ARTI PENTING TAUHID DALAM ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN ISMA’IL RAJI AL-FARUQI
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Disusun Oleh: H.Usman Akbar NIM: 10510029 Pembimbing Dr.Syaifan Nur, M.A. NIP: 19620718 198803 1 005
JURUSAN FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Yang bemnda tangan dibawah ini saya:
Nma NIM
H.IJsman Akbar
Fakultas
Ushuluddin, Dan Pemikiran Islam
Jurusaゴ Prodi
Filsafat Agama
Alalnat Rumall
Dusun Mujahidin Gili Ketapang, Sub, Probolinggo
10510029
Alanlat Di Yogyakarta
Jln. Bimokurdo no.74 Sapen, Rt/Rw
78108,
Slcman,Yogyakarta Tclp./HP.
: 085755556722
Judul Skdpsi
: Arti Pcnting Tauhid Dalaln lsiamisasi 1lmu Pcngctalluan lsma'1l Rai Al― Faluqi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1.
Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis sendiri.
2.
Bilamana skripsi telah dimunaqosyahkan dan wajib revisi, maka saya bersedia dan sanggup merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung dari
tanggal munaqosyah. Jika ternyata lebih dari 2 (dua) bulan revisi skripsi
belum terselesaikan maka saya bersedia dinyatakan gugur dan bersedia rnunaqosyah kembali dengan biaya sendiri.
3.
Apabila dikemudian hari temyata diketahui bahwa kxya tersebut bukan karya ilmiah saya (plagisasi), maka saya bersedia menanggung sanksi dan dibatalkan gelar kesarjanaan saya.
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya. Yogyakarta,4 Dcsember 2014
SURAT PERNYATAAN BEBAS PUSTAKA DILUAR UIN SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
:
Nama Lengkap
H.Usman Akbar
Nomor Induk Mahasiswa
10510029
Jurusan
Filsafat Agalna
Tanggal Lulus
08 Januan 2015
Alarnat asal
Duslln Mttahidin Gili Ketapang,Sullnb,Probolinggo
Alamat di Yogyakarta
Jln.Bimokurdo no.74 Sapcn,Rt/RI・ 78/08,Slcman, ogyakarta
ini menyatakan bahwa saya tidak mempunyai pir$aman buku di Perpustakaan di UGM, [INY, UII, BATAN Yogyakarta, Perpustakaan Daerah (Perpusda) Yogyakarta dan dengan
Perpustakaan lainnya.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benamy4 apabila tidak sesuai dengan pernyataan, maka saya siap menerima sanksi sesuai denganperaturan yang berlaku.
Yogyakarta,19 Januan 2015
KEMENTERIAN AGAMA RI
': ',, ,' uNfyERsrrAs
rsLAM NEGERT STINAN KALTJAGA
FⅣ I¨ UINSK‐ BPI■ 5-04/R0
F'ORMULIR KELAYAKAN SKRIPSI Dr. H. SyaifanNur, M.A. Dosen Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam
Uin Sunan Kalijaga NOTA I}INAS
Hal
: Skripsi Saudara. H.Usman Akbar
Larnp : 4 Eksemplar KepadaYth: Dekan Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan KalrLjaga Yoryakarta DiYoryakarta. As s alqmu'
alaihtm Wn
Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperluny4 maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi Saudara:
H.UsmanAkbar
Nama
:
NIM
: 10510029
Judul Skripsi
: Arti Penting Tauhid Dalam
Islamisasi Ihnu Pengetahuan Isma'il
Raji Al-Faruqi
Sudah dapat diajukan kepada Jurusan Filsafat Agama UIN Sunan Kali$aga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Filsafat Agama.
ini kami mengharap agar skripsi
Saudara tersebut dimunaqasyahkan. Aas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Dengan
Wassalamu' alaihtm Wn
di
atas dapat segera
W. Yoryakarta 04 Desember 2014 Pembimbing
NIP:196207181988031005
KEMENTERIAN AGAⅣ C覇ワ IINIVERSITAS
lA RI
ISLApI NEGERISUNAN KALIJAGA
Fl■ I―
UINSK‐ BM‐ 05‐ 07/R0
PENGESAI{AN SKRIPSI / TUGAS AKIIIR Nomor:UIN .02lDU
IPP .00.9/A72/201 5
SkripsilTugas Akhir dengan judul: Arti penting Tauhid dalam Islamisasi ilmu pengetahuan Isma' il Raji Al-Faruqi
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nalna
: H. Usman
NIM
Akbar
l 10510029
Telah d七 nunaqぉ y激 」αul pada:Kamis,08 Januari 2015
:85 cA/B)
Dengan nilai
dan dLtta餞 漁m telah diterima oleh Fakultas Uttdtt dall PemikittQ Isiam UIN
SunanKalttaga.
TIM UJIAN MllNAQASYAⅡ Kem Sidang/Pengu」 11
81988031005 PRng ヽ
Prof Dr.H.Iskandar Zulkamain NIP。
194909141977031001
Yogyakarta, 08 Januari 201 5
UIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
鰈
81988031005
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi sederhana ini kupersembahkan kepada : Bapak dan ibuku serta kakak ku yang telah memberikan dukungan spiritual dan moral serta apa yang selama ini kalian berikan kepadaku Dosen pembimbing bapak Syaifan Nur, M.A. Para sahabatku dan saudara-saudaraku dimanapun kalian berada yang telah memberikan banyak motivasi tentang arti hidup yang sesungguhnya dan almamater tercintaku... Filsafat Agama/FUSPI/UIN SUKA Yogyakarta
v
MOTTO
“Sampai kapanpun kita tidak pernah siap, tapi pertanyaannya adalah mau atau tidak mau dan kita mau karena kita sudah menemukan ilmu yang lebih tinggi dari cinta, yaitu ikhlas”
vi
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terlaksana berkat bimbingan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa keberhasilan penyeleseian Skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, yang senantiasa memberikan berkah, rahmat serta hidayah kepada seluruh makhluk-Nya dan sekaligus sebagai penguasa tunggal alam semesta ini. 2. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga. Bapak Dr. H. Syaifan Nur, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, dan Pemikiran Islam. Bapak Dr. H. Zuhri, S.Ag., M.Ag. selaku ketua jurusan Filsafat Agama. Bapak Robby H. Abror, S.Ag, M.Hum. selaku sekretaris jurusan. Dan Bapak Dr. H. Shofiyullah Mz, S.Ag M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik. 3. Bapak Dr. H.Syaifan Nur, M.A. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan-masukan dan arahan yang bersifat konstruktif sehingga dapat memperlancar penulisan skripsi ini. 4. Segenap dosen dan tenaga pengajar jurusan Filsafat Agama, dan seluruh civitas akademika UIN Sunan Kalijaga yang memberi sumbangsih dalam proses penulisan skripsi ini serta seluruh karyawan-karyawati di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 5. Bapak H. Daman Huri dan ibu Hj, Hanifa tercinta yang telah memberi doa tanpa lelah kepada anaknya demi kelancaran terselesaikannya penulisan skripsi ini dan kesuksesan di masa mendatang. serta seluruh keluarga besarku, kakak-kakakku (Hj.Sholeha, Hj.Khumairoh) yang telah memberi motivasi terhadapku. 6. Teman-teman angkatan 2010 yang selalu memberi masukan dan menemani ngopi (Bagas, Qosim, Imam, Badar, Fauzan, Izad, Farhad, vii
Yadi, Hemmam, Mahrus, Reza, Obeng, Supriyatno) serta kawan-kawan FORMAKSIAT '10 yang tak bisa penulis sebut satu persatu yang
secara
"tak sengaja" telah meggugah semangatku untuk terus berkarya.
