Studi Potensi Pemanfaatan Air Sungai Lokotua Untuk Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro 60 kW Di Desa Buntusarek, Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. 1)
Anthon Jontah Rayo 1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email:
[email protected] Abstrak : Setiap tahun pertumbuhan penduduk selalu membuat dampak pada kelistrikan. Dampak yang paling nyata ialah pertumbuhan akan kebutuhan energi listrik di daerah tersebut. Dengan semakin bertambahnya penduduk, secara langsung akan menambah jumlah pelanggan listrik di daerah tersebut dan juga menambah perkembangan industri di berbagai sektor. Oleh karena itu pembangunan pembangkit baru juga diperlukan untuk penyediaan energi listrik yang memadai baik dari segi ekonomis, kualitas, maupun kuantitasnya. Namun di daerah Sulawesi Selatan pertambahan penduduk tidak diimbangi dengan pertambahan jumlah pembangkit yang ada. Sehingga mengakibatkan krisis akan energi listrik. Oleh karena itu dengan dibangunnya PLTMH Lokotua 60 kW, diharapkan dapat mengatasi krisis energi listrik yang terjadi saat ini khususnya di Kab. Luwu Kata kunci: Kebutuhan Energi Listrik, PLTMH, Sulawesi Selatan, Kab. Luwu
I. 1.1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Salah satu daerah di indonesia yang masih mengalami kekurangan energi listrik adalah wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Meskipun propinsi ini mengalami kekurangan energi, namun wilayah Sulawesi Selatan memiliki potensi yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energinya sendiri. Potensi yang tersedia diwilayah ini adalah air sungai, dengan memanfaatkan sumber ini maka dapat dibangun PLTMH untuk memenuhi kebutuhan listrik disana. Rencana pembangunan PLTMH di Sulawesi Selatan ini diharapkan dapat mengatasi krisis energi listrik di wilayah tersebut. Dengan mengingat kebijaksanaan pemerintah tentang diversifikasi dan konservasi energi, mendorong kami untuk melakukan studi ketenagalistrikan tentang PLTMH dengan memanfaatkan potensi yang ada yang kaitannya dengan krisis listrik yang terjadi di Propinsi Sulawesi Selatan. I.2
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas akan dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Bagaimana kondisi dan permasalahan kelistrikan serta potensi sumber energi di desa
2. 3. 4.
5.
Buntusarek, kecamatan Belopa, kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan? Seberapa besar potensi air sungai Lokotua dan daya terbangkit PLTMH Lokotua? Bagaimana spesifikasi teknis peralatan sipil dan elektrik-mekanik PLTMH Lokotua? Bagaimana studi kelayakan pembangunan PLTMH Lokotuaditinjau dari aspek ekonomifinansial dan dampak lingkungan? Bagaimana analisa aspek social dari sudut pandang indeks pembangunan manusia (IPM) di Sul-Sel dan KabupatenLuwu?
I.3 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini antara lain: 1. Mengetahui potensi daya terbangkit PLTMH yang memanfaatkan energy potensial air sungai Lokotua dalam memenuhi kebutuhan listrik di desatersebut, 2. Mengetahui desain komponen bangunan sipil dan komponen elektro-mekanik PLTMH yang sesuai dengan potensi debit air dan tinggi jatuh sungai lokotua. 3. Menentukan kelayakan investasi pembangunan PLTMH sungai Lokotua. 4. Mengetahui dampak pembangunan PLTMH terhadap perekonomian masyarakat desa Buntusarek
II. TEORI PENUNJANG 2.1 Pemanfaatan Energi Terbarukan Untuk Pembangkit Tenaga Listrik 2.1.1
Pembangkit Energi Litrik Pembangkit tenaga listrik dibedakan menjadi beberapa jenis.Penggolongan ini berdasarkan beberapa kriteria. Jenis jenis pembangkit tenaga listrik adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan energi yang dipakai a) Energi terbarukan
Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral.Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi.Metodologi yang digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan antara kecenderungan, ekonometri dan analitis. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor yaitu : b) Energi Tak Terbarukan
2.1.2
Biaya Pembangkitan Energi Listrik Biaya total dari pembangkitan tenaga listrik dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : 1) Harga dasar Terdiri dari beberapa biaya berikut:
2) Harga Energi 3) Tuntutan Konsumen 4) Keuntungan Investasi
2.2 Model Peramalan Dengan DKL 3.01
1. Sektor Rumah Tangga 2. Sektor Bisnis 3. Sektor Publik 4. Sektor Industri Salah satu model peramalan beban adalah Model DKL 3.01 yang merupakan model peramalan yang dikembangkan oleh PLN, digunakan untuk menyusun perkiraan dengan model sektoral yaitu metode gabungan antara kecenderungan ekonometris dan analitis. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi lima sektor yaitu sektor rumah tangga, sektor bisnis, sektor publik, dan sektor industri. 2.3 Aspek Ekonomi Pembangkit Tiap pembangkit listrik mempunyai harga energi listrik yang berbeda-beda yang besarnya bervariasi tergantung pada biaya pembangunan, perawatan dan biaya operasi dari pembangkit listrik tersebut. Secara umum harga energi yang dihasilkan suatu pembangkit listrik dihitung dengan parameter-parameter yang diperlukan, yaitu : 1. Biaya pembangkitan per kW 2. Biaya pengoperasian per kWh 3. Biaya perawatan per kWh 4. Suku bunga 5. Depresiasi 6. Umur operasi 7. Daya yang dibangkitkan Dengan parameter-parameter seperti yang tesebut di atas, maka dapat dihitung harga energi listrik tiap kWh yang dibangkitkan oleh suatu pembangkit tenaga listrik.Tinjauan opsi energi dari aspek ekonomi pada pembahasan ini didasarkan atas biaya modal pembangkitan yang dikeluarkan dalam pemanfaatan energi alternatif menjadi energi listrik, yaitu biaya pembangkitan dan harga energi. Metode perhitungan yang digunakan adalah metoda perhitungan biaya pembangkitan tahunan, terdiri dari tiga komponen biaya, yaitu: 1. Biaya investasi modal (capital cost) 2. Biaya bahan bakar (fuel cost) 3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost) 2.4 Analisa Investasi Sebelum suatu proyek
dilaksanakan
perlu
dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek investasi, yaitu: a.
Net Present Value (NPV) Jika nilai NVP positif, maka investasi layak dilaksanakan dan jika nilai NVP bernilai negativ investasi tidak layak dilaksanakan.
Pesat (penstock), Rumah Pembangkit (Power House), dan Saluran Buang (Trail Race) - Design Peralatan Mekanikal Elektrikal Fasilitas dan peralatan mekanikal-elektrikal pada struktur dasar pembangkit listrik PLTMH terdiri dari turbin, Transmisi mekanik, Generator, Panel Kontrol, dan Sistem Pengaman. c.
b.
Internal Rate of Return (IRR) Proyek layak diterima apabila IRR lebih besar dari suku bunga di bank dan tidak layak dilaksanakan apabila nilai IRR lebih kecil atau sama dengan suku bunga. c. Benefit Cost Ratio Benefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut. Bennefit (tahun t) BCR Investasi d. Payback Periode Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang dinvestasikan dapat kembali dengan utuh. investment Cost PP anual CIF 2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro a. Teori Dasar Prinsip Kerja PLTMH : PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah air yang jatuh ( debit ) perdetik yang ada pada saluran air/air terjun. Energi ini selanjutnya menggerakkan turbin, kemudian turbin kita hubungkan dengan generator untuk menghasilkan listrik. Hubungan antara turbin dengan generator dapat menggunakan jenis sambungan sabuk (belt ) ataupun sistem gear box. Jenis sabuk yang biasa digunakan untuk PLTMH skala besar adalah jenis flat belt sedangkan V-belt digunakan untuk skala di bawah 20 kW. Selanjutnya listrik yang dihasilkan oleh generator ini dialirkan ke rumah-rumah dengan memasang pengaman ( sekring ). Yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah PLTMH adalah menyesuaikan antara debit air yang tersedia dengan besarnya generator yang digunakan. Jangan sampai generator yang dipakai terlalu besar atau terlalu kecil dari debit air yang ada. b. Unit Pembangkit Listrik Tenaga Microhydro - Bangunan Sipil Secara umum komponen utama bangunan sipil pada design PLTMH terdiri dari Bangunan Bendungan (Weir), Saluran Penyadap (Intake), Saluran Pembawa (Headrace), Bak Penenang (forebay), dapat pula berfungsi sebagai bak pengendap (disilting tank), Pipa
Persyaratan Teknis Pembangkit Listrik Tenaga Microhydro Persyaratan Teknis : - Bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam dan kedap air; bahan bangunan yang dapat dipilih untuk bangunan dasar, penutup dan pipa penyalur air adalah batu kali, bata merah,, batako, beton biasa, beton bertulang, asbes semen, pipa baja, keramik, dan plat besi. - Bentuk dasar empat persegi panjang (2 : 1 s/d 3 : 1) atau sesuai dengan bentuk bangunan yang direncanakan (gambar setiap bangunan terlampir) dan sesuai dengan lahan yang tersedia. Pipa penyalur air dari baja yang berada diluar bangunan harus kedap air, belokan lebih besar 45% dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90% sebaiknya dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak control. - Dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar, pipa udara (vent), Lubang pemeriksa (manhole) untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya.
III.
SISTEM KETENAGALISTRIKAN DI SULAWESI SELATAN
3.1 Kondisi Geografis Sulawesi Selatan
Pada Tahun 2009 diperkirakan Rp 12,58 juta Pada Tahun 2010 akan mencapai Rp 13,96 juta 3.3 Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan Sistem kelistrikan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) saat ini dipasok dari pembangkit-pembangkit yang terhubung ke sistem interkoneksi 150 KV dan 70 kV Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar). Jumlah gardu induk eksisting 28 unit dengan kapasitas total sudah termasuk IBT mencapai 1.278 MVA. Kapasitas pembangkit yang ada memiliki daya mampu 542 MW sedangkan beban puncak yang harus dilayani sebesar 565 MW (sistem Sulselbar).
Gambar 3.1 Peta Propinsi Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di jazirah selatan Pulau Sulawesi, tepatnya di 116°48’ Bujur Timur sampai dengan 122°36’ Bujur Timur dan 1° 52 menit dan 33 detik Lintang Selatan sampai dengan 8° Lintang Selatan dengan luas 4.611.845 ha (42% dari luas seluruh Pulau Sulawesi). Provinsi yang beribukota Makassar ini dibentuk berdasarkan UU No. 13 Tahun 1964 dengan suku asli yang menempati Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Keadaan geografis Provinsi Sulawesi Selatan cukup beragam karena daerah ini memiliki beberapa sungai, danau dan pegunungan. Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 65 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar berada di Kabupaten Luwu, yakni sebanyak 25 aliran sungai. Sungai Saddang sebagai sungai terpanjang memiliki aliran sungai yang mengalir melintasi Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Pinrang .Panjang sungai tersebut masing-masing 150 km. 3.2 Sosial Kependudukan Jumlah penduduk di Sulawesi Selatan yang tegolong masyarakat miskin masih tinggi, namun dari tahun ketahun menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana : Pada Tahun 2008 mencapai 1.031.700 jiwa Pada Tahun 2009 diperkirakan 963.570 jiwa Pada Tahun 2010 mencapai 883.948 jiwa Pendapatan perkapita masyarakat mencapai : Pada Tahun 2008 sebesar Rp 10,91 juta
3.4 Kabupaten Luwu Kabupaten Luwu berjarak sekitar kurang lebih 400 km dari kota Makassar dan terletak di sebelah utara dan timur Propinsi Sulawesi Selatan. Daerah Kabupaten Luwu terbagi dua wilayah sebagai akibat dari pemekaran Kota Palopo; yaitu wilayah Kabupaten Luwu bagian selatan yang terletak sebelah selatan Kota Palopo dan wilayah yang terletak di sebelah utara Kota Palopo. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Luwu adalah : - Sebelah Utara : berbatasan dengan kota palopo dan Kabupaten Luwu Utara. - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Sidenreng Rappang. - Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang. - Sebelah Timur : berbatasan dengan Teluk Bone Jumlah penduduk kabupaten Luwu thn 2008 adalah sebesar 324.229 jiwa terdiri dari 158.970 jiwa laki-laki dan 165.259 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk dari thn 2007-2008 mengalami peningkatan sebesar 1,26 %. Jumlah rumah tangga akhir thaun 2008 tercatat 67.785 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk 100 penduduk usia kerja,tingkat TPAK kabupaten Luwu pada tahun 2008 sebesar 62,35 %. Sedangkan jumlah penduduk kabupaten Luwu pada tahun 2009 adalah sebesar 328.180 jiwa terdiri dari 162.101 jiwa laki-laki dan 166.079 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan dari thn 2008-2009 mengalami penigkatan 1,22 %. Jumlah rumah tangga akhir thn 2009 tercatat sebanyak 75.239 rumah tangga dengan tingkat TPAK sebesar 53,66 % 3.5 Tinjauan Umum Letak dan Lokasi Pembangunan PLTMH Lokotua 60 kW a) Desa Buntusarek Desa Buntusarek yang terletak di Kecamatan Belopa mempunyai tingkat kepadatan penduduk sedang dan terletak pada aliran Sungai Lokotua/Lambanan dengan elevasi ± 925 – 1020 dpl, Aksebilitas menuju Desa Buntusarek yaitu dari ibukota kecamatan berjarak ± 12 km dapat ditempuh
perjalanan sekitar ± 1 jam perjalanan. b) Aksebilitas Makassar – Desa Buntusarek Sebagai mana kita ketahui setelah dilakukan survey lapangan bahwa perjalanan antara Makassar – Kab.Luwu berjarak ± 250 km, kondisi jalan baik (beraspal hotmix) dan merupakan jalan propinsi, perjalanan dapat ditempuh selama ± 6 jam.Jarak Kecamatan Belopa ke desa Buntusarek berjarak ± 12 km kondisi jalan berbatu/pengerasan dan merupakan jalan Desa, dapat ditempuh selama ± 1 jam.Lokasi PLTMH berada di Desa Buntusarek. Untuk menuju lokasi PLTMH harus melalui jalan setapang sepanjang ± 300 m, dapat ditempuh dalam waktu 15 menit perjalanan kaki.
4.2 Peramalan Kebutuhan Listrik Tabel 4.1 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan (kWh) Kab. Luwu Berdasarkan Metode DKL 3.0
IV. ANALISIS PEMBANGUNAN PLTMH LOKOTUA 60 KW DI DESA BUNTUSAREK, KABUPATEN LUWU 4.1 Analisis Indikator Ekonomi dan Sosial A. KONDISI EKONOMI : Ekonomi Sulawesi Selatan bertumbuh 7,78 persen pada tahun 2008 dan tumbuh sebesar 6,20 persen tahun 2009 atau 7,34 persen (tanpanikel); Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I tahun 2010 mencapai 7,77 persen dan diperkirakan padaTriwulan II mencapai 8,02 persen; PDRB tahun 2009 (ADHK) sebesar Rp 47,31 Triliun dan 99,90 Triliun (ADHB); Pendapatan PerkapitaRp 12,63 Jutapadatahun 2009. B. KONDISI SOSIAL: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Selatan tahun 2008 mencapai 70,22; Angka Harapan Hidup 69,60 tahun 2008; Penduduk miskin 12,31 persen tahun 2009 yang berjumlah 963,6 ribu; Tingkat Pengangguran 8,90 persen pada tahun 2009 yang berjumlah 296.559 orang.
4.3 Analisa Teknis dan Ekonomi Pembangunan PLTMH Lokotua 60 KW Kabupaten Luwu A. Pengukuran/Perhitungan Debit Pengukuran debit sungai Lokotua dilakukan pada tanggal 1 Februari 2011 dalam kondisi cuaca cerah. Lebar sungai Dompyong pada daerah pengukuran adalah 6m yang dibagi dalam 6 segmen dengan jarak antar penampang 1m. Hasil pengukuran penampang melintang adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Pengukuran Luas Penampang Sungai Titik Kedalaman Luas Penampang m m2 1 0.22 0.22 2 0.27 0.27 3 0.29 0.29 4 0.36 0.36 5 0.26 0.26 6 0.23 0.23 Luas Penampang Total 1.63
Tabel 4.2 Hasil pengukuran kecepatan aliran sungai Lokotua dengan panjang lintasan 1m
= 60 kW (η turbin = bila digunakan turbin jenis crossflow T.14) 4.4 Unit Pembangkit Listrik Tenaga Microhydro 4.4.1 Bangunan Sipil A. Bendung yang direncanakan berupa bendungan bronjong sepanjang 18 meter dengan ketinggian 1.5 meter dengan lebar 3 meter dan diapsang pada kedalaman 0.25-0.3 m dari dasar sungai. B. Intake dengan ukuran 1 x 0,8 m; saluran pembawa(headrace) dengan ukuran 135 x 1 x 0.8 m; forebay dengan ukuran 4 x 3 x 1.8 m; spillway berukuran 1 x 0.8 x 10 m; sandtrap berukuran 3 x 3 x 1.5 m; rumah pembangkit 4.4.2 Mekanikal dan Elektrikal Tabel 4.4 Spesifikasi Mekanikal dan Elektrikal Tabel 4.3 Debit air penampang
Sungai Lokotua merupakan sungai dangkal dengan aliran turbulance sehingga faktor koreksi debit air sebesar 0.45 sehingga diperoleh debit air sungai Lokotua sebesar::
=
= 0.45 0.85 = 0.383
/
B. Perhitungan Potensi Hidrolik Parameter utama dalam menentukan potensi hidrolik (Ph) adalah besar debit sungai (Q) dan beda tinggi (h). Dengan asumsi densitas air adalah 1000 kg/m3 dan grafitasi bumi adalah 9.8 maka secara sederhana besar potensi hidrolik dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Ph = 9.8 x Q x h Dimana : Ph = Potensi Hidrolik (kW) Q = Debit (m3/detik) H = Beda tinggi / head (meter) Dengan asumsi bahwa energy yang ada pada air dapat diubah menjadi tenaga (efisiensi 100%) dan memasukkan parameter debit 383 liter/detik dan beda tinggi/head sebesar 24 meter ke dalam persamaan diatas maka diperoleh Potensi hidrolik PLTMH Lokotua sebesar : Ph = 9.8 x 0.383 x 24 = 90 kW C. Kapasitas Pembangkit Pg = η turbin x η transmisi x η generatos x Ph = 0.75 x 0.99 x 0.90 x 90
4.4.3
Jaringan Transmisi dan Distribusi
Tabel 4.5 Spesifikasi Jaringan Transmisi dan
4.5.3
Aspek Kelayakan Investasi Jumlah pendapatan pertahun/ cash in flow (CIF) dapat dihitung dari KWhoutput dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan biaya pembangkitan (BP) atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP). Peraturan Menteri ESDM No. 269-12 Tahun 2008tentang harga patokan penjualan listrik Pembangkit listrik tak terbarukan yang berlaku di seluruh daerah di Indonesia, maka biaya pokok penyediaan listrik tegangan tinggi untuk wilayah Sulawesi selatan sebesar Rp 670 /kWh. Untuk suku bunga i = 6 % KP = BPP – BP = Rp 670 – Rp.316 = Rp. 354/KWh CIF = KP x KWhoutput = Rp. 354/KWh x 446.760 = Rp. 0,158 milyar/tahun = US$ 15.800/tahun Untuk suku bunga i = 9 % KP = BPP – BP = Rp.670 – Rp.102 = Rp. 568/KWh CIF = KP x KWhoutput = Rp. 568/KWh x 446.760 = Rp. 0,253 milyar/tahun = US$ 25.375,96/tahun
Distribusi
4.5 Aspek Ekonomi 4.5.1 Perhitungan Biaya Modal Biaya Pembangunan =
=
= 33,3 jt Rp/kW = 3.333,3 USD/kW
Dengan daya terpasang 60 kW dan faktor kapasitas 85 % maka Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik (kWh/tahun) = Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 8760 = 60 kW x 0,85 x 8760 = 446.760 kWh/tahun
4.5.4 Benefit-Cost Ratio Untuk suku bunga i = 6 % Pada tahun pertama (t=1):
=
Perhitungan Biaya Pembangkitan Total Berdasarkan beberapa biaya diatas, maka persamaan biaya pembangkitan total dalam pembangkitan tahunan dapat dinyatakan sebagai berikut: TC = CC + OM &
=
0,00000085
/
=
, ,
(
ℎ
Untuk suku bunga i = 6 % maka: TC = 0.35cent / KWh + 0.000085 cent / KWh =0.351 cent / KWh = 0.0351 US$/KWh = 316 Rp/KWh Untuk suku bunga i = 9 % maka : TC = 0.44cent / KWh + 0.000085 cent / KWh = 0.441cent / KWh = 0.0441 US$/KWh = 441 Rp/KWh
)
=
$) ( $)
15,8 200
BCR = 0,08 % Pada tahun kedua (t=2):
4.5.2
OM
(
=
= =
(
$) ( $)
(
$) ( $)
31,6 200
BCR = 0,15 % Untuk suku bunga i = 9 % Pada tahun pertama (t=1): = =
25,38 200
BCR = 0,12 % Pada tahun kedua (t=2): ( = = BCR = 0,25 %
50,76 200
$) ( $)
4.6 Operasional dan Pemeliharaan PLTMH Lokotua Pemeliharaan pembangkit listrik bertujuan mempertahankan fungsi dan efisiensi system agar stabil sehingga menambah usia teknis. Pemeriksaan pemeliharaan bersamaan dengan pemeriksaan kualitas yaitu 1 (satu) bulan sekali. 4.7 Analisa Dampak Lingkungan A. Tahap Pra Konstruksi Pada tahap ini dilakukan beberapa survei mengenai potensi air Saat tahap prakonstruksi, dampak yang akan terjadi terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan budaya. Dampak tersebut terjadi karena kegiatan survai lapangan, pengadaan dan pembebasan lahan untuk beberapa bangunan sumber daya air serta daerah penyangganya.
2.
Pembangunan PLTMH Lokotua memanfaatkan aliran sungai Lokotua yang mempunyai debit ratarata 0.383 m3/s dengan ketinggian head net 24m, mampu menghasilkan daya terbangkit sebesar 60kW. Kapasitas tenaga listrik yang dibangkitkan sebesar 60 kW akan dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik di pada wilayah di Desa Buntusarek direncanakan akan melayani 125 sambungan, Desa Lambanan 105 sambungan dan Desa Pajang 128 sambungan, serta untuk sarana social sebanyak 7 sambungan rumah
3.
Dari hasil analisis teknis pada pembangunan PLTMH Lokotua diperoleh kesimpulan yaitu: komponen sipil terdiri dari bendungan dengan ukuran 18 x 3 x 1,5 m; intake dengan ukuran 1 x 0,8 m; saluran pembawa(headrace) dengan ukuran 135 x 1 x 0.8 m; forebay dengan ukuran 4 x 3 x 1.8 m; spillway berukuran 1 x 0.8 x 10 m; sandtrap berukuran 3 x 3 x 1.5 m; rumah pembangkit, dan pipa pesat yang direncanakan sepanjang 70 m. komponen elektrikal-mekanikal yang digunakan yaitu generator sinkron 3 fasa, turbin tipeCrossflow T.14, sistem kontrol tipe ELC (Elektronic Load Controller), dan Ballast load tipe Air Heater. Adapun jaringan distribusi 0,6 kV dengan spesifikasi : - Tiang : 7 atau 9 m - Kabel distribusi : twisted cable,NFA 2X, 0.6/1kV, 3x35+1x25 mm2 - Panjang 6 km - Kabel sambungan rumah : twisted cable,NFA 2X, 0.6/1kV, 2x10 mm2
4.
Studi kelayakan PLTMH Lokotua Pembangunan PLTMH Lokotua membutuhkan biaya investast sebesar Rp. 2 Milyar diperoleh BPP sebesar Rp. 316 untuk suku bunga 6% dan Rp. 441 untuk suku bunga 9%. Dari hasil studi kelayakan dengan metode NPV dan ROR menunjukkan bahwa program ini layak dikembangkan dengan suku bunga pinjaman 6% dan 9% Dengan adanya PLTMH tersebut masyarakat diharapkanmenjaga kebersihan sungai dan kelestarian hutan. Selain itu PLTMH yang dibangun tidak menyebabkan pencemaran di lingkungan sekitar karena hanya menggunakan tenaga air sebentar dan dikembalikan pada pengguna selanjutnya.
5.
Indonesia berada pada urutan ke-107 dari 177 negara. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sebesar 72.80%. Propinsi Sulawesi Selatan berada pada posisi ke-23 tingkat IPM dari 33 propinsi yang ada di Indonesia. Nilai IPMnya sebesar 68.8% dan reduksi Shorfallnya sebesar
B. Tahap Konstruksi Saat tahap konstruksi, dampak akan terjadi karena kegiatan-kegiatan konstruksi PLTMH Lokotua yaitu mobilisasi peralatan berat dan material, rekrutmen tenaga kerja, pengadaan material dan pekerjaan sipil lainnya. Dampak terhadap komponen Iingkungan yang diperkirakan akan terjadi pada tahap konstruksi, yaitu terganggunya estetika, kenyamanan lingkungan dan terbukanya kesempatan kerja. C. Tahap Operasi Kegiatan pendayagunaan sumber air di desa Lokotuaakan meningkatkan intensitas kegiatan masyarakat di sekitarnya. Mengacu pada semua potensi yang dimiliki, terutama dan aspek sumber daya lahan dan ketersediaan sarana, maka daerah studi dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan. D. Tahap Pasca Operasi Tahap pasca operasi mengakibatkan adanya pemutusan hubungan kerja dari para pekerja dan pengelola PLTMH.Komponen bangunan sipil yang sudah tidak dipergunakan lagi dapat rusak dan mengganggu pemandangan.Pemanfaatan PLTMH sebagai pembangkit tenaga listrik yang ramah lingkungan dan murah diharapkan bisa berkelanjutan.Pengoperasian dan pemeliharaan komponen sipil dan komponen elektromekanik yang baik dapat memperpanjang umur pembangkit.
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Rasio elektrifikasi kabupaten Luwu sebesar 65.85% dengan kepadatan penduduk 35 jiwa/km2, masih berada di bawah rasio elektrifikasi Sulawesi Selatan sebesar 69,4% dengan kepadatan penduduk 175 jiwa/km2 sehingga dapat diartikan bahwa hanya sedikit penduduk Kabupaten Luwu yang telah teraliri listrik.
2.35. Nilai IPM Sulawesi Selatan masih di bawah dari nilai IPM Indonesia. Kabupaten Luwu berada di posisi nilai IPM 71,8%. 5.2 Saran 1.Perlunya segera dilakukan upaya-upaya efisiensi dalam penyediaan tenaga listrik di Kabupaten Luwuseperti pembangkit terbarukan agar dapat menekan biaya pokok penyediaan tenaga listrik dan mencapai tingkat keuangan yang diinginkan. 2.Strategi pembangunan ketenagalistrikan di Kabupaten Luwu haruslah mengutamakan pembangkit yang memanfaatkan energi dengan efisien, ekonomis, serta ramah lingkungan. Sehingga membawa suasana kondusif bagi pengusahaan ketenagalistrikan daerah. Serta sedapat mungkin memberi peluang lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA 1. 2.
3. 4.
5. 6. 7.
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14.
Cara Kerja dan Prasyarat Fisik http://www.hanjuang.co.id/index.html Pelaksanaan Program Prioritas Energi sebagai Tindak Lanjut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 di Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2010, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik. Anya P.Damastuti : ”Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro” ,Artikel Maret- April 1997 Peta Potensi Energi Nasional Propinsi Sulawesi Selatan, Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Sulawesi Selatan. Syariffuddin Mahmudsyah : ”Hydro Power Plant”. Mahmudsyah Syarifuddin, Ir. M.Eng., “Kenaikan Harga BBM dan Problematikanya, Serta Diversivikasi Energi Menghadapi Era Pengurangan Subsidi BBM”, Seminar, ITSSurabaya, 24 April 2002. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Sulawesi Selatan, ”Pra Studi Kelayakan PLTMH Sungai Lokotua,Desa Buntusarek,Kec.Belopa,Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan.” Syariffuddin Mahmudsyah, Listrik Dan IPM Indonesia 2009. Statistik Sultanbatara 2007, PT PLN (Persero) Statistik Sultanbatara 2009, PT PLN (Persero) Katalog BPS, Kabupaten Luwu Dalam Angka 2006 Katalog BPS, Kabupaten Luwu Dalam Angka 2008 Katalog BPS, Kabupaten Luwu Dalam Angka 2009
15. Katalog BPS, Kabupaten Luwu Dalam Angka 2010 16. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum : “Potensi dan Prasarana Sumber Daya Air” 17. BPS Sulawesi Selatan : “Hasil Sensus Penduduk 2010 Propinsi Sulawesi Selatan”. 18. Syariffuddin Mahmudsyah : ”Kaidah Operasi, Manajemen, dan Keandalan Sistem tenaga Listrik.” 19. Syariffuddin Mahmudsyah : ”PLTA(Pembangkit Listrik Tenaga Air), Hydro Power Plant.” 20. Puguh Adi Satriyo, ST, Puslitbang Iptekhan Balitbang Dephan : ”PEMANFAATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO UNTUK DAERAH TERPENCIL” 21. …………. “Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro”, (http://danardonianto.multiply.com/journal) 22. ………….“Keadaan Geografis Sul-Sel”, (http://www.batukar.info/wiki/geografissulawesi-selatan) 23. …………. “Kepadatan Penduduk Sul-Sel per km2”, (http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/05/ 28/jumlah-penduduk-sulsel-per-km2-tahun2008/)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 21 Juni 1988 di kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan, dari pasangan suami-istri Tjaja Jontah dan Lee Vonny. Penulis yang bernama lengkap Anthon Jontah Rayo ini kemudian mengenyam pendidikan dari bangku TK hingga SMP di Sekolah Swasta Nusantara, kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 2 Makassar. Akhirnya setelah lulus SMA, penulis diterima di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan jurusan Teknik Elektro pada tahun 2006. Penulis akhirnya mengambil konsentrasi pada bidang studi Sistem Tenaga. Sejak tahun 2009 penulis aktif selain pada kegiatan akademik di kampus juga sebagai Fasilitator (Ketua Pembimbing) dari Pelatihan Kepemimpinan dan Karakter PEMASA Gereja Mawar Sharon, membimbing dan melatih sebuah grup kecil beranggotakan 10 orang yang terdiri dari mahasiswa berbagai Universitas di Surabaya,bertujuan untuk mempersiapkan para mahasiswa secara mental dan karakter sebagai modal masa depan setelah lulus masa perkuliahan.