ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH PEMBERITAN “PERINGATI MAULID NABI, WARGA MUSLIM DI BALI ARAK RIBUAN TELUR” DI MEDIA ONLINE TEMPO (24 FEBRUARI 2012)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: IBNU MUHAJIR SAPUTRA NIM : 109051100007
KONSENTRASI JUNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2013 M
ABSTRAK
Ibnu Muhajir Saputra. Analisis Wacana Pesan Dakwah Pemberitaan “Tradisi Perayaan dan Keunikan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali” di Media Online Tempo.
Pemberitaan peringati “Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur” di Media Online Tempo adalah sebuah pemberitaan yang diharapkan dapat memberikan informasi dan lebih dari sekedar inspirasi kepada pembacanya saat ini. Dalam sejarah kehidupan Rasullah. 12 Rabiul awal memiliki makna tersendiri. Selain menandai kelahiran beliau, tanggal tersebut juga menandai hijrahnya Rasulullah ke Madinah, bahkan pada tanggal tersebut Rasulullah juga menghadap ke pangkuan Allah SWT. Bagi komunitas etnis Bugis Bali, tanggal tersebut diabadikan dalam bentuk perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Menurut latar belakang masalah di atas muncul pertanyaan, bagaimana wacana teks dalam berita “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur” dikonstruksi? Dan apa pesan dakwah yang diangkat dalam berita “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur” jika dilihat dari segi kognisi dan konteks sosial? Wacana teks yang terdapat dalam teks berita “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur” yaituberita yang bertema keagamaan. Sebenarnya maksud dari pemberitaan tersebut secara tidak langsung menjelaskan bahwa terjadi toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Ini bisa dilihat dari penggunaan bahasa serta penyusunan skema berita. Selain itu, penggunaan bahasa di Media Online Tempo mudah dimengerti sehingga pembaca dapat langsung memahami isi dari wacana tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori analisis wacana Teun A. Van Dijk. Model ini menekankan pada aspek bahasa yang digunakan oleh media yang menggunakan 3 Struktur: struktur mikro, struktur makro dan super struktur. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa pesan dakwah yang terkandung dalam struktur makro atau wacana teks adalah ibadah dan muamalah. Pesan dakwah yang terkandung dalam super struktur berisi adanya kerjasama dan saling membantu antar umat beragama. Dan pesan dakwah yang terkandung dalam struktur mikro yaitu damai, saling menghargai satu sama lain sehingga tidak ada perpecahan dan terjadi kerukunan antar umat beragama. Kata kunci : Pesan Dakwah, Maulid Nabi Muhammad SAW, Analisis Wacana.
i
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut kita lantunkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak terukur kepada kami selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Amien. Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini. Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik moril maupun materi, sehingga banyak ucapan terimakasih peneliti ucapkan kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil Dekan I Bid. Akademik Dr. Suparto M. Ed, Wakil Dekan II Bid. Kepegawaian Drs. Jumroni M Si, Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan Drs. Wahidin Saputra M.A 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Rubiyanah M.A., yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada di kampus ini; 3. Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Ade Rina Farida M.Si., yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan nilai akademis di kampus tercinta ini; 4. Dr. H. Asep Usman Ismail M.A selaku pembimbing yang telah membimbng penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik; 5. Ayahanda Drs. H. Suwarso, Ibunda Hj Supartilah S.pdI, tercinta dan tersayang yang dengan penuh kesabaran memberikan motivasi baik moril dan materil dan ii
telah banyak memberikan do’a, ridha, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga ini semua bisa membuat mereka bangga. 6. Bapak, Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya Prodi Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan wawasan ke-ilmuan, mendidik dan mengarahkan penulis selama penulis berada pada masa kuliah; 7. Bagian Administrasi dan Tata Usaha yang telah banyak membantu memberikan kelancaran kepada penulis dalam penyelesaian administrasi. Serta pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas penyediaan buku-buku penunjang dan mencari berbagai literature sehingga penullis dapat menyelesaikan skripsi ini; 8. Bapak I Gede Suardana selaku wartawan Tempo koresponden Bali, yang telah memberikan waktu luang untuk wawancara walau di tengah kesibukan. 9. Zuliani Abidin S.Si yang telah selalu mengingatkan, memberi dukungan dan motivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 10. Keluarga Besar Jurnalistik A angkatan 2009 khususnya POLAR, Eko Ramanudin, Jeffri Kaharsyah, Indi Hikami, Yunus Priyonggo, Andrianto ketut, M. Aulia Pratama, Maulana A. Subhi Luhung, yang sudah memberi kecerian dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis. 11. Keluarga Besar KKN Anomali – Pulau Pari - Jakarta tahun 2012. Semoga tali silaturahmi ini tidak pernah putus. 12. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
iii
Pada akhirnya peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat peneliti berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta. Amiin ya Rabbal ‘Alamin.
Jakarta, 01 November 2013 Ibnu Muhajir Saputra
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 7 D. Metodologi Penelitian ......................................................... 8 E. Sistematika Penulisan ......................................................... 10 F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 11
BAB II
LANDASAN TEORITIS A. Analisis Wacana................................................................... 12 1. Pengertian Analisis Wacana ........................................... 12 2. Analisis Wacana Model Teun. A. Van Dijk ................... 14 a. Teks ............................................................................. 15 b. Konteks Sosial ........................................................... 16 c. Kognisi Sosial ............................................................ 16 B. Konseptualisasi Berita ........................................................... 17 1. Pengertian Berita ............................................................ 17 2. Nilai-Nilai Berita ............................................................. 19 C. Konsep Dakwah ..................................................................... 20 1. Pengertian Dakwah.......................................................... 20 2. Pesan Dakwah ................................................................. 22
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPO A. Sejarah Serta Perkembangan Tempo .................................. 25 B. Visi Misi Tempo Inti Media ................................................ 31 C. Struktur Organisasi Tempo .................................................. 32 v
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan ................................................................................ 34 B. Analisis ................................................................................ 40 1. Kerangka Analisis Teks Model Teori Teun A Van Dijk 40 2. Analisis Pemberitaan Dari Kognisi Sosial ....................... 51 3. Analisis Pemberitaan Dari Konteks Sosial ...................... 54 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 57 B. Saran ................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 1 Skema atau Model Kognisi Sosial Van Dijk ................ 17
2.