7. Nurul Lailiya
(Liya) yang selalu menemani saya waktu malam minggu,
memberj masukan dalam penyusunan Skripsi dan selalu memberikan perhatian kepada saya.
8.
Teman-teman kost sapen (Fahmi. Walid, Syirot, d11) dan komunitas CCY
(CbrClubYogyakarta), ysng selalu memberi Inspirasi dan menemani selama di Jogia.
9.
KKN (Tegal Tirto, Berbah) dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah Kepada rekan-rekan mahasiswa
memberikan dorongan yang sangat berharga sehingga penulis merasa termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan karenanya diharapkan kritik dan saran yang konstruktif sifatnya sebagai upaya perbaikan.
Akhirnya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-
besarnya, semoga Allah menerimanya sebagai amal sholeh, amin. Wassalamu' alaikum
wr.
Wb.
Yogyakarta, 04 Desember 2014 Penulis
VH
Abstrak Pada zaman modern, ilmu pengetahuan berkembang dengan begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari munculnya ilmu pengetahuan baru secara independen dan berkembang pesatnya teknologi. Fenomena ini melahirkan dampak yang begitu pesat bagi umat manusia. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa lahirnya ilmu pengetahuan memberikan jalan baru bagi tercapainya kehidupan yang semakin mudah, tercukupi dan semakin memperluas cakrawala pengetahuan manusia tentang dunia dan alam semesta, tetapi pada saat yang sama ilmu pengetahuan lahir dari perspektif di luar agama, secara historis ia mulai memisahkan diri dari otoritas agama ketika zaman Renaissans muncul, yakni kebangkitan dan kesadaran baru bagi orang-orang Eropa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan secara independen tanpa ada campur tangan agama di dalamnya. Namun demikian, pemisahan dan kebebasan berekspresi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan justru menjauhkan mereka dari nilai-nilai yang telah digariskan oleh agama, Sehingga pada batas-batas tertentu dirasa telah keluar dari asumsi-asumsi yang bersifat religius serta tidak mempertimbangkan segi moralitasnya, malahan antara ilmu pengetahuan dan agama selalu dipertentangkan. Dalam kontek ini tak jarang justru kelahiran ilmu pengetahuan itu memicu adanya krisis besar di bidang etika dan menimbulkan kerusakan dalam tatanan kehidupan. Di sisi yang lain, agama Islam memiliki konsep kebenaran mutlak dan diakui sebagai agama yang paling benar dan universal. Di sini ada semacam kesenjangan yang lahir antara asumsi ilmu pengetahuan modern dengan nilainilai agama Islam. Fakta ini memunculkan sikap kritis dari seorang cendekiawan muslim asal Palestina yang mencoba melakukan terobosan baru dalam memecahkan problematika antara ilmu pengetahuan dan Islam dengan mencetuskan gagasan islamisasi ilmu pengetahuan. Beliau adalah Isma’il Raji al-Faruqi, dalam konteks ini al-Faruqi melihat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan telah melenceng dari ajaran-ajaran Islam sehingga akan membawa dampak kepada bentuk-bentuk sekulerisme dan krisis nilai. Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebuah konsep pemikiran yang mencoba memadukan antara ilmu pengetahuan dan Islam, dalam wilayah ini Islam menjadi sudut pandang dalam merumuskan tatanan baru bagi adanya ilmu pengetahuan sehingga tidak ada lagi pendikotomian antara keduanya dan ilmu pengetahuan menjadi Islami dan sesuai dengan prinsip-psinsip Islam, islamisasi ilmu pengetahuan juga merupakan sebuah langkah baru dari sudut pandang paradigma Islam dalam melihat dan mensinergikan dunia ilmu pengetahuan. Al-Faruqi memahami bahwa inti dari ajaran yang paling sentral dalam Islam adalah tentang tauhid, yakni kesatuan wujud tentang dimensi Tuhan, dengan itu ia mengembangkan gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan dengan mendasarkan diri pada tauhid. Dalam hal ini, Isma’il Raji al-Faruqi mencetuskan konsep tauhid sebagai pendasaran pokok dalam melakukan islamisasi ilmu pengetahuan. Tauhid merupakan prinsip yang paling sesuai dan paten dalam mengintegrasikan kebenaran Islam dan ilmu pengetahuan, karena keduanya tidak saling bertentangan, sehingga ketika ada problematika kemanusiaan yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang semena-mena, maka jawabannya harus kembali kepada Islam sebagai paradigma kebenaran yang universal, yakni dengan kembali kepada rumusan ketuhanan. Dalam konteks inilah, al-Faruqi merumuskan secara teoritis tentang islamisasi ilmu pengetahuan melalui tiga sumbu tauhid. Pertama, kesatuan pengetahuan. Kedua, kesatuan hidup. Dan ketiga, kesatuan sejarah. Sehingga dengan demikian, Tauhid menjadi kajian pokok dan paling penting dalam pemikiran Isma’il Raji al-Faruqi, khususnya yang berkaitan dengan islamisasi pengetahuan. Kata Kunci: ilmu pengetahuan, tauhid, islamisasi ilmu pengetahuan.
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN ..............................................................................
ii
NOTA DINAS ...............................................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
ABSTRAK .....................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................. .
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
11
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
12
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................
12
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................
13
F. Metode Penelitian ...........................................................................
15
G. Sistematika Pembahasan ................................................................
18
BAB II. BIOGRAFI ISMA’IL RAJI AL-FARUQI DAN PERKEMBANGAN PEMIKIRANNYA .................................................................................
20
A. Biografi Isma’il Raji Al-Faruqi .......................................................
20
B. Karya-Karya Isma’il Raji Al-Faruqi ................................................
24
C. Tema-Tema Pemikiran Isma’il Raji Al-Faruqi ...............................
26
xiii
BAB III. PERKEMBANGAN TAUHID DAN GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN ..............................................................................
36
A. Tauhid Dalam Lintasan Sejarah Islam ...........................................
36
B. Pengertian Dan Sejarah Munculnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan
44
BAB IV. LANDASAN POKOK PEMIKIRAN TAUHID DALAM ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN ......................................
56
A. Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan Isma’il Raji Al-Faruqi .........
56
B. Prinsip-Prinsip Tauhid Dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan ..........
69
BAB V. PENUTUP .......................................................................................
83
A. Kesimpulan .....................................................................................
83
B. Saran-Saran .....................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
90
CURICULUM VITAE ..................................................................................
93
xiii
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap ajaran agama-agama, tauhid merupakan salah satu inti ajaran yang paling pokok, karena ia berurusan dengan bentuk keyakinan yang sangat mendasar dalam hal kepercayaan keberagamaannya. Tauhid pada umumnya dipahami sebagai ilmu yang membahas tentang “Wujud Tuhan”, tentang sifatsifat wajib yang tetap pada-nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan pada-Nya dan sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Asal makna tauhid ialah meyakinkan, bahwa Allah adalah satu, tidak ada syari’at baginya. 1 Di antara sekian banyak agama yang menaruh perhatian besar terhadap ketuhanan adalah Islam. Islam adalah agama monoteisme 2 yang paling banyak mengajarkan tentang tauhid dan keesaan Tuhan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya, “Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. 3 Kesadaran beragama orang Islam pada dasarnya adalah kesadaran akan Keesaan Tuhan. Semangat ilmiah tidak bertentangan dengan kesadaran religius, karena ia merupakan bagian yang terpadu dengan keesaan Tuhan itu. Memiliki 1
Syeh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, terj. Firdaus A.N (Jakarta: Bulan Bintang, 1963), hlm. 3. 2 Monoteisme berarti suatu ajaran yang mempercayai adanya satu Tuhan atau kepercayaan kepada satu Tuhan, keyakinan ini pertama kali diajarkan oleh Ibrahim. Lebih lanjut, monoteisme merupakan sebentuk pandangan ketuhanan yang didasarkan pada keyakinan bahwa hanya ada satu Tuhan di alam semesta. Pandangan monoteisme inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pandangan ketuhanan tiga agama besar di dunia: Islam,Yahudi, Kristen. (Muhammad Al-Fayyadl, Teologi Negatif Ibn ‘Araby; Kritik Metafisika Ketuhanan, Yogyakarta: LKiS, 2012, hlm. 2.). 3 QS. Al-Taubah (9):31.
2
kesadaran akan keesaan Tuhan berarti meneguhkan kebenaran bahwa Tuhan adalah satu dalam esensi-Nya, dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Satu konsekuensi penting dari pengukuhan kebenaran sentral ini adalah bahwa orang harus menerima realitas obyektif kesatuan alam semesta. 4 Di antara karakteristik ajaran Islam yang paling menonjol dan menduduki tingkat pertama adalah tentang ketuhanan. Ajaran Islam memiliki sifat Rabbaniyyah, dalam arti ajaran yang bersumber dari Allah swt. 5 Dengan demikian adalah jelas bahwa Tauhid menjadi inti sari di samping adanya syari’at dalam ajaran Islam. Segala sesuatu bersumber dari Tuhan dan Tuhan adalah tolak ukur bagi segala bentuk realitas, inilah salah satu aspek penting yang dijadikan acuan dalam memahami keesaan Tuhan. Meyakini eksistensi Tuhan berarti mengandung pemahaman bahwa ada semacam keharusan untuk mengakui kehendak Tuhan yang dalam hal ini telah difirmankan-Nya adalah al-Qur’an. Dengan demikian jika bertauhid hanya berhenti pada keyakinan dan pengakuan tanpa disertai dengan perbuatan yang sejalan dengan kehendak Tuhan, maka pengakuan semacam itu bisa dikatakan tidak sempurna. Sehingga apa yang disebut sebagai bertauhid itu berarti mengakui bahwa Tuhan itu esa dan menjalankan segala bentuk perintah serta menjauhi larangan-Nya. Karena nilai ketakwaan sebenarnya berintikan pada Tauhid itu
4
Osman Bakar, Tauhid & Sains; Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam, terj. Yuliani Liputo (Yogyakarta: Pustaka Hidayah, 1994), hlm. 11. 5 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan Jilid 2(Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm. 34.
3
sendiri. Orang muslim tidak akan pernah bertakwa sebelum ia menanamkan sikap tauhid yang mendalam terhadap keyakinannya. Berbicara tentang tauhid, sangat erat kaitannya dengan iman. Iman dalam Islam adalah kebenaran yang sampai pada pikiran secara rasional dan berpuncak pada hati, bukan hanya sekedar pada perasaan manusia yang mudah dipercayai begitu saja. Kebenaran iman bukanlah misteri, ia juga bukan tidak dapat diketahui dan tidak masuk akal, melainkan bersifat kritis dan rasional. Dalam hal ini, segala bentuk kebenaran pasti bertitik tolak pada akal, sehingga pencapaian keimanan dalam tauhid sama dengan pencapaian pada kebenaran ilmu pengetahuan, ia sama-sama bersifat rasional. Dalam sejarah pemikiran dan peradaban Islam, ada banyak sekali aliran atau sekte-sekte yang lahir, aliran-aliran ini lahir berdasarkan problematika yang hadir di masyarakat tentang masalah ketuhanan, alam, dan kaitannya dengan manusia, diantara aliran itu misalnya Mu’tazilah yang bercorak rasional, Khawarij, Asyariyah, dll, untuk menyebut beberapa saja. Aliran-aliran ini sangat singkron dengan suatu bentuk perdebatan yang sangat panjang guna membahas masalah Tuhan. Dalam konteks ini, kadang-kadang tauhid dinamakan dengan “ilmu kalam” yang adakalanya masalah yang paling masyhur dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat di antara ulama-ulama kurun pertama. Yaitu: apakah “kalam Allah” (wahyu) yang dibacakan itu “baharu” atau “qodzim”? dan adakalnya pula, karena ilmu tauhid itu dibina oleh dalil akal dimana bekasnya
4
nyata kelihatan dari perkataan setiap para ahli yang turut berbicara tentang ilmu ini. 6 Di era Modern, ulama’ yang melakukan pembaharuan dalam sistem pemikiran Islam berdasarkan acuan yang terbentuk melalui konsepsi tauhid. Mereka berpendapat, bahwa di era modern umat Islam telah banyak mengalami kemunduran serta ketimpangan sosial. Ia dianggap telah mengalami kemunduran di bidang sosio-politik, serta minimnya bidang keilmuan modern yang bisa dikembangkan oleh umat Islam. Itulah kenapa lalu para ulama’ pelakukan pembaharuan melalui aspek yang paling mendasar dalam Islam, yaitu tauhid yang kemudian disinergikan kedalam segala aspek kehidupan serta keilmuan yang sedang berkembang. Peran muslim dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan ekonomi dan sosial yang lain, pada abad modern, pra-modern, bahkan sejak dari abad tengah selalu merosot dan tidak kompetitif dengan umat lain. 7Mengingat bahwa ketika Barat mulai bangkit dari keterpurukannya, umat Islam justru masih sibuk berkutat dengan agamanya tanpa memiliki perhatian yang lebih terhadap ilmu pengetahuan, sehingga dengan adanya fenomena ini, umat Islam diharapkan segera merekonstruksi pola pikir untuk melakukan sebuah pembaharuan. Lebih lanjut Amin Abdullah mengungkapkan: “Ada kemungkinan bahwa teologi yang dianut umat Islam sebenarnya sudah tidak sesuai lagi dengan tuntunan dan persyaratan zaman modern sehingga menjadi 6
Syeh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, hlm. 3. Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 228. 7
5
sebab atau salah satu sebab penting kemandekan ekonomi. Oleh sebab itu formulasi ajaran Islam dalam bahasa modern sangat diperlukan. Bahasa teologi, fiqih, dan tasawuf tradisional nampaknya kurang fungsional dalam masyarakat yang kini telah mendapatkan dasar-dasar pendidikan modern Barat”. 8 Salah satu karakter utama dalam gerakan pembaharuan dalam Islam adalah mengembangkan metodologi sistematis yang mampu merekonstruksi Islam secara total dan tuntas serta setia kepada akar-akar spiritualnya dan dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan Islam di masa modern, tanpa mengalah secara membabibuta kepada Barat atau menafikannya dan hendak bersikap kritis terhadap warisan-warisan sejarah keagamaannya. 9 Dalam hal ini sudah sangat jelas bahwa pembaruan dalam pemikiran Islam mencoba mengintegrasikan basis keislaman secara tradisional yang meliputi akidah dan syari’ah dengan basis keilmuan modern yang meliputi kerangka metodologis serta keilmuan lain yang mendukung. Maka dengan demikian, Islam diharapkan mampu menciptakan nilainilai instrumental dalam menghadapi tantangan zaman. Sebenarnya, pembaruan dalam Islam selalu terjadi dalam setiap zamannya, tetapi dalam hal implementasi dan dalam bentuk gerakan yang besar, baru terjadi di era modern. Hal ini sangat masuk akal mengingat bahwa pada masa-masa sebelum modern, Islam masih belum bersentuhan secara dikotomis dengan peradaban-peradaban bangsa lain, tetapi memasuki zaman Modern, kehadiran Barat sebagai sebuah bangsa yang mampu bangkit dalam mengembangkan keilmuan dan peradaban, menjadi semacam tantangan baru bagi umat Islam dengan sebuah asumsi bahwa basis keilmuan yang dikembangkan oleh orang8
Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, hlm. 234. Ahmad Amir Aziz, Pembaruan Teologi; Perspektif Modernisme Muhammad Abduh dan Neo-Modernisme Fazlur Rahman (Yogyakarta: Sukses Offset, 2009), hlm. 6. 9
6
orang Barat sangat jauh dari prinsip-prinsip agama dan tidak dilandasi oleh nilainilai moralitas yang tinggi, sehingga keberadaan Barat di samping telah mampu menguasai dunia juga menjadi ancaman baru bagi umat Islam dalam hal penguasaannya dalam segala sektor kehidupan. Betapapun Islam masih bangkit dengan tertatih-tatih, namun tidak menuntut kemungkinan bahwa Islam akan mampu mengejar ketertinggalannya. Setidak-tidaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam tidak bisa dilepaskan dari peran Barat sebagai latar belakangnya, baik latar belakang superioritasnya maupun kesadaran umat Islam untuk belajar dan menimba ilmu di Barat. Dengan ini, Islam sebagai agama yang universal mencoba merangkul semuanya dengan tidak memisah-misah antara agama dan pengetahuan seperti sekularisme yang diterapkan di Barat. Hal ini menjadikan Islam sebagai agama yang harus mampu bersinergi secara intergatif dan saling memadukan wilayah agama dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Sejauh ini, pemahaman intelektual yang dipandang memberikan perhatian, simpati, dan kurangnya prasangka adalah semacam pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah bukanlah pengalaman agama tetapi suatu pengetahuan quasiilmiah tentang pengalaman keagamaan di mana normativitas atau otoritas pengalaman tidak berlaku, tetapi sesuatu dari pengaruh langsungnya terhadap subyek yang mengalami. 10 Dalam wilayah ini, studi Islam dirasa penting dalam merumuskan basis keagamaan dalam Ilmu pengetahuan dan begitupun sebaliknya, 10
Fazlur Rahman, Pendekatan Terhadap Islam Dalam Studi Agama, Richard C. Martin (ed.), terj. Zakiyuddin Baidhawy (Yogyakarta: SUKA-Press, 2001), hlm. 206.
7
karena hanya dengan inilah antara agama dan Ilmu pengetahuan dapat berjalan beriringan secara integratif dalam memecahkan segala problematika umat Islam dan secara universal bagi seluruh umat manusia di dunia. Secara definitif, ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan yang diciptakan manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses analisis dan dapat diterima oleh akal serta bersifat empiris, jadi dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan rasionalitas kolektif. dalam kaitannya dengan Islam dan Al-Qur’an, A. Baiquni menyatakan: “Kita dapat menunjukan pada ayat-ayat dalam kitab suci al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah Swt. telah melakukan penciptaan, evolusi dan penyempurnaan itu sesuai dengan apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di alam ini sebagai hasil penelitian dan perkembangan sains modern. Memang Sang Pencipta telah menjanjikan, bahwa kita akan menemukan ayat-ayat Allah bila kita melakukan intizhar (penalaran) terhadap alam di sekeliling kita, baik terhadap benda-benda hidup maupun benda-benda mati”. 11 Dengan adanya sebuah integrasi antara Islam dan Ilmu pengetahuan, maka akan dapat dengan mudah memahami Islam secara mendalam serta memahami realitas dunia yang telah Allah ciptakan dengan segala kompleksitasnya, problematika dengan mudah dapat dipecahkan dengan tidak serta merta meninggalkan agama sebagai wilayah dimensi spiritual dan moral. Inilah kemudian yang menjadi puncak dari tauhid dalam Islam yang mampu menjembatani kehidupan manusia melalui aktualisasi diri dengan realitas. Mengakui ketuhanan dan keesaan berarti mengakui kebenaran dan kesatupaduannya. Ke-esaan Ilahi dan kesatupaduan kebenaran tidak dapat
11
A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, terj. Jimly Ash-Shidqy (Jakarta: PUSTAKA, 1983), hlm. 122.
8
dipisahakan. Keduanya merupakan aspek-aspek dari satu realitas yang sama. Ia akan menjadi jelas jika kita ingat bahwa kebenaran adalah satu sifat dari kenyataan tauhid, yaitu bahwa Tuhan itu Esa. Sebab, jika kebenaran itu tidak satu, maka pernyataan “Tuhan itu Esa” akan bisa dibenarkan, dan pernyataan “suatu benda dan kekuatan lain adalah Tuhan juga” juga dapat dibenarkan. 12 Dalam sejarah Islam modern, wacana Islam dan sains telah muncul sejak upaya Turki mengadopsi sains Barat karena kekalahan-kekalahan yang diderita dari Barat ditengarai disebabkan oleh ketertinggalan dalam teknologi militer.13 Dari dilema inilah muncul benih-benih untuk mengadakan bentuk intergasi Islam dan Ilmu pengetahuan secara lebih luas dan konkrit. Melihat bahwa umat Islam hampir-hampir mengalami ketertinggalan yang cukup memilukan dan proyek islamisasi ilmu pengetahuan dianggap dapat merumuskan nilai-nilai kesatuan dalam mengatasi problematika umat. Pada perkembangan selanjutnya dalam diskursus tentang hubungan antara Islam dan Ilmu pengetahuan di masa modern, Isma’il Raji Al-Faruqi disebut-sebut paling intens dalam mengkaji masalah ini. Ia mengusung tema besar tentang “Islamisasi ilmu pengetahuan”, kajian ini sebenarnya berintikan upaya untuk mengembalikan ilmu pengetahuan kepada asal-muasalnya, yaitu kepada agama, kepada keimanan, dan lebih mendalam lagi kepada tauhid. Pada sekitar paruh kedua abad ke-20, diskusrus tentang Islam dan ilmu pengetahuan berkembang
12
Isma’il Raji Al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti (Bandung: PUSTAKA, 1988), hlm.
44. 13
Ach. Maimun Syamsuddin, Integrasi Multidimensial Agama dan Sains (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012), hlm. 20.
9
semakin kompleks, ia tidak hanya sekedar menyangkut hubungan antara Islam dan Ilmu, tetapi juga berkaitan antara Islam dengan keseluruhan pengetahuan modern beserta perkakas metodologis dan prinsip-prinsip yang membentuknya. Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai gerakan intelektual Internasional, pertama kali dimunculkan oleh Isma’il Raji Al-Faruqi dari Lembaga Pemikiran Islam Internasional (International Institute of Islamic Tought) di Amerika Serikat menjelang tahun 1980an. Islamisasi ilmu pengetahuan berusaha supaya umat Islam tidak begitu saja meniru metode-metode dari luar dengan mengembalikan pengetahuan pada pusatnya, yaitu tauhid. Dari tauhid, akanada tiga macam kesatuan, yaitu kesatuan pengetahuan, kesatuaan kehidupan, dan kesatuan sejarah. 14 Al-Faruqi melihat bahwa problem dasar umat Islam dalam peradabannya terletak pada pendikotomian sistem pendidikan dengan memisahkan instumen agama dan non agama, hal ini terjadi hampir di seluruh institusi pendidikan, yang dalam hal ini Institusi berperan penting dalam mencetak pola pikir umat Islam secara universal. Dengan demikian menurut al-Faruqi, usaha yang harus dilakukan adalah islamisasi ilmu yang mengarah pada tiap disiplin sains. Dalam hal ini alFaruqi mengajukan langkah konkrit dengan tujuan: 1. Penguasaan disiplin ilmu modern. 2. Penguasaan khazanah Islam. 3. Penentuan relevansi Islam bagi tiap bidang sains modern. 14
Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu; Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 7.
10
4. Pencarian sintesa kreatif. 5. Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan yang sesuai pola rencana Allah. Terlihat jelas bahwa titik tekan gagasan Al-Faruqi adalah islamisasi yang langsung mengarah pada tiap disiplin. 15 Dengan demikian substansi dari ilmu pengetahuan dapat dengan mudah dipahami dan dirumuskan sehingga terjalin sinergi yang jelas antara posisi ilmu pengetahuan sebagai bentuk kebenaran ilmiah dan relasinya dengan Islam dan jika ditelusuri lebih mendalam maka akan sampai pada dimensi ketuhanan dimana Dia sebagai Wujud yang menjadi pusat segala sesuatu. Inti dari ajaran Islam adalah bagaimana menempatkan teks sebagai konteks, Islam sebagai sebuah agama memiliki dimensi ritual peribadahan dan muamalah atau kebudayaan. Teks adalah sesuatu yang bersifat statis, sedangkan konteks selalu berubah-ubah sesuatu dengan situasi pada zaman dan tempat tertentu. Sudah menjadi mafhum bahwa dimensi teks adalah transenden, bahwa ia sebenarnya berada pada wilayah ketuhanan, ia merupakan firman agung yang tak akan pernah berubah, sedangkan konteks selalu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan zaman. Dengan itu, umat Islam diharapkan mampu mensinergikan antara teks kedalam konteks. Kuntowijoyo mengatakan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan berarti mengembalikan pengetahuan pada tauhid, atau teks kepada konteks, atau konteks kepada teks. Maksudnya, supaya ada
15
Ach. Maimun Syamsuddin, Integrasi Multidimensial Agama dan Sains, hlm. 80.
11
koherensi (bahasa Latin cohaerere berarti “lekat bersama”), pengetahuan tidak terlepas dari iman. 16 Dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari jejak-jejak tauhid dalam proyek Islamisasi ilmu pengetahuan Isma’il Raji Al-Faruqi, bahwa sebenarnya apa yang diusung oleh al-Faruqi itu merupakan misi tauhid yang termaktub dalam Islamisasi ilmu pengetahuan. Dalam bukunya berjudul “Tauhid” al-Faruqi berpendapat bahwa sebagai penegasan dari keesaan mutlak Tuhan, tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber-sumber kebenaran. Tuhan adalah Pencipta alam dari mana manusia memperolah pengetahuannya, obyek pengetahuan adalah pola-pola alam yang merupakan hasil karya Tuhan. 17ini menjadi jelas bahwa apa yang dipahami sebagai Islamisasi ilmu pengetahuan tak lain adalah tauhid itu sendiri. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah upaya untuk mensistematisasi permasalahan dalam sebuah penelitian, agar ditemukan batasan-batasan serta titik fokus kajian dalam suatu penelitian. Dengan demikian diharapkan suatu penelitian dapat dilakukan secara obyektif, sistematis, dan proporsional. Adapun poin-poin rumusan masalah yang dapat disajikan adalah sebagai berikut: 1. Apa konsep tauhid dalam Islam menurut Isma’il Raji Al-Faruqi?
16
Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu; Epistemologi, Metodologi, dan Etika, hlm. 8. Isma’il Raji al-Faruqi, TAUHID, hlm. 47.
17
12
2. Bagaimana pentingnya tauhid dalam islamisasi ilmu pengetahuan Isma’il Raji al-Faruqi? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka beberapa poin tujuan dan kegunaan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian a. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam Islam, khususnya yang berkaitan dengan persoalan hubungan antara Islam dan Ilmu pengetahuan. b. Menambah wawasan dan cakrawala pengetahuan individu diri sendiri dan para pembaca yang budiman. 2. Kegunaan Penelitian a. Berperan penting sebagai bentuk tanggung jawab akademik yang memiliki integritas dalam menanamkan pola pikir yang sinergis terkait hubungan antara Islam dan peradaban ilmu pengetahuan yang semakin berkembang. b. Merumuskan nilai-nilai tauhid secara luas sebagai jawaban atas problematika umat yang semakin kompleks. c. Sebagai usaha yang merencanakan perubahan yang diinginkan berupa mengislamkan basis keilmuan modern agar sesuai dengan standar ideal-moral Islam yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan secara luas.
13
D. Tinjauan Pustaka Dengan bertumpu pada nilai-nilai tauhid, Al-Faruqi mencoba menelusuri jejak-jejak ilmu pengetahuan sebagai basis kebenaran ilmiah dengan merumuskan indetitasnya dengan berlandaskan pada tauhid, seperti tertuang dalam beberapa karyanya. Dengan itu telah banyak para peneliti yang melakukan penelitian terhadap persoalan hubungan antara Islam dan Ilmu pengetahuan. Sejauh analisis penulis, ada beberapa karya dari peneliti yang membahas pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi, di antaranya sebagai berikut. Pertama, saudara Eko Puji Widodo, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan judul skripsi: Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasinnya Terhadap Kurikulum Pendidikan Islam (studi atas pemikiran Ismail Raji al-Faruqi). Di dalam skripsi ini dijelaskan tentang konsep-konsep islamisasi pengetahuan serta implikasinya terhadap kurikulum pendidikan Islam di Indonesia. Dengan ini, pengarang mencoba menelaah dikotomi pendidikan di Indonesia melalui konsep islamisasi pengetahuan al-Faruqi. Kedua, saudara Teguh Arianto, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), dengan judul skripsi: Epistemologi Tauhid Isma’il Raji AlFaruqi dan Kontribusinya Terhadap Pendidikan Islam. Di sini dijelaskan tentang bagaimana konsep tauhid secara epistemologis dan bagaimana kontribusinya dalam pendidikan Islam di Indonesia. Penulis skripsi ini tidak membahas secara eksplisit tentang persoalan islamisasi pengetahuan Faruqi, tetapi lebih mengarah pada dimensi tauhid.
14
Ketiga, saudara Nur ‘Ali, Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah dan Filsafat (AF), dengan judul skripsi: Tauhid Sebagai Pandangan Dunia Dalam Pandangan Isma’il Raji Al-Faruqi. Dalam skripsi ini dijelaskan tentang konsep tauhid dalam pandangan Ismail Raji Al-Faruqi dimana dimensi tauhid dibawa dari ranah vertikal kepada horizontal untuk menemukan keseimbangan antara konsepsi ketuhanan berbasis ontologis dan konsepsi ketuhanan berbasis kosmologis. Keempat, saudara Sumardiono, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), dengan judul skripsi: Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan Islam (Telaah Atas Pemikiran Isma’il Raji Al-Faruqi). Dalam skripsi ini lebih banyak menitikberatkan pada penjelasan tauhid dalam dimensi pendidikan, penulis skripsi ini menegaskan secara obyektif bahwa substansi pendidikan Islam adalah berlandaskan pada tauhid. Kelima, Penelitian Zainal Abidin, Mahasiswa Pascasarjana (S3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008, dengan judul Disertasi “Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi (1921-1986) Tentang Islamisasi Sains dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Dasar Dasar Filosofis Pendidikan Islam”, dalam penelitian tersebut penulis mengarah pada pengkajian inti dari gagasan Islamisasi sains yang dikemukakan oleh Ismail Raji Al-Faruqi, juga membubuhkan pemikiran pemikiran kritis Al-Faruqi tentang pendidikan Islam. Bahwa konsep pemikiran Al-Faruqi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan filosof Barat yang beranggapan sains modern adalah bebas nilai maka dari itu kemudian Al-Faruqi menawarkan
15
suatu metodologi alternatif tentang studi Islam yang akhirnya juga dapat mempengaruhi dasar dasar filosofis pendidikan Islam. 18 Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan di atas, ada beberapa kesamaan yaitu sama-sama membahas masalah gagasan Islamisasi, meski banyak yang membahas masalah sudut pandang Al-Faruqi mengenai pendidikan, tetapi dalam penelitian skripsi ini sama sekali tidak membahas masalah pendidikan, hanya hal-hal yang mungkin dapat menunjang. Adapun metode yang digunakan sama-sama menggunakan metode pendekatan kualitatif, hanya saja dalam penelitian yang akan penulis lakukan ini lebih menekankan pada konsep Islamisasi ilmu pengetahuan yang gulirkan oleh Ismail Raji Al-Faruqi dan signifikasinya dalam masalah Tauhid. E. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini akan digunakan beberapa kerangka metode sebagai berikut: 1. Jenis penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dan jenis penelitian kajian pustaka (library research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Dapat difahami bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini digali dari beberapa sumber data tertulis (dokumentasi), dengan cara menggabungkan data-
18
Zainal Abidin “Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi (1921_1986) Tentang Islamisasi Sains Dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Dasar Dasar Pendidikan Islam”, (Disertasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008), hlm.274.
16
data yang telah diperoleh serta menganalisisnya secara induktif, penelitian tersebut lebih menekankan pada hidangan makna dibandingkan generalisasi. 2. Sumber data Dalam proses penggalian data, data yang akan dikumpulkan dapat diambil dari berbagai sumber penelitian yang sudah terpublikasi maupun yang belum terpublikasi, baik berupa buku, majalah, koran jurnal maupun karya karya ilmiah yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. a. Data primer Sumber data primer merupakan sumber proporsional yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan buku karya Ismail Raji Al-Faruqi yang berjudul “Islamisasi Pengetahuan” yang diterjemahkan oleh Anas Mahyuddin dan tauhid sebagai sumber pokok informasinya. b. Data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber informasi pendukung dari sumber data primer sehingga informasi tersebut tidak bertanggung jawab penuh terhadap informasi subtansi penelitian. Adapun data-data yang digunakan adalah hasil karya para tokoh yang turut berperan dalam menggagas maupun menanggapi adanya Islamisasi Pengetahuan yang digulirkan oleh Ismail Raji Al-Faruqi, juga buku-buku lain yang relevan dengan pembahasan dalam penelitian ini.
17
3. Validitas data Dalam langkah pemeriksaan keabsahan data, penulis menggunakan kriteria derajat kepercayaan (credibility), yakni dengan melaksanakan inkuiri seketat mungkin sehingga mencapai tingkat kepercayaan terhadap hasil temuan dengan sempurna, kemudian menunjukkan derajat kepercayaan terhadap hasil temuan dengan membuktikan kenyataan ganda penelitian. Adapun untuk teknik pemeriksaan data itu sendiri peneliti menggunakan teknik triangulasi, peneliti dapat me-receck temuannya dengan membandingkan pada berbagai sumber, metode ataupun teori agar dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan pandangan dalan sebuah kenyataan. 4. Metode analisis data Pengelolaan dan analisis data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan: a. Deskripsi; yaitu mencoba menguraikan pembahasan secara deskriptif tentang obyek-obyek yang sedang diteliti, dalam hal ini, menurut Husserl suatu deskripsi merupakan salah satu unsur hakiki untuk menemukan eidos pada suatu fenomena tertentu. Peneliti bertujuan bahwa agar dalam penulisan skripsi ini akan membahasan seluruh hasil penelitian. 19 b. Interpretasi; dalam metode ini diharapkan peneliti dapat menangkap pemahaman berupa arti, nilai, dan mampu menangkap maksud dari 19
Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 54.
18
seorang pemikir yang sedang diteliti. Menurut P. Ricoeur fakta atas produk itu dibaca sebagai suatu naskah. 20 Dalam hal ini, peneliti mencoba menyelami pemikiran al-Faruqi melaluinaskah-naskah yang ditulisnya.
Serta
menganalisis
secara
mendalam
pokok-pokok
pemikiran al-Faruqi tentang tauhid dalam islamisasi ilmu pengetahuan. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian, dengan urutan sebagai berikut: bagian awal; bagian utama atau isi, dan bagian akhir. 1. Bagian Awal Bagian awal skripsi terdiri dari: halaman sampul luar, halaman sampul dalam, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman abstrak, halaman pengantar, dan daftar isi. 21 2. Bagian Utama atau Isi Bagian utama atau isi penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang tersusun secara berurutan dengan pembahasan sebagai berikut. Bab pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
20
Anton Bakkker dan Achmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat , hlm. 42. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013.
21
19
Bab kedua, biografi dan intelektual Ismail Raji al-Faruqi, yang mencakup tentang latar belakang keluarga, profesi, pendidikan, karya-karya, serta tema-tema pemikirannya. Bab ketiga, penjelasan mengenai pengertian tauhid dan islamisasi ilmu pengetahuan secara umum serta menurut Isma’il Raji al-Faruqi. Bab keempat, membahas pokok-pokok pemikiran Ismail Raji al-Faruqi tentang arti pentingtauhid dalam konsep Islamisasi ilmu pengetahuan.Pada bab ini penulis juga menganalisis secara mendalam tentang sejauh mana arti penting dan posisi tauhid terdapat dalam konsep islamisasi ilmu pengetahuan. Bab kelima, penutup, yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saransaran, dan kata penutup. Adapun bagian akhir adalah daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang berkaitan dengan penyusunan skripsi.
83
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hal yang paling mendasar dalam paradigma baru tentang tauhid dalam islamisasi ilmu pengetahuan adalah bagaimana sudut pandang ini dapat menyentuh kesadaran umat Islam di seluruh dunia, yakni dapat memenuhi penghayatannya tentang pemahaman Islam yang seluas-luasnya sebagai pandangan hidup dan jalan kebenaran serta segera merumuskan jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat kontemporer dewasa ini, tak terkecuali adalah bagi umat Islam di seluruh dunia. Hal ini penting karena konsep islamisasi ilmu pengetahuan telah dikenalkan secara luas lewat pendirian lembaga-lembaga, konferensi-konferensi, dan penerbitan majalah. Hasilnya hanya terbatas diketahui oleh kalangan Islam tertentu. 1 Kita sebagai umat Islam ingin membawa paradigma Islam diakui di jajaran ilmu secara internasional, dengan tidak terbatas di dunia Islam. Sejauh ini, konsep islamisasi ilmu pengetahuan atau integrasi keilmuan telah banyak diterapkan di universitas dan lembaga-lembaga tertentu, juga telah banyak diterbitkan buku-buku tentang arti penting dan apa sebenarnya tujuan dan hakikat diterapkannya proses islamisasi ilmu. Sebagai hasil dari penelitian penulis tentang “arti penting tauhid dalam islamisasi ilmu pengetahuan Isma’il Raji alFaruqi”, maka penulis akan menguraikan secara singkat dan sistematis dalam bab 1
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu; Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 111.
84
penutup ini. Pokok-pokok pemikiran yang penulis hasilkan dalam merumuskan dasar-dasar tauhid dalam konsep islamisasi ilmu pengetahuan Isma’il Raji alFaruqi adalah sebagai berikut: 1. Dalam terminologi Islam, tauhid dipahami sebagai bidang keilmuan yang membahas tentang dimensi ketuhanan, kenabian, dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Ia juga merupakan bentuk pengesaan terhadap Tuhan yang satu, kesatuan Tuhan bersifat mutlak dan tidak ada lagi keraguaan atasnya. Dengan itu, segala dimensi sudut padang manusia tentang realitas alam semesta akan selalu kembali kepada wacana tentang ketuhanan, karena disinilah letak orisinalitas dan urgensi kebenarannya. Senada dengan itu, Al-Faruqi mengungkapkan bahwa tauhid merupakan pengesaan terhadap Tuhan, tindakan yang menegaskan Allah sebagai yang Esa, Pencipta yang mutlak dan transenden, penguasa segala yang ada. Lebih lanjut al-Faruqi berpendapat, Secara tradisional dan dalam ungkapan yang sederhana, tauhid adalah keyakinan dan kesaksian bahwa “tidak ada Tuhan selain Allah”. Pernyataan yang tampaknya negatif ini, yang sangat singkat, mengandung makna yang paling agung dan kaya dalam seluruh khazanah Islam. Kadang-kadang seluruh kebudayaan, seluruh peradaban, atau seluruh sejarah dipadatkan dalam satu kalimat. Inilah pastinya kasus kalimat syahadah Islam. Segala keragaman, kekayaan dan sejarah, kebudayaan dan pengetahuan, kebijaksanaan dan peradaban Islam diringkas dalam kalimat yang paling pendek ini-La ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah).
85
2. Dalam
merumuskan
dasar-dasar
tauhid
dalam
islamisasi
ilmu
pengetahuan, al-Faruqi berpendapat bahwa sains modern yang telah berkembang harus disusun dan dibangun ulang, diberi dasar yang baru dan konsisten dengan Islam. Setiap disiplin harus ditempa ulang, sehingga mengungkapkan relevansi Islam sepanjang tiga sumbu tauhid. Sumbu pertama, kesatuan pengetahuan. Berdasarkan kesatuan pengetahuan ini segala disiplin harus mencari obyektif dan rasional, yakni pengetahuan yang kritis tentang kebenaran. Dengan demikian, tidak ada lagi pernyataan bahwa beberapa sains bersifat aqli (rasional) dan beberapa sains lainnya bersifat naqli (tidak rasional); bahwa beberapa disiplin bersifat mutlak dan ilmiah, sedangkan disiplin-disiplin lainnya bersifat dogmatis dan relatif. Sumbu kedua, kesatuan hidup. Berdasarkan kesatuan ini segala disiplin harus menyadari dan mengabdi kepada tujuan penciptaan. Dengan demikian, tidak ada pernyataan lagi bahwa beberapa disiplin sarat nilai dan sedangkan disiplin yang lain bebas nilai atau netral. Sumbu ketiga adalah kesatuan sejarah. Berdasarkan kesatuan sejarah ini segala disiplin akan menerima sifat yang ummatis dari seluruh aktifitas manusia, dan mengabdi pada tujuan-tujuan ummah di dalam sejarah. Dengan demikian tidak ada lagi pembagian pengetahuan ke dalam sains yang bersifat individual dan sains yang bersifat sosial, sehingga disiplin itu bersifat humanistis dan ummatis. 2
2
Isma’il Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, hlm. xii.
86
3. Dalam mengaktualisasikan islamisasi ilmu pengetahuan, al-Faruqi juga mengusulkan lima prinsip metodologi yang kesemuanya bertumpu pada nilai-nilai dan pendasaran tauhid. Yakni prinsip pertama, keesaan Allah. Ini adalah prinsip pertama dari agama Islam dan setiap sesuatu yang Islamiah, itulah prinsip bahwa Allah adalah Allah dan tidak ada satupun yang selain daripada-Nya selain Allah. prinsip Kedua, kesatuan alam semesta. Sebagai akibat logis dari keesaan Allah itu kita kemudian harus mempercayai kesatuan ciptaan-Nya. Alam semesta adalah sebuah keutuhan yang integral karena merupakan karya Pencipta Tuggal yang aturan dan desain-Nya telah memasuki bagian alam semesta tersebut. Prinsip Ketiga, kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan. Dalam hubungan dengan teori pengetahuan, posisi Islam dapat diterangkan dengan sebaik-baiknya sebagai kesatuan kebenaran. Kesatuan ini bersumber dari dan dapat digantikan dengan keesaan mutlak Allah. Psinsip keempat, kesatuan hidup. Kesatuan disini dapat disimpulkan dari kenyataan bahwa Islam tidak membedakan hal-hal suci atau religius dari hal-hal yang sekuler, di dalam pandangan Islam, hanya ada satu realita. Prinsip kelima, kesatuan ummat manusia. Karena Allah adalah Maha Pencipta dan Esa maka keesaan Allah itu mempunyai hubungan kepenciptaan yang sama pada semua manusia. Oleh karena itu semua manusia adalah satu dan sama; inilah dasar dan landasan dari universalisme Islam. Semua manusia adalah sama di mata Allah, yang
87
membedakannya
adalah
perbuatan-perbuatan
kebajikan
dan
ketakwannya. 3 Rumusan dan poin-poin diatas secara kongkrit menunjukan tentang sistematika bagunan islamisasi ilmu pengetahuan Isma’il Raji al-Faruqi yang bertumpu pada Tauhid atau dimensi ketuhanan yang transendental, semua basis keilmuan dan keilmiahan harus dilihat dan diukur dari sudut pandang itu, sehingga semua menjadi Islami dan tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Penulis menjadi yakin bahwa hanya dengan jalan inilah umat Islam mampu menghadapi krisis modernitas yang sangat jauh dari nilai-nilai ketuhanan. Betatapun ilmu pengetahuan tidak bertentangn dengan Islam, tetapi jika ilmu itu dikendalikan oleh ideologi yang berbasis pada non keagamaan, maka ia akan berjalan tanpa kendali dan pada akhirnya akan merusak tatanan moralitas dan bertentangan dengan semangat Islam. B. Saran Apa yang telah dikonstruksi oleh al-Faruqi tentang islamisasi ilmu pengetahuan sesungguhnya adalah masih merupakan awal dari sebuah pendasaran baru bagi melihat perkembangan ilmu pengetahuan dari sudut pandang Islam. Ia adalah basis yang mutlak diperlukan bagi melihat semua realitas kebenaran. Sejuah ini, proyek islamisasi ilmu pengetahuan memang sudah diaktualisasikan, namun pada tataran tertentu belum bisa disebut sukses jika melihat dari hakikat tujuan islamisasi ilmu pengetahuan tersebut. Dengan itu maka, proyek islamisasi ilmu pengetahuan harus terus dijalankan dan dievaluasi sehingga ia akan memiliki 3
Isma’il Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, hlm. 55-87.
88
jalinan yang dialektis antara Islam dan ilmu pengetahuan modern. Penulis memiliki beberapa saran dan rekonendasi secara lebih lanjut untuk selalu meneliti dan mengaktualisasikan Islam dalam seluruh bidang kehidupan dan realitas, diantaranya sebagai berikut: 1. Kita semua tahu bahwa dinamika pemikiran dalam arus modernitas saat ini banyak menumbulkan kebingungan umat manusia dalam mengikuti alur pemikiran yang hendak menjadi pedoman. Pada titik inilah ide tentang islamisasi ilmu pengetahuan memiliki relevansi dalam struktur paradigma yang luas dalam komunitas muslim, sehingga dari sinilah perlunya kita mengevaluasi
terhadap
semua
ide
yang
telah
dihasilkan
guna
mengembangkan peradaban Islam yang bisa menjadi pusat peradaban dunia. Bentuk dari evaluasi-evaluasi ini tidak bisa dilakukan tanpa terus menerus melakukan penelitian baru tentang arti penting mengintegrasikan bidang keilmuan. Dan proyek ini tidak bisa selesai sampai disini, harus terus menerus diteliti, agar menghasilkan prodak-prodak baru dan kesadaran-kesadaran baru yang luas bagi menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis dan seimbang. 2. Selain melakukan penelitian yang lebih lanjut, proyek ini juga harus melakukan tahap konferensi atau seminar guna membaca ulang tentang sejauh mana perkembangan paradigma baru tentang pengintegrasian ini. Sehingga tahap perkembangannya selalu dapat dievaluasi secara individu atau secara kolektif oleh beberapa perkumpulan cendekiawan muslim dan ilmuwan. Dengan demikian, bentuk evaluasi itu akan memunculkan ide-
89
ide baru tentang upaya menganggulangi krisis kemanusiaan modern dengan didasari oleh landasan filosofis-religius yang memiliki akar pemikiran yang kokoh. Demikianlah sedikit saran penting yang harus segera ditindak lanjuti, karena penulis yakin bahwa ini adalah proyek besar yang harus melibatkan semua umat Islam yang profesional dibidangnnya, sehingga Islam dapat merumuskan nilainilai instrumental dalam menghadapi tentangan zaman. Dengan tidak berhenti pada titik ini saja, proyek ini murni harus terus dilaksanakan dengan menemukan relevansinya bagi semua problematika kemanusiaan.
90
DAFTAR PUSTAKA Abduh, Muhammad. Risalah Tauhid, terj. Firdaus A.N. Jakarta: Bulan Bintang, 1963. Baiquni, A. Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern. Bandung: Pustaka, 1983. Syamsuddin, Maimun. Integrasi Multidimensi Agama dan Sains. Yogyakarta: IRCiSoD. 2012. Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1990. Kuntowijoyo. Islam Sebagai Ilmu; Epistemologi, Metodologi, dan Etika. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007. Faruqi, Ismail Raji. Islamisasi Pengetahuan. Bandung: Pustaka, 1984. ----------Tauhid. Bandung: Pustaka, 1988. Aziz, Ahmad Amir. Pembaharuan Teologi Perspektif Modernisme Muhammad Abduh dan Neo-Modernisme Fazlur Rahman. Yogyakarta: Teras, 2009. Abdullah, Amin. Falsafah Kalam di Era Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Fayyadl, Muhammad. Teologi Negatif Ibn ‘Araby; Kritik Metafisika Ketuhanan. Yogyakarta: LKiS, 2012.
91
Bakar, Osman. Tauhid & Sains; Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam, terj. Yuliani Liputo. Yogyakarta: Pustaka Hidayah, 1994. Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an; Mengfungsikan Wahyu dalam Kehidupan Jilid 2. Jakarta: Lentera Hati, 2011. Martin, Richard (ed.). Pendekatan Terhadap Islam Dalam Studi Agama. terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta: SUKA-Press, 2001. Esposito, John L. dan Voll, John O. Kunci Kunci Gerakan Islam Kontemporer, terj. Sugeng Hariyanto (dkk.). Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Hakim, Moh. Nur. Neomodernisme Dalam Islam. Malang: UMM, 2002. Nizar, Samsul (ed.). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008. Sholeh, Khudori. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Baharun, Hasan (dkk.). Metodologi Studi Islam, Percikan Pemikiran Tokoh. Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011. Armasrong, Karen. Sejarah Tuhan; Kisah 4000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia, terj. Zaimul Am. Bandung: Mizan, 2011. Hasbi, Muhammad. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012. Zuhri. Pengantar Studi Tauhid. Yogyakarta: Suka Press, 2013. Hadi, Hardono. Epistemologi; Filsafat Pengetahuan Kenneth T. Gallagher. Yogyakarta: Kanisius, 2005. Rasjidi, M. Islam untuk Disiplin Ilmu Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
92
al-Attas, Naquib. Islam dan Sekularisme, terj. Karsidjo. Bandung: Pustaka, 1981. Barzinji, Jamal. Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan, dalam Jurnal Salam, edisi 2 & 3. Malang: Pps UMM, 1998. Habib, Zainal. Islamisasi Sains; Mengembangkan Integrasi dan Mendialogkan Perspektif. Malang: UIN-Malang Press, 2007. Magnis-Suseno, Franz. Pijar-Pijar Filsafat; Dari Gatholoco ke Filsafat Perempuan, dari Adam Muller ke Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Sardar, Ziauddin. Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Surabaya: Risalah Gusti, 1989. Pardoyo. Sekularisasi Dalam Polemik Sekapur Sirih Nurcholis Madjid. Jakarta: Teprit, 1993. Jahja, Zurkani. Teologi Al-Ghazali. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Shimogaki, Kazuo. Kiri Islam; Antara Modernisme dan Postmodernisme, Telaah Kritis Pemikiran Hasan Hanafi. Yogyakarta: LKiS, 2011.
Lampiran
2
93
CURICULUM VITAE
Nama
: H.Usman Akbar
Nama Panggilan
: Akbar
Tempat, Tanggal Lahir
: Probolinggo, 08 September 1992
Agama
: Islam
Alamat
: Gili Ketapang, Sumberasih, Probolinggo
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan SD II Gili Ketapang (1998-2004) MTs Darul Ulum, Peterongan, Jombang (2004-2007) MA Darul Ulum, Peterongan, Jombang (2007-2010) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Filsafat Agama (2010-2015)