AROMATERAPI INHALASI SEBAGAI EVIDENCE BASED NURSING PADA PASIEN GGK YANG MENJALANI HEMODIALISA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN Widiyono1 Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Medikal Bedah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. korespodensi : Gang Sadewa 14 Perum Ambarketawang Indah Meijing Wetan Gamping 55291 Yogyakarta Phone : +6285228893002 Email :
[email protected] 1
Abstract : Aromatherapy inhalation is the most effective adn safely complementary used, Psychological problem as a result of physicaldisorder more common in patients with chronic illness, especially Chronic Renal Failure who undergoing hemodialysis. The objectiveis to describe the application of lemon aromatherapy inhalation to descrease the level of anxiety to Chronic Renal Failure who undergoing hemodialysis as an Evidence Based Nursing (EBN). The method of this paper was case study conductuted Ners Profesion Hemodialysis Stase in the implementation EBN at inpatient Hemodialysis Unit RSUD Wates for 3 weeks, in the span of 16th August until 10th September 2015. The lemon aromatheray Inhalation is done for 2 times a week, 30 minutes. The Participant this study all CRF patient who undergoing of hemodialysis at Hemodialysis Unit RSUD Wates. Total sample is 30 participant. Obtained a lemon aromatherapy inhalation is able to decrease patient anxiety level, seen from HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) score. The result show that from 30 participant, 16 participant didn’t anxiety, moderate anxiety 9 participant and mild anxiety 5 participant. The respone of patients after undergoing aromatherapy inhalation a reporting session feel relax and conform in Fistula needle insertion to dailys acces by nurse and reduce the nausea and vomiting symptoms. For the effective aromatherapy on the patient, let the hospital provides facilities such as aromatherapy inhalation equitment because this intervention effectively decrase patient anxiety at hemodyalis unit. Suggest to nurse must using this therapy to one part of nursing intervension. Key Word: aromatherapy inhalation, hemodialysis, anxiety Abstrak : Aromaterapi inhalasi, merupakan terapi komplementer yang paling efektif dan aman digunakan. Masalah psikologis seabagai dampak dari gangguan fisik banyak terjadi pada pasien penyakit kronis, terutama Gagal Ginjal Kronik (GGK). Tujuan penulisan ini memaparkan aplikasi dari pemberian terapi inhalasi untuk mengurangi kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis (HD) sebagai suatu evidence based nursing (EBN). Metode penulisan ini berupa case study pelaksanaan EBN praktik ners stase peminataan hemodialisa di lakukan di unit Hemodialisa RSUD Wates, Selama 3 minggu, dalam rentang waktu tanggal 16 Agustus hingga 9 September 2013. Aromaterapi inhalasi diberikan 2 kali seminggu, 30 menit. Partisipan dalam penerapan EBN ini adalah pasien GGK yang menjalani HD dengan 1 tahun menjalani HD sebanyak 30 sampel, didapatkan pemberian aromaterapi inhalasi dengan aroma lemon mampu menurunkan cemas pasien ditunjukkan dari hasil penurunan skor HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) .Didapatkan hasil setelah pemberian aromaterapi inhalasi adalah dari 30 pasien, sebanyak 13 responden tidak mengalami cemas, 10 responden berikutnya termasuk dalam kategori cemas ringan, 7 responden selanjutnya termasuk dalam kategori cemas sedang. Respon pasien setelah diberikan aromaterapi inhalasi melaporkan merasa lebih tenang dan nyaman saat akan di lakukan pemasangan invasif jarum fistula dialisis, dan mampu mengurangi gejala mual dan muntah efek HD. Diketahui dengan pemberian aromaterapi inhalasi aroma lemon dapat menurunkan tingkat kecemasan dalam menjalani hemodialisa, maka tentunya intervensi ini sangat dianjurkan untuk diberikan pada pasien GGK yang menjalani HD dan rumah sakit bisa memberikan fasilitas seperti alat untuk melakukan aromaterapi inhalasi ini.
