TESIS
APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK POLITEKNIK NEGERI BALI
OLEH I NYOMAN SUTARNA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK POLITEKNIK NEGERI BALI
OLEH I NYOMAN SUTARNA NIM. 0990461010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ERGONOMI – FISIOLOGI KERJA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK POLITEKNIK NEGERI BALI
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Program Pascasarjana Universitas Udayana
I NYOMAN SUTARNA NIM. 0990461010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ERGONOMI – FISIOLOGI KERJA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 i
Lembaran Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes. NIP. 19660309 199802 1003
Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes. NIP. 19681217 199303 1003
Mengetahui
Ketua Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. dr. I. D. P. Sutjana, PFK., M.Erg Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K). NIP. 19470704 197903 1001 NIP. 19590215 198510 2001
ii
Penetapan Panitia Penguji Tesis
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal, 9 September 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, No : 0368/H14.4/HK/2011, Tanggal 11 Pebruari 2011
Ketua
: Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M..Kes
Sekretaris
: Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes.
Anggota
:
1. Prof. dr, Ketut Tirtayasa, MS., AIF 2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And 3. Dr. Ketut Karna, PFK., M. Kes
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis panjatkan puji sukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karurnia-Nya tesis ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas Udayana. tesis ini berjudul “Aplikasi Ergonomi Pada Proses Pemotongan Pelat Eser Meningkatkan Kinerja Mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali”. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes, pembimbing I,
selaku
yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,
semangat bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes, selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah
memberikan dorongan,
semangat bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan yang sama ditujukan kepada Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana, PFK., M.Erg, Ketua Program Studi Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja yang telah memberi kesempatan penulis untuk mengikuti kuliah serta selalu membimbing dan mendorong penulis di dalam menyusun tesis ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), iv
Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberi
bimbingan dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah dan menyelesaikan pendidikan Program Megister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada
Prof. Drs. Ida Bagus
Adnyana Manuaba, Hon.FErgs.,FIPS, guru besar ilmu faal sebagai panutan penulis dan para guru besar yang selalu memberikan didikan, etika, disiplin, motivasi dan ilmu serta pengalaman yang sangat berguna. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tirtayasa, MS., AIF,
Prof. dr. Ketut
Prof. Dr. dr . J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And,
dan Dr. Ketut Karna., PFK., M.Kes, selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran dan koreksi sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen dan staf serta rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas Udayana.yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis juga ucapkan terima kasih yang mendalam kepada istri tercinta Ni Nyoman Suriani, serta ananda Ni Putu Ayu Wulan Noviyanti dan Ni Made Widia Yulia Astari yang secara tulus ikhlas memberikan kesempatan, dorongan, perhatian dan pengorbanan baik materiil maupun moral sehingga penulis dapat lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis ini.
v
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, Agustus 2011 I Nyoman Sutarna
vi
ABSTRAK APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK POLITEKNIK NEGERI BALI
Pemotongan pelat eser adalah suatu proses kerja yang mengharuskan terjadinya interaksi manusia dengan mesin. Proses pemotongan dilakukan dengan bantuan sebuah alat atau mesin potong pelat eser yang dioperasikan oleh pekerja dengan sikap kerja berdiri, tetap menyangga pelat, sambil mendorong dan menarik pelat eser. Hal ini dilakukan juga oleh mahasiswa praktikum di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali (PNB). Mesin potong pelat yang digunakan tidak dilengkapi alat penyangga pelat eser. Intervensi ergonomi yang dilakukan adalah dengan membuat alat tambahan kedudukan pelat eser pada proses pemotongan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kinerja mahasiswa ditinjau dari penurunan keluhan muskuloskeletal, penurunan beban kerja, dan peningkatan produktivitas kerjanya. Penelitian dilakukan dengan rancangan sama subjek (treatment by subjects design) yang dikembangkan dalam bentuk rangcangan silang (two-period cross over design) dengan jumlah sampel 16 mahasiswa. Keluhan muskuloskeletal di ukur dengan kuesioner nordic body map, beban kerja diprediksi dengan cara mengukur denyut nadi mahasiswa dengan metode 10 denyut, dan produktivitas di ukur dengan perbandingan antara hasil produksi potongan pelat eser dibagi beban kerja dikalikan waktu kerjanya. Data dianalisis dengan uji t – paired dengan taraf signifikan p<0,005. Hasil analisis menunjukkan setelah menggunakan alat kedudukan pelat eser terjadi perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara sebelun dan setelah perlakuan yaitu: (1) penurunan keluhan muskuloskeletal dari rerata skor 80,1 menjadi 70,0, (2) penurunan beban kerja mahasiswa dari 104,4 denyut permenit menjadi 93,5 denyut permenit, dan (3) peningkatan produktivitas kerja dari 0,201 menjadi 0,355. Disimpulkan bahwa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat meningkatkan kinerja dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal, penurunan beban kerja, dan peningkatkan produktivitas kerja mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. Disarankan kepada para pengambil kebijakan di bidang pendidikan vokasional agar memperhatikan kondisi alat dan fasilitas praktikum untuk lebih efektifnya pembelajaran produktivitas para mahasiswa. Kata Kunci : Ergonomi
vii
ABSTRACT ERGONOMICS APPLICATION IN ESER PLATE CUTTING PROCESS IMPROVING STUDENTS WORKING PERFORMANCE IN MECHANICAL TECHNOLOGY WORKSHOP OF POLITECHNIC BALI
Eser cutting plate is a working process that requires human machin interaction. The process of cutting is carried out with the help of a tool or eser machine cutting plate operated by workers with standing working position, while still handling the plate, pushing and pulling the eser plate. This is also practiced by the students‟ practicum in the mechanical workshop of Polytechnic of Bali. Plate cutting machines used are not equipped with Eser plate braces. Ergonomics interventions applied here is by making an additional tool of eser plate position on the cutting process. The purpose of this study was to determine the increase in student performance in terms of reduction in musculoskeletal complaints, decreased workload, and increased work productivity. The study was conducted has same subject design (treatment by subjects design) that was developed in two-period cross-over design. A sample size of 16 students. Complaints on musculoskeletal was predicted through Nordic body map questionnaire, workload prediction by measur the pulse of students by the method of ten beats, and productivity was measured by the ratio between production cuts of eser plate is divided by the workload then multiplied by work time. The process was analyzed with paired t-test with significant level of p <0.005. The analysis showed that after using the tool of eser plate position, significant differences occurred at (p <0.05) between before and after treatment namely: (1) musculoskeletal complaints decreased from a mean score of 80.1 to 70.0, (2) decline in students workload from 104.4 beats per minute to 93.5 beats per minute, and (3) increased productivity from 0.201 to 0.355. It was concluded that the application of ergonomics in the process of cutting Eser plates can improve the performance seen from the decrease in musculoskeletal complaints (12.6%), decreased workload (10.4%), and increased work productivity (76.6%) of students in Mechanical Technology Workshop of Polytechnics of Bali. It is recommended to the decision-makers in the field of vocational education in order to consider the condition of equipment and lab facilities for a more effective students learning productivity. Key words: ergonomics.
viii
DAFTAR ISI
Judul
Halaman
SAMPUL DALAM PERSYARATAN GElLAR ..........................................................................
i
LEMBARAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS .................................................... iii UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................... iv ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUA N ..............................................................................
1
1.1
Latar Belakang ......................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................
5
1.3
Tujuan Penelitian ....................................................................................
6
1.3.1 Tujuan umum ...............................................................................
6
1.3.2 Tujuan khusus ...............................................................................
6
Manfaat Penelitian ..................................................................................
7
1.4.1 Manfaat praktis ..............................................................................
7
1.4.2 Manfaat teoritis .............................................................................
7
1.4
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
8
2.1
Kinerja ....................................................................................................
8
2.2
Pemotongan Pelat Eser ...........................................................................
9
2.2.1 Klasifikasi mesin potong pelat eser ................................................
9
2.2.2 Pemotongan pelat eser dan permasalahan ergonomi ..................... 10 2.3
Aspek Ergonomi ..................................................................................... 11
2.4
Desain Stasiun Kerja ............................................................................... 12 2.4.1 Antropometri dan perbaikan stasiun kerja .................................... 13 2.4.2 Sikap kerja kaitannya dengan stasiun kerja ................................... 14
2.5
Aktivitas Angkat dan Angkut secara Manual ......................................... 16 2.5.1 Alat bantu angkat dan angkut ......................................................... 17 2.5.2 Batasan beban yang boleh diangkat .............................................. 19
2.6
Organisasi Kerja ..................................................................................... 21 2.6.1 Waktu kerja .................................................................................... 21 2.6.2 Waktu istirahat .............................................................................. 22
2.7
Lingkungan Kerja .................................................................................... 22
2.8
Beban Kerja ............................................................................................. 24
2.9
Kelelahan Kerja ....................................................................................... 29 2.9.1 Pengertian kelelahan ..................................................................... 29 2.9.2 Keluhan Muskuloskeletal ............................................................... 29
2.10 Produktivitas Kerja ............................................................................... 30 2.10.1 Pengertian produktivitas .............................................................. 30 2.10.2 Pengukuran produktivitas ............................................................ 32
x
2.10.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ........................ 33 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ................. 35 3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 35 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 36 3.3
Hipotesis Penelitian ................................................................................ 37
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 38 4.1
Rangcangan Penelitian ........................................................................... 38
4.2
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 39
4.3
Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 39
4.4
Populasi dan Sampel .............................................................................. 39 4.4.1 Variabilitas populasi ...................................................................... 39 4.4.2 Kriteria sampel .............................................................................. 40 4.4.3 Besar sampel ................................................................................. 40 4.4.4 Teknik penentuan sampel .............................................................. 41
4.5 Variabel Penelitian .................................................................................. 42 4.5.1 Indentifikasi dan klasifikasi variabel .............................................. 42 4.5.2 Definisi operasional Variabel .......................................................... 43 4.6 Instrumen Penelitian ................................................................................ 48 4.7 Alur Penelitian ......................................................................................... 50 4.8 Prosedur Penelitian ................................................................................... 51 4.8.1 Tahap persiapan penelitian .............................................................. 51 4.8.2 Jadwal pemberian perlakuan ........................................................... 51 4.8.3 Protokol penelitian ........................................................................... 53 xi
4.8.4 Tahap pelaksanaan penelitian .......................................................... 55 4.8.5 Prosedur pengukuran ........................................................................ 58 4.9 Analisis Data ............................................................................................. 61 4.10 Kelemahan Penelitian .............................................................................. 64 BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 65 5.1
Kondisi Subjek ....................................................................................... 65 5.1.1 Karakteristik subjek ....................................................................... 65 5.1.2 Data antropometri subjek ............................................................... 66
5.2
Lingkungan Tempat Kerja ..................................................................... 67
5.3
Keluhan Muskuloskeletal ....................................................................... 67 5.3.1 Normalitas dat keluhan muskuloskeletal ...................................... 68 5.3.2 Analisis komparabilitas ................................................................. 68 5.3.3 Analisis efek periode (period effect) ............................................. 69 5.3.4 Analisis efek residu (carry over effect) ......................................... 70 5.3.5 Analisis efek perlakuan ................................................................. 71
5.4
Beban Kerja ............................................................................................ 73 5.4.1 Normalitas data beban kerja .......................................................... 73 5.4.2 Analisis komparabilitas ................................................................. 74 5.4.3 Analisis efek periode (period effect) ............................................. 75 5.4.4 Analisi efek residu (carry over effect) ........................................... 75 5.4.5 Analisis efek perlakuan ................................................................. 76
5.5
Produksi Pemotongan Pelat Eser ............................................................ 78
5.6
Produktivitas kerja .................................................................................. 81 xii
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 83 6.1
Kondisi Subjek ...................................................................................... 83
6.2
Kondisi Lingkungan .............................................................................. 84
6.3
Keluhan Muskuloskeletal ...................................................................... 86
6.4
Beban Kerja ........................................................................................... 87
6.5
Produksi dan Produktivitas Kerja ......................................................... 89
6.6
Peningkatan Kinerja Praktikan Ditinjau dari Penurunan Keluhan Muskuloskeletal, Penurunan Beban Kerja, dan Peningkatan Produktivitas Kerja ............................................................................... 90
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 92 7.1
Simpulan ................................................................................................ 92
7.2
Saran ...................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL
Judul
Halaman
2.1 Beban Angkat dan Angkut bagi Laki-laki dan wanita .............................. 20 2.2 Katagori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja ........................... 28 4.1 Perhitunga Jumlah Sampel Berdasarkan Rumus Colton (174) ................. 41 4.2 Jadwal Pemberian Perlakuan ..................................................................... 52 5.1 Karakteristik Subjek .................................................................................. 65 5.2 Data Antropometri Subjek ........................................................................ 66 5.3 Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian dan Komparabilitasnya ............ 67 5.4 Analisis Normalitas Data Keluhan Muskuloskeletal ............................... 68 5.5 Uji Indenpedent t-test Data Keluhan Muskuloskeletal Sebelum Praktikum antar Perlakuan Periode Pertama ............................................................. 69 5.6 Uji Independent t-test Selisih Beda Keluhan Muskuloskeletal antar Kelompok I dan Kelompok II .................................................................. 70 5.7 Uji Independent t-test Rerata Beda Keluhan Muskuloskeletal sebelum dan Sesudah Perlakuan antar Kelompok 1 dan Kelompok 2 ............................ 70 5.8 Uji t-pair Rerat Beda Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Praktikum .................................................................................................. 71 5.9 Analisis Data Rerata Keluham Muskuloskeletal antar Kelompok 1 dan Kelompok 2 ............................................................................................... 72 5.10 Analisis Normalitas Data Beban Kerja ................................................... 74 5.11 Uji Independent t-test Denyut Nadi Istirahat antara Perlakuan pada Periode I .................................................................................................. 74 5.12 Uji Independent t-test Rerata Selisih Beban Kerja antara Kelompok Perlakuan ............................................................................... 75
xiv
5.13 Uji Independent t-test Rerata Beban Kerja antara Kelompok Perlakuan 76 5.14 Uji t–paired Rerata Beban Kerja Subjek antara Perlakuan .................... 76 5.15 Data Denyut Nadi dan Analisis Deskriptif ............................................. 77 5.16 Analisis Normolitas Data Produksi dan Produktivitas Kerja ................. 80 5.17 Uji t- paired Rerata Produksi .................................................................. 80 5.18 Analisis Normalitas Data Produksi dan Produktivitas Kerja .................. 81 5.19 Uji t- paired Produktivitas Kerja ............................................................. 82
xv
DAFTAR GAMBAR
Judul
Halaman
2.1 Mesin Potong Pelat ....................................................................................
9
2.2 Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ........................................................... 13 2.3 Lokasi Vertebral Sakrallis (discus L4/L5 dan L5/S1) Kelainan Herneasi Akibat Mengangkat Terhadap pada L5/S1 ................................. 19 3.1 Kerangka Konsep Penelitian. ..................................................................... 36 4.1 Rancangan Penelitian Silang (Cross Over Design) .................................... 38 4.2 Bagan Hubungan Antara Variabel Penelitian ............................................ 43 4.3 Stasiun Kerja Sebelum Perbaikan (tanpa alat kedudukan pelat) ................ 44 4.4 Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ............................................................ 44 4.5 Alat Kedudukan Pelat Eser dan Mesin Potong Pelat ................................ 45 4.6 Alur Penelitian............................................................................................ 50 5.1 Hasil Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ................................................... 66 5.2 Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Perlakuan ..................... 73 5.3 Grafik Denyut Nadi Istirahat, Denyut Nadi Kerja, dan Nadi kerja ........... 78 5.4 Pemotongan Pelat Eser Sebelum Menggunakan Alat Kedudukan Pelat Eser ................................................................................................... 79 5.5 Pemotongan Pelat Eser Setelah Menggunakan Alat Kedudukan Pelat Eser ................................................................................................... 79 5.6 Grafik Rerata Produksi antar Perlakuan .................................................... 81 5.7 Grafik Produktivitas Kerja antar Perlakuan ........................................... 82
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Judul
Halaman
1. Koesioner Nordic Body Map ....................................................................
99
2. Psikometri dan Perpindahan Kalor pada Permukaan Basah ..................... 100 3. Karakteristik Subjek .................................................................................. 101 4. Antropometri Subjek ................................................................................. 102 5. Analisis Data Mikroklimat ........................................................................ 103 6. Analisis Data Keluhan Muskuloskeletal ................................................... 104 7. Analisis Beban Kerja ................................................................................. 105 8. Analisis Data Hasil Produksi dan Produktivitas ....................................... 106 9. Kegiatan Penelitian ................................................................................... 108
xvii
v
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan mesin, lingkungan kerja, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Kinerja ditentukan oleh tiga hal yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan (Veithzal, 2005). Pemotongan pelat eser merupakan suatu proses kerja yang mengharuskan terjadinya interaksi manusia dengan mesin, dimana manusia memegang peranan dalam sistem ini. Proses pemotongan dilakukan dengan bantuan sebuah alat atau mesin potong pelat eser yang dioperasikan oleh pekerja dengan sikap kerja berdiri, tetap menyangga pelat eser, sambil mendorong dan menarik pelat eser. Mesin potong pelat eser yang digunakan adalah buatan Italia tidak dilengkapi alat penyangga pelat eser. Kondisi ini dapat meningkatkan beban kerja, menimbulkan berbagai keluhan sistem muskuloskeletal,
yang akan diikuti oleh menurunnya
produktivitas kerja. Proses pemotongan pelat eser dimulai dengan aktivitas mengangkat dan mengangkut pelat eser yang dilakukan oleh 4 orang dan diletakkan pada alat kedudukan pelat eser, kemudian dilakukan pengukuran pelat eser sesuai dengan ukuran yang diinginkan atau sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar perencanaan. Pelat eser yang dipotong diarahkan ke pisau potong yang ada pada mesin potong dimana garis potong yang ada pada pelat eser harus berimpit pada 1
2
pisau potong agar didapatkan hasil pemotongan seperti diharapkan. Hal ini dilakukan berkali-kali dengan jumlah potongan pelat eser yang diinginkan. Mekanisme kerja yang sifatnya repetitif ini mempunyai kelemahan, yaitu; memerlukan konsentrasi yang tinggi, cepat lelah sehingga hasil potonganan pelat kurang teliti dan membahayakan keselamatan dan kesehatan mahasiswa. Grandjean (1998) pekerjaan yang dilakukan secara repetitif
akan cepat
menimbulkan kelelahan, dan mengganggu kesehatan. Pada proses pemotongan pelat eser meja kerja yang digunakan tingginya 90 cm dan tidak sesuai dengan antropometri mahasiswa yaitu; meja kerja ukurannya libih tinggi dari siku. Meja kerja 10 sampai dengan 20 cm dibawah siku mahasiswa, agar dapat mengerahkan tenaganya dengan optimal dan dapat bekerja dengan nyaman, aman dan sehat (Manuaba, 2000). Disamping itu aktivitas angkat dan angkut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi. Beban yang diangkat seberat 115 kg per lembar pelat eser dan harus diangkat secara manual, sejauh 95 meter. Pada aktivitas tersebut disertai dengan sikap kerja yang tidak fisiologis, seperti posisi tubuh miring, sikap jongkok, membungkuk. Kendala seperti ini berpeluang menimbulkan keluhan muskuloskeletal dan meningkatkan beban kerja. Hasil studi pendahuluan terhadap 16 orang mahasiswa ditemukan peningkatan beban kerja sebesar 71,96%, dan peningkatan keluhan muskuloskeletal sebesar 81,25% antara sebelum dan sesudah kerja, yaitu gangguan otot-otot pada bagian bahu 75%, lengan bawah 87%, lengan atas 83,33%, pinggang dan punggung 79%, pergelangan tangan 66,66%, tangan dan betis masing-masing 70,83%. Rerata denyut nadi kerja adalah 104,4 denyut per
3
menit, dengan demikian dapat dikatakan bahwa beban kerjanya dalam katagori sedang (Grandjean, 1998). Kondisi ini akan semakin parah jika disertai dengan kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Selain itu kerja monoton yang dilakukan secara repetitif juga berpeluang
meningkatkan
beban
kerja
dan
menimbulkan
keluhan
muskuloskeletal. Perlu diterapkan istirahat pendek setiap satu jam kerja, karena istirahat pendek memiliki kelebihan dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi kelelahan otot (Grandjean, 1998). Proses angkat dan angkut pelat eser juga berisiko meningkatkan beban kerja dan keluhan muskuloskeletal. Perlu dilakukan perbaikan cara angkat dan angkut dengan ketentuan (1) beban yang diangkat dan diangkut untuk laki-laki 20 kg, sedangkan untuk wanita 15 kg, (2) cara angkat dan angkut perlu dilakukan dengan benar, misalnya kedua tangan, lengan, dan seluruh tubuh ikut berperan, (3) kedua belah bahu dan tubuh terbebani secara merata (Adiputra, 1998a). Berbagai permasalahan tersebut yang menjadi masalah utama yang perlu diperbaiki, melalui pendekatan partisipatori dengan para pekerja atau pemotong pelat eser, seluruh staf yang ada di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. Alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan cara (a) mendesain alat kedudukan pelat eser yang disesuaikan dengan aspek ergonomi dan teknologi tepat guna yang meliputi pertimbangan teknis, ekonomi, ergonomi, sosial budaya, hemat energi, dan tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2004); (b) perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser, dan (c) perbaikan
intensitas
pencahayaan, dan aliran udara di ruang kerja. Alat kedudukan pelat eser
4
berfungsi untuk mengangkut dan menyangga pelat eser pada proses pemotongan pelat eser. Setiap usaha perbaikan peralatan kerja hendaknya bersifat sederhana, murah biayanya, bisa dan mudah dilakukan, serta dapat meningkatkan produktivitas kerja (Sutjana, 2009). Khususnya yang menyangkut sumber daya manusia (pekerja) harus diberdayakan seoptimal mungkin, untuk mencapai tujuan tersebut, setiap pekerja harus diberikan fasilitas kerja yang nyaman, aman, dan efisien. Fasilitas kerja meliputi: fasilitas stasiun kerja dan sarana kerja, lingkungan kerja, dan organisasi kerja yang harus sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan batasan pekerja dengan harapan tercapainya produktivitas yang setinggi-tingginya (Manuaba, 2003a). Perbaikan ergonomi, harus selalu berpusat kepada manusia pemakainya (human center). Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan partisipatori (participatory approach), sehingga seluruh komponen organisasi akan merasa terlibat, berkontribusi dan bertanggung jawab terhadap perbaikan yang dilakukan (Manuaba, 2006). Sikap kerja yang tidak fisiologis atau dengan sikap paksa akan cepat menimbulkan rasa lelah. Rasa lelah mahasiswa, sering beristirahat sehingga jam kerja efektif berkurang yang akhirnya kinerja dan produktivitas kerja menurun. Di samping itu juga sikap kerja yang tidak fisiologis yang terlalu lama dipertahankan akan menyebabkan adanya strain (reaksi), keluhan muskuloskeletal dan menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan. Arjani ( 2003 ), melakukan perbaikan stasiun kerja pada penggunaan meja conveyor di sektor industri perkayuan khususnya bagian penggergajian
5
kayu dengan
mesin
band saw, dan
dilakukan
melalui
pendekatan
partisipatori ternyata dapat menurunkan beban kerja sebesar 21,64% (p<0,05) dan keluhan muskuloskeletal sebesar 36,01% (p<0,05) serta dapat meningkatkan produktivitas kerja sebesar 59,66% (p<0,05). Itu bisa terjadi karena tenaga yang digunakan dapat dikurangi dan pekerja dapat bekerja dengan nyaman, aman, efesien dan efektif, secara signifikan (p<0,05). Bertitik tolak dari permasalahan terhadap penelitian tersebut, maka dilakukan penelitian pada proses pemotongan pelat eser dalam upaya mengatasi masalah yang muncul. Untuk maksud tersebut, dilakukan perbaikan stasiun kerja pada proses pemotongan pelat eser melalui penggunaan alat kedudukan pelat eser, agar aktivitas menyangga, mengangkut, mendorong dan menarik pelat eser dengan mengerahkan tenaga otot yang besar dapat dikurangi. Beban kerja dan keluhan muskuloskeletal dapat dikurangi serta produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. 1.2 Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah yang memfokuskan penelitian pada kinerja mahasiswa dengan indikator
berupa
beban kerja,
keluhan
muskuloskeletal dan produktivitas pada pemotongan pelat eser dengan mesin potong pelat, dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah
aplikasi
ergonomi
pada proses pemotongan
pelat eser dapat
menurunkan beban kerja mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali ?
6
2) Apakah
aplikasi
ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat
menurunkan keluhan muskuloskeletal mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali ? 3) Apakah aplikasi
ergonomi
pada
proses
pemotongan
pelat eser
dapat meningkatkan produktivitas mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui aplikasi ergonomi dalam proses pemotongan pelat eser terhadap peningkatan kinerja mahasiswa. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat eser dapat meningkatkan kinerja dilihat dari penurunan
beban kerja mahasiswa di
Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 2) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat eser dapat meningkatkan kinerja dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 3) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat
eser dapat
7
meningkatkan kinerja dilihat dari peningkatan produktivitas mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengubah sistem kerja agar ergonomis. 2) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan di dalam mendesain suatu alat agar mengacu pada aspek ergonomi. 3) Bermanfaat bagi instansi terkait dalam mengarahkan perubahan stasiun kerja agar mengacu pada prinsip ergonomi. 1.4.2 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
khususnya
yang
berkaitan dengan aplikasi ergonomi. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai acuan oleh peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis. 3) Hasil penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
acuan
bagi pekerja
terutama di dalam mengurangi beban kerja dan keluhan muskuloskeletal serta peningkatan produktivitas kerja.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Kinerja adalah hasil atau tingkat keberasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkin, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. (Veithzal, 2005). Dan menurut Daryanto (1997) merinci pengertian kinerja adalah prestasi kerja, sesuatu yang dicapai atau diperlihatkan atau sesuatu kemampuan kerja.
Jadi kinerja adalah kemampuan untuk melakukan kerja
dengan hasil yang memuaskan, diukur dengan cara mengevaluasi hasil pekerjaan. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendir, tetapi berhubungan dengan mesin, lingkungan kerja, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan. Kinerja dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan atau kinerja dapat ditingkatkan bila tuntutan tugas sesuai dengan kapasitas fisik dan mental mahasiswa. Tujuan tersebut dapat dicapai maka mahasiswa harus diberikan fasilitas meliputi: fasilitas stasiun kerja, sarana kerja, linkungan kerja, dan organisasi kerja dengan kemampuan, kebolehan, dan
8
9
keterbatasan mahasiswa, dengan harapan tercapainya hasil kerja yang berkualitas. 2.2 Pemotong Pelat Eser 2.2.1 Klasifikasi mesin potong pelat eser Mesin potong pelat eser merk Colgar buatan dengan sistem
hidrolik
Italia, tenaga potong
secara otomatis, dilengkapi dengan alat mengatur
ketebalan pelat eser. Tebal pelat eser yang bisa dipotong maksimum 8 mm. Demensi mesin potong pelat eser; panjang 210 cm, lebar 60 cm dan tinggi 90 cm (Susila, 2001). Di intervensi adalah stasiun kerja pada mesin potong pelat eser yang belum maksimal dapat menyangga pelat eser yang mempunyai ukuran panjang 240 cm, lebar 120 cm, tebal 0,3 cm, dan berat 115 kg, masih dipegang oleh mahasiswa. Hasil yang hendak dicapai dari proses pemotongan pelat eser adalah agar mahasiswa dapat secara aman, nyaman efektif, efisien sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan. Mesin potong pelat eser dapat dicermati pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Mesin Potong Pelat
10
2.2.2 Pemotongan pelat eser dan permasalahan ergonomi Penelitian pendahuluan pada proses pemotong pelat eser
di Bengkel
Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali didapatkan gambaran bahwa terdapat permasalahan khususnya pada bagian proses pemotongan pelat eser yang dapat meningkatkan
beban
kerja,
keluhan
muskuloskeletal
dan
menurunkan
produktivitas kerja. Permasalahan yang dihadapi mahasiswa di bagian proses pemotong pelat eser dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas angkat dan angkut, beban pelat eser cukup
berat 115 kg/lembar
dengan panjang 240 cm, lebar120 cm, tebal 0,3 cm, dilakukan 4 orang, jarak dari gudang material ke mesin potong 95 meter. 2) Aktivitas angkat dan angkut pada pemotongan pelat eser meliputi; mengangkat, mengangkut, menyangga, mendorong, menarik dan menaruh pelat eser yang dipotong dilakukan secara manual. 3) Posisi berdiri, tetap menyangga, mendorong, menarik pelat eser pada proses pemotongan pelat eser pekerjaan ini dilakukan sampai pelat eser itu selesai dipotong dengan
ukuran 50 mm x 50 mm dalam waktu 1 jam. Sikap kerja
berdiri dilakukan karena stasiun kerja tidak dilengkapi alat kedudukan pelat eser sebagai landasan pelat eser yang dipotong. Hal tersebut jelas menimbulkan beban tambahan dan menyebabkan kelelahan otot. Pengukuran pada mesin potong pelat eser dengan data lebar meja mesin 60 cm, panjang 240 cm, tinggi 90 cm, data ini sebagai acuan dalam mendesain alat kedudukan pelat eser. Permasalahan tersebut di atas menimbulkan beban kerja tambahan dan keluhan muskuloskeletal bagi mahasiswa pada akhirnya
11
dapat menurunkan produktivitas kerja. Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas mahasiswa, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap stasiun kerja pada bagian pemotongan pelat eser. 2.3 Aspek Ergonomi Aspek ergonomi dimaksudkan adalah tentang aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, manajemen dan desain/perancangan (Manuaba, 2004). Pendekatan disiplin ilmu ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki kinerja manusia seperti kecepatan, keselamatan kerja
disamping mengurangi kelelahan yang terlalu cepat dan
mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia. Jadi ergonomi adalah ilmu, teknologi, dan seni untuk menyerasikan alat, cara kerja dilakukan pada kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya (Tarwaka, 2004). Merangcang stasiun kerja perlu diperhatikan seperti: aspek-aspek ergonomi, informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik. Tujuan ini dapat dicapai malalui aktivitas dengan efisien, efektif, aman, dan nyaman. Tujuan ideal adalah mangatur pekerjaan tersebut berada
dalam
batas-batas
dimana
manusia
menimbulkan kelainan-kelainan (Manuaba, 2006).
bisa
mentolerirnya,
tanpa
12
2.4 Desain Stasiun Kerja Desain produk buatan Negara-negara maju, masih banyak ditemukan desain stasiun kerja khususnya mesin potong pelat eser yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja lokal, sehingga pekerja tidak dapat melakukan gerakan dengan optimal,
terangkatnya
bahu,
leher
dan
lengan,
sebaliknya
tempat penyangga pelat eser yang terlalu rendah menyebabkan tulang belakang membungkuk pada saat bekerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan penyesuaian antara karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin, sistemnya, ruangan, lingkungan kerja sehingga pekerja dapat bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien (Manuaba, 2000). Kaitannya ergonomi dengan desain Sutalaksana (2000), konsep dasar ergonomi, bahwa dalam rangka mendukung efisiensi, kenyamanan, dan keselamatan dalam menggunakan desain alat kerja, maka desain yang ergonomis harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi, dan teknologi tepat guna, seperti faktor-faktor reabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakian kemudahan dalam pemakian dan efisiensi dalam pemakian. Setiap peralatan yang dipakai tidak menimbulkan beban tambahan bagi pemakainya. Desain alat kedudukan pelat eser dapat dicermati pada Gambar 2.2.
13
50
125
90
160
Gambar 2.2 Desain Alat Kedudukan Pelat eser 2.4.1 Antropometri dan perbaikan stasiun kerja Ukuran tubuh pekerja Indonesia khususnya pemotong pelat eser, lebih kecil dibandingkan di negara-negara maju seperti Eropa. Kondisi tersebut sering menimbulkan masalah ergonomi terutama dalam menggunakan peralatan kerja yang dibuat oleh negara-negara maju tersebut. Data antropometri sangat bermanfaat dalam desain peralatan kerja termasuk dalam desain stasiun kerja. Teori ergonomi bahwa peralatan kerja dan fasilitas kerja yang digunakan harus sesuai dengan orang yang menggunakan. Keserasian intaraksi antara stasiun kerja dan manusia pemakainya akan sangat
menentukan
ergonomis
tidaknya
sikap
kerja
mahasiswa
yang
bersangkutan. Apabila ukuran atau desain stasiun kerja telah sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya maka sikap kerja menjadi alamiah atau sebaliknya. Antropametri adalah pengukuran demensi tubuh dan karakteristik fisik tubuh lainnya yang digunakan untuk mendesain suatu produk atau alat (Suma‟mur
14
(1984); Sanders.,Mecormick (1987).,Sutajaya (2009). setiap melakukan desain atau redesain stasiun kerja haruslah berpedoman pada data antropometri. Ini dimaksudkan agar pekerja dapat menggunakan stasiun kerja secara nyaman, aman, efektif, efisien untuk meningkatkan produktivitas kerja. Menentukan ukuran stasiun kerja alat kedudukan pelat eser pada mesin potong pelat eser, data antropometri mahasiswa memegang peranan penting. Mengetahui data antropometri dapat dilakukan perbaikan pada stasiun kerja yang sesuai bagi mahasiswa yang menggunakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendesain stasiun kerja pemotong pelat eser adalah sebagai berikut. 1) Tinggi alat kedudukan pelat eser pada mendesain alat kedudukan pela teser tingginya disesuaikan dengan meja pada mesin potong agar alat kedudukan pelat eser datar. 2) Ruang gerak Stasiun kerja harus didesain sesuai dengan aktivitas,
sehingga mahasiswa
dapat bergerak bebas selama proses pemotongan pelat eser. 2.4.2 Sikap kerja kaitannya dengan stasiun kerja Mendesain dan mengorganisasikan pekerjaan akan lebih bijak dari kebiasaan sikap kerja yang tidak alamiah dijadikan dasar dalam mengubah menjadi kebiasaan baru dan prilaku alamiah (Sutajaya 1998). Masalah yang dihadapi pekerja akibat stasiun kerja yang tidak ergonomis antara lain timbulnya sikap kerja yang tidak alamiah seperti; membungkuk, mengangkat lengan dan bahu, menyangga beban yang berat, hal ini akan menyebabkan terjadinya
15
kelelahan otot. Menurut Bridger (1995) bahwa sikap kerja dipengaruhi oleh tiga faktor adalah sebagai berikut. 1) Karakteristik fisik seperti umur,jenis kelamin, data antropometri, berat badan, cepat dan efisien. 2) Jenis keperluan tugas
seperti,
pekerjaan yang memerlukan
ketelitian,
memerlukan kekuatan tangan, giliran tugas, waktu istirahat dan lain-lain. 3) Desain stasiun kerja seperti, ukuran tempat duduk, ketinggian landasan kerja kondisi permukaan atau bidang kerja dan faktor lingkungan kerja. Kondisikerja pada pemotongan pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik belum sepenuhnya mengikuti
tiga
faktor tersebut di atas, sehingga perlu
dilakukan perubahan. Kondisi kerja seperti itu dapat meningkatkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan menurunkan produktivitas. Mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pemakian kerja hendaknya prinsip-prinsip ergonomi harus sudah dimasukkan semenjak mendesain suatu alat atau stasiun kerja atau pada tahap perencanaan (Manuaba, 2004). Sikap membungkuk, berdiri, berdiri miring adalah sikap kerja yang tidak alamiah yang memungkinkan tidak dapat melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan usaha otot yang besar. Hal ini dilakukan karena tidak tahu bagiamana yang benar, terpaksa dilakukan karena ruangan terbatas, alat/mesin yang dioperasikan tidak dapat dilakukan dengan cara sikap alamian. Sikap kerja yang dilakukan pada pemotong pelat eser adalah sikap kerja berdiri sambil menyangga pelat eser, memdorong, menarik, sehingga menimbulkan sikap paksa pada beberapa
16
otot-otot tubuh. Sikap kerja hendaknya diupayakan dalam posisi alamiah sehingga tidak menimbulkan sikap paksa (Adiatmika, 2007., Cumming, 2003). 2.5 Aktivitas Angkat dan Angkut secara Manual Aktivitas mengangkat dan mengangkut dan meletakkan pelat eser yang beratnya 115 kg/lembar
masih dilakukan oleh tenaga manusia. Mengatasi
masalah-masalah yang timbul perlu diperhatikan; medan kerja, cara angkat dan angkut, berat beban, jarak, frekuensi dan banyaknya beban yang diangkat dan diangkut harus benar-benar serasi dengan kemampuan, kebolehan dan batasan pekerja (Grandjean, 1998 dan Manuaba, 2001). Hal tersebut harus diupayakan agar gerakan yang dilakukan bersifat alamiah untuk menghindari beban tambahan dan kelelahan dini. Cara angkat dan angkut perlu dilakukan dengan benar, misalnya kedua tangan, lengan dan seluruh tubuh ikut berperan. Harus diupayakan agar kedua belah bahu dan tubuh terbebani secara merata. Di samping itu beban harus benar-benar diukur sesuai kemampuan pekerja (Thurman, 1988 dan Kroemer, 1994). Titik kritis pada waktu mengangkat dan mengangkut objek terletak pada tidak terpenuhinya kebutuhan dan ketersediaan tenaga, belum tersedianya petunjuk praktis secara lengkap dalam mengangkat dan mengangkut objek, kurangnya proses pendidikan dan pelat eser bagi pekerja, lemahnya pengawasan di lapangan, dan tidak tersedianya program berkelanjutan (Adiputra, 1998a).
17
2.5.1 Alat bantu angkat dan angkut Upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan kerja yang sebesarbesarnya, maka tenaga manusia hendaknya tidak dijadikan sebagai alat angkat dan angkut utama. Menghindari manusia sebagai alat angkat dan angkut utama, maka pekerja perlu dilengkapi dengan alat bantu yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan di desain sesuai dengan antropometri pekerjanya. Jenis alat bantu angkat dan angkut yang dapat digunakan antara lain; roller Conveyors, belt comveyors, trolley conveyors, sliding rails conveyors dan sebagainya. Aktivitas angkat dan angkut secara manual pada proses pemotongan pelat eser banyak melibatkan aktivitas mengangkat, menurunkan, mendorang, menarik, mengangkut, dan menyangga beban. Mencegah dan mengurangi cedera maka aktivitas angkat dan angkut secara manual tersebut perlu dilakukan dengan benar dan dilengkapi dengan alat bantu kerja yang ergonomi. Ada beberapa pedoman dalam melakukan modifikasi terhadap angkat dan angkut secara manual adalah sebagai berikut. 1) Kurangi tenaga mengangkat dan menurunkan dengan cara: a. Mengeliminasi mengangkat dan mengangkut objek secara manual dengan menggunakan alat bantu elevating conveyors. b. Mengurangi beban angkat dengan memperkecil ukuran objek, mengurangi kontainer, mengurangi jumlah objek yang diangkat. c. Mengurangi aktivitas menahan dari tubuh dengan mengubah bentuk objek, menyediakan pegangan yang tepat.
18
2) Kurangi tenaga mendorong dan menarik dengan cara: a. Mengeliminasi keperluan
untuk
mendorong dan menarik
dengan
menggunakan power conveyors, sliders, rollers. b. Mengurangi berat objek dengan memperkecil ukuran objek. c. Mengurangi jarak mendorong dan menarik dengan memperbaiki tata letak ruangan, relokasi ruang produksi, areal penyimpanan. 3) Kurangi tenaga mengangkut dengan cara: a. Mengubah mengangkut secara manual menjadi mendorong atau menarik dengan menggunakan conveyors, sliders atau alat bantu yang sejenis. b. Mengurangi berat objek angkut dengan memperkecil ukuran objek. c. Mengurangi jarak angkut dengan memperbaiki tata letak ruang kerja. 4) Kurangi tenaga menyangga dengan cara: a. Mengurangi berat objek dengan memperkecil ukuran objek. b. Mengurangi waktu menyangga beban. c. Mengeliminasi menyangga dengan alat penyangga (jigs), meja conveyors. Aktivitas angkat dan angkut secara manual pada proses pemotongan pelat eser meliputi; mengangkat, menurunkan, mendorang, menarik, menyangga dan mengangkut pelat eser, maka prinsip-prinsip modifikasi di atas dapat dijadikan pedoman dalam perbaikan stasiun kerja. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mengurangi beban aktivitas menyangga, mendorong dan menarik pelat eser adalah dengan mendesain alat kedudukan pelat eser sebagai penyangga dan mengangkut pelat eser dalam proses pemotongan pelat eser.
19
2.5.2 Batasan beban yang boleh diangkat Mengurangi cedera otot bagian belakang seperti; pinggang dan punggung pada aktivitas angkat dan angkut pelat eser maka harus dipertimbangkan kriteria angkat baik secara fisiologik maupun psikofisik. Batasan angkat didasarkan pada perhitungan risiko cedera pada discus lumbar-5 dan sacral-1 (L5/S1), maka batas angkat maksimum yang direkomendasikan adalah sebesar 3,4 Kn sebagai gaya tekan pada discus tersebut. Di antara ruas-ruas tulang belakang terdapat discus yang berfungsi sebagai peredam bila ada gesekan atau benturan. Cedera atau nyeri sering terjadi pada discus (intervertebrae disc) yang berada di antara discus ke-4 dan ke-5 (L4/L5) atau terletak di antara lumbar ke-5 dan sacrum ke-1(L5/S1). Ilustrasi dari discus L4/L5 dan L5/S1 dapat dicermati pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Lokasi Vertebral Lumbalis Sakrallis (discus L4/L5 dan L5/S1). Kelainan Herniasi Akibat Mengangkat Terdapat pada L5/S1. Sumber: Helander (1995)
20
Batasan
angkat
secara
fisiologik
dilakukan
dengan
cara
mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang-ulang ( repetitive lifting), dapat ditentukan
dari jumlah
kebutuhan
oksigen. Kelelahan kerja yang terjadi akibat aktivitas angkat yang berulangulang akan meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang. Selanjutnya batasan
angkat
secara
psikofisik
pada
penilaian
subjektif
pekerja
mempertimbangkan sejauh mana individu merasa mampu mengangkat beban maksimum (Helander, 1995 dan Bridger, 1995). Secara umum beban angkat perseorangan yang direkomendasikan oleh International Labor Organisation (ILO) untuk pria dan wanita dicermati pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Beban Angkat dan Angkut bagi Laki-laki dan Wanita yang Direkomendasi Umur (tahun) 14 – 16 16 – 18 18 – 20 20 – 35 35 – 50 > 50 Sumber: Pheasant (1991).
Maksimum untuk Laki-laki (Kg) 15 19 23 25 21 16
Maksimum untuk Wanita (Kg) 10 12 14 15 13 10
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara mengangkat dan mengangkut, beban yang diangkat dan diangkut, ketinggian landasan mengangkat dan jarak angkut berpengaruh terhadap beban kerja, kelelahan dan produktivitas kerja. Faktor tugas pekerjaan, lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi performansi kerja.
21
2.6 Organisasi Kerja Manuaba (2000) bahwa jam yang berlebihan, jam kerja lembur diluar batas kemampuan akan
dapat mempercepat munculnya
kelelahan,
menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja. Setiap fungsi tubuh memerlukan keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian energi (kerja istirahat). Organisasi kerja menurut Suma‟mur (1982) terutama mengenai waktu kerja, istirahat, dan waktu makan. Ketiganya menentukan tingkat kesehatan, dan effisiensi tenaga kerja. Waktu kerja menyangkut aspekaspek lamanya waktu
kerja,
istirahat
dan
periode
waktu,
sedangkan
menurut Grandjean (1998) dan Manuaba (2001) dengan menambah waktu kerja lama, menyebabkan irama kerja menjadi lambat dan output per jam turun. Sebaliknya dengan memperpendek waktu kerja dari 8,5 menjadi 8 jam per hari output meningkat antara 3-10,5% terutama untuk pekerja manual. 2.6.1 Waktu kerja Masalah waktu kerja yang memicu timbulnya kelelahan pekerja, manajemen berupaya untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan waktu istirahat yang cukup untuk proses pemulihan kondisi fisik yang lelah, juga
di lakukan
pengetahuan waktu kerja yang di selingi dengan waktu
istirahat. Perubahan waktu kerja dapat memberikan dampak terhadap efisiensi kerja. Menurut Grabdjean (1998) dan
Wignjosoebroto (2003) bahwa
memperpendek jam keja dari 8 ¾ jam per hari bisa meningkatkan keluaran antara 3% sampai 10%.
22
Waktu kerja 8 jam adalah waktu kerja optimal manusia bekerja sehari. Setiap 50 menit jam kerja diberi istirahat 10 menit, sehingga dapat meningkatkan produktivitas (Pheasent, 1991). Dalam setiap satu jam diperkenankan istirahat 10 menit atau setiap setengah jam terdapat 5 menit istirahat untuk mengurangi kelelahan otot. Jika hal ini dilampaui akan dapat mengakibatkan kerugian bagi pekerja. Bagi pekerja berat memperpanjang waktu kerja harian misalnya kerja lembur, bila dilakukan berlebihan dapat mengakibatkan kerugian yang biasa di mulai dengan meningkatkan absensi karena sakit akibat rasa lelah yang berlebihan (Manuaba, 2003a; Wignjosoebroto, 2003). 2.6.2 Waktu istirahat Suma‟mur (1984), terdapat empat jenis waktu istirahat yaitu istirahat secara spontan, istirahat curian, istirahat karena adanya kaitan dengan proses kerja dan istirahat karena ditetapkan. Istirahat spontan istirahat pendek yang segera setelah pembebanan. Istirahat curian terjadi karena beban kerja tidak seimbang dengan kemampuan kerja. Istirahat oleh karena proses kerja adalah tergantung dari peralatan atau prosedur-prosedur kerja. Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat yang diatur, misalnya istirahat paling sedikit 45 menit sampai 60 menit setelah empat jam kerja berturut-turut (Grandjean, 1998). 2.7 Lingkungan Kerja Faktor lingkungan kerja dapat mempengaruhi beban kerja, kelelahan dan produktivitas kerja adalah sebagai berikut.
23
1) Kebisingan adalah suatu bunyi yang tidak dikehendaki dan tidak diinginkan dan bersifat menggangu kenyamanan dan kesehatan telinga (Buchari,2007). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain. Faktor yang mempengaruhi kebisingan adalah indensitas, sifat bising, dan paparan waktu kerja (Tana.L, 2002). Kebisingan juga dapat mempengaruhi fisiologi tubuh seperti denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, metabolisme meningkat dan menurunnya aktivitas alat pencernaan (Adiputra, 2002). Nilai ambang batas (NBA) kebisangan adalah nilai intensitas suara tertinggi yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan gangguan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari ditetapkan 85 dBA (Pulat, 1992). 2) Getaran adalah suatu assillasi mekanik (mechanical ascillation), yang dapat diterima oleh pekerja (Grandjean, 1998). Efek fisiologi getaran dapat berupa efek getaran seluruh tubuh (whole-body vibration) maupun efek pada tangan dan lengan (hand-arm vibration), dan getaran dapat menyebabkan efek performansi. 3) Debu yang ada di Bengkel Teknologi Mekanik khususnya pada bagian pemotongan pelat eser tidak ada masalah, sudah mendapat perhatian dari kepala bengkel. Suma‟mur (1984), bahwa debu dapat masuk melalui: a. Saluran pernapasan yang akan dibawa ke dalam paru-paru. b. Mata, yang dapat menyebabkan iritasi, gatal, merah, bengkak. c. Mulut, yang akan dibawa menuju saluran
pencernaan
menyebabkan iritasi, mual, muntah, mulas dan lain-lain.
yang
dapat
24
Mencegah dan mengendalikan terjadinya efek pernapasan akibat debu di tempat
kerja
dapat
dilakukan
dengan
cara pengendalian teknis,
administraktif dan proteksi diri (Suma‟mur, 1984 dan Grandjean, 1998). Lingkungan kerja yang tidak dikendalikan dengan baik akan berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pekerja, hal ini dapat menyebabkan adanya beban kerja tambahan yang memicu timbulnya kelelahan lebih cepat. 2.8 Beban Kerja Pekerja dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan akan dihadapkan pada beban kerja yang bervariasi. Menurut Adiputra (1998) bahwa beban kerja (work load) dapat dibedakan menjadi dua kelompok adalah sebagai berikut: 1) External load adalah beban kerja yang berasal dari luar pekerjaan yang dilakukan.
tubuh dari
Termasuk external load adalah tugas ( task),
organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga asfek ini disebut sebagai stressor (Adiputra, 1998). a. Tugas (task) yang dilakukan
bersifat
sikap kerja, dan kecepatan lain-lain,
fisik yang
seperti
stasiun
bersifat mental
kerja, seperti
kompleksitas pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja. b. Organisasi kerja, seperti lamanya
waktu kerja, waktu istirahat, upah,
stasiun kerja, tim kerja, kerja bergilir dan lain-lain. c. Lingkungan kerja, seperti mikroklimat, intensitas penerangan, kebisingan, getaran, debu, dan lain-lain.
25
2) Internal load adalah beban pekerja yang berkaitan erat
kerja
yang
dengan
berasal
adanya
dari dalam tubuh
harapan,
keinginan,
kepuasan, taboe dan lain – lain (Adiputra, 1998b). Penilaian untuk dapat mengetahui tingkat beban kerja yang diterima oleh
pekerja. Menurut Rodahl (1989) penilaian beban
kerja dapat
dilakukan dengan dua metode adalah sebagai berikut: 1) Metode
subjektif,
bersangkutan sebagai yang
dirasakan
yaitu
penilaian
yang
pengalaman pribadinya,
dilakukan
oleh orang
misalnya beban
kerja
sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit atau
pengalaman lain yang dirasakan. 2) Metode objektif, yaitu penilaian yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain seperti reaksi fisiologi (denyut nadi, dan perubahan tindak tanduk). Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut nadi, sedangkan penilaian beban kerja subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dengan kuesioner akan terlihat adanya suatu kelelahan yang dialami pekerja, karena adanya interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan, tempat kerja, cara kerja, peralatan kerja dan lingkungan, aktivitas yang disertai adanya stress mental dapat meningkatkan rerata denyut nadi secara bermakna sebesar 16,80 denyut per menit pada pria dan 18,70 denyut per menit pada wanita (p<0,01), (Bridger, 1995).
26
Penilaian beban kerja pemotong pelat eser dapat dilihat dari derajat beban kerja dengan menghitung denyut nadi kerja yaitu rerata denyut nadi kerja selama bekerja. Nadi kerja (work pulse) dihitung berdasarkan selisih denyut nadi saat kerja dengan denyut nadi istirahat (resting pulse). Grandjean (1998) bahwa meningkatnya denyut nadi istirahat ke denyut nadi saat bekerja yang diijinkan adalah 35 denyut per menit bagi laki-laki seperti; denyut nadi istirahat dihitung pada saat duduk dan 30 denyut per menit istirahat
dihitung
pada
saat
bagi wanita seperti denyut
nadi
duduk agar kerja bisa berlangsung 8 jam
berkesinambungan. Adiputra (2002) denyut nadi per menit menggambarkan aktivitas jantung dalam memompa darah keluar masuk organ jantung. Hal ini sangat berhubungan dengan metabolisme tubuh. Semakin besar denyut jantung per menitnya itu berarti semakin tinggi aktivitas tubuh sehingga metabolisme tubuhpun semakin tinggi. Tubuh yang sedang bekerja, dapat saja direfleksikan oleh denyut nadi per menit atau besar asupan oksigen, suhu tubuh, dan pengeluaran kalorinya. Salah satu cara yang digunakan untuk menghitung denyut nadi secara palpasi adalah dengan meraba denyut nadi kerja pada arteri radialis dan dicatat secara manual memakai jam henti (stop watch) menggunakan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan, lebih mudah, cepat dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal dengan hasil yang cukup reliabel. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi.
27
Denyut nadi akan segera berubah selaras dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanika, fisika maupun kimiawi. Grandjean (1998) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung denyut nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh mempunyai hubungan linier tinggi dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Adiputra (2002) dan Suyasning (2007) bahwa beban kerja meningkat dibutuhkan Adenosin Triphosphat (ATP) atau energi lebih banyak. ATP atau energi diperoleh dari hasil metabolisme baik aerobik maupun anaerobik. Pada metabolisme aerobik dibutuhkan oksigen yang bersenyawa dengan glukosa sehingga terbentuk CO2 + H2O + ATP (Energi). Oksigen dibawa ke otot-otot oleh sirkulasi darah. Dengan demikian apabila beban kerja meningkat maka kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Memenuhi kebutuhan oksigen ini, denyut nadi bekerja lebih cepat. Salah satu katagori penentuan berat ringannya beban kerja didasarkan pada perhitungan denyut nadi kerja, dapat dicermati pada Tabel 2.2.
28
Tabel 2.2 Katagori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja Katagori Beban Kerja
N0 1 Sangat ringan 2 Ringan 3 Sedang 4 Berat 5 Sangat berat 6 Luar biasa beratnya(ekstrim) Sumber : Grandjean (1998)
Denyut Nadi Kerja ( denyut per menit ) 60 – 70 75 – 100 100 – 125 125 – 150 150-175 Diatas 175
Pada pekerjaan manual handling seperti pada pemotongan pelat eser sistem energi memegang peranan yang sangat penting. Pembentukan energi dalam otot dimulai dari rangsangan otot pada motor endplate yaitu awal dari adanya pengubahan ikatan energi kimiawi dalam bentuk ATP ke energi mekanis (ATP→ ADP + Phosphat + Energi). Oleh karena simpanan ATP sangat terbatas, maka dibentuk secara terus menerus dari energi yang didapat dalam oksidasi glucose dan lemak. Selanjutnya oksigen ditransportasikan ke otot-otot darah. Apabila oksigen cukup maka sistem aerobik berlangsung, karena merupakan metabolisme yang lengkap dengan hasil akhir energi yang lebih banyak. Kelelahan otot sering dihubungkan dengan metabolisme anaerobic, karena penurunan pH akibat dari terbentuknya asam laktat. Grandjean (1998) menjelaskan bahwa beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kilo Joule (kJ) yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat, dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut, maka denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja, khususnya beban kerja fisik.
29
2.9 Kelelahan Kerja 2.9.1 Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari cedera lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Eko, 2008). Kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya akan bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Fitrihana, 2008 dan
Grandjean, 1998). Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Dan kelelahan umum adalah biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotomi, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1998 dan Waters & Bhattacharya, 1996). Secara gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan dan kelelahan subjektif
biasanya terjadi pada akhir jam kerja (Astrand &
Rodohl, 1997 dan Pulat, 1992). Kelelahan otot dan kelelahan umum disebabkan karena jenis pekerjaan yang bersifat fisik berat dan lingkungan kerja. 2.9.2 Keluhan Muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot serat lintang yang sifat gerakannya dapat diatur (voluter). Pada pemotongan pelat eser banyak melibatkan kerja otot statis maupun dinamis. Kerja otot statis terjadi pada aktivitas mengangkat, menyangga, mendorong, menarik dan menurunkan beban ( otot lengan, bahu,
30
pinggang dan punggung), sedangkan kerja otot dinamis terjadi pada aktivitas mengangkut, mendorong,
dan
menarik seperti; otot-otot bagian bawah.
Mengurangi tingkat kelelahan otot pada pemotongan pelat eser dapat dilakukan dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser sebagai landasan pelat eser sebelum dan menyangga
sesudah
pelat eser
dipotong
sehingga
aktivitas
dapat ditiadakan. Sikap paksa sewaktu bekerja dan berlangsung
lama dapat menyebabkan adanya beban pada sistem muskuloskeletal dan efek negatif pada kesehatan (Santoso, 2004). Kroeman (1994) menyatakan bahwa kelelahan otot terjadi akibat adanya kerja otot statik. Kelelahan otot merupakan fenomena fisiologi dapat diukur secara langsung dengan Electromyography (EMG) untuk mendeteksi penyebab terjadinya kelelahan, sedangkan metode pengukuran secara tidak langsung berupa penilaian subjektif pada pekerja dengan menanyai dan menunjukan diagram tubuh atau kuesioner untuk menentukan lokasi kelelahan atau gangguan muskuloskeletal disebut Nordic Body Map. Kuesioner Nordic Body Map dipilih sebagai alat ukur untuk menilai kelelahan otot berupa gangguan muskuloskeletal dengan alasan digunakan metode ini karena mudah, murah dan cukup reliabel. Penerapan di lapangan dilakukan penjelasan sederhana kepada pekerja. 2.10 Produktivitas Kerja 2.10.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila jumlah keluaran meningkat dengan jumlah masukan yang sama (Chew,
31
1991 dan Hardjosoedarmo, 1996). Manuaba (2004) menyatakan bahwa produktivitas dapat ditingkatkan melalui pendayagunaan seoptimal mungkin sumber daya manusia atau mengalihkan teknologi tepat guna, disamping upaya mengefisienkan kemampuan melalui penggunaan alat, cara kerja, dan lingkungan yang serasi. Mendesain atau meredesain stasiun kerja harus memperhatikan aspek ergonomi yang ada. Dan konsep teknologi tepat guna yang dipadukan dengan pendekatan SHIP yang harus dilakukan secara konsekuen dan berkesinambungan (Manuaba, 2009a). Melalui pndekatan SHIP bahwa masalah harus dipecahkan: 1) Secara sistemik atau melalui pendekatan
sistem dimana semua faktor
yang ada di dalam suatu sistem dan diperkirakan dapat menimbulkan masalah harus ikut diperhitungkan, sehingga tidak ada lagi masalah baru sebagai akibat dari keterkaitan sistem. 2) Secara holistik
dimana suatu faktor yang terkait atau diperkirakan ada
masalah haruslah dipecahkan secara proaktif dan menyeluruh. 3) Secara interdisipliner, artinya semua disiplin terkait harus dimanfaatkan karena
makin kompleknya masalah yang ada tidak akan dipecahkan secara
maksimal jika dikerjakan melalui satu disiplin, sehingga perlu dipecahkan melalui lintas disiplin ilmu. 4)
Secara partisipatori, artinya pemecahan maksimal
masalah agar
dapat
semua
orang
yang
tersebut harus dilibatkan
terlibat
sejak
dalam
awal secara
di wujudkan mekanisme kerja yang kondusif dan
32
diperoleh produk yang berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman (Manuaba, 2003a). Pendekatan ergonomi holistik atau teknologi tepat guna adalah suatu pendekatan dimana teknologi yang akan digunakan harus dikaji secara komprehensip
melalui
enam
kriteria
yaitu; secara teknis, ekonomis,
ergonomis, sosio budaya bisa dipertanggung jawabkan, hemat akan energi, dan tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2007). 2.10.2 Pengukuran produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu (time). Konsep ini bisa dipakai di dalam menghitung produktivitas kerja di semua sektor kegiatan termasuk perbaikan stasiun kerja penggunaan alat kedudukan pelat eser sebagai penyangga dan mengangkut pelat eser sebelum dan setelah dilakukan pemotongan pelat eser. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan menghitung produktivitas total, yaitu perbandingan antara total keluaran dengan total masukan per satuan waktu. Hal ini semua faktor masukan terhadap total keluaran diperhitungkan. Menghitung produktivitas parsial, yaitu perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan seperti upah tenaga kerja, bahan energi, beban kerja, skor keluhan sujebtif dan lain-lain. Produktivitas dihitung secara parsial dari sudut pandang ergonomi. Manuaba (2000) secara umum produktivitas dapat diformulasikan adalah sebagai berikut. Luaran (output) Produktivitas =
(1) Masukan (input) x Waktu (time)
33
Keterangan formulasi produktivitas adalah sebagai berikut: 1) Luaran/produksi (output) adalah rerata jumlah hasil potongan pelat eser. 2) Masukan (input) adalah rerata nadi kerja denyut per menit yang didapat dari selisih rerata denyut nadi waktu kerja dikurangi rerata denyut nadi istirahat. 3) Waktu (time) adalah lama proses pemotongan pelat eser dalam satuan menit. 2.10.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan tempat kerja. Manuaba (2003a) dan Pheasant (1991) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut: 1) Tenaga kerja seperti; umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan dan psikologis pekerja. 2) Peralatan kerja seperti; alat, sarana kerja, mesin-mesin dan lain-lain. 3) Lingkungan kerja seperti; kebisingan, getaran, suhu, kelembaban, debu dan lain-lain. Manuaba (2005) menyatakan usaha-usaha yang harus dilakukan dalam perbaikan produktivitas kerja untuk pencapaian tujuan ergonomi dilakukan dengan memperhatikan delapan aspek ergonomi adalah sebagai berikut: 1) Status nutrisi yang memadai sebagai sumber energi seorang pekerja
untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. 2) Aplikasi tenaga otot secara optimal
dan
efisien untuk menekan stress
pekerja sampai batas minimum. 3) Sikap tubuh yang diterapkan dalam sikap kerja dengan memperhatikan situasi
34
pembebanan terhadap tubuh, jenis pekerjaan dan ruang lingkungan pekerjaan. 4) Kondisi lingkungan kerja untuk mencegah beban yang berlebihan terhadap fisik dan mental. 5) Kondisi yang berkaitan dengan waktu atau yang berkaitan dengan pola kerja, waktu kerja dan waktu istirahat. 6) Kondisi informasi untuk menunjukkan penampilan (performance) kerja secara puas dan luas. 7) Kondisi sosial untuk meningkatkan kualitas intraksi antar pekerja. Tugas yang dilakukan sudah menjadi udaya kerja karena dilakukan dengan cara nyaman dapat menyokong kehidupan yang sejahtera bagi karyawan. 8) Intraksi manusia dengan mesin dengan proporsi pembagian tugas pekerjaan yang tepat antara manusia dengan mesin/alat.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir Posisi berdiri sambil menyangga pelat eser dan cara angkat dan angkut pelat eser yang tidak benar pada proses pemotongan pelat eser yang dilakukan oleh mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali, telah menimbulkan masalah pada mahasiswa yang melakukan proses pemotongan pelat eser tersebut. Posisi berdiri dan sambil menyangga pelat eser, serta cara angkat dan angkut yang Kendala
seperti ini
tidak
benar pada proses pemotongan pelat eser.
berpeluang
menimbulkan
keluhan muskuloskeletal,
meningkatkan beban kerja. Terbukti dari hasil studi pendahuluan terhadap 16 mahasiswa ditemukan peningkatan beban kerja sebesar 71,96% dan keluhan muskuluskeletal 81,25% antara sebelum dan sesudah kerja. Di samping itu ketidaksesuaian antropometri pekerja dengan stasiun kerja dan intensitas pencahayaan serta sirkulasi
udara
di ruang
kerja
juga
berpontensi
menurunkan kinerja mahasiswa, sehingga perlu diatasi. Kondisi seperti inilah yang akan diperbaiki dalam penelitian ini, dengan melakukan intervensi berupa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dalam bentuk perbaikan stasiun kerja pada proses pemotongan pelat eser dengan mendesain alat kedudukan pelat eser yang mengacu pada antropometri mahasiswa dan perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser, diharapkan mampu
35
36
menurunkan
beban
kerja,
keluhan
muskuloskeletal
dan
meningkatkan
produktivitas kerja. Hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai adalah meningkatnya kinerja mahasiswa. 3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Subjek Antropometri Umur Jenis Kelamin Pengalaman kerja Kesehatan Pendidikan
Stasiun Kerja Alat kedudukan pelat eser pada mesi potong pelat eser
Proses Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser berupa: a) Desain alat kedudukan pelat eser b) Perbaikan cara angkatangkut pelat eser c) Perbaikan intensitas pencahayaan dan sirkulasi udara
Organisasi Kerja Waktu kerja Waktu istirahat
Lingkungan Kerja
Luaran a) Beban kerja b) Keluhan muskuloskeletal c) Produktivitas mahasiswa
Kelembaban Kebisingan Getaran Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
37
3.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah, kerangka berpikir, dan konsep penelitian adalah sebagai berikut. 1) Aplikasi ergonomi
pada proses pemotongan pelat eser dapat menurunkan
beban kerja mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 2) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal mahasiswa di Bengkel TeknologiMakanik Politeknik Negeri Bali. 3) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser
dapat
meningkatkan
produktivitas mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.
BAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subjectsdesign) yang dikembangkan dalam bentuk rangcangan silang (two-period cross overdesign).Rancangan sama subjek adalah rancangan serial, dimana sampel mengalami menjadi kontrol dan juga perlakuan, dengan periode waktu
yang berbeda. Rancangan silang antara
periode waktu diperlukan washing out, untuk menghilangkan efek perlakuan menghilangkan efek perlakuan pertama terhadap perlakuan berikutnya (Colton, 1974., Zainuddin, 2008). Rancangan penelitian dapat dicermati pada Gambar 4.1. Klp I P
RS
S
Periode I
RA
WO
Periode II
PO O1
PO O2
O3
O6
O7
P1 Klp II
O5
O4 P1 O8
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Silang (two-period cross over design) Keterangan : P : Populasi. S : Sampel. RS : Random Sampling. RA : Random Alokasi. PO : Sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser. P1 : Sesudah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser. Klp I : Kelompok yang bekerja di tempat tanpa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser terlebihdahulu, dilanjutkan dengan bekerja
38
39
di tempat yang sudah diaplikasikan ergonomi pada proses pemotongan pelat eser. Klp II : Kelompok yang bekerja di tempat dengan aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bekerja di tempat yang tidak diaplikasikan ergonomi pada proses pemotongan pelat eser. O1,O3,O5,O7 : Pendataan awal sebelum kerja dimulai terhadap: denyut nadi istirahat dan keluhan muskuloskeletal. O2,O4,O6,O8 : Pendataan akhir setelah selesai bekerja terhadap: denyut nadi kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas. Wo : Washing Out untuk menghilangkan efek kerja sebelumnya, diberikan selama 2 hari. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011. 4.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang ergonomi-fisiologi kerja yang difokuskan pada beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas. Aplikasi ergonomi diterapkan pada proses pemotongan pelat eser. 4.4 Populasi dan Sampel 4.4.1 Variabilitas populasi Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa memotong pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. Populasi target adalah mahasiswa semester II yang berjumlah
56 mahasiswa, sedangkan populasi
terjangkau adalah mahasiswa semester II yang telah memenuhi kriteria inklusi adalah 28 mahasiswa
40
4.4.2 Kriteria sampel Kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kriteria Inklusi a. Mahasiswa pemotong pelat
eser
di
Bengkel Teknologi Mekanik
Politeknik Negeri Bali. b. Jenis kelamin laki-laki. c. Umur antara 18 sampai dengan 20 tahun. d. Pendidikan minimal SMK. e. Tidak dalam kondisi sakit dan cacat fisik. f. Bersedia sebagai objek penelitian sampai selesai. 2) Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel Kriteria dropout, tidak dilakukan sebagai sample
yang dipertimbangkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tidak hadir pada saat penelitian dilaksanakan. b. Menderita sakit pada saat penelitian dilaksanakan. c. Karena alasan tertentu mengundurkan diri sebagai sampel. 4.4.3 Besar sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan
rumus Colton (1974), sebagai berikut :
n 1 0
2
(3)
41
Keterangan : n Zα Zβ σ µo µ1
= jumlah sampel. = Z skor untuk tingkat tipe I untuk α=0,05, pada uji 2 sisi nilai Zα = 1,96 = Z skor untuk tingkat II untuk β = 10%, maka nilai Z = - 1,645. = simpangan baku. = rerata variabel penelitian sebelum dilakukan perbaikan. = perkiraan penurunan atau peningkatan rerata variabel penelitian setelah dilakukan perbaikan atau intervensi. Penurunan atau peningkatan ditetapkan sebesar 15%.
Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Colton (1974), dapat dicermati pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Rumus Colton (1974) µo
σ
Keluhan muskuloskeletal
22,08
3,42
Beban kerja
104,4
Produktivitas kerja
19
Skor
μ1
Zα
Zβ
n
18,60 1,96
-1,645
12,55
1,21
88,74 1,96
-1,645
1,52
1,00
2,85
-1,645
1,60
1,96
Berdasarkan perhitungan tersebut , maka besar sample ditentukan berdasarkan skor keluhan muskuloskeletal sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 13 orang. Menghindari apabila terjadi drop out maka besar sampel ditambah 20%, sehingga jumlah sampel 16 orang mahasiswa. 4.4.4 Teknik penentuan sampel Teknik penentuan sampel untuk penelitian ini adalah dengan random sampling (Colton, 1974). Jumlah populasi pemotong pelat eser pada semester II yang masuk kreteria inklusi sejunlah 28 orang. Dari 28 orang pemotong pelat eser ini, dilakukan acak sederhana dengan menggunakan tabel bilangan random sehingga didapatkan 16 orang mahasiswa sebagai sampel penelitian.
42
4.5. Variabel Penelitian 4.5.1 Identifikasi dan klasifikasi variabel Variabel penelitian dapat dibedakan berdasarkan fungsi dan peranannya menjadi tiga yaitu variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel kontrol. 1) Variabel bebas yaitu: aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser meliputi: desain alat kedudulan pelat eser, perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser, perbaikan intensitas pencahayaan dan sirkulasi udara di ruang kerja. 2) Variabel tergantung
meliputi:
beban kerja,
keluhan muskuloskeletal,
dan produktivitas. 3) Variabel kontrol meliputi: a. Karateristik subjek,
umur,
jenis
kelamin,
tingkat
pendidikan,
pengalaman kerja, dan kesehatan. b. Pekerjaan: jenis pekerjaan, bahan baku, dan tempat kerja. c. Organisasi kerja: jam kerja, jam istirahat, dan sistem kerja. d. Kondisi lingkungan: mikroklimat,intensitas penerangan, bising, dan getaran. Bagan hubungan antar variabel dalam penelitian ini secara bagan dapat dicermati pada Gambar 4.2.
43
Variabel Bebas
Variabel Kontrol
Aplikasi Ergonomi pada Proses Pemotongan Pelat berupa : • Desain Alat Kedudukan Pelat eser. Perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser. Perbaikan intensitas pencahayaan dan sirkulasi udara di ruang kerja.
Kondisi subjek (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kesehatan kerja. • Organisasi kerja ( jam kerja, jam istirahat dan sistem kerja). Kondisi lingkungan (mikroklimat, kebisingan, getaran, intensitas penerangan).
Variabel Tergantung Beban kerja Keluhan Muskuloskeletal Produktivitas Kerja
Gambar 4.2 Bagan Hubungan Antar Variabel Penelitian 4.5.2 Definisi operasional variabel Adapun definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser adalah penerapan ergonomi dalam mekanisme kerja pada proses pemotongan pelat eser yang dilakukan dalam bentuk desain
alat kedudukan pelat eser dengan
ukuran tinggi 90cm, lebar 125cm, panjang 260cm, dan berat pelat esar 115kg/lembar perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser dengan membuat alat kedudukan pelat eser, perbaikan intensitas pencahayaan dengan meletakan lampu 50 cm di atas kepala mahasiswa dan sirkulasi udara dengan membuka pintu dan jendela yang ada di ruang kerja.
44
2) Stasiun kerja sebelum diperbaiki: yaitu menggunakan meja pada mesin dengan ukuran
tinggi meja 90cm, lebar 60cm, dan panjang
meja pada
mesin 240cm, dapat dicermati pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Stasiun Kerja Sebelum Perbaikan Tanpa Alat Kedudukan Pelat Eser. 3) Stasiun kerja setelah perbaikan: a. Dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser dengan ukuran tinggi 90cm lebar 125 cm, panjang 260 cm, dapat dicermati pada Gambar 4.4.
50
125
90 160
Gambar 4.4 Desain Alat Kedudukan Pelat Eser
Keterangan gambar: = menjelaskan dapat digerakkan maju dan mundur.
45
b. Alat kedudukan pelat eser dengan mesin potong, tinggi meja mesin potong pelat ada di atas alat kedudukan pelat eser dan mesin potong pelat eser, dapat dicermati pada Gambar 4.5.
90
Gambar 4.5 Alat Kedudukan Pelat Eser dan Mesin Potong Pelat Eser 4) Perbaikan cara
angkat
dan
angkut adalah mengubah cara angkat dan
angkut secara manual dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser dengan pegangan 10 cm dibawah siku, dapat memberi kenyamanan pada mahasiswa. 5) Perbaikan intensitas pencahayaan adalah dengan mengubah
jarak lampu
dengan ukuran 50 cm di atas kepala mahasiswa. 6) Perbaikan sirkulasi udara di ruang kerja adalah dengan cara membuka jendela dan pintu yang ada di ruang kerja. 7) Umur adalah mahasiswa semester II pada yaitu 18 sampai dengan 20 tahun. 8) Jenis
kelamin
adalah jenis kelamin subjek yang ditentukan secara
penotif berdasarkan kartu mahasiswa. 9) Tingkat pendidikan adalah
pendidikan
SMK, dilihat dari ijazah yang dimilikinya.
terakhir dari mahasiswa yaitu
46
10) Pengalaman kerja adalah dihitung mulai saat praktek sampai penelitian ini yaitu 1,5 tahun
berdasarkan pada buku catatan yang ada di Bengkel
Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 11) Kondisi kesehatan adalah kondisi kesehatan mahasiswa yang tidak cacat fisik, mental, dan tidak sedang sakit ditentukan oleh dokter poliklinik yang ada di Politeknik Negeri Bali. 12) Antropometri
adalah
data
ukuran tubuh
mahasiswa
yang digunakan untuk desain stasiun kerja. Dalam penelitian ini diukur antropometri statis subjek dalam
posisi berdiri dengan menggunakan
antropometer. 13) Pelat yang dipakai adalah pelat eser dengan lebar 120cm, panjang 240cm, tebal 3 mm, dengan berat 115 kg per lembar. 14) Tempat kerja adalah tempat mahasiswa
melakukan proses pemotongan
pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 15) Jam kerja adalah waktu praktek mulai jam 08.00 s.d 15.00 Wita. 16) Jam istirahat adalah lama waktu istirahat biasa yang umum dilakukan selama satu jam mulai dari jam 12.00 sampai 13.00 Wita. 17) Sistem kerja adalah sistem praktek yang telah di jadwalkan oleh Kepala Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 18) Lingkungan kerja adalah
iklim/mikroklimat yang ada di areal tempat
praktek yang terdiri dari suhu basah suhu kering, kelembaban, getaran dan kebisingan. a. Suhu basah adalah suhu basah lingkungan praktek yang diukur dengan
47
sling Psychrometermerek Hisamatsu buatan Jepang dengan skala Celcius. b. Suhu kering adalah suhu kering lingkungan praktek yang diukur dengan sling Psychrometer merek Hisamatsu buatan Jepang dengan skala Celcius. c. Kelembaban adalah kelembaban udara relatif di lingkungan praktek yang diperoleh dengan mengkondisikan nilai suhu basah dan kering ke dalam grafik/table psikrometri dengan satuan% RH (Prosentase Relatif Humidity) 19) Intensitas penerangan adalah fluks cahaya yang jatuh pada suatu bidang kerja. Satuan untuk intensitas penerangan adalah luxs. 20) Kebisingan adalah kebisingan di tempat karena jatuhnya
potongan pelat
eser saat dilakukan pemotongan pelat eser dan mesin yang diukur dengan soud level meter yang dinyatakan dalam satuan desibel. (72 desibel sampai dengan 83 desibel). 21) Getaran adalah suatu askilasi mekanik (mechanical ascillation), yang dapat diterima oleh mahasiswa yang diukur dengan vibration meter (getaran mesin 0,5 Hz sampai dengan 1,5 Hz). 22) Beban kerja adalah beban kerja yang diterima tubuh yang berasal dari luar tubuh dan dari dalam tubuh sendiri selama melakukan pekerjaan. Penilaian secara objektif terhadap beban kerja ini di peroleh dari rerata hasil pengukuran frekuensi denyut nadi kerja yang diukur setiap periode kerja dengan metode 10 denyut. 23) Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dialami oleh subjek baik sebelum bekerja maupun setelah selesai
48
bekerja yang bersifat subjektif, keluhan muskuloskeletal diukur dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map dengan empat skala Likert. 24) Alat kedudukan pelat eser adalah alat yang digunakan mengangkut, dan menyangga pelat eser dengan desain tinggi 90 cm, lebar 125 cm, panjang 260 cm, pegangan pendorong 10 cm dibawah siku mahasiswa. 25) Produktivitias kerja adalah perbandingan dari keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu. 4.6 Instrumen Penelitian Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Stop Watch merk Casio buatan Jepang digunakan untuk mencatat waktu dan menghitung denyut nadi. 2) Sound level meter NA.24 merk Rion buatan Tokyo Jepang, digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan. 3) Sling psycrometer
merk
Hisamatsu
buatan Jepang,
digunakan untuk
mengukur kondisi mikroklimat yang meliputi suhu basah, suhu kering dan ISBB. 4) Antopometer merk Super buatan Jepang untuk mengukur antropometri tubuh mahasiswa. 5)Meteran logam merk Daiyu buatan Jepang dengan ketelitian 0,1mm digunakan untuk mengukur tinggi, panjang dan lebar meja dan mesin potong pelat eser. 6) Kamera digital merk Kodak buatan Jepang untuk mendokumentasikan terhadap sikap kerja.
49
7) Kuesioner Nordic
Body Map dengan empat skala Likert
digunakan
untuk menginterpretasikan keluhan muskuluskeletal. 8) Timbangan badan merk
Detecto Medic Scale buatan Jepang digunakan
untuk mengukur berat badan. 9) Luxmeter model DM–8 buatan Jepang untuk mengukur intensitas penerangan di areal proses pemotongan pelat eser. 10) Higrometermerk Sanwa Electric buatan Jepang digunakan untuk mengukur kelembaban di areal pada proses pemotongan pelat eser. 11) Termometer ruangan merk Luxtron LM800 buatan England untuk mengukur suhu di ruang kerja.
50
4.7 Alur Penelitian Populasi Target 56 Orang Kreteria Inklusi Populasi Terjangkau 28 Orang Random Sampel Sampel 16 Orang Random Alokasi
Periode I 8 Orang
Periode II 8 Orang
Data Sebelum Kerja : - Denyut nadi istirahat - Keluhan muskuloskeletal
Data Sebelum Kerja : - Denyut nadi istirahat - Keluhan muskuloskeletal
Pemotongan pelat sebelum Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat
Pemotongan pelat sebelum Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat
Data Setelah bekerja : - Denyut nadi kerja - Keluhan muskuloskeletal - Produksi
WO
Data Setelah Bekerja : - Denyut nadi kerja - Keluhan muskuloskeletal - Produksi
Data Sebelum Kerja : - Denyut nadi istirahat - Keluhan muskuloskeletal
Data Sebelum Kerja : - Denyut nadi istirahat - Keluhan muskuloskeletal
Pemotongan pelat setelah Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser
Pemotongan pelat setelah Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat
Data Setelah bekerja : - Denyut nadi kerja - Keluhan muskuloskeletal - Produksi
Data Setelah bekerja : - Denyut nadi kerja - Keluhan muskuloskeletal - Produksi
ANALISIS
Gambar 4.6 Bagan Alur Penelitian
51
4.8 Prosedur Penelitian. Untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan data dibuat prosedur penelitian sebagai berikut. 4.8.1 Tahap persiapan penelitian Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Studi kepustakaan,
buku-buku
yang sesuai dan relevan dengan topik
penelitian. 2) Mengurus surat-surat yang diperlukan untuk mendukung jalannya penelitian. 3) Menetapkan tempat penelitian. 4) Meminta ijin kepada Kepala Bengkel Teknologi mekanik untuk mengadakan penelitian. 5) Pendataan subjek yang menjadi populasi target. 6) Menentukan sampel berdasarkan kriteria dan metode
yang telah ditetapkan
sehingga diperoleh besar sampel 16 mahasiswa pemotong pelat eser. 7) Mempersiapkan petugas pengumpul data dan alat-alat untuk kepentingan penelitian. 4.8.2 Jadwal pemberian perlakuan Jadwal pemberian perlakuan dan pengambilan data dapat dicermati pada Tabel 4.2.
52
Tabel 4.2 Jadwal Pemberian Perlakuan Periode I (8 orang) Hari Subjek Perlakuan sebelum aplikasi ergonom pada proses pemotongan pelat eser (Po)
1 dan 2
Periode II (8 orang) Hari Subjek 1 dan 2
Istirahat (8 orang tidak melakukan perlakuan)
3 dan 4
WO
3 dan 4
Perlakuan sebelum aplikasi ergonom pada proses pemotongan pelat eser (Po)
5 dan 6
Perlakuan setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser (P1)
5 dan 6
WO
7 dan 8
WO
9 dan 10
Cross Po
7 dan 8 P1
11dan12
Perlakuan setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser (P1) WO Cross P1 Po
Keterangan : Po WO P1
: Perlakuan tanpa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser. : Washing Out. : Perlakuan dengan aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser. Dari jumlah sampel 16 mahasiswa dipecah menjadi dua yaitu masing-
masing 8 mahasiswa. Dari jumlah sampel 8 mahasiswa dipecah menjadi dua lagi yaitu masing-masing 4 mahasiswa. Hal ini dilakukan karena pada proses pemotongan pelat eser dilakukan oleh 4 mahasiswa. Pada perlakuan tanpa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser (Po) maupun dengan aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser (P1) dilakukan dua hari. Hari berikutnya merupakan pengulangan dari perlakuan sebelumnya dengan cara yang sama. Kemudian antara perlakuan tanpa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser (Po) dan perlakuan aplikasi
dengan
ergonomi pada proses pemotongan pelat eser (P1) dilakukan washing
out selama dua hari, untuk menghilangkan efek perlakuan sebelumnya.
53
4.8.3 Protokol penelitian 1) Protokol untuk subjek a. Subjek harus sampai di tempat penelitian 15 menit sebelum penelitian dimulai. b. Setelah subjek istirahat ± 15 menit, dilakukan pengukuran
denyut
istirahat. Subjek dalam keadaan duduk rileks, bila denyut nadi
nadi
istirahat
> 90, maka perlu ditunggu ± 15 menit agar mendekati denyut nadi istirahat. c. Subjek mengisi kuesioner Nordic Body Map dengan empat skala Likert untuk mendata keluhan muskuloskeletal. d. Pada hari 1 dan 2 subjek melakukan proses
pemotongan
pelat eser
menggunakan mesin potong pelat eser lama. e. pada hari 3 dan 4 subjek diberikan washing out untuk menghilangkan efek perlakuan pada tahap pertama. f. Pada hari 5 dan 6
subyek melakukan
pemotongan pelat eser dengan
menggunakan alat kedudukan pelat eser. 2) Protokol untuk surveyor Pelaksanaan penelitian dilakukan terdiri atas dua periode, periode I subjek memotong pelat eser menggunakan mesin potong lama.
Memperoleh data
yang diperlukan dilakukan langkah-langkah adalah sebagai berikut: a. Pukul 08.15wita subjek dikumpulkan, dan diberikan penjelasan tentang tata cara penelitian yang akan dilakukan, cara mengisi kuesioner,serta membagi sampel 16 mahasiswa menjadi dua kelompok, tiap kelompok terdiri dari 8 mahasiswa.
54
b. Pukul 08.30 wita subjek istirahat selama dilakukan pengukuran denyut nadi satu menit dan
pengisian
15 menit, pukul 08.45 wita
istirahat dengan metode palpasi
kuesioner Nordic Body Map dengan empat
skala Likert. c. Pukul 09.00 wita subjek dipersilahkan untuk bekerja. d. Melakukan pengukuran suhu basah, suhu kering dan kelembaban setiap setengah jam, mulai pukul 09.00 hingga 12.00 wita. e. Melakukan pengukuran denyut nadi kerja pada setiap satu jam pada proses pemotongan pelat eser. f. Menghitung hasil produksi pemotongan pelat eser yang dilakukan pada satu jam pertama, satu jam kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. g. Pukul 12.00 wita subjek berhenti bekerja. h. Pukul 12.15 wita memandu subjek untuk mengisi kuesioner Nordic Body Map, dengan empat skala Likers. Periode II, subjek melakukan pemotongan pelat eser dengan alat kedudukan pelat eser, untuk memperoleh data dengan langkah-langkah adalah sebagai berikut: a. Pukul 08.15wita subjek dikumpulkan, dan diberikan penjelasan tentang tata cara penelitian yang akan dilakukan, cara mengisi kuesioner, serta membagi sampel 16 mahasiswa menjadi dua kelompok, tiap kelompok terdiri dari 8 mahasiswa. b. Pukul 08.30 wita subjek istirahat selama
15 menit, pukul 08.45 wita
dilakukan pengukuran denyut nadi istirahat dengan metode palpasi 1 menit
55
dan pengisian kuesioner Nordic Body Map dengan empat skala likert. c. Pukul 09.00 wita subjek dipersilahkan untuk bekerja. d. Melakukan pengukuran suhu basah, suhu kering dan kelembaban setiap setengah jam, mulai pukul 09.00 hingga 12.00 wita. e. Melakukan pengukuran denyut nadi kerja pada setiap satu jam pada proses pemotongan pelat eser. f. Menghitung hasil produksi pemotongan pelat eser yang dilakukan pada satu jam pertama, satu jam kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. g. Pukul 12.00 wita subjek berhenti bekerja. h. Pukul 12.15 wita memandu subjek untuk mengisi kuesioner Nordic Body Map, dengan empat skala Likers. 4.8.4 Tahap pelaksanaan penelitian Penelitian dilakukan pada jam praktek yaitu pukul 08.30 wita hingga pukul 12.00. Tahap pelaksanaan penelitian baik pada perlakuan tanpa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser (Po) maupun dengan aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser (P1) adalah sebagai berikut: 1) Sebelum mulai kerja a. Pengukuran denyut nadi istirahat dengan metode palpasi 1 menit pada arteri radialis tangan kanan. b. Subjek mengisi kuesioner Nordic Body Map, dengan empat skala Likert dengan cara memberikan tanda rumput ( ) sesuai dengan keluhan yang dirasakan, kemudian hasilnya dikumpulkan. c. Pencatatan suhu lingkungan (o C),
kelembaban
relative (%)
dengan
56
menggunakan alat hygrometer dengan cara pengukuran dilakukan pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri, tengah, bagian belakang kanan dan kiri) di ruang kerja. Pengukuran dilakukan setiap perlakuan. d. Pencatatan intensitas pencahayaan (luxs)
menggunakan alat Lux meter
dengan cara pengukuran dilakukan pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri, tengah, di bagian belakang kanan
dan
kiri) di ruang kerja.
Pengukuran dilakukan setiap perlakuan. e. Pencatatan kebisingan (desibel) menggunakan alat sound level meter dengan cara pengukuran alat sound level meter diarahkan dekat dengan telinga mahasiswa. Pengukuran dilakukan pada setiap perlakuan. f. Pencatatan
getaran
menggunakan
alat
vibration meter
dengan cara
pengukuran alat vibration meter diletakan pada meja mesin potong dan pada tangan mahasiswa saat melakukan proses pemotongan pelat eser. g. Dokumentasi terhadap sikap kerja. 2) Pada waktu kerja a. Pengukuran denyut nadi kerja secara palpasi
pada arteri radialis tangan
kanan setiap setengah jam kerja, dengan metode 10 denyut. b. Pencatatan suhu lingkungan (o C),
kelembaban
relative (%)
dengan
menggunakan alat hygrometerdengan cara pengukuran dilakukan pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri, tengah,bagian belakang kanan dan kiri) di ruang kerja. Pengukuran dilakukan setiap perlakuan. c. Pencatatan intensitas pencahayaan (luxs) menggunakan alat Lux meter dengan cara pengukuran dilakukan pada lima titik (di bagian depan kanan
57
dan kiri, tengah, di bagian belakang kanan
dan
kiri) di ruang kerja.
d. Pencatatan kebisingan (desibel) menggunakan alat sound level meter dengan cara pengukuran alat sound level meter di arahkan dekat dengan telinga mahasiswa. Pengukuran dilakukan pada setiap perlakuan. e. Pencatatan getaran menggunakan
alat
vibration
meter
dengan
cara
pengukuran alat vibration meter diletakan pada meja mesin potong dan pada tangan mahasiswa melakukan proses pemotongan pelat eser. Pengukuran dilakukan setiap perlakuan. f. Pencatatan jumlah produksi dalam setiap
pemotongan pelat eser
selama
satu jam. g. Dokumentasi terhadap sikap kerja. 3) Setelah kerja. a. Pengukuran denyut nadi kerja secara palpasi pada arteri radialis tangan kanan dengan metode 10 denyut. b. Pencatatan suhu lingkungan (o C),
kelembaban
relative (%)
dengan
menggunakan alathygrometerdengan cara pengukuran dilakukan pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri,tengah, bagian belakangkanan dan kiri) di ruang kerja. Pengukuran dilakukan setiap perlakuan. c. Pencatatan intensitas pencahayaan
(luxs)
menggunakan alat Lux meter
dengan cara pengukuran dilakukan pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri, tengah, di bagian belakang kanan
dan
kiri) di ruang kerja.
d. Pencatatan kebisingan (desibel) menggunakan alat sound levelmeter dengan cara pengukuran alat sound level meter diarahkan dekat
dengan telinga
58
mahasiswa. Pengukuran dilakukan pada setiap perlakuan. e. Pencatatan getaran
menggunakan alat vibriation
meter dengan cara
pengukuran alat vibration meter diletakan pada meja mesin potong dan pada tangan mahasiswa
melakukan proses pemotngan pelat eser. Pengukuran
dilakukan setiap perlakuan. f. Pencatatan jumlah produksi setiap pemotongan pelat eser selama satu jam. g. Subjek mengisi kuesioner Nordic Body Map dengan empat skala Likert dengan cara memberikan tanda rumput ( ) sesuai dengan keluhan yang dirasakan, kemudian hasilnya dikumpulkan. h. Dokumentasi terhadap sikap kerja. 4) Tahap pengulangan dan washing out Tahap pengulangan ini dilakukan satu kali untuk satu jenis perlakuan dengan cara yang sama untuk perlakuan berikutnya. Pengulangan ni dilakukan pada hari berikutnya,
sehingga
diberikan
waktu
dua
hari untuk satu
perlakuan. Antara perlakuan (Po) dan perlakuan (P1) diberikan washing out dua hari. 4.8.5 Prosedur pengukuran 1) Frekuensi denyut nadi a. Denyut nadi istirahat 1. Persiapan pengukuran Subjek telah
tiba di lokasi penelitian satu jam sebelum penelitian
dilaksanakan. Kemudian subjek diistirahatkan selama 15 menit. 2. Prosedur pengukuran
59
a. Subjek dihitung satu menit pada
denyut
nadi
pergelangan
darah arteri radialis
istirahatnya dengan metode palpasi tangan
kanan
di
atas pembuluh
dengan perabaan ketiga ujung jari (telunjuk,
jari tengah dan jari manis). b. Pengukuran ini
dilakukan
tiga kali
berturut-turut
dan
hasilnya
dirata-ratakan. 3. Pencatatan Pencatatan dilakukan dengan mengunakan metode palpasi 1 menit, sehingga satuannya menjadi denyut per menit. b. Denyut nadi kerja 1. Prosedur pengukurannya a. Posisi tubuh pemotong pelat eser adalah sesuai dengan sikap kerja. b.Pengukuran dilakukan pada pergelangan angan kanan di atas pembuluh darah arteri radialis dengan cara perabaan ketiga ujung jari (telunjuk, jari tengah, dan jari manis) dengan metode 10 denyut. c. Pengukuran dalam siklus kerja yang dilakukan setiap setengah jam kerja. Hasil pengukuran dirata-ratakan. 2. Pencatatan Pencatatan dilakukan dengan mengunakanm metode 10 denyut per menit sehingga satuannya menjadi denyut per menit. c. Nadi kerja Nadi kerja diperoleh dengan menghitung selisih denyut nadi kerja dengan denyut nadi istirahat dari masing-masing subjek.
60
2) Penilaian keluhan muskuloskeletal Penilaian keluhan muskuloskeletal dengan kuesioner Nordic Body Map empat skala Likert. Adapun langkah-langkah penilaiannya adalah sebagai berikut: a. Persiapan 1. Mempersiapkan kuesioner Nordic Body Map sesuai jumlah subjek. 2. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada subjek penelitian. b. Prosedur penelitian 1. Sebelum mulai kerja masing-masing subjek diberikan
kuesioner
Nordic Body Map dan subjek dimintak untuk mengisi sendiri dengan cara memberi tanda rumput ( ), pada item-item yang sesuai
dengan
keluhan yang dirasakan, kemudian hasilnya dikumpulkan. 2. Setelah selesai kerja masing-masing subjek diberikan
lagi kuesioner
Nordic Body Map dan subjek dimintak untuk mengisi sendiri dengan cara memberi tanda rumput ( ), pada item-item yang sesuai dengan keluhan yang dirasakan, kemudian hasilnya dikumpulkan. c. Pencatatan 1. Nilai keluhan muskuloskeletal sebelum
pemotongan pelat eser adalah
jumlah skor keluhan muskuloskeletal sesuai dengan tingkat keluhan yang di rasakan sebelum
pemotongan
pelat eser
dengan
mengguanakan
empat skala Likert. 2. Nilai keluhan muskuloskeletal
setelah
pemotongan pelat eser adalah
jumlah skor keluhan muskuloskeletal sesuai tingkat keluhan di rasakan setelah pemotongan pelat eser dengan menggunakan empat skala Likert.
61
3. Nilai skor keluhan musculoskeletal dihitung berdasarkan selisih nilai skor keluhan muskuloskeletal setelah pemotongan pelat eser dikurangi nilai skor keluhan muskuloskeletal sebelum proses pemotongan pelat eser. 3) Penentuan produksi sebagai indikator keluaran Sebagai indikator luaran (out put) adalah produksi
pemotongan pelat eser
yang dapat dihasilkan dengan ketentuan adalah sebagai berikut: a. Produksi adalah banyaknya potongan pelat eser yang dihasilkan. b. Rerata produksi setiap perlakuan yang dihasilkan. c. Produksi dihitung setiap satu jam proses pemotongan pelat eser. 4.9 Analisis Data Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for The Social Science) versi 15.00. Uji statistik dilakukan
untuk
menguji hipotesis yang telah
ditetapkan dengan tahapan adalah sebagai berikut: 1) Analisis diskriftif sehingga diperoleh rerata, simpangan baku,
rentangannya
dari variable penelitian . 2) Sebagai
persyaratan uji
statistik parametrik dilakukan uji normalitas data
digunakan Shapiro Wilk. 3) Analisis efek periode dan analisis risidu digunakan untuk mengetahui apakah ada pengeruh terhadap periode dan pengelompokan sampel. 4) Uji kemaknaan untuk mengetahui
perbedaan
rerata kelompok kontrol
(Po) dan perlakuan (P1) dengan uji t - paired bila data berdistribusi
62
normal dengan taraf
kemaknaan 5% (α = 0,05). Bila data tidak normal
diuji dengan uji statistik nonparametrik yaitu uji Wilcoxon. 4) Hipotesis penelitian yang diuji adalah a. Hipotesis denyut nadi Ho : Xdp1 = Xdp2 (rerata denyut nadi kerja sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser sama dengan setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser). Ha : Xdp1 > Xdp2 (rerata denyut nadi kerja sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan
pelat eser lebih besar
setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser). Decision rule. Ho diterima :
(tidak ada perbedaan bermakna antara rerata skor sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dengan setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser) dengan nilai p > 0,05.
Ho ditolak :
(ada perbedaan bermakna antara rerata skor sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dengan setelah
aplikasi
ergonomi
pada proses
pemotongan pelat eser) dengan nilai p < 0,05.
63
b). Hipotesis keluhan muskuloskeletal Ho : Xkm1 = Xkm2 (rerata skor
keluhan muskuloskeletal
sebelum
aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser sama dengan setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser). Ha : Xkm1 > Xkm2 (rerata skor keluhan
muskuloskeletal
sebelum
aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser lebih besar setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser). Decision rule. Ho diterima :
(tidak ada perbedaan bermakna antara rerata skor sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dengan setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser) dengan nilai p > 0,05.
Ho ditolak :
(ada perbedaan bermakna antara rerata skor sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dengan setelah
aplikasi
ergonomi
pada proses
pemotongan pelat eser) dengan nilai p < 0,05. c) Hipotesis produktivitas. Ho :Xp1 = Xp2
(rerata
skor
produktivitas
kerja
sebelum
aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser sama dengan setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser).
64
Ha : Xp1 >Xp2
(rerata
skor
produktivitas
kerja
sebelum
aplikasi ergonomi pada proses pemotonganpelat eser lebih besar setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser). Decision rule. Ho diterima :
(tidak ada perbedaan bermakna antara rerata skor sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dengan setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser) dengan nilai p > 0,05.
Ho ditolak :
(rerata
skor
produktivitas
kerja
sebelum
aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser lebih besar setelah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser) dengan nilai p < 0,05. 4.10 Kelemahan Penelitian Kelemahan dan keterbatasan pada penelitian ini yang dapat memberikan pengaruh pada hasil penelitian dan sukar untuk diatasi yaitu kondisi subjek selama diluar penelitian yang sulit dipantau dalam hal ini diasumsi sama, karena sebelum penelitian ini dimulai sudah dianjurkan untuk tidak bergadang dan tidak melakukan aktivitas yang berlebihan.
BAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Kondisi Subjek 5.1.1 Karakteristik subjek Jumlah mahasiswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini sebanyak 16 orang 1aki-1aki, dengan dua jenis perlakuan yaitu proses pemotongan pelat eser sebelum aplikasi ergonomi dan setelah menggunakan aplikasi ergonomi. Karakteristik subjek meliputi umur, tinggi badan, berat badan, dan indeks masa tubuh (IMT). Rerata karakteristik subjek dapat dicermati pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Karakteristik subjek Rerata
Simpang Baku
Umur (Th)
18,8
0,9
18,0 -
20,0
Berat Badan (Kg)
57,0
2,4
55,0 -
65,5
Tinggi Badan (cm)
165,6
1,0
163,0 - 167,0
IMT
20,8
0,8
20,2 -
No
Variabel
Rentangan
23,6
Pada Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rerata umur subjek dalam penelitian ini 18,8 0,9 tahun, rerata berat badan subjek 57,0 2,4 kg, sedangkan tinggi badan subjek reratanya 165,6 1,0 cm, dan rerata Indeks Masa Tubuhnya 20,8 0,8 tahun. Umur, berat badan, dan tinggi badan termasuk dalam kategori normal sedangkan indeks masa tubuh termasuk kategori normal.
65
66
5.1.2 Data antropometri subjek Antropometri subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku, dan tinggi pinggang. Pengukuran antropometri subjek tersebut berkaitan dengan alat kedudukan pelat eser yang dibuat sesuai aplikasi ergonomi. Data antropometri subjek dapat dicermati pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Data Antropometri Subjek Variabel
Persentil 5
Persentil 95
Rerata
Simpang Baku
Tinggi Badan Tinggi Mata Tinggi Bahu Tinggi Siku Tinggi Pinggang
164,5 154,5 136,5 83,5 95,0
167,0 157,0 139,5 86,0 98,5
165,8 155,8 137,8 84,8 95,9
0,8 0,9 0,8 0,8 1,3
Pada Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rerata tinggi siku berdiri subjek dalam penelitian ini adalah 84,8 0,8 cm, persentil 5 dari tinggi siku didapat 83,5 cm, dipakai sebagai dasar untuk menghitung pegangan alat kedudukan pelat eser. Manuaba (2000) untuk pekerjaan manual yang memerlukan ruang untuk alat dan bahan dengan tinggi permukaan meja kerja 10 sampai dengan 20 di bawah tinggi siku pada posisi berdiri, dapat dicermati pada Gambar 5.1.
125
50
90
83,5 160
Gambar 5.1 Hasil Desain Alat Kedudukan pelat Eser
67
5.2 Lingkungan Tempat Kerja Suhu lingkungan yang diukur di lokasi penelitian selama percobaan ini adalah suhu basah, suhu kering. Kelembaban relatif dicari dalam diagram psikrometri. Hasil pengukuran dapat dicermati pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian dan Komparabilitasnya
Suhu basah (oC) Perlakuan Kelompok 1
Kelompok 2
Rerata
suhu kering (oC)
Kelem-baban (%)
P0
P1
P0
P1
P0
P1
P0
P1
26,8
27,0
30,9
31,0
72,4
71,9
410,2
409,7
t
-1,319
-1,510
0,769
p
0,256
0,206
0,485
Rerata
intensitas cahaya (Lux)
26,8
27,1
30,8
31,0
72,4
72,0
t
2,152
2,058
-0,701
p
0,098
0,109
0,522
0,103 0,923 409,8
410,1
0,033 0,975
intensitas suara (dB) P0 P1 78,1
77,9
0,303 0,777 77,1
77,5
0,161 0,880
Pada Tabel 5.3 kondisi mikroklimat masih dalam batas normal baik pada suhu basah, suhu kering, kelembaban, intensitas cahaya, maupun intensitas suara. Analisis menggunakan uji t independen diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan baik pada kelompok 1 maupun kelomopok 2 ataupun pada periode I maupun periode II (p > 0,05) sebagaimana terlihat pada Lampiran 5. Hal ini menunjukkan bahwa mikroklimat tidak berpengaruh pada perlakuan yang merupakan interfensi ergonomi pada penelitian ini. 5.3 Keluhan Muskuloskeletal Rerata nilai keluhan muskuloskeletal dihitung berdasarkan nilai keluhan sesudah praktikum dikurangi nilai keluhan sebelum praktikum untuk masingmasing perlakuan. Analisis kemaknaan dalam penelitian ini dilakukan secara
68
bertahap yang meliputi analisis: komparabi1itas, efek periode, efek residu, dan efek perlakuan. 5.3.1 Normalitas data keluhan muskuloskeletal Data-data keluhan muskuloskeletal yang diperoleh dalam penelitian ini diuji normalitasnya dengan Shapiro-wilk test. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), dapat dicermati pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Analisis Normalitas data Keluhan Muskuloskeletal
Statistic periode 1PO_pre periode 1_PO_post periode 1_PO_selisih periode 1_P1_pre periode 1_P1_post periode 1_P1_selisih periode 1PO_pre periode 1_PO_post periode 1_PO_selisih periode 1_P1_pre periode 1_P1_post periode 1_P1_selisih
,852 ,884 ,929 ,914 ,897 ,956 ,932 ,923 ,939 ,902 ,946 ,944
Shapiro-Wilk df
sig
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
,101 ,204 ,506 ,384 ,269 ,770 ,532 ,456 ,604 ,300 ,671 ,652
This is a lower bound of the true significance a. Lilliefors Significance Correction
5.3.2 Analisis komparabilitas Perbedaan rerata keluhan muskuloskeletal sebelum praktikum antar pelakuan pada periode pertama dianalisis dengan uji independet t-test. Hasil analisis dapat dicermati pada Tabel 5.5.
69
Tabel 5.5 Uji Independet t-test data Keluhan Muskuloskeletal sebelum Praktikum antar Perlakuan Periode Pertama
Kelompok subjek
N
Perlakuan 1
8
Rerata skor Simpang keluhan Baku Muskuloskeletal 37,27
Beda rerata
t
0,98 - 0,075 - 0,114
Perlakuan 2
8
37,35
p
0,911
1,58
PadaTabel5.5 hasil analisis menggunakan uji independent t-test diperoleh rerata antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 pada periode I tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan t = - 0,114 dan p = 0,911. Keadaan ini menunjukkan bahwa keluhan musculoskeletal praktikum kelompok P0 dan P1 dalam perlakuan periode I bisa dianggap sama. 5.3.3 Analisis efek periode (period effect) Efek periode dihitung berdasarkan beda keluhan muskuloskeletal P0 periode pertama dikurangi dengan beda keluhan muskuloskeletal P1 periode kedua untuk kelompok I dibandingkan dengan beda keluhan muskuloskeletal periode pertama dikurangi dengan beda keluhan muskuloskeletal periode kedua untuk kelompok II. Data dianalisis dengan uji Independent t-test dapat dicermati pada Tabel 5.6.
70
Tabel 5.6 Uji Independent t-test Selisih beda Keluhan Muskuloskeletal antar Kelompok I dan Kelompok II Kelompok subjek
N
Perlakuan 1
8
Rerata skor Simpang keluhan Baku muskuloskeletal 10,46 2,47
Beda rerata - 0,300
Perlakuan 2
8
10,16
t
p
- 0,154 0,880
4,92
Pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hasil analisis dengan uji Independent t-test tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan t = - 0,154 dan p = 0,880. Hal ini menunjukkan bahwa periode perlakuan tidak berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal subjek pada periode pertama dan periode kedua. 5.3.4 Analisis efek residu ( carry over effect ) Efek residu dihitung berdasarkan rerata beda keluhan muskuloskeletal pada periode pertama dan periode kedua untuk kelompok I dibandingkan dengan rerata beda keluhan muskuloskeletal pada periode pertama dan periode kedua untuk kelompok II. Hasil analisis
kemaknaan
dengan uji Independent t-test
dapat dicermati padaTabel 5.7. Tabel 5.7 Uji Independent t-test rerata beda keluhan muskuloskeletal antara kelompok 1 dan kelompok 2 Kelompok subjek
N
Perlakuan 1
8
Rerata skor keluhan muskuloskeletal 9,97
Perlakuan 2
8
10,65
Simpang Baku
Beda rerata
t
p
- 0,68
- 0,592
0,563
2,08 2,45
71
Pada Tabel 5.7 terlihat bahwa hasil analisis dengan uji Independent t-test tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan t = - 0,592 dan p = 0,563. Ini berarti bahwa tidak ada pengaruh sisa perlakuan terhadap perlakuan berikutnya.
5.3.5 Analisis efek perlakuan Pada penelitian ini, efek perlakuan dievaluasi dari rerata beda antara keluhan muskuloskeletal sesudah praktikum dikurangi keluhan muskuloskeletal sebelum praktikum pada P0, dibandingkan dengan rerata beda antara keluhan muskuloskeletal sesudah praktikum dikurangi keluhan muskuloskeletal sebelum praktikum pada P1. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-pair dapat dicermati pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Uji t-pair Rerata beda Keluhan Muskulosketal sebelum dan sesudah Praktikum. Kelompok subjek
N
Perlakuan P0
16
Perlakuan P1
16
Rerata skor Simpang keluhan Baku muskuloskeletal 80,09 1,74 70,01
Beda rerata
t
p
- 10,08
- 15,428
0,000
1,99
Pada Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dengan analisis uji t-pair hasilnya berbeda bermakna (p<0,05) dengan t = - 15,428 dan p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara P0 dengan P1. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa penggunaan alat kedudukan pelat eser pada praktikum pemotongan pelat eser menurunkan keluhan muskulosketal pada mahasiswa.
72
Perbandingan keluhan muskuluskeletal sesudah dan sebelum praktikum antara Po dan P1 dapat dicermati pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Analisis Data Rerata Keluhan Muskuloskeletal antar Kelompok 1 dan Kelompok 2 Periode 1
Pre
Rerata 37,3 Keluhan Muskulos 8 keletal Kelompok 1
Rerata Keluhan Muskulos 8 keletal Kelompok 2
PO Post
80,2
Periode 2
Beda rerata
SD
Pre
P1 Post Beda rerata
42,9
1,8
37,2
70,3
33,1
2,6
SD
Pre
SD
1,7
36,9
Periode 2 P0 Post Beda rerata 80,0 43,1
Periode 1 P1 Pre Post Beda rerata 37,2 69,7 32,5
SD
3,2
Pada Table 5.9 menunjukakan bahwa keluhan muskuloskeletal sebelum praktikum P0 pada kelompok 1 dan P0 pada kelompok 2 antara periode 1 dan periode 2 bisa dianggap sama, setelah perlakuan ada perbedaan antara P0 dengan P1. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa penggunaan alat kedudukan pelat eser pada praktikum pemotongan pelat eser menurunkan keluhan muskulosketal pada mahasiswa, dapat dicermati pada Gambar 5.2.
73
Gambar 5.2 Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Perlakuan 5.4 Beban Kerja Beban kerja dihitung berdasarkan selisih denyut nadi pada saat kerja dengan denyut nadi istirahat. Frekuensi nadi saat kerja diukur sesaat setelah selesai melakukan pekerjaan, sedangkan frekuensi denyut nadi istirahat dihitung sebelum mulai melaksanakan pekerjaan. Analisis kemaknaan dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap yang meliputi analisis: norma1itas, komparabilitas, efek periode, efek residu, dan efek perlakuan. 5.4.1 Normalitas data Beban Kerja Data-data denyut nadi dan beban kerja yang diperoleh dalam penelitian ini diuji normalitasnya dengan Shapiro-wilk test. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), dapat dicermati pada Tabel 5.10.
74
Tabel 5.10 Analisis Normalitas Data Beban Kerja Shapiro-Wilk df
Statistic periode 1PO_ist periode 1_PO_ker periode 1_PO_beda periode 1_P1_ist periode 1_P1_ker periode 1_P1_beda periode 1PO_ist periode 1_PO_ker periode 1_PO_beda periode 1_P1_ist periode 1_P1_ker periode 1_P1_beda
,829 ,829 ,731 ,877 ,867 ,761 ,857 ,931 ,911 ,936 ,970 ,961
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
sig ,058 ,057 ,005 ,176 ,141 ,011 ,113 ,522 ,363 ,567 ,898 ,817
This is a lower bound of the true significance a. Lilliefors Significance Correction
5.4.2 Analisis komparabilitas Perbedaan rerata denyut nadi istirahat antara perlakuan pada periode pertama,
dianalisis dengan
uji
Independent t-test, hasilnya dapat dicermati
pada Tabel 5.11. Tabel 5.11 Uji Independent t-test Denyut Nadi Istirahat antara Perlakuan pada Periode I Kelompok subjek
n
Perlakuan 1
8
Rerata denyut nadi istirahat (dpm) 67,9
Perlakuan 2
8
68,1
Simpang Baku
Beda rerata
t
p
5,4 - 0,17
- 0,086 0,923
1,9
Pada Tabel 5.11 di dapat bahwa antara perlakuan 1 (P0) dan perlakuan 2 (P1) hasilnya tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan t = - 0,086 dan p = 0,923.
75
Hal ini menunjukkan denyut nadi istirahat kelompok perlakuan 1 dan perlakuan 2 dalam percobaan periode pertama adalah sama. 5.4.3 Analisis efek periode (period effect) Efek periode dihitung berdasarkan beban kerja pada perlakuan 1 periode pertama dikurangi dengan beban kerja perlakuan 2 periode kedua untuk kelompok 1 dibandingkan dengan beban kerja perlakuan 2 periode pertama dikurangi dengan beban kerja perlakuan 1 periode kedua untuk kelompok 2. Hasi1 analisis dapat dicermati padaTabel 5.12. Tabel 5.12 Uji Independent t-test Rerata Selisih Beban Kerja antara Kelompok Perlakuan Kelompok subjek Kelompok 1 (P0 dilanjutkan P1) Kelompok 2 (P1 dilanjutkan P0)
n
Rerata selisih beban kerja (dpm)
Simpang Baku
8
11,7
4,7
8
11,0
Beda rerata
t
p
0,62
0,162
0,873
9,8
Pada Tabel 5.12 diperoleh bahwa efek periode antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan t = 0,162 dan p = 0,873. Ini berarti bahwa periode percobaan tidak berpengaruh terhadap beban kerja subjek. 5.4.4 Analisis efek residu (carry over effect) Efek residu dihitung berdasarkan rerata beban kerja pada periode pertama dan periode kedua untuk kelompok 1 dibandingkan dengan rerata beban kerja
76
pada periode pertama dan periode kedua untuk kelompok 2. Hasil analisis dapat dicermati pada Tabel 5.13. Tabel 5.13 Uji Independent t-test
Rerata Beban Kerja antara Kelompok Perlakuan
Kelompok subjek
n
Rerata beda beban kerja (dpm)
Simpang Baku
8
10,7
5,4
8
11,9
4,9
Kelompok 1 (P0 dilanjutkan P1) Kelompok 2 (P1 dilanjutkan P0)
Beda rerata
t
p
-1,14
-0,443
0,664
Pada Tabel 5.13 analisis kemaknaan dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa tidak ada perbedaan bermakna dengan p>0,05 dan t = -0,443 dan p = 0,664. Ini berarti tidak ada pengaruh sisa perlakuan terhadap perlakuan berikutnya. 5.4.5 Analisis efek perlakuan Efek perlakuan dievaluasi dari rerata beban kerja pada perlakuan 1 dibandingkan dengan rerata beban kerja pada perlakuan 2. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t paired dicermati pada Tabel 5.14. Tabel 5.14 Uji t-paired Rerata Beban Kerja Subjek antara Perlakuan
N
Rerata nadi kerja (dpm)
Simpang Baku
P0
16
36,9
3,7
P1
16
25,6
5,1
Kelompok subjek
Beda rerata
t
p
11,3
9,127
0,000
77
Analisis kemaknaan pada Tabel 5.14
dengan menggunakan uji t-paired
menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) dengan t = 9,127 dan p = 0,000. Ini berarti bahwa penggunaan alat kedudukan pelat eser bisa menurunkan beban kerja pada mahasiswa. Perbandingan beban kerja sesudah dan sebelum praktikum antara Po dan P1 antar kelompok dapat dicermati pada Tabel 5.15. Tabel 15 Data Denyut nadi dan analisis deskriptif Periode 1 rerata
Periode 2 P0
P1
istirahat
kelompok 1
kerja
beda
istirahat
112,0
34,2
76,3
99,3
23,0
2
69,8
107,5
37,8
68,8
90,7
21,9
3
74,1
108,7
34,7
71,2
92,0
20,8
4
63,2
99,9
36,7
63,4
97,8
34,4
5
65,4
100,7
35,3
66,3
87,8
21,5
6
64,9
99,5
34,7
65,4
97,3
31,9
7
63,7
99,8
36,1
66,2
87,2
21,0
8
64,7
109,4
44,7
65,0
98,6
33,6
67,9
104,7
36,8
67,8
93,8
26,0
5,4
5,2
3,4
4,2
5,0
6,1
1
65,1
96,6
31,5
70,2
111,4
41,2
2
69,0
93,0
24,0
65,8
104,8
39,0
3
66,9
92,5
25,7
66,1
107,3
41,3
4
66,2
91,1
24,9
65,8
101,9
36,1
5
68,2
91,2
23,0
64,6
101,4
36,8
6
70,3
87,6
17,3
70,8
103,9
33,1
7
69,2
95,6
26,4
63,4
103,0
39,6
8
70,1
98,2
28,1
70,6
99,8
29,2
68,1
93,2
25,1
67,1
104,2
37,0
1,9
3,4
4,1
2,9
3,7
4,2
SD P1
Rerata SD
beda
77,8
rerata
kelompok 2
kerja
1
P0
78
Pada Table 5.15 menunjukakan bahwa beban kerja sebelum praktikum P0 pada kelompok 1 dan P1 pada kelompok 2 antara periode 1 dan periode 2 bisa dianggap sama, setelah perlakuan ada perbedaan antara P0 dengan P1. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa penggunaan alat kedudukan pelat eser pada praktikum pemotongan pelat eser dapat menurunkan beban kerja pada mahasiswa, dapat dicermati pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3 Grafik Denyut Nadi Istirahat, Denyut Nadi Kerja, dan Nadi Kerja 5.5 Produksi Pemotongan Pelat Eser Produksi pemotongan pelat eser dilakukan pada mesin potong pelat yaitu; pemotongan pelat eser sebelum menggunakan alat kedudukan pelat eser (PO) dan pemotongan pelat eser setelah menggunakan alat kedudukan pelat eser (P1). Pemotongan pelat eser sebelum menggunakan alat kedudukan pelar eser dapat dicermati pada Gambar 5.4.
79
Gambar 5.4 Pemotongan Pelat Eser Sebelum Menggunakan Alat Kedudukan Pelat Eser
Pemotongan pelat eser setelah mengunakan alat kedudukan pelat eser (P1) dapat dicermati pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5 Pemotongan Pelat Eser Setelah Menggunakan Alat Kedudukan Pelat Eser
80
Data produksi pemotongan pelat dihitung dalam satu jam kerja dengan ketelitian yang sama antara P0 dan P1. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji normalitasnya dengan Shapiro-wilk test. Dari hasil uji normalitas tersebut diperoleh bahwa data produksi berdistribusi normal (p>0,05), dapat dicermati pada Tabel 5.16. Tabel 5.16 Analisis Normalitas Data produksi dan produktivitas
Statistic PO_produksi PO_produktivitas P1_produksi P1_produktivitas
,651 ,822 ,667 ,734
Shapiro-Wilk df 16 16 16 16
sig ,109 ,305 ,203 ,106
This is a lower bound of the true significance a. Lilliefors Significance Correction
Analisis kemaknaan hasil produksi antara P0 dengan P1 dilakukan dengan uji t-paired dan dapat dicermati pada Tabel 5.17. Tabel 5.17 Uji t-paired Rerata Produksi Kelompok subjek
N
Perlakuan 1
16
Rerata Produksi (potongan/jam) 20,96
Simpang Baku
Beda rerata
16
33,09
P
- 5,597
0,000
3,23 - 12,13
Perlakuan 2
tpaired
9,95
Dari Tabel 5.17 analisis kemaknaan dengan uji t-paired menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang bermakna hasil produksi antara P0 dan P1 dengan p<0,05 dan t = - 5,597 dan p = 0,000. Ini berarti bahwa penggunaan kedudukan pelat bisa meningkatkan hasil produksi, juga dapat dicermati pada Gambar 5.6.
81
Gambar 5.6 Grafik Rerata Produksi Antara Perlakuan 5.6 Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah rasio antara rerata hasil produksi pemotongan pelat eser perjam dengan beban kerja untuk masing-masing perlakuan. Data produktivitas kerja yang diperoleh dalam penelitian ini diuji normalitasnya dengan Shapiro-Wilk test. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), dapat dicermati pada Tebel 5.18. Tabel 5.18 Analisis Normalitas Data produksi dan produktivitas
Statistic PO_produksi PO_produktivitas P1_produksi P1_produktivitas
,651 ,822 ,667 ,734
This is a lower bound of the true significance a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk df
sig
16 16 16 16
,109 ,305 ,203 ,106
82
Analisis kemaknaan hasil produktivitas antara P0 dengan P1 dilakukan dengan uji t-paired, dapat dicermati pada Tabel 5.19. Tabel 5.19 Uji t-paired Rerata Poduktivitas Kerja Kelompok subjek Perlakuan I Perlakuan II
n 16 16
Rerata produktivitas 0,201 0,355
Simpang Baku 0,031
Beda rerata
t-paired
p
- 0,154
- 6,542
0,000
0,109
Pada Tabel 5.19 diperoleh hasil bahwa terjadi perbedaan yang bermakna (p<0,05) dengan t = - 6,542 dan p = 0,000 terhadap produktivitas kerja mahaiswa antara P0 dengan P1. Ini berarti menunjukkan bahwa penggunaan alat kedudukan pelat eser dapat meningkatkan produktivitas kerja mahasiswa, juga dapat dicermati pada Gambar 5.7.
Gambar 5.7 Grafik Rerata Produktivitas Kerja Antara Perlakuan
BAB VI PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini adalah para mahasiswa berjenis kelamin lakilaki dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh. Umur subjek yang terlihat dalam penelitian ini antara 18 - 20 tahun dengan rerata 18,8 ± 0,9 tahun. Rentang umur ini adalah rentang umur yang produktif diusia masa kuliah, dimana subjek bisa melakukan aktivitas dengan kekuatan fisik yang optimal. Kapasitas fisik seseorang berbanding langsung sampai batas tertentu dengan umur, dan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun (Manuaba,1990); pengaruh kemampuan fisiologis otot berada pada rentang umur 20 sampai dengan 30 tahun (Nala,1994). Rerata berat badan subjek 57,0 2,4 kg, sedangkan tinggi badan subjek reratanya 165,6 1,0 cm, dan rerata indeks masa tubuhnya 20,8 0,8 tahun. Aryatmo (1981) menyatakan berat badan ideal dengan rumus tinggi badan dikurangi l00 (hasil pengurangan dikalikan 10%). Jika dilakukan perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan, maka rerata subjek penelitian berada dalam katagori berat badan ideal dengan indeks masa tubuh normal. Indeks massa tubuh (IMT) yang normal untuk orang Indonesia adalah 18 – 25 (Almatzier, 2001). 83
84
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, perlu bagi mahasiswa calon pekerja untuk mempertahankan berat badan normal sehingga bisa belajar dan bekerja lebih produktif. Antropometri subjek yang diukur berkaitan dengan desain
alat
kedudukan pelat eser yang dibuat dan disesuaikan dengan kaidah ergonomi. Data antropometri subjek seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rerata tinggi siku berdiri subjek dalam penelitian ini adalah 83,8 0,8 cm, sehingga tinggi siku ini dipakai sebagai dasar dalam membuat tinggi alat kedudukan pelat eser saat praktikum pemotongan pelat eser. Tinggi alat kedudukan pelat eser harus berada dibawah tinggi siku subjek dan disesuaikan juga dengan mesin pemotong pelat eser. Dibuat alat kedudukan dengan mesin potong dengan ukuran
pelat eser
tinggi meja mesin potong
90 cm,
lebar 60 cm, panjang 240 cm, pelat eser ada di atas alat kedudukan pelat eser dan mesin potong pelat eser. 6.2 Kondisi Lingkungan Lokasi penelitian dilaksanakan di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. Lokasi kampus Politeknik Negeri Bali ini di daerah Bukit Jimbaran. Rerata suhu basah 26,8°C, rerata suhu kering 30,9°C, dan rerata kelembaban relatif 72,4%. Manuaba (1983) menyatakan batas kenyamanan
85
lingkungan kerja untuk di luar ruang suhu antara 22° - 28°C dengan kelembaban relatif antara 70 - 80 %. Penelitian yang dilaksanakan oleh Kerana (1997) mengungkapkan bahwa rerata suhu kering 29,94°C, sedangkan Manuaba (2000) dan Vanwonterghem (1996) mengemukakan, bahwa suhu pada musim kering meningkat 31-32°C di tempat yang teduh dan sampai 36°C di bawah sinar matahari langsung. Intensitas penerangan pada ruangan praktikum berkisar pada 410,2 lux dan intensitas suara berkisar pada 78,1 dB. Besar intensitas penerangan yang diperlukan sebenarnya tergantung dari jenis pekerjaan, pekerjaan presisi memerlukan intensitas yang lebih tinggi dari pada pekerjaan yang tidak memerlukan ketelitian dengan penerangan dari 300 – 700 lux. Nilai ambang batas intensitas suara tertinggi yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan gangguan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari adalah 85 dBA (Pulat, 1992; WHS, 1993; dan Permennaker, 1999). Dalam penelitian ini intensitas penerangan dan intensitas suara termasuk dalam kategori normal. Pada Tabel 5.3 menunjukkan kondisi lingkungan dimana para subjek melaksanakan praktikum yang meliputi suhu basah, suhu kering, kelembaban, intensitas cahaya, maupun intensitas suara.Analisis menggunakan uji Independet t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan baik pada kelompok 1 maupun kelompok 2 ataupun pada periode I maupun periode II (p > 0,05). Hasil analisis ini ditunjukkan pada Lampiran 5. Hal ini menunjukkan bahwa mikroklimat tidak berpengaruh pada pelaksanaan penelitian
86
baik pada perlakuan 1 (P0) maupun perlakuan 2 (P1). 6.3 Keluhan Muskuloskeletal Keluhan muskuloskeletal yang dialami para mahasiswa sering terjadi pada bagian leher atas dan bawah, punggung, pinggang, kedua lengan atas serta kedua lutut dan betis. Hal ini disebabkan oleh sikap kerja berdiri selama praktikum dan memegang pelat eser ketika melakukan pemotongan pelat eser. Sikap kerja berdiri atau membungkuk dapat menyebabkan keluhan. Sikap kerja yang tidak alamiah atau sikap paksa menyebabkan terjadinya reaksi berupa keluhan pada sistem muskuloskeletal (Manuaba, 1992). Hasil analisis menunjukkan setelah menggunakan alat kedudukan pelat eser terjadi perbedaan yang bermakna (p<0,05) dan terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal dari rerata skor 80,1 menjadi 70,0 atau menurun sebesar 12,6%. Sejalan dengan apa yang dinyatakan Ruccer & Sunnel (2002) terhadap para dokter gigi, mereka menyatakan bahwa posisi praktek yang salah dalam bekerja terlebih lagi dalam menggunakan perlatan
akan menyebabkan gangguan
muskuloskeletal. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan melakukan perubahan sikap kerja yang tidak alamiah menjadi alamiah. Keluhan subjektif berupa gangguan otot skeletal dan kelelahan dapat diturunkan secara signifikan pada subjek dengan melakukan perbaikan pada stasiun kerja dan sikap kerja yang lebih ergonomis (Chung & Choi, 1997, Sutajaya dan Citrawathi, 2000). Penggunaan alat kedudukan pelat eser pada proses pemotongan pelat eser dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal pada seluruh bagian otot skeletal. Keluhan muskuloskeletal yang dominan dapat diturunkan dengan menggunakan
87
alat kedudukan pelat eser seperti: bahu, lengan atas, pinggang, punggung, lengan bawah, pergelangan tangan. Kondisi ini disebabkan karena pada perlakuan tanpa alat kedudukan pelat eser dilakukan dengan sikap kerja berdiri sambil menyangga pelat eser, memerlukan banyak ATP karena menggunakan metabolisme anaerobik. Hal tersebut menyebabkan penimbunan asam laktat yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan atau sakit pada otot skeletal, khususnya otot bagian atas tersebut (Astrand dan Rodahl, 1977). Terbukti bahwa penggunaan alat kedudukan pelat eser dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal mahasiswa pada pemotongan pelet eser dengan mesin potong pelat, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan produktivitas mahasiswa. 6.4 Beban Kerja Praktikum pemotongan pelat eser yang dilakukan di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali memang perlu untuk peningkatan dalam hal kualitas dan mutu pendidikan, sesuai dengan visinya yaitu mencetak tenaga yang profesional. Perhatian dari segi aspek ergonomi dalam pelaksanaan praktikum dan keseharian menjadi hal penting yang harus dilakukan. Pada penelitian ini, intervensi ergonomi dilakukan pada proses praktikum pemotongan pelat eser. Penambahan alat kedudukan pelat eser ternyata diperoleh perbedaan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan sebelum menggunakan tambahan alat kedudukan pelat eser terhadap beban kerja mahasiswa. Hasil analisis menunjukkan sebelum menggunakan alat kedudukan pelat eser (P0) rerata beban kerja mahasiswa sebesar 104,4 denyut permenit sedangkan setelah
88
menggunakan alat kedudukan pelat eser (P1) sebesar 93,5 denyut permenit atau mengalami penurunan sebesar 10,4%. Menurut Grandjean (1998) dan Adiputra (1998a), denyut nadi kerja antara 100-125 denyut permenit termasuk dalam kategori sedang. Jadi denyut nadi kerja sebelum menggunakan alat kedudukan pelat eser termasuk kategori sedang, sedangkan setelah intervensi ergonomi dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser termasuk kategori ringan. Subrata (2003), dan Murniasih (2003) juga menyatakan bahwa dengan intervensi ergonomi memberikan kursi kerja agar pekerja dapat duduk secara alamiah dapat menurunkan denyut nadi kerja secara signifikan. Pada penelitian Arjani (2003) penggunaan meja conveyor pada penggergajian kayu dapat menurunkan beban kerja sebesar 21,64%. Penggunaan alat kedudukan pelat eser pada proses pemotongan pelat eser dapat menurunkan beban kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara fisiologis beban kardiovaskuler pada proses pemotongan pelat eser menggunakan alat kedudukan pelat eser lebih ringan dibandingkan tanpa alat kedudukan pelat eser. Hal ini disebabkan karena selama proses pemotongan pelat eser tanpa alat kedudukan pelat eser, pekerja terus mendapat beban seperti tetap menyangga pelat eser, mendorong, dan menarik pelat eser dengan pengerahan tetaga otot yang besar atau terjadi kontraksi otot statis. Pada pekerjaan dengan kontraksi otot statis diperlukan ATP atau energi yang lebih besar dari pada kontraksi otot dinamis. Di samping itu, kontraksi otot statis menyebabkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh lebih banyak sehingga menyebabkan kerja jantung lebih cepat, akibatnya jantung berdenyut lebih cepat. Dengan menggunakan alat kedudukan
89
pelat eser beban kerjanya lebih ringan. Dengan demikian kontraksi otot yang bersifat statis dapat dihindarkan sehingga kebutuhsn ATP atau energi lebih kecil (Grandjean, 1998). 6.5 Produksi dan Produktivitas Kerja Penggunaan alat kedudukan pelat eser pada praktikum pemotongan pelat eser terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja mahasiswa dalam hal peningkatan produksi dan produktivitas kerja praktikum pemotongan pelat eser. Pada Tabel 5.17 dan Tabel 5.19 ditunjukkan adanya peningkatan hasil produksi dan produktivitas kerja mahasiswa praktikum. Peningkatan/perbedaan tersebut adalah signifikan (p<0,05) dengan rerata praoduksi sebelum perlakuan (P0) sebesar 20,96 potong dan setelah perlakukan (P1) 33,09 potong dengan tingkat ketelitian yang sama, atau terjadi peningkatan hasil produksi sebesar 57,9% Produktivitas adalah rasio antara jumlah produksi pemotongan pelat eser dengan beban kerja dalam satu jam kerja. Karena terjadi peningkatan produksi dan sekaligus juga penurunan beban kerja, maka secara langsung akan meningkatkan produktivitas kerja. Pada Tabel 5.19 ditunjukkan bahwa rerata produktivitas sebelum perlakuan (P0) sebesar 0,201 sedangkan setelah perlakuan (P1) sebesar 0,355 atau mengalami peningkatan sebesar 76,6%. Intervensi ergonomi dalam hal perbaikan sikap kerja atau stasiun kerja adalah mutlak diperlukan (Manuaba, 1998). Intervensi ergonomi ini misalnya intervensi peralatan yang sesuai antropometri akan dapat menurunkan beban kerja ataupun keluhan secara subjektif serta dapat meningkatkan produktivitas kerja (Adiputra ,2000, Azmi dan Marentani, 2001). Peningkatan produktivitas
90
kerja pada perlakuan berupa penggunaan alat kedudukan pelat eser, kareana beban kerja berkurang atau denyut nadi kerja lebih ringan dan hasil kerja lebih besar dengan waktu kerja yang sama dengan kata lain output lebih besar dan input lebih kecil. Disamping itu berkurangnya beban kerja dan keluhan muskuloskeletal dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja dan produktivitas kerja mahasiswa. Manuaba (1998) dan Wignyosoebroto (1995) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas berarti juga peningkatan efisiensi kerja mahasiswa. 6.6 Peningkatan Kinerja Mahasiswa Ditinjau dari Penurunan Keluhan Muskuloskeletal, Penurunan Beban Kerja, dan Peningkatan Produktivitas Kerja Kinerja mahasiswa praktikum pemotongan pelat eser dalam penelitian ini diukur berdasarkan analisis muskuloskeletal, beban kerja, dan produktivitas kerjanya. Hasil kerja mahasiswa bukan hanya dilihat dari hasil produksi akan tetapi dilihat dari input dan sarana yang dipakai. Jika terjadi perbaikan kondisi dari sebelum adanya intervensi dengan setelah terjadinya intervensi baik pada subjek maupun pada hasil produksinya maka dapat dikatakan adanya perbaikan atau peningkatan kinerja. Veithzal (2005) mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau tingkat keberasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkin, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
91
Pada keluhan muskuloskeletal, hasil analisis menunjukkan bahwa setelah menggunakan alat kedudukan pelat eser
terjadi perbedaan yang bermakna
(p<0,05) dan terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal dari rerata skor 80,1 menjadi 70,0 atau menurun sebesar 12,6%.
Hal ini bisa dikatakan bahwa
terdapat peningkatan kinerja mahasiswa ditinjau dari penurunan keluhan muskuloskeletal. Pada beban kerja, hasil analisis menunjukkan bahwa sebelum menggunakan alat kedudukan pelat eser (P0) rerata beban kerja mahasiswa sebesar 104,4 denyut permenit sedangkan setelah menggunakan alat kedudukan pelat eser (P1) sebesar 93,5 denyut permenit atau menurun sebesar 10,4%. Hal ini juga bisa dikatakan bahwa terjadi peningkatan kinerja mahasiswa ditinjau dari penurunan beban kerja. Pada produktivitas kerja, hasil analisis menunjukkan bahwa
rerata
produktivitas sebelum perlakuan (P0) sebesar 0,201 sedangkan setelah perlakuan (P1) sebesar 0,355 atau mengalami peningkatan sebesar 76,6%. Hal ini juga bisa dikatakan bahwa terjadi peningkatan kinerja mahasiswa ditinjau dari peningkatan produktivitas kerja mahasiswa.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Bertitik tolak dari hasil analisis dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut 1) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat meningkatkan kinerja dilihat dari penurunan beban kerja mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 2) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat meningkatkan kinerja
dilihat
dari
penurunan keluhan muskuloskeletal mahasiswa di
Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 3) Aplikasi ergonomi pada meningkatkan kinerja
proses dilihat
pemotongan dari
pelat eser
peningkatkan
dapat
produktivitas
mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. 7.2 Saran 1) Kepada para instruktur pembuatan alat kedudukan pelat eser pada proses pemotongan pelat eser didukung oleh kepala bengkel teknologi mekanik. 2) Kepada para pengambil
kebijakan
dibidang pendidikan terutama
pendidikan vokasional agar memperhatikan kondisi alat dan fasilitas praktikum
untuk
lebih
efektifnya
pembelajaran
dan
peningkatan
produktivitas para mahasiswa. 3) Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan data dari proses angkat dan angkut pelat eser dari gudang material ke mesin potong pelat. 92
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N. 1998a. Keselamatan dalam Mengangkat dan Mengangkut Objek. Majalah Kedokteran Udayana (Udayana Medical Jurnal); Editorial:29. Adiputra, N. 1998b. Metodologi Ergonomi. Monograf yang diperbanyak oleh Program Studi Ergonomi -Fisiologi Kerja Universitas Udayana, Denpasar. Adiputra,N., Sutjana,D.P., Manuaba, A. 2000. Ergonomics Intervention in Small Scale Industry in Bali. Dalam: Lim, KY ed. Proceding of the Jouint Conference of APCHI and ASEAN Ergonomics. Singapore. Adiputra, N. 2002. Denyut Nadi dan Kegunaannya Jurnal Ergonomi Indonesia. 3 (1,6): 22-26.
Dalam
Ergonomi.
Adiatmika, I.P.G. 2007. Perbaikan Kondisi Kerja Dengan Pendekatan Total Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta Meningkatkan Produktivitas Perajin Pengecatan Kerajinan Logam di Kediri-Tabanan. Disertasi. Program Doktor Ilmu Kedokteran Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Almatzier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Anonim,
2009. Standing Workstation Guidelines”. Tersedia di http://www.scif.com/safety/ergomatters.[ diunduh tanggal 28 Pebruari 2011].
Anonim. 2011. Upaya-mengurangi resiko musculoskeletal.. Tersedia di http://batikyogya.wordpress.com. diunduh tanggal 28 Pebruari 2011 ] Anonom.
2011. Sbjective Metal Worrkload. Tersedia di http://.undergrad.ahs.uwaterloo.cal/cartwri/subjective.htm. [ diunduh tanggal 1 maret 2011].
Astrand P.O., Rodahl K. 1977. Texbook of Work Physiologi-Physiological Bases of Exercise,2nd edt. McGraw-Hill Book Company. Arjani, I.A.M.S. 2003. Penggunaan Meja „Conveyor‟ Menurunkan Beban Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal Serta Meningkatkan Produktivitas Kerja Pekerja Penggergajian Kayu Dengan Mesin Band saw di Desa Sangeh. Tesis. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana. Bakta, I.M. 2000. Rancangan Penelitian. Disampaikan pada seminar Metologi Penelitian, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana., Denpasar. Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Hill, Inc. Book Company. 93
New York: McGraw
94
Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Program USS Repository.
Hearing
Conservation
Chew, D.C.E. 1991. Productivity and Safety and Health. Dalam: Permeggiani, L.ed. Encyclopedia of Occupational Healt and Safety, Third (Revised) edt. ILO, Geneva: 1796-1797. Chung M.K., Choi K.I. 1997. Ergonomic analysis of musculoskeletal discomforts among conventional VDT operators. Journal of Computers and industrial engineering. Vol 33 : 521-524. Available from http://www.postech.ac.kr /ie/huma/html/journal/Inter-J.htm. Acessed May 20, 2011. Colton, T. 1974. Statistic in Medicine, Little, Brown and Company, Boston. First edition. USA. P. 142. Cummings,B. 2003. Interactive Physiology, Pearson Education Inc. Daryanto.S. 1997 Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Penerbit Apolo. Eko.
Fitrihana.
2006. Kelelahan (Fatigue). http://pske.ti.itb.ac.id/index.php?option= com content&task=view&id=2 7task=view&id=27<emid=2. Tanggal 28 Pebruari 2011.
Akses
2008. Upaya Mengurangi Resiko Muskuloskeletal. http://batikyogya.wordpress.com/2008/08/30/upaya- mengurangiresiko-mus kuloskeletal/. Akses Tanggal 28 Pebruari 2011.
Grandjean, E. 1998. Fitting the Tasks the Man. A Textbook of Accupational Ergonomics Edition London, Taylor & Francis. Hardjosoedarmo. 1996. Total Quality Management Yogyakarta: Penerbit Adi. Helander, M. 1995. A Guide to the Ergonomics of Manufacturing. London: Taylor and Francis Inc. Kerana, TJ., Suyasning, HI., and Manuaba, A. 1997. The affect of postural load and environmental conditions to Balinese farmers physical performance. Procedings of ASEAN Ergonomics 97, 5th SEAS Conference, 518-523. Malaysia: IEA Press. Kilbon, A. 1992. Meansurement and Assessment of Dynamic, Work. Dalam: Wilson, J.R. & Corlett, E.N. eds Evaluation of Human Work, A Practical Ergonomics Methodology. Great Britain: Taylor & Francis Inc.: 520-543. Kodoatie., J. 2000. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Penerbit Adi. Kroemer, K.H.E., H.B. Kroemer., K.E. Kroemer-Elbert. 1994. Ergonomics. How to Design for Ease and Efficiency. London: Taylor & Francis Inc. Lilik, S. 2004. Penurunan Landasan Molen Sesuai Ukuran Tubuh Pekerja dan Pemberian Peneduh Meningkatkan Produktivitas
95
Pengaduk Spesi Beton Secara Tradisional. Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Tesis
Denpasar:
Manuaba, A. 1983. Aspek Ergonomi Dalam Perencanaan Kompleks Olah Raga dan Rekreasi. Bunga Rampai Ergonomi Vol. 1. Program Studi Ergonomi – Fisiologi Kerja Universitas Udayana, Denpasar. 1998. 1– 19. Manuaba, A. 1990. Beban Tugas Untuk Prajurit Dikaitkan Dengan Norma Ergonomi di Indonesia. Seminar Nasional Tentang Ergonomi di Lingkungan ABRI. Jakarta. 20 Pebruari. Manuaba, A. 1992. Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Disampaikan pada Seminar K3 dengan tema Melalui Pembudayaan K3 Kita Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Perusahaan di IPTN Bandung, 20 Februari 1992. Manuaba, A. Dan V. W. Kamiel 1996. Improvemnet of quality of life: determination of exposure limits for physical strenuous task under tropical condition. Dept. Of Physical School of Medecine Udayana University-CERGO International Brussels. BelgiumThe Commission of The European Communities Brussel, Belgium. Manuaba, A, 2000. Ergonomi Meningkatkan Kinerja dan Perusahaan. Makalah disajikan dalam Simposium dan Pameran Ergonomi Indonesia 2000 di Bandung, 18-19 Nopember 2000. Manuaba, A. 2000. Ergonomi Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam: Wignyosoebroto, S,. Wiratno, S.E.,Eds. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi. PT. Guna Widya. Surabaya: 1-4. Manuaba, A. 2001. Research and Application of Ergonomics in Developing Countries. Jurnal Ergonomi Indonesia. 1 (1,6). 24-30. Manuaba, A. 2001Ergonomics Approach in Organizing A Comference is A must to Attain Optimal Goals. Jurnal Ergonomi Indonesia. 2 (1,6) 3-5. Manuaba, A. 2003. Aplikasi Ergonomi dengan Pendekatan Holistik Perlu, Demi Hasil yang Lebih Lestari dan Mampu Bersaing. Disampaikan pada Temu Ilmiah dan Musyawarah Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Ergonomi. Hotel Sahid. Jakarta, 17-19 Juli 2003. Manuaba, A. 2003a.Penerapan Ergonomi Meningkatkan Produktivitas. Makalah. Denpasar: Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Manuaba, A. 2004. Total Ergonomi di semua Stasiun Kerja Mutlak Perlu Demi Tercapainya Sistem Kerja yang Manusiawi dan Mutu Produk yang Mampu Bersaing. Disampaikan pada: Keynote Addres di Kongres IV Sarjana Teknik Industri Indonesia. Palembang Sumsel.
96
Manuaba, A. 2004. Holistic Ergonomics Desigsn as a Strategy to Integrated Occupational Health-Safety System Management into the Enxeprise Manegement System. Jurnal Ergonomi Indonesia. 5 (1) 1-4. Manuaba, A. 2004. Total Ergonomics Approach to Enhance And Harmonize the Development of Agriculture, Tourism, and Small Scale Industry, with Special Reference to Bali. Manuaba, A. 2005. Total Ergonomic Enhancing Productivity, Produck Quality and Customers Satisfaction. Seminar Nasional ke II untuk Peningkatan Kualitas Sistem Manufaktur dan Jasa. Yogyakarta, 30 April 2005. Manuaba, A. 2006. A Total Approach in Ergonomics is must To Attain Humane, Competitive And Sustainable Work System And Products, In: Adiatmika and Putra, D.W. editors. Proceeding Ergo Future 2006: International Symposium On Past, Present And Future Ergonomics, Occupational Safety and Health. 28-30th August. Denpasar: Departement of Physiology Udayana University – School of Medicine. P. 1-6. Manuaba, A. 2007. otal Ergonomics Apporach is a Must in Anticipating, Facing, and Managing a Disaster to be Humane and Sustainable. Nasional Seminar in Anticipating Disaster,University Muhamadiah. Surakarta Midd in Java. Manuaba, A. 2009a Systemic, Interdisciplinary and Participatory (SHIP) Approach is a Must to Obtain Humane Competitive and Sustainable Work Suystem and Products 1st Internasional Symposium on Engineering , Economic, Environment, Healt and Safety, Sam Ratulangi University, Menado, 26-27 October. Meister, D. 1989. Conceptual Aspects Hopkins University Press.
of Human Factors.
Baltimore: John
Murniasih, N. 2003. Modifikasi Pisau Matetuesan dan Perbaikan Sikap Kerja dapat Menurunkan Keluhan Subjektif serta Meningkatkan Produktivitas Kerja Tukang Tues. Tesis Magister Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana. Denpasar. Nala, I.G.N. 1994. Penerapan Teknologi Tepat Guna di Pedesaan. Pusat Pengabdian Masyarakat. Universitas Udayana. Denpasar Newman, D.G. 1990. Engineering Economic Analysis. Engeneering Press. Inc. Permennaker. 1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta. Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Acsdemic Profesional Ltd.
Health.
London:
Macmillan
Pilcher, R . 1975. Principles of Construction Management 2nd edt. McGaw-Hill Book Company Great Britain: 64-69.
97
Pulat, B.M. 1992. Fundamentals Prentice.26-51.
of
Industrial Ergonomics. New Jersey:
Rochmanhadi. 1984. Perhitungan biaya Pekerjaan dengan Menggunakan Alatalat Berat. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Rodahl, K. 1989. The Physiology of Work. London, New York.
Philadelphia. Taylor & Francis.
Ruccer, L., Sunnel, S.2002. Ergonomic Risk Factors Associated withClinical Dentistry. Journal of the California Dental Association. Vol.30, No.2. available from http://www.cda.org/member/pubs/journal/jour0202/2002CDA Journal - Feature Article.htm. Accessed May 20, 2011. Sanders, M.S,. Mecormick, E.J.1987 HumanFactors In Engineering and Design, 6th edt. McGraw-Hill Book Company: 331-454. Subrata, M. 2003. Pemakaian Alat Pelindung Pada Jari Telunjuk Tangan Dan Pemakaian Tempat Duduk Pada Pekerja Pemotong Gigi Taring Anak Babi Mengurangi Cedera Dan Menurunkan Keluhan Subjektif Serta Meningkatkan Produktivitas Kerja. Tesis Magister Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana. Denpasar. Suma‟mur, P.K. 1982. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: Yayasan Swabhawa Karya. Suma‟mur, P.K. 1984. Higene Perusahan dan Kesehatan Kerja. Cet-4. Jakarta: Penerbit PT. Gunubg Agung: 82-92. Susila. I.D.M. 2001. Daftar Inventaris Peralatan dan Mesin. Badung: UPT.PP. Politeknik Negeri Bali. Sutajaya, I.M. 1998 Perbaikan Kondisi Kerja Mengurangi Gangguan Terhadap Muskuloskeletal dan Denyut
Nadi
Kerja Serta Meningkatkan
Produktivitas Pematung di Desa Pelihatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Tesis Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana. Sutajaya, I.M. 2009. Penerapan Ergonomi Berbasis Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Dan Produktivitas Pekerja Di Industri Kecil. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX Semarang, 17-18 November. Sutajaya, I.M. & Citrawathi, D.M. 2000. “Perbaikan Kondisi Kerja Mengurangi Beban Kerja dan Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal Mahasiswa dalam menggunakan Mikroskop di Laboratorium Biologi STKIP Singaraja”. Dalam Wignyo Soebroto, S. & Wiratno, SE. Eds. Proceedings Seminar nasional Ergonomi. PT. Guna Widya. Surabaya. 239 –242
98
Sutjana, I.D.P. 2009. Intervensi Ergonomi DalamPembangunan Pura di Desa Pekraman Nyitdah. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX Semarang, 17-18 November. Sutalaksana,S.Z. 2000. Produk-ProdukErgonomis dan Strategi Mewujudkannya. Dalam: Proceedings Simposium dan Pameran Ergonomi Indonesia 2000, Tehnology Business Operation Unit. Bandung: IPTN-I 19-24. Suyasning, H.I., Oka Suprapta, I.G.M. 2007. Workload and Musculoskeletal Disorders of Planting Paddy in Tabanan Regency, Bali. Proceedings of Agriculture Ergonomics Development Conference Kuala Lumpur: IEA Press. Tana. L. 2002. Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Pekerja Perusahaan Baja di Pulau Jawa. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol. 21.No.3. Tarwaka.,
Solichulha., Bakri.,Lilik Sudiajeng. 2004 Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Thurman, J.E., Louzine, A.E., and Kogi, K. 1988. Higher Productivity and A Better Place To Work. Practical ideas for Owners and Managers of Small and Medium Sized Industrial Enterprises. Action manual. Geneva: ILO. Waters, T.R, Bhattacharya, A. 1996 Physiologi Aspects of Neuromuscular Function. Alam: Battacharya, A. & McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc: 63-76. WHS (Workplace Health and Safety), 1993. Noise Management at Work, Code of Practice for Healthy and safe workplaces. Queensland Government, Australia. Wignyosoebroto, S. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis Untuk Peningkatan Productivitas Kerja. Jakarta: PT. Guna Wijaya. Veithzal,R.APF. 2005. Performance Appraisal. Jakarta:Rajagrafindo Persana. Zainuddin, M., Masyhuri. 2008. Metodologi Penelitian; Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.
LAMPIRAN
99
Lampiran 1 Kuesioner Nordic Body Map. I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :………………………….. 2. Umur/Tgl Lahir :………/………………….. 3. Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/AKADEMI/UNIVERSITAS 4. Status : Kawin/Belum Kawin 5. Pengalaman Kerja : ……..Tahun………..Bulan. II. KUESIONER BODY MAP (Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda ( ) pada kolom disamping pertanyaan yang sesuai dengan kondisi/perasaan saudara) NO
TINGKAT JENIS KELUHAN
KELUHAN A
B
C D
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sakit/kaku di leher bagian atas Sakit/kaku di leher bagian bawah Sakit di bahu kiri Sakit di bahu kanan Sakit pada lengan atas kiri Sakit di punggung Sakit pada lengan atas kanan Sakit pada pinggang Sakit pada bokong Sakit pada pantat Sakit pada siku kiri Sakit pada siku kanan Sakit pada lengan bawah kiri Sakit pada lengan bawah kanan Sakit pada pergelangan tangan kiri Sakit pada pergelangan tangan kanan Sakit pada tangan kiri Sakit pada tangan kanan Sakit pada paha kiri Sakit pada paha kanan Sakit pada lutut kiri Sakit pada lutut kanan Sakit pada betis kiri Sakit pada betis kanan Sakit pada pergelangan kaki kiri Sakit pada pergelangan kaki kanan Sakit pada kaki kiri Sakit pada kaki kanan
Keterangan :
A: Tidak sakit,
B: Agak sakit,
C: Sakit,
D: Sakit sekali
100
Lampiran 2 Psikometri dan Perpindahan Kalor Pada Permukaan Basah
101
Lampiran 3 Karakteristik Subjek
Subjek
Umur (th)
Berat Tinggi badan badan (kg) (cm) 56,8 166,0
IMT
1
18
2
20
55,5
165,5
3
18
57,0
165,0
4
18
57,0
166,5
5
20
57,0
166,0
6
18
58,0
166,0
7
20
58,0
166,5
8
18
55,0
163,0
9
19
65,5
166,5
10
20
56,0
166,0
11
18
55,0
164,5
12
19
56,0
165,0
13
18
57,0
167,0
14
19
56,0
166,5
15
18
57.0
165,0
16
19
55,5
165,0
18,8
57,0
165,6
20,8
1,0
0,8
Rerata SB
0,9
2,4
20,6 20,3 20,9 20,6 20,7 21,0 20,9 20,7 23,6 20,3 20,3 20,6 20,4 20,2 20,9 20,4
102
Lampiran 4 Antropometri Subjek
NO.Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 rerata SB
Tingi Badan (Cm) 166,0 165,5 165,0 166,5 166,0 166,0 166,5 165,0 166,5 166,0 164,5 165,0 167,0 166,5 165,0 165,0 165,8 0,8
Tinggi Mata (Cm) 155,5 156,0 155,0 157,0 157,0 155,5 157,0 155,5 156,5 155,5 154,5 155,0 156,0 157,0 155,0 154,5 155,8 0,9
102 1
Tinggi Bahu (Cm) 138,0 137,5 137,0 138,5 138,0 138,0 138,5 137 138,5 138,0 136,5 137,0 139,5 138,5 137,0 137,0 137,8 0,8
Tinggi Tinggi Siku Pinggang (Cm) (Cm) 85,0 95,0 84,5 95,5 84,0 95,0 85,5 97,5 85,0 95,0 85,0 95,5 85,5 98,0 84,0 95,0 85,5 96,0 85,0 95,0 83,5 95,0 84,5 95,0 86,0 98,5 85,5 98,0 84,0 95,0 84,0 95,5 84,8 95,9 0,8 1,3
103
Lampiran 5 Analisis Data Mikroklimat Tes normalitas data mikroklimat Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) kel1_p0_suhubasah
Statistic ,227
kel1_p0_suhukering kel1_p0_kelembaban
df
Shapiro-Wilk
5
Sig. ,200(*)
Statistic ,960
,233
5
,200(*)
,273
5
,200(*)
kel1_p0_intcahaya
,217
5
kel1_p0_intsuara
,141
5
kel1_p1_suhubasah
,300
5
kel1_p1_suhukering
,367
kel1_p1_kelembaban
,269
kel1_p1_intcahaya
,346
kel1_p1_intsuara
,263
kel2_p0_suhukering kel2_p0_suhu_basah
5
Sig. ,811
,884
5
,329
,909
5
,464
,200(*)
,922
5
,545
,200(*)
,996
5
,995
,161
,813
5
,103
5
,126
,684
5
,106
5
,200(*)
,888
5
,350
5
,051
,825
5
,128
5
,200(*)
,836
5
,153
,167
5
,200(*)
,964
5
,833
,367
5
,026
,684
5
,006
kel2_p0_kelembaban
,287
5
,200(*)
,895
5
,383
kel2_p0_intcahaya
,282
5
,200(*)
,898
5
,401
kel2_p0_intsuara
,221
5
,200(*)
,953
5
,758
kel2_p1_suhubasah
,180
5
,200(*)
,942
5
,677
kel2_p1_suhukering
,179
5
,200(*)
,962
5
,823
kel2_p1_kelembaban
,248
5
,200(*)
,926
5
,573
kel2_p1_intcahaya
,298
5
,168
,893
5
,374
kel2_p1_intsuara
,252
5
,200(*)
,837
5
,157
103 2
df
104
Lampiran 6 Analisis Data Keluhan Muskuloskeletal Analisis normalitas data Keluhan Muskuloskeletal Tests of Normality a
periode1_P0_pre periode1_P0_post periode1_P0_selisih periode1_P1_pre periode1_P1_post periode1_P1_seilisih periode2_P0_pre periode2_P0_post periode2_P0_selisih periode2_P1_pre periode2_P1_post periode2_P1_selisih
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. ,264 8 ,105 ,193 8 ,200* ,180 8 ,200* ,185 8 ,200* ,219 8 ,200* ,171 8 ,200* ,178 8 ,200* ,234 8 ,200* ,173 8 ,200* ,294 8 ,041 ,209 8 ,200* ,184 8 ,200*
*. This is a low er bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Statistic ,852 ,884 ,929 ,914 ,897 ,956 ,932 ,923 ,939 ,902 ,946 ,944
Shapiro-Wilk df 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Sig. ,101 ,204 ,506 ,384 ,269 ,770 ,532 ,456 ,604 ,300 ,671 ,652
105
Lampiran 7 Analisis Beban Kerja Analisis Normalitas Data Beban Kerja Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) kel1_P0_ist
Statistic ,306
df
Shapiro-Wilk
8
Sig. ,026
Statistic ,829
df 8
Sig. ,058
kel1_P0_ker
,278
8
,068
,829
8
,057
kel1_P0_beda
,259
8
,123
,731
8
,005
kel1_P1_ist
,267
8
,097
,877
8
,176
kel1_P1_ker
,256
8
,130
,867
8
,141
kel1_P1_beda
,314
8
,020
,761
8
,011
kel2_P0_ist
,267
8
,098
,857
8
,113
kel2_P0_ker
,184
8
,200(*)
,931
8
,522
kel2_P0_beda
,180
8
,200(*)
,911
8
,363
kel2_P1_ist
,179
8
,200(*)
,936
8
,567
kel2_P1_ker
,151
8
,200(*)
,970
8
,898
kel2_P1_beda
,179
8
,200(*)
,961
8
,817
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
106
Lampiran 8 Analisis Data Hasil Produksi dan Produktivitas a. Data Produksi dan produktivitas kelompok 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
P0 prod pvitas 16,9 0,15 16,7 0,16 23,3 0,21 23,3 0,23 23,5 0,23 16,9 0,17 23,2 0,23 23,3 0,21 23,4 0,21 23,5 0,22 23,5 0,22 16,9 0,17 16,9 0,17 23,4 0,23 23,3 0,23 17,2 0,17
kelompok 2 P1 prod pvitas 26,7 0,27 25,5 0,28 26,7 0,29 48,0 0,49 48,0 0,55 25,5 0,26 48,0 0,55 48,0 0,49 27,3 0,28 27,3 0,29 27,9 0,30 27,9 0,31 26,7 0,29 25,5 0,29 44,4 0,46 26,1 0,27
Des criptive Statis tics N P0_produksi P0_produktivitas P1_produksi P1_produktivitas Valid N (lis tw ise)
16 16 16 16 16
Minimum 16,70 ,15 25,50 ,26
Max imum 23,50 ,23 48,00 ,55
Mean 20,9500 ,2006 33,0938 ,3544
Std. Deviation 3,22903 ,02977 9,94066 ,10960
107
b. Analisis Normalitas Data produksi dan produktivitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) P0_produksi
Statistic ,382
df
Shapiro-Wilk
16
Sig. ,102
Statistic ,651
df 16
Sig. ,109
P0_produktivitas
,249
16
,309
,822
16
,305
P1_produksi
,387
16
,201
,667
16
,203
P1_produktivitas
,345
16
,101
,734
16
,106
a Lilliefors Significance Correction
c. Analisis Uji t Produksi dan produktivitas T-Test [DataSet2] D:\USUP-1\titip abi\data temen\sutarna\tesis sutarna\bahan data\data produksi dan produktivitas.sav
Paired Sam ples Statis tics
Pair 1 Pair 2
P0_produksi P1_produksi P0_produktivitas P1_produktivitas
Mean 20,9500 33,0937 ,2006 ,3544
N 16 16 16 16
Std. Deviation 3,22903 9,94066 ,02977 ,10960
Paired Sam ples Corre lations N Pair 1 Pair 2
P0_produksi & P1_ produksi P0_produktivitas & P1_produktivitas
Correlation
Sig.
16
,528
,035
16
,622
,010
Std. Error Mean ,80726 2,48516 ,00744 ,02740
108
Lampiran 9 Kegiatan Penelitian
Lampiran 9.1 Penjelasan rencana penelitian di ruang kelas pada mahasiswa.
Lampiran 9. 2 Pengukuran tinggi badan, tinggi mata , tinggi bahu, tinggi siku dan tinggi pinggang dalam keadaan berdiri tegak pada mahasiswa.
Lampiran.9.3 Pengukuran berat badan Lampiran 9. 4 Pemeriksaan kesehatan mahasiswa mahasiswa
Lampiran 9. 5 Penjelasan tatatertib Lampiran 9. 6 Pengisian koesioner rencana penelitian pada mahasiswa Nordic Body Map oleh mahasiswa di ruang Bengkel Teknologi Mekanik sebelum dan setelah perlakuan.
109
Lampiran 9.7 Pengukuran aliran udara Lampiran 9. 8 Pengukuran intensitas diruang Bengkel Teknologi Mekanik cahaya, kebisingan dan getaran mesin oleh Instruktur. oleh Instruktur.
Lampiran 9.9 .Pengukuran kelembaban dan aliran udara di ruangan Bengkel Teknologi Mekanik oleh Instruktur.
110
(a)
(b)
(c)
Keterangan : (a) pelat eser diangkat dari tepat penyimpanan pelat eser (b) pelat eser diangkut tanpa menggunakan alat kedudukan pelat eser menuju mesin potong pelat, (c) dilakukan pemotomgam pelat eser.
111
(a)
(b)
(c)
Keterangan : (a) pelat eser diangkat dari tepat penyimpanan pelat eser (b) pelat eser diangkut dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser menuju mesin potong pelat, (c) dilakukan pemotomgam pelat eser.
Lampiran 9 Kegiatan Penelitian
Lampiran 9.1 Penjelasan rencana penelitian di ruang kelas pada mahasiswa.
Lampiran 9. 2 Pengukuran tinggi badan, tinggi mata , tinggi bahu, tinggi siku dan tinggi pinggang dalam keadaan berdiri tegak pada mahasiswa.
Lampiran.9.3 Pengukuran berat badan Lampiran 9. 4 Pemeriksaan kesehatan mahasiswa mahasiswa
Lampiran 9. 5 Penjelasan tatatertib Lampiran 9. 6 Pengisian koesioner rencana penelitian pada mahasiswa Nordic Body Map oleh mahasiswa di ruang Bengkel Teknologi Mekanik sebelum dan setelah perlakuan.
Lampiran 9.7 Pengukuran aliran udara Lampiran 9. 8 Pengukuran intensitas diruang Bengkel Teknologi Mekanik cahaya, kebisingan dan getaran mesin oleh Instruktur. oleh Instruktur.
Lampiran 9.9 .Pengukuran kelembaban dan aliran udara di ruangan Bengkel Teknologi Mekanik oleh Instruktur.
(a)
(b)
(c)
Keterangan : (a) pelat eser diangkat dari tepat penyimpanan pelat eser (b) pelat eser diangkut tanpa menggunakan alat kedudukan pelat eser menuju mesin potong pelat, (c) dilakukan pemotomgam pelat eser.
(a)
(b)
(c)
Keterangan : (a) pelat eser diangkat dari tepat penyimpanan pelat eser (b) pelat eser diangkut dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser menuju mesin potong pelat, (c) dilakukan pemotongan pelat eser