PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNER PADA PEMBELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN METODE KERJA LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PURWOREJO ARIF AFFANDI Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang setelah diterapkannya teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing. Dalam hubungan ini akan ditelaah peran teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium terbimbing dalam peningkatan hasil belajar siswa tentang konsep getaran dan gelombang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian 31 siswa SMP Negeri 13 Purworejo kelas VIII B dan berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan melalui suatu proses yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian ranah kognitif siswa berupa tes hasil belajar yang meliputi pretest dan postest. Soal yang digunakan dalam pretest dan postest telah dikembangkan melalui proses uji coba pada kelas III A dan divalidasi oleh guru kemudian direvisi dan digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar ranah kognitif siswa. Instrumen penelitian ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa berupa lembar observasi disusun berdasarkan lembar kegiatan siswa dan divalidasi oleh guru dan dosen pembimbing kemudian direvisi dan digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa. Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah deskriptif secara persentase. Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa melalui penerapan teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar baik ranah kognitif, psikomotorik, maupun afektif siswa. Adapun nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan II berturut-turut adalah 56,26 dan 69,55 atau mengalami peningkatan sebesar 13,29 untuk ranah kognitif, 71,07 dan 81,68 atau mengalami peningkatan sebesar 10,61 pada LKS 1 serta 61,43 dan 79,84 atau mengalami peningkatan sebesar 18,41 pada LKS 2 untuk ranah psikomotorik, dan
72,83 dan 88, 47 atau mengalami peningkatan sebesar 15,64 pada LKS 1 serta 71,42 dan 86,85 atau mengalami peningkatan sebesar 15,43 pada LKS 2 untuk ranah afektif. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa penerapan teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium terbimbing berperan meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kata kunci: teori belajar Bruner, kerja laboratorium terbimbing, hasil belajar siswa, getaran dan gelombang. Abstract The purpose of this research is improvement of studies result in cognitive, psychometric, and affective aspects on students. Main discussions of physics learning are vibration and waving after applying learning of Bruner theory in laboratory working guidance. This would be studied about roles of Bruner learning theory used laboratory working guidance methods on increasing student study results in vibration and waving concepts. This research is class action which is conducted 31 secondary school students at SMP N 13 Purworejo, grade VIII B, and done in 2 cycles. Every process is done in 4 steps, which are planning, doing, observation and reflecting. Cognitive aspects of studied instruments are marked learning that consists of pre-test and posttest. The questioners have been explored to grade III A, and then those are validated by teachers. After that, it is used to collect data from cognitive aspects. Research devices of psychometric and affective aspects are evaluation papers which are maintained based on student tasks (LKS), then it would be validated by teachers and research advisors, and this is used for collecting the data. The methods to analyze the data are descriptive percentage. The result shows that application Bruner theory can increase student studies on cognitive, psychometric, and affective aspects. However,
there are average results different for cognitive, psychometric, and affective aspects, which are conducted in first and second cycles. Cognitive, psychometric, and affective features are from 56.26 to 69.55 or a rise 13.29, between 71.07 and 81.68 or growth 10.61 for LKS 1 and between 61.43 and 79.84 or an increase 18.41 for LKS 2, and from 72.83 to 88.47 or a rise 15.64 for LKS 1 and from 71.42 to 86.85 or an increase 15.43 for LKS 2 respectively. Overall, it seems that the claim of Bruner theory can be used to increase student ability on learning in methods of advising laboratory. Key words: Bruner theory, methods of laboratory advising, vibration and waving, and results of learning students.
PENDAHULUAN Proses belajar-mengajar fisika khususnya dan IPA pada umumnya harus dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk. Pendidikan disebut bermutu dari segi proses, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, Oleh karena itu, dalam pembelajaran fisika proses dan produk dijadikan pertimbangan dalam memilih strategi atau metode mengajar sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung efektif dan efisien. Salah satu indikator keberhasilan sekolah adalah apabila hasil ujian akhir siswa mencapai target yang telah ditetapkan. Kondisi di lapangan saat ini menunjukkan bahwa hasil yang dicapai sekolah belum optimal. Selain disebabkan karena kurangnya kemampuan siswa hal ini juga disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang efektif. Melihat realitas pembelajaran yang ada di sekolah saat ini, banyak ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh model pembelajaran konvensional berupa kegiatan ceramah oleh guru saja. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 13 Purworejo khususnya pada pokok bahasan getaran dan gelombang yang selama ini pembelajaran masih menggunakan strategi pembelajaran konvensional yaitu, siswa hanya menerima materi dari guru sehingga para siswa lebih cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang demikian ini menyebabkan siswa kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung sehingga akan menimbulkan kejenuhan, hal tersebut akan mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap guru fisika menunjukkan bahwa nilai ratarata fisika siswa yaitu 54,11 masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) fisika kelas VIII yaitu 63,2 serta nilai ketuntasan yang telah ditetapkan guru yaitu 65. Hasil observasi yang telah dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 13 Purworejo menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal ini terlihat dari kurangnya siswa dalam bertanya, karena selama kegiatan pembelajaran semua aktivitas siswa tidak diberi penilaian oleh guru. Menurut penjelasan guru fisika dan siswa melalui hasil wawancara pada saat observasi menunjukkan bahwa pembelajaran fisika yang dilakukan didominasi dengan menggunakan metode ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan cenderung kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran fisika. Selain itu pemanfaatan laboratorium dan fasilitas yang ada sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan psikomotorik siswa dalam pembelajaran belum digunakan secara optimal, sehingga metode kerja laboratorium jarang sekali digunakan dalam proses pembelajaran fisika. Proses kegiatan belajar mengajar yang melibatkan keaktifan siswa serta siswa dituntut untuk menemukan sebuah konsep diperlukan untuk memecahkan permasalahan dalam proses pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 13 Purworejo. Teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing diharapkan mampu menjadikan pembelajaran fisika lebih bermakna sehingga hasil belajar siswa baik pada aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif dapat ditingkatkan. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian tindakan kelas tentang penerapan teori belajar Bruner pada pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang dengan metode kerja laboratorium terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang setelah diterapkannya teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing. 2. Meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang setelah diterapkannya teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing. 3. Meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang setelah diterapkannya
teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing.
KAJIAN PUSTAKA 1. Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan banyak digunakan untuk meneliti upaya perbaikan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu kemudian dikenal istilah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan baik oleh guru maupun calon guru sebagai peneliti untuk memecahkan suatu permasalahan yang timbul di kelas dengan memberikan perlakuan agar diperoleh kualitas pembelajaran yang lebih baik. Menurut Kunandar (2008: 44), tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan guru dalam mengembangkan profesinya. 2. Metode kerja laboratorium terbimbing dalam pembelajaran fisika Pada dasarnya untuk mengajarkan fisika diperlukan teori-teori belajar yang menggunakan eksperimen di laboratorium sebagai metode pembelajarannya. Menurut Zuhdan Kun Prasetyo (2001: 2.4), metode untuk mempelajari fisika yang dilakukan di laboratorium disebut dengan metode kerja laboratorium. Kerja laboratorium melibatkan siswa dalam investigasi sesungguhnya sehingga mereka dapat mengamati, mengidentifikasi masalah, mendesain cara kerja, mengukur, dan mengambil kesimpulan sendiri. Kerja laboratorium akan dapat mempengaruhi sikap mereka untuk memulai melakukan kerja ilmiah. Kerja laboratorium juga dapat membantu siswa dalam memahami konsep dan prinsip dengan lebih baik dalam proses pembelajaran fisika. 3. Teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Jerome Bruner (1966). Teori belajar yang pernah dikemukakan Jerome Bruner yakni free discovery learning. Menurut teori itu proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk (konsep, teori, definisi) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses
belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Tahap-tahap penerapan belajar penemuan yaitu stimulus, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi, dan generalisasi. Adapaun manfaat dari teori belajar penemuan yang dikemukan oleh Bruner adalah pengetahuan yang diperoleh siswa akan bertahan lama atau lama dapat diingat, belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik, dan secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas. 4. Hasil belajar fisika Hasil belajar secara garis besar dibagi dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif. Adapun bagianbagian ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif disajikan pada gambar dibawah ini:
METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini melibatkan 1 orang guru mata pelajaran fisika dan 6 observer pada siklus I dan 8 observer pada siklus II serta siswa kelas VIII SMP N 13 Purworejo dengan pokok bahasan getaran dan gelombang. Sesuai dengan rekomendasi dari guru dan observasi awal yang dilakukan maka kelas VIII B yang dipilih menjadi kelas sampelnya dari jumlah populasi kelas VIII yaitu 155 siswa yang dibagi menjadi 5 kelas dengan jumlah siswa 31 tiap kelasnya. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Desain penelitian yang peneliti gunakan adalah model PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Secara garis besar terdapat tiga tahapan tiap siklusnya yaitu pertama perencanaan, kedua tindakan dan observasi, dan yang ketiga refleksi.
Adapun alur penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut:
Keterangan : 0 = Perenungan 1 = Perencanaan 2 = Tindakan dan Observasi 3 = Refleksi 4 = Perencanaan II 5= Tindakan dan Observasi II 6 = Refleksi II
Pada siklus I terdiri dari empat pertemuan. Pertemuan pertama siswa melakukan pretest, pertemuan kedua dan ketiga siswa melakukan kerja laboratorium terbimbing dengan acuan LKS yang sesuai dengan tahapan pada teori belajar Bruner dan pertemuan keempat siswa melakukan posttest I. Pada siklus II tidak ada pretest sehingga hanya terdiri dari tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua siswa melakukan kerja laboratorium terbimbing dengan acuan LKS yang sesuai dengan tahapan pada teori belajar Bruner dan pertemuan ketiga siswa melakukan posttest II. LKS pada siklus II telah direfleksi dari siklus I. Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik dan afektif siswa dilakukan dengan observasi kinerja siswa selama kegiatan pembelajaran kerja laboratorium terbimbing. Setelah dilakukan observasi dilanjutkan refleksi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan pada siswa. Dari refleksi ini dilakukan diskusi dengan guru, dosen pembimbing dan peneliti untuk menentukan rencana yang akan dipakai dalam siklus berikutnya. Kemudian rencana yang telah disusun berdasarkan hasil refleksi dari siklus I ini dilaksanakan pada siklus II dengan tetap melakukan observasi dan refleksi sebagaimana pada siklus I. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Tes Prestasi Teknik pengambilan data untuk mengetahui peningkatan prestasi dilakukan melalui tes prestasi. Tes prestasi meliputi pretest dan posttest. Tes kemampuan awal (pretest) dilakukan sebelum siswa mendapat materi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian tes dilakukan diakhir pembelajaran atau posttest untuk mengetahui kemampuan mereka setelah mendapatkan materi. Selisih nilai pretest dan posttest merupakan peningkatan hasil belajar. Soal-soal
yang digunakan untuk pretest telah divalidasi, baik validitas konstruk maupun validitas isi. Validitas konstruk dianalisis menggunakan program iteman 3.00. Hasil validitas konstruk kemudian divalidasi oleh ahli atau validitas isi. Validator isi pada penelitian ini adalah guru pembimbing. Soal yang digunakan untuk posttest identik dengan soal pada pretest. b. Lembar Observasi Instrumen ini digunakan untuk menjaring kemampuan siswa yang berupa hasil belajar ranah psikomotorik dan afektif siswa. Hasil belajar ranah psikomotorik dan afektif diamati dan dinilai selama kegiatan kerja laboratorium berlangsung dengan menggunakan lembar observasi hasil belajar ranah psikomotorik dan afektif siswa. Lembar observasi disusun berdasarkan lembar kegiatan siswa (LKS) dan berjumlah sesuai dengan jumlah LKS. Instrumen ini menggunakan skala Likert dengan empat pilihan (1-4) untuk mengukur psikomotor dan afektif. Lembar observasi yang digunakan baik ranah psikomotorik maupun afektif telah divalidasi oleh dosen ahli. Teknik pengumpulan data diawali dengan melakukan observasi atau pengamatan terlebih dahulu sebelum memberikan perlakuan atau tindakan. Setelah itu, diberikan perlakuan atau tindakan berupa kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode kerja laboratorium terbimbing dengan LKS sebagai pedoman. LKS dibuat dengan menggunakan tahapan yang ada pada teori belajar Bruner. Dalam kegiatan kerja laboratorium, guru membimbing siswa untuk menemukan konsep getaran dan gelombang. Pada saat kegiatan kerja laboratorium berlangsung, dilakukan pengamatan dan penilaian ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa. Pengamatan dan penilaian dilakukan oleh observer. Hasil analisis lembar observasi ranah psikomotik dan ranah afektif siswa digunakan untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran fisika setelah diterapkannya teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium. Hasil pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan kerja laboratorium terbimbing kemudian direfleksi untuk merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Tes prestasi digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa yang meliputi pretest dan posttest. Pretest hanya dilakukan satu kali untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Posttest dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapatkan tindakan. Hasil tes prestasi kemudian
dianalisis untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa. Hasil analisis pretest dan posttest kemudian dibandingkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa merupakan keberhasilan produk dari penerapan teori belajar Bruner pada pembelajaran fisika dengan metode kerja laboratorium terbimbing. Indikator keberhasilan penerapan teori belajar Bruner pada pembelajaran fisika dengan metode kerja laboratorium terbimbing ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif siswa telah melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA kelas VIII SMP N 13 Purworejo serta adanya peningkatan hasil belajar siswa ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa minimal telah mencapai kriteria baik. Dengan indikator keberhasilan tersebut apabila telah terdapat peningkatan persentase hasil belajar siswa ranah kognitif yang telah melebihi nilai KKM mata pelajaran IPA kelas VIII SMP N 13 Purworejo yang telah ditetapkan oleh guru yaitu 65 dan kualifikasi aspek ranah psikomotorik dan afektif siswa yang diamati minimal tergolong dalam kriteria baik maka siklus bisa dihentikan. Analisis dilakukan dengan deskriptif secara persentase, yaitu dengan memadukan seluruh informasi yang diperoleh dari setiap siklus. Kemudian, untuk mengetahui tingkat keberhasilan produk yang dicapai, baik pada saat proses pembelajaran berlangsung maupun setelah proses pembelajaran selesai, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Keberhasilan produk yang berupa kemampuan kognitif dapat diketahui dengan melihat dan menganalisis hasil pekerjaan pretest dan posttest. 2. Persentase keberhasilan produk dari hasil posttest dapat diketahui dengan membandingkan jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah keseluruhan siswa dikalikan 100%. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : P%=
B X 100 % N
Keterangan: P = persentase keberhasilan produk B = jumlah siswa yang menjawab benar N = jumlah keseluruhan siswa 3. Tingkat keberhasilan proses kegiatan pembelajaran tercermin pada ranah psikomotorik dan afektif, yaitu dengan
menganalisis lembar observasi psikomotorik dan afektif siswa pada saat praktikum. Menurut Ngalim Purwanto (2012: 103), kategori penskoran lembar observasi dikualifikasi dengan kriteria sebagai berikut: Persentase 80% - 100% 60% - 79 % 40% - 59% 20% - 39% 0% - 19%
Kriteria Sangat baik Baik Sedang Kurang Sanagat baik
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya prosentase psikomotorik dan afektif siswa adalah : % = Skor yang diperoleh dari hasil observasi x 100 % Skor maksimal
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum tindakan penerapan teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium terbimbing dilaksanakan, peneliti melakukan pre-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui skor dasar siswa. Dari pelaksanaan tes kemampuan awal (pre-test) diperoleh rata-rata skor tes 44,90 dengan nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 32. Hasil analisis data pada siklus I setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan penerapan teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium terbimbing adalah sebagai berikut: 1) Hasil belajar ranah psikomotorik siswa Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik selama kegiatan kerja laboratorium berlangsung dapat dinilai dengan menggunakan lembar observasi psikomorik siswa. Lembar observasi psikomotorik siswa terdiri dari 2 lembar observasi yaitu lembar observasi psikomotorik LKS 1 dan lembar observasi psikomotorik LKS 2. Dari hasil observasi yang telah dianalisis selama kegiatan pembelajaran berlangsung diperoleh nilai rata-rata hasil pengolahan data dari lembar observasi psikomotorik yaitu 71,07 pada Lembar observasi psikomotorik LKS 1 dan 61,43 pada lembar observasi LKS 2. 2) Hasil belajar ranah afektif siswa Hasil analisis data lembar observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung diperoleh hasil rata-rata penilaian hasil belajar ranah afektif siswa LKS 1 yaitu 72,83 dan hasil belajar ranah afektif siswa LKS 2 yaitu 71,42.
3) Hasil belajar ranah kognitif siswa Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I selesai, siswa diberi soal postest I untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa. Hasil postest I kemudian dianalisis dan didapatkan data hasil postest I. Berdasarkan hasil analisis postest I, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil postest I siswa sebesar 56,26 dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 32. Dari hasil analisis postest I diketahui bahwa 25,81% siswa memenuhi nilai KKM dan 74,19% siswa tidak memenuhi nilai KKM kelas VIII SMP N 13 Purworejo. Hasil postest I mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 11,36 dari nilai pretest yaitu 44,90. Dari analisis pada siklus I diperoleh beberapa permasalahan yang perlu direfleksi pada siklus II. Permasalahan tersebut antara lain siswa cenderung kurang aktif pada saat kegiatan praktikum di laboratorium, masih banyak siswa yang belum jelas saat melakukan praktikum meskipun sebelum siswa melakukan praktikum guru telah menjelaskan LKS tersebut, serta banyaknya variabel yang harus diteliti siswa pada kegiatan ketiga LKS 1. Akibatnya pelaksanaan praktikum lebih lama dari jadwal yang seharusnya. Kurang aktifnya siswa juga terlihat dari masih banyaknya siswa yang belum berani bertanya. Dari hasil refleksi pada siklus I, peneliti bersama guru merencanakan langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan dalam siklus II, diantaranya yaitu: 1. Diawal praktikum guru terlebih dahulu menjelaskan LKS sampai semua siswa jelas, 2. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam melakukan kegiatan praktikum, 3. Guru selalu memotivasi siswa untuk aktif selama kegiatan praktikum, 4. Guru memotivasi siswa untuk berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, 5. Guru memperkecil jumlah variabel penelitian dalam kegiatan ketiga LKS 1 sehingga praktikum dapat selesai sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Data yang diperoleh dari siklus II kemudian dianalisis dan diperoleh hasil analisis sebagai berikut: 1) Hasil belajar ranah psikomorik siswa Keaktifan siswa dalam kegiatan praktikum pada pertemuan pertama dan kedua dinilai dengan menggunakan lembar observasi psikomotorik siswa LKS 1 dan lembar psikomotorik siswa LKS 2. Hasil pengolahan
data pada lembar psikomotrik LKS 1 maupun lembar psikomotorik LKS 2, diperoleh rata-rata hasil belajar ranah psikomotorik siswa 81,68 pada lembar psikomotorik LKS 1 dan 79,84 pada lembar psikomotorik LKS 2. 2) Hasil belajar ranah afektif siswa Dari hasil analisis lembar observasi afektif siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung diperoleh rata-rata siswa pada LKS 1 yaitu 88,47 dan pada LKS 2 yaitu 86,85. 3) Hasil belajar ranah kognitif siswa Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus II selesai, siswa diberi soal postest II untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa. Berdasarkan hasil analisis postest II, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil postest II siswa sebesar 69,55 dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 52. Dari hasil analisis postest II diketahui bahwa 80,65% siswa memenuhi nilai KKM dan 19,35% siswa tidak memenuhi nilai KKM IPA kelas VIII SMP N 13 Purworejo yaitu 6,32. Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran pada siklus II, tampak bahwa proses proses kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar dan lebih baik dibandingkan pada siklus I. Alokasi waktu untuk melakukan praktikum sudah cukup efektif. Perhatian siswa pada guru juga sudah baik, siswa mendengarkan saat guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang ada pada LKS. Keaktifan siswa sudah mulai tampak terlihat dari munculnya keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dan bertanya pada guru. Selain itu keaktifan siswa saat melakukan praktikum pada siklus II juga meningkat dibandingkan pada siklus I. Analisis hasil tindakan pada siklus I dan II, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari tiap siklus mengalami peningkatan. Rata-rata nilai hasil belajar ranah kognitif siswa pada siklus II meningkat apabila dibandingkan dengan dengan siklus I. Perbandingan peningkatan hasil belajar pada siklus II dengan siklus I pada tiap hasil belajar disajikan pada tabel berikut:
Hasil belajar
Siklus I
Siklus II
Ranah kognitif Ranah psikomotorik LKS 1 Ranah psikomotorik LKS 2 Ranah afektif LKS 1
56,26
69,55
Kenaikkan nilai ratarata siswa 13,29
71,07
81,68
10,61
61,43
79,84
18,41
72,83
88,47
15,64
Ranah afektif LKS 2
71,42
86,85
15,43
Dari hasil belajar yang terdapat pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran atau tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa khususnya pokok bahasan getaran dan gelombang. Selain itu, nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa yaitu 6,96 telah melebihi nilai ketuntasan IPA kelas VIII SMP N 13 Purworejo yang telah ditetapkan guru yaitu 65 dan hasil belajar ranah psikomotorik serta afektif siswa telah mengalami peningkatan dan termasuk dalam kriteria baik. Dengan tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka tindakan penelitian dipandang sudah dapat diberhentikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka disampaikan saran-saran yang bermanfaat sebagai berikut: 1. Penerapan teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium terbimbing hendaknya dapat dikembangkan oleh guru secara berkelanjutan sehingga siswa dapat terlibat penuh dalam pembelajaran dan mengasah kemampuan berpikir siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep fisika. 2. Dalam mengangkat permasalahan fisika hendaknya guru lebih menekankan pada faktafakta yang sering dialami dan dijumpai dalam keseharian siswa. 3. Hendaknya guru juga melakukan penguatan (diskusi kelas) untuk meluruskan atau menyamakan konsep fisika siswa yang telah ditemukan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII B SMP N 13 Purworejo serta dari analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang mampu meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa. Adapun nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa pada siklus I dan II berturut-turut adalah 56,26 dan 69,55 atau mengalami peningkatan 13,29. 2. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang mampu meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik siswa. Adapun nilai rata-rata hasil belajar ranah psikomotorik siswa pada siklus I dan II berturut-turut adalah 71,07 dan 81,68 atau mengalami peningkatan 10,61 pada LKS 1 serta 61,43 dan 79,84 atau mengalami peningkatan 18,41 pada LKS 2. 3. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang mampu meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa. Adapun nilai rata-rata hasil belajar ranah afektif siswa pada siklus I dan II berturut-turut adalah 72,83 dan 88, 47 atau mengalami peningkatan sebesar 15,64 pada LKS 1 serta 71,42 dan 86,85 atau mengalami peningkatan sebesar 15,43 pada LKS 2. Saran
DAFTAR PUSTAKA Abun. (2011). Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Sains melalui Kerja Laboratorium di Kelas VII E SMP Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: FMIPA UNY Ahmad Abu Hamid. (2004). Kajian Fisika Sekolah. Yogyakarta: FMIPA UNY. Dwi Purwanti. (2006). Meningkatkan Kemampuan Siswa tentang Pembagian Menurut Teori Jerome S. Brunner. Semarang: FIP UNNES Ella Yulaelawati. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung : Pakar Raya. Francis W. Sears. (1993). Fisika Universitas Edisi Keenam Jilid 1, terjemahan Sri Jatno Wirjosoedibjo dan Soegeng. Jakarta: Erlangga. Harjanto. (2003). Perencanaan Pengajaran: Komponen MKDK Materi Disesuaikan dengan Silabi Kurikulum Nasional IAIN Cetakan Ke-3. Jakarta: Renika Cipta. Hendyat Soetopo. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan dan Praktek. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Lyman, Howard B. (1978). Test Scores and What They Mean Third Edition. Engelwood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc. Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Martin Kanginan. (2002). Sains Fisika SMP 1A. Jakarta: Erlangga. Mimin Haryati. (2007). Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto.2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. (2003). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Rini Pratiwi, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suharsimi Arikunto.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto, dkk.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Sumaji, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanitis. Yogyakarta: Kanisius. Supriyadi. (2007). Kurikulum Sains dalam Proses Belajar Sains. Yogyakarta: Pustaka Tempel Sari. Throwbridge, Leslie W., & Bybee, Rodger W. (1990). Becoming a Secondary Science Teacher. Ohio : Merril Publishing Company. Udin S. Winaputra. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Zuhdan Kun Prasetyo. (2001). Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta : Universitas Terbuka. Sumber dari web: Ari Widodo. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._ BIOLOGI/196705271992031-ARI_WIDODO/2006Taksonomi_Bloom_dan_alat_evaluasi.pdf. diakses tanggal 18 November 2011 Herman. http://hermanphysics.blogspot.com/2010/12/jeromes-bruner.html. diakses tanggal 18 November 2011. Zaif. http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranahpenilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/. diakses tanggal 15 November 2011.