ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR KARO SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA LOKAL
SKRIPSI ALUR PROFESI (RTA 4231) SKRIPSI SARJANA SEMESTER B TAHUN AJARAN 2013/2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh
RAMADHANI GINTING S 090406063
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR KARO SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA LOKAL
SKRIPSI ALUR PROFESI (RTA 4231) SKRIPSI SARJANA SEMESTER B TAHUN AJARAN 2013/2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh
RAMADHANI GINTING S 090406063
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR KARO SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA LOKAL
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
RAMADHANI GINTING S 090406063
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR KARO SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA LOKAL
SKRIPSI Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Juli 2014 Penulis
Ramadhani Ginting S 090406063
Universitas Sumatera Utara
Judul Skripsi
: ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR KARO SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA LOKAL
Nama Mahasiswa
: RAMADHANI GINTING S
Nomor Induk Mahasiswa
: 090406063
Departemen
: Arsitektur
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr. Achmad Delianur Nst.ST.MT.IAI NIP.197308281 199903 1002
Koordinator Skripsi
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D NIP. 19670307 199303 1004
Ir. N. Vinky Rahman, MT. NIP.19660622 199702 1 001
Tanggal Lulus :
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada Tanggal : 14 Juli 2014
Panitia Penguji Skripsi Ketua Komisi Penguji
: Dr. Achmad Delianur Nst.ST.MT.IAI
Anggota Komisi Penguji
: 1. Ir. Tavip K Mustafa Ars.IAI 2. Ahmad Windhu ST.Msi.IAI
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah menjadi sumber kekuatan, inspirasi dan penuntun selama berlangsungnya pengerjaan skripsi alur profesi ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini mengambil judul Arsitektur Neo-Vernacular Karo Sebagai Representasi Budaya Lokal. Skripsi ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa alur profesi untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Achmad Delianur Nasution ST. MT. IAI dan Bapak Ir. Tavip K Mustafa Ars. IAI selaku dosen pembimbing dan konsultan arsitek atas kesediaan dan kesabarannya dalam membimbing, memotivasi, memberi pengarahan dan waktu yang beliau luangkan kepada saya. Juga kepada Bapak Ahmad Windhu ST. Msi. IAI selaku arsitek penguji yang memberikan kritik yang membangun dan masukan-masukan yang bermanfaat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga saya tujukan kepada: 1. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT Ketua Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D selaku Koordinator Perancangan Arsitektur 6 dan Skripsi Sarjana Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
i
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Depatemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Ayah saya yang tercinta, Bapak Pengarapen Ginting S dan Ibu saya tersayang, Ibu Rosmina Tarigan, SH. atas segala doa, semangat, dukungan, kesabaran dan segala pengorbanannya selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. 5. Adik saya, Sri Endhayani Ginting S, atas dukungan dan semangat yang diberikan. 6. Paman saya, Ir. H. Simon Tarigan, Msi dan Isterinya (tante saya), Prof. Dr. Hj. Sunarmi, SH. M.Hum, yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat-nasihat, solusi serta motivasimotivasi yang berharga bagi saya. 7. Teman spesial saya, Syafrida Mentari Nasution yang selama ini meluangkan waktunya dan memberikan dukungan serta motivasi dalam susah maupun senang. 8. Teman-teman seperjuangan yang selama ini selalu menyemangati satu sama
lain
terutama
kepada
Mahmudi
Affan
yang
selalu
membangkitkan semangat saya. 9. Ade Setya, Philip, bang Syahril dan bang Falex, atas bantuannya selama ini yang rela meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan solusi.
ii
Universitas Sumatera Utara
10. Dan yang terakhir saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada keluarga besar Reborn Auto Club yang selalu menghibur saya disaat susah maupun senang. Saya sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini mungkin masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu saya membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya saya berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan,
Juli 2014
Hormat saya,
Ramadhani Ginting S 090406063
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................
viii
PROLOGUE .......................................................................................