Tabel 2 Kerangka Data Analisis Teks Tematik ......................... 41
3.
Tabel 3 Kerangka Data Analisis Teks Skematik ....................... 42
4.
Tabel 4 Kerangka Data Analisis Teks Semantik ....................... 44
5.
Tabel 5 Kerangka Data Analisis Teks Sintaktis ........................ 46
6.
Tabel 6 Kerangka Data Analisis Teks Stilistik .......................... 48
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi adalah masa di mana dunia semakin menyempit, seolaholah tidak ada batas geografis bahkan budaya/kultur. Tidak terkecuali teknologi komunikasi sangat pesat saat ini bermanfaat sebagai sebuah sarana yang menghubungkan masyarakat dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Salah satu contohnya adalah media jurnalistik. Asep Saeful Muhtadi dalam buku “Jurnalistik Pendekatan Teori” dan Praktik” mengemukakan bahwa secara umum, medium Jurnalistik baik media cetak maupun elektronik, keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu menyiarkan informasi. Ini merupakan fungsi utama media massa. Sebab masyarakat membeli media tersebut karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia ini. Fungsi kedua dari media massa yaitu mendidik. Karena media massa menyajikan pesan-pesan atau tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan dan dijadikan media pendidikan massa. Ketiga, menghibur. Media massa biasanya menyajikan rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan. Dan fungsi yang keempat yaitu memengaruhi. Dalam hal ini, pers memegang peranan penting dalam tatanan kehidupan masyarkat. Pers dapat melakukan kontrol sosial secara bebas dan bertanggung jawab.
1
2
Keberadaan jurnalistik atau pers yang dianggap sebagai fourth estate (kekuatan keempat) dalam sistem kenegaraan, setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sebagai pilar keempat itu, media massa cetak maupun elektronik dapat dimanfaatkan sebagai penyalur aspirasi rakyat, pembentuk opini umum atau politik negara, dan pembela kebenaran dan keadilan.1 Sebab media, selain berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesanpesan seperti dinyatakan oleh Marshall Mc Luhan, media tersebut juga telah menjadikan dirinya sendiri sebagai pesan. Apa yang diterima publik dari media adalah sesuatu yang akan menjadi miliknya. Apa yang dianggap penting oleh media, karena keampuhannya, juga dianggap penting oleh publik.2 Bill Kovach, ketua Commite of Concered Journalist yaitu lembaga kewartawanan yang peduli kepada publik di Amerika Serikat, ia menyatakan bahwa setidaknya ada sembilan elemen jurnalisme dalam media massa. Ia mengutarakan hal ini dalam buku “sembilan elemen Jurnalisme,” di antaranya; media harus mengungkapkan kebenaran dalam pemberitaannya, media harus loyal kepada masyrakat, media harus menjunjung disiplin verifikasi, media juga harus bisa menjaga independensi terhadap sumber berita, media harus bisa menjadi pemantau pemerintah, media harus meyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan warga, media harus berupaya membuat hal yang penting, menarik dan relevan, meida harus menjaga agar berita tetap komprehensif dan proporsional,
1 2
h. 3
Zaenudin HM, The Journalist, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), h. 5-6 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik pendekatan Teori dan Praktik, (Jakarta: logos, 1999),
3
serta menulis berita dengan hati nurani.3 Kesembilan elemen dalam jurnalisme inilah yang menjadi pedoman bagi pekerja media dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pers tersebut, pers bergerak sesuai dengan jalur idealisme jurnalistik. Namun, pers juga memiliki daya saing dalam perusahaan media yang mengakibatkan harus memiliki visi misi yang berbeda, konten atau isi media yang berbeda serta gaya penulisan yang menarik pula. Pada umumunya, gaya penulisan berita konvensional terdapat dua yaitu Straight News dan feature. Namun, sesuai dengan perkembangan media massa baik di Amerika serikat maupun di Indonesia, Narrative Reporting atau penulisan narasi mulai diterapkan, khususnya dalam media cetak. Tapi tidak semua media menggunakannya kecuali majalah. Seperti majalah Gatra, Trust dan sebagainya yang menerapkannya karena memiliki halaman yang lebih luas dan reportase lebih mendalam dibandingkan surat kabar harian. Berita memang perlu mengandung pesan moral maupun agama. Karena pemeberitaan media massa tidak hanya ditulis dengan tujuan sastra (estetik) semata tetapi didalamnya terdapat pelajaran moral dan agama yang mengkritik tentang kepincangan moral masyarakat. Dalam kumpulan laporan jurnalistik tersebut, terdapat peristiwa menarik yang diambil menjadi kasus analisis dalam penelitian ini yaitu tulisan berita “Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali” di Media Online Tempo”
3
68-69
Eni Setiasi, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, (Yogyakarta: ANDI, 2005), h.
