwa-
menyatakan
Hwee ternyata tidak begitu suka dengan Lotto
penyelenggara selalu mendapat rongrongan,
(juga merupakan jenis perjudian di masa itu).
tetapi kewajiban-kewajiban retribusi tetap
Menurut
ini
dipenuhi sebagaimana diinginkan oleh pihak
merupakan proyek dibawah pemerintah DKI
DKI Jaya. Dinyatakan bahwa diluar retribusi
dan hasilnya digunakan untuk kepentingan
H.H. tersebut pihak DKI tetap menerima Rp.30
Gubernur
Ali
Hwa-Hwee
18
rakyat Ibukota. Selain
juta alasan
tersebut,
Menteri
setiap
Sembilan.
pihak
berdasarkan
Gubernurserta
atas
penyelenggara
mengingat
kebutuhan
dibidang
bahwa
bulan
walaupun
dari
perjudian
pihak
Petak
20
penghubung MPR/ DPA. H. Mintaredja SH
Gubernur DCI berhasil memancing
atas nama pemerintah menerangkan bahwa
keluar hot money yang selama ini tertutup
bagaimana
rapat
telah
dimaklumi
bersama,
dan kemungkinan telah digunakan
pemerintah DKI senantiasa berusaha sekuat
mengacaukan ekonomi Indonesia. Uang panas
tenaga untuk memberikan servis yang sebaik-
itu dipancing keluar melalui petak sembilan
baiknya
Karena
dan Hwa-Hwee, dan hasilnya telah disalurkan
terbatasnya keuangan DKI, sedangkan servis
oleh Gubernur Ali Sadikin kepada masyarakat
yang dikehendaki masyarakat tidak dapat lebih
dalam bentuk pembangunan ibukota secara
lama untuk ditunda-tunda,
bahkan perlu
langsung maupun tidak langsung telah dapat
ditingkatkan maka sebagai usaha darurat
dirasakan. Hasil-hasil yang telah dimanfaatkan
pemerintah DCI Jakarta memperkenankan
sebegitu jauh adalah sebagai berikut :
kepada
masyarakat.
perjudian terbatas seperti Hwa-Hwee dengan
1. Untuk
keindahan
ibukota
telah
cara-cara tertentu, yaitu dengan melokalisir
dikeluarkan antaranya; Rp. 17 juta
atau membatasinya dengan seketat-ketatnya.
untuk lampu-lampu hias, Rp. 2,5
Lokalisir
ini
juta untuk penghijauan, Rp.2,5 juta
tidak
untuk Monas, Rp. 11,6 juta untuk
mengakibatkan kerusakan mental spirituil
gerobak sampah dan untuk fasilitas
masyarakat
olahraga dikeluarkan dana sebanyak
dimaksudkan
dan agar
luas.
pembatasan
perjudian
Pemberian
ini
ijin
untuk
melakukan perjudian itu masih tetap diatur
Rp. 2,5 juta.
dalam Lembaran Negara tahun 1902 no. 230 19 18
20
Kompas, 5 April 1968
384
Sinar Harapan, 5 Maret 1969, Hal I Suluh Marhaen, 6 Mei 1968, Hal I
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
2. Untuk pembangunan gedung-gedung;
diperuntukkan bagi pembangunan Ibukota sebagai kota internasional. 21
Rp. 2,5 juta untuk gedung kesenian, Rp. 6 juta untuk RSUP, Rp. 50 juta
Gubernur KDKI Jaya Ali Sadikin
untuk Culture Centre, Rp. 15 juta
menyatakan bahwa pemerintah DKI tetap
untuk Planetarium, dan gedung PWI
mempertahankan agar tugas-tugas rutin Pemda
sejumlah Rp. 1 juta.
(Pemerintah Daerah) hanya 40%, sedangkan
3. Untuk bidang angkutan; bus shelter
untuk melayani masyarakat 60% dari anggaran
100 buah memerlukan dana Rp. 7,5
belanja DKI. Oleh karena itu pembangunan
juta,
untuk
gedung-gedung kantor Kelurahan diharapkan
Banteng
dari swadaya masyarakat. Sebab kalau untuk
Rp.
