perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ASOSIASI PENGETAHUAN MENGENAI ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ROCHIMA RIDHA HIDAYAH G.0009192
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Rochima Ridha Hidayah NIM. G.0009192
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok pada Remaja
Rochima Ridha Hidayah, NIM: G.0009192, Tahun: 2012 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Senin, Tanggal 8 Oktober 2012
Pembimbing Utama Nama : Ari Natalia Probandari, dr., MPH, PhD NIP : 19751221 200501 2 001
(.........................................)
Pembimbing Pendamping Nama : Muthmainah, dr. NIP : 19840707 200912 2 003
(..........................................)
Penguji Utama Nama : Prof. Bhisma Murti dr., MPH, M.Sc., PhD (.........................................) NIP : 19551021 199412 1 001
Anggota Penguji Nama : Sri Hartati, Dra., Apt., SU NIP : 19490709 197903 2 001
(.........................................)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes
NIP 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP 19510601 197903 1 002
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Rochima Ridha Hidayah, G0009192, 2012. Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok pada Remaja. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Tingkat pengetahuan mengenai rokok dan bahayanya merupakan faktor yang mungkin mempengaruhi sikap dan perilaku merokok seorang individu. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa, perilaku merokok lebih banyak dimulai pada usia remaja awal (11-15 tahun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja awal. Metode Penelitian: Penelitian yang dilakukan dengan jenis observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada Bulan Maret 2012 pada 98 siswa-siswi SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan multi-stage cluster sampling. Pengambilan data dari sampel penelitian menggunakan kuesioner yang berisi tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok, sikap, dan perilaku merokok, yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data menggunakan Fisher Exact Test dan Chi-Square Test. Hasil Penelitian: Didapatkan hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap rokok (p = 0,509; OR = 1,86; Cl95% = 0,45-7,66). Tingkat pengetahuan meningkatkan resiko perilaku merokok di masa lalu sebesar 0,7 kali (p = 0366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), namun hasil tersebut tidak signifikan. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku merokok saat ini (p = 0,311; OR = 4,23; Cl95% = 0,42-42,20) dan perilaku merokok di masa lalu (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), juga mendapatkan hasil yang tidak signifikan. Simpulan Penelitian: Pengetahuan memiliki hubungan dengan sikap remaja terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja, namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik. Perlu penelitian lebih lanjut dengan disain yang lebih optimal untuk membuktikan asosiasi antara pengetahuan dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja.
Kata Kunci: Tingkat pengetahuan tantang rokok, sikap, perilaku merokok.
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Rochima Ridha Hidayah, G0009192, 2012. The Association of Knowledge on Cigarette with the Smoking Attitudes and Behavior in Adolescents. Mini Thesis. Medical Faculty Sebelas Maret University, Surakarta. Background: The level of knowledge on smoking may influences the attitudes and behavior of smoking. A previous research found that, smoking behavior began in the early years of teenage (11-15 years old). This study aimed to determine the association between the level of knowledge about the dangers of smoking cigarettes and attitudes toward smoking and smoking behavior in early adolescence. Methods: The study design was an observational analytic cross-sectional study which was conducted during March 2012 among 98 students of SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar. Sampling technique in this study was multi-stage cluster sampling. We used a questionnaire to measure current knowledge on smoking and the dangers of smoking, attitudes, and smoking behavior, which had been tested validity and reliability. Data analysis used the Fisher Exact Test and Chi-Square Test. Results: This study found no statistical significant relationship between the level of knowledge of the attitudes toward smoking (p = 0,509; OR = 1,86; Cl95% = 0,457,66). The level of knowledge increased the risk of smoking behavior in the past by 0,7 times (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), but not statistical significantly. There were no statistical significant relationship between the level of knowledge of the behavior of current smoking (p = 0,311; OR = 4,23; Cl95% = 0,42-42,20) and past smoking (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62). Conclusions: The knowledge has no statistical significant association with adolescent attitudes toward smoking and smoking behavior of adolescents. Further research with stronger study designs are needed to study the association between knowledge, attitude on smoking and smoking behavior among early teenagers.
Keywords: Level of knowledge challenged cigarettes, attitudes, smoking behavior.
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan barokah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok pada Remaja”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan dokter di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 3. Ari Natalia Probandari, dr., MPH., PhD, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. 4. Muthmainah, dr., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. 5. Prof. Bhisma Murti dr., MPH, MSc., PhD, selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Sri Hartati, Dra., Apt., SU, selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 7. Udi Sasono, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan segenap staf yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan siswa-siswi SMP Negeri I Colomadu yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. 8. Almarhum Ayah saya Muhammad Rosyid Ridho Asmuni, dr. Sp.A., yang telah memberikan kasih sayangnya selama ini, hingga saya selalu semangat untuk menyelesaikan naskah skripsi ini. 9. Ibu saya Aliyah Hidayati dan keempat kakak perempuan, Mbak Ika, Mbak Owik, Mbak Nuning, Mbak Himah, yang sangat saya cintai yang telah memberikan doa, bantuan, dan semangat yang begitu besar untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman dekat Nimfa, Krisma, dan Stefanny serta seluruh sahabat saya, yang tidak mampu saya sebut satu per satu di sini, terima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan, dan fasilitas yang dimiliki penulis sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Surakarta, Rochima Ridha Hidayah
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I.
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
5
C. Tujuan Penelitian
5
D. Manfaat Penelitian
5
BAB II. LANDASAN TEORI
6
A. Tinjauan Pustaka
6
1. Pengetahuan…………………………………………………. 6 a. Definisi Pengetahuan
6
b. Tingkatan Pengetahuan
7
c. Pengukuran Pengetahuan…………………………………. 9 2. Rokok…………………………………………………………9 a. Definisi Rokok……………………………………………. 9 b. Kandungan Rokok………………………...……………… 10 c. Jenis Rokok……………………………………………….. 14 3. Sikap
16
a. Definisi Sikap
16
b. Tingkatan Sikap
16
c. Ciri-ciri Sikap
16
d. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
17
4. Perilaku Merokok
18
a. Definisi Perilaku
18
b. Definisi Merokok…………………………………………. 19 c. Tipe Perokok……………………………………………... 20
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok................... 22 e. Dampak Perilaku Merokok……………………………….. 26 5. Remaja
34
a. Definisi Remaja
34
b. Tahapan Masa Remaja
34
c. Ciri-ciri Masa Remaja
36
d. Perubahan Sosial Remaja………………………………… 39 B. Kerangka Pemikiran…………………………………………... 40 C. Hipotesis……………………………………………………… 40 BAB III. METODE PENELITIAN
41
A. Jenis Penelitian
41
B. Lokasi Penelitian
41
C. Subjek Penelitian
41
D. Besar Sampel
42
E. Teknik Sampling
43
F. Variabel Penelitian
43
G. Definisi Operasional Variabel
44
H. Rancangan Penelitian
47
I. Instrumen Penelitian
47
J. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data
50
K. Teknik Analisis Data
50
BAB IV. HASIL PENELITIAN
51
A. Deskripsi Data Sampel
51
B. Deskripsi Pengetahuan Mengenai Rokok
52
C. Deskripsi Sikap Terhadap Rokok
53
D. Deskripsi Perilaku Merokok
54
E. Asosiasi Pengetahuan Tentang Rokok dan Bahaya Merokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok……………………………. 55 1. Asosiasi Pengetahuan dengan Sikap terhadap Rokok…….… 55 2. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di Masa Lalu………………………………………...………. 56
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Saat Ini……………………………………………….…....... 57 4. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Selama Hidup………………………………………....…….. 59 BAB V. PEMBAHASAN…………………………………………………... 61 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….. 65 A. Simpulan………………………………………………………... 65 B. Saran……………………………………………………………. 65 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 67 LAMPIRAN
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Hasil Konsistensi Internal untuk Instrumen Pengukuran Variabel Pengetahuan tentang Rokok, dan Sikap Remaja terhadap Rokok……………………………...…………….. 50
Tabel 4.1
Deskripsi Data Sampel
53
Tabel 4.2
Deskripsi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok
54
Tabel 4.3
Deskripsi Sikap terhadap Rokok
55
Tabel 4.4
Deskripsi Perilaku Merokok
56
Tabel 4.5
Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan tentang Rokok dan Bahayanya dengan Sikap terhadap Rokok
Tabel 4.6
58
Hasil Analisis Chi-Square Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Masa Lalu
Tabel 4.7
Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Saat Ini
Tabel 4.8
59
61
Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku Merokok Selama Hidup……………….. 62
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian
40
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian
49
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2.
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Lampiran 3.
Uji Analisis Data Penelitian
Lampiran 4.
Surat Keterangan
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh kuman atau bakteri, tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Salah satu pola hidup yang tidak sehat tersebut adalah kebiasaan merokok. Rokok atau tembakau merupakan golongan dari zat aditif karena dapat menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan). Oleh karena itu, rokok termasuk dalam golongan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Aditif). Rokok diketahui mengandung 4.000 bahan kimia yang berbahaya. Tembakau mengandung alkaloid yang beracun yaitu nikotin, nikotinin, nikotein, dan nikotelin (Sukendro, 2007). Di antara bahan kimia yang bersifat toksik adalah nikotin; karsinogenik nitrosamine yang bersumber dari nitrit, amine, protein, dan alkaloid dalam daun tembakau; karsinogenik polisiklik; hidrokarbon aromatic bersumber sewaktu pemrosesan tembakau; elemen radioaktif yang diadobsi dari udara dan tanah; logam-logam berat yang diperoleh dari tanah dan udara yang tercemar (Sitepoe, 2000). Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat
commit1to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang sekitarnya (Indri, 2007). Sehingga risiko yang ditimbulkan akibat rokok sesungguhnya tidak hanya mengenai perokok (aktif) saja tetapi juga orang-orang di sekitar perokok, yaitu orang yang tidak merokok tetapi harus menghirup asap rokok atau orang yang berada di sekitar perokok atau untuk selanjutnya dikatakan dengan perokok pasif. Di negara berkembang merokok merupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001 sebanyak 26% dari 3320 kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok (Sukendro, 2007). Menurut WHO (2008) Indonesia merupakan negara ketiga yang memilki populasi perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Indonesia merupakan negara dengan proporsi penduduk laki-laki perokok kedua setelah Rusia. Dari data WHO, tingkat partisipasi remaja laki-laki di Indonesia relative tinggi yaitu 24,10% lebih tinggi dari rata-rata remaja dunia sebesar 21,44% (Rachmat, 2010). Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab utama kematian para perokok itu adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke. Merokok dapat juga menyebabkan bau nafas tidak sedap, warna kecoklatan pada kuku dan gigi, serta bau tidak enak pada rambut dan pakaian. Selain itu, merokok juga menyebabkan penurunan kecantikan yaitu keriput pada kulit lebih mudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
terlihat, sehingga terkesan lebih tua dari usia yang sebenarnya (Fawzani, 2005). Dengan mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh rokok dan dengan adanya kesadaran diri masing-masing individu dapat menurunkan tingkat mortalitas akibat rokok di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochmayani (2007), tingkat pendidikan responden sebagai faktor
redisposing kebiasaan merokok sebagian besar adalah tamat SMP
yaitu sebesar 69%. Sedangkan pengetahuan responden tentang bahaya rokok sebagian besar (55%) masuk dalam kategori baik. Menurut Smet (1994) dalam Komasari (2000), menyatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Menurut Erickson (1968) dalam Komasari (2000), remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika remaja sedang mencari jati dirinya. Remaja adalah generasi muda penerus bangsa, untuk itu suatu negara perlu mempersiapkan generasi muda. Salah satu persiapan dan perencanaan untuk membentuk generasi muda yang sehat. Merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi kebiasaan. Perilaku merokok di kalangan remaja hingga kini masih menjadi masalah yang cukup serius, dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun, dimulai dari usia yang sangat relatif muda yakni SMP. Ada pendapat di kelompok remaja pria bahwa kalau tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
merokok kurang jantan, karena pada masa SMP merupakan masa yang rawan dalam pergaulan. Pada tahun 2006, The Jakarta Global Youth Survey melaporkan lebih dari sepertiga pelajar (37%) biasa merokok. Anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Yang lebih mengejutkan lagi, tiga di antara sepuluh pelajar mengaku pertama kali merokok pada umur di bawah 10 tahun (Sukendro, 2007). Menurut Surjanto (2005) dalam penelitian perilaku merokok pelajar SMP Surakarta tahun 2004, menunjukkan kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasarkan jenis kelamin kekerapan merokok pelajar laki-laki 30,2% dan perempuan 3,1%. Usia pertama kali merokok di bawah 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak menghabiskan rokok kurang dari satu batang per hari 45,8% dan jumlah rokok yang dihisap lebih dari enam batang per hari sebesar 3,13% (Surjanto, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan hasil bahwa tingkat perilaku merokok lebih banyak dimulai pada usia remaja awal yaitu antara usia 11-15 tahun. Masa remaja awal merupakan masa pencarian jati diri sehingga sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Proses pencarian jati diri tersebut akan memberikan dampak pada pengalaman dan pengetahuan remaja awal sebagai proses pendewasaan dalam berperilaku. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana asosiasi pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada asosiasi pengetahuan mengenai rokok dengan sikap dan perilaku merokok pada remaja?”
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menilai pengetahuan remaja awal tentang rokok termasuk bahaya yang ditimbulkannya. 2. Untuk mengidentifikasi sikap dan perilaku merokok remaja. 3. Untuk menguji asosiasi tingkat pengetahuan mengenai rokok dengan sikap dan perilaku merokok pada remaja.
D. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asosiasi pengetahuan mengenai rokok dengan sikap dan perilaku merokok pada remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar
pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui
pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah kecakapan mempertahankan dan memakai
informasi,
campuran
pemahaman,
pengalaman,
ketajaman dan ketrampilan. Sifat pengetahuan bersandar pada cara berbeda seperti gagasan, persepsi, imajinasi, kenangan, pendapat,
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
abstraksi dan keputusan. Kriteria pusat pengetahuan dapat membedakan antara benar dan salah, logika (pemikiran deduktif), dan metode ilmiah (merumuskan dan menguji hipotesis). Dimana tujuan
akhir dari
pengetahuan
tersebut
adalah
kebenaran
(Darmawati, 2010). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian hahikatnya merupakan suatu perilaku yang didasari oleh pengetahuan, dan akan lebih menetap atau langgeng jika dibandingkan
dengan
perilaku
yang
tidak
didasari
oleh
pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai keadaan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalamnya adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Memahami dapat diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan dalam menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara tepat dan benar. Individu yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
harus
mampu
menjelaskan,
memberikan
contoh,
dan
menyimpulkan objek yang dipelajarinya (Notoatmodjo, 2005). Aplikasi,
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut, dan masih terkait satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari
penggunaan
kata-kata
kerja,
di
mana
dapat
menggambarkan (membuat bagan atau tabel), membedakan, memisahkan,
mengklasifikasikan,
dan
berbagai
hal
lainya
(Notoatmodjo, 2005). Sintesis menunjukkan pada suatu bentuk kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis dapat diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang telah ada sebelumya. Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan
suatu
kriteria
yang
commit to user
ditentukan
sendiri,
atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
menggunakan
kriteria-kriteria
yang
telah
ada
sebelumnya
(Notoatmodjo, 2005). c. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan, yaitu tingkat pengetahuan baik bila skor 75%-100%, tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%, dan tingkat pengetahuan kurang bila skor kurang dari 60% (Notoatmodjo, 2003). 2. Rokok a. Definisi Rokok Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiona tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No 19 Tahun 2003). Rokok (tobacco) adalah daun-daun kering yang diolah dari genus Nicotiana; daun-daun kering ini mengandung berbagai alkaloid, dengan yang utama adalah nikotin, memiliki sifat sedatif narkotik sekaligus emetik dan diuretik, serta merupakan depresan jantung dan antispasmodik (Dorland, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
b. Kandungan Rokok Dari data yang disebutkan WHO (2002) dalam Darmawati (2010), terdapat lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok, termasuk di antaranya yaitu nikotin, tar, dan karbonmonoksida, yang merupakan racun utama pada rokok dan berbagai jenis zat kimia lainnya. Beberapa zat kimia yang terkandung dalam rokok dan asap rokok antara lain: 1) Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Yang dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon ketika merokok. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3–6%, gas ini dapat dihirup oleh siapa saja, baik oleh orang yang merokok atau orang yang berada didekat si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seseorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side – stream) akan tetap berada di luar. Selain itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi perokok menyemburkan asap tersebut pada udara sekitarnya. 2) Nikotin Nikotin (nicotine) adalah alkaloid cair yang sangat beracun, tidak berwarna, dan mudah larut, dengan bau mirip
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
piridin serta rasa terbakar, dan diperoleh dari tembakau atau diproduksi secara sintetis (Dorland, 2002). Nikotin adalah obat perangsang (stimulus drug) yang bisa memberikan rangsangan, ketagihan, perasaan senang sekaligus menenangkan (Fawzani, 2005). Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma berkisar antara 40–50 ng/ml (Darmawati, 2010). 3) Tar Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru (Fawzani, 2005). Dalam Dorland (2002), disebutkan bahwa tar adalah cairan kental, hitam, atau coklat gelap, yang diperoleh dengan memanggang kayu berbagai spesies pinus atau sebagai produk samping pada distalasi destruktif batu bara bituminosa. Kadar tar pada rokok berkisar 0,5-35 mg per batang. Di Indonesia, kadar tar pada berbagai jenis rokok kretek sebesar 28,1-52,3 mg tar per batangnya (Darmawati, 2010). 4) Akrolein Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
alkohol. Artinya, akrolein ini adalah alkohol yang cairannya telah diambil (Darmawati, 2010). 5) Amoniak Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini berbau tajam dan sangat merangsang indra penciuman. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma (Darmawati, 2010). 6) Asam Format Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh pada kulit. Cairan ini sangat tajam dan bau yang menusuk (Darmawati, 2010). 7) Formaldehid Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini umumnya digunakan sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini sangat beracun terhadap berbagai organisme (Darmawati, 2010). 8) Fenol Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzim (Darmawati, 2010). 9) Asetol Asetol adalah hasil pemanasan aldehid, yaitu sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak serta mudah menguap dengan alkohol (Darmawati, 2010). 10) Piridin Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama (Darmawati, 2010). 11) Metil Klorida Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organik yang beracun (Darmawati, 2010). 12) Metanol Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap metanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian (Darmawati, 2010). 13) Radikal Bebas Pada rokok dan asap rokok terkandung berbagai jenis radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh dalam fase gas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
seperti hydrocarbon, nitrit oxide, hydrogen sianida, dan sebagainya
(Darmawati,
2010).
Radikal
bebas
adalah
sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas (Arief, 2007). Komisi perdagangan Federal Amerika (Federal Trade Commission) telah melakukan pengujian terhadap asap yang dihasilkan oleh pembakaran rokok, didapati lebih dari 5000 zat kimia berbahaya yang 40 di antaranya bersifat karsinogenik dan berbagai jenis logam berat seperti Br, Cr, dan Sb yang bersifat toksik (Mulyaningsih, 2007). Penelitian serupa juga dilakukan di Indonesia oleh Mulyaningsih pada tahun 2007 terhadap lima jenis merek rokok kretek dan empat merek rokok filter yang beredar di Indonesia. Dari hasil penelitian terhadap 13 unsur logam berat yang terkandung dalam tembakau, filter bersih, kertas rokok, putung rokok, dan abu rokok. Unsur tersebut antara lain Na, K, Br, Co, Cr, Sr, Ta, Cs, La, Au, Fe, Sc dan Zn (Mulyaningsih, 2007). c. Jenis Rokok Menurut Mulyaningsih (2007), secara umum jenis rokok terbagi menjadi dua yaitu rokok filter dan rokok non filter atau kretek. Perbedaan dari kedua rokok ini adalah dari ada tidaknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
filter pada pangkal rokok tersebut. Di mana pada jenis rokok kretek tidak terdapat filter yang berfungsi untuk mengurangi asap yang keluar dari rokok seperti yang terdapat pada rokok jenis filter (Susanna et al., 2003). Ada beberapa jenis rokok yang dikenal di masyarakat yaitu rokok putih, rokok kretek, rokok kelembak atau rokok siong, rokok cerutu, rokok tingwe, dan rokok pipa. Rokok putih adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau saja tanpa dicampuri bahan-bahan yang lain, sedangkan rokok kretek adalah rokok yang terbuat dari tembakau dan juga cengkeh. Rokok kelembak yaitu rokok yang terbuat dari tembakau yang dicampuri dengan kelembak. Rokok cerutu adalah rokok yang terbuat dari tembakau kering yang dirajang lebar disusun sedemikian rupa yang kemudian dibalut dengan daun tembakau, pembalut cerutu yang termasyur di seluruh dunia adalah daun tembakau deli. Rokok tingwe adalah rokok yang dibuat sendiri oleh perokok yang bahan bakunya dari tembakau rajangan kering dan biasanya dicampuri cengkeh rajangan, kelembak, dan terkadang juga kemeyan (Susanna et al., 2003). Perbedaan nikotin dalam berbagai merek rokok dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis dan campuran tembakau yang digunakan, jumlah tembakau dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan yang digunakan untuk meningkatkan aroma dan rasa, serta ada tidaknya filter dalam tiap batang rokok. Pada dasarnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
toksisitas suatu zat ditentukan oleh besarnya paparan (dosis) dan lamanya pemaparan (Susanna et al., 2003). 3. Sikap a. Definisi Sikap Menurut Louise Thurstone (1928) dalam Azwar (2005) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung dan memihak atau perasaan tidak mendukung atau memihak pada suatu obyek. b. Tingkatan Sikap Tingkatan sikap dapat dibagi menjadi empat yaitu menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Menerima yang berarti subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. Merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Menghargai
yaitu
mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 2003). c. Ciri-ciri Sikap Menurut Azwar (2005) sikap mempunyai 5 ciri-ciri yaitu sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya, sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
tertentu terhadap suatu obyek yang dapat dirumuskan secara jelas, obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut, sikap mempunyai segi motivasi dan perasaan. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap subyek terhadap suatu obyek tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama, dan faktor emosional (Azwar, 2005). Untuk
dapat
menjadi
dasar
pembentukan
sikap,
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional (Azwar, 2005). Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang dimiliki oleh orang lain yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut (Azwar, 2005). Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis yang mengarahkan sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
yang memberi corak pengalaman individu masyarakatnya (Azwar, 2005). Media massa juga mempengaruhi sikap individu terhadap suatu obyek. Hal tersebut terbukti dalam pemberitaan media massa, berita yang seharusnya disampaikan secara faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya yang berakibat mempengaruhi sikap konsumennya (Azwar, 2005). Lembaga pendidikan dan agama juga mempengaruhi sikap individu. Lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga pada akhirnya sangat menentukan sikap individu terhadap suatu obyek. Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005). 4. Perilaku Merokok a. Definisi Perilaku Menurut Kartono (1987) dalam Perwitasari (2006), perilaku adalah suatu tindakan manusia yang dapat dilihat. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2007). Perilaku hidup sehat dapat menunjang kesehatan seseorang. Perilaku hidup sehat di antaranya yaitu mengkonsumsi makanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
yang bergizi secara teratur, berolahraga secara teratur, menghindari diet yang terlalu ketat, menghindari makanan tinggi lemak dan menghindari rokok. Namun, perilaku merokok sendiri sudah biasa dilakukan oleh masyarakat termasuk remaja (Perwitasari, 2006). b. Definisi Merokok Merokok
adalah
menghirup
asap
dari
pembakaran
tembakau terbungkus dalam rokok, pipa, dan cerutu. Merokok kasual adalah tindakan merokok hanya sesekali, biasanya dalam situasi sosial atau untuk meredakan stress. Banyak ahli kesehatan sekarang menganggap kebiasaan merokok sebagai kecanduan psikologis dan juga konsekuensi kesehatan yang serius (Sari, 2008). Aritonang (1997) dalam Sari (2008) menulis bahwa merokok adalah perilaku yang kompleks, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, lingkungan sosial, kondisi psikologis, conditioning, dan keadaan fisiologis. Secara kognitif, para perokok tidak memperlihatkan keyakinan yang tinggi terhadap bahaya yang didapat dari merokok. Perokok beranggapan bahwa merokok tidak merusak kesehatan asal diimbangi dengan olahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan bergizi. Bila ditinjau dari aspek sosial, sebagian besar perokok menyatakan bahwa dirinya merokok karena terpengaruh oleh orang-orang lain di sekitarnya. Secara psikologis,
perilaku
merokok
commit to user
dilakukan
untuk
relaksasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
mengurangi ketegangan dan melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi. Subanada (2004) dalam Deanarizki (2010) menyatakan, merokok adalah sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan
bagi
si
perokok,
namun
dilain
pihak
dapat
menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya. c. Tipe Perokok Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal dan Clearly (1976) dalam Komasari dan Helmi (2000), terdapat empat tahapan dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu tahap prepatory, tahap initiation, tahap becoming a smoker, dan tahap maintenance of smoking. Tahap prepatory adalah tahap di mana seseorang menadapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. Tahap initiation atau tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. Tahap becoming a smoker adalah tahap apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. Tahap meintenance of smoking merupakan tahap dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating), dimana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisilogis yang menyenangkan. Menurut Silvan dan Tomkins (1991) dalam Mu’tadin (2002), ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory, yaitu tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, perilaku merokok yang adiktif, perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif dibagi menjadi 3 tahapan yaitu pleasure relaxation, stimulation to pick them up, dan pleasure of handling the cigarette. Pleasure relaxation adalah suatu kondisi di mana perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. Stimulation to pick them up adalah suatu kondisi di mana perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. Pleasure of handling the cigarette adalah suatu kondisi di mana kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok (Mu’tadin, 2002). Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya, seperti merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Orang menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
yang lebih tidak enak. Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan terjadi pada orang yang menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaannya, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan (Mu’tadin, 2002). d. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Menurut Lewin (1964) dalam Komasari dan Helmi (2000), perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan invidu. Perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Komasari dan Helmi (2000), menunjukkan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasaan psikologis, sikap pesimisif orang tua terhadap perilaku merokok pada usia remaja, dan pengaruh teman sebaya. Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok yaitu karena pengaruh orang tua, pengaruh teman, dan faktor kepribadian. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga pesimisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figure contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada anak yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok dan demikian juga sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau remaja tersebut yang mempengaruhi teman-temannya. Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada pada iklan tersebut (Mu’tadin, 2002). Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (1994) dalam Indri (2007), tentang faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu faktor biologis, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial, faktor demografis, dan faktor sosial-kultural. Faktor biologis dipengaruhi dari bahan-bahan yang terkandung dalam rokok. Nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Dalam sisi psikologis,
merokok
dapat
bermakna
untuk
meningkatkan
konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. Lingkungan
sosial
berpengaruh
terhadap
sikap,
kepercayaan, dan perhatian individu perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya (Indra, 2007). Namun, berdasarkan hasil penelitian oleh Wulandari (2008), untuk melakukan suatu perilaku, juga diperlukan suatu keyakinan bahwa seseorang mampu melakukan perilaku tersebut (self efficacy). Individu yang memilki self efficacy yang tinggi akan menolak ajakan untuk merokok meskipun memiliki biaya yang cukup untuk membeli rokok. Faktor demografis meliputi jenis kelamin dan usia. Menurut Smet (1994) dalam Indra (2007), orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak, sedangkan jenis kelamin mempunyai pengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian oleh Wulandari (2008), responden dengan jenis kelamin laki-laki akan cenderung mencoba merokok atau menjadi perokok tetap dibandingkan dengan perempuan. Menurut Chatrou (1992) dalam Wulandari (2008), pengaruh tradisi dan keluarga mempengaruhi perilaku merokok pada negara-negara berkembang, sedangkan agama, umur, jumlah pengeluaran, tidak memiliki peranan yang signifikan dalam perilaku merokok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Subanada (2004) dalam Deanerizki (2010), menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok yaitu faktor psikologis, faktor biologis, faktor lingkungan, dan faktor regulatori. Faktor psikologis mempunyai arti yaitu merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stres, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu dengan
gangguan
cemas bisa
menggunakan
rokok
untuk
menghilangkan kecemasan yang dialami. Faktor
biologis
yang
mungkin
mengkontribusi
perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin (Deanerizki, 2010). Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Hal inilah yang menyebabkan mengapa para perokok walaupun sudah memiliki niat, masih sulit untuk berhenti merokok (Darmawati, 2010). Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung, teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, maupun artis pada reklame tembakau di media. Orang tua memegang peranan terpenting dalam berperilaku tetapi reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
atau teman sebaya, hal ini mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat rokok (Deanerizki, 2010). Faktor regulatori, peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang tinggi, akan menurunkan pembelian dan konsumsi. Pembatasan fasilitas untuk merokok, dengan menetapkan ruang atau daerah bebas rokok, diharapkan mengurangi konsumsi rokok. Tetapi
kenyataannya,
terdapat
peningkatan
kejadian
mulai
merokok pada remaja, walaupun telah dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya (Deanerizki, 2010). e. Dampak Merokok Paparan asap rokok yang dialami terus-menerus pada orang dewasa yang sehat dapat menambah risiko terkena penyakit paruparu dan penyakit jantung sebesar 20-30%. Merokok bukanlah suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga dapat dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong munculnya suatu jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian (Riny, 2009). Di dalam rokok terdapat gas karbonmonoksida (CO), Gas CO dapat bereaksi dengan hemoglobin (Hb) membentuk karbon monoksi-hemoglobin (karboksihemoglobin). Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih rendah daripada afinitasnya terhadap karbon monoksida, sehingga CO menggantikan O2 pada hemoglobin dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen (Ganong, 2002). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkat yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan vasokonstriksi atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses arterioschlerosis atau penyempitan arteri. Cara menghisap rokok yang dalam, akan meningkatkan jumlah gas CO yang masuk ke dalam tubuh, sehingga mempertinggi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Darmawati, 2010). Tingginya kadar CO dalam tubuh akan menurunkan jumlah perfusi O2 dalam tubuh. Sebagai kompensasi maka akan terjadi pengurangan antaran O2 ke jaringan lain, misalnya kulit. Kulit yang terus-menerus kekurangan O2 ini akan rusak bahkan mati, sehingga memicu terjadinya penuaan dini (Darmawati, 2010). Rokok juga terkandung Tar, merupakan suatu zat yang bersifat toksik dan karsinogenik, sehingga dapat memicu terjadinya kanker baik pada jalan nafas maupun paru-paru. Tar juga mengandung benzopyrene, yang menyebabkan noda di gigi, kuku dan paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada mulut, gigi, gusi dan sistem pencernaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok antara lain neoplasma (kanker), penyakit saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambatan pengeluaran air seni, amblyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat, dan keriput, serta menyebabkan polusi udara dalam ruangan (sehingga menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan) (Sitepoe, 2000). Menurut Gondodiputro (2007), ada beberapa penyakit yang disebabkan rokok yaitu penyakit pada susunan saraf pusat, penyakit kardiovaskuler, arteriosklerosis, tukak lambung dan tukak usus dua belas jari, efek terhadap bayi, efek terhadap otak dan daya ingat, impotensi, kanker, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), dan pengaruhnya dengan interaksi obat. Efek tembakau terhadap susunan saraf pusat disebabkan karena nikotin yang diabsorbsi dapat menimbulkan gemetar pada tangan dan kenaikan berbagai hormon dan rangsangan dari sumsum tulang belakang menyebabkan mual dan muntah. Di lain tempat, nikotin juga menyebabkan rasa nikmat sehingga perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sedangkan efek lain menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
tembakau member stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor (Gondodiputro, 2007). Perokok
akan
merasakan
kenikmatan,
kecemasan
berkurang, toleransi dan keterikatan fisik (Darmawati, 2010). Proses biologinya yaitu nikotin diterima reseptor asetilkolinnikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika perokok berhenti merokok
rasa nikmat
yang diperolehnya
akan
berkurang
(Deanerizki, 2010). Merokok adalah salah satu faktor risiko utama timbulnya morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler yaitu meningkatnya kadar kolesterol serum, penyakit jantung koroner, dan penyakit pembuluh darah perifer (Sitepoe, 2000). Penyakit kardiovaskuler yang disebabkan karena asap tembakau akan merusak dinding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan merangsang hormon adrenalin yang akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Proses penyempitan arteri koroner yang memperdarahi otot jantung menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai, yang mengakibatkan ischemia atau kekurangan suplai oksigen pada otot jantung yang bermanifestasi pada gejala klinik berupa nyeri dada. Penyempitan yang berat atau penyumbatan satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan kematian jaringan atau komplikasi dari infark miokard yaitu irama jantung yang tidak teratur dan jantung berhenti berkerja mendadak. Ischemia yang berat dapat menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun penimbunan cairan di paru-paru (Gondodiputro, 2007). Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, mengakibatkan timbulnya hipertensi. Efek lain merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok. Hal ini akan memperparah
kejadian
penyakit
commit to user
kardiovaskular.
Penyakit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
kardiovaskular tersering adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan komplikasi infark miokard akut, angina tidak stabil, dan berbagai kelainan akut lainnya (Fahri dan Yunus, 2009). Arterioschlerosis adalah penebalan dan mengerasnya pembuluh
darah,
sehingga
menyebabkan
pembuluh
darah
kehilangan elastisitasnya. Arterioschlerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sekitar 10% dari 100 pasien yang menderita
gangguan
sirkulasi
pada
tungkai
bawah
(arterioschlerosis obliterans), 90% di antaranya adalah perokok (Gondodiputro, 2007). Di dalam perut dan
usus dua
belas jari terjadi
keseimbangan antara pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari (Gondodiputro, 2007). Menurut pendapat Harrison (1974) dalam Riny (2009), sakit maag atau gastritis banyak dijumpai pada orang yang merokok. Merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit maag. Pencernaan protein terhambat bagi orang yang merokok (Sitepoe, 2000). Merokok pada wanita hamil memberikan risiko tinggi terhadap keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
dan kematian mendadak pada bayi (Riny, 2009). Merokok pada wanita hamil juga mengganggu perkembangan kesehatan fisik maupun intelektual bayi dalam kandungan (Sitepoe, 2000). Pengaruh lingkungan asap tembakau dan kebiasaan ibu hamil merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anaknya bahkan sebelum anak dilahirkan. Bayi yang lahir dari wanita yang merokok selama hamil dan bayi yang hidup di lingkungan asap rokok mempunyai risiko kematian yang sama (Susanna et al, 2003). Efek terhadap otak dan daya ingat diakibatkan oleh proses arterioschlerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Dari hasil analisis, peneliti dari Neuropsychiatric Institute University of California, menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok (Gondodiputro, 2007). Kejadian impotensi biasanya terjadi pada pada laki-laki berusia 30-40 tahun yang disebabkan karena merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri menuju
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersama dengan lamanya penggunaan rokok. Kejadian kanker akibat asap tembakau menyebabkan lebih dari 85% kanker paru-paru. Selain itu kanker akibat asap tembakau juga berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esophagus, lambung, pankreas, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus (Gondodiputro, 2007). Chronic
Obstructive
Pulmonary
Disease
(COPD)
diakibatkan karena kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih hilang, saluran membengkak dan menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang tiga bulan pada setiap tahun berjalan selama dua tahun, dinyatakan mengidap bronkitis kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh perokok di atas umur 40 tahun (Gondodiputro, 2007). Pada paru, nikotin dapat menghambat aktifitas silia (Darmawati, 2010). Perokok memetabolisme berbagai obat lebih cepat daripada non perokok. Hal terbsebut mengakibatkan efek-efek obat berkurang, sehingga perokok membutuhkan dosis obat yang lebih tinggi
daripada
non
perokok,
(Gondodiputro, 2007).
commit to user
misalnya
obat
analgetika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
5. Remaja a. Definisi Remaja Menurut Hurlock (1999) dalam Indri (2007), secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat anak mencapai usia matang secara hukum (Indri, 2007). b. Tahapan Masa Remaja Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-16 tahun), dan masa remaja akhir (17-19 tahun). Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik biologis, psikologis, maupun sosial, dan umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari pada proses pematangan kejiwaan (psikososial) (Hurlock, 1999). Masa remaja awal (10-14 tahun) merupakan masa pertumbuhan yang cepat dan perkembangan karakteristik seks sekunder. Oleh karena itu dengan perubahan fisik yang cepat, maka konsep pribadi dan harga diri remaja akan berfluktuasi secara dramatis. Masa remaja menengah (15-16 tahun) merupakan masa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
untuk mulai menyesuaikan diri dan merasa lebih nyaman dengan perubahan fisik yang dialami. Emosi yang kuat dan perubahan suasana hati yang cepat adalah khas. Sedangkan pada remaja akhir (17-19 tahun), remaja mulai kurang mementingkan diri-sendiri dan mulai lebih mementingkan orang lain (Merenstein, 2007). Sedangkan menurut Monks (1999) dalam Indri (2007), terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu remaja awal, remaja madya, dan remaja akhir. Remaja awal berlangsung pada usia 12-15 tahun. Pada tahap ini remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahanperubahan tersebut. Remaja mulai mengambangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.
Kepekaan
yang
berlebihan
ini
ditambah
dengan
berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja madya dialami pada usia 15-18 tahun. Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai temanteman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja dalam kondisi kebingungan karena masih ragu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dalam memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya (Indri, 2007). Remaja Akhir terjadi pada usia 18-21 tahun. Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain, dan tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum (Indri, 2007). c. Ciri-ciri masa remaja Menurut Hurlock (1999) dalam Indri (2007) ciri-ciri masa remaja dibagi dalam beberapa periode yaitu masa remaja sebagai periode penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai usia bermasalah, masa remaja sebagai periode penting, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistis, dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Masa remaja sebagai periode penting yaitu di mana remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
dimana
semua
perkembangan
itu
menimbulkan
perlunya
penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai, dan minat baru. Masa remaja sebagai periode peralihan yaitu keadaan dimana peralihan tidak berarti putus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya (Indri, 2007). Masa remaja sebagai periode perubahan yaitu masa dimana tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku pada masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga pesat (Indri, 2007). Masa remaja sebagai usia bermasalah memiliki arti dimana setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anakanak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah dan remaja merasa diri mandiri, sehingga remaja ingin mengatasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru (Indri, 2007). Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Namun, lambat laun remaja mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan yang lain (Indri, 2007). Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan meliputi anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anakanak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku ramaja yang normal (Indri, 2007). Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis memiliki arti bahwa remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik cita-citanya, remaja semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau dirinya tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri (Indri, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa memperlihatkan keadaan dimana semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotype belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa dirinya sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minumminuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, dan terlibat dalam perbuatan seks. Remaja menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang diinginkan (Indri, 2007). d. Perubahan sosial remaja Menurut Hurlock (1999) dalam Indri (2007), salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah hal yang berhubungan
dengan
penyesuaian
sosial.
Remaja
harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan temanteman sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
B. Kerangka Pemikiran
Faktor psikologis a. Kebosanan b. Kecemasan c. Stres
Faktor Demografi a. Usia b. Jenis Kelamin c. Kepercayaan
Faktor Sosial-Budaya a. Keluarga b. Masyarakat
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Keterangan
: Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti
C. Hipotesis Terdapat asosiasi tingkat pengetahuan mengenai rokok dengan sikap dan perilaku merokok pada remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana variabel-variabel dinilai hanya satu kali saja dan diukur menurut keadaan atau statusnya pada saat dilakukan observasi. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar. C. Subyek Penelitian 1. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja awal. 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar dengan jumlah 644 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Dalam penelitian ini data atau sampel yang digunakan adalah semua sampel yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusi a. Siswa-siswi yang tercatat di SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar. b. Usia remaja awal yaitu 12-15 tahun (Monks, 1999).
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
2. Kriteria Eksklusi a. Siswa-siswi yang menderita penyakit saluran pernafasan. b. Siswa-siswi yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian. D. Besar sampel Rumus penentuan besar sampel untuk hipotesis dua proporsi populasi atau relative risk yang biasa digunakan pada desain cohort dan desain cross sectional yaitu n
+ Z1-b Po Qo
= (Z1-a/2
1995)
Pa Qa )2
(Sastroasmoro,
(Pa-Po)2 = (1,96
+ 0,842
)2
(0,07-0,30)2 = (1,96 . 0,549 + 0,842 . 0,524 )2 0,0529 = (1,076+ 0,4412)2 0,0529 = 2,3019 0,0529 = 44 (dengan pembulatan) Keterangan: n
: Jumlah sampel minimal kelompok kasus dan control.
Z1-a/2 : Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan (untuk a = 0,05 adalah 1,96).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Z1-b
: Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar diinginkan (untuk b = 0,20 adalah 0,842).
Po
: Proporsi paparan pada kelompok kontrol (tidak memiliki pengetahuan).
Pa
: Proporsi paparan pada kelompok kasus (memiliki pengetahuan).
Qo
: 1-Po
Qa
: 1-Pa
(Sastroasmoro, 1995) Dari perhitungan dengan rumus penentuan besar sampel untuk hipotesis dua proporsi populasi atau relative risk didapatkan hasil 44 sampel untuk setiap proporsi populasi. Untuk penelitian total besar sampel adalah 88 sampel. E. Teknik Sampling Pengambilan
sampel
dilakukan
secara
multi-stage
cluster
sampling. Sampel dikelompokkan menjadi tiga yaitu siswa kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Untuk setiap kelompok diambil kurang lebih 30 sampel secara acak dengan menggunakan daftar absensi, dimana 30 sampel tersebut telah memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi. F. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: Pengetahuan mengenai rokok dan bahayanya.
2. Variabel terikat : Sikap dan Perilaku merokok remaja awal. 3. Variabel luar
: Faktor psikologis, faktor sosial, faktor biologis, faktor demografi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
G. Definisi Operasional Variabel 1. Pengetahuan tentang rokok dan bahayanya adalah kemampuan dalam menerima dan memahami informasi mengenai rokok dan bahaya merokok yang dapat mempengaruhi remaja dalam bertindak. Pengetahuan yang diukur pada penelitian ini antara lain: a. Pengetahuan tentang kandungan rokok, yaitu suatu informasi tentang kandungan rokok yang diketahui oleh remaja. b. Pengetahuan mengenai bahaya merokok, yaitu suatu pemahaman ramaja menganai hal-hal yang dapat diakibatkan oleh aktifitas merokok. Variabel ini merupakan variabel dengan skala kategorikal. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan pemberian jawaban pada kuesioner nomer 1-9. Untuk pertanyaan dengan
pengolahan data secara
deskriptif yang tercermin pada kuisioner nomer 1, 2, 3, dan 9, maka penilaiannya berdasarkan persentase dari hasil jawaban keseluruhan responden. Untuk pertanyaan kuesioner dengan pengolahan data secara scorring yang tercermin pada kuesioner no 4-8, maka jawaban yang memiliki nilai positif akan diberi nilai 1 dan jawaban yang memiliki nilai negatif akan diberi nilai 0. Kemudian akan dilakukan pengelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu: a. Tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya yang tergolong baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
b. Tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya yang tergolong sedang. c. Tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya yang tergolong buruk. 2. Sikap remaja terhadap perilaku merokok adalah suatu bentuk reaksi perasaan yang berupa reaksi mendukung atau tidak mendukung terhadap perilaku merokok di sekitarnya. Cara pengukuran variabel ini dilakukan dengan pemberian jawaban pada kuesioner nomer 10-16. Untuk pertanyaan dengan pengolahan data secara deskriptif yang tercermin pada kuesioner nomer 15 dan 16, maka penilaiannya berdasarkan persentase dari hasil jawaban keseluruhan responden. Untuk pertanyaan kuesioner dengan pengolahan data secara scorring yang tercermin pada kuesioner no 10-14, maka jawaban yang memiliki nilai positif akan diberi nilai 1 dan jawaban yang memiliki nilai negatif akan diberi nilai 0. Kemudian akan dilakukan pengelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu: a. Sikap positif yaitu remaja yang mendukung perilaku merokok yang terjadi di sekitarnya. b. Sikap negatif yaitu remaja yang menentang perilaku merokok yang terjadi di sekitarnya. 3. Perilaku merokok pada remaja awal adalah suatu aktivitas merokok pada remaja yang berusia usia 12-15 tahun di kehidupan sehari-hari. Variabel ini merupakan skala kategorikal yaitu variabel yang nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
variasinya tidak menunjukkan urutan, setiap variasi berdiri sendirisendiri, variasi nilai berdasarkan kriteria kategori yang memberikan nilai ada atau tidaknya ciri-ciri tertentu. Cara pengukuran variabel ini dilakukan dengan pemberian jawaban pada kuesioner nomer 17-31. Seluruh pertanyaan tersebut akan dilakukan pengolahan data secara deskriptif, maka penilaiannya berdasarkan persentase dari hasil jawaban keseluruhan responden. Pengukuran varibel ini dilakukan dengan mengelompokkan perilaku merokok menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Remaja yang pernah merokok, namun saat dilakukan penelitian tidak merokok. b. Remaja yang saat ini merokok, sedikitnya satu batang tiap hari selama sekurang-kurangnya satu tahun. c. Remaja yang tidak pernah merokok, remaja yang sama sekali belum pernah merokok. Variabel ini juga digunakan untuk menilai faktor pendorong perilaku merokok, usia pertama kali merokok, tipe perokok berdasarkan intensitas merokok dan jumlah rokok yang dihisap, serta perilaku berhenti merokok. 4. Faktor psikologis, faktor sosial, faktor biologi, faktor demografi merupakan faktor luar yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
H. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian I. Instrumen Penelitian Alat dan bahan penelitian 1. Formulir Biodata Berisi informasi pribadi subyek dan beberapa data yang digunakan sebagai kriteria eksklusi dan inklusi. 2. Kuesioner Penelitian Kuesioner penelitian berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan tentang kandungan dan bahaya rokok, sikap terhadap rokok
dan perilaku merokok pada remaja. Kuesioner ini telah
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada 30 anak yang duduk di bangku SMP. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
validitas muka dan validitas isi. Validitas muka (face validity) menyatakan sejauh mana pengukuran relevan dan meliput semua substansi-substansi penting dari domain atribut yang hendak diukur. Validitas isi bertujuan memeriksa apakah butir-butir pertanyaan sesuai dengan pengetahuan atau kemampuan responden (Murti, 2006). Uji reliabilitas penelitian ini dinilai secara kuantitatif dengan koefisien korelasi atau Alpha Cronbach. Berikut ini disajikan tabel hasil perhitungan konsistensi internal instrumen pengukuran pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok, sikap remaja rokok dan perilaku merokok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Tabel 3.1
Hasil konsistensi internal untuk instrumen pengukuran variabel pengetahuan tentang rokok, dan sikap remaja terhadap rokok. Item Pertanyaan
Total Correlation
Nomer
(r)
4
0.31
5
0.36
6
0.45
7
0.5
8
0.52
10
0.25
Sikap
11
0.33
Terhadap
12
0.53
Rokok
13
0.58
14
0.72
Variabel Uji
Pengetahuan
Alpha Cronbach
0.65
Tentang Rokok dan Bahaya Merokok
0.7
Dalam hasil pengujian terhadap kuesioner penelitian, nilai Alpha Cronbach memiliki nilai yang cukup tinggi untuk semua butir soal mengenai tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dan butir soal mengenai sikap remaja terhadap rokok. Konsistensi internal alat ukur dikatakan baik jika Alpha Cronbach berkisar antara 0,60 hingga 0,90 (Murti, 2006). Sehingga setiap item pertanyaan kuesioner layak digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
J. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data 1. Responden mengisi biodata yang berisi data pribadi dan status kesehatan. 2. Responden mengisi kuesioner pengetahuan tentang rokok untuk mengetahui tingkat pengetahuan subyek penelitian tentang kandungan rokok dan bahaya merokok. 3. Responden mengisi kuesioner mengenai sikap terhadap perilaku merokok untuk mengidentifikasi sikap remaja yang mendukung atau menentang perilaku merokok di sekitarnya. 4. Responden
mengisi
kuesioner
perilaku
merokok
untuk
mengidentifikasi perilaku merokok remaja, antara remaja yang pernah merokok, remaja yang saat ini merokok, dan remaja yang tidak pernah merokok. 5. Data yang diperoleh ditabulasikan dalam tabel, kemudian dilakukan proses checking atau cleaning. 6. Data yang diperoleh ditabulasikan dalam tabel di dalam program SPSS. K. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan rokok dan bahaya merokok dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok akan dilakukan uji statistik Fisher Exact Test dan Chi-Square Test.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada tanggal 24 Maret 2012 telah dilakukan pengambilan data di SMP Negeri 1 Colomadu. Pengambilan data ini dilakukan pada 98 siswa yang terdiri dari siswa kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hasil sebagai berikut: A. Deskripsi Data Sampel Tabel 4.1 Deskripsi Data Sampel (n = 98) Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur Usia 12 tahun Usia 13 tahun Usia 14 tahun Usia 15 tahun Kelas Kelas tujuh Kelas delapan Kelas Sembilan
Frekuensi
%
50 48
51,0 49,0
17 33 29 19
17,3 33,7 29,6 19,4
36 39 23
36,0 39,8 23,5
Pada Tabel 4.1 dipaparkan bahwa responden laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan dengan selisih perbedaan 2%. Sepertiga responden berada pada rentang usia 13 tahun. Responden terbanyak berasal dari kelas delapan dengan presentasi hampir 40%.
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
B. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok (n = 98)
Tingkat Pengetahuan Pelajaran tentang rokok dan bahayanya Mendapatkan pelajaran Belum pernah mendapatkan pelajaran Jenis-jenis rokok Mengetahui jenis rokok Tidak mengetahui jenis rokok Kandungan rokok Mengetahui kandungan rokok Tidak mengetahui kandungan rokok Sumber Informasi tentang rokok Orang tua Teman Iklan Informasi dalam buku Sumber lain Orang tua dan teman Orang tua dan iklan Orang tua dan informasi dalam buku Teman dan iklan Teman dan informasi dalam buku Teman dan sumber lain Iklan dan informasi dalam buku Orang tua, teman, dan iklan Orang tua, iklan, dan informasi dalam buku Orang tua, iklan dan sumber lain Teman, iklan, dan sumber lain Iklan, informasi dalam buku, dan sumber lain Orang tua, teman, iklan, dan informasi dalam buku Orang tua, teman, iklan, dan sumber lain Orang tua, teman, iklan, informasi dalam buku, dan sumber lain
commit to user
Frekuensi
%
66 32
67,3 32,7
85 13
86,7 13,3
45 53
45,9 54,1
12 2 29 9 3 1 9 2 4 1 1 5 5 5 1 1 1 4 1
12,2 2,0 29,6 9,2 3,1 1,0 9,2 2,0 4,1 1,0 1,0 5,1 5,1 5,1 1,0 1,0 1,0 4,1 1,0
2
2,0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Pada Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 67,3% responden menyatakan telah mendapatkan materi terkait dengan rokok dari sekolah. Hal ini berarti sebagian besar responden telah terpapar pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok. Ada perbedaan yang besar antara jumlah responden yang mengetahui jenis rokok dan responden yang tidak mengetahui jenis rokok. Kurang lebih dua per tiga Responden
responden mengetahui berbagai jenis rokok.
yang tidak mengetahui kandungan rokok lebih banyak
dibandingkan responden yang mengetahui kandungan rokok. Sumber informasi tentang rokok yang paling banyak berasal dari iklan rokok yaitu sebesar 29,6%. C. Deskripsi Sikap terhadap Rokok Tabel 4.3 Deskripsi Sikap Terhadap Rokok (n = 98) Variabel kategorikal Larangan merokok di sekolah Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sikap terhadap perokok Tidak merasa terganggu Terganggu, tapi tidak melakukan apa-apa Terganggu dan menghindar Terganggu dan menegur
Jumlah
Persentase (%)
98 0 0
100 0 0
2 7 60 25
2,0 7,1 61,2 25,5
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh responden setuju terhadap adanya larangan merokok di sekolah. Sebagian besar responden merasa terganggu dan menghindar apabila ada perokok yang berada di dekatnya. Dapat disimpulkan bahwa sebagian responden memiliki sikap yang positif yaitu responden mendukung bahwa perilaku merokok tidak baik dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
D. Deskripsi Perilaku Merokok Tabel 4.4 Deskripsi Perilaku Merokok (n = 98) Variabel Dulu pernah merokok Ya Tidak Saat ini merokok Ya Tidak Pernah Merokok Minimal Satu Kali Ya Tidak
Jumlah
Persentase (%)
28 70
28,6 71,4
4 94
4,1 95,9
28 70
28,6 71,4
Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang sama sekali belum pernah merokok cukup tinggi yaitu 71,4% dari jumlah keseluruhan responden. Namun ada perbedaan besar antara persentase responden yang dulu pernah merokok dan saat ini merokok, masing-masing sebesar 28,6% dan 4,1%.. Berdasarkan dari data variabel pengetahuan yang diukur dengan skala kontinyu didapatkan rata-rata tingkat pegetahuan sebesar 60% yaitu bisa menjawab tiga dari lima pertanyaan. Rata-rata nilai sikap responden terhadap rokok sebesar 80% yaitu bisa menjawab empat dari lima pertanyaan. E. Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dan Bahaya Merokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok Pada penelitian ini pengetahuan dikategorikan menjadi tiga yaitu tingkat pengetahuan tinggi, sedang, dan rendah. Namun, berdasarkan hasil analisis dengan tiga kategori, didapatkan nilai observasi kecil yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
menyebabkan expected count di bawah lima. Sehingga untuk analisis data tingkat pengetahuan rendah dan sedang dilakukan penggabungan kategori pengetahuan dengan nilai observasi yang kecil (pengetahuan rendah dan sedang), sehingga menjadi tabel 2x2. 1. Asosiasi Pengetahuan dengan Sikap terhadap Rokok Pada analisis data untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap rokok, setelah dilakukan penggabungan kategori pengetahuan rendah dan sedang, masih didapatkan sel yang memiliki nilai perkiraan kurang dari lima. Oleh karena itu, analisis data menggunakan Chi-Square tidak dapat dilakukan, maka digunakan analisis dengan Fisher Exact Test. Hasil analisis tersebut disajikan dalam tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan tentang Rokok dan Bahayanya dengan Sikap terhadap Rokok Sikap Sikap Positif Negatif Total Tingkat Tinggi Pengetahuan Tentang Rokok Rendah dan Bahayanya dan Sedang Total
3
39
42
7
49
56
10
88
98
p
OR
0,509 1,86
Cl 95% OR
0,457,66
Dari hubungan tingkat pengetahuan rokok dan bahayanya dengan sikap terhadap rokok didapatkan Odds Ratio (OR) adalah sebesar 1,86. Nilai Odds Ratio lebih dari satu menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya merupakan faktor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
risiko terbentuknya sikap terhadap rokok. Hal tersebut memiliki arti bahwa tingkat pengetahuan rendah dan sedang akan meningkatkan risiko sebesar 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan tingkat pengetahuan tinggi dalam membentuk sikap positif terhadap rokok. Dari hasil analisis tersebut juga diketahui bahwa nilai Odds Ratio sebenarnya yang terdapat dalam populasi sasaran dengan kebenaran 95% berada pada kisaran 0,45 - 7,66. Artinya, tidak ada konsistensi bahwa pengetahuan
tingkat
rendah
dan
sedang
akan
meningkatkan
kemungkinan untuk membentuk sikap terhadap rokok. Nilai p didapatkan sebesar 0,509 yang berarti nilai p lebih besar dari a = 0,05, yang menunjukkan bahwa hasil tersebut tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat asosiasi antara pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dengan sikap terhadap rokok. 2. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Masa Lalu Setelah dilakukan penggabungan kategori pengetahuan dengan nilai observasi kecil yaitu pengetahuan rendah dan sedang, sudah tidak didapatkan sel yang memiliki nilai estimasi di bawah lima. Oleh karena itu, analisis data dapat menggunakan uji statistik Chi-Square.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Tabel 4.6 Hasil Analisis Chi-Square Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Masa Lalu Dulu Dulu Tidak Total Merokok Merokok Tingkat Tinggi Pengetahuan Tentang Rokok dan Bahayanya Rendah dan Sedang Total
P
CI OR 95% OR
42
14
56
28
14
0,6242 0,366 1,50 3,62
70
28
98
Pada Tabel 4.6 didapatkan Odds Ratio (OR) adalah sebesar 1,50. Dapat diartikan bahwa tingkat pengetahuan merupakan faktor untuk terjadinya perilaku merokok di masa lalu. Pada hasil analisis data tersebut juga diketahui bahwa nilai Odds Ratio sebenarnya yang terdapat dalam populasi sasaran dengan kebenaran 95% berkisar antara 0,62 - 3,62. Hal ini menyatakan bahwa nilai OR tersebut tidak bermakna dalam populasi sasaran. Perhitungan nilai p mendapatkan hasil sebesar 0,366 dan yang berarti nilai p lebih besar dari nilai a = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat asosiasi antara tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya dengan perilaku merokok di masa lalu, namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik. 3. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Saat Ini Pada analisis data, setelah dilakukan penggabungan kategori pengetahuan sehingga didapatkan tabel 2x2, masih didapatkan nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
perkiraan yang kurang dari lima. Sehingga penggunaan analisis data dengan Chi-Square tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka digunakan uji statistik Fisher Exact Test yang disajikan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Saat Ini Sekarang Sekarang Tidak Merokok Merokok Tingkat Pengetahuan Tentang Rokok dan Bahayanya
Total
P
CI OR 95% OR
Tinggi
55
1
56
Rendah dan Sedang
39
3
42 0,311 4,23 0,4242,20
94
4
98
Total
Dari analisis data didapatkan Odds Ratio (OR) adalah sebesar 4,23. Dapat diartikan bahwa pengetahuan akan meningkatkan risiko sebesar 4,23 kali lebih tinggi dalam mempengaruhi perilaku merokok saat ini. Pada hasil analisis data tersebut juga diketahui bahwa nilai Odds Ratio sebenarnya yang terdapat dalam populasi sasaran dengan kebenaran 95% berkisar antara 0,42 - 42,20. Nilai p sebesar 0,311 yang berarti nilai p lebih besar dari nilai a = 0,05. Menunjukkan bahwa data tidak signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mengenai rokok dan bahaya merokok berasosiasi dengan perilaku merokok
saat
ini,
namun
apabila
dilakukan
kemungkinan didapatkan hasil yang berbeda.
commit to user
penelitian
ulang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
4. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Selama Hidup Analisis data Chi-Square dapat dilakukan pada penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku merokok selama hidup. Hal ini dikarenakan, setelah dilakukan penggabungan kategorik rendah dan sedang, sudah tidak didapatkan sel yang memiliki nilai perkiraan di bawah lima. Sehingga digunakan analisis dengan Chi Square Test yang telah ditampilkan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Analisis Chi Square Test Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku Merokok Selama Hidup Belum Pernah Merokok Tingkat Pengetahuan tentang Rokok dan Bahayanya Total
Pernah Total Merokok
P
CI OR 95% OR
Tinggi
42
14
56
Rendah dan Sedang
28
14
42 0,366 1,50 0,623,62
70
28
98
Dari hasil analisis data, didapatkan Odds Ratio (OR) adalah sebesar 1,50. Dapat diartikan bahwa tingkat pengetahuan memiliki faktor risiko sebesar 1,50 kali untuk mempengaruhi perilaku merokok selama hidup. Pada hasil analisis data tersebut juga diketahui bahwa nilai Odds Ratio sebenarnya yang terdapat dalam populasi sasaran dengan kebenaran 95% berkisar antara 0,62 - 3,62. Nilai p didapatkan sebesar 0,366 yang menunjukkan estimasi nilai OR di atas tidak signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat asosiasi antara pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
perilaku merokok selama hidup, namun hasil tersebut tidak memiliki konsistensi temuan ketika temuan tersebut diulang berkali-kali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan salah satu dasar dalam pembentukan sikap dan perilaku seorang individu. Pengetahuan dapat diperoleh dari lingkungan sosial, pendidikan, maupun dari media masa. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sumber informasi mengenai rokok dan bahayanya yang paling tinggi berasal dari iklan rokok yaitu sebesar 29,6% . Hal ini menunjukkan bahwa media massa memiliki peran yang besar dalam membentuk sikap dan perilaku terhadap rokok. Pada penelitian ini, batasan usia yang digunakan yaitu rentang usia 12-15 tahun, yang termasuk usia pelajar SMP di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan presentase remaja yang pernah merokok sebesar 28,6% sedangkan remaja yang saat ini merokok sebesar 4,1%. Hal tersebut sejalan dengan hasil yang didapatkan Global Youth Tobacco Survey (2006) yaitu sebanyak 37,3% pelajar SMP Indonesia pernah merokok dan sebanyak 12,6% pelajar SMP Indonesia adalah perokok. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan perilaku merokok pada usia remaja awal. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010) pada kelompok usia 15-24 tahun diperoleh hasil usia pertama kali merokok yaitu rentang usia 5-9 tahun sebanyak 2,2%, rentang usia 10-14 tahun yaitu sebesar 29,3%, rentang usia 15-19 tahun yaitu sebesar 56,5% dan pada rentang usia 20-24 tahun sebesar 5,7%. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, pada tahap usia remaja awal prosentase perilaku dulu pernah merokok lebih tinggi dibandingkan
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
perilaku saat ini. Dari hasil dua penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia remaja awal memiliki prosentase perilaku dulu pernah merokok tinggi karena di tahap usia anak-anak sudah mencoba merokok sehingga hal ini akan mempengaruhi perilaku merokok pada tahap usia remaja awal. Dari hasil penelitian, didapatkan asosiasi pengetahuan dengan sikap terhadap rokok didapatkan nilai OR sebesar 1,86 sehingga pengetahuan merupakan faktor risiko terbentuknya sikap terhadap rokok. Nilai Odds Ratio sebenarnya dalam populasi sasaran dengan kebenaran 95% berada pada kisaran 0,45 - 7,66 yang menunjukkan bahwa tidak ada kepastian bahwa tingkat pengetahuan rendah dan sedang akan meningkatkan kemungkinan untuk membentuk sikap terhadap rokok. Namun, nilai p yang didapatkan lebih besar dari nilai a = 0,05 yaitu sebesar 0,509 maka nilai OR tersebut tidak signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada asosiasi pengetahuan dengan sikap terhadap rokok. Hal ini mungkin disebabkan karena sikap tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan saja, sebab sikap dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan, dan emosi (Shaluhiyah et al., 2006). Pada penelitian mengenai asosiasi pengetahuan dengan perilaku merokok saat ini didapatkan hasil OR sebesar 4,23 dengan nilai Odds Ratio sebenarnya dalam populasi sasaran dengan kebenaran 95% berkisar antara 0,42 - 42,20. Sehingga dapat diketahui bahwa pengetahuan tidak meningkatkan risiko terjadinya perilaku merokok saat ini.
Namun, penelitian ini tidak signifikan
secara statistik, hal ini dibuktikan dengan nilai p yang lebih besar dari nilai a yaitu sebesar 0,311. Dapat disimpulkan bahwa terdapat asosiasi pengetahuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
tentang rokok dan bahayanya dengan faktor risiko sebesar 4,2 kali lebih tinggi pada individu yang memiliki pengetahuan dibandingkan individu yang tidak memiliki pengetahuan mengenai rokok, terhadap perilaku merokok saat ini. Hasil penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2009) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden tentang bahaya rokok terhadap kesehatan dengan kebiasaan merokok responden (p = 0,0001). Begitu juga dengan penelitian lain dilakukan oleh Rochmayani (2008) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan tentang bahaya rokok dengan kebiasaan merokok (p = 0,0001). Nilai koefisien korelasi sebesar 0,765 menunjukkan hubungan yang kuat antara dua variabel ini. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang bahaya merokok, semakin kecil timbulnya kebiasaan merokok (Rochmayani, 2008). Pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan, hal ini bisa diakibatkan karena jumlah sampel penelitian yang kecil sehingga tidak dapat memperlihatkan hasil sesungguhnya di dalam populasi. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, sehingga kurang mencerminkan perilaku merokok responden secara menyeluruh dan pengambilan data yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah juga bisa mempengaruhi psikologis responden sehingga responden tidak menjawab pertanyaan dengan jujur karena takut mengakui keadaan sebenarnya. Menurut Komalasari dan Helmi (2000), perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan yaitu antara lain pengetahuan, media masa, orang tua, dan teman. Dalam penelitian ini didapatkan faktor teman sebaya memberikan nilai yang signifikan terhadap perilaku merokok pada remaja yaitu sebesar 0,0001. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2009) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok responden (p = 0,012). Hal ini juga sependapat dengan hasil penelitian dengan uji X2 didapatkan nilai p sebesar 0,03 sehingga terbukti ada hubungan antara perilaku teman sebaya dengan praktik merokok (Shaluhiyah et al., 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Jumlah remaja yang pernah merokok lebih tinggi dibandingkan jumlah remaja yang saat ini merokok. 2. Informasi mengenai rokok dan bahaya merokok tertinggi berasal dari media massa yaitu berupa iklan rokok. 3. Pengetahuan berasosiasi dengan sikap remaja terhadap rokok dan tidak mempengaruhi perilaku remaja terhadap rokok, namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik.
B. Saran 1. Penelitian ini jauh dari sempurna sehingga penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan desain penelitian lain seperti cohort study, sehingga dapat mengikuti secara prospektif mengenai faktor risiko yang diduga berperan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku remaja terhadap rokok. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini antara lain variabel teman sebaya, orang tua, media massa, dan lingkungan, sehingga hasil penelitian lebih objektif dan lebih mampu untuk digeneralisasikan dalam populasi remaja.
commit65to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan jumlah sampel yang lebih besar guna diperoleh hasil penelitian yang dapat signifikan secara statistik.
commit to user