Ats-Tsabat
Bulletin Jum’at KAMMI LINTAS GENERASI Edisi 1-07/2013
Bulan Ramadlan : Stasiun Besar Musafir Iman Ustadz KH Rahmat Abdullah*
T
ak pernah air melawan qudrat yang ALLAH ciptakan untuknya, mencari dataran rendah, menjadi semakin kuat ketika dibendung dan menjadi nyawa kehidupan. Lidah api selalu menjulang dan udara selalu mencari daerah minimum dari kawasan maksimum, angin pun berhembus. Edaran yang pasti pada keluarga galaksi, membuat manusia dapat membuat mesin pengukur waktu, kronometer, menulis sejarah, catatan musim dan penanggalan. Semua bergerak dalam harmoni yang menakjubkan. Ruh pun – dengan karakternya sebagai ciptaan ALLAH – menerobos kesulitan mengaktualisasikan dirinya yang klasik saat tarikan gravitasi ‘bumi jasad’ memberatkan penjelajahannya menembus hambatan dan badai cakrawala. Kini – di bulan ini – ia jadi begitu ringan, menjelajah ‘langit ruhani’. Carilah bulan – diluar Ramadlan – saat orang dapat mengkhatamkan tilawah satu, dua, tiga sampai empat kali dalam sebulan. Carilah momentum saat orang berdiri lama di malam hari menyelesaikan sebelas atau dua puluh tiga rakaat. Carilah musim kebajikan saat orang begitu santainya melepaskan ‘ular harta’ yang membelitnya. Inilah momen yang membuka seluas-luasnya kesempatan ruh mengeksiskan dirinya dan mendekap erat-erat fitrah dan karakternya. Marhaban ya Syahra Ramadlan Marhaban Syahra’ Shiyami Marhaban ya Syahra Ramadlan Marhaban Syahra’l Qiyami Keqariban di Tengah Keghariban Ahli zaman kini mungkin leluasa menertawakan muslim badui yang bersahaja, saat ia bertanya: "Ya Rasul ALLAH, dekatkah Tuhan kita, sehingga saya cukup berbisik saja atau jauhkah Ia sehingga saya harus berseru kepada-Nya?"
1
Sebagian kita telah begitu ‘canggih’ memperkatakan Tuhan. Yang lain merasa bebas ketika ‘beban-beban orang bertuhan’ telah mereka persetankan. Bagaimana rupa hati yang Ia tiada bertahta disana? Betapa miskinnya anak-anak zaman, saat mereka saling benci dan bantai. Betapa sengsaranya mereka saat menikmati kebebasan semu; makan, minum, seks, riba, suap, syahwat, dan seterusnya. padahal mereka masih berpijak di bumi-Nya. Betapa menyedihkan, kader yang grogi menghadapi kehidupan dan persoalan, padahal Ia yang memberinya titah untuk menuturkan pesan suci-Nya. Betapa bodohnya masinis yang telah mendapatkan peta perjalanan, kisah kawasan rawan, mesin kereta yang luar biasa tangguh dan rambu-rambu yang sempurna, lalu masih membawa keluar lokonya dari rel, untuk kemudian menangis-nangis lagi di stasiun berikut, meratapi kekeliruannya. Begitulah berulang seterusnya. Semua ayat dari 183-187 surat Al-Baqarah bicara secara tekstual tentang puasa. Hanya satu ayat yang tidak menyentuhnya secara tekstual, namun sulit untuk mengeluarkannya dari inti hikmah puasa. "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakanlah): ‘Sesungguhnya Aku ini dekat…" (Qs. 2 :185). Apa yang terjadi pada manusia dengan dada hampa kekariban ini? Mereka jadi pan-dai tampil dengan wajah tanpa dosa didepan publik, padahal beberapa meni sebelum atau sesudah tampilan ini mereka menjadi drakula dan vampir yang haus darah, bukan lagi menjadi nyamuk yang zuhud. Mereka menjadi lalat yang terjun langsung ke bangkai-bangkai, menjadi babi rakus yang tak bermalu, atau kera, tukang tiru yang rakus. Bagaimana mereka menyelesaikan masalah antar mereka? Bakar rumah, tebang po-hon bermil-mil, hancurkan hutan demi kepentingan pribadi dan keluarga, tawuran antar warga atau anggota lembaga tinggi negara, bisniskan hukum, jual bangsa kepada bangsa asing dan rentenir dunia. Berjuta pil pembunuh mengisi kekosongan
Ats-Tsabat Bulletin Jum’at KAMMI Lintas Generasi
hati ini. Berapa lagi bayi lahir tanpa status bapak yang syar’i? Berapa lagi rakyat yang menjadi keledai tunggangan para politisi bandit? Berapa banyak lagi ayat-ayat dan pesan dibacakan sementara hati tetap membatu? Berapa banyak kurban berjatuhan sementara sesama saudara saling tidak peduli?
wawasan dengan sirah, niscaya Islam itu terasa ni’mat, harmoni, mudah, lapang dan serasi. Alqur-an membentuk frame berfikir. Alqur-an mainstream perjuangan. Nilainilainya menjadi tolok ukur keadilan, kewajaran dan kesesuaian dengan karakter, fitrah dan watak manusia. Penguasaan outline-nya menghindarkan pandangan parsial juz-i. Penda’wahannya dengan kelengkapan sunnah yang sederhana, menyentuh dan aksiomatis, akan memudahkan orang memahami Islam, menjauhkan perselisihan dan menghemat energi ummat. Betapa da’wah Alqur-an dengan madrasah tahsin, tahfiz dan tafhimnya telah membangkitkan kembali semangat keislaman, bahkan di jantung tempat kelahirannya sendiri. Ahlinya selalu menjadi pelopor jihad di garis depan, jauh sejak awal sejarah ummat ini bermula. Bila Rasulullah meminta orang menurunkan jenazah dimintanya yang paling banyak penguasaan Qur-annya. Bila me-nyusun komposisi pasukan, diletakkannya pasukan yang lebih banyak hafalannya. Bahkan di masa awal sekali, ‘unjuk rasa’ pertama digelar dengan pertanyaan ‘Siapa yang berani membacakan surat Arrahman di Ka’bah?’. Dan Ibnu Mas’ud tampil dengan berani dan tak menyesal atau jera walaupun pingsan dipukuli musyrikin kota Makkah.
Nuzul Qur-an di Hira, Nuzul di Hati Ketika pertama kali Alqur-an diturunkan, ia telah menjadi petunjuk untuk seluruh ma-nusia. Ia menjadi petunjuk yang sesungguhnya bagi mereka yang menjalankan perin-tah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Ia benar-benar berguna bagi kaum beriman dan menjadi kerugian bagi kaum yang zalim. Kelak saatnya orang menyalahkan ramburambu, padahal tanpa rambu-rambu kehidupan menjadi kacau. Ada juga orang berfikir, malam qadar itu selesai sudah, karena ALLAH menyatakannya dengan Anzalna-hu (kami telah menurunkannya), tanpa melihat tajam-tajam pada kata tanazzalu’l Ma-laikatu wa’l Ruhu (pada malam itu turun menurunlah Malaikat dan Ruh), dengan kata kerja permanen. Bila malam adalah Orang yang tertempa makan (sahur) di malam, saat matahari terbenam, Puasa: Da’wah, tarbiah, saat enaknya orang tertidur lelap atau siapa warga negeri yang tak jihad dan disiplin berdiri lama malam hari dalam shalat menemukan malam; kafirnya dan Mu-suh-musuh ummat qiyam Ramadlan setelah siangnya mukminnya, fasiqnya dan mestinya belajar untuk mengerti berlapar-haus, atau menahan semua shalihnya, mu-nafiqnya dan bahwa bayi yang dilahirkan di pembatal lahir-batin, sudah sepantasnya shiddiqnya, Yahudinya dan te-ngah badai takkan gentar mampu mengatasi masalah-masalah Nasraninya? Jadi apakah malam menghadapi deru angin. Yang da’wah dan kehidupannya, tanpa itu malam fisika yang meliput biasa menggenggam api jangan keluhan, keputusasaan atau kepanikan. semua orang di kawasan? diancam dengan percikan air. Jadi ketika Ramadlan di Mereka ummat yang biasa gua Hira itu malamnya disebut menantang dinginnya air di malam qadar, saat turun sebuah pedoman hidup akhir malam, lapar dan haus di terik siang. yang terbaca dan terjaga, maka betapa bahagianya Mereka terbiasa memburu dan menunggu target setiap mukmin yang sadar dengan Nuzulnya Alqurperjuangan, jauh sampai ke akhirat negeri keabadian, an di hati pada malam qadarnya masing-masing, dengan kekuatan yakin yang melebihi kepastian fajar saat jiwa menemukan jati dirinya yang selalu menyingsing. Namun bagaimana mungkin bisa mengajar merindu dan mencari sang Pencipta. Yang tetap orang lain, orang yang tak mampu memahami ajarannya terbelenggu selama hayat dikandung badan, seperti sendiri? "Faqidu’s Syai’ la Yu’thihi" (Yang tak punya apabadan pun tak dapat melampiaskan kesenangannya, apa tak akan mampu memberi apa-apa). karena selalu ada keterbatasan bagi setiap Wahyu pertama turun di bulan Ramadlan, kesenangan. Batas makanan dan minuman yang pertempuran dan mubadarah (inisiatif) awal di Badar juga lezat adalah kterbatasan perut dan segala yang lahir di bulan Ramadlan dan Futuh (kemenangan) juga di bulan dari proses tersebut. Batas kesenangan libido ialah Ramadlan. Ini menjadi inspirasi betapa madrasah menghilangnya kegembiraan di puncak kesenangan. Ramadlan telah memproduk begitu banyak alumni Batas nikmatnya dunia ialah ketika ajal tiba-tiba unggulan yang izzah-nya membentang dari masyriq ke menemukan rambu-rambu: Stop! maghrib zaman. Bila mulutmu bergetar dengan ayat-ayat suci dan Alqur-an dulu, baru yang lain hadits-hadits, mulut mereka juga menggetarkan kalimat Bacalah Alqur-an, ruh yang menghidupkan, yang sama. Adapun hati dan bukti, itu soal besar yg sinari pemahaman dengan sunnah dan perkaya menunggu jawaban serius. [] Dinukil dari Buku “Untukmu Kader Dakwah”
Bulletin Ats-Tsabat diterbitkan oleh admin Group facebook ‘KAMMI Lintas Generasi’. Insya Allah akan terbit setiap hari Jum’at. Isi dari bulletin ini akan diambil dari berbagai posting di group ‘KAMMI Lintas Generasi’. Hal ini sekaligus menjadi himbauan kepada warga group KLG untuk mari memposting hal-hal positif, konstruktif, sehingga semakin menguatkan keIslam-an dan ke-KAMMI-an kita. Silahkan menggandakan dan menyebarkan Bulletin ini.
2
Ats-Tsabat Bulletin Jum’at KAMMI Lintas Generasi
CIRI “ORANG BESAR” MEMULAI Dinukil dari Buku “Untukmu Kader Dakwah”(KH. Rahmat Abdullah)
P
agi yang indah selalu dihadirkan Allah SWT untuk kita yang memiliki keterpautan hati dan bisa merasakan betapa besar CintaNya pada hambanya. Mata yang masih bisa melihat Keindahan itu, udara yang masih bisa kita hirup, aliran darah dan denyut nadi yang masih bisa kita rasakan, menunjukkan jika kita masih diberi eksistensi oleh-Nya. Rasulullah SAW yang melihat umatnya dari syurga Firdaus-Nya, mendoakan kita yang tak kenal letih memperjuangkan risalah dakwah untuk kejayaan Islam di Bumi Allah ini. Semoga kelak kita semua dikumpulkan bersama Baginda Rasul dan para keluarga serta sahabat.
Lukisan Pangeran Diponegoro di Benteng Ujung Pandang/Lukisan Bachtiar Hafid
Terkadang kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah. Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang sama, ternyata keluarganya ‘babak belur’, di kampus tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk. Jangankan mengubah Indonesia, mengubah keluarga sendiri saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap adik saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguhsungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik. Siapa pun yang bercitacita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya adalah ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita. Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan
3
tetapi pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri. Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati. Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar. Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar. Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah keluarga, sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak
Ats-Tsabat Bulletin Jum’at KAMMI Lintas Generasi
menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa. Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan. Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguhsungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang. Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Jadi teringat kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti ini: “Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu. Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal. Senyumlah pada setiap orang. Gunakanlah waktumu
sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan” Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus. Di awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum’at adalah awal minggu bagi umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu dimulai dari diri kita masing-masing. Wallahualam bishowab.
Resensi Buku Karya Kader KAMMI:
MENAGIH KIPRAH PEMUDA
K
“Kondisi Pemuda Hari Ini Adalah Gambaran Bangsa Dimasa Depan”.
alimat pembuka ini penting untuk direnungkan. Masa muda adalah masa di mana kita memiliki banyak kesempatan dan peluang untuk melakukan berbagai hal dan juga sangat terbuka lebar bagi kita untuk merentang harapan dan cita-cita. Mau jadi apa kelak di masa depan harus dirumuskan dari sekarang dan harus konsisten untuk mewujudkannya. Karena cita-cita tidak cukup hanya diucapkan atau dipendam dalam fikiran. Harus diselaraskan dengan berbagai tindakan yang bisa menghantarkan kita meraih cita-cita itu. Tapi perlu diingat bahwa dalam melakukan tindakan untuk proses peraihan cita-cita kita tidak harus kaku dan terkekang oleh life map yang kita buat. Perencanaan hidup itu perlu agar kita tak terombangambing. Namun tetap tidak harus terpaku terhadap hal ini, elastislah. Open mind dan tetaplah peka terhadap semua aspek permasalahan baik itu pada level lingkungan sekitar ataupun nasional, bahkan jauh lebih baik bila mampu untuk tetap respek terhadap permasalahan dunia. Karena pemuda adalah pewaris dunia di masa depan, silahkan bercitacita setinggi langit dan tuliskan di kanvas alam semesta ini serta kabarkan kepada dunia bahwa kita telah berani untuk memiliki cita-cita. Selanjutnya perjuangkan dengan penuh konsisten dan mohonlah bantuan kepada-Nya untuk memberi kemudahan kepada kita dalam meraih cita-cita. ”....Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangkasangka sebelumnya..” (QS. At-talaq : 2-3). Allah pengatur segala skenario dalam hidup. Tugas kita hanya berencana, bertindak, dan memohon kepadaNya. Kita tidak perlu harus takut untuk menghadapi masa depan. #Tulisan diatas merupakan penggalan isi dari buku yang berjudul "Menagih Kiprah Pemuda" karya Setiyono (Ketua Umum KAMMI Daerah lancang Kuning, Riau. Periode 2013-2015). Yang berkeinginan untuk memiliki buku ini, bisa mencarinya di toko buku Gramedia seluruh Sumatera dan segera di Seluruh Indonesia. Namun jika ingin langsung mendapatkan tanda tangan dan pesan motivasi dari penulisnya bisa menghubungi 081371662013, pin : 223E0839. fb : setiyono tiyotwitter : @setiyono_tiyo. Harga Rp. 35.000+ongkos kirim.
Semangat Berkontribusi Dan Berbagi Inspirasi Untuk Masyarakat & Bangsa Indonesia! 4
Ats-Tsabat Bulletin Jum’at KAMMI Lintas Generasi