Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
ANGKAT TANGAN DALAM BERDOA Pertanyaan Dari: Saudara Abd Syakur, Metro, Lampung Tengah.
Pertanyaan : Beberapa waktu lalu kami sempat berdialog dengan teman-teman di suatu masjid, mengenai mengangkat tangan ketika berdo’a. Sebagian teman berpendapat disunnahkan mengangkat tangan, sedang teman lainnya berpendapat tidak disunnahkan. Semuanya menyodorkan hadits, baik yang berpendapat sunnah mengangkat tangan, maupun yang berpendapat tidak sunnah mengangkat tangan. Yang berpendapat tidak sunnah mengangkat tangan karena ada hadits yang mengatakan: illa fil istisqa’ (kecuali ketika istisqa’ saja). Karena ada istitsna’ (perkecualian) itulah sebagian teman kami berpendapat tidak disunnahkan mengangkat tangan ketika berdo’a. Maka dengan ini kami mohon kepada dewan fatwa untuk menjelaskan, apa yang dimaksudkan dengan istitsna’ (perkecualian) tersebut? Karena yang berpendapat tidak sunnah mengangkat tangan, mengatakan bahwa haditsnya hanya dua di al-Bukhari, menganggap lemah. Maka kami mohon dikutipkan beberapa hadits, kalau perlu sebanyak mungkin yang bapak temukan, agar lebih jelas, lengkap dengan sanadnya. Jawaban : Untuk memenuhi permintaan Saudara memang memerlukan waktu banyak sebab harus membaca beberapa kitab hadits, terutama syarahnya. Sebab untuk memahami hadits tidak cukup hanya dari segi sanadnya saja, atau hanya dari segi nahwunya, atau hanya dari segi matannya saja, melainkan harus melihat juga dari berbagai segi, termasuk segi balaghahnya. Baiklah untuk menyingkat jawaban, kami kutip lebih dahulu hadits-hadits yang dapat kami temukan menurut kemampuan kami, dan insya Allah kami jelaskan secara singkat: I
Hadits-hadits yang mengungkapkan bahwa Nabi saw mengangkat tangan ketika berdo’a, antara lain ialah:
ﻱ ﻫ ِﺮ ﺰ ﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﺲ ﻧﻮﺎ ﻳﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻰﺤﻴ ﻳ ﻦ ﺑ ﺤﺔﹸ ﺎ ﹶﻃ ﹾﻠﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺒ ﹶﺔﻴﺷ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺑ ﺎ ﹸﻥﻋﹾﺜﻤ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ -١ ﺒ ِﻊﺴ ﺎ ِﺑﻧﻴﺪ ﺮ ﹶﺓ ﺍﻟ ﻤ ﺠ ﺮﻣِﻲ ﺍﹾﻟ ﻳ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺎ ﹶﺃﻧﻬﻤ ﻨﻋ ﷲ ُ ﺭﺿِﻲ ﺍ ﺮ ﻤ ﺑ ِﻦ ﻋﻋ ِﻦ ﺍ ﺎِﻟ ٍﻢﻦ ﺳ ﻋ ﺒﹶﻠ ِﺔﺘ ﹾﻘِﺒ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ِﻘﺴ ﻡ ﻣ ﻴﻘﹸﻮﺴ ِﻬ ﹶﻞ ﹶﻓ ﻰ ﻳﺣﺘ ﻡ ﺪ ﺘ ﹶﻘﻳ ﺎ ٍﺓ ﹸﺛﻢﺣﺼ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃﹶﺛ ِﺮ ﹸﻛﻞﱢ ﺮ ﻳ ﹶﻜﺒ ﺕ ٍ ﺎﺼﻴ ﺣ ﻳ ﹰﻡ ﹶﻃ ِﻮ ﻴﻘﹸﻮﹶﻓ ﺘ ِﻬﻞﹸﺴ ﻴﺎ ِﻝ ﹶﻓﺸﻤ ﺕ ﺍﻟ ﺬﹸ ﺫﹶﺍﻳ ﹾﺄﺧ ﺳﻄﹶﻰ ﹸﺛﻢ ﻮ ﺮﻣِﻲ ﺍﹾﻟ ﻳ ﻳ ِﻪ ﹸﺛﻢﺪ ﻳ ﺮﹶﻓﻊ ﻳ ﻭ ﻮﺪﻋ ﻳﻭ ﻼ ﻡ ﹶﻃﻮِﻳ ﹰ ﻴﻘﹸﻮﺒﹶﻠ ِﺔ ﹶﻓﺘ ﹾﻘِﺒ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ِﻘﺴ ﻡ ﻣ ﻳﻘﹸﻮﻭ ﺮﻣِﻲ ﻳ ﻼ ﹸﺛﻢ ﻡ ﹶﻃﻮِﻳ ﹰ ﻳﻘﹸﻮﻭ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﺮﹶﻓﻊ ﻳ ﻭ ﻮﺪﻋ ﻳﻭ ﻼ ______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
ﻫ ﹶﻜﺬﹶﺍ ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﹶﻓﺼ ِﺮﻑ ﻨﻳ ﺎ ﹸﺛﻢﺪﻫ ﻨ ِﻋﻳ ِﻘﻒ ﻭ ﹶﻻ ﺍﺩِﻱﺑ ﹾﻄ ِﻦ ﺍﹾﻟﻮ ﻦ ﺒ ِﺔ ِﻣﻌ ﹶﻘ ﺕ ﺍﹾﻟ ِ ﺮ ﹶﺓ ﺫﹶﺍ ﻤ ﺟ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒ ﺍﻟﻳﺖﺭﹶﺃ (١٩٨: ﺹ،١: ﺝ، ﻛﺘﺎﺏ ﺍﳊﺞ، )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻌﻠﹸﻪ ﻳ ﹾﻔ ﻢ ﺳﻠﱠ 1. “Diceritakan kepada kami oleh ‘Utsman bin Syaibah, diceritakan kepada kami oleh Thalhah bin Yahya, diceritakan kepada kami oleh Yunus, dari az-Zuhriy, dari Salim, dari Ibni ‘Umar ra, bahwa dia (Ibni ‘Umar) melempar jamrah yang dekat (pertama) dengan tujuh kerikil sambil bertakbir pada akhir setiap lemparan kerikil, lalu maju hingga pada tempat yang rata dan berdiri menghadap qiblat dengan berdiri lama dan berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya. Lalu melempar jamrah wustha (kedua), lalu mengambil arah sebelah kiri dan menginjak tanah yang datar dan berdiri menghadap qiblat dengan lama berdiri, dan berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya dan berdiri lama, lalu melempar jamrah ‘aqabah (ketiga) dari arah lembah dan tidak berhenti di situ, kemudian meninggalkan tempat itu dan berkata: ‘Demikianlah saya melihat Nabi saw mengerjakannya’.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy, Kitab al-Hajj, bab mengangkat kedua tangan, I:198).
ﺪ ﻳﺰِﻳ ﻦ ﺑ ﺲ ﻮﻧﻦ ﻳ ﻋ ﺎ ﹶﻥﻴﻤﺳﹶﻠ ﻦ ﻋ ﺪﹶﺛﻨِﻲ ﹶﺃﺧِﻲ ﺣ ﷲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِ ﺒ ِﺪ ﺍﻋ ﻦ ﺑ ﺎﻋِﻴﻞﹸﺳﻤ ﺎ ِﺇﺪﹶﺛﻨ ﺣ -٢ ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥﻬﻤ ﻨﻋ ﷲ ُ ﺭﺿِﻲ ﺍ ﺮ ﻤ ﻦ ﻋ ﺑ ﷲ ِ ﺪ ﺍ ﺒﻋ ﷲ ﹶﺃﻥﱠ ِ ﺒ ِﺪ ﺍﻋ ﺑ ِﻦ ﺎِﻟ ِﻢﻦ ﺳ ﻋ ﺏ ٍ ﺎﺑ ِﻦ ِﺷﻬﻋ ِﻦ ﺍ ﺴ ِﻬﻞﹸ ﹶﻓﻴﺪﻡ ﺘ ﹶﻘﻳ ﺎ ٍﺓ ﹸﺛﻢﺣﺼ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃﹶﺛ ِﺮ ﹸﻛﻞﱢ ﺮ ﻳ ﹶﻜﺒ ﺕ ﹸﺛﻢ ٍ ﺎﺼﻴ ﺣ ﺒ ِﻊﺴ ﺎ ِﺑﻧﻴﺪ ﺮ ﹶﺓ ﺍﻟ ﻤ ﺠ ﺮﻣِﻲ ﺍﹾﻟ ﻳ ﺎ ﹶﻃﻮِﻳ ﹰﺎﻣﺒﹶﻠ ِﺔ ِﻗﻴﺘ ﹾﻘِﺒ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ِﻘﺴ ﺳﻄﹶﻰ ﻮ ﺮ ﹶﺓ ﺍﹾﻟ ﻤ ﺠ ﺮﻣِﻲ ﺍﹾﻟ ﻳ ﻳ ِﻪ ﹸﺛﻢﺪ ﻳ ﺮﹶﻓﻊ ﻳ ﻭ ﻮﺪﻋ ﻴﻼ ﹶﻓ ﻡ ﻣ ﻴﻘﹸﻮﹶﻓ ﻭ ﻮﺪﻋ ﻴﻼ ﹶﻓ ﺎ ﹶﻃﻮِﻳ ﹰﺎﻣﺒﹶﻠ ِﺔ ِﻗﻴﺘ ﹾﻘِﺒ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ِﻘﺴ ﻡ ﻣ ﻳﻘﹸﻮﻭ ﺴ ِﻬﻞﹸ ﺎ ِﻝ ﹶﻓﻴﺸﻤ ﺕ ﺍﻟ ﺬﹸ ﺫﹶﺍﻴ ﹾﺄﺧﻚ ﹶﻓ ﹶﻛ ﹶﺬِﻟ ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝﻭ ﺎﺪﻫ ﻨ ِﻋﻳ ِﻘﻒ ﻭ ﹶﻻ ﺍﺩِﻱﺑ ﹾﻄ ِﻦ ﺍﹾﻟﻮ ﻦ ﺒ ِﺔ ِﻣﻌ ﹶﻘ ﺕ ﺍﹾﻟ ﺮ ﹶﺓ ﺫﹶﺍ ﻤ ﺠ ﺮﻣِﻲ ﺍﹾﻟ ﻳ ﻳ ِﻪ ﹸﺛﻢﺪ ﻳ ﺮﹶﻓﻊ ﻳ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍﺭﺳ ﻳﺖﺭﹶﺃ ﻫ ﹶﻜﺬﹶﺍ ، ﻛﺘﺎﺏ ﺍﳊﺞ،ﻌﻞﹸ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻳ ﹾﻔ ﻢ ﺳﻠﱠ (١٩٨: ﺹ،١:ﺝ
2. “Diceritakan kepada kami oleh Isma’il bin ‘Abdillah, ia berkata: diceritakan kepadaku oleh saudaraku, dari Sulaiman, dari Yunus bin Yazid, dari Ibnu Syibah, dari Salim bin ‘Abdillah; bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar ra, melempar jamrah yang dekat (pertama) dengan tujuh kerikil sambil bertakbir pada akhir setiap lemparan kerikil, lalu maju di tempat yang datar dan berdiri lama dengan menghadap ke qiblat, lalu berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, lalu melempar jamrah wustha (tengah) sebagaimana (melempar jamrah pertama), lalu mengambil arah kiri di tempat yang datar dan berdiri lama dengan menghadap qiblat, lalu berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, lalu melempar jamrah ‘aqabah (yang terakhir) dari arah lembah dan tidak berhenti, dan berkatalah ‘Abdullah Ibnu ‘Umar: ‘Demikianlah saya ______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
melihat Rasulullah mengerjakannya’.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy, Kitab al-Hajj, bab mengangkat kedua tangan, I:198).
ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍﺭﺳ ﻱ ﹶﺃﻥﱠ ﻫ ِﺮ ﺰ ﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﺲ ﻧﻮﺎ ﻳﺮﻧ ﺒﺧ ﺮ ﹶﺃ ﻤ ﻦ ﻋ ﺑ ﺎ ﹸﻥﻋﹾﺜﻤ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ -٣ ﺮ ﻳ ﹶﻜﺒ ﺕ ٍ ﺎﺼﻴ ﺣ ﺒ ِﻊﺴ ﺎ ِﺑﺮﻣِﻴﻬ ﻳ ﻰﺪ ِﻣﻨ ﺠ ِﺴ ﻣ ﺗﻠِﻲ ﺮ ﹶﺓ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ﻤ ﺠ ﻰ ﺍﹾﻟﺭﻣ ﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺇﺫﹶﺍ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻒ ﻣ ﻮﹶﻗ ﺎ ﹶﻓﻣﻬ ﺎﻡ ﹶﺃﻣ ﺪ ﺗ ﹶﻘ ﺎ ٍﺓ ﹸﺛﻢﺤﺼ ﻰ ِﺑﺭﻣ ﺎﹸﻛﱠﻠﻤ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻮﺪﻋ ﻳ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﺎﺍِﻓﻌﺒﹶﻠ ِﺔ ﺭﺘ ﹾﻘِﺒ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ِﻘﺴ ﻰﺭﻣ ﺎﺮ ﹸﻛﱠﻠﻤ ﻳ ﹶﻜﺒ ﺕ ٍ ﺎﺼﻴ ﺣ ﺒ ِﻊﺴ ﺎ ِﺑﺮﻣِﻴﻬ ﻴﻴ ﹶﺔ ﹶﻓﺮ ﹶﺓ ﺍﻟﺜﱠﺎِﻧ ﻤ ﺠ ﻳ ﹾﺄﺗِﻲ ﺍﹾﻟ ﻑ ﹸﺛﻢ ﻮﻗﹸﻮ ﻳﻄِﻴ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ ﻣﻴ ِﻘﻒﻱ ﹶﻓ ﺍ ِﺩﻳﻠِﻲ ﺍﹾﻟﻮ ﺎﺎ ِﺭ ِﻣﻤﻴﺴﺕ ﺍﹾﻟ ﺫﹶﺍﺤ ِﺪﺭ ﻨﻳ ﺎ ٍﺓ ﹸﺛﻢﺤﺼ ِﺑ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﺎﺍِﻓﻌﺒﹶﻠ ِﺔ ﺭﺘ ﹾﻘِﺒ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ِﻘﺴ ﺪ ﹸﻛﻞﱢ ﻨﺮ ِﻋ ﻳ ﹶﻜﺒ ﺕ ٍ ﺎﺼﻴ ﺣ ﺒ ِﻊﺴ ﺎ ِﺑﺮﻣِﻴﻬ ﻴﺒ ِﺔ ﹶﻓﻌ ﹶﻘ ﺪ ﺍﹾﻟ ﻨﺮ ﹶﺓ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ِﻋ ﻤ ﺠ ﻳ ﹾﺄﺗِﻲ ﺍﹾﻟ ﻮ ﹸﺛﻢﺪﻋ ﻳ ﺙ ﹸﺤﺪ ﻳ ﷲ ِ ﺒ ِﺪ ﺍﻋ ﻦ ﺑ ﻢ ﺎِﻟ ﺳﻌﺖ ﺳ ِﻤ ﻱ ﻫ ِﺮ ﺰ ﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﺪﻫ ﻨ ِﻋﻳ ِﻘﻒ ﻭ ﹶﻻ ﺼ ِﺮﻑ ﻨﻳ ﺎ ٍﺓ ﹸﺛﻢﺣﺼ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﻦ ﹶﺃﺑِﻴ ِﻪ ﻋ ﻫﺬﹶﺍ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ )ﺭﻭﺍﻩﻌﻠﹸﻪ ﻳ ﹾﻔ ﺮ ﻤ ﻦ ﻋ ﺑﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍ ﻢ ﺳﻠﱠ (١٩٨: ﺹ،١: ﺝ، ﻛﺘﺎﺏ ﺍﳊﺞ،ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
3. “Diceritakan kepada kami oleh ‘Utsman bin ‘Umar, diceritakan kepada kami oleh Yunus, dari az-Zuhriy, bahwa Rasulullah saw, apabila melempar jamrah yang berada di dekat Masjid Mina, beliau melemparnya dengan tujuh kerikil sambil bertakbir setiap melemparkan satu kerikil, lalu maju ke depan dan berdiri sambil menghadap qiblat dan berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, dan beliau berhenti lama, lalu mendatangi jamrah kedua dan melemparnya dengan tujuh kerikil sambil bertakbir setiap melemparkan satu kerikil, lalu turun ke arah kiri, di sebelah lembah, dan berdiri menghadap qiblat serta berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, lalu mendatangi jamrah ‘aqabah, lalu melemparnya dengan tujuh kerikil sambil bertakbir setiap melemparkan satu kerikil, lalu pergi dan tidak berhenti di situ. Az-Zuhriy berkata: ‘Saya mendengar Salim bin ‘Abdillah menceritakan hadits seperti ini dari ayahnya, dari Nabi saw, dan Ibnu ‘Umar melakukan (sebagaimana dilakukan Nabi saw)’.” (Diriwayatkan oleh alBukhariy, Kitab al-Hajj, bab mengangkat kedua tangan, I:198).
ﺲ ﻮﻧﻦ ﻳ ﻋ ﻭ ﺲ ٍ ﻧﻦ ﹶﺃ ﻋ ﻌﺰِﻳ ِﺰ ﺒ ِﺪ ﺍﹾﻟﻋ ﻦ ﻋ ﻳ ٍﺪﺯ ﻦ ﺑ ﺩ ﺎﺣﻤ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺩ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺪ ﺴ ﻣ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ -٤ ﻌ ِﺔ ِﺇ ﹾﺫ ﻤﻡ ﺍﹾﻟﺠ ﻮ ﻳ ﺨﻄﹸﺐ ﻳ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﺎ ﺍﻟﻨﻤﻴﺑ ﺲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ٍ ﻧﻦ ﹶﺃ ﻋ ﺖ ٍ ﻦ ﺛﹶﺎِﺑ ﻋ ﺪ ﻤ ﺎ ﹶﻓﻴﻨﺴ ِﻘ ﻳ ﷲ ﹶﺃ ﹾﻥ َﻉﺍ ﺩ ﺎ ُﺀ ﻓﹶﺎﻚ ﺍﻟﺸ ﻫﹶﻠ ﻭ ﻉ ﺍﻚ ﺍﹾﻟ ﹸﻜﺮ ﻫﹶﻠ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍﺭﺳ ﺎﺟ ﹲﻞ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ ﺭ ﻡ ﻗﹶﺎ (١٠٩: ﺹ،١: ﺝ، ﺑﺎﺏ ﺭﻓﻊ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ، ﻛﺘﺎﺏ ﺍﳉﻤﻌﺔ،ﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﺩﻋ ﻭ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
4. “Diceritakan kepada kami oleh Musaddad, ia berkata: diceritakan kepada kami oleh Hammad bin Zaid, dari ‘Abdil-‘Aziz, dari Anas, dari Yunus, dari Tsabit, dari Anas, dia berkata: Ketika Nabi saw berkhutbah pada hari Jum’at, berdirilah seseorang dan berkata: ‘Hai Rasulullah, lembu-lembu dan kambing-kambing telah mati, dan telah mati pula biri-biri, maka berdo’alah kepada Allah agar Dia memberikan minum kepada kita!’ Kemudian beliau mengulurkan kedua tangannya dan berdo’a.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy, Kitab al-Jumu’ah, bab raf’u- yadain, I:109).
ﻤﺮٍﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻋ ﻮﺎ ﹶﺃﺑﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ،ِﻮﻟِﻴﺪ ﻮ ﺍﹾﻟﺎ ﹶﺃﺑﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻨ ِﺬ ِﺭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻦ ﺍﹾﻟﻤ ﺑ ﺍﻫِﻴﻢﺑﺮﺎ ِﺇﺪﹶﺛﻨ ﺣ -٥ ﺱ ﺎﺖ ﺍﻟﻨ ِ ﺑﺎﻚ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺻ ٍ ﺎِﻟﺑ ِﻦ ﻣ ﺲ ِ ﻧﻦ ﹶﺃ ﻋ ﺤ ﹶﺔ ﺑ ِﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﹶﻃ ﹾﻠ ﷲ ِ ﺒ ِﺪ ﺍﻋ ﻦ ﺑ ﻕ ﺎﺳﺤ ﺪﹶﺛﻨِﻲ ِﺇ ﺣ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﺎ ﺍﻟﻨﻤﻴﺒﻢ ﹶﻓ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻬ ِﺪ ﺍﻟ ﻋ ﻋﻠﹶﻰ ﻨ ﹲﺔﺳ ﻳ ﺎ ﹸﻝﻉ ﺍﹾﻟ ِﻌﻴ ﺎﻭﺟ ﺎ ﹸﻝﻚ ﺍﹾﻟﻤ ﻫﹶﻠ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍﺭﺳ ﺎ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻳﺍِﺑﻲﻋﺮ ﻡ ﹶﺃ ﻌ ِﺔ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﻮ ِﻡ ﹾﺍﳉﹸﻤ ﻳ ﻓِﻲﺨﻄﹸﺐ ﺎﻌﻬ ﺿ ﻭ ﺎﻴ ِﺪ ِﻩ ﻣﻧ ﹾﻔﺴِﻲ ِﺑ ﻮ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﻋ ﹰﺔ ﹶﻓ ﺰ ﺎ ِﺀ ﹶﻗﺴﻤ ﻯ ﻓِﻲ ﺍﻟﻧﺮ ﺎﻭﻣ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﻊ ﺮﹶﻓ ﺎ! ﹶﻓﷲ ﹶﻟﻨ َ ﻉﺍ ﺩ ﻓﹶﺎ ﺩﺭ ﺎﺘﺤﻳ ﺮ ﻤ ﹶﻄ ﺍﹾﻟﻳﺖﺭﹶﺃ ﻰﺣﺘ ﺒ ِﺮ ِﻩﻨﻦ ِﻣ ﻋ ﻨ ِﺰ ﹾﻝﻳ ﻢ ﹶﻟﺎ ِﻝ ﹸﺛﻢﺠﺒ ِ ﻣﺜﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ ﺏ ﹶﺃ ﺎﺴﺤ ﺭ ﺍﻟ ﻰ ﺛﹶﺎﺣﺘ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﻭﺪﻭ ﻐ ﺪ ﺍﹾﻟ ﻌ ﺑﻭ ﺪﻭ ﻐ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻭ ِﻣ ﻚ ﺎ ﹶﺫِﻟﻣﻨ ﻮ ﻳ ﺎﺮﻧ ﻤ ﹶﻄ ﻢ ﹶﻓ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻴِﺘ ِﻪﺤ ﻋﻠﹶﻰ ِﻟ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍﺭﺳ ﺎ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻳﻩﻴﺮﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻏ ﻲ ﹶﺃ ﺍِﺑﻋﺮ ﻚ ﹾﺍ َﻷ ﻡ ﹶﺫِﻟ ﻭﻗﹶﺎ ﻯﺧﺮ ﻌ ِﺔ ﹾﺍ ُﻷ ﻤﻰ ﺍﹾﻟﺠﺣﺘ ﻳﻠِﻴ ِﻪ َﻉﺍ ﺩ ﺎ ﹸﻝ ﻓﹶﺎﻕ ﺍﹾﻟﻤ ﺮ ﻭ ﹶﻏ ﺎ ُﺀ ﺍﹾﻟِﺒﻨﻬ ِﺪﻡ ﺗ ﺎﺎ ﹶﻓﻤﻴﻨﻋﹶﻠ ﻭ ﹶﻻ ﺎﻴﻨﺍﹶﻟﺣﻮ ﻬﻢ ﻳ ِﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﻠﺪ ﻳ ﻊ ﺮﹶﻓ ﺎ ﹶﻓﷲ ﹶﻟﻨ ﺑ ِﺔﻮ ﺠ ﻨ ﹸﺔ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﺍﹾﻟﻤﺪِﻳ ﺕ ﺍﹾﻟ ِ ﺭ ﺎﻭﺻ ﺖ ﺟ ﺮ ﻧ ﹶﻔﺏ ِﺇﻻﱠ ﺍ ِ ﺎﺴﺤ ﻦ ﺍﻟ ﻴ ٍﺔ ِﻣﺎ ِﺣﻴ ِﺪ ِﻩ ِﺇﻟﹶﻰ ﻧ ِﺑﺸﲑ ِ ﻳ ﻮ ِﺩ )ﺭﻭﺍﻩ ﺠ ﺙ ﺑِﺎﹾﻟ ﺪ ﹶ ﺣ ﻴ ٍﺔ ِﺇﻻﱠﺎ ِﺣﻦ ﻧ ﺪ ِﻣ ﺣ ﺠ ﹾﺊ ﹶﺃ ِ ﻳ ﻢ ﻭﹶﻟ ﺍﻬﺮ ﺷ ﺎ ﹰﺓﺍﺩِﻱ ﹶﻗﻨﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟﻮﻭﺳ (١٠٩: ﺹ،١: ﺝ، ﺑﺎﺏ ﺭﻓﻊ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ، ﻛﺘﺎﺏ ﺍﳉﻤﻌﺔ،ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
5. “Diceritakan kepada kami oleh Ibrahim ibnul-Munzir, ia berkata: diceritakan kepada kami oleh Abul-Walid, ia berkata: diceritakan kepada kami oleh Abu ‘Umar, dan ia berkata: diceritakan kepadaku oleh Ishaq bin ‘Abdillah bin Abi Thalhah, dari Anas bin Malik, ia berkata: Telah menimpa kepada manusia suatu musibah (kemarau) selama satu tahun pada masa Nabi saw; Maka ketika beliau berkhutbah pada hari Jum’ah berdirilah seorang Arab Badwi lalu berkata: ‘Hai Rasulullah, harta telah habis, dan keluarga kehausan, maka berdo’alah kepada Allah bagi kita! Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan kami tidak melihat sekelompok awan di langit, demi Allah yang jiwaku berada di tangannya, beliau tidak meletakkan kedua tangannya hingga awan menjadi tersebar di atas gunung-gunung, beliau pun tidak turun dari mimbarnya hingga kami melihat hujan menetes di jenggot beliau, maka hujan pun turun kepada kita sehari penuh, dari pagi ______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
hingga paginya lagi, dan seterusnya hingga pada hari Jum’at berikutnya.’ Dan berdirilah orang Badwi tadi, atau orang lainnya dan berkata: ‘Hai Rasulullah, bangunan banyak yang rusak, dan harta banyak yang tenggelam, maka berdo’alah kepada Allah bagi kita!’ Kemudian beliau mengangkat tangannya dan bersabda: ‘Ya Allah (turunkanlah rahmat) kepada sekitar kami dan (janganlah menurunkan musibah) di sekitar kami’. Dan tidaklah beliau memberikan isyarat dengan tangannya, melainkan hilanglah kesedihan, dan menjadilah Madinah bagaikan ada suatu lobang dan mengalirlah lembah itu bagaikan kanal selama satu bulan, dan setiap datang seseorang dari suatu pelosok, ia bercerita tentang kemakmuran.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy, kitab Jumu’ah, bab mengangkat kedua tangan, I:109).
ﺩ ﹶﺓ ﺮ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺑ ﻋ ﷲ ِ ﺒ ِﺪ ﺍﻋ ﺑ ِﻦ ﻳ ِﺪﺑ ِﺮ ﻦ ﻋ ﻣ ﹶﺔ ﺎﻮ ﹸﺃﺳﺎ ﹶﺃﺑﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻼ ِﺀ ﻌ ﹶ ﻦ ﺍﹾﻟ ﺑ ﺪ ﺤﻤ ﻣ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ -٦ ﻮ ﺘﺎ ٍﺀ ﹶﻓﻢ ِﺑﻤ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﺎ ﺍﻟﺩﻋ ﻰ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻮﺳﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﻣ ﻋ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﻊ ﺭﹶﻓ ﺿﹶﺄ ِﺑ ِﻪ ﹸﺛﻢ ﻣ ِﺔ ﺎﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ ﻮ ﻳ ﻪ ﻌ ﹾﻠ ﺟ ﺍﻬﻢ ﻴ ِﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﻠﺑ ﹶﻄﺽ ِﺇ ﺎﺑﻴ ﻳﺖﺭﹶﺃ ﻭ ﺎ ِﻣ ٍﺮﻴ ٍﺪ ﹶﺃﺑِﻲ ﻋﺒﺮ ِﻟﻌ ﺍ ﹾﻏ ِﻔﻬﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﻠ ِ ﺎﻦ ﺍﻟﻨ ﻚ ِﻣ ﺧ ﹾﻠ ِﻘ ﻦ ﻕ ﹶﻛِﺜ ٍﲑ ِﻣ ﻮ ﹶﻓ ، ﺑﺎﺏ ﺭﻓﻊ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ، ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺪﻋﻮﺍﺕ،ﺱ )ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
(٧٢: ﺹ،٤:ﺝ
6. “Disampaikan kepada kami suatu hadits oleh Muhammad ibnulA’la, disampaikan kepada kami suatu hadits oleh Abu Usamah, dari Barid bin ‘Abdillah, dari Abi Burdah, dari Abi Musa, ia berkata: ‘Nabi saw meminta air untuk wudlu, lalu mengangkat kedua tangannya, lalu berdo’a: Ya Allah, ampunilah ‘Ubaid Abi ‘Amir, dan saya melihat putihnya kedua ketiaknya, lalu berdo’a lagi: Ya Allah, jadikanlah ia pada hari qiyamah di atas kebanyakan manusia dari makhluk-Mu’.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy, kitab ad-Da’awat, bab Do’a sesudah wudlu, IV:72).
ﺖ ٍ ﻦ ﺛﹶﺎِﺑ ﻋ ﺒ ﹶﺔﻌ ﻦ ﺷ ﻋ ﻴ ٍﺮ ﹶﻜﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺑ ﺑ ﻰﺤﻴ ﻳ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺒ ﹶﺔﻴﺷ ﺑ ِﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺑ ﹾﻜ ِﺮ ﻮﺎ ﹶﺃﺑﺪﹶﺛﻨ ﺣ -٧ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍﺭﺳ ﻳﺖﺭﹶﺃ ﺲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ٍ ﻧﻦ ﹶﺃ ﻋ ﻰﺣﺘ ﺎ ِﺀﺪﻋ ﻳ ِﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪ ﻳ ﺮﹶﻓﻊ ﻳ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ﺎﺑﻴ ﻯﻳﺮ (٨٩٥/٥ : ﳕﺮﺓ، ﻛﺘﺎﺏ ﺻﻼﺓ ﺍﻻﺳﺘﺴﻘﺎﺀ،ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﺑ ﹶﻄﺽ ِﺇ 7. “Diceritakan kepada kami oleh Abu Bakr bin Abi Syaibah, diceritakan kepada kami oleh Yahya bin Abi Bukair, dari Syu’bah, dari Tsabit, dari Anas, ia berkata: ‘Saya melihat Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a, sehingga kelihatan putihnya kedua ketiaknya’.” (Diriwayatkan oleh Muslim, kitab Shalat al-Istisqa’, bab mengangkat tangan, No. 5/895).
______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
ﻋﻄﹶﺎ ٍﺀ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻦ ﻋ ﻚ ِ ﻤِﻠ ﺍﹾﻟﺒﺪﻋ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻴ ٍﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﺸ ﻦ ﻫ ﻋ ﻢ ﺍﻫِﻴﺑﺮﻦ ِﺇ ﺑ ﺏ ﻌﻘﹸﻮ ﻳ ﺎﺮﻧ ﺒﺧ ﹶﺃ-٨ ٍ ﺮﻓﹶﺎ ﻌ ﻢ ِﺑ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻒ ﺍﻟ ﺭﺩِﻳ ﺖ ﻨﻳ ٍﺪ ﹸﻛﺯ ﻦ ﺑ ﻣﺔﹸ ﺎﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺃﺳ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﻊ ﺮﹶﻓ ﺕ ﹶﻓ ﺪﻩ ﻳ ﻊ ﺍِﻓﻮ ﺭ ﻭﻫ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﻯﺣﺪ ﻡ ِﺑِﺈ ﺨﻄﹶﺎ ِ ﻭ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ ﻨﺎﺘﺎ ﹶﻓﻣﻬ ﻂ ِﺧﻄﹶﺎ ﺴ ﹶﻘ ﹶ ﹶﻓﻪﺎﹶﻗﺘﺖ ِﺑ ِﻪ ﻧ ﺎﹶﻟﻮ ﹶﻓﻤﺪﻋ ﻳ (٢٥٤ :٥ : ﺝ، ﻛﺘﺎﺏ ﻣﻨﺎﺳﻚ ﺍﳊﺞ،ﻯ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺉﺧﺮ ﹾﺍ ُﻷ 8. “Dikhabarkan kepada kami oleh Ya’qub bin Ibrahim, dari Husyaim, ia berkata: diceritakan kepada kami oleh ‘Abdul Malik, dari ‘Atha, ia berkata: Berkatalah Usamah bin Zaid: ‘Saya membonceng Nabi saw di Arafah, maka beliau mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a, lalu untanya condong, dan jatuhlah tali kekangnya, lalu beliau mengambil tali kekang tersebut dengan salah satu tangannya, dan beliau tetap mengangkat tangan lainnya’.” (Diriwayatkan oleh an-Nasa’iy, kitab Manasik al-Hajji, bab Raf’ul-yadain, V:254).
ﻢ ﺑ ﹸﻜﺭ ﻢ ِﺇﻥﱠ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﻰ ﺍ ﻠﷲ ﺻ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻨﻪﻋ ﷲ ُ ﻲ ﺍ ﺿ ِ ﺭ ﺎ ﹶﻥﺳ ﹾﻠﻤ ﻦ ﻋ -٩ ﺘﺴ ﻳ ﻢ ﻳ ﹶﻛ ِﺮﺣﻲ ﺍ )ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ﺇﻻﺻ ﹾﻔﺮ ِ ﺎﻫﻤ ﺩ ﺮ ﻳ ﻴ ِﻪ ﹶﺃ ﹾﻥﻳ ِﻪ ِﺇﹶﻟﺪ ﻳ ﻊ ﺭﹶﻓ ﺒ ِﺪ ِﻩ ِﺇﺫﹶﺍﻋ ﻦ ﺤ ِﻲ ِﻣ ( ﻭ ﺻﺤﺤﻪ ﺍﳊﺎﻛﻢ،ﺍﻟﻨﺴﺎﺉ
9. “Dari Salman ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: ‘Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Hidup lagi Maha Dermawan, Dia malu kepada hamba-Nya apabila ia berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, menolaknya dengan hampa’.” (Ditakhrijkan oleh al-Arba’ah, kecuali an-Nasa’iy, dan menurut al-Hakim hadits tersebut adalah shahih; asShan’aniy, 1961, IV:219).
ﺪ ﻣ ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹸﻝ ﺍﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻛﹶﺎ ﹶﻥﻨﻪﻋ ﷲ ُ ﺭﺿِﻲ ﺍ ﺮ ﻤ ﻦ ﻋ ﻋ ﻭ -١٠ )ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ ﻭ ﻟﻪ ﺷﻮﺍﻫﺪﻬﻪ ﺟ ﻭ ﺎﺢ ِﺑ ِﻬﻤ ﺴ ﻤ ﻳ ﻰﺣﺘ ﺎﻫﻤ ﺩ ﺮ ﻳ ﻢ ﺎ ِﺀ ﹶﻟﺪﻋ ﻳ ِﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪ ﻳ (ﻣﻨﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺃﰉ ﺩﺍﻭﺩ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻭ ﻏﲑﻩ ﻭ ﳎﻤﻮﻋﻬﺎ ﻳﻘﻀﻲ ﺑﺄﻧﻪ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ
10. “Dari ‘Umar ra, ia berkata: ‘Apabila Rasulullah saw menjulurkan kedua tangannya ketika berdo’a, beliau tidak menariknya, hingga mengusap wajahnya dengan kedua tangannya’.” (Ditakhrijkan oleh at-Tirmuziy, hadits tersebut mempunyai beberapa syahid (pendukung) antara lain ialah: Abu Dawud dari Ibni ‘Abbas dan lain-lainnya, dan menurutnya hadits tersebut adalah hasan, As-Shan’aniy, 1961).
______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﻊ ﺭﹶﻓ ﻢ ﹸﺛﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﺎ ﺍﻟﺩﻋ ﻱ ﻌ ِﺮ ﺷ ﻰ ﹾﺍ َﻷﻮﺳﻮ ﻣ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺑ-١١ ﺎﺑﻴ ﻳﺖﺭﹶﺃ ﻭ ﻲ ِﺇﻧﻬﻢ ﺍﻟﱠﻠ:ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻊ ﺍﻟ ﺭﹶﻓ ﺮ ﻤ ﻦ ﻋ ﺑﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ ﻴ ِﻪﺑ ﹶﻄﺽ ِﺇ ﻌ ﹶﻔ ٍﺮ ﺟ ﻦ ﺑ ﺪ ﺤﻤ ﻣ ﺪﹶﺛﻨِﻲ ﺣ ﻲ ﺴ ِ ﻳﻭ ُﻭﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﹾﺍﻷ ﷲ ِ ﺒ ِﺪ ﺍﻋ ﺪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺃﹶﺑﻮ ﺎِﻟﻊ ﺧ ﻨﺻ ﺎﻚ ِﻣﻤ ﻴﺮﺃﹸ ِﺇﹶﻟ ﺑﹶﺃ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﻊ ﺭﹶﻓ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﺎﻧﺴﺎ ﹶﺃﺳ ِﻤﻌ ﻚ ٍ ﻳﺮ ﻭ ﺷ ﺳﻌِﻴ ٍﺪ ﺑ ِﻦ ﻰﺤﻴ ﻳ ﻦ ﻋ ﺎﺑﻴ ﻳﺖﺭﹶﺃ ﻰﺣﺘ (٦٨: ﺹ،٤: ﺝ، ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺪﻋﻮﺍﺕ،ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﺑ ﹶﻄﺽ ِﺇ 11. “Berkatalah Abu Musa al-Asy’ariy: ‘Berdo’alah Nabi saw dengan mengangkat kedua tangannya, dan saya melihat putihnya kedua ketiaknya’. Dan Ibnu ‘Umar berkata: ‘Nabi saw mengangkat kedua tangannya (dan berdo’a): Ya Allah, sungguh saya mohon kepada-Mu terbebas dari apa yang dilakukan oleh Khalid. Berkatalah Abu ‘Abdillah; ‘berkatalah al-Uwaisiy: diceritakan kepadaku oleh Muhammad bin Ja’far, dari Yahya bin Sa’id dan Syuraik, keduanya mendengar Anas, dari Nabi saw (bahwa beliau) mengangkat kedua tangannya (ketika berdo’a) hingga aku melihat putihnya kedua ketiaknya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy, kitab ad-Da’awat, IV:68). II
Hadits yang menyatakan tidak mengangkat tangan.
ﻦ ﻋ ﺳﻌِﻴ ٍﺪ ﻦ ﻋ ﻋﹶﻠﻰ ﹾﺍ َﻷﺒﺪﻋ ﻭ ﻱ ﻋ ِﺪ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺑﺎ ﺍﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻰﻤﹶﺜﻨ ﻦ ﺍﹾﻟ ﺑ ﺪ ﺤﻤ ﻣ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ -١ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻲ ﺍ ﻧِﺒ ﺲ ﹶﺃﻥﱠ ٍ ﻧﻦ ﹶﺃ ﻋ ﺩ ﹶﺓ ﺎﹶﻗﺘ ﻦ ﻲ ٍﺀ ِﻣ ﺷ ﻳ ِﻪ ﻓِﻲﺪ ﻳ ﺮﹶﻓﻊ ﻳ ﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻻ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ﺎﺑﻴ ﻯﻳﺮ ﻰﺣﺘ ﺴﻘﹶﺎ ِﺀ ﺳِﺘ ﺎِﺋ ِﻪ ِﺇﻻﱠ ﻓِﻲ ﹾﺍ ِﻻﺩﻋ ، ﻛﺘﺎﺏ ﺻﻼﺓ ﺍﻻﺳﺘﺴﻘﺎﺀ،ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﺑ ﹶﻄﺽ ِﺇ (٨٩٥/٥ :ﳕﺮﺓ
1. “Diceritakan kepada kami oleh Muhammad bin al-Musanna, diceritakan kepada kami oleh Ibnu Abi ‘Adiy dan ‘Abdul A’la dari Sa’id, dari Qatadah, dari Anas, bahwa Nabi saw tidak mengangkat kedua tangannya sedikitpun ketia berdo’a, kecuali dalam istisqa’ (mohon air hujan) hingga terlihat putihnya kedua ketiaknya.” (Diriwayatkan oleh Muslim, kitab Shalat al-Istisqa’, bab Raf’ul-yadain, No. 5/895.
ﺲ ﻧﺩ ﹶﺓ ﹶﺃﻥﱠ ﹶﺃ ﺎﻦ ﹶﻗﺘ ﻋ ﺑ ﹶﺔﻭﻋﺮ ﺑ ِﻦ ﹶﺃﺑِﻲﻋ ِﻦ ﺍ ﺳﻌِﻴ ٍﺪ ﻦ ﺑ ﻰﺤﻴ ﻳ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻰﻤﹶﺜﻨ ﻦ ﺍﹾﻟ ﺑﺎ ﺍﺪﹶﺛﻨ ﺣ -٢ ﻧ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﻢ ﺪﹶﺛﻬ ﺣ ﻚ ٍ ﺎِﻟﻦ ﻣ ﺑ ﻛﺘﺎﺏ ﺻﻼﺓ، )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﻮﻩ ﺤ (٨٩٥/٦ : ﳕﺮﺓ،ﺍﻻﺳﺘﺴﻘﺎﺀ
2. “Diceritakan kepada kami oleh Ibnu al-Musanna, diceritakan kepada kami oleh Yahya bin Sa’id, dari Ibni Abi ‘Arubah, dari Qatadah, ______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
bahwa Anas bin Malik menyampaikan kepada mereka dari Nabi saw hadits yang sama.” (Diriwayatkan oleh Muslim, kitab Shalat al-Istisqa’, bab Raf’ulyadain, No. 6/895). Penjelasan : Demikianlah hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika berdo’a, yang sempat kami kutip. Sebenarnya masih banyak hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika berdo’a, tetapi hadits-hadits yang kami kutip tersebut sudah cukup untuk dijadikan sebagai dalil untuk memutuskan masalah yang saudara tanyakan itu. Perlu diketahui bahwa selama ini, dalam memutuskan hukum Muhammadiyah selalu berpegang pada pokok-pokok manhaj sebagai berikut: 1. Dalam beristidlal, selalu menggunakan sumber pokok, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah as-Shahihah (maqbulah=diterima). Ijtihad dapat dilakukan apabila masalah yang dibahas tidak berkaitan dengan ta’abbudi. 2. Setiap keputusan harus dilakukan dengan cara musyawarah (ijtihad jama’iy). 3. Muhammadiyah tidak mengikuti salah satu mazhab dari mazhab-mazhab yang ada, tetapi pendapat para imam mazhab dapat dijadikan sebagai pertimbangan, selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. 4. Jika dalil-dalil yang dipergunakan tampak adanya ta’arud (pertentangan), maka harus dilakukan al-jam’u wa at-taufiq atau dilakukan tarjih. Demikanlah sebagian manhaj yang harus diketahui dan dipergunakan dalam mengambil keputusan. Hadits-hadits yang kami kutip, sebagian besar menyatakan bahwa Nabi saw mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a, dan sebagian ulama, antara lain: al-Qasthalaniy dalam syarah hadits, dan as-Shan’aniy dalam Subulus-Salam, menilainya sebagai hadits shahih, kecuali hadits No. 11, mereka tidak menilainya, apakah shahih ataukah da’if, tetapi Ishaq al-Farayiniy, menilainya secara umum, bahwa semua hadits yang termaktub dalam shahih al-Bukhariy dan Muslim telah disepakati oleh sebagian besar ahli hadits tentang keshahihannya, baik sanad maupun matannya. (al-Qasimiy, 1961, Qawa’id at-Tahdis: 85). Maka hadits No. 11, yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy’ariy adalah shahih, sebab termuat dalam Shahih al-Bukhariy. Sekalipun demikian, masih terbuka untuk menelitinya kembali, sehingga menjadi jelas kedudukannya. Jika dibandingkan dengan hadits berikutnya, yaitu hadits No. II.1. dan hadits No. II.2., maka tampak adanya ta’arud (pertentangan). Hadits No. 1 sampai dengan No. 11 menyatakan bahwa Nabi saw mengangkat tangannya ketika berdo’a, sedang hadits No. II.1. dan II.2. menyatakan bahwa Nabi saw tidak pernah mengangkat kedua tangannya, kecuali hanya pada waktu istisqa saja. Karena pada dalil-dalil tersebut tampak adanya ta’arud, maka untuk mengambil keputusan perlu menggunakan metode al-jam’u wa at-taufiq (mengumpulkan dan mengkompromikan) antara kedua dalil yang tampak bertentangan. Al-Qasthalaniy ketika mensyarah hadits al-Bukhariy tentang mengangkat kedua tangan ketika berdo’a, mengatakan bahwa mengangkat kedua tangan adalah ______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Fatwa 01-2003_angkat tangan dalam berdoa
sunnah, berdasarkan hadits-hadits tersebut. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Anas, yang menyatakan bahwa Nabi saw tidak pernah mengangkat kedua tangannya sedikit pun ketika berdo’a, kecuali pada waktu istisqa’ (mohon hujan), dia menjelaskan bahwa yang ditiadakan ialah sifat khusus, yaitu al-mubalaghah fi ar-raf’i (melebihkan dalam mengangkat kedua tangan), bukan mengangkat tangan pada umumnya, artinya; bahwa Nabi saw ketika berdo’a juga mengangkat tangan, tetapi tidak setinggi ketika berdo’a dalam istisqa’. (al-Qasthalaniy, Syarh alBukhariy, IV:68). As-Shan’aniy, dalam kitabnya Subulus-Salam menjelaskan; bahwa haditshadits tentang mengangkat tangan, menunjukkan bahwa mengangkat kedua tangan ketika berdo’a adalah mustahabb, dan hadits-hadits yang memerintahkan agar mengangkat kedua tangan ketika berdo’a jumlahnya cukup banyak. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Anas, yang menyatakan bahwa Nabi saw tidak pernah mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a, kecuali hanya ketika dalam istisqa’, dia menjelaskan bahwa yang dimaksudkannya ialah al-mubalaghah fi arraf’i (melebihkan dalam mengangkat kedua tangan), yaitu mengangkat kedua tangannya dengan amat tinggi, dan yang demikian itu tidaklah terjadi kecuali ketika berdo’a dalam istisqa’. Dan hadits-hadits tentang mengangkat kedua tangan telah dikumpulkan dalam satu juz oleh al-Munziriy. (As-Shan’aniy, 1961, IV:219). Dengan demikian, maka jelaslah bahwa dua kelompok hadits tersebut tidaklah bertentangan (ta’arud), sebab kedua kelompok hadits tersebut masih dapat ditaufiqkan (dikompromikan). Kesimpulan : Mengangkat kedua tangan ketika berdo’a adalah sunnah atau mustahab, dan tidak perlu mengangkat tinggi-tinggi, kecuali pada waktu berdo’a istisqa’.
______________________________ Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah E-mail:
[email protected] /
[email protected]