Kata Kunci : aromaterapi inhalasi, hemodialis, kecemasan
1
PENDAHULUAN Penyakit termasuk
berdasarkan
data
survey
yang
gagal
ginjal
kronik
dilakukan PERNEFRI mencapai 30,7
masalah
yang
sangat
juta
penduduk
yang
mengalami
penting. Penyakit gagal ginjal yang
Penyakit Ginjal Kronik dan menurut
tidak ditatalaksana dengan baik dapat
data PT. ASKES ada sekitar 14,3 juta
memperburuk kearah penyakit ginjal
orang
stadium akhir yang membutuhkan
Tingkat Akhir yang saat ini menjalani
terapi
pengobatan (PERNEFRI, 2013)
pengganti
ginjal
permanen
berupa hemodialisis atau transpaltasi ginjal.
Diseluruh
dunia,
penderita
Penyakit
Ginjal
Pada tahun 2011 di Indonesia
terdapat
terdapat 15.353 pasien yang baru
sekitar satu juta orang penderita
menjalani HD dan pada tahun 2012
penyakit gagal ginjal kronik yang
terjadi
menjalani terapi pengganti (dialisis
menjalani HD sebanyak 4.268 orang
atau transplantasi) pada tahun 1996
sehingga
jumlah ini akan meningkat menjadi
terdapat19.621
dua juta orang pada tahun 2010
menjalani HD. Sampai akhir tahun
(Firmanyah, 2010).
2012 terdapat 244 unit hemodialisis di
Di Indonesia, menurut data dari PERNEFRI
(Persatuan
Indonesia)
pada
peningkatan
secara pasien
pasien
yang
keseluruhan yang
baru
Indonesia (IRR, 2013).
Nefrologi
tahun
2011
diperkirakan ada 70 ribu penderita ginjal yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronik tahap akhir dan yang menjalani terapi hemodialisis hanya 4000 sampai 5000 orang. Pada tahun 2012 dalam survey komunitas yang dilakukan
didapatkan
Pasien GGK yang memilih HD
prevalensi populasi yang memiliki
sebagai terapi pengganti fungsi ginjal
gangguan ginjal sudah ada 12,5%
akan menjalani terapi tersebut seumur
yang diujikan terhadap 9.412 populasi
hidupnya kecuali pasien menjalani
di
transplantasi ginjal (Rahardjo dkk.,
4
PERNEFRI
Gambar 1. Hemodialisa
kota
Indonesia
(Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Bali) yang
2006:591).
disampaikan oleh Dharmeizar sebagai
GGK terhadap HD seumur hidupnya,
Ketua PERNEFRI. Pada tahun 2013 2
Ketergantungan
pasien
akan
berdampak
luas
dan
kecemasan berat, dan 1 orang (2%)
menimbulkan masalah baik secara fisik,
psikososial,
dan
mengalami panik.
ekonomi.
Kecemasan adalah kekhawatiran
Kompleksitas masalah yang timbul
yang tidak jelas dan menyebar yang
pada pasien GGK yang menjalani HD
berkaitan dengan perasaan tidak pasti
akan
timbulnya
dan tidak berdaya (Stuart, 2006).
tersebut
Dokter dan perawat yang bertugas di
mengakibatkan
kecemasan
pada
pasien
(Indrawati et al., 2009). Penderita
gagal
unit hemodialisa telah berkolaborasi ginjal
kronik
untuk mengurangi kecemasan pasien
harus melakukan cuci darah, yang
GGK yang menjalani HD dengan cara
merupakan
untuk
pemberian obat anticemas (anxiolytic).
membebaskan tubuh seseorang dari
Hasil yang diperoleh dari pemberian
pembakaran makanan khususnya sisa-
obat tersebut cukup membantu pasien,
sisa pembakaran protein dan cairan
akan tetapi petugas kesehatan juga
tubuh yang berlebihan. Penderita akan
cukup mengkhawatirkan efek samping
mengalami
yang ditimbulkan oleh obat anticemas.
tindakan
medis
suatu
dependence-
independence conflict. Biasanya hidup
Berkenaan
dengan
secara
diperlukan
sebuah
mandiri,
sekarang
merasa
hal
tersebut,
terapi
non-
hidupnya bergantung pada mesin cuci
farmakologis yang dapat membantu
darah. Melihat masalah yang dihadapi
terjadinya
para penderita gagal ginjal kronik
kecemasan
menderita
menjalani HD.
kecemasan
kecemasan
merupakan
dimana salah
penurunan pasien
tingkat
GGK
yang
satu
Saat ini, Complementary and
gangguan yang ada pada psikologis
Alternative Medicine (CAM) sudah
manusia (Suhud, 2001).
