80 Th.18/No.2/2013 (h. 80—83)
APLIKASI LOGOSYNTHESIS® DALAM MENGATASI ISU HUBUNGAN INTERPERSONAL Denrich Suryadi1 Universitas Tarumanagara Jakarta Abstract Logosynthesis® designed to examine the self-development spiritually to fix clients’ potential to live a life. Individuals can be encouraged to explore the things those has been experienced in the past to recover memories, fantasies, and beliefs. Individuals tend to foster a positive or negative fantasy according to their relationships with others. Interpersonal relationship aspects include trust building in a relationship, letting go of the relationship because of death, separation or divorce; and hope to obtain the ideal partner. If the relationship is considered negatively and turn into frozen negative energy in the Self, it will inhibit self growth. Clients can create awareness of what they really are and the meaning of their own existence. With the help of The Self and the flow of positive energy, the individuals will be able to increase their effectiveness to achieve happiness and love in their interpersonal relationships. Keywords: Logosynthesis®, interpersonal relationships, The Self Logosynthesis® merupakan salah satu pendekatan baru yang efektif digunakan dalam proses Coaching, Konseling, dan Psikoterapi. Logosynthesis® dikembangkan oleh Willem Lammers dan diterapkan dalam bidang Psikologi Sosial, Psikologi Klinis, dan konsultasi bagi individu dan organisasi. Lammers berpengalaman selama lebih dari 30 tahun berpraktik sebagai psikolog klinis dan tenaga pengajar di sebuah Universitas di Belanda. Berdasarkan kompetensi dan pengalamannya membantu klien, Lammers mengintegrasikan beberapa pendekatan terapi yang secara unik dapat membantu klien yang menemui hambatan dalam proses penyembuhan psikisnya pada tahun 2005. Pendekatan ini secara utama dikembangkan dari pendekatan Transactional Analysis, NeuroLinguistic Programming, dan Energy Psychology sehingga memungkinkan individu melakukan self-help, memandu cara untuk memeroleh pemaknaan diri dan menemukan insight secara neurosains. Sebagai seorang praktisi Transactional Analysis yang tersertifikasi, Lammers mempraktikkan Logosynthesis® pada beberapa kasus dan memeroleh hasil yang positif melalui serangkaian kalimat yang mampu mengalirkan kembali energi positif manusia. Logosynthesis® percaya bahwa tubuh dan pikiran manusia merupakan instrumen individu utama untuk menyadari keberadaan diri (awareness) dan mengembangkan diri di dunia (Lammers, 2008). Pendekatan ini berupaya membantu individu dalam menghadapi hambatan dan masalah dengan prinsip Here and Now, membantu individu untuk belajar menerima risiko dan mengembalikan energi positif dalam diri.
1
Penulis adalah dosen tetap Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dan aktif melakukan praktik psikologi pada biro pribadinya, Morphosa (email:
[email protected])
Aplikasi Logosynthesis® (D. Suryadi) 81
Dalam kehidupan sehari-hari individu akan menumbuhkan fantasi positif atau negatif terhadap keberlanjutan hubungan di masa depan. Fantasi yang dimaksudkan adalah bagaimana seseorang membentuk prediksi, gambaran, dan harapan terhadap orang lain berdasarkan pengalaman dan ingatan selama berhubungan dengan mereka. Keinginan dan hasrat manusia juga dapat menghambat diri ketika berhadapan dengan orang lain. Dengan Logosynthesis®, hasrat dan fantasi yang menghambat dapat diatasi untuk mampu menghadapi kenyataan dengan lebih baik. Pada akhirnya individu akan mampu menerima tanggungjawabnya. Kaitan antara Psikologi Energi dan Logosynthesis® Bagaimana penjelasan terbentuknya fantasi, harapan, maupun gambaran yang positif dan negatif? Psikologi energi (Energy Psychology) menjelaskan bahwa energi merupakan potensi yang dapat menyebabkan sesuatu (Feinstein, 2008). Energi dibutuhkan untuk menggerakkan obyek, memanaskan sesuatu, menyebabkan arus listrik mengalir, dan menyebabkan gelombang elektromagnetik. Energi banyak dijelaskan sebagai suatu bentuk perumpamaan. Freud bahkan menjelaskan dinamika alam ketidaksadaran dengan logika fisika dari mesin uap. Pendekatan kognitif-behavioral juga mengambil mekanisme pemrosesan informasi berdasarkan ilmu komputer. Sedangkan Logosynthesis® menggunakan energi sebagai metafora untuk memahami proses kompleks, bukan hanya sebagai penjelasan “logis”. Psikologi Energi merupakan modalitas klinis dan self-help yang mengombinasikan antara prosedur verbal dan fisik untuk membuat sebuah proses terapeutik menjadi efektif menurut Feinstein (2008, 2012). Mekanisme neurologis menjadi aspek yang dipertimbangkan menjadi penemuan kuat yang tidak diduga sebelumnya. Dalam Logosynthesis® dan Psikologi Energi, energi kehidupan dan konsep yang terkait untuk lebih memahami proses patologis dan penyembuhan dalam bidang yang benar-benar baru. Logosynthesis® dikembangkan berdasarkan pandangan holistik manusia secara alami dan telah dibuktikan efektif dalam coaching dan psikoterapi (Lammers, 2008). Nama Logosynthesis® sendiri berasal dari kombinasi dua kata yang berasaln dari bahasa Yunani kuno yaitu “Logos” untuk “Mind” “Word” atau “Teaching”; dan “Synthesis” yang berarti “Putting together” atau “Combining” dan dianggap sebagai penyatuan bagian yang terpisah-pisah dalam The Self individu tersebut. “Putting together” juga dapat dimaknai sebagai “making whole” sehingga Logosynthesis® memiliki “Healing with words” (Lammers, 2008). Bukan suatu kebetulan apabila konsep Logosynthesis® ini mengingatkan akan konsep yang sama dari Victor Frankl dengan Logotherapy (1987) dan Roberto Assagioli dengan Psychosynthesis (1993) menurut Lammers (2009). Konsep Frankl yang berakar pada tiga prinsip filosofi dasar bahwa kehidupan memiliki makna dalam segala kondisi; motivasi dasar manusia adalah keinginan untuk menemukan kebermaknaan; dan manusia bebas untuk menemukan kebermaknaan dalam bentuk pengalaman dan apa yang manusia lakukan, membuat Frankl mengembangkan metode psikoterapi pada dimensi spiritual. Sedangkan bagi Assagioli, Psychosynthesis merupakan metode psikoterapi dengan menggunakan interaksi antara tubuh, pikiran dan jiwa. Aplikasi Logosynthesis® dalam Mengatasi Isu Hubungan Interpersonal Logosynthesis® percaya bahwa tubuh dan pikiran manusia merupakan instrumen individu utama untuk menyadari keberadaan diri (awareness) dan mengembangkan diri di dunia (Lammers, 2008). Pendekatan ini berupaya membantu individu dalam menghadapi hambatan dan masalah dengan prinsip Here and Now, membantu individu untuk belajar menerima risiko dan mengembalikan energi positif dalam diri.
82 Th.18/No.2/2013 (h. 80—83)
Dalam kehidupan sehari-hari individu akan menumbuhkan fantasi positif atau negatif terhadap keberlanjutan hubungan di masa depan. Fantasi yang dimaksudkan adalah bagaimana individu membentuk prediksi, gambaran, dan harapan terhadap orang lain berdasarkan pengalaman dan ingatan selama berhubungan dengan mereka (Lammers, 2008). Keinginan dan hasrat manusia juga dapat menghambat diri ketika berhadapan dengan orang lain. Aspek pengalaman di masa kanak-kanak pun seringkali dihubungkan dengan bagaimana aspek itu akan menjadi pendukung atau penghambat individu dalam menghadapi lingkungannya. Dengan Logosynthesis®, hasrat dan fantasi yang menghambat dapat diatasi untuk mampu menghadapi kenyataan dengan lebih baik karena asumsi Logosynthesis® adalah energi kehidupan akan mengalir atau tersimpan dalam struktur energi yang akan menunggu untuk diaktifkan kembali (Lammers & Fredi, 2010). Jika energi tersebut “membeku” maka individu tidak akan mampu bertindak dan bereaksi secara adekuat di lingkungan. Hal yang dapat memengaruhi keseimbangan energi yang mengalir dan yang “membeku” ini adalah orang lain dan lingkungan yang mengelilingi seseorang. Dalam setiap kejadian maupun pengalaman yang dialami oleh seorang klien, ada suatu bentuk energi yang dikirimkan dari seseorang kepada yang lainnya. Energi ini akan meninggalkan nostalgia/kenangan. Dalam proses ini ada individu yang mengalami hambatan untuk mengalami proses kedukaan atau kesedihan sehingga menyebabkannya mengalami ketegangan ketika harus menghadapi orang lain tersebut pada saat ini dengan kenyataan akan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Masa lalu akan menjadi energi yang tersimpan dalam diri individu dan membuat individu tersebut “membeku” dalam kedukaan/kesedihan (Lammers & Fredi, 2010). Ingatan maupun kenangan ini harus dinetralisasi untuk membuka hubungan baru di masa depan. Dalam upaya memroses pencairan energi yang “membeku” ini, dibutuhkan kerjasama (working alliance) yang baik antara terapis/konselor dengan kliennya sehingga aliran energi yang “membeku” dapat kembali mengalir dalam The Self seseorang. Terkait dengan faktor kelekatan (bonding), Lammers (2009) mengemukakan bahwa energi yang terbentuk oleh karena adanya hasrat, harapan, dan kecenderungan individu bersikap pasif dalam menghadapi masa depan dapat berbentuk seperti: (a) adanya keinginan bertemu dengan pangeran atau putri yang menawan dengan harapan bahwa suatu saat nanti seseorang merasa dan akan menunggu pasangan jiwanya akan datang; (b) Fantasi/bayangan bahwa seseorang akan merasa tidak ada seorangpun ada untuknya sehingga di masa depan, ia akan merasa kesepian; (c) menghindari untuk menjalin hubungan baru karena merasa takut akan merasakan kehilangan di masa depan; (d) merasa cemas akan kembali mengalami hubungan yang buruk; (e) merasa khawatir kehilangan hubungan yang dimiliki saat ini; (f) adanya hambatan/perbedaan pendapat yang dihadapi dengan pasangan. Dengan Logosynthesis® melalui pendekatan Path of Bonding menurut Lammers (2009), energi yang “membeku” dalam diri seseorang diupayakan untuk dialirkan kembali sehingga individu mampu untuk (a) mengikhlaskan orang yang meninggalkannya; (b) melalui proses kedukaan yang sehat; (c) merelakan pemisahan/pembentukan sebuah hubungan yang dianggap penting bagi perkembangan diri saat ini dan sekarang; (d) memasuki dan mempertahankan hubungan yang mendukung perkembangan diri. Melalui proses “Letting Go”, individu akan mengalami pembekuan energi (frozen energy) dan mengalami hambatan (stagnansi) pada kondisi keterpisahan hubungan akibat kematian, perpisahan atau perceraian sehingga individu harus menghadapi proses kedukaan dan kenyataan yang terjadi. Melalui proses berduka ini, seseorang akan berhadapan dengan beberapa tahap yang berbeda pada masa kini yaitu menyangkal (denial), bertahan (resistance), menangis (crying), tahapan perenungan (retreat), dan tahap membagi luka/rasa sakit.
Aplikasi Logosynthesis® (D. Suryadi) 83
Tujuan Logosynthesis® adalah untuk memerbaiki struktur energi yang inadekuat dan menyimpan ulang kembali aliran energi kehidupan dalam urutan sebagai berikut: (a) menganalisa emosi, gejala fisik, dan pikiran yang terhambat, serta perilaku yang disebabkan oleh keterpisahan/kematian; (b) mengidentifikasi struktur energi yang memicu berbagai reaksi/gejala yang mengganggu klien, seperti gejala depresi, gangguan panik, reaksi ketubuhan karena kecemasan, dan lain-lain; (c) mengaplikasikan kekuatan kata-kata dalam bentuk kalimat terhadap energi yang “membeku” ini dengan mengumpulkan dan memindahkan energi yang menjadi sasaran terapi (Lammers & Fredi, 2010). Jika struktur energi yang “membeku” berubah (mencair) maka reaksi klien terhadap distres pun akan berubah dan proses terapeutik akan beralih ke tahap berikutnya yaitu pembentukan hubungan baru. Untuk mengakhiri dan membantu upaya klien membentuk jalinan hubungan baru, menurut Wall (2004), hal penting yang mulai dibentuk kembali yaitu kepercayaan (Trust). Melalui rasa percaya ini, individu akan merasakan kehidupannya saat ini bersama dengan seluruh potensi yang ia miliki agar yakin menjalin hubungan baru. Pada waktu yang tepat, individu akan bertindak secara tepat (adekuat) untuk membangun dan membentuk hubungan baru dengan tanpa mengabaikan, meremehkan atau menekan masa lalu secara sadar. Dengan melakukan pendekatan Logosynthesis® dan disertai dengan pembentukan rasa percaya yang baru, klien akan mampu memiliki hubungan baru tanpa disertai oleh berbagai energi yang menghambat pertumbuhan pribadinya. Simpulan Logosynthesis® sebagai salah satu pendekatan baru mengintegrasikan beberapa pendekatan terapi yang secara unik dapat membantu klien yang menemui hambatan dalam proses penyembuhan psikis dalam berbagai area. Salah satunya adalah dalam mengatasi isu hubungan interpersonal seperti kematian/keberdukaan, keterpisahan, bahkan perceraian yang merujuk pada putusnya hubungan interpersonal antar individu. Pendekatan ini dikembangkan melalui pendekatan Transactional Analysis, NeuroLinguistic Programming, dan Energy Psychology sehingga memungkinkan individu melakukan self-help, memandu cara untuk memeroleh pemaknaan diri dan menemukan insight secara neurosains. Hasil yang positif melalui serangkaian kalimat yang mampu mengalirkan kembali energi positif manusia karena Logosynthesis® percaya bahwa tubuh dan pikiran manusia merupakan instrumen individu utama untuk menyadari keberadaan diri (awareness) dan mengembangkan diri di dunia. Dalam kehidupan sehari-hari individu akan menumbuhkan fantasi positif atau negatif terhadap keberlanjutan hubungan di masa depan. Dengan Logosynthesis®, hasrat dan fantasi yang menghambat dapat diatasi untuk mampu menghadapi kenyataan dengan lebih baik karena asumsi Logosynthesis® adalah energi kehidupan akan mengalir atau tersimpan dalam struktur energi yang akan menunggu untuk diaktifkan kembali agar kembali seimbang. Kesenjangan antara impian (fantasi) dengan kenyataan (realitas) yang menyebabkan individu terpaku dalam “kebekuan” energi dan sulit untuk beralih pada energy positif yang lebih menumbuhkan individu. Dalam permasalahan hubungan interpersonal ini ada individu yang mengalami hambatan untuk mengalami proses kedukaan atau kesedihan sehingga menyebabkannya mengalami ketegangan ketika harus menghadapi orang lain tersebut pada saat ini dengan kenyataan akan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Jika struktur energi yang “membeku” berubah (mencair) maka reaksi klien terhadap distres pun akan berubah dan proses terapeutik akan beralih ke tahap berikutnya yaitu pembentukan hubungan baru. Serangkaian kata yang diciptakan dan diucapkan klien akan membantu untuk mencairkan energi yang “membeku” dan
84 Th.18/No.2/2013 (h. 80—83)
membantu klien untuk dapat menjalani hidup baru melalui rasa percaya yang kembali dibangun untuk hubungan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA Feinstein, D. (2008). Energy psychology: A review of the preliminary evidence. Psychotherapy: Theory, Research, Practice, Training Journal, 45(2), 199-213. Feinstein, D. (2012). Acupoint stimulation in treating psychological disorders: Evidence of efficacy. Review of General Psychology American Psychological Association, 16, 364-380. Lammers, W. (2008). Logosynthesis: Change through the magic of words. Maienfeld, Switzerland: Ias publications. Lammers, W. (2009). Phrases of freedom: Self-coaching with Logosynthesis. Maienfeld, Switzerland: BookSurge Publishing. Lammers, W., & Fredi, A. (2010). Restoring the flow: A primer of logosynthesis. Maienfeld, Switzerland: Creativespace. Wall, C. L. (2004). The courage to trust: A guide to building deep and lasting relationship. Oakland, CA: New Harbinger Publications.