4
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, merupakan peristiwa bersejarah bagi umat islam, peristiwa ini diperingati sebagai hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, yang merupakan nabi dan rasul terakhir. Tradisi4 Maulid juga dilaksanakan oleh komunitas etnis Bugis. Komunitas etnis Bugis memiliki kaitan yang erat dengan agama Islam. Sejak dulu, orang Bugis dikenal sebagai penganut agama Islam yang taat. Mereka rajin bersembahyang dan mengaji di masjid. Mereka juga bercita-cita untuk pergi haji. Begitu inginnya pergi haji, ada peribahasa di kalangan orang Bugis yang berbunyi: Biar mi tinggal di ruma kayu Yang penting bisa naek haji5 Orang-orang tua Bugis akan merasa sangat malu jika anaknya tidak bisa membaca Al-Qur’an, atau tidak pernah bersembahyang di masjid. Warga Bugis adalah masyarakat yang fanatik terhadap agama yang dianutnya, yaitu Islam. Tidaklah mengherankan jika berbagai pengajian marak di kalangan masyarakat Bugis. Kaum ibu membentuk pengajian di majlis ta’lim, kaum bapak memiliki pengajian di masjid, kaum remaja juga memiliki pengajian yang biasanya diadakan bergiliran dari rumah ke rumah. 6 Ketika merayakan Maulid Nabi terkadang setiap pengajian merayakannya sendiri-sendiri. Setiap pengajian akan saling mengundang jamaah pengajian yang lain. Tujuannya memang hanya memperingati, akan tetapi bagi orang Bugis tidak 4
Menurut Disctionary of sociology adalah proses situasi sosial yang merupakan pewarisan elemen kebudayaan yg di turunkan dr generasi ke generasi secara terus menerus secara lengkap tertulis, a social 5 Hilmy Muhammadiyah, Perempuan Bugis naik haji, (Universitas Michigan, éLSAS, 2009), hlm 20 6 Hasil pengamatan penulis pada tahun 2011 s/d2012
5
afdol rasanya jika tidak mengisi acara itu dengan ceramah agama dan pembacaan riwayat nabi Muhammad SAW, karangan syeikh Jafar al-Barjanzi. Tradisi maulid bagi komunitas etnis Bugis memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan komunitas etnis budaya lainnya. Dalam perayaan maulid yang sering dilakukan oleh masyarakat yang biasa menggunakan bahasa Konjo7 disebut a’baca barasanji dan a’baca doang. Dalam bahasa Indonesia berarti membaca bersanji dan membaca do’a. Setelah perayaan Maulid, orang Bugis memiliki kebiasaan yang khas untuk menunjukkan keakraban mereka. Pertama, warga muslim setempat mengarak perahu keliling gang. Hal ini merupakan simbol penghormatan mereka kepada leluhur, orang-orang Bugis yang dulu datang ke Bali. Kedua, Maudu di Bali Biasanya tuan rumah menyediakan makanan ala kadarnya untuk dimakan. Pada zaman dahulu, makanan ini berupa telur rebus dengan kulit merah. Ini adalah telur bebek dan telur ayam, telur asin, direbus sampai matang dibubuhi serbuk pewarna merah dari pohon kesumba. Serbuk pewarna itulah yang kemudian membuat kulit telur jadi merah. Di Tanah Melayu, telur merah serupa dinamakan "telok abang". Telok abang biasanya dikaitkan dalam mainan dari gabus berbentuk kapal terbang dan kapal laut yang jadi hadiah bagi anak-anak setiap perayaan 17 Agustus di Sumatera Selatan.8 Pada masa sekarang, tidak jauh beda pada saat zaman dahulu. Telur-telur disajikan, dirangkai secantik mungkin dalam berbagai bentuk dan ukuran.
7
Bahasa Konjo Adalah Bahasa Yang Digunakan Oleh Masyarakat Kecamatan Kajang dan Kabupaten Sinjai Bagian Barat. Bahasa konjo memiliki banyak kesamaan dengan bahasa bugis 8 Hasil Pengamatan penulis pada tahun 2011
6
Kemudian telur digantung digunungan diruangan tempat berlangsung acara. Setelah pembacaan doa, baru telur-telur itu boleh diperebutkan. 9 Bertitik tolak dari masalah ini maka penulis menuangkannya dalam skirpsi yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Dakwah Terhadap Berita Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali” di Media Online Tempo.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pembatasan ini dimaksudkan agar masalah lebih terarah dan lebih jelas variabelnya. Batasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah megenai perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada komunitas etnis Bugis. Penulis hanya mengambil edisi Tanggal 24 januari 2013. 2. Perumusan Masalah Dalam melakukan penelitian ini, penulis juga merumuskan masalah ke dalam beberapa masalah yakni: a. Bagaimanakah wacana teks dalam berita “Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali di media online Tempo” dikontruksikan? b.
Apa pesan dakwah yang diangkat dalam berita “keunikan tradisi perayaan maulid nabi Muhammad SAW etnis Bugis Bali” jika dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial?
9
Hasil Pengamatan penulis pada bulan Maret s/d Mei 2012
7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah : a. untuk mengetahui bagaimana kerangka wacana dalam berita “keunikan tradisi perayaan maulid nabi etnis Bugis Bali” di Media online Tempo. b. untuk mengetahui apa pesan moral yang terkandung dalam berita “keunikan tradisi perayaan maulid nabi etnis Bugis Bali” di media online Tempo. 2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mememberikan kontribusi positi bagi pengembangan wacana keilmuan tentang gejala sosial yang terjadi sehari-hari di sekitar kita. Seperti, peristiwa-peristiwa yang luput dari perhatian kita dan hilang begitu saja dari sejarah, sama halnya seperti peristiwa maulid nabi Muhammad SAW 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini, diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi akademisi, praktisi, mahasiswa jurnalistik dan kepada pembaca pada umumnya serta dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, dan memberi motivasi bagi penulis untuk lebih memanfaatkan media sebagai saluran komunikasi.
8
D. Metodologi Penelitian Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan dapat dipahami. Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.10 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis wcana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk. Pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat.11 Sedangkan
analisis
wacana
didefinisikan
sebagai
suatu
upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan pada pertanyaan apa (who), analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana struktur kebahasan tersebut, analisis wacana lebih bisa.12
10
Lexy, Metodologi Penelitian, h- 3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007). H, 23 12 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h-68 11
9
Tahapan Penelitian A) Observasi Teks 1. Obeservasi atau pengamatan langsung dilakukan kepada teks yang akan diteliti. Yaitu mencari dan menghimpun berita “Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Pulau Pramuka di koran tempo.” 2. Wawancara, yakni suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang autoritas (seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah).13 Wawancara yang dilakukan dengan terstruktur atau tersusun sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Wawancara ini dilakukan sebagai pendukung bagi kognisi sosial serta konteks sosial dalam analisis wacana van Dijk. 3. Studi Dokumentasi, adalah merupakan tekhnik yang dilakukan dalam mengumpulkan data berdasarkan buku, majalah, makalah atupun literatur-literatur lainnya. Penulis akan mengumpulkan data yang berhubungan dengan analisis wacana. B). Tekhnik Pengolahan Data a). Analisis Data Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data. Setelah diperoleh wacana yang akan dianalisis, maka sebagai rujukan adalah dengan menggunakan analisis wacana model Teun van
13
Gory keraf, komposisi, (NTT nusa Indah, 2001), hlm 161
10
Dijk yang terdiri tiga elemen yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Jadi, dalam menganalisa data pada tahapan ini penulis selain memperhatikan bagaimana teks/script dalam berita ”Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali di koran Tempo.” yang terdapat kandungan moral itu di bentuk. Untuk selanjutnya penulis
akan
menafsikan
atau
menginterpretasikan
makna
yang
tersembunyi dalam teks tersebut, kemudian diambil kesimpulan guna mencari jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dengan adanya kesimpulan tersebut diharapkan penulis bisa lebih terarah. E. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai skripsi ini maka penulis akan menguraikan dalam 5 bab. BAB 1
Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini memberikan gambaran atau kerangka dari penelitian yang dilakukan.
BAB II
Kajian Teoritis, pada bab ini penulis menjelaskan landasan teori yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Bab ini meliputi Analisis Wacana, Kerangka Analisis Wacana, konseptualisasi berita dan pengertian pesan moral.
11
BAB III
Gambaran umum Koran Tempo, penulisakan menggambarkan mengenai sejarah berdiri Koran Tempo, Visi dan Misi Koran Tempo, Struktur organisasi Koran Tempo dan Rubrikasi Koran Tempo.
BAB IV
Hasil penelitian, menguraikan Wacana Pesan Moral dalam berita Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali di koran Tempo dilihat dari segi teks, Kognisi Sosial dan Konteks Sosial.
BAB V
Penutup, menguraikan kesimpulan berdasarkan pada bab bab sebelumnya, peneilitan ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka.
BAB II LANDASAN TEORI A. ANALISIS WACANA 1. Pengertian Analisis Wacana Pengertian analisis wacana terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan wacana. Analisis menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa, penjelasan sesudah dikaji sebaik-baiknya, penguraian suatu pokok atas berbagai bagian, serta karya sastra atau unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur tersebut.1
Secara etimologi istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wak/wak/uak yang memiliki arti „berkata‟ dan „berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata „ana‟ yang berada dibelakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membendakan‟ (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat dilakukan sebagai perkataan atau tuturan.2
Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguistik (ahli Bahasa) di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris, „discourse‟, kata „deiscourse‟ sendiri berasal dari bahasa Latin, discursus (lari ke sana lari ke mari). Kata ini diturunkan dari kata „dis‟ (dan/dalam arah yang berbeda-beda) dan kata „currere‟ (lari).3
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna dari istilah wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang
1
Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet ke-1 1998), h. 32 Deddy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005) h. 3 3 Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana, ( Yogyakarta, Kanisius, 1993) h. 3 2
12
13
merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, artikel.4
Definis klasik wacana berasal dari asumsi-asumsi formalis (dalam istilah Hymes 1974b, “struktural”), mereka berpendapat bahwa wacana adalah “bahasa di atas kalimat atau di atas klausa” (Stubbs 1983:1).5
Van Dijk (1985:4) mengamati bahwa karakteristik deskripsi struktural wacana pada beberapa perbedaan unit, kategori bentuk sistematik atau hubungan-hubungan yang berbeda. Lajutnya, menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya atas dasar dimensi teks semata, karena teks tersebut merupakan hasil praktik produksi yang harus diamati juga. Van Dijk menyatakan bahwa wacana itu sebenarnya adalah bangunan teoritis yang abstrak (the abstract theoritical construct) dengan begitu wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan wacana teks.6
Secara ringkas atau sederhana, teori wacana mencoba menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Wacana sebagai upaya untuk mengungkap makna yang tersirat dari subjek yang mengungkapkan pernyataan tersebut. Caranya, adalah dengan meletakkan posisi pada si pembicara dengan mengikuti struktur makna dari pembicara tersebut.
Jika dicoba untuk merumuskan, analisis wacana adalah studi tentang struktural pesan dalam komunikasi. Dalam pandangan LittelJohn, 19996:84-85). Pertama, seluruhnya mengenai cara-cara wacana disusun, prinsip yang digunakan oleh komunikator untuk menghasilkan dan memahami percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya. Kedua, wacana 4
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta, Modern English Press, edisi ke -3 2002), h. 1709 5 Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 28 6 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian, (Malang: Bayu Media, 2004), h. 4
14
dipandang sebagai aksi. Ia adalah cara melakukan segala hal, biasanya dengan kata-kata. Ahli analisis wacana berasumsi bahwa pengguna bahasa mengetahui bukan hanya aturan-aturan tata bahasa kalimat, namun juga aturan-aturan untuk menggunakan unit-unit yang lebih besar dalam menyelesaikan tujuan-tujuan pragmatik dalam situasi sosial. Ketiga, analsisi wacana adalah suatu pencarian prinsip-prinsip yang digunakan oleh komunikator aktual dari perspektif mereka; ia tidak memperdulikan ciri atau sifat psikologis tersembunyi atau fungsi otak, namun terhadap problema percakapan sehari-hari yang kita kelola dan kita pecahkan.7
LittelJohn lebih mengarahkan wacana kepada aturan-aturan tata bahasa yang hadir dalam proses berkomunikasi. Secara otomatis, lebih terarah kepada makna pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Maka, tetap saja dalam penelitian lebih terarah kepada tokoh van Dijk, yang lebih memaksudkan bahwa analsis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksudmaksud dan makna-makna tertentu.
2. Analisis Wacana Model Teun van Dijk Model analisis wacana van Dijk kerap disebut „kognisi sosial‟. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks.8
7
Alex Sobur, Analisis Wacana Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, h. 48-49 8 Ibid, h.
15
a. Teks untuk memperoleh gambaran struktur teks dalam model van Dijk, berikut gambaran singkatnya:
1. Tematik, secara harfiah berarti tema. Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Skematik, umumnya teks mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur menunjukkan bagian-bagian dalam teks yang disusun dan diurutkan hingga membentuk suatu kesatuan arti.
3. Semantik, adalah displin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.9
4. Sintaktis, merupakan struktur teks yang dalam pengemasannya menentukan koherensi dan kata ganti yang digunakan dalam satu kalimat. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks.
5. Stilistik, yaitu cara yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.
6. Retoris, adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis yang memiliki fungsi persuasif dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak.
Keenam unsur teks itu kecuali satu yaitu Retoris tidak penulis gunakan dalam skripsi ini karena retoris tidak ada kaitannya di dalam penelitian penulis 9
Ibid, h. 78
16
b. Konteks Sosial
Konteks sosial adalah faktor-faktor yang memperngaruhi cerita atau teks yang berasal dari luar. Menurut van Dijk struktrur ini melihat bagaimana teks ini dihubungkan lebih jauh dengan struktural sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam publik atas suatu wacana. Konteks sosial berusaha memasukkan semua situasi hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa.
c. Kognisi Sosial
Dalam kerangka analisis van Dijk, pentingnya kognisi sosial yaitu kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Karena, setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Di sini, wartawan tidak sebagai individu yang netral tapi individu yang memiliki beragam nila, pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.
Peristiwa dipahami berdasarkan skema atau model, skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental dimana tercakup cara pandang terhadap manusia, peranan sosial dan peristiwa. Ada beberapa skema atau model yang dapat digunakan dalam analisis kognisi sosial penulis, digambarkan sebagai berikut10
10
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 32
17
Tabel 1
Skema atau Model Kognisi Sosial Van Dijk
Skema Person (Person Schemes) Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain Skema diri (Self Schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang , dipahami, dan digambarkan oleh seseorang Skema Peran (Rule Schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi seseorang dalam masyarakat Skema Peristiwa (Event Schemas) Skema ini yang paling sering dipakai, karena setiap peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaksud dengan skema tertentu
B. KONSEPTUALISASI BERITA
1. Pengertian Berita Paul De Manssener dalam buku Here‟s The News : Unesco Associate menyatakan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minta khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting,
18
menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak (Erol Jonathans dalam Mirza, 2008:68-69).11
Berita dapat didefinisikan sebagai peristiwa yang dilaporkan segera yang didapat di lapangan dan sedang dipersiapkan untuk dilaporkan, belum dapat disebut berita. Wartawan yang menonton dan menyaksika peristiwa, belum tentu telah menemukan peristiwa. Wartawan harus bisa menemukan peristiwa setelah memahami proses atau jalan cerita, yaitu harus tau apa (what) yang terjadi, siapa (who) yang terlibat, bagaimana kejadian itu terjadi (how), kapan (when) terjadi, dimana (where) peristiwa itu terjadi, dan mengapa (why) sampai terjadi. Keenam hal tersebut merupakan unsur berita.12
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu cerita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan tidak dapat disebut berita.13
Setelah merujuk kepada beberapa definisi tersebut, maka dapat didefinisikan berita sebagai berikut: berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online internet.14
11
AS Haris Sumadira, Jurnalistik Indonesia Tekhnik Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.64 12
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, h.18
13
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.55
14
AS Haris Sumadira, Jurnalistik Indonesia Tekhnik Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.64
19
2. Nilai-Nilai Berita
Nilai berita atau news values merupakan elemen-elemen dari berita sebagai dasar patokan bagi wartawan untuk memutuskan berita mana yang pantas untuk diliput, dan mana yang tidak. Meski menurut Downie JR dan Kaiser, istilah tersebut tidak mudah didefinisikan.
Kriteria nilai umum berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly M. Moen, dan Doen Ranly dalam “News Reporting and Editing” (1980:6-17) menunjuk kepada sembilan hal. Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi (humanity) dan seks (sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk ke dalam criteria umum nilai berita yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para reporter dan editor media massa. Sehingga terdapat 11 nilai berita, menurut AS Haris Sumadira dalam bukunya : Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature” yakni :
a. Keluarbiasaan (unsualness) b. Kebaruan (newsness) c. Akibat (impact) d. Actual (timelines) e. Kedekatan (proximity) f. Informasi (information) g. Konflik (conflict) h. Orang penting (prominence) i. Ketertarikan manusiawi (human interest) j. Kejutan (suprising)
20
k. Seks (sex).15
Dari 11 nilai berita menurut AS Haris Sumadira yang paling berhubungan dalam topik berita yang penulis yaitu Aktual, Kedekatan, Informasi
C. KONSEP DAKWAH
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti panggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak. Bila diurai menurut tata bahasa Arab kata dakwah berasal دعوة, يدعو, دعاyang artinya menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu.16
Adapula pengertian lain mengatakan bahwa dakwah diambil dari kata da‟a yang artinya memanggil, menyeru dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya sebagaimana yang terdapat dalama QS. Yunus ayat 25
Artinya: “dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).”
Sedangkan secara terminologi (istilah) kata dakwah memliki arti yang beragam. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang dan penafsiran yang dilakukan oleh
15
Ibid, h.80
16
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidayah Karya Agung, 1989), h.128
21
para ahli dan praktisi dakwah. Beberapa diantaranya memaparkan pengertian tentang dakwah adalah:
a. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa Islam adalah sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.17 b. Syeikh Ali Mahfudz di dalam kitabnya Hidayatul Mursyiddin dakwah adalah mendorong (motivasi manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma‟ruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.18 c. Syeikh M. Abduh mengatakan dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang di wajibkan kepada setiap muslim.19 d. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma‟ruf nahi munkar.20
Dari berbagai pengertian dakwah diatas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha baik dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan dan sebagainya yang merupakan untuk menyeru, mengajak individu atau kelompok agar mau menuju jalan Islam untuk beramal ma‟ruf nahi munkar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai keridhoan Allah. 17
Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), h.1
18
Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: PT. Mara Cahaya Utama, 2006),
19
Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, (Solo: Citra Islami Press, 1996),
20
Nur Amien Fatah, Metode Dakwah Wali Songo, (Pekalongan: PT. T.B. Bahagia), h.16-17
h.10
h.13-14
22
2. Pesan Dakwah
Menurut Toto Tasmara pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur‟an dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.21 Sedangkan menurut Quraisy Shihab pesan dakwah merupakan Al-Islam yang bersumber pada Al-Qu‟ran dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. Jadi pesan dakwah dapat dikatakan sebagai pernyataan yang berupa seperangkat lambing yang bermakna yang disampaikan untuk mengajak manusia baik melalui media lisan maupun tulisan agar mengikuti ajaran Islam dan mampu mensosialisasikannya dalam kehidupan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun akhirat. Penjelasan dari pesan-pesan dakwah tersebut adalah:
1. Aqidah
Secara etimologi awidah berasal dari kata al-aqdu yang berarti ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan dengan kuat dan juga berarti yakin. Sedangkan secara terminologi, terdapat dua pengertian aqidah baik secara umum maupun secara khusus.secara umum aqidah berarti hokum yang benar seperti keimanan dan ketahuidan kepada Allah, percaya kepada malaikat, rasul, kitab, qadha dan qadar serta hari kiamat.
