APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN MUKA KUNING, BATAM
JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akhir Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST.)
Disusun oleh : Sona Gusti Aniskurlillah NIM. 105060400111023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN MALANG 2014
LEMBAR PERSETUJUAN APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN MUKA KUNING, BATAM JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akhir Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST.)
Disusun oleh : SONA GUSTI ANISKURLILLAH NIM. 105060400111023
Telah diperiksa dan disetujui oleh : Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT NIP. 19700721 200012 1 001
Dr. Runi Asmaranto, ST., MT NIP. 19710830 200012 1 001
APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN MUKA KUNING, BATAM Sona Gusti Aniskurlillah1, Pitojo Tri Juwono2, Runi Asmaranto2 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
[email protected]
1
ABSTRAK Bendungan, selain membawa manfaat yang sangat besar, juga merupakan bangunan yang berisiko tinggi. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2010 tentang Bendungan disebutkan bahwa setiap bendungan harus dilengkapi dengan dokumen rencana tindak darurat dalam rangka antisipasi penyelamatan jiwa dan harta benda apabila terjadi keruntuhan bendungan. Simulasi analisa keruntuhan bendungan pada penelitian ini menggunakan program Zhong Xing HY21. Disini, skenario keruntuhan terjadi akibat overtopping dan piping, sementara debit inflow yang digunakan adalah Probability Maximum Flood (PMF). Dengan bantuan program tersebut, dapat diketahui hidrograf outflow banjir dan peta genangan banjir yang akan terjadi jika bendungan mengalami keruntuhan. Hubungan antara jarak dan elevasi muka air banjir serta jarak dan waktu puncak banjir dapat digambarkan dengan persamaan empiris regresi yang didasari oleh hasil running program Zhong Xing HY21. Penelitian ini menghasilkan angka debit inflow maksimum sebesar 463,60 m3/detik dan debit outflow maksimum 3454,88 m3/detik yang terjadi pada saat skenario overtopping. Selain itu, dampak genangan banjir terluas adalah 18,94 km2, waktu datang banjir tercepat adalah 0,23 jam, waktu puncak banjir tercepat adalah 1,17 jam, serta waktu surut banjir terlama adalah 24 jam. Kemudian, hubungan antara jarak–waktu puncak banjir digambarkan dengan persamaan y = 7E -12x4 - 5E-08x3 + 9E-05x2 0.0353x + 70.091 (y = waktu puncak dalam menit, x= jarak dalam meter) dan hubungan antara jarak– elevasi muka air banjir digambarkan dengan persamaan y = 2E -12x4 - 1E-08x3 + 3E-05x2 - 0.028x + 26.709 (y = elevasi muka air banjir maksimal dalam meter, x= jarak dalam meter). Dari peta genangan banjir, ditentukan jalur dan lokasi evakuasi pada tiga titik, yaitu Kampung Aceh, Kompleks Batamindo, dan Kompleks Panbil Industri yang ketiganya berada di Desa Muka Kuning, Kecamatan Sungai Beduk, Batam. Kata kunci : Keruntuhan Bendungan, Zhong Xing HY21, Overtopping, Piping, Evakuasi
ABSTRACT The dam construction has big advantages for human life, but it also comes with high risk. In Government Ordinance Number 37, 2010 about dam has been noted that each dam should be equipped with emergency action plan document. This regulation purpose to anticipate human safety and property rescue if the dam collapse occurred. In this research, dam breaks simulation was using Zhong Xing HY21 program with two scenarios i.e. overtopping and piping. Inflow which used in simulation is Probability Maximum Flood (PMF) discharge. The program helps us to know about flood outflow hydrograph and flood inundation maps caused by dam breaks. The relation between distance and flood water level, also distance and time peaks shown by empirical regression equation. It based on running result of Zhong Xing HY21 program. The result of this research obtained maximum inflow discharge is 463,60 m3/second and maximum outflow discharge is 3454,88 m3/second that occurs during overtopping scenarios. The widest flood impacts reach 18,94 km2 and the fastest flood arrival time is 0,23 hours. Furthermore, the fastest flood peak time is 1,17 hours and the longest flood recede time is 24 hours. Then, the relation of distance and time peaks was described by equation y = 7E-12x4 - 5E-08x3 + 9E-05x2 - 0.0353x + 70.091(y = time peaks in minutes, x = distance in meters). The relation between distance and flood water level was described by equation y = 2E-12x4 - 1E-08x3 + 3E-05x2 - 0.028x + 26.709 (y = flood water level in meters, x = distance in meters). Based on flood inundation maps, it determined evacuation route and location at three points, i.e. Kampung Aceh, Kompleks Batamindo, and Kompleks Panbil Industri. These points are located in Muka Kuning Village, Sei Beduk sub-district, Batam. Keywords: Dam Breaks, Zhong Xing HY21, Overtopping, Piping, Evacuation
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Selain membawa manfaat yang besar bendungan juga dapat menimbulkan yang besar pula. Salah satu risiko yang dapat ditimbulkan adalah jika bendungan mengalami keruntuhan. Berdasarkan fakta tersebut maka pada Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan, disebutkan bahwa setiap bendungan harus dilengkapi dengan Dokumen Rencana Tindak Darurat (RTD) dalam rangka antisipasi penyelamatan jiwa dan harta benda, apabila terjadi keruntuhan bendungan. Bendungan Muka Kuning memiliki tinggi 16,75 m dan tampungan 9,66 juta m3. Daerah hilir Bendungan Muka Kuning merupakan daerah pemukiman padat penduduk dan daerah industri yang memiliki peran vital dalam hal ekonomi. Selain itu kondisi bendungan yang telah lebih dari 10 tahun, jika tidak dirawat dengan baik akan menambah potensi risiko kegagalan bendungan. Berdasarkan latar belakang itulah analisa keruntuhan Bendungan Muka Kuning perlu dilakukan. 1.2 Identifikasi Masalah Keruntuhan bendungan yang terjadi akan mengakibatkan perambatan gelombang banjir serta bahaya yang ditimbulkan dapat mengancam kehidupan manusia dan harta benda, mengingat di bagian hilir Bendungan Muka Kuning terdapat banyak pemukiman padat penduduk, industri dengan nilai ekonomi tinggi, dan bangunan fasilitas umum. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan tentang waktu tempuh banjir dan kedalaman banjir sehingga peta daerah genangan banjir tidak tersedia pula. Parameter yang berpengaruh penting terhadap banjir yang diakibatkan oleh keruntuhan bendungan antara lain adalah kedalaman puncak banjir (Hp), waktu tiba gelombang banjir (Tb) dan waktu tiba puncak banjir (Tp). Oleh jarena itu, untuk mengetahui besarnya nilai parameter tersebut diperlukan analisis penelusuran banjir sehingga dapat mengetahui kedalaman maksimal, waktu banjir puncak dan waktu tiba gelombang banjir. Dari parameter-parameter tersebut dapat dibuat peta daerah genangan banjir akibat keruntuhan Bendungan Muka Kuning, sehingga akan diketahui luasan genangan, waktu tiba banjir dan jumlah desa yang terkena dampak keruntuhan bendungan. 1.3 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas maka masalah-masalah yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Bagaimana peta genangan banjir yang terjadi jika Bendungan Muka Kuning mengalami keruntuhan dengan bantuan software Zhong Xing HY21 ? Berapakah waktu yang diperlukan untuk datangnya banjir, waktu puncak, dan waktu surut banjir ? Bagaimana hubungan antara jarak, waktu puncak banjir dan elevasi muka air banjir jika Bendungan Muka Kuning mengalami keruntuhan ? Berapa desa yang akan tergenang jika Bendungan Muka Kuning mengalami keruntuhan dan bagaimana karakteristik (kedalaman) banjirnya ? Bagaimana rencana tindak darurat (RTD)/jalur evakuasi bila terjadi banjir akibat keruntuhan Bendungan Muka Kuning ?
1.4 Maksud dan Tujuan Dengan demikian maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui sejauh mana daerah rambatan banjir daerah hilir bendungan setelah dilakukan simulasi keruntuhan bendungan meliputi peta banjir, waktu datang banjir, waktu surut banjir dan hidrograf banjir sehingga dapat diterapkan untuk bendunganbendungan yang lain mengingat software Zhong Xing HY21 merupakan software baru dalam melakukan analisa keruntuhan bendungan. 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Curah Hujan Rancangan Curah hujan rancangan yang akan digunakan ditentukan berdasarkan hujan maksimum boleh jadi (PMP) yang dihitung dengan menggunakan Metode Hersfield sebagai berikut: (Tim Penyusun BSN, 2004) ̅ (2-1) dengan : XPMP : hujan banjir maksimum boleh jadi ̅ : nilai rata-rata hujan/banjir K : faktor koefisien Hersfield S : standard deviasi Hujan rancangan tersebut tidak seluruhnya masuk kedalam badan sungai, oleh karena itu untuk mendapatkan hujan efektif (netto), maka digunakan formula dibawah ini : (2-2) dengan : Rn : hujan efektif / netto (mm) Rmax : hujan maksimum (mm) C : koefisien limpasan 2.2 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Rumus yang digunakan dalam perhitungan HSS Nakayasu adalah sebagai berikut : (2-3)
dengan: Qp : debit puncak banjir (m3/detik) A : luas daerah pengaliran sampai outlet Ro : hujan satuan (mm) Tp : tenggang waktu dari waktu permulaan sampai puncak banjir (jam) T0,3: waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai 30% dari debit puncak (jam) 2.3 Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah Pada rekayasa hidrologi, penelusuran banjir merupakan teknik penting yang diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian lengkap mengenai persoalan pengendalian banjir dan prakiraan banjir. Selama proses penelusuran banjir berlangsung, jumlah air yang disimpan sementara didalam waduk disebut reduksi banjir. Hidrograf outflow dari waduk akan mempunyai puncak terendah tergantung pada ukuran waduk dan besarnya kapasitas banjir yang tersedia. Berikut ini adalah penyajian gambar hidrograf inflow dan outflow dari hasil penelusuran banjir pada waduk:
routing dengan cepat dalam berbagai kondisi skenario keruntuhan Kesanggupan simulasi pengaruh backwater dari kehancuran bendungan yang merambat lewat pertemuan anak sungai dengan sungai induknya Kesanggupan untuk membuat animasi perjalanan banjir beserta waktu tiba banjir, waktu puncak banjir, waktu surut banjir dan kedalaman banjir. 2.5 Analisa Keruntuhan Bendungan Sebelum mengalami keruntuhan, kegagalan bendungan biasanya diawali dengan adanya rekahan. Sebenarnya mekanisme keruntuhannya tidak begitu dipahami, baik untuk bendungan urugan tanah maupun bendungan beton, sehingga digunakan anggapan bahwa bendungan runtuh secara total dan mendadak. Pada umumnya, studi analisa keruntuhan bendungan didasarkan pada dua skenario, yaitu overtopping dan piping. Didalam analisa keruntuhan bendungan digunakan beberapa parameter –parameter sebagai input. Parameter tersebut ditentukan sendiri oleh pengguna program dengan mengikuti batasan-batasan sebagai berikut: Parameter Bendungan Urugan
Bendungan Beton
Bendungan Pelengkung
½ hingga 4 x tinggi bendungan
Beberapa kali lebar monolit
Lebar total bendungan
0 sampai 1
0
0,5 hingga 4
0,1 hingga 0,5
1 sampai 5 ft di atas puncak bendungan
10 sampai 50 ft di atas puncak bendungan
Tipe Bend. Lebar rekahan
Gambar 2.1 Hidrograf Inflow dan Outflow Hasil Penelusuran Banjir Pada Waduk Prosedur penelusuran banjir pada prinsipnya berdasar pada perhitungan persamaan kontinuitas massa aliran sederhana sebagai berikut: Inflow – outflow = perubahan kapasitas (2-4) 2.4 Aplikasi Zhong Xing HY21 HY21 merupakan perangkat lunak (Zhong Xing HY21) berbasis sistem operasi windows yang dibuat oleh Sinotech Engineering Group, Taiwan. Salah satu fungsi perangkat lunak ini adalah untuk mensimulasikan dan memvisualisasikan rambatan banjir akibat keruntuhan bendungan. Kemampuan Zhong Xing HY21antara: Kesanggupan untuk mensimulasikan pengaruh alur sungai meandering dalam dataran banjir yang lebar Kesanggupan untuk mensimulasikan aliran subkritis dan super kritis dalam routing yang sama Kesanggupan untuk menelusur (routing) hidrograf tertentu menggunakan dynamic
Lereng samping rekahan Waktu keruntuhan (jam) Elevasi muka air waduk pada keruntuhan
Lereng dinding lembah Mendekati tiba-tiba (0,1 jam) 10 sampai 50 ft di atas puncak bendungan
Sumber : Anonim, 1991 3 Metode Penelitian 3.1 Gambaran Lokasi Studi Bendungan Muka Kuning terdapat pada DAS Muka Kuning dengan luas DTA 973,73 ha. Secara topografis daerah tangkapan Bendungan Muka Kuning memiliki kemiringan relatif datar. Secara klimatologis DAS Muka Kuning beriklim tropis dengan suhu minimum udara antara 20,5°-33° C dengan kelembaban udara 22% - 79% dan curah hujan rata-rata sebesar 155 mm. Lokasi Bendungan Muka Kuning dapat ditempuh dengan menelusuri jalan perkotaan dari Bandara Hang Nadim ke arah Tenggara sejauh kurang lebih 15 km melalui Jl Hang Tuah– Jl. Sudirman – Jl. Ahmad Yani – Jl. Letjen Suprapto.
3.2 Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari PT. Catur Bina Guna Persada. Data-data tersebut adalah sebagai berikut: Lengkung Kapasitas Waduk
Gambar 3.1 Lengkung Kapasitas Waduk Bendungan Muka Kuning, Batam Data curah hujan Data topografi berupa digital elevation model (.dem) 3.3 Urutan Pengerjaan Proses pengerjaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap berikut ini: 1. Analisa Hidrologi. Pada tahap ini dilakukan analisis hujan maksimum boleh jadi (PMP) menggunakan metode Hersfield dan analisis debit banjir rancangan HSS Nakyasu. Selain itu, dilakukan juga penelusuran banjir melalui pelimpah dengan debit rancangan PMF untuk mengetahui elevasi maksimum air waduk pada saat terjadi banjir dan meninjau keamanan bendungan terhadap bahaya overtopping. 2. Proses running program. Dikarenakan program ini bukan merupakan freeware maka running dilakukan di PT. Catur Bina Guna Persada, Jakarta Selatan yang telah memiliki lisensi program dari Sinotech Engineering Group. 3. Analisis hasil running. Ini merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk melakukan analisis perilaku banjir, yaitu waktu tiba banjir, waktu puncak banjir, waktu surut banjir, dan peta genangan banjir, serta potongan profil banjir. 4. Hasil Penelitian 4.1 Analisa Hidrologi Hujan maksimum boleh jadi (PMP) yang dicari dengan metode Hersfield sesuai SNI 7746:2012 tentang Tata cara penghitungan hujan maksimum boleh jadi dengan metode Hersfield. Hasil perhitungan dengan metode tersebut dijadikan acuan untuk menentukan probability maximum flood (PMF) metode Nakyasu.
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum Harian Tahun Curah Hujan (mm) 1993 90,60 1994 125,00 1995 230,70 1996 84,10 1997 80,30 1998 148,20 1999 98,70 2000 141,70 2001 127,40 2002 228,00 2003 254,30 2004 239,00 2005 145,80 2006 246,30 2007 212,50 2008 117,40 2009 99,30 2010 94,10 2011 279,50 2012 91,70 Sumber : PT. Catur Bina Guna Persada Dari data curah hujan diatas didapatkan hasil probibility maximum precipitation (PMP) sebagai berikut: ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
̅̅̅ mm
mm
Gambar 4.1 Debit Banjir Rancangan PMF HSS Nakayasu Dari grafik didapatkan inflow maksimum sebesar 463,605 m3/detik yang terjadi pada jam ke-1,12.
4.2 Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah Pelimpah Bendungan Muka Kuning menggunakan pelimpah tipe bebas (uncontrolled spillway) dengan lebar puncak 25 m pada elevasi +25 m.
Gambar 4.2 Hasil Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah Pada saat banjir PMF terjadi elevasi muka air waduk mencapai +26,84 m dengan outflow maksimum 136,02 m3/detik. 4.3 Running Program Zhong Xing HY21 Didalam studi ini, boundary area yang ditinjau adalah dari hilir bendungan muka kuning sampai pada estuary dam Duriangkang. Namun, untuk ekstraksi karakteristik banjir yang terdiri dari kedalaman, kecepatan, debit, dan elevasi muka air banjir serta waktu tempuh banjir hanya ditinjau pada desa Muka Kuning, Kecamatan Sei Beduk, Batam. Hal ini dikarenakan desa tersebut merupakan kawasan padat penduduk. Ekstraksi data pada desa Muka Kuning akan dibagi kedalam beberapa titik, yaitu: Muka Kuning Hulu, Muka Kuning Barat, Muka Kuning Tengah, Muka Kuning Timur, Muka Kuning Selatan, dan Muka Kuning Hilir. Skenario keruntuhan bendungan yang digunakan adalah sebagai berikut: Overtopping. Bendungan dianggap mengalami sliding sehingga puncak
bendungan turun menjadi +26,5 m yang sebelumnya adalah +28,75 m Piping Atas. Bendungan mengalami piping yang dimulai pada elevasi muka air normal +25 m. Piping Tengah. Bendungan mengalami piping yang dimulai pada bagian tengah bendungan +19 m. Piping Bawah. Bendungan dianggap mengalami piping dengan elevasi pusat + 14 m.
4.4 Hasil Running Program Zhong Xing HY21 Dari running yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Debit puncak banjir dan waktu pengosongan waduk untuk berbagai skenario: Overtopping 3454,88 m3/detik dengan waktu pengosongan waduk 17500 detik Piping atas 3164,09 m3/detik dengan waktu pengosongan waduk 25000 detik Piping tengah 2705,42 m3/detik dengan waktu pengosongan waduk 25000 detik Piping bawah 2706,30 m3/detik dengan waktu pengosongan waduk 25000 detik 2. Luasan genangan banjir untuk setiap skenario keruntuhan: Overtopping = 18,11 km2 Piping atas = 18,94 km2 Piping tengah = 18,92 km2 Piping bawah = 18,92 km2 3. Kedalaman banjir maksimal untuk setiap titik ekstraksi karakteristik ditunjukkan pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Grafik Kedalaman Banjir Piping Atas
4. Peta genangan banjir Peta genangan banjir yang ditunjukkan dibawah ini merupakan peta genangan banjir akibat skenario keruntuhan piping atas. Hal ini dikarenakan piping atas merupakan banjir dengan luasan tertinggi.
Gambar 4.4 Peta Genangan Banjir 5. Jalur evakuasi rencana tindak darurat
Gambar 4.5 Jalur Evakuasi Rencana Tindak Darurat
6.
Waktu tiba, waktu puncak, dan waktu surut banjir Tabel 4.2 Waktu Tiba Banjir Titik Ekstrak Data
Jarak Dari Bendungan (m)
Ds. MK Hulu
Waktu Tiba Banjir
Kedalaman (m)
Jam
Menit
594,13
0,57
34
0,79
Ds. MK Barat
1206,26
0,73
44
0,26
Ds. MK Tengah
1515,19
0,90
54
0,37
Ds. MK Timur
1967,97
1,00
60
0,17
Ds. MK Selatan
2432,84
1,10
66
0,11
Ds. MK Hilir
3004,97
1,30
78
0,08
Tabel 4.3 Waktu Puncak Banjir Titik Ekstrak Data
Jarak Dari Bendungan (m)
Waktu Puncak Banjir Jam
Menit
Kedalaman (m)
El. MAB Maksimum (m)
Ds. MK Hulu
594,13
1,17
70
1,73
17,67
Ds. MK Barat
1206,26
1,57
94
7,94
18,01
Ds. MK Tengah
1515,19
1,57
94
5,37
18,02
Ds. MK Timur
1967,97
1,67
100
3,80
17,98
Ds. MK Selatan
2432,84
1,67
100
5,36
17,98
Ds. MK Hilir
3004,97
1,67
100
0,84
17,77
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Jarak, Elevasi M.A.B dan Waktu Puncak Banjir
Tabel 4.4 Waktu Surut Banjir
7.
Titik Ekstrak Data
Jarak Dari Bendungan (m)
Ds. MK Hulu
Waktu Surut Banjir
Kedalaman (m)
Jam
Menit
594,13
24,00
1440
0,74
Ds. MK Barat
1206,26
24,00
1440
5,96
Ds. MK Tengah
1515,19
24,00
1440
3,37
Ds. MK Timur
1967,97
24,00
1440
1,84
Ds. MK Selatan
2432,84
24,00
1440
3,40
Ds. MK Hilir
3004,97
6,53
392
0,00
Bagan alir sistem peringatan dini keadaan darurat
Gambar 4.7 Bagan Alir Sistem Peringatan Dini Keadaan Darurat 8.
Bagan alir pengakhiran keadaan darurat
Gambar 4.8 Bagan Alir Pengakhiran Keadaan Darurat
5 Penutup 5.1 Kesimpulan Dari analisa yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Luas genangan banjir terkecil adalah 18,11 km2 yang terjadi akibat skenario keruntuhan overtopping dan luas genangan maksimal sebesar 18,94 km2 yang terjadi akibat skenario piping atas. Untuk hidrograf outflow banjir maksimal adalah sebesar 3454,88 m3/detik yang terjadi pada skenario keruntuhan akibat overtopping. 2. Waktu datang banjir tercepat adalah 0,23 jam dan yang terlama 1,30 jam. Untuk waktu puncak banjir yang tercepat adalah 1,17 jam dan yang terlama 1,67 jam. Sedangkan untuk waktu surut banjir yang tercepat adalah 6,53 jam dan yang terlama adalah 24,00 jam. 3. Hubungan antara jarak, waktu puncak dan elevasi muka air banjir (M.A.B) untuk setiap skenario digambarkan dalam persamaan berikut : Jarak – waktu puncak : y = 7E-12x4 - 5E-08x3 + 9E-05x2 - 0.0353x + 70.091 dengan : y = waktu puncak (menit) x = jarak (m) Jarak – El. MAB : y = 2E-12x4 - 1E-08x3 + 3E-05x2 - 0.028x + 26.709 dengan : y = elevasi muka air banjir maksimal (m) x = jarak (m) 4. Jumlah desa yang akan tergenang jika Bendungan Muka Kuning mengalami keruntuhan adalah satu desa, yaitu Desa Muka Kuning, Kecamatan Sungai Beduk, Batam dengan kedalaman banjir maksimal adalah 7,94 m yang terjadi pada Desa Muka Kuning Barat. 5. RTD (Rencana Tindak Darurat) evakuasi jika terjadi banjir akibat keruntuhan Bendungan Muka Kuning mengacu pada jalur evakuasi pada gambar 4.5 untuk lokasi evakuasi ditentukan sebagai berikut: • Titik pertama, lokasi evakuasi terdapat pada Kampung Aceh, Desa Muka Kuning, Kecamatan Sungai Beduk yang diperuntukkan bagi penduduk di hilir bendungan, dan Desa Muka Kuning Hulu. • Titik kedua, lokasi evakuasi terdapat pada Kompleks Batamindo, Desa Muka Kuning, Kecamatan Sungai Beduk yang diperuntukkan bagi penduduk di Desa Muka Kuning Timur, Desa Muka
Kuning Selatan, dan Desa Muka Kuning Hilir. • Titik ketiga, lokasi evakuasi terdapat pada Kompleks Panbil Industri, Desa Muka Kuning, Kecamatan Sungai Beduk yang diperuntukkan bagi penduduk Desa Muka Kuning Tengah dan Desa Muka Kuning Barat. 5.2 Saran Studi-studi dam break analysis perlu diperbanyak pada setiap bendungan yang ada dan juga studi yang telah dilaksanakan perlu disosialisasikan kepada masyarakat sekitar bendungan agar mengerti apa yang seharusnya dilakukan bila terjadi keruntuhan bendungan. Didalam penulisan studi ini data yang digunakan merupakan data sekunder dan data hipotetik sehingga studi ini hanya mengenalkan sebuah metode yang dapat digunakan untuk analisa keruntuhan bendungan. Untuk diterapkan dalam keadaan nyata diperlukan data-data primer agar akurasi hasil analisa dapat lebih mendekati keadaan riil dilapangan. Dimasa yang akan datang penulis juga berharap adanya lisensi khusus untuk programprogram dam break simulation bagi keperluan akademik seperti yang telah diterapkan pada Autodesk Software, sehingga pengetahuan tentang dam break analysis lebih mudah untuk dipelajari. Selain itu adanya manual book yang lengkap akan semakin memudahkan pengguna untuk menggunakan program tersebut dengan lebih baik dan sempurna. 6 Daftar Pustaka Anonim. 1991. User’s Manual Boss Dambrk. USA: Boss Corporation Aryadi, Eric Virgiawan. 2012. Analisa Keruntuhan Bendungan Gondang Dengan Menggunakan Program Zhong Xing HY21. Proposal Tesis tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya Montarcih, Lily. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung : CV Lubuk Agung Raudkivi, A. J. 1979. Hydrology: An Advanced Introduction to Hydrological Processes and Modelling. Oxford : Pergamon Press Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tentang Bendungan. Jakarta : Sekretariat Negara Sinotech Engineering Group. 2011. Zhong XingHY21 Users Manual Tim Penyusun BSN. 2004. Tata Cara Perhitungan Hujan Maksimum Bolehjadi dengan Metode Hersfield (RSNI T-02-2004). Jakarta : Badan Standarisasi Nasional