mulai digunakan dan dikembangkan
Dari penelitian yang dilakukan oleh
Cahyaningsih
dalam dunia kesehatan. Penggunaan
(2011)
CAM
dalam
dunia
kesehatan
mengindikasikan bahwa dari 45 orang
diharapkan dapat menjadi pelengkap
yang menjalani terapi hemodialisis,
dari
terdapat
diaplikasikan oleh tenaga kesehatan,
6
orang
(13%)
tidak
perawatan medis dan dapat
mengalami kecemasan, 9 orang (20%)
khususnya
mengalami
kecemasan ringan, 22
keperawatan (Tzu, 2010). Salah satu
orang (49%) menagalami kecemasan
jenis dari CAM yang sedang populer
sedang, 7 orang (16%) mengalami
digunakan dalam bidang kesehatan 3
tenaga
di
bidang
yaitu aromaterapi (Watt & Janca,
membuktikan bahwa aroma lemon
2008).
dapat memberikan efek rileks pada
Aromaterapi adalah terapi yang
pasien pre operasi sectio cessaria
menggunakan minyak essensial yang
(p<0,05).
dinilai dapat membantu mengurangi bahkan
mengatasi
gangguan
psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya (Watt & Janca, 2008). Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara,
Gambar 2. Minyak Essensial Lemon
antara lain inhalasi, berendam, pijat,
untuk Aromaterapi
dan kompres (Bharkatiya et al, 2008).
Berdasarkan
studi
pendahulan
Dari keempat cara tersebut, cara yang
yang dilakukan di Unit Hemodialisa
tertua,
RSUD
termudah,
diaplikasikan
dan
adalah
tercepat
aromaterapi
Wates
pada
awal
Bulan
September tahun 2013. Dari delapan
inhalasi.
pasien yang menjalani HD, lima orang
Mekanisme
kerja
perawatan
(62,5%)
mengatakan
dirinya
aromaterapi dalam tubuh manusia
mengalami kecemasan saat menjalani
berlangsung
HD dengan mengalami tanda-tanda
melalui
dua
sistem
fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan
merasa
sistem penciuman. Wewangian dapat
debar, serta khawatir terhadap efek
mempengaruhi kondisi psikis, daya
samping setelah HD (misalnya mual
ingat, dan emosi seseorang (Wong,
dan kepala terasa pusing).
2010). Aromaterapi lemon merupakan
observasi terhadap 2 orang pasien
jenis
dapat
GGK yang menjalani hemodialisa saat
digunakan untuk mengatasi nyeri dan
akan dilakukan pemasangan akses
cemas. Zat yang terkandung dalam
sarana
lemon salah satunya adalah linalool
perawat,
pasien
yang berguna untuk menstabilkan
tangan,
ekspresi
sistem
sementara
aroma
saraf
menimbulkan
terapi
yang
sehingga efek
tenang
dapat bagi
jantung berdebar-
hubungan
menyeringai
siapapun yang menghirupnya (Wong, 2010).
tegang,
sirkulasi tampak
dan
oleh
menarik
tidak
seorang
Hasil
rileks,
yang
lain
merintih
kecil.
Pemasangan akses sarana hubungan
Penelitian Yuliadi (2011) 4
sirkulasi merupakan salah satu stressor
POPULATION
Pasien GGK yang
yang mempengaruhi kecemasan pasien
menjalani
yang menjalani hemodialisa, tetapi
hemodialisa yang
antara pasien yang satu dengan yang
mengalami
lain tampak kecemasan yang berbeda.
kecemasan
Dari fenomena kecemasan pada
INTERVENTION Pemberian
pasien GGK yang menjalani HD,
aromaterapi
maka pertanyaan klinis yang muncul
inhalasi
“Apakah
30 menit
adalah
:
pemberian
aromaterapi inhalasi aroma lemon
COMPARATION Tidak
selama
dilakukan
pada pasien GGK yang menjalani HD
intervensi
di Unit Hemodialisa dapat mengurangi
perbandingan
kecemasan?”
OUTCOME
Kecemasan akan mengalami
TUJUAN
penurunan
Memaparkan aplikasi pemberian aromaterapi
inhalasi
menurunkan pasien
untuk
ntingkat
kecemasan
yang
menjalani
GGK
dengan pemberian aromaterapi inhalasi 30
menit
hemodialisa sebagai suatu Evidence
dinilai
Based Nursing (EBN).
BAI
METODE
Dari
Tulisan ini berupa case study pelaksanaan profesi
EBN
ners
hemodialisa
selama
stase
STIKES
selama
penjabaran
yang dengan
berdasarkan
konsep PICO diatas, maka kata kunci
praktik
adalah :
peminatan
aromatherapy inhalation,
hemodialysis, anxiety
JENDERAL
Ringkasan jurnal EBN :
ACHMAD YANI Yogyakarta Agustus
Evidence
yang
diangkat
dari
– Oktober 2015 yang berlangsung di
proposal ini berasal dari uji random
Unit Hemodialisa RSUD Wates.
(RCT) Leila et al (2013) berjudul The
Untuk mengidentifikasi suatu evidence
study of effect aromatherapy on the
based maka dilakukan melaui analisa
anxiety rate and cortisol plasma
PICO, secara rinci adalah :
change on hemodialysis patients. Studi
Tabel 1. Analisa PICO
ini bertujuan untuk menguji pengaruh 5
aromaterapi pasien
yang
GGK
hemodialisa kecemasan
diberikan
pada
inhalasi sebanyak dua kali perlakuan,
menjalani
responden dihitung kembali mengenai
menurunkan
tingkat kecemasannya tepat 30 menit
yang untuk
dan
penurunan
kadar
setelah pemberian aromaterapi inhalasi
kortisol dalam darah. Dalam studi ini
berakhir (pos test).
mengguanakan kelompok intervensi dan
kontrol
serta
Dalam
dilakukan
menentukan
jumlah
partisipan, penulis terlebih dahulu
randomisasi dan single blind clinical
melaksanakan
skrinning
dengan
trial.
menggunakan teknik non probability sampling terhadap beberapa responden
PELAKSANAAN EBN : Aromaterapi bentuk
terapi
sesuai
inhalasi
adalah
komplementer
dengan
kriteria
inklusi.
Partisipan yang dipilih adalah pasien
dan
GGK yang menjalani HD di unit
merupakan intervensi keperawatan.
Hemodialisa RSUD Wates. Adapun
Dalam
kriteria inklusi dan ekslusinya adalah
pelaksanaan
EBN
ini,
aromaterapi inhalasi diberikan kepada
sebagai berikut :
seluruh sampel selama 30 menit setiap
Adapun kriteria inklusinya adalah :
kali HD sebanyak dua kali perlakuan.
a). Pasien GGK yang menjalani
Aromaterapi inhalasi disajikan dalam
hemodialisa di Unit Hemodialisa
bentuk tissue yang sudah diteteskan
RSUD Wates Kulon Progo.
dengan minyak essensial lemon (3
b). Bersedia menjadi responden.
tetes atau 0,3 ml) yang diletakkan
c). Pasien GGK menjalani hemodialisa
tepat di sebelah bantal responden (jarak
20-30
cm
dari
sebanyak 2 kali seminggu.
hidung
d). Pasien GGK yang memiliki indra
responden) dan dihirup oleh responden
penciuman yang baik
saat dimulainya pemasangan akses
Sedangkan kriteria eksklusinya :
hubungan
perawat
a). Pasien GGK yang menderita alergi
sampai HD berlangsung selama 30
atau memiliki riwayat penyakit
menit pertama. Tingkat kecemasan
pernafasan
sirkulasi
oleh
diukur
menggunakan
HARS
b). Pasien GGK dengan pengunaan
(Hamilton
Anxiety
Scale)
antidepresi dan ketergantungan
setelah
itu
inhalasi responden
Rating
diberikan
aroma
aromaterapi
lemon.
diberikan
obat
Setelah
Gambaran
aromaterapi
responden 6
tingkat sebelum
kecemasan diberikan
aromaterapi inhalasi yaitu sebanyak 20
bervariasi, mulai dari kepala pusing,
responden (67%) mengalami cemas
merasa tegang, sulit atau sesak nafas,
ringan, 10 responden (34%) termasuk
jantung berdebar, khawatir dengan
ke dalam kategori cemas sedang.
situasi
yang
Setelah diberikan aromaterapi inhalasi
dingin,
sampai
sebanyak dua kali perlakuan, terjadi
termasuk dalam terhadap kematian.
perubahan
yang
signifikan
dialami,
berkeringat
merasa
ketakutan
pada
Doengoes (2000) mengemukakan
tingkat kecemasan responden, dimana
bahwa pasien yang menjalani terapi
tingkat
responden
hemodialisa biasanya akan merasa
mengalami penurunan. Terdapat 13
cemas yang disebabkan oleh krisis
responden (43%) tidak mengalami
situasional, ancaman kematian, dan
cemas, 10 responden (33%) berikutnya
tidak mengetahui hasil dari terapi yang
termasuk
dilakukan tersebut. Pasien dihadapkan
kecemasan
dalam
kategori
cemas
ringan, 7 responden (24%) selanjutnya
pada
berapa
lama
termasuk
hemodialisa diperlukan dan
harus
dalam
kategori
cemas
ketidakpastian
sedang, dan tidak ada responden (0%)
dapat menerima kenyataan bahwa
yang mengalami cemas berat.
terapi hemodialisa akan diperlukan sepanjang hidupnya serta memerlukan
PEMBAHASAN
biaya yang besar.
Berdasarkan
hasil
wawancara
Masalah
psikologis
yang dilakukan pada responden 10
kecemasan
menit sebelum responden melakukan
ditemukan pada pasien GGK yang
HD, diperoleh data bahwa tingkat
menjalani HD karena pasien harus
kecemasan
sebelum
menjalani HD dalam periode waktu
diberikan aromaterapi inhalasi yaitu
yang lama (Itai et al, 2002). Seseorang
tidak ada responden (0%) yang tidak
yang
mengalami cemas dan mengalami
berkepanjangan
cemas berat, 20 responden mengalami
berbagai persoalan seperti masalah
cemas ringan, dan 10 responden yang
keuangan, mempertahankan pekerjaan,
mengalami cemas sedang.
dorongan seksual yang menghilang
Di
responden
samping
Dari
depresi
menjalani akan
dapat
hemodialisa dihadapkan
30
serta impotensi, khawatir terhadap
responden didapatkan data bahwa
perkawinan dan ketakutan terhadap
gejala kecemasan yang umumnya
kematian (Bare and Smeltzer, 2002).
terjadi
Selain itu, perasaan ketergantungan
pada
itu,
dan
seperti
responden
sangat 7
yang berlebihan pada mesin dialisis,
dimana
tenaga
terapi
mengakibatkan terjadinya kecemasan
pengobatan merupakan salah satu
pada seseorang (Butje & Shattell,
elemen yang tidak diinginkan oleh
2008).
kesehatan,
dan
hormon
ini
dapat
pasien GGK yang menjalani HD yang
Salah satu efektivitas kandungan
dapat menyebabkan kecemasan serta
kimia dalam minyak esensial dapat
perubahan pada harga diri pasien.
mempengaruhi aktivitas fungsi kerja
Usia, tingkat pendidikan, frekuensi
otak
HD,
berhubungan
status
sosial
juga
memiliki
melalui
sistem
saraf
dengan
indera
pengaruh yang cukup besar terhadap
penciuman.
Respon
insiden
merangsang
peningkatan
kecemasan
yang
dialami
yang
ini
akan aktivitas
pasien GGK yang menjalani HD
neutrotransmiter,
(Klaric et al, 2009).
dengan pemulihan kondisi psikologis
Setelah
dilakukan
pemberian
terjadi
kecemasan.
tingkat
Dari
keinginan (Jaelani, 2009).
penurunan
30
berkaitan
seperti emosi, perasaan, pikiran, dan
aromaterapi inhalasi dengan aroma lemon
yaitu
Saat
pemberian
aromaterapi,
responden,
minyak atsiri masuk dalam tubuh
terdapat 13 responden (43%) tidak
manusia melalui tiga jalan utama yaitu
mengalami
ingesti,
cemas,
10
responden
olfaksi,
dan
inhalasi
(33%) berikutnya termasuk dalam
(Koensoemardiyah, 2009). Menghirup
kategori cemas ringan, 7 responden
minyak aromaterapi dianggap sebagai
(24%) selanjutnya termasuk dalam
penyembuhan
kategori cemas sedang, dan tidak ada
langsung, hal tersebut dikarenakan
responden
molekul-molekul
(0%)
yang
mengalami
cemas berat.