2. Syariah
Secara etimologi syariah artinya jalan. Sedangkan secara terminologi syariah artinya suatu system norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia 21
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43
23
dengan alam lainnya.22 dalam pembahasan syariah meliputi perkara ibadah dan muamalah
3. Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangkai tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi Prof. Dr. Farid Ma‟ruf mendefinisikan akhlak yaitu kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan fikiran terlebih dahulu.23
22
Endang Saefudin Anshari, Kuliah Al-Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), h.23
23
H.A. Mustafa, Akhlak Tasawuf , (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1999), h.14
BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah serta Perkembangan Tempo
Tempo lahir dan besar pada zaman orde baru, disokong oleh perusahaan yang juga dibesarkan pada masa orde baru tahun 1971, tetapi orde baru juga yang mematikannya.1 Tempo lahir dan mati di masa orde baru. Beberapa pendiri Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang ikut menggulingkan Soekarno. Tempo luput dari pembredelan dua kali pada masa Orde Baru, tahun 1974 dan 1978. Tahun 1982, terjadi Insiden lapangan Banteng, menjelang pemilu 1982 dan dianggap oleh Pemerintah mengganggu keamanan. Untuk itu Goenawan Muhammad harus mendatangani kesepakatan dengan Departemen Penerangan untuk tidak meliput isu-isu yang sensitif, termasuk yang menyangkut keluarga Cendana.
Tempo merupakan bagian kelas menengah Orde Baru, untuk itu Tempo merupakan fondasi ekonomi yang menyokong Orde Baru. Periode ketika tempo berjaya ialah pada dekade 1980-an, dimana anggaran belanja iklan perusahaan banyak masuk ke media cetak. Jumlahnya mencapai 50% dari total belanja iklan tersebut. Inilah yang pada akhirnya membuat gaji para wartawan tempo mencapai puncaknya. Setelah perpindahan Tempo dari kawasan Senen ke kawasan Kuningan pada tahun 1986, setahun kemudian terjadi eksodus puluhan wartawannya. Mereka keluar dari Tempo untuk mendirikan Majalah Editor
1
http:/www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/20532888.him, artikel berjudul “Enak dibaca, tapi Ini Sejarah dari Atas” Karya Ignatus Haryanto, diakses pada 25 Juni 2013
24
25
keluarnya mereka dikarenakan Tempo telah berubah menjadi institusi bisnis, bukan lagi institusi perjuangan dan manajemen sering kali membela pemilik modal dan tidak lagi menganggap wartawan sebagai aset berharga. “Dunia media sangatlah dinamis karena ia juga mewakili dinamika dalam masyarakat secara mikro. Kantor Tempo pertama di Senen banyak menyimpan memori. Kehangatan ruang seperti bedeng justru menimbulkan suasana egaliter, pintu penghubung ruangan yang mirip pintu bar di dilm-dilm koboi; perilaku para komunis yang kocak-kocak seperti misalnya: tulisan Ong Hok Ham yang sulit diedit karena satu halaman ketik ketinggalan di rumahnya, atau Abdurrahman Wahid yang bisa menghabiskan dua nasi bungkus mulai menegetik kolomnya di Kantor Tempo; dan perilaku para wartawannya sendiri yang memang jahil, menyiasati waktu-waktu krisis saat deadline. Situasi ini bergeser ketika kemudian Tempo pindah dari suasana pasar ke situasi perkantoran modern di kawasan Kuningan.”2
Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliput berita dan politik. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971 yang merupakan majalah pertama dan tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah. Majalah ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994, Tempo kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo juga menerbitkan majalah dalam bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo Magazine dan pada 2 April 2001 Tempo juga menerbitkan Koran Tempo. Pelarangan terbit Majalah Tempo pada 1994 bersama dengan Editor dan Detik, tidak pernah jelas
2
Ibid. “Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas”
26
penyebabnya. Tapi banyak orang yakin bahwa Menteri Penerangan saat itu. Harmoko, mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan pers (SIUPP) Tempo karena laopran majalah ini tentang impor kapal dari Jerman, laporan ini dianggap membahayakan stabilitas negara. Laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap impor oleh Menristek BJ Habibie. Sekelompok wartawan juga kecewa pada sikap Pesatuan Wartawan Indonesia (PWI) karena menyetujui pembredelan Tempo. Editor dan Detik
yang mendirikan Aliansi Jurnalis
Indonesia (AJI).
Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di Indonesia, pemiliknya adalah PT Tempo Inti Media Harian. Tempo sebelumnya dikenal dengan Majalah Tempo. Dalam proses pendiriannya Koran Tempo melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen dari dana tersebut hingga akhirnya koran ini bisa beroperasi. Koran Tempo pertama kali diterbitkan di Jakarta, 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap hari.3 Pertimbangan mendirikan Koran Tempo secara tekhnis ialah untuk mewadahi bahan-bahan berita Majalah Tempo yang terbuang percuma, secara idealis Koran Tempo mencoba memunculkan sesuatu yang baru dan berbeda dari surat kabar lainnya.
Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media massa cetak yang mampu mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi Market reader. Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah ke atas yang secara ekonomi berkecukupan dan memiliki pendidikan tinggi. Motto yang dianut Koran
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Koran_tempo. diakses pada 25 Juni 2013
27
Tempo adalah ”to be concise”, yaitu memberitakan sebuah peristiwa dengan ringkas padat dan jelas sesuai dengan 5 W + 1 H. Motto ini juga yang mendasari desain Koran Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung dari satu halaman lain ke halaman lainnya. Pertimbangan lain adalah waktu pembaca surat kabar yang relatif pendek.
Saat ini Tempo memiliki labelnya sebagai koran kompak, sebuah pergeseran konsep surat kabar harian broadsheet menjadi format tabloid lima kolom yang lebih mungil dan ringkas. Harus diakui bahwa Tempo adalah sebuah sekolah jurnalisme dalam praktik di Indonesia yang alumninya diakui di manamana. Sebutlah nama-nama petinggi media di Indonesia saat ini, banyak di antaranya adalah alumni Tempo. Kalau menyebut nama berita, sukar menyebut media mana pun yang tak ada alumni Tempo di dalamnya.
Selain Majalah dan Koran, Tempo mengeluarkan berita yang mudah di akses dalam media online. Situs berita Tempointeraktif.com berganti nama menjadi Tempo.co pada 23 November 2011. Pergantian identitas ini akan lebih memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengaksesnya. Tampilan dan rubrikasi berita lebih jernih, jumlah berita lebih banyak dan isi lebih akurat. Konten yang ditampilkan dibuat lebih berwarna agar menarik mata pengunjung untuk betah dan berlama-lama menikmati situs tersebut.
Perubahan itu juga menjadi bukti perhatian besar Tempo Media Group pada media online. Sangat penting untuk tampil lebih “enak dibaca dan perlu” di tengah kompetisi media online di tanah air saat ini. Kanal-kanal diperbaiki supaya isinya semakin berbobot. Mulai dari Bisnis, Bola, Gaya, Dunia, Metro, Politik,
28
Olahraga, Otomotif, Seleb, Travel. Konten kanal foto, grafis, serta video memperkaya situs itu. Ditambah dengan Jeda, Blog, info pemerintah daerah, sampai berita lelang, jumlah berita yang tampil kini rata-rata mencapai 450 berita sehari-hari.
Pergantian nama menjadi Tempo.co merupakan bagian dari strategi memperkukuh konvergensi pada produk berita Tempo. Peristiwa yang terjadi di lapangan akan online di Tempo.co. Kemudian Koran Tempo akan menyajikannya dengan menambahkan konteks, kelengkapan dan tambahan data. Untuk berita dengan magnitude luas, Majalah Tempo akan menyajikan cerita di balik peristiwa yang terjadi tadi. Semua saling bertaut, saling melengkapi. Semua berita di media online dan cetak itu sudah pula bisa diunduh lewat aplikasi Tempo di perangkat digital berbasis Android dan lapak digital iTunes lewat iPad.
Selain itu, produk digital Tempo juga dapat diakses melalui telepon “pintar” berbagai jenis dan merk, juga BlackBerry dan iPhone. Tempo telah mengembangkan aplikasi iPad dan Android untuk hampir semua produk majalah cetaknya. Aplikasi digital tersebut diharapkan memberikan pengalaman baru bagi para pembaca untuk menikmati semua “terbitan” Tempo Media Group. Pengakses digital tidak hanya bisa menikmati teks berita bermutu, infografik, atau disain yang memikat tapi juga tampilan audio dan video yang tentu saja lebih menarik.
Tempo Media Group memang bertekad mengembangkan layanan media yang terintegrasi dengan baik. Tentu saja modal yang diperlukan tidak sedikit. Untuk membangun aplikasi digital untuk platform iPad dan Android dibutuhkan dana US$ 75 ribu, belum termasuk tambahan biaya aplikasi untuk setiap aplikasi
29
baru. Angka ini juga belum mencakup investasi aplikasi untuk perangkat BlackBerry, juga penambahan kapasitas bandwidth dan perombakan web.
Mulai 2012, tim digital Tempo menganggarkan dana cukup besar untuk pengembangan
infrastruktur
server
dan
peningkatan
bandwidth.
Sejak
diluncurkan, jumlah pengakses digital Tempo telah meningkat lebih dari 500 persen.
Produk digital akan terus dikembangkan sesuai dengan road-map yang disusun
tim
digital
Tempo.
Peta
pengembangan
itu
disusun
dengan
memperhatikan perkembangan teknologi digital, kompetitor dan potensi pasar. Tentu yang terpenting adalah penyempurnaan konten berita. Usaha co-branding dengan mitra kerja menjadi bagian pengembangan digital ini, di samping kegiatan promosi.
Hasilnya mulai tampak. Sejak Tempo lahir kembali pada 1998, situs berita Tempo.co yang lahir di masa pembredelan itu mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Menurut catatan Google Analytics, sepanjang 2010 terjadi peningkatan jumlah pengunjung sebesar 190 persen, dari 1 juta pengunjung menjadi 4,5 juta pengunjung per bulan. Sementara itu, jumlah halaman (page per view) yang dibuka pengunjung juga mengalami peningkatan menjadi 18-20 juta halaman per bulan.
Keberhasilan itu menggembirakan, walaupun belum cukup. Jumlah pengunjung Tempo.co ditargetkan akan meningkat menjadi 8-9 juta, dengan 35 juta jumlah halaman dibuka oleh pengunjung per bulan. Sementara itu, Tempo
30
juga berharap mampu masuk peringkat 5 besar di situs pemeringkat Alexa dalam waktu dekat ini.
B. Visi Misi Tempo Inti Media
Visi Tempo Inti Media
Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengularkan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.4
Misi Tempo Inti Media
1. menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda
2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal dan politik
3. Terus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik.
4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik
5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuan jaman.
6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor
4
Lampiran Company Profile Tempo Inti Media
31
7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual
C. Struktur Organisasi Tempo
Pemimpin Redaksi
: Gendur Sudarsono
Wakil Pemimpin Redaksi : Daru Priyambodo
Redaktur Eksekutif
: M. Taufiqurrahman
Nasional dan Hukum
Redaktur Pelaksana
: Budi Setyarso, Elik Susanto, I. R. Baskoro, Yosep Suprayogi
Redaktur
: Bagja Hidayat, Jajang Jamaludin, Jobphie Sugiarto, Setri Yastra, Sukma N Lophies
Ekonomi
Redaktur Pelaksana
: Nugroho Dewantoro
Redaktur
: Ali Nur Yasin, Efri. N. P, Ritongga, Retno Sulistyawati, Y Tomi Aryanto
Internasional dan Nusa
Redaktur Pelaksana
: Bina Bektiati, Idrus F. Shihab.
32
Redaktur
: Dwi Arjanto, Maria Hasugian, Mustafa Ismail, Raju Febrian, Sapto Yunus
News dan Metro
Redaktur
: Purwanto, Widiarsi Agustina, Yandi Rofyandi, Zakarias Wuragil
Sains dan Sport
Redaktur Pelaksana
: Yosep Soeprayogi, Yosrizal Suriagi
Redaktur
: Firman Atmahkusumah, Harry Prasetyo, Irfan Budiman, Nurdin Saleh, Candra Dewi
Gaya Hidup dan Seni
Redaktur Pelaksana
: Qoris Tajudin, Seno Joko Suyono
Redaktur
: Dudi Hidayat, Dwi Wilyana, Kurniawan, Nurdin Kalim, Purwanti Diah Prabandari
Investigasi dan Khusus
Redaktur Pelaksana
: Purwanto Setiadi
Redaktur
: Wahyu Dyatmika, Yhandrie Arvian
33
Kreatif
Redaktur Kreatif
: Gilang Rahadian
Redaktur Desain
: Eko Punto Pambudi, Yuyun Nurochman
Bahasa
Redaktur Bahasa
: Uu Suhardi (koordinator), Harto Pratikto, Sapto Nugroho
Pusat data dan Analisis Tempo
Koordinator
: Priarna Ade Subrata :
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan
Bali dikenal sebagai pulau yang dihuni oleh mayoritas Hindu, namun ternyata terdapat pula masyarakat Muslim yang telah berabad lamanya menghuni pulau Bali dan hidup berdampingan dengan masyarakat Hindu. Sejarah masuknya Islam di Bali ternyata berbeda-beda di setiap kabupaten dan memiliki keunikan tersendiri. Berdasarkan catatan sejarah, disebutkan bahwa Islam masuk ke Bali sejak abad ke-14, tepatnya di daerah Gelgel, kabupaten Klungkung. Berdasarkan cerita rakyat turun-temurun, cikal bakal orang Islam pertama yang datang ke Gelgel (pusat pemerintahan di Bali sejak abad ke-14) adalah para pengiring Dalem dari Majapahit berjumlah 40 orang pada masa pemerintahan Dalem Ketut Ngelesir, Raja Gelgel I. Raja Dalem Ketut yang masih termasuk dinasti Majapahit mendirikan Kerajaan Gelgel, yang pada saat itu masih di bawah naungan kerajaan Majapahit. Dikisahkan, setelah Majapahit runtuh, datanglah Ratu Dewi Fatimah dari Majapahit yang beragama Islam dengan niat untuk mengajak Raja Dalem Ketut memeluk Islam dan bersedia menjadi istri apabila Raja Dalem Ketut menjadi Muslim. Konon, upaya Ratu Dewi Fatimah gagal karena upaya yang semestinya mengkhitan Raja Dalem Ketut ternyata tidak mampu memutuskan bulu kaki Raja Dalem Ketut. Akhirnya Ratu Dewi Fatimah kembali ke Loloan (kabupaten Jembrana) tempat pertama beliau mendarat. Setelah Ratu Dewi F atimah meninggal, para pengiringnya kembali ke Gelgel dan bermukim di sana. Sejak saat itulah terdapat pemeluk Islam di Gelgel.1 Gelombang berikutnya, Islam masuk ke Bali sejak abad ke-17, berawal dari datangnya para pelaut Bugis yang melakukan hubungan dagang. Melalui hubungan dagang 1
Sarlan, M. MPA (ed.). 2009 Islam di Bali: Sejarah masuknya agama Islam ke Bali, Bidang Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Bali. Program Peningkatan..
34
35
inilah Islam diperkenalkan ke masyarakat Bali dan berkembang secara damai. Menurut sumber-sumber lokal, kelompok orang-orang Bugis ini dikenal dengan sebutan "wong sunantara" atau "wong nusantara". Gelombang masuknya Islam ke Bali menunjukkan intensitas yang tinggi pada tahun 1667 setelah terjadi perang Makassar dimana para pedagang dan bangsawan Bugis-Makassar meningalkan daerahnya untuk menghindari diri dari kejaran Belanda dan akhirnya mendarat di Badung, Buleleng dan Jembrana. Ketiga daerah ini kemudian menjadi pusat kekuatan orang-orang Bugis di Bali. Hingga kini masyarakat Muslim paling banyak terdapat di Badung, Buleleng dan Jembrana2 Sisa-sisa pelaut Bugis yang melarikan diri menuju Badung merupakan pelautpelaut Bugis Wajo. Para pelaut Muslim ini berlabuh di pelabuhan Serangan yang merupakan pelabuhan penting di kabupaten Badung, termasuk Kuta yang terletak di Bali Selatan. Berdasarkan laporan salah seorang utusan Belanda, pada tahun 1828-1830 Kuta merupakan daerah pelabuhan dan tempat berdagang yang ramai dengan penduduknya terdiri atas 30 KK orang Bugis dan 30 KK orang Bali yang memeluk Islam 3. Sementara itu, beberapa penduduk asli di pesisir pantai seperti di Serangan, Suwun, Tuban telah memeluk Islam karena pergaulannya dengan para pelaut Bugis yang tinggal di pesisir pantai, sehingga sering disebut sebagai Bali Islam4. Orang-orang Bugis yang bermukim di pesisir pantai di Bali Selatan ini kemudian membentuk pemukiman Muslim yang masih ada hingga saat ini. Proses terbentuknya masyarakat Islam di Badung yang dibawa oleh para pelaut dan pedagang Bugis juga dapat dilihat dari berdirinya masjid. Menurut cerita raja Pamecutan IX (Cokorde Pamecutan) masjid pertama yang didirikan di daerah Badung adalah masjid orang-orang Bugis di Serangan yang mendapat bantuan dari kerajaan di mana marmer yang dipasang di 2
Yuliani, Ni Putu.1993. Kerukunan antar Umat Beragama di Jembrana dan Buleleng 1856-1990: