Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 37- 44
APLIKASI SEMIOTIK & EFEK PSIKOLOGIS TAMPILAN WARNA PADA RUMAH MINIMALIS Sinung Utami Hasri Habsari *) Abstrak Dewasa ini rumah model minimalis menjadi tren desain di perumahan baik di perkotaan, pinggiran hingga pelosok desa. Konsep minimalis dalam arsitektur merupakan satu pendekatan estetik yang menekankan pada hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional baik dalam estetika spatial, bentuk, struktural dan warna yang sederhana. Sejauh mana aplikasi semiotik dan effek psikologis dalam penggunaan warna cat pada rumah minimalis ini ?Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang disusun dari tiga pendekatan berbeda, yaitu aspek komunikasi, psikologis manusia dan sekilas aspek arsitektur. Dengan tujuan mengetahui sejauh mana peta pengaruh penggunaan warna cat tembok pada rumah minimalis di kota Semarang dari sisi perkembangan emosional penghuninya pada aplikasi pendekatan semiotik.Dua sampel rumah bergaya minimalis di kota Semarang menjadi obyek pengamatan, dengan pertimbangan rumah yang dikembangkan secara personal dan rumah yang dikembangkan secara massal, Hasil studi referensi dan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa pemilihan warna pada rumah minimalis menunjukkan adanya penggunaan bahasa yang mempunyai makna tertentu yang ingin dikomunikasikan pemilik bangunan. Selain itu, kecenderungan trend masyarakat juga mempengaruhi dasar pemilihan warna ini. Kata kunci : semiotik, effek psikologis, warna, rumah minimalis, Semarang Pendahuluan Bangunan rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Kajian Pusat Studi Properti Indonesia menunjukan, potensi untuk berinvestasi di bidang properti di Indonesia meningkat pesat. Kebutuhan masyarakat akan rumah meningkat mencapai 1,2 juta rumah per tahun. Artinya, tingginya animo masyarakat dalam membutuhkan rumah sangat mempengaruhi tingkat pembangunan rumah tinggal (http://economy.okezone.com). Pada masa sekarang ini, banyak sekali desain rumah tinggal yang berkembang di Indonesia. Ironisnya, sebagian besar desain rumah tinggal tersebut merupakan produk impor dari luar negeri, contohnya : desain minimalis, kontemporer, modern, mediterania, klasik. Desain rumah tinggal tersebut seolah dipaksakan untuk diterapkan di Indonesia, yang mempunyai iklim tropis. Di antara beberapa konsep desain tersebut, desain minimalis merupakan desain yang saat ini sangat digandrungi oleh masyarakat. Banyak orang menggunakan gaya minimalis karena sederhana dalam penataannya sehingga mudah dalam pembangunan serta tidak memerlukan lahan yang terlalu besar. Namun para arsitek dan penghuni perlu memperhatikan faktor-faktor iklim tropis seperti hujan dan panas matahari, antara lain dengan membuat rumah yang ditempati bisa mengantisipasi faktor sinar matahari maupun curah hujan yang tinggi. http://www.astudio.id.or.id/artikel91desainruma h.htm). Gaya minimalis dipetakan dalam dua kelompok, yakni diusung masyarakat ekonomi menengah ke bawah dan masyarakat ekonomi
ke atas. Ekonomi ke bawah, memilih rumah gaya minimalis dengan tujuan penghematan pada faktor biaya, menonjolkan clean arsitektur tanpa ornamen yang menambah pembengkakan biaya. Sedangkan masyarakat menengah ke atas, desain minimalis tetap mengusung clean arsitektur dengan pembatasan ornamen dan lebih mengutamakan kualitas. Jadi walaupun terlihat sederhana, namun tinggi biayanya (http://amtpls.multyply.com,2010). Pemilihan komposisi warna merupakan salah satu bagian vital dari desain, karena akan mempengaruhi tampilan suatu bangunan rumah tinggal itu sendiri. Penggunaan warna seringkali menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik (Mulyana, 2007) dan mencerminkan konsep yang dipakai pada bangunan rumah. Dalam hal ini warna memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Adanya keterkaitan yang kuat dengan emosi, warna dapat mengakibatkan energi dan menimbulkan mood/perasaan tertentu, bahkan mampu untuk mengungkapkan kepribadian seseorang. Warna memilliki kekuatan untuk menyembuhkan serta menyeimbangkan emosi, serta dapat menyeimbangkan keselarasan dalam rumah. Faktor warna dapat menimbulkan kesan atau suasana ruang tertentu bahkan pengaruh rangsangan tertentu dapat memberi dampak yang baik kondisi emosional penghuni. Kesan ini kemudian diterjemahnkan sebagai sebuah efek psikologis yang mempengaruhi perasaan bahkan kejiwaan manusia. Dasar pemilihan warna akan dianalisa tidak berdasar sisi estetis arsitektur semata tetapi juga dari sisi komunikasi non verbal
*) Staf Pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pandanaran Semarang
Aplikasi Semiotik & Efek Psikologis Tampilan Warna Pada Rumah Minimalis berdasarkan tinjauan psikologi dan semiotic di dalam perilaku komunikasi. Metode Penelitian Perolehan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode: 1. Kajian Pustaka Pengumpulan data terkait masalah : warna dan rumah tinggal minimalis, effek psikologis warna dan teori semiotik dalam ilmu komunikasi, baik berupa langsung dari buku literatur terkait ataupun sumber referensi yang didapatkan dalam internet. Kajian pustaka atau kritikal review merupakan bagian awal dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengantarkan permasalahan adanya effek psikologis dan aplikasi komunikasi semiotik dari suatu penggunaan warna-warna yang makin „meriah‟ pada facade rumah tinggal yang berkembang belakangan ini. 2. Metode Observasi Survey dilakukan dibeberapa lingkungan perumahan di kota Semarang untuk melihat prototipe rumah minimalis, terutama segi penggunaan warna cat tembok pada tampilan ekterior/ facede bangunan/ tampak depan rumah tinggal. 3. Metode Analisa Metode analisis data yang digunakan adalah dengan mengkaji aspek-aspek: warna, mode minimalis, semiotik dan effek psikologis.Ada tiga analisa yang akan dikaji, yaitu tampilan warna dari sudut pandang psikologi, arisitektur dan ilmu komunikasi. Sesuai dengan jenis data yang ada, dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskrisikualitatif, dengan pengertian bahwa pengolahan data yang berupa angka-angka (data kuantitatif) maupun data kualitatif selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. Urutan analisisnya meliputi paparan data dan sajiannya, penganalisaan dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis atau kesimpulan yang diambil dapat dijadikan dasar melakukan action penelitian selanjutnya ke arah lebih detail/teknis enginnering. Kajian Pustaka Kajian pertama : Arti warna dalam ilmu komunikasi Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang di dalam proses komunikasi meliputi bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan seseorang. Penggunaan warna di dalam proses komunikasi dapat dikategorikan sebagai pesan
38
(Sinung Utami Hasri Habsari) non verbal artifaktual melalui penampilan untuk membangun image atau citra tertentu terhadap diri kita. Pesan non verbal mempunyai makna yang universal (universal meaning) yang seringkali merupakan display emosional dari komunikator (pengirim pesan dalam proses komunikasi Little John, 2005) Teori semiotic menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara suatu tanda, objek dan arti. Pemberian makna pada suatu lambang atau object dapat diuraikan sebagai berikut pertama bagaimana lambang merujuk pada suatu benda. Dalam kaitannya dengan warna, penggunaan warna seringkali menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dll (Mulyana, 2007). Dalam tiap budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai makna warna. Pemberian makna atas warna tidak berlaku universal, meski mirip dengan versi yang berlaku dalam budaya lain. Hingga derajat tertentu, ada hubungan antara warna dengan kondisi fisiologis dan psikologis manusia (Deddy Mulyana,2007) Pemilihan warna oleh seseorang, menurut teori atribusi, dapat disebabkan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal erat kaitannya dengan ketertarikan atau kesukaan terhadap suatu hal, sedangkan faktor situasional seringkali tindakan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan seseorang. Lebih lanjut faktor situasional ini dijelaskan dalam teori penetrasi sosial yang mengatakan bahwa dalam suatu hubungan sosial terjadi penetrasi (penyusupan) di mana akan terjadi proses saling mempengaruhi di dalam perilaku sosial (Aloliliweri) Dalam hal pemilihan warna pada tampak depan rumah tinggal, ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu, pertama kesukaan atau ketertarikan pada warna tertentu, ke dua mengikuti trend yang berkembang di masyarakat. Kajian kedua : Arti warna dalam arsitektur dan Psikologi Warna dapat diartikan sebagai kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya (Poerwadarminta, 1988). Warna secara psikologis berarti sensasi sinar yang diterima oleh otak melalui mata (Feisner, 2000). Jadi dapat disimpulkan bahwa warna dapat berarti karakteristik cahaya yang dipantulkan dari permukaan obyek dan tampak jelas oleh mata setelah melewati media ocular dan dibedakan dari nama warna seperti merah atau biru. Warna dalam arsitektur biasanya untuk menekankan dan memperjelas karakter dari sebuah objek yang memberikan aksen pada bentuk dan bahan. Dengan kata lain warna memberikan ekspresi pada pikiran dan jiwa manusia sehingga sedikit banyak warna yang
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 37 - 44 menentukan karakter. (Ishak, H. K. Pedoman Umum Merancang Bangunan). a. Fungsi warna sebagai tampilan estetika Secara umum telah diketahui bahwa warna memiliki kekuatan untuk membangkitkan dan mempengaruhi rasa keindahan ialah dengan memberikan pengalaman keindahan. Dalam hal demikian dikatakan ada keharmonisan warna. Pada harmoni warna kita jumpai bangkitnya efek yang menyenangkan oleh dua warna atau lebih terhadap masing-masing. Sehingga dikenal dengan adanya tampilan warna antara warna primer, sekunder, tersier hingga komplementer. John F. Pile dalam Color in Interior Design (1997) mengutip Munsell mengenai pembagian warna kedalam dimensi hue, value, chrome or intensity. Selain dimensi warna, hal lain yang menurut Pile sangat erat keterkaitannya terhadap warna adalah iluminasi dan komposisi (Sriti Mayang Sari, 2003). b. Fungsi psikologis warna Bahwa warna dapat memberikan pengaruh tertentu pada perangai, perasaan maupun jiwa kita. Beberapa macam warna seperti abu-abu dan hijau membuat kita lebih tenang sedangkan warna-warna lain seperti merah dan kuning membuat kita gelisah dan aktif. Efek lainnya yang ditimbulkan adalah warnawarna gelap terlihat lebih berat daripada warnawarna terang dan warna gelap kepada suatu permukaan memberi kesan lebih kecil dari warna terang pada permukaan yang sama besarnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978). c. Simbolisme warna dalam pandangan psikologi Sebagaimana rujukan dari Buku The Design of Medical and Dental Facilities (21) (Sumber: Malkin, 1982), Simbolisme warna-warna biru, kuning, jingga, merah, coklat, hijau hingga abuabu, secara detail dapat disimak dalam tabel berikut ini. Tabel 1 Simbolisme Warna Warna Biru
Kuning
Jingga
Simbolisme Warna Ketenangan, sejuk, kesunyian, kecerdasan, kebenaran, keagungan, diam (tenang), melankolis, tidak liar, ketulusan, kemurahan hati, ketenangan, harapan, kenyamanan, terkontrol, penekanan pada perasaan, konstan, penyelesaian, kesetiaan, introspeksi Kebahagiaan, kenangan, kemakmuran, kepandaian, kesakitan, pengecut, penyakit, hasil yang diperoleh dengan baik, keagungan, harapan, prasangka. Hangat, berpijar, sosialis, ramah, selalu bahagia, alam yang indah, ramai
Warna
Simbolisme Warna
Merah
Hijau
Jingga Coklat Merah Coklat Putih
Hitam
Abu-abu
– –
Hati, darah, tragedi, kekejaman, perang, panas, kedengkian, kekuatan, pemberani, cinta akan kehidupan, keberanian, api, kemarahan yang besar, api penyucian, nafsu, kecantikan, kebenaran, malu, perusakan, kemarahan, bahaya, stop (berhenti) cinta, ketertarikan. Damai, muda, harapan, kemenangan, kecemburuan, hidup, alam, keabadian, keamanan, konvensional, pergantian yang baik, keseimbangan. Penipuan, ketidakjujuran, tidak konstan, pengkhianatan Kekuatan, solid, ketahanan, kesedihan, kematangan, kesederhanaan, kokoh, hal yang dapat dipercaya, rasional. Kejujuran, tidak bersalah, kemurnian, keperawanan, kesucian, kesopanan, kesederhanaan,kerendahan hati, terang, cinta, persahabatan. Setan, kesedihan, kematian, teror, horror, kegelapan, kejahatan, melankolis, kerahasiaan, misteri, kenakalan, ilmu gaib, bimbang, kesungguhan, kekhidmatan, potensi, status sosial. Penebusan dosa, kerendahan hati, kesedihan, umur, keadaan tidak mabuk, kematian, ketakutan, kesuraman, sterilitas, kematangan, tanpa emosi, isolasi.
d. Effek psikologis warna pada manusia Ahli fisiologi dan psikologi menjelaskan ada empat warna utama : merah, hijau, kuning dan biru. Walaupun tidak diketahui secara pasti mengapa orang-orang menyukai warna dan kombinasi warna tertentu. Tetapi yang jelas, setiap warna mempunyai karakter atau sifat yang berbeda-beda. (http://www.geocities.com/azdriana10/psikologi. htm). Bahkan sejak dahulu warna diketahui mempunyai pengaruh terhadap manusia. Namun baru belakangan ini penggunaannya telah dimanfaatkan secara meluas dalam dunia permotoran, pakaian, permainan hingga dunia properti/perumahan. Merah : Melambangkan keadaan psikologi yang mengurangkan tenaga, mendorong makin cepatnya denyut nadi, menaikkan tekanan darah dan mempercepat pernafasan. Warna ini mempunyai pengaruh produktiviti, perjuangan, persaingan dan keberanian. Merah terang : Melambangkan kekuatan kemauan dan cita-cita. Sifatnya : agresif, aktif, eksentrik. Pengaruhnya : berkemauan keras, penuh gairah, semangat, dominasi, kelakian.
39
Aplikasi Semiotik & Efek Psikologis Tampilan Warna Pada Rumah Minimalis
Merah jambu : Melambangkan romantisme, feminim. Warna ini mempunyai sifat menurut dalam kepasrahan, menggemaskan dan jenaka.
Biru: Warna ini melambangkan ketenangan yang sempurna. Mempunyai kesan menenangkan pada tekanan darah, denyut nadi, dan tarikan nafas. Sementara semua menurun, mekanisme pertahanan tubuh membangun organisme. Biru : Melambangkan perasaan yang mendalam. Sifatnya : konsentrasi, kooperatif, cerdas, perasa, integratif. Pengaruhnya : tenang, bijaksana, tidak mudah tersinggung, ramai kawan. Biru muda : Melambangkan keganjalan dari cita-cita. Sifatnya, bertahan, protektif, tidak berubah fikiran. Pengaruhnya : keras kepala, teguh, sering bangga diri, berpendirian tetap. Kuning : Warna ini melambangkan kegembiraan. Warna ini mempunyai sifat: leluasa dan santai, senang menunda-nunda masalah. Berubah-ubah tapi penuh harapan, mempunyai cita-cita setinggi langit dan semangatnya juga tinggi. Kuning terang : Melambangkan sifat spontan yang eksentrik. Sifatnya : toleran, investigatif, menonjol. Pengaruhnya : Berubah-ubah sikap, berpengharapan, permurah, tidak percaya. Warna ini melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan dan kekerasan hati. Mempunyai keperibadian yang keras dan berkuasa. Warna ini mempunyai sifat : meningkatkan rasa bangga, perasaan lebih superior dari yang lain. Orang yang menyukai warna ini umumnya senang dipuji, senang menasihati orang lain. Kelabu dan Hitam Kelabu : Menunjukkan arti yang jelas. Tidak terang dan sama sekali bebas dari kecenderungan psikologi. Warna ini cenderung natural. Hitam : Melambangkan kehidupan yang terhenti dan karenanya member kesan kehampaan, kematian, kegelapan, kebinasaan, kerusakkan dan kepunahan. Coklat dan Ungu Coklat : Menunjukkan ciri-ciri : suka merebut, tidak suka memberi hati, kurang toleran, pesimis terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan masa depan. Ungu : Melambangkan sifat gempuran keras yang dilambangkan oleh warna biru. Perpaduan antara keintiman dan erotis atau menjurus pengertian yang mendalam dan
40
(Sinung Utami Hasri Habsari) peka. Sifatnya sedikit kurang teliti tetapi selalu penuh harapan Kajian ketiga : Style-tampilan rumah tinggal modern minimalis Rumah tinggal adalah tempat yang paling dalam artinya untuk mengekspresikan jiwa. Kehangatan rumah akan membuat manusia merasa mencintai dan dicintai. Unsur jiwa dan psikologis rumah sudah selayaknya diperhatikan, rumah dan penghuninya memiliki ikatan emosi jiwa yang kuat. Rumah adalah tempat manusia berteduh yang sekaligus mampu untuk memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis, memenuhi kesehatan tubuh, pikiran dan jiwa (Akmal, Imelda, 2003, Rumah Mungil yang Sehat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.) Istilah minimalis merupakan kata sifat dari kata minimal dan bila ditinjau dari kamus besar bahasa indonesia memiliki pengertian terbatas dan sederhana. Pengertian minimalis sendiri dalam hal gaya desain hunian serta merta berarti semua elemen unsur desain diminimalkan. Desain minimalis menganut atau menerapkan kepolosan dalam menampilkan fasadnya, dengan tidak menambahkan profil, ornamen serta unsur-unsur dekoratif maupun garis lengkungan pada fasadnya.
a) Gambar 1 Tampilan Luar dan Interior Rumah Minimalis Rumah tinggal dapat dikatakan memiliki 7 (tujuh) karakter minimalis, yaitu sebagai berikut (arfina et all,2008): 1.
Prinsip Kesederhanaan Arsitektur minimalis mengandung filosofi keindahan yang muncul dari kesederhanaan. Mengingat faktor biaya pembangunan yang sangat tinggi pada kondisi krisis sekarang ini, kesederhanaan bentuk suatu bangunan sangat menguntungkan, dengan mengurangi bentuk / ornamen-ornamen yang tidak berguna. 2. Komposisi Bentuk Geometri Pada arsitektur minimalis, kesederhanaan dapat ditampilkan dengan bentuk-bentuk geometri. Komposisi bentuk geometri
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 37 - 44 mencerminkan sifat kesederhanaan yang penerapannya relevan dengan memiliki keteraturan yang menunjang efisiensi dan efektivitas pembangunan. Komposisi bentuk geometri dapat diterapkan pada massa bangunan atau pada bentuk denah bangunan. 3. Permainan Cahaya & Bayangan Sinar matahari sangat penting sebagai suber pencahayaan alami dan efek pembayangan pada tampilan bangunan. Dengan penggunaan material kaca sebagai salah satu karakteristik arsitektur minimalis, unsur cahaya dapat dimaksimalkan untuk pencahayaan alami ruang pada siang hari. Intensitas cahaya dapat memberikan dan memperkuat pengaruh visual permukaan-permukaan, tekstur, hirarki ruang, dan hubungan ruang dalam desain minimalis. 4. Bahan Bangunan Minimal Penggunaan bahan bangunan minimal disini maksudnya yaitu tidak dalam segi kuantitasnya, tetapi dan sisi jenis bahan dalam satu bangunan, yaitu tidak menggunakan berbagai macam bahan bangunan yang bervariasi, namun hanya beberapa jenis material saja sesuai kebutuhannya dalam satu bangunan. 5. Komposisi Warna Minimal Sebagai faktor pembentuk kualitas ruang komposisi warna sangat diperhitungkan penggunannya. Dalam arsitektur minimalis tidak terlalu banyak mengkomposisikan warna natural. Warna yang digunakan dalam arsitektur minimalis dapat juga berasal dari warna asli material bangunan yang digunakan. 6. Natural &View Bukaan jendela dan bidang-bidang transparan pada dinding memberikan suatu kesatuan hubungan visual antara ruang tersebut dengan alam sekitarnya. Hal ini dimaksudkan sesuai dengan karakteristik minimalis yang ingin membentuk suatu ketenangan dan kenyamanan. 7. Komposisi Massa Bangunan Geometris Massa bangunan minimalis cenderung berbentuk geometris. Dalam penataannya pun berkesan rapi dan membentuk grid.
tampilan rumah minimalis yang dikembangkan secara individu/perseorangan
Pembahasan
Aplikasi Semiotik terhadap Pengembangan Konsep Rumah Minimalis Tujuh karakter (prinsip kesederhanaan, bentuk geometri, jenis bahan bangunan, komposisi warna, dan komposisi bangunan hingga pada isyarat permainan cahaya dan bayangan ) yang diaplikasikan secara tepat dan nyata pada suatu disain rumah tinggal merupakan suatu lambang-lambang yang digunakan dalam penyampaian pikiran atau perasaan pengembang/arsitek kepada publik dalam menerapkan konsep disain minimalis. Yang menjadi penekanan adalah pesan makna yang universal (universal meaning) harus
Ada dua kelompok pembahasan pada paparan tulisan ini, pertama, pembahasan terkait khusus aplikasi semiotik terhadap perkembangan gaya minimalis pada perumahan di kota Semarang, kedua, pembahasan terkait makna warna dari aspek-aspek arsitektural, psikologis dan semiotik terhadap dua sampel yang dipilih. Ada dua pengambilan sampel dari beberapa tampilan rumah tinggal bergaya minimalis yang ada di kota Semarang, yaitu pertama, rumah minimalis yang dikembangkan secara massal oleh Developer/Pengembang dan kedua,
Sampel pertama
Sampel kedua Gambar 2 Sampel Rumah Minimalis di Kota Semarang
Sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah melihat aplikasi semiotik dan dampak psikologis dari tampilan warna facade/ tampak depan rumah berlanggam minimalis. Berdasarkan studi literatur diketahui bahwa aspek warna pada rumah minimalis biasanya menggunakan warna-warna natural yang sederhana, serta menyesuaikan dengan warna bahan bangunan alami yang ada. Misalnya warna abu-abu yang cenderung sama dengan warna batuan alam, atau warna coklat yang senada dengan warna kusen. Sedang dari hasil observasi dilapangan, didapatkan data bahwa tidak sedikit para developer yang menggunakan warna-warna lebih berani yaitu merah, orange, hijau yang notabenenya mencolok mata. Biasanya warnawarna ini diaplikasikan kepada rumah-rumah minimalis untuk kalangan menengah. Alasannya karena masyarakat kalangan menengah tidak begitu menyukai warna monokrom, sehingga dapat dikatakan bahwa secara garis besar pemilihan warna-warna ini lebih karena keindahan semata, tanpa disadari pemilihan warna itu sangat mempengaruhi terhadap emosional penghuninya. Dalam aspek psikologis, pemakaian warna yang berlebihan akan menimbulkan rasa jenuh dan stress yang berlebihan.
41
Aplikasi Semiotik & Efek Psikologis Tampilan Warna Pada Rumah Minimalis diaplikasi dalam karya untuk mendapatkan perhatian publik. Merujuk teori atribusi, ada dua pertimbangan penerapan gaya minimalis pada disain perumahan, yaitu berdasarkan faktor personal dan situasional. Faktor personal erat kaitannya dengan ketertarikan atau kesukaan terhadap suatu hal, sedangkan faktor situasional seringkali tindakan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan. Pertimbangan penerapan perumahan gaya minimalis dipengaruhi secara dominan oleh faktor situasional yaitu adaptasi model impor yang sekarang ini menjadi trend masyarakat yang didasarkan pada kesan modern dan simple. Adapun faktor personal sangat kecil pengaruhnya. Sampel Pertama Pembahasan Aspek Arsitektural : Sampel pertama merupakan rumah yang dibangun secara massal. Tampilan rumah ini sangat memenuhi 7 (tujuh) kriteria rumah minimalis, walau sentuhan sentuhan tropis tradisionalnya masih terlihat pada atap/bentuk tritisan dalam usaha mengantisipasi cucuran air hujan dan terpaan panas sinar matahari pada dindingnya. Ketujuh kriteria tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Prinsip Kesederhanaan tampilan tampak depan Tanpa mengurangi keindahan, kesederhanaan bentuk atap, jendela dan tidak adanya unsur-unsur ornament pada tampak depan rumah ini menunjukan penekanan aspek biaya pembangunan. 2. Komposisi Bentuk Geometri persegi mendominan tampilan facade Bentuk geometri jendela dan pelindung jendela ataupun keseluruhan tampilan tampak depan rumah ini, divisualkan dengan tampilan kotak-kotak yang sangat geometris, karena Komposisi bentuk geometri mencerminkan sifat kesederhanaan yang penerapannya relevan dengan memiliki keteraturan yang menunjang efisiensi dan efektivitas pembangunan. 3. Permainan Cahaya dengan luas jan material jendela kacanya Penggunaan material kaca pada unsur jendelanya sebagai salah satu karakteristik arsitektur minimalis, karena pertimbangan unsur cahaya dapat dimaksimalkan untuk pencahayaan ruang bagian dalamnya. 4. Bahan Bangunan Minimal berdinding batu bata dan berkonstruksi beton Jenis bahan yang digunakan pada rumah tinmggal ini sangatlah pokok, yaitu tersusun dari material utama batu bata yang diplester dan berkonstruksi beton pada
42
(Sinung Utami Hasri Habsari) pelindung jendelanya, tanpa menggunakan materuia-material lainnya seperti tampilan bambu, logam dan batu alam lainnya. 5. Komposisi Warna Minimal : pengkomposisian dua warna yang menyolok : hijau dan oranye Aspek warna tidaklah mengacu pada pewarnaan dari unsur material, misal warna coklat diambil dari warna katyu, warna hitam diambil dari warna batu, tapi pewarnaan minimal pada tampilan rumah tinggal ini ditunjukan dengan mengkomposisikan warna yang didominasi dua warna yang menyolok : hijau dan oranye. 6. Natural Dan View : demensi jendela yang lebar dan bermaterial kaca Hubungan visual antara ruang dalam dan ruang luar ditunjukan dengan besarnya komposisi/demensi jendela. 7. Komposisi Massa Bangunan Geometris rapi dan kotak-kotak Berkesan rapi dan membentuk grid kotak-kotak sangat mendominasi tampilan tampak depan rumah ini. Pembahasan Psikologis Warna : Aspek estetika agar lebih menarik merupakan siasat yang dipilih dalam pemilihan warna dinding tampak depan rumah minimalis ini. Pilihan warna hijau untuk dinding dari aspek psikologi, termasuk dalam karakter sejuk, aman, tenang, dapat diandalkan, pasif, mengiritasi jika menyolok (electric green) Perpaduan warna yang kontras antara hijau dan oranye diasosiasikan mempunyai makna sebagai suatu jiwa dan spirit yang energik, hangat, alam yang indah, dan keramaian. Warna demikian lebih disukai oleh pasangan muda daripada pasangan dewasa dan berusia lanjut. Pembahasan Aplikasi Semiotik terhadap Warna Pemilihan warna hijau dan oranye pada dinding rumah tinggal sampel pertama ini merupakan salah satu dalam proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang yang menggunakan lambang sebagai medianya. Komunikator dalam hal ini arsitek/developer ingin mengkomunikasikan ide mereka kepada publik dengan tujuan, agar publik tertarik dengan „barang dagangannya‟. Pertimbangan pilihan warna yang dipadu bentuk geometri yang simetris (kotak-kotak) dikatagorikan sebagai pesan yang membangun image atau citra minimalis pada fasade rumah tinggal untuk merespond situasi yang sedang berkembang di masyarakat
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 37 - 44 Faktor pemilihan warna dalam analisa teori atribusi didasarkan faktor personal dan situasional. Pilihan warna pada rumah sampel pertama dipengaruhi secara dominan oleh faktor situasional yaitu trend yang berkembang di masyarakat. Sebagaimana kita ketahui dunia properti sedang bergeser ke trend minimalis dan masyarakat menyukai hal itu. Proses pengaruh faktor situasional ini juga dipaparkan Aloliliweri bahwa di dalam suatu hubungan sosial (masyarakat) adanya proses penetrasi (penyusupan) di mana akibatnya akan terjadi saling mempengaruhi di dalam perilaku sosial Aplikasi warna kontras dan menyala pada perumahan bergaya minimalis merupakan pengaruh trend yang berkembang di masyarakat akibat adanya penyusupan trend dari luar negeri akan rumah bergaya impor yang berkesan modern dan simple. Sampel Kedua Pembahasan Aspek Arsitektural Rumah minimalis berukuran cukup besar yang dibangun secara personal. Ciri-minimalis terlihat dari fasad yang menonjolkan permainan ornamen bidang serta aksen garis-garis yang banyak ditimbulkan karena penggunaan batu alam pada dinding sesuai dengan tema awal disain rumah ini yaitu rumah tropis minimalis. Fasad dirancang simple dengan seluruh dinding dicat krem dan ada sedikit coklat pada bingkai jendela, dan pewarnaan aksen putih kanopi teras. Pembahasan Psikologis Warna Pemakaian warna krem, coklat dan putih serta sentuhan material hitam pada dinding batu alamnya termasuk kepada karakter hangat serta warna ini dapat menghadirkan suasana yang hidup, hangat dan nyaman. Pembahasan Aplikasi Semiotik terhadap Warna Pemilihan warna krem dan hitam dari pemakaian material batu kali untuk dinding rumah merupakan salah satu dalam proses penyampaian pesan dan gagasan penghuni/pemilik rumah. Warna-warna material alami, seperi hitam dari batu kali dan coklat dari kayu juga dapat dikatagorikan sebagai pesan yang kental dan jelas dalam membangun untuk membangun image atau citra minimalis pada fasade rumah tinggal pada sampel kedua ini. Faktor personal (ketertarikan penghuni akan warna dan material tertentu) sangat mendominasi pemilihan display warna pada fasade rumah. Berbeda dengan rumah yang dibangun secara massal, pemilihan warna sangat didominasi oleh faktor situasional. Penerapan style minimalis pada sampel kedua ini dapat menunjukkan suasana
emosional, dan cita rasa penghuni. Dalam konvensi budaya yang berlaku pada masyarakat Jawa, pemilihan warna hitam berpadu warna coklat muda diasosiasikan pada kekuatan dan kesederhanaan dan melambangkan status sosial tertentu di masyarakat. Hal ini menggambarkan keinginan penghuni untuk menyampaikan pesan, bahwa rumah tinggalnya berlanggam minimalis dengan kesan modern sedang berkembang di masyarakat, tetapi tetap menekankan aspek tradisional dengan paduan unsur natural batu alam pada dinding. Kesimpulan 1. Aplikasi semiotik terhadap keberadaan atau kelanggengan trend disian minimalis, dipengaruhi oleh faktor situasional dan dukungan yang kuat dari faktor personal arsitek atupun penghuni rumah. 2. Ragam lambang dari ujud bahasa, isyarat dan obyek untuk „mengangkat‟ atau menyampaikan pesan/ pikiran dari konsep minimalis diterapkan dalam 7 (tujuh) karakter, yaitu prinsip kesederhanaan, Bentuk geometri, jenis bahan bangunan, komposisi warna, dan komposisi bangunan hingga pada isyarat permainan cahaya dan bayangan Ragam dan jenis warna pada rumah tinggal berasitektural minimalis mempertimbangkan kesederhanaan pilihan warna dan lebih cenderung pewarnaan dari unsur-unsur yang mewakili material alam. 3. Pewarnaan dinding rumah tinggal minimalis merupakan suatu „lambang‟ dari suatu media yang digunakan untuk menyampaikan pikiran atau perasaan seseorang yang menggunakan. 4. Dalam hal pemilihan warna pada tampak depan rumah tinggal, ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu, pertama kesukaan secara personal atau ketertarikan pada warna tertentu, ke dua mengikuti trend yang berkembang di masyarakat/ pengaruh situasional dari perilaku sosial. 5. Pewarnaan dinding tampak depan rumah tinggal minimalis dapat mempengaruhi tingkat emosi para penghuni rumah dan penikmat bangunan dari luar, sehingga pewarnaan menjadikan bahan daya tarik untuk dijual. 6. Karakter pewarnaan rumah tinggal minimalis lebih cenderung menyala, hangat, energik dan hidup (mungkin) dapat dijadikan pertimbangan kepada siapa rumah ini ditujukan (kepada pasangan muda-mudi, kepada pasangan keluarga muda atau kepada sekelompok orang dewasa/orang tua yang berkeluarga)
43
Aplikasi Semiotik & Efek Psikologis Tampilan Warna Pada Rumah Minimalis DAFTAR PUSTAKA Anang, Ceria, Gian dan Joshua. 2008. Sustainable Architecture yang Ramah Lingkungan pada Rumah Tinggal Minimalis. Seminar mahasiswa bimbingan Dr.Ir.Eddy Prianto dan Ir. Djoko Amrijono, Jurusan Arsitektur Undip, Semarang. Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., dan Hilgerd, E.R .1999. Pengantar Psikologi. Jilid I. Alih Bahasa oleh Nurdjanah Taufiq an Rukmini. Jakarta : Penerbit Erlangga. Birren, F. 1988 Light, Color, and Environment. Pensylvania : Schiffer Publishing, Ltd. Coren, S., Ward, L. M., dan Enns, J.T. 1999. Sensation and Perception. Fifth Edition. Orlando :, Harcourt College Publisher. Mcquail, Denis & Windahl,Sven 1984. Communication Models for the Study of Mass Communication. Logman London and New York, British Library Cataloguing in Publication Data. S. Sari, Endang. 1993. Audience ResearchPengantar Studi Penelitian terhadap Pembaca, Pendengar dan Pemirsa, Yogyakarta : Penerbit Andi Offset . Erfina, Athanasius, Elfira, Raka danSastia. 2009. Rumah Tropis Ramah Lingkungan. Seminar mahasiswa bimbingan Dr.Ir.Eddy Prianto dan Ir. Hendro Trilistyo, Jurusan Arsitektur Undip, Semarang. Halse, A. O. 1978. The Use Of Color In Interiors. Second edition. New York : Mc Graw Hill Book Company.
44
(Sinung Utami Hasri Habsari) http://amtpls.multyply.com, diakses tanggal 09 juli 2010 http://economy.okezone.com, diakses tanggal 09 juli 2010). http://www.astudio.id.or.id/artikel91desainruma h.htm, diakses tanggal 09 juli 2010). Rackhmat, Jalaludin. 1991. Metode Penelitian Komunikasi- Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Marissan dan Corry,Andy. Teori Komunikasi – tentang Komunikator, Pesan, Percakapan dan Hubungan. Bogor : Ghalia Indonesia. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi-Suatu Pengantar. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. W. Littlejohn, Stephen 1995. Theories of Human Communication- A Student Guide. fifth edition, United States of America : Wadsworth Publishing Company. West, Richard dan Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi-Analisis dan Aplikasi. terjemahan dari Introducing Communication Theory : analysis and Application. Jakarta : Salemba Humanika. www://http.Isdaryanto.com., Gaya Minimalis Dalam Arsitektur. diakses tanggal 09 juli 2010). .