yang
Aromaterapi
inhalasi
terhadap
yang
mudah
esensial
menguap
bereaksi
langsung pada organ penciuman dan langsung
kesadaran
(Sutrani et al, 2004).
kecemasan. yang
menurunkan
Molekul-molekul
terkandung
dalam
dan
minyak
minyak esensial dapat meningkatkan dan
cepat
bau
Bau
minyak
terhadap
dipersepsikan
oleh
berpengaruh otak
manusia,
langsung seperti
esensial memberikan efek positif pada
narkotika.
sistem
dapat
kemampuan untuk membedakan lebih
pengeluaran
Adreno
dari 100.000 bau yang berbeda yang
Hormone
(ACTH)
saraf
menghambat Corticotrophic
pusat,
yaitu
mempengaruhi 8
Hidung
otak
manusia
memiliki
tanpa
disadari. Bau-bauan tersebut masuk ke
Factor (CRF). Proses selanjutnya
hidung dan berhubungan dengan silia.
yaitu
Reseptor
pituitary untuk meningkatkan produksi
di
silia
mengubah
bau
CRF
merangsang
kelenjar
tersebut menjadi impuls listrik yang
Proopioidmelanocortin
dipancarkan
ke
dan
sehingga produksi enkephalin oleh
mempengaruhi
bagian
yang
medulla adrenal meningkat. Kelenjar
(suasana
pituitary juga menghasilkan endorphin
berkaitan
otak
dengan
otak
mood
(POMC)
hati),emosi, ingatan, dan pembelajaran
sebagai
(Tara, 2005).
mempengaruhi suasana hati menjadi
Saat minyak esensial dihirup,
neurotransmitter
yang
rileks (Buckle, 2003).
molekul bau yang terkandung dalam
Hal
tersebut
dikuatkan
oleh
(2009)
yang
minyak
esensial
lemon
(linalool
Koensoemardiyah
asetat)
diterima
oleh
olfactory
menyatakan bahwa ketika minyak
ephitelium.
Setelah
di
atsiri dihirup, molekul yang menguap
olfactory ephitelium, molekul bau
(volatile) dari minyak tersebut dibawa
ditransmisikan sebagai suatu pesan ke
oleh arus udara ke “atap” hidung di
pusat penghidu yang terletak di bagian
mana silia-silia yang lembut muncul
belakang hidung. Pada tempat ini,
dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-
berbagai sel neuron mengubah bau
molekul itu menempel pada rambut-
tersebut dan menghantarkannya ke
rambut
susunan
elektrokimia
saraf
diterima
pusat
(SSP)
yang
tersebut,
suatu
akan
pesan
ditransmisikan
selanjutnya dihantarkan menuju sistem
melalui bola dan saluran olfactory ke
limbik otak (Buckle, 2003).
dalam sistem limbic. Hal ini akan
Sistem limbik otak merupakan tempat
penyimpanan
pengaturan
suasana
memori, hati,
emosi
merangsang
memori
emosional.
Hipotalamus
sebagai
relay
dan
dan
respons berperan regulator,
senang, marah, kepribadian, orientasi
memunculkan pesan-pesan yang harus
seksual, dan tingkah laku. Pada sistem
disampaikan ke bagian lain otak dan
limbik, molekul bau akan dihantarkan
bagian
menuju
diterima kemudian diubah menjadi
hipothalamus
diterjemahkan.
Di
untuk
badan
lain.
hipothalamus,
tindakan
seluruh unsur pada minyak esensial
senyawa
merangasang
menyebabkan relaks (Jain, 2011).
hipothalamus
untuk
menghasilkan Corticotropin Releasing 9
yang
Pesan
berupa
yang
pelepasan
eletrokimia
yang
Menurut Indah (2013) pengaruh minyak
lemon
terhadap
oleh Yuliadi (2011) tentang pengaruh
perasaan
citrus aromaterapi terhadap penurunan
rileks disebabkan oleh kandungan
ansietas pada pasien pre operasi sectio
kimia utama minyak lavender adalah
cesarea didapatkan hasil uji p-value
linalool yang dapat meningkatkan
0,037 karena nilai p < α (0,05) maka
sirkulasi dan menghantarkan pesan
H0 ditolak. Ini membuktikan pada
elektrokimia ke susunan saraf pusat.
tingkat
Selanjutnya
linalool
signifikansi
95%
citrus
memberikan
efek
ini
akan
aromaterapi
spasmolitik
serta
pengaruh
significant
terhadap
menurunkan aliran impuls saraf yang
penurunan
tingkat
ansietas.
mentransmisikan nyeri dan mereduksi
Disarankan
penggunaan
ketegangan.
aromaterapi
sebagai
menyebabkan
citrus intervensi
Selain itu, kandungan linalool
keperawatan pada klien ansietas pre
asetat sebagai komposisi utama dalam
operasi sectio cesarea dengan catatan
minyak esensial lemon dinilai mampu
tidak memiliki riwayat alergi saluran
mengendurkan
melemaskan
napas dan golongan citrus. Selain
sistem kerja saraf dan otot-otot yang
terapi komplomenter, tindakan nursing
tegang dengan cara menurunkan kerja
care juga dapat diberikan sebagai
dari saraf simpatis saat seseorang
terapi non farmakologis salah satunya
mengalami kecemasan. Saraf simpatis
yaitu teknik relaksasi yang juga dapat
yang
menurunkan tekanan darah dan efektif
dan
membawa
vasokonstriksor
serabut akan
saraf
mengalami
dalam menurunkan kecemasan.
penurunan kinerja saat linalool asetat masuk
tubuh
melalui
ini
juga
Pemberian aromaterapi inhalasi
mengakibatkan menurunnya produksi
mampu menurunan tingkat kecemasan
epinefrin yang dikeluarkan oleh ujung-
pasien
ujung saraf vasokonstriksor sehingga
menjalani
gejala kecemasan seperti peningkatan
Wates sehingga pasien lebih siap
frekuensi nadi dan pernafasan, tekanan
menjalani pengobatan dengan segala
darah, mengalami penurunan bahkan
efek sampingnya. Kandungan unsur-
tidak dirasakan lagi.
unsur terapeutik dari minyak esensial
inhalasi.
ke
dalam Kondisi
PENUTUP
gagal
ginjal
kronik
hemodialisis
di
yang RSUD
Hasil pelaksanaan ini juga sejalan
dalam pemberian aromaterapi inhalasi
dengan penelitian yang di lakukan
memperbaiki ketidakseimbangan yang 10
Bare and Smeltzer, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Jakarta. Bharkatiya M, Nema RK, Rathore KS, Panchawat S. (2008). Aromatherapy: Short Overview. International Journal of Green Pharmacy, 2(1):13-16. Buckle, Jane.( 2003). Clinical Aromateraphy: Essential Oils in Practice. Jilid Pertama. Edisi Kedua. London: Churcill Livingstone. Butje, A.B. & Shattell, M. (2008). Healing Scents: An overview of Clinical Aromatherapy for Emotional Distress. Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 46(10):46-52. Cahyaningsih, N. (2009). Hemodialisa Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Yogyakarta : Mitra Cendika Press Doengoes, Mariynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Firmansyah, Adi. (2010). Usaha Memperlambat Perburukan Penyakit Ginjal Kronik ke Penyakit Ginjal Stadium Akhir. Jakarta: PPDS Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Indrawati SW, Maslihah S, Wulandari A. (2009). Studi Tentang Religiusitas, Derajat Stres, dan Strategi Penanggulangan Stres (Coping Stres) Pada Pasangan Hidup Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi Hemodialisa. Itai, Takahir; Amayasu, Hideaki, Kuribayashi, Michito; Kawamura, Naoko; Okada, Motohiro; Momose, Akishi;
terjadi dalam sistem tubuh. Aroma yang
terkandung
esensial
dapat
dalam
minyak
menimbulkan
rasa
tenang akan merangsang daerah di otak untuk memulihkan daya ingat, mengurangi kecemasan, depresi, dan stress (Buckle). Aromaterapi
inhalasi
dapat
digunakan sebagai salah satu terapi alternatif dan terapi komplementer untuk mengatasi kecemasan yang dialami pasien GGK yang menjalani HD serta meminimalkan efek samping terapi
farmakologis.
disarankan
kepada
memberikan
Selain
itu,
perawat
intervensi
untuk
ini
ketika
melakukan pemasanagan akses dialisis dan juga kepada pasien GGK agar mengikuti
pemberian
aromaterapi
secara teratur terutama saat mengalami kecemasan
selama
menjalani
HD
karena aromaterapi inhalasi ini sangat mudah
diaplikasikan
dan
sangat
bermanfaat. Bagi rumah sakit akan meningkatkan
mutu
pelayanan
kesehatan jika mampu menyediakan fasilitas
misalnya
alat
untuk
melakukan aromaterapi inhalasi. DAFTAR PUSTAKA Ackerman, C.,J., Turkoski, B. (2000). Using Guide Imagery to Reduce Pain and Anxiety. Home Healthcare Nurse, 18.
11
Tateyama, Toshiko; Narumi, Kumiko; Uematsu, Waka; Indah, SY. (2013). Keajaiban kulit buah. Surabaya: Tibbun Media Indonesian Renal Registry (IRR), 2013. Report of Indonesian Renal Registry 2011. Perhimpunan Jaelani. (2009). Aromaterapi. Ed.1. Jakarta; Pustaka Populer Obor Jain, R. (2011). Pengobatan alternatif untuk mengatasi tekanan darah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kaneko, Sunao. (2002). Psychological Effects of Aromatherapy on Chronic Hemodialysis Patients. Psychiatry and Clinical Neurosciences Journal, 54(2):393–397. Klaric, Miro; Letica, Ivona; Petrov, Bozo; Tomic, Monika; Klaric, Branka Letica, Ludvig; Franciskovic, Tanja. 2009. Depression and Anxiety in Patients on Chronic Hemodialysis in University Clinical Hospital Mostar. Journal of Psychiatric University of Mostar, 33(2):153158. Koensoemardiyah. (2009). A-Z aromaterapi untuk kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Yogyakarta: Andi Leila, Neisi., Sima, Hashemy., Masoud, Azarbeik., Ehsan, B. (2013). The study of effect aromatherapy on the anxiety rate and cortisol plasma change on hemodialysis patients. International Research Journal of Applied and Basic Sciences Vol 6 (6): 882-888 Leyfer OT, Ruberg JL, Borden JW. (2006). Examination of the utility of the Beck Anxiety Inventory and its Factors as a Screener for Anxiety Disorders.
Journal of Anxiety Disorder, 20(3):444-458. Markum, HMS. (2006). Gagal Ginjal Akut. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S (Eds.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia. Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Konsensus Dialisis. Jakarta: Depkes: Perhimpunan Nefrolog Indonesia Potter. Patricia A, Perry. Anne G. (2010). Fundamentals of Nursing 7th Edition Buku 2. Alih Bahasa : Nggie. Adrina F., Albar. Marina. Jakarta : Penerbit Salemba Medika. Riesenhuber A, Boehm M, Posch M, Aufrich C. (2006). Dierutic potential of energy drinks, Amino Acids. Stuart, G.W. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan oleh Ramona P dan Egi Komara. 2006. Jakarta: EGC. Stuart and Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC. Suhud, M. (2001). Pedoman gagal ginjal dan dialisis. Jakarta: Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia Sulistyowati. (2009). Pengaruh aromaterapi lavender secara masase terhadap nyeri kanker. Tidak dipublikasikan: Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sustrani, L. (2004). Hipertensi. Jakarta;Gramedia Tara. (2005). Buku pintar aroma terapi, panduan lengkap aroma terapi untuk kesehatan dan kecantikan. Jakarta; Inovasi Tzu, IC. 2010. Aromatherapy: The Challenges for Community 12
Nurses. Journal of Community Nursing, 24(1):18-21. Wong. (2010) . Easing anxiety with aromatherapy. about.com alternative medicine [Jurnal Online]. Diperoleh tanggal 5 September 2013 dari http://altmedicine.about.com/od/ anxiety/a/ anxiety_acupuncture.htm Watt, Gillian and Janca, Aleksandar. 2008. Aromatherapy in Nursing and Mental Health Care. Journal of Contemporary Nurse, 30(1):69-75. Wood, G. L., & Haber, J. (2006). Nursing research methods and critical appraisal for evidencebase practice. (6th ed.). Missouri: Mosby. Yuliadi. (2011). Pengaruh citrus aromaterapi terhadap penurunan ansietas pada klien pre operasi sectio cesarea. Diperoleh pada tanggal 1 Sepember 2013 dari http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/fil edownload/keperawatan/Majalah Ignatius%20Yuli adi.pdf
13