16
pembangunan
juta
terminal
dalam kota, dan untuk terminal
pembangunan
Bungur dan Banteng luar kota
Camat dan Lurah dibiayai Pemda DKI, maka
dikeluarkan Rp. 25 juta.
perimbangan ini akan menjadi 90% untuk
4. Untuk lalu lintas; Rp. 1,7 juta untuk flasher,
Rp.
juta
Walikota,
biaya Pemda dan hanya 10% untuk rakyat. Hal
untuk
ini dinyatakannya ketika meresmikan Kantor
pembangunan pos-pos polisi lalu
Kelurahan Petamburan yang terletak di jalan
lintas
AIP II Karel S. Tubun (nama lain jalan Jati
dan
7
gedung-gedung
rambu-rambu
lampu
lintas.
Petamburan) pada jumat pagi.
5. Perbaikan jalan; untuk tiga wilayah
dikatakan
bahwa
karena
Selanjutnya tidak
mau
Jakarta Pusat, Barat, dan Selatan
membebankan pajak-pajak kepada penduduk
mengeluarkan uang Rp. 30 juta,
Jakarta,
upgrading jalan Kemayoran Blok A
inkonvensionil dalam mengumpulkan dana
Rp. 65 juta, jalan Gajahmada,
untuk pembangunan.apabila dilarang maka
Hayam
pajak Ireda juga semula Rp. 25,- dinaikkan
Wuruk
Rp.
350
juta,
maka
Bandengan Selatan Rp. 9,5 juta.
menjadi Rp. 1000,- .
6. Pendidikan; untuk Sekolah Dasar Rp.
Selain
itu
ditempuhnya
juga
jalan
dikatakan
apabila
14 juta, SLP/SLA Rp 70 juta, biaya
bantuan Pemerintah Pusat serta perimbangan
tanah untuk SD Rp. 6 juta dan
keuangan Pusat – Daerah belum terlaksana,
selanjutnnya untuk tahun ini akan
maka
dibangun lagi 40 buah gedung
menyelenggarakan Hwa Hwee lagi selama
sekolah
Enam bulan yang akan menghasilkan uang
yang
biayanya
belum
diketahui.
pada
awal
1969
Gubernur
akan
retribusi sebanyak Rp. 900 juta. Hasil dari
Demikian sebagian dari yang telah
uang ini akan dipergunakan untuk melanjutkan
dicapai oleh Gubernur Ali Sadikin dalam
pembangunan DKI Jaya yang dalam lima
memberikan
tahun mendatang dikhususkan pada program
servis
yang
baik
kepada
masyarakat Ibukota Jakarta dan masih akan
memperbaiki
menyusul
hidup sengsara dan keadaan tidak memenuhi
lagi
angka-angka
yang
21
385
kampung
dimana
Suluh Marhaen, 20 Mei 1968
rakyatnya
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
syarat-syarat misalnya gang-gang, saluransaluran, dll tidak memenuhi syarat hidup. Meskipun
perjudian
ini
menghasilkan
22
satu
sen-pun
untuk
pembangunan daerah, hanya menguntungkan
telah
di
beberapa individu tertentu saja. Umumnya
legalkan oleh pemerintah, tetapi mulai tanggal
para bandar liar tersebut mempunyai kode-
8 April 1968 penjualan mulai dilokalisir, yaitu
kode yang berlainan. Demikian pula cara
hanya dijual ditempat-tempat kediaman orang
pemasangan
Cina. Akibatnya omset dari penjualan Hwa-
maksimum pun berbeda. Para bandar ini
Hwee ini semakin menurun sampi dengan
mengaku kalau dirinya merupakan cabang dari
40%. Tetapi menurut penyelenggara Hwa-
Hwa-Hwee yang berada di petak sembilan,
Hwee ini sumbangan yang harus diberikan
tetapi kalau ditanya diantara para bandar
kepada pemerintah DCI Jakarta Raya tidak
mereka saling menjatuhkan.24
mengenai
minimum
dan
akan dikurangi jumlahnya dan akan diusahan
Pada tanggal 7 Januari 1968, Gubernur
agar tetap seperti yang telah disanggupi
Ali Sadikin dengan tegas menyatakan bahwa ia
sebelumnya yaitu Rp. 30 juta per bulan.
tidak akan membuka Hwa-Hwee lagi, karena
Diketahui pada mulanya penjualan dari
menurut Ali Sadikin semakin tidak baik
Hwa-Hwee ini pada mulanya terdapat dimana-
dikarenakan bangsa Indonesia tidak dapat
mana dikota Jakarta. Tetapi dengan adanya
mengendalikan diri dan turut dalam permainan
surat intruksi dari Gubernur DCI Jakarta
yang
tanggal 5 April 1968, penjualannya dilokalisasi
diperuntukkan untuk Warga Negara Asing.
ditempat-tempat yang banyak didiami oleh
Semakin menjalarnya Hwa-Hwee liar pada
orang Cina seperti Glodok, Petak Sembilan,
waktu itu di Ibukota Gubernur mengaharap
Pancoran, dll.
para pihak berwajib dapat membasminya atau
Dengan adanya lokalisir ini, penjualan
sebetulnya
permainan
ini
hanya
setidaknya dapat dikurangi.
Hwa-Hwee yang dilakukan secara liar mulai
Dikatakannya pembangunan Ibu kota
tumbuh dan semakin bertambah banyak. Oleh
tetap dilakukan setelah Hwa-Hwee ditutup,
penyelenggara kembali diingatkan bahwa pada
tetapi volume dari pembangunan itu tidaklah
dasarnya perjudian
Hwa-Hwee ini hanya
seperti dulu saat Hwa-Hwee dibuka. Untuk
diperuntukkan khusus bagi Warga Negara
pembangunan ini biayanya diperoleh dari
Asing (WNA) dan untuk Warga Negara
pungutan
Indonesia (WNI) sendiri yang turut membeli
mengemukakan, bahwa di daerah Jakarta
Hwa-Hwee akan dikenakan tuntutan hukuman
mulai tahun 1969 akan dinaikkan pajak
Pidana sesuai dengan pasal 303 jo 542
kendaraan bermotor (SWP3D) dari yang
pajak
dan
bea.
Gubernur
23
sebelumnya sebesar 2% menjadi 3% dan 4% di
Hwa-Hwee ini sangat berbeda dengan
tahun 1970.
KUHP.
yang berada di Petak Sembilan yang mana hasilnya
sangat
bermanfaat
bagi
Tapi ini masih jauh dibandingkan dari
kas
pajak yang ditarik pada jaman Belanda
pembangunan Ibukota. Hwa-Hwee ini tidak
sebanyak 6,5% padahal jalan-jalan di Ibukota kondisinya
22
Sinar Harapan, 9 September 1968, Hal
23
Suluh Marhaen, 11 April 1968 Hal II
menyamai
jalan-jalan dijaman
Belanda dulu, dan untuk sekarang jalan-jalan
V 24
386
Warta Harian, 30 Juli 1968, Hal I
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
tersebut telah diperlebar. Menurut Gubernur,
Dapat diketahui, bahwa setiap tindakan
paling sedikit pemerintah menerima Rp. 250
yang diperbuat oleh manusia akan membawa
juta dari hasil pajak SWP3D dai tahun 1968
pengaruh, baik pengaruh negatif maupun
dan dalam tahun 1969 diharapkan jumlahnya
pengaruh positif bagi kehidupan manusia itu
bisa mencapai Rp. 350 juta. Selanjutnya
sendiri. Disini dibutuhkan kontrol dari diri
dikemukakan bahwa ia akan menaikkan pajak
masing-masing pribadi untuk menentukan
Ireda untuk daerah-daerah elite sedangkan
kearah mana mereka berjalan. Agar mereka
untuk perkampungan pajak itu sebisa mungkin
tidak terperosok ke dalam limbah hitam,
dipertahankan. Untuk itu akan ada pembagian
mereka harus bisa mengendalikan diri mereka
zona untuk daerah-daerah tertentu.25
agar tetap berada didalam norma-norma yang
F. Penutup
berlaku. Seperti permainan judi Hwa-Hwee ini,
Seiring dengan berkembangnya zaman,
apabila tidak ingin terjerumus didalam jurang
permainan perjudian yang mulanya hanya
kemiskinan dikarenakan permainan ini, maka
berbentuk
ikut
seharusnya mereka mengikuti peraturan yang
berkembang. Mulai dari permainan kecil yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun
tidak mengandung unsur uang sebagai bahan
permainan judi ini dilegalkan oleh pemerintah,
taruhan seperti sebuah tamparan, hingga
tetap saja permainan ini mempunyai peraturan-
permainan yang menggunakan unsur uang
peraturan
sebagai bahan taruhan seperti bermain kartu,
pemerintah yang bertujuan agar masyarakatnya
lotere atau undian.
tidak dirugikan oleh Hwa-Hwee itu sendiri.
sebuah
taruhan
juga
yang
telah
ditetapkan
oleh
Kota Jakarta merupakan kota pertama yang melakukan pelegalan berbagai jenis
G. Daftar Pustaka
perjudian seperti Lotto (Lotte Totalisator) dan
Adami Chazawi. 2005. Tindak Pidana
Hwa-Hwee. Dari berbagai macam perjudian
Mengenai
yang ada salah satu yang sangat populer di
Persada. Jakarta.
Ibukota pada tahun 60-an adalah jenis Judi
Aminuddin
Hwa-Hwee. Persebaran dari Hwa-Hwee ini
Sejarah, Surabaya: University Press.
sangat cepat dan menimbulkanbeberapa efek
Anne Booth dan Peter Mccawley. 1981.
bagi kehidupan masyarakat Surabaya. Efek
Ekonomi Orde Baru.. LP3ES.
negatif yang ditimbulkan oleh perjudian ini
Dali Mutiara. Tafsir KUHP. Bintang
adalah banyaknya masyarakat yang terganggu
Indonesia, Jakarta. 1962
kejiwaannya. Banyak yang melakukan tindak
Ensiklopedi Indonesia 7. Jakarta. PT.
kriminal
Cipta Adi Pustaka 1989
karena
kalah dalam
permainan
Kasdi.
2005.
Gustav
timbulkan,
Indonesia. Jakarata. Gramedia.
juga
membawa
Papanek.
Raja Grafindo
perjudian ini. Tidak hanya efek negatif yang perjudian ini
F.
Kesopanan.
1987.
Memahami
Ekonomi
dampak positif bagi perekonomian Jakarta.
Haryanto. 2003. Indonesia Negeri Judi?.
Hasil restribusi dari perjudian ini digunakan
Jakarta. Yayasan Khasanah Insan Mandiri
untuk membangun sarana dan prasarana guna
Kartono Kartini. 2001. Patologi Sosial
kemajuan Jakarta menjadi kota Internasional.
Jilid I. Jakarta. Raja Grafindo Persada
25
Sinar Harapan 7 Januari 1969
387
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume 1, No. 3, Oktober 2013
Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa
Prawirabudi. “Kalau Masyarakat Dilanda
Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta. Balai
Judi”. Sketsa Masa No. 107-Th-XIII-
Pustaka
1970.
RZ
Leirizza,
Perekonomian
Dkk.
1966.
Indonesia.
Sejarah
Samiadji. “Lotto Sama Dengan Judi”.
Jakarta;
Sketsam Masa No. 64th XI-15 Maret 1968
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Liberty No. 781. 4 Mei 1968
RI
Beritha Yudha, 5 Juni 1968,
Yessy Augustin. 1979. Pandawa Bermain
Beritha Yudha, 9 Juni 1968
Judi.
Kompas, tanggal 5 April 1968
Jakarta. Proyek Penerbitan Buku
Bacaan Dan Sastra Indonesia Dan Daerah
Kompas tanggal 6 juni 1969
Kartawiguna,
Sinar Harapan, tanggal 9 September 1968
“Judi
Adalah
Unsur
Borjuasi Kapitalis Feodal”, Sketmasa No.
Suara Merdeka, tanggal 19 januari 2004
VII-Th IV-1961
Suluh Marhaen, tanggal 6, 8, 20 Mei 1968, Hal I
388