1
BAB I
SUNGAI DELI DAN SEKITARNYA
1.1 Batas-Batas Site ..................................................................... BAB II
13
SUMBER INSPIRASI
2.1. Bandara Soekarno Hatta ........................................................
17
2.2. Museum Tsunami Banda Aceh .............................................
17
2.3. Wisma Dharmala Jakarta ......................................................
18
2.1. Istana Budaya Kuala Lumpur Malaysia ................................
19
2.1. Pemograman Hotel Bisnis dan Kantor Sewa ........................
20
BAB III MODERNISASI MENENGGELAMKAN UNSUR BUDAYA 3.1 Dampak Modernisasi .......................................................
24
BAB IV IDENTITAS JATI DIRI 4.1 Penerapan Tema Dalam Desain ....................................... BAB V
28
DESAIN NEO-VERNACULAR
5.1 Pendalaman Tema ...................................................................
30
5.2 Konsep Desain Bangunan .......................................................
31
5.3 Konsep Rancangan Tapak, Sirkulasi, Ruang Terbuka ............
32
5.4 Konsep Rancangan Berkaitan Dengan Faktor Keamanan, Keselamatan dan Privasi .........................................................
34
5.2 Konsep Ruang Terbuka Serta Manifestasi Sosial ...................
35
BAB VI
PENGEMBANGAN DESAIN
6.1 Konsep-konsep ........................................................................
36
iv
Universitas Sumatera Utara
BAB VII
STRUKTUR
SEBAGAI
BENTENG
PERTAHANAN 7.1 Konsep Struktur....................................................................... BAB VIII
43
BENTENG PERTAHANAN KEDUA
8.1 Perencanaan Sistem Plumbing/Sanitasi ..................................
52
8.2 Lift, Tangga Darurat dan Tangga Darurat ...............................
54
8.3 Telekomunikasi (Telepon, Tata Udara, Wifi, CCTV) ............
55
8.4 Jaringan Listrik ........................................................................
57
8.5 Sistem Fire Alarm ...................................................................
58
8.6 Air Conditioner (AC) ..............................................................
59
BAB IX
RANCANGAN AKHIR
9.1 Hasil Desain ............................................................................ EPILOGUE………………………………………. …………….....
61 72
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
73
LAMPIRAN ...............................................................................................
74
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
PROLOGUE Gambar P.1
Sungai Chenggyecheon dan Sungai Khucing ………… 2
Gambar P.2
Sungai San Antonio……………………………………. 2
Gambar P.3
Skema Alur Berfikir Perancangan……………………... 3
BAB I
SUNGAI DELI DAN SEKITARNYA
Gambar 1.1
Kondisi Site…………………………………………… 13
Gambar 1.2
Sisi Timur Site………………………………………… 13
Gambar 1.3
Kondisi Sungai Deli…………………………………….14
Gambar 1.4
Kondisi Jl. Guru Patimpus……………..………………14
BAB II
SUMBER INSPIRASI
Gambar 2.1
Bandara Soekarno Hatta……………………………….17
Gambar 2.2
Museum Tsunami Banda Aceh.………..……………... 18
Gambar 2.3
Wisma Dharmala Jakarta……………………………...19
Gambar 2.4
Istana Budaya Kuala Lumpur Malaysia……..………..19
BAB III
DAMPAK MODERNISASI
BAB IV
IDENTITAS JATI DIRI
BAB V
DESAIN NEO-VERNACULAR
Gambar 5.1
Rumah Si Waluh Jabu dan Ornamen Karo….………. 32
Gambar 5.2
Kain Ulos……………………………………..………
BAB VI
PENGEMBANGAN DESAIN
Gambar 6.1
Konsep Rancangan Tapak……………………............
Gambar 6.2
Konsep Bentukan Massa…………………………….…...37
Gambar 6.3
Denah Podium Lantai 1…………………………………..38
Gambar 6.4
Denah Podium Lantai 2…………………………………..39
Gambar 6.5
Denah Podium Lantai 3…………………………………..40
Gambar 6.6
Konsep Desain Fasad Bangunan…………………………42
Gambar 6.7
Konsep Desain Podium………..………………………… 42
BAB VII
STRUKTUR SEBAGAI BENTENG PERTAHANAN
32
36
vi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7.1
Proses Pemasangan Pre-Cast……………………………... 44
Gambar 7.2
Kaca Panasap……………………………………………... 45
Gambar 7.3
Reruntuhan Bangunan Akibat Gempa..…………………...48
Gambar 7.4
Core Pada basement 2 bagian Tower Kantor.……..……...50
Gambar 7.5
Core pada Basement 2 dan podium lantai 1 Tower Hotel...51
BAB VIII
BENTENG PERTAHANAN KEDUA
Gambar 8.1
Sistem Fire Alarm………………………………………. 59
Gambar 8.2
AC Central………..…………………………………….. 59
Gambar 8.3
AC Split………..………………………………………..
BAB IX
RANCANGAN AKHIR
Gambar 9.1
Desain Lansekap....……………………………………... 63
Gambar 9.2
Fasilitas-fasilitas Pada Lansekap....…………………….. 64
Gambar 9.3
Desain Fasad dan Motif Ulos Pada Kolom....………….. 66
Gambar 9.4
Sirkulasi Pada Site………………………......………….
66
Gambar 9.5
Denah Tower Hotel Lantai 4-5…………......…………..
67
Gambar 9.6
Denah tower hotel lantai 6-12 dan lantai 13-16.....…….. 68
Gambar 9.7
Denah tower hotel lantai 17-18 dan lantai 19-20....……. 69
Gambar 9.8
Denah tower kantor lantai 4-5 dan lantai 6-20........…… .70
Gambar 9.9
Interior……………………………………….........…….
Gambar 9.10
Potongan A-A dan B-B........……………………………
Gambar 9.11
Detail-detail dan Isometri Struktur…………........……... 71
60
.71 .71
vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Perkembangan perkotaan yang kian melejit di zaman modern dewasa ini, membuat banyaknya bangunan kota menjadi semakin kehilangan identitas, ini di karenakan oleh keegoisan dari setiap bangunan-bangunan pencakar langit yang di bangun di kawasan perkotaan yang tidak memperhatikan lingkungan di sekitar bangunan dan juga tidak adanya cerminan nilai-nilai budaya pada bangunan di setiap daerah yang di jadikan tempat bangunan tersebut berdiri. Perlu diketahui setiap kawasan/kota memiliki karakter, ciri khas, serta jati diri tersendiri yang terefleksi dari nilai-nilai budaya, tradisi. Seperti yang kita ketahui Kota Medan yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia, tepatnya berada di Provinsi Sumatera Utara, memiliki banyak kekayaan budaya dan berbagai aneka ragam suku. Budaya karo yang mulai tidak dikenal lagi akan memungkinkan tenggelamnya satu budaya yang melengkapi sejarah Kota Medan. Kota Medan sendiri diberi nama oleh seorang tokoh Suku Batak Karo yaitu Guru Patimpus Sembiring Pelawi, pria yang berasal dari dataran tinggi Karo. Pengetahuan sejarah inilah yang sangat jarang diketahui oleh masyarakat umum Kota Medan, begitu juga dengan para wisatawan Mancanegara dan wisatawan Domestik yang datang berwisata ke Medan. Dengan menghadirkan sebuah bangunan Mixed-Use dengan fungsi Hotel-Kantor yang bertema Neo-Vernacular diharapkan dapat memberikan nilai edukasi dan kesadaran masyarakat mengenai sejarah dan budaya Kota Medan yang perlu dilestarikan. Bangunan ini nantinya juga diharapkan dapat merevitalisasikan dua kawasan sekaligus yaitu kawasan Jl. Guru Patimpus dan kawasan muka Sungai Deli, dimana sungai Deli berkaitan erat dengan sejarah Kota Medan karena posisinya yang berada dekat dengan pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli yaitu awal mula Guru Patimpus membuka lahan untuk perkampungan yang di beri nama Medan Putri. Kata kunci : Guru Patimpus, Sungai Deli, Budaya, Karo.
viii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT The skyrocketing of urban developments nowadays has made a lot of city buildings lose their true identity, caused by the ego of each urban skyscraper which has paid no interest to its environment and showed no reflection of cultural values of where the building is located. It is need to be known that each city/area has its very own characters, features and identity which are reflected from the values of existing culture and traditions. Medan city as we know it is one of the biggest cities in Indonesia, which exactly is located in the North Sumatra province, has a wide range of cultures and tribes. The Karo culture is slowly becoming unpopular, and this might make one of the cultures which shaped Medan’s history extinct. The name Medan itself was given by a Batak Karo figure, Guru Patimpus Sembiring Pelawi, who came from the Karo heights. This historical knowledge is rarely known, either by Medan domestics or international tourists. By presenting a mixed-use building with hotel-office functions with NeoVernacular theme, it is expected for this building to give educational values and people’s consciousness of the history and culture of Medan city, which need to be preserved. This building is also expected to revitalize two areas which are Jl. Guru Patimpus area and the Deli riverfront, which has a historical relationship with Medan city for its location that is near the interchange of Babura river and Deli river, where Guru Patimpus first set a village, which he named Medan Putri. Keywords: Guru Patimpus, Deli River, Culture, Karo
ix
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
Prologue Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah, filosofi itu menjadi awal dari pembukaan prologue ini. Menurut perancang, filosofi air tersebut memiliki makna air selalu ingin bermanfaat bagi makhluk hidup di bawahnya. Sudah menjadi kewajiban manusia sebagai makhluk yang berakal untuk menjaga kelestarian proses pengaliran air dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah dalam hal ini sungai. Tetapi faktanya kawasan sungai di kota Medan kondisinya tidak tertata dan warga kota Medan pun kurang menjaga dan merawat kondisi sungai sehingga citra sungai di kota Medan sangat buruk. Pemanfaatan ruang yang tidak teratur di sekitar kawasan Sungai Deli mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan di bantaran Sungai Deli yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, mencuci, dan membuang saluran kotoran rumah tangga maupun bangunan gedung yang berada pada sisi sungai. Hal ini sangat bertolak belakang dengan Negara lain seperti USA atau Negaranegara seasia seperti Korea Selatan dan Malaysia telah terbilang sukses menarik turis dengan pemanfatan sungai sebagai objek wisata dan sebagai gaya hidup perkotaan (Urban Life Style). Mereka memanfaatkan daerah muka sungai (Riverfront) menjadi kawasan rekreasi atau tempat pariwisata dan sekaligus menjadikan sungai sebagai pusat kegiatan masyarakat yang menggabungkan jenis bangunan di sekitar sungai dengan perusahaan komersil seperti butik, restoran dll, yang menurut perancang hal itu melambangkan efisiensi ruang dan kedekatan antara fungsi ruang dari kebutuhan masyarakat kota, hal itu menjadi gaya hidup dari masyarakat perkotaan (Urban Life Style).
1
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
Gambar P.1 Sungai Chenggyecheon, Korea Selatan (kiri) dan Sungai Khucing Malaysia (kanan)
Gambar P.2 Sungai San Antonio USA
Untuk dapat mewujudkan keadaaan yang lebih baik terhadap Riverfront Kota Medan khusunya kawasan muka sungai Deli maka dari itu perancang mulai fokus pada tema-tema yang telah ditentukan dalam perencanaan proyek Revitalisasi Kawasan Sungai Deli ini. Adapun tema utama proyek ini adalah Riverfront dan tema kedua ataupun subtema dari proyek ini yaitu Urban Lifestyle. Dibawah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kedua tema tersebut, Riverfront dan Urban Lifestyle.
2
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
Urban Lifestyle
Riv erfront
Sejarah Medan
Guru Patimpus
Arsitektur Vernakular Gambar P.2
Neo-
Skema alur berfikir pada perancangan
Riverfont Riverfront di kawasan perkotaan memilki beberapa fungsi diantaranya sebagai saluran utama pengendali banjir dan juga memiliki fungsi sebagai fasilitas ruang publik. Perancang dalam hal ini menegaskan kembali bahwa kawasan muka sungai
(Riverfront)
harus
diprioritaskan
menjadi
daya
tarik
tersendiri.
Pengembangan riverfront layaknya sebuah pengembangan kawasan perkotaan, dimana pembangunan generator aktifitas menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Perencanaan riverfront ini sendiri terdiri dari beberapa tahapan berupa: Pertama, pembentukan citra (image) yang baik di kawasan muka Sungai Deli dan menciptkan kawasan riverfront yang berkualitas. Kedua, perencanaan struktur pada badan sungai dan teknologi agar dapat mengantisipasi timbulnya kendala-
3
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
kendala seperti banjir, pendangkalan sungai dan erosi. Ketiga, meningkatkan kualitas kehidupan disekitar kawasan Sungai Deli. Menurut perancang hal yang paling utama dari proses pengembangan Riverfront adalah warga disekitar Sungai Deli harus diberikan penyuluhan tentang pentingnya merubah kebiasan yang memberikan hal yang buruk berupa banjir dan pemandangan yang kumuh dan tidak sehat. Urban Lifestyle Jika berbicara mengenai tema Urban Life Style, kondisi site yang berada pada kawasan pusat kota yang berdekatan dengan pusat aktifitas masyarakat Kota Medan seperti perkantoran, perhotelan, ruko komersil, rekreasi indoor dan pusat perbelanjaan, hal ini menunjukkan sebuah potensi yang baik untuk merencanakan sebuah ruang terbuka publik yang baru untuk masyarakat Kota Medan. Urban Lifestyle merupakan lingkungan binaan yang dibuat untuk pengaturan penggabungan jenis bangunan dengan perusahaan komersial, seperti butik, restoran, melambangkan efisiensi ruang dan kedekatan fungsi dari kebutuhan manusia. Sungai Deli merupakan awal mula kota Medan sangat penting untuk melestarikan dan menjaga agar generasi penerus dapat melihat Sungai Deli yang indah. Selain itu, tujuan dari Urban Life Style dalam penerapannya pada proyek ini bertujuan memperkuat identitas kota Medan pada umumnya dan Sungai Deli pada khususnya, selain itu membantu melestarikan warisan sejarah kota medan untuk meningkatkan budaya lokal pada umumnya serta meningkatkan perekonomian bagi warga, pengelola, dan pemerintah.
4
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
Keterkaitan Riverfront dengan Urban Lifestyle Menurut perancang keterkaitan antara Riverfront dengan Urban Lifestyle dalam konteks perkotaan (Urban Context) dapat terwujud dengan dibinanya hubungan yang erat antara kawasan Sungai Deli dengan bagian-bagian kota Medan yang terkait. Aspek yang terkait dari penggabungan kedua tema tersebut adalah sebagai berikut: pertama, pemakai yaitu mereka yang tinggal, bekerja, atau berwisata di kawasan Sungai Deli diharapkan memiliki rasa memiliki kawasan Sungai Deli sebagai sarana publik. Kedua, pelestarian khasanah sejarah dan budaya, lokasi proyek yang akan dibangun berada dekat dengan bangunan bersejarah Deli Maskapai yang memiliki nilai sejarah tinggi sebagai awal perkembangan kota Medan. Kemudian budaya yang perlu dilestarikan dalam hal ini budaya Karo karena selain berkaitan dengan seorang tokoh pendiri Kota Medan yakni Guru Patimpus Sembiring Pelawi, budaya karo juga bagian dari Kota Medan. Ketiga, pencapaian dan sirkulasi dari tapak, dimana tapak ini dapat dicapai melalui jalan arteri yakni Jl. Guru Patimpus dan jalan Sekunder Jl. Tembakau Deli. Pencapaian yang baik dalam perancangan harus mempertimbangkan hubungan yang baik antara bangunan dan area riverfront serta dua jalan penghubung tersebut. Keempat, karakter visual yaitu hal-hal yang mejadikan bangunan Mixed-use yang berada pada muka sungai memiliki karakter tersendiri yang dapat mengacu pada adat dan budaya yang berhubungan dengan kota Medan dan Sungai Deli. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keempat aspek tersebut menjadi penghubung antara tema utama (Riverfront) dengan subtema
5
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
(Urban Life Style) yang saling berkaitan secara khusus dalam perencanaan proyek ini. Sejarah Awal Kota Medan Setelah perancang menggabungkan tema utama dengan subtema proyek ini, perancang kemudian memikirkan untuk menyelaraskan tema individualnya agar saling berhubungan dengan tema utama dan subtema. Sebelum membahas lebih dalam mengenai tema individual, ada hal yang akan dibahas terlebih dahulu yakni mengenai sejarah Kota Medan yang nantinya akan berpengaruh terhadap tema individual yang dimaksud oleh perancang. Menurut kajian literatur yang perancang lakukan, Guru Patimpus yang bermarga Sembiring Pelawi yang berasal dari dataran tinggi Karo menikah dengan seorang putri Raja Pulo Brayan dan pada tanggal 1 Juli 1590 mereka membuka kawasan hutan antara Sungai Deli dan Sungai Babura yang kemudian menjadi Kampung Medan Putri. Perkampungan Medan Putri lokasinya terletak di Tanah Deli, tidak jauh dari Jl. Guru Patimpus sekarang. Pada awal perkembangannya kota Medan merupakan sebuah kampung kecil yang bernama Medan Putri. Perkembangan Kampung Medan Putri tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai pada saat itu, nama Medan mulai berkembang dan menjadi Kota Pusat Pemerintahan dan Perekonomian di Sumetra Utara dengan adanya perdagangan dan bisnis tembakau yang dibuka oleh Belanda pada tahun 1863. sehingga dengan demikian Kampung Medan Putri yang merupakan cikal bakal Kota Medan dan
6
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting pada masa itu. Menurut keterangan H. Muhammd Said yang dikutip melalui buku Deli : In Woord en Beeld ditulis oleh N. Ten Cate, keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan Putri ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang tedapat di pertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan Sungai Babura. Kemudian terdapat Rumah Administrateur terletak di seberang sungai kampung Medan Putri, kalau kita lihat letak benteng dari Kampung Medan Putri ini ada di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini. Kerajaan Haru/Aroe Tidak diketahui secara pasti kapan Kerajaan Haru menjadi kerajaan besar di Sumatera. Namun, Brahma Putra dalam bukunya “Karo dari Zaman ke Zaman” mengatakan bahwa pada abad 1 Masehi sudah ada kerajaan di Sumatera Utara yang rajanya bernama “Pa Lagan”, nama itu merupakan bahasa yang berasal dari Suku Karo. Mungkinlah pada masa abad 1 Masehi Kerajaan Haru sudah ada, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. (Darman Prinst, SH:2004). Kerajaan Haru diketahui tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Johor, Malaka, dan Aceh. Terbukti karena Kerajaan Haru pernah berperang dengan kerajaan-kerajaan tersebut. Kerajaan Haru identik dengan Suku Karo. Pada masa keemasannya batas Kerajaan Haru mulai dari Aceh Besar hingga ke Sungai Siak di Riau. Eksistensi Haru di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa nama desa di sana yang berasal
7
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
dari Bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja (sekarang Banda Aceh), Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, Blang Kejeren, dan lainnya. (D. Prinst, SH: 2004). Terdapat Suku Karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee. Keberadaan Suku Haru di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya “Aceh Sepanjang Abad”, (1981). Beliau menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari Batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddun dalam bukunya “Tarikh Aceh dan Nusantara” (1961) dikatakan bahwa di Lembah Aceh Besar disamping Kerajaan Islam ada Kerajaan Karo. Brahma Putra, dalam bukunya “Karo dari Zaman ke Zaman” mengatakan bahwa raja terakhir Suku Karo di Aceh Besar adalah Manang Ginting Suka. Sedangkan Raja Suku Karo di Sumatera Utara (Wampu, Delitua) yakni Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Dalam bukunya Brahma Putra mengatakan bahwa pada abad ke-16 Kerajaan Haru (Wampu, Delitua, lingga Timur Raya) dihancurkan oleh agresi dari Sultan Aceh. Hal itu adalah faktor penyebab pecahnya bangsa Haru menjadi suku-suku yakni: Suku Karo, Simalungun, Pak-Pak, Gayo, Alas, Singkel dan Keluat. Kelompok Karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi “Kaum Lhee Reutoih” atau Kaum Tiga Ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwa perselisihan antara Suku Karo dengan Suku Hindu disana yang disepakati diselesaikan dengan perang tanding. Perang tanding ini dapat didamaikan, sejak saat itu Suku Karo disebut sebagai Kaum Tiga Ratus dan Kaum Hindu disebut Kaum Empat Ratus. Dikemudian hari terjadi pencampuran antar Suku Karo dengan Suku Hindu dan
8
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
mereka disebut sebagai Kaum Jasandang. Golongan lainnya adalah Kaum Imam Pewet dan Kaum Tok Batee yang merupakan campuran suku pendatang, seperti: Kaum Hindu, Arab, Persia, dan lainnya. Arsitektur Neo-Vernacular Dari penjelasan diatas mengenai sejarah Kota Medan, dapat diambil kesimpulan bahwa Guru Patimpus membawa pengaruh besar sejarah budaya Karo di Kota Medan. Oleh karena itu perancang memilih Arsitektur Neo-Vernacular sebagai tema individualnya. Bila dikaitkan antara sejarah Kota Medan dengan tema NeoVernacular, sangat menarik bila budaya diangkat pada perancangan proyek ini karena mengingat sejarahnya berhubungan erat dengan budaya Suku Karo dan pendiri Kota Medan yaitu Guru Patimpus. Jadi dapat dikatakan ide dan desain dari proyek ini terinspirasi dari sejarah dan budaya Kota Medan. Melalui studi literatur yang dilakukan perancang dapat di simpulkan bahwa pengertian dari Arsitektur Neo-vernacular adalah bentuk-bentuk modern yang mengacu pada unsur-unsur budaya dan tradisi dengan tujuan dapat melestarikan unsur-unsur lokal dengan lapisan modernisasi. Arsitektur Neo-vernacular merupakan suatu bentuk yang modern namun masih memiliki ciri khas daerah walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam sehingga terlihat harmonisasi antara bentukan dan materialnya. Perancang menyimpulkan interpretasi dari tema Arsitektur Neo-Vernacular yaitu lebih mengutamakan visual dan tidak murni menerapkan prinsip-prinsip yang terdapat pada bangunan vernacular akan tetapi menampilkan karya-karya baru yang terinspirasi dari unsur atau langgam budaya setempat.
9
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
Berikut beberapa ciri-ciri gaya arsitektur Neo-Vernakular
menurut Charles
Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture” dapat dipaparkan sebagai berikut : mengembalikan bentuk-bentuk atau unsur tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertical, kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang di luar bangunan, warnawarna yang kuat dan kontras. Dari beberapa hal tersebut Charles Jencks menjabarkan beberapa pendekatan arsitektur Neo-Vernacular yang tidak hanya sekedar meniru bentukan fisik bangunan, melainkan Arsitektur Neo-Vernacular juga harus menerapkan elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dll yang berhubungan dengan budaya setempat. Sehingga bangunan baru yang di desain tidak hanya menampilkan visualisasi dari arsitektur Vernacular dalam bungkusan modern, tapi juga memberikan pengalaman ruang yang memiliki unsur budaya sehingga bangunan yang dibangun kuat dengan tema Neo-Vernacular secara elemen fisik dan elemen non fisik. Dalam penerapan tema Arsitektur Neo-Vernakular terdapat beberapa kajian prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular: Pertama, hubungan langsung dimana pembangunan bangunan baru yang kreatif dan adaftif disesuaikan dengan nilainilai/fungsi dari bangunan sekarang. Kedua, hubungan abstrak merupakan interpretasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur. Ketiga, hubungan lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim. Keempat, hubungan kontemporer yakni penggunaan teknologi dan
10
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
bentukan ide yang relevan dengan program konsep arsitektur. Kelima, hubungan masa depan merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.
Perba
Tradisional
Vernacular
Neo-
ndingan
Vernacular
Ideolo gi
Diwariskan
Diwariskan
dan
Penerapan
dan terbentuk oleh terbentuk oleh tradisi secara elemen arsitektur yang tradisi temurun
yang atau
turun turun temurun akan tetapi sudah
ada
dari terdapat bentuk pengaruh kemudian
generasi ke generasi perkembangan
dan sedikit
arsitektur banyaknya
mengalami
berdasarkan budaya tradisional dari luar baik pembaruan
menuju
dan kondisi lokal.
fisik maupun non fisik
suatu
karya
yang
modern.
11
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
Prinsi p
Tertutup dari perubahan dan
pada lingkungan
dan
untuk
budaya melestarikan
budaya serta sejarah dari daerah unsur
kedaerahan
unsur-
tradisi
atau
dan dimana arsitektur tersebut budaya lokal yang telah
memiliki peratruran berada.
ada
serta
mengembangkannya
norma
keagamaan
yang
Ide
dan
menjadi suatu langgam
sangat kental
Desain
Arsitektur yang
zaman waktu untuk merefleksikan bertujuan
terfokus
satu
Berkembang setiap
yang modern.
Lebih
Ornament
mementingkan
sebagai
Bentuk
desain
pelengkap saja namun tidak lebih modern.
fasade atau bentuk mengabaikan
nilai-nilai
dan disini ornament tradisi setempat. sebagai
suatu
keharusan.
Tinjauan Arsitektur Neo-Vernacular Tabel Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernacular dan Neo-Vernacular Sumber: Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo
Dalam hal ini pengertian Arsitektur Vernacular atau Neo-Vernacular sering juga disamakan dengan Arsitektur Tradisional dan secara konotatif kata tradisi memiliki makna pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau bisa juga diartikan sebagai pewaris budaya turun temurun dari generasi-generasi sebelumnya. Kata Tradisional sering digunakan untuk membedakan dengan sesuatu yang modern.
12
Universitas Sumatera Utara
Ramadhani Ginting S
Kesimpulan Penggabungan Tema (Riverfront, Urban Lifestyle, NeoVernacular) Dalam perencanaan dan perancangan Proyek Revitalisasi Kawasan muka Sungai Deli ini, menciptakan ruang terbuka untuk publik pada area Riverfront sebagai fasilitas yang memenuhi kebutuhan gaya hidup masyarakat perkotaan (Urban lifestyle) dan direncanakan agar menjadi tempat yang nyaman untuk berkumpul atau bersosialisasi serta mendapatkan nilai edukasi sejarah bagi masyarakat Kota Medan, dengan menggunakan pendekatan secara NeoVernakular dan memperhatikan unsur-unsur atau langgam-langagam budaya di Kota Medan dalam hal ini budaya Karo, memperhatikan konteks lingkungan sekitarnya dan membuat hasil perancangan desain dengan suasana baru yang lebih modern dengan mengambil unsur budaya arsitektur lokal. Dengan tujuan menjadikan proyek ini menjadi ikon Kota Medan yang memiliki dan mewakili arsitektur dari budaya yang ada di Kota Medan. Neo-Vernakular disini tidak semata-mata membuat gaya arsitektur yang berbentuk arsitektur kedaerahan tapi juga menerapkan nilai-nilai, tata letak, religi, pola pikir, dan kepercayaan.
13
Universitas Sumatera Utara