Artificial Intelligence dan Organisasi Virtual Fakhruddin Rizal Batubara Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Meskipun ide tentang organisasi virtual bukan hal baru, pengembangan kemampuan teknologi informasi masa kini seperti world wide web dan artificial intelligence, memungkinkan pengembangan implementasi baru organisasi virtual yang menggali kemampuan teknologi informasi tersebut. Penggunaan agen, fasilitator, dan Knowledge Query dan manipulasi bahasa dapat menyediakan basis sistem yang dapat bekerja, dipercaya, dan fleksibel yang digunakan dalam menciptakan platform organisasi virtual. Sejumlah perusahaan telah secara aktif menggunakan organisasi virtual, seperti Lockheed’s Agile Cable Production Service. Para praktisi pun telah memulai untuk mengembangkan organisasi yang mendukung organisasi virtual, seperti Agility Forum di Lehigh University. Informasi penelitian tersedia melalui internet. Sistem kantor virtual pun telah dikembangkan pada saat ini, terutama pada proses pengadaan barang. Perusahaan Virtual didefinisikan sebagai suatu tempat “sumber-sumber komplementer tersedia dalam sejumlah perusahaan yang bekerja sama yang terdapat dalam suatu tempat, tetapi terintegrasi untuk mendukung usaha produk partikular selama hal tersebut dapat berjalan. Sumber-sumber secara selektif ditempatkan pada perusahaan virtual jika mereka dapat lebih secara menguntungkan digunakan di sana daripada di perusahaan “rumah”. Selain itu, organisasi virtual dirancang untuk memfasilitasi tiga kemampuan : - menciptakan atau mengumpulkan sumber-sumber produktif dengan cepat - menciptakan atau mengumpulkan sumber-sumber produktif sesering mungkin dan bersamaan - menciptakan dan mengumpulkan sumber-sumber produktif yang luas (seperti penelitian, manufaktur, dan desain) Meskipun ide organisasi virtual bukan hal baru , pengembangan kemampuan teknologi informasi masa kini, seperti World Wide Web (WWW) dan artificial intelligence (AI), memungkinkan pengembangan implementasi baru dari organisasi virtual yang menggali kemampuan dari teknologi-teknologi baru tersebut. Teknologi informasi dapat digunakan secara agresif, untuk menggantikan atau mendukung kerja manusia. Infrastruktur informasi, seperti WWW, memfasilitasi komunikasi antara dan dengan organisasi virtual, memungkinkan pengembangan organisasi virtual yang terdispersi luas. Oleh karena ketersediaan sumber-sumber intra dan inter perusahaan dapat berubah dari menit ke menit, dengan keuntungan pada kelompok yang memungkinkannya dapat memutuskan ketersediaan sumber secara cepat, organisasi virtual menggunakan teknologi informasi untuk menambah sumber-sumber terbatas dan kemampuan kognitif. Manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk menjaga tetap pada jalur apa yang terjadi 1 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
dalam rentang aktivitas organisasi virtual yang luas, memberikan batas waktu yang ketat dan kebutuhan sumber yang terbatas dan digunakan oleh organisasi virtual. Hal ini diperburuk oleh interupsi terhadap pekerjaan mereka yang sering terjadi, penelitian masa kini mengindikasikan bahwa pegawai kantor menerima komunikasi (baik melalui elektronik, kertas, atau oral) tiap lima menit. Sebagai hasilnya, AI menyediakan kemampuan bagi organisasi virtual untuk mengurangi keterbatasan dan ketidakleluasaan agen manusia untuk memantau dan mengendalikan sumber-sumber substansial tanpa pembatasan waktu yang sudah menjadi sifat dalam organisasi manusia. Penggunaan agen, fasilitator, knowledge query dan bahasa manipulasi, bersama-sama dengan negotiated ontologies, dapat menyediakan sebuah basis sistem yang dapat bekerja, dapat dipercaya, dan fleksibel yang digunakan dalam menciptakan platform untuk organisasi virtual. Survey dan Analisis WWW Untuk mempelajari cara AI untuk memfasilitasi organisasi virtual, dapat digunakan dua pendekatan : Pencarian dilakukan melalui WWW, dan sebuah survey dilakukan oleh organisasi yang mungkin mendukung integrasi AI dengan organisasi virtual. Bagaimanapun juga, integrasi AI dan organisasi virtual telah terjadi dalam sejumlah aplikasi, termasuk didalamnya, laboratorium virtual, sistem kantor virtual, proyek rekayasa konkuren, organisasi manufaktur virtual, kelas virtual, dan pembelajaran individu, dan lingkungan virtual untuk pelatihan. Organisasi Virtual Sejumlah firma telah secara aktif mengikuti penggunaan organisasi virtual. Sebagai contoh, Lockheed telah mengembangkan organisasi virtual Agile Cable Production Service (AcaPS) untuk menawarkan fasilitas produksi kabel melalui internet. Dengan fokus pada rancangan organisasi virtual yang memanfaatkan kemampuan Internet, Lockheed berharap untuk memperbaiki kualitas dan mengurangi siklus waktu antara delivery dan order. Firma lainnya pada WWW juga mempekerjakan organisasi virtual. Selain itu, para praktisi telah memulai untuk mengembangkan set dasar organisasi yang mendukung organisasi virtual, seperti Agility Forum di Lehigh University. Lebih jauh, organisasi dasar yang mendukung perdagangan oleh organisasi virtual telah dikembangkan (sebagai contoh Bhinneka.com). Banyak pengembangan telah dirancang untuk berfungsi dalam lingkungan CommerceNet, yang perdagangannya mengambil tempat dengan menghargai bagian yang terdapat pada sebuah forum yang terdiri dari sejumlah organisasi penyedia penukaran transaksi dengan atau untuk organisasi virtual. Lainnya yang terdapat pada WWW, seperti Sandia National Laboratories, telah mendeskripsikan struktur komunikasi yang penting. Laboratorium Virtual Informasi penelitian, seperti remotely sensed data, tersedia semakin banyak melalui WWW Indeed, data teleskop Hubble tersedia melaui internet. Kamera dan robot dikendalikan oleh aksi melalui internet. Tim penelitian yang tidak terikat, diharapkan dapat menganalisis data dari sumber-sumber ini. Seperti ketertarikan dalam kolaborasi 2 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
remote telah memudahkan terbentuknya National Virtual Laboratory (NVL) dan Virtual Lab Notebook (VILAN). Pada tingkat AI, beberapa isu teknologi primer yang berasosiasi dengan organisasi virtual berhubungan untuk mereaktivasi agen perangkat lunak yang dapat menjadi bagian dari toolkit untuk organisasi virtual. Secara khusus, VILAN menggunakan dua tipe agen, yaitu data source wrapper agent, yang mengenkapsulasi berbagai sumber data heterogen, dan sebuah broker agent yang menyelesaikan permintaan dari pengguna dengan pengetahuan dan transaksi dengan agen sumber data. Tujuan wrapper agent adalah untuk memungkinkan kemampuan untuk plug-andplay third-party software dalam lingkungan agen. Wrapper menyediakan agen-agen dengan kemapuan berkomunikasin pada beberapa tingkat general dengan agen lainnya yang masih dapat secara penuh memanfaatkan perangkat lunak spesifik domain. Tujuan dari broker agent adalah untuk menemukan informasi yang dapat memuaskan permintaan dari para pengguna. Desain awal data broker meliputi kemampuan dasar berikut : • memperlihatkan goal-directed behavior dengan mengakomodasi singleoccurrence request • melayani recurring behavioral goal • bereaksi secara dinamis terhadap perubahan dalam tujuan • tetap bertahan dalam jangka waktu ayng tak terbatas • berinteraksi dengan agen lainnya. Desain awal dari wrapper agent adalah untuk menemukan sejumlah pemintaan yang sama dari broker agent, tetapi sebuah wrapper juga diperlukan untuk dapat menyatakan kemampuannya, dan berhadapan dengan wrapped toolnya sehingga dapat menerima hasil tugasnya atau mengumpan balik dengan menggunakan alat tersebut. Data broker dan wrapper agent memainkan aturan yang kritis dalam laboratorium virtual. Mereka berkomunikasi di antara para agent yang terdistribusi secara heterogen untuk mengalokasikan, mengindentifikasi, dan menggunakan informasi. Sistem Kantor Virtual Hampir semua organisasi menggunakan proses generik dalam pengadaan, penjualan, dan pengumpulan, sistem payroll/personalia, dan proses lainnya. Sistem kantor virtual telah dikembangkan pada saat ini untuk memungkinkan proses bisnis memiliki batas yang meliputi vendor, pelanggan, organisasi intermedier, dan organisasi pengatur. Sistem proses bisnis yang banyak menerima perjanjian adalah dalam proses pengadaan. Sejarahnya, sistem pengadaan dilakukan dalam birokrasi dengan menghubungkan departemen dan perusahaan. Sesuai dengan itu, ada rantai panjang tipikal untuk memberi persetujuan membeli barang dan hal itu dapat terjadi dengan delay yang panjang. SmartProcurement (dikembangkan sebagai sistem prototipe oleh National Institute for Standards and Technology and Enterprise Integration Technologies) mempekerjakan intelligent agent otonomi melalui internet atau jaringan lainnya untuk memfasilitasi procurement. Sistem dirancang untuk menyebar dalam hubungannya dengan 3 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
CommerceNet. Dalam sistem ini, informasi procurement, seperti informasi bagian, dapat ditempatkan melewati dunia dalam database yang heterogen. SmartProcurement memungkinkan seorang penyedia barang untuk memutuskan procurement secara elektronik. Proses SmartProcurement tipikal diinisiasi dengan permintaan elektronik maupun oleh manusia untuk kuota (RFQ). Agen penyedia barang kemudian mendapatkan daftar agen yang telah diregistrasi sebagai vendor untuk barang tertentu. RFQ dikirimkan pada agen-agen tersebut, yang kemudian memutuskan apakah akan menawar atau tidak. Setiap penawaran secara independen dikirim ke agen penyedia barang, yang akan mengakumulasi semua penawaran sampai sebelum ditutup. Para pembeli kemudian memilih dari set penawaran tersebut. Setelah penawaran dipilih, agen vendor pemenang ditentukan. Virtual office system yang berdasar pada intelligent agent memperluas batas organisasi, memfasilitasi interaksi dengan rentang bisnis yang lebih luas daripada dengan pendekatan secara tradisional. Selain itu, pendekatan agent-based mempercepat proses bisnis dan memfasilitasi perdagangan dengan menjadi opurtunis dalam permintaan RFQ dari sejumlah proses. Proyek Penelitian Bersama Para peneliti berpendapat bahwa di masa mendatang akan banyak rekayasa, pengembangan perangkat lunak, dan aktivitas serupa dilakukan oleh suatu grup atau organisasi yang bekerja sama secara leluasa dan tersebar luas, seperti grup dan organisasi virtual. Sebagai hasilnya, dorongan penelitian substansial telah dicurahkan pada generasi organisasi virtual untuk rekayasa berbarengan. Manufacturing Automation and Design Engineering (MADE) adalah sebuah program ARPA yang mendukung penelitian dalam pengembangan dan demonstrasi lingkungan desain generasi mendatang, secara spesifik untuk sistem elektromekanik. MADE menekankan pada tim pengenal sehingga para desainer menampilkan fungsi yang mana mereka sebagai ahlinya. Informasi yang cukup dibuat dalam web informasi desain sehingga desainer lainnya dapat melanjutkan proses desain tersebut. Tujuan program adalah untuk membangun alat dan teknologi yang dapat menyediakan insinyur dengan kemampuan kognitif untuk memfasilitasi generation, tracking, penyimpanan, dan analisis berbagai alternatif desain yang berbeda. MADE menggunakan pendekatan yang meliputi pengembangan dalam berbagi dan bertukar pengetahuan, perencanaan, penjadwalan, dan agen inteligen. ARPA’s Palo Alto Collaborative Testbed (PACT) dirancang sebagai testbed untuk penelitian kooperatif dan berbagi pengetahuan dalam concurrent engineering. Penelitian yang dilakukan dalam PACT menemukan bahwa perancangan sebuah ontologi untuk concurrent engineering adalah suatu hal yang sangat sulit. PACT memberlakukan pendekatan informal dan ad hoc untuk pengembangan ontologi, yang mana ontologi dipatuhi dan dibangkitkan melalui sejumlah pesan e-mail di antara para developer agent. Knowledge sharing dalam PACT dilakukan dengan menggunakan model enkapsulasi dan tool data, membebaskan pengembangan tiap agen untuk menggunakan representasi yang sesuai. Kemudian, untuk memungkinkan agen enkapsulasi berkomunikasi, PACT 4 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
menggunakan shared language yang disebut dengan Knowledge Query and Manipulation Language (KQML) dan Knowledge Interchange Format (KIF) standar. PACT menggunakan fasilitator, agen lokal dan remote agent pada rancangannya. Fasilitator bertanggung jawab untuk menyediakan sebuah temu muka antara agen lokal dan remote agent. Empat kegunaan fasilitator adalah : 1. menyediakan reliable layer bagi pelintasan pesan 2. membuat rute pesan keluar dengan tepat 3. menterjemahkan pesan masuk untuk agen lokal 4. menginisiasi dan memantau eksekusi agen Dalam PACT, komunikasi terjadi antara agen dan fasilitator dan antar fasilitator, tetapi tidak di antara agen. Demonstrasi PACT meliputi 31 agen yang berbeda pada 15 stasiun keja dan mikrokomputer. Ada enam grup agen berbasis insinyur yang berbeda, yaitu : agen sirkuit digital, agen pengendali perangkat lunak, agen sistem power, physical plant agent, agen sensor, dan agen katalog, meskipun semua tetapi hanya dua yang terakhir telah ada sebelum PACT dibangun. ARPA’s Shared Dependency Engineering (SHADE) yang memberi perhatian pada berbagi informasi dan mengakses informasi, memperluas beberapa pekerjaan dalam PACT. Pendekatan yang digunakan di SHADE adalah untuk menyediakan media dalam konteks internet yang memungkinkan para perancang untuk mengakumulasi dan berbagi pengetahuan rekayasa dalam lingkungan yang terdistribusi. Secara khusus, visi SHADE berdasarkan pada informasi intelligent broker di antara para konsumen dan penyedia informasi, lalu memasangkan mereka dengan menggunakan analisis pesan berbasis pengetahuan di antara kumpulan agen tersebut. Matchmarking service memungkinkan komunikasi yang efisien dengan mengurangi lalulintas pesan leher botol melalui fasilitator pusat. Satu perhatian utama SHADE adalah menginvestigasi shared ontologies, sejak SHADE dirancang untuk shared environment. Dengan tujuan untuk agen multipel dalam SHADE agar dapat berkomunikasi dengan efektif, mereka harus menggunakan ontologi yang sama. SHADE mendefinisikan ontologi rekayasa dengan keberterimaan yang luas dan secara formal mendefinisikan representasi dan sebuah modul, kosakata hierarki. Agen yang berbasis pengetahuan berinteraksi dalam konsep yang sama sebagai PACT. Agen konsumen mengirim permintaan kepada matchmarker facilitator agent, dan kemudian agen provider mengevaluasi mereka. Agen provider menampilkan kemampuan matchmarker agent, dan agen konsumen pun kemudian membandingkan kemampuan tersebut dengan kebutuhan mereka. Para peneliti SHADE menemukan bahwa lebih mudah untuk memiliki agen konsumen yang dapat menyatakan keinginannya daripada memiliki agen provider yang merangkum kemampuan mereka. Agen konsumen memiliki keinginan spesifik, sebaliknya, agen provider memiliki banyak kemampuan. Translator agent mengambil peran dalam jaringan untuk memungkinkan integrasi agen yang terpisah lainnya. Para agen ini berkomitmen pada engineering mathemathics 5 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
ontology spesifik, dengan menggunakan kosakata untuk input dan output. Translator agent tidak terikat pada ontologi tertentu tetapi harus memberikan sebuah ontologi. Secara bersamaan, MADE, PACT, dan SHADE menyediakan sebuah pandangan sekilas tentang cara organisasi dapat mengorganisir dan mempekerjakan organisasi berbasis agen, sebuah organisasi virtual untuk concurrent engineering dan aktivitas lainnya yang berhubungan, sebagai pengembangan perangkat lunak. Pengembangan ontologi untuk agen multipel merupakan proses yang diperlukan tetapi merupakan suatu hal yang sulit, yang membutuhkan persetujuan oleh developer. Meskipun sebuah proses ad hoc digunakan di sini, untuk proyek yang lebih besar, pendekatan yang lebih formal akan lebih sesuai. Organisasi Manufaktur Virtual Organisasi manufaktur dapat mengalami permintaan puncak dan rendah (peak and valley demands) terhadap sumber-sumber yang secara substansial berbeda. Sebagai hasilnya adalah adanya dorongan untuk firma-firma yang mencari sumber yang dapat digunakan untuk memenuhi permintaan puncak atau untuk membuat kelebihan sumber tersedia selama waktu permintaan rendah. Tipikal dari skenario ini adalah firma yang secara tradisional mengerjakan manufaktur bagi kebutuhan militer. Saat permintaan terhadap barang-barang militer rendah, firma-firma ini perlu untuk menggunakan sumber yang tidak digunakan yang tersedia untuk produksi alternatif. Kemungkinan dorongan yang paling terlihat pada bidang ini telah menjadi proyek ARPA Agile Infrastructure for Manufacturing Systems (AIMS). Partisipannya adalah Enterprise Integration Technology, Lockheed, General Motors, and Texas Instruments. AIMS dibangun atas hasil dari proyek SHADE dan dirancang untuk berintegrasi dengan proyek MADE. Dua tujuan utama pilot program AIMS adalah untuk menciptakan infrastruktur teknologi yang berbasis pada internet untuk memungkinkan perusahaan komplementer untuk berbagi sumbernya, dan untuk menyediakan paket praktisi bisnis untuk memfasilitasi organisasi virtual. Paling sedikit dua pengembangan AI telah dieksplorasi dalam proyek AIMS, meliputi virtual office system, seperti SmartProcurement: autonomous intelligent agents dan sistem berbasis pengetahuan. AIMS mengeluarkan Mediator Tool Kit yang memungkinkan pengembangan agen yang dikostumisasi agar berfungsi sebagai intermedier antara klien dan server. Mediator ditampilkan sebagai sesuatu yang penting untuk menciptkan sistem federasi dalam skala besar, seperti yang ditampilkan dalam AIMS. Secara khusus, intelligent agent memiliki peraturan multipel dalam setting AIMS, yaitu : • Information agent (fasilitator) membuat rute permintaan untuk informasi bagian kepada database engineering yang sesuai • Aggregator agent menggabungkan permintaan multipel menjadi satu permintaan • Pengguna programmable agent mengotomasi work-flow task rutin, seperti meneruskan surat atau program invokasi. • Engineering database agent memberitahukan setiap perubahan rancangan yang mempengaruhi anggota lainnya. 6 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Sebagai tambahan, sistem berbasis pengetahuann direncanakan untuk digunakan dalam menilai kemampuan manufaktur, mencocokkan kemampuan proses dan kebutuhan dengan rencana produksi, dan penjadwalan. Secara umum, sistem ini akan diimplementasi sebagai agen yang mengkordinasi jadwal produksi dan muatan seimbang secara dinamis. Lingkungan seperti AIMS dapat pula berguna sebagai command center design untuk memantau dan mengendalikan aktivitas agen dan sumber firma. Sejak sumber leveraging menjadi begitu kritis dan konstrain waktu begitu ketat, representasi grafik dapat digunakan untuk memantau komitmen dan aktivitas agen dalam ruang perang manufaktur virtual. Organisasi manufaktur virtual memperluas penggunaan agen-agen melebihi proses kantor yang dasar, mengintegrasi mereka dengan proses manufaktur dan memasangkan procurement dengan kebutuhan manufaktur. Organisasi manufaktur virtual harus dapat menjual sebaik procure-nya, dan harus dapat menentukan jumlah produksinya. Di bawah struktur AIMS, agen-agen digunakan untuk menangkap proses bisnis ini dan mengeksekusi transaksi di waktu yang nyata. Ruang Kelas Virtual WWW dan AI juga telah digunakan untuk memfasilitaasi pelatihan melalui pengembangan virtual classroom yang memungkinkan para siswa untuk belajar dengan asisten intelligent agent pribadi mereka sendiri untuk membimbing mereka melalui proses belajar. Virtual classroom menyediakan kemampuan tutorial inteligen dalam sebuah infrastruktur internet. ARPA’s Computer Assisted Education and Training Initiative (CAETI) memberi perhatian pada ekspansi dan kustomisasi akses inteligen dan integrasi sumber-sumber digital. Hal tersebut mendukung individualized learning dengan menghiraukan ketersediaan sumber lokal, sebaik yang dicapai oleh grup pelatihan dan pendidikan melalui lingkungan dan simulasi yang multipengguna. Tiga dorongan dalam CAETI adalah : • Expert Associates Guide to Individuaslized Learning (AEGIL), yang meliputi intelligent guide, tutor, dan asosiasi yang mengadaptasi kepada gaya belajar siswa, respon terhadapa kemajuan siswa dan mendukung proses belajar individual • Collaborative Applications for Project-based Education Resources (CAPER), yang meliputi multimedia otentik, lingkungan sintetik yang mendukung keterlibatan, eksperimentasi, eksplorasi, dan kolaborasi dalam proyek crossdisciplinary • Smart Navigators to Acess and Integrate Resources (SNAIR), yang menggunakan intelligent agent untuk siswa, dan instruktur yang mengakses, memediasi, tailor dan mengintegrasi data jaringan dan sumber komputasional. Agen memainkan peraturan kritis pada tiap lingkungan kelas virtual. Agen membatasi keinginan siswa untuk berada pada beberapa lokasi pusat. Malahan, agen memfasilitasi 7 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
off-site intelligent tutoring. Agen memungkinkan siswa bereksperimen dengan Webavailable resources, seperti telescope time. Virtual Environments for Training (VETs) Virtual environment for training adalah satu jenis lain dari aktivitas organisasi virtual. Virtual environment mengintegrasi realita virtual dan tutorial inteligen. Siswa dapaat melihat atau berpartisipasi dalam simulasi. VETs telah digunakan dalam domain sebagai orbital mechanics dan fighter pilot training. Sebagai inti dalam VETs adalah intelligent agent otonomi. Secara khusus, agen digunakan untuk merepresentasi atau mensimulasi aktor atau pilot alinnya. Dalam kasus pelatihan pilot, agen harus menyediakan tiga fungsi khusus, yaitu mekanisme persepsi yang memungkinkan mereka menerima input, rentang aksi mereka yang memungkingkan mereka mempengaruhi lingkungannya, dan kemampuan untuk menganalisis tugas dan orkestrasi aksi dalam tingkah laku yang berguna. Kemampuan ini diterjemahkan dalam berbagai aksi seperti menghindari sisi bukit, terbang dalam formasi, dan menentukaan kapan untuk pergi dalam posis terbang. Salah satu lingkungan yang paling terkenal untuk mensilmulasi aktor manusia adalah Jack, sebuah lingkungan 3D yang menampilkan model manusia detil dengan rentang kemampuan yang luas sehingga dapat digunakan sebagai model lingkungan yang berbeda mulai dari pesawat ulang-alik hingga traktor. Model manusia Jack bertingkah laku dengan gerak, pendengaran, suara, kemampuan kognitif, dan kekuatan yang sama dengan model CAD. VETs memungkinkan simulasi dari lingkungan nyata dengan aktor simulasi. Agen komputasional menyediakan agen manusia kemampuan untuk mempelajari pengalaman aktual tentang bahaya dari aktivitas tertentu atau tanpa memiliki akses ke lingkungan nyata.
Kesimpulan Agen otonomi ataupun semi otonomi adalah perangkat AI yang dominan dalam organisasi virtual, bukti untuk menjadi sebuah paradigma yang tampak sesuai untuk struktur database yang multipel dan heterogen. Para agen telah memberikan berbagai peran dalam organisasi virtual, mulai dari penyediaan (purchasing) hingga penjualan, dan juga memfasilitasi komunikasi dengan agen lainnya. Proyek-proyek yang saling berhubungan, seperti MADE, PACT, SHADE, dan AIMS, memberikan fokus pada keseluruhan siklus hidup produk, mulai dari rekayasa produk hingga produksi dan manufakturnya. Sebagai tambahan, proyek-proyek organisasi virtual ini mengilustrasikan beberapa teknologi AI yang memfasilitasi organisasi virtual. Arsitektur wrapping dan enkapsulasi, yang jelas terdapat dalam VILAN dan MADE, tampaknya menyediakan struktur yang memfasilitasi interaksi di antara para agen dan 8 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
belum memungkinkan penggunaan perangkat lunak spesifik domain untuk organisasi virtual. Domain-dependent agent tampaknya akan berperan sebagai fitur kritis dalam desain organisasi virtual yang diulas ulang di sini. VILAN menggunakan data broker agent; Smart Procurement menggunakan purchasing agent dan vendor agent; PACT menggunakan fasilitator, local agent dan remote agent; SHADE menggunakan translator agent, consumer agent, dan provider agent; dan AIMS menggunakan fasilitator, agregator, dan engineering database agent. Sudah pasti kita akan mengharapkan toolkit,AI seperti tercatat dalam VILAN dan AIMS, dan studi lainnya untuk memberikan agen dan struktur terkait lainnya dirancang untuk memfasilitasi organisasi virtual. Satu hal yang menjadi masalah yang sulit dalam penggunaan AI untuk memfasilitasi organisasi virtual adalah dalam pengembangan negotiated ontologies yang dipertemukan dengan kebutuhan akan organisasi virtual. Meskipun ada contoh dari ontologi yang telah secara sukses diadopsi, ada sejumlah kesukaran lain pada pengembangan ontologi. Pertama, jika ada banyak firma terlibat, seperti yang umumnya terdapat dalam organisasi virtual, ontologi untuk komunikasi agen harus dinegoisasi atau didiktat. Jika ontologi dinegoisasi, beberapa aspek dalam ontologi kemungkinan akan menguntungkan masingmasing pihak yang berbeda. Jika ontologi didiktat, ontologi kemungkinan akan menguntungkan satu pihak yang dibayar oleh pihak lain. O’Leary [10] mengembangkan sebuah teorema ketidakmungkinan ontologi yang menunjukkan bahwa tidak mungkin untuk memilih sebuah ontologi yang akan menguntungkan semua pihak sama rata. Kedua, banyak ontologi untuk berbagai produk dan aktivitas membuat proses peningkatan skala ontologi menjadi sebuah proses yang sangat sulit. Penelitian pada bidang ini menginvestigasi banyak hal yanag meliputi tipe spesifikasi, bahasa untuk mengakomodasi keberagaman agen dan database, isu temporal, dan constraint issues. Komunikasi di antara para agen heterogen merupakan isu yang sulit lainnya yang telah menerima perhatian substansial dari para peneliti dengan menggunakan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan adalah dengan mengurangi heterogenitas agen dengan menggunakan standar-standar untuk memfasilitasi interaksi interagen (dan interperusahaan) (contoh [3]). Pendekatan lainnya mencoba untuk membangun agen yang dapat berkomunikasi dengan agen-agen dari berbagai tipe, dengan menggunakan perangkat seperti wrapping atau mengembangkan so-called facilitator agents, as in PACT. Bagaimanapun juga, masih merupakan hal sulit untuk menilai kesuksesan penggunaan AI untuk memfasilitasi organisasi virtual. Kami percaya bahwa AI yang telah digunakan untuk memfasilitasi sejumlah struktur organisasi virtual dalam sejumlah proyek dan proyek baru lainnya yang selanjutnya akan diimplementasi. Kami juga tahu bahwa proekproyek ini secara tipikal diimplementasi dalam infrastruktur WWW dengan menggunakan intelligent agent dalam memfasilitasi komunikasi di antara partisipan organisasi. Sebagai tambahan, kami secara berkala memberitakan laporan tentang 9 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
kesuksessan penggunaan intelligent agent seperti itu dalam organisasi virtual (e.g. [6]). Untuk tujuan pengurangan, bagaimanapun juga, firma-firma memilki alasan kompetitif untuk tidak memperlihatkan hal-hal yang berfungsi dan yang tidak berfungsi. Jika suatu proyek berhasil, firma memiliki dorongan untuk tidak memperlihatkan kesuksesan tersebut untuk menakuti kompetisi yang meningkat. Jika suatu proyek tidak berhasil, firma juga memiliki dorongan untuk tidak memperlihatkan kenyataan tersebut, untuk alasan yang jelas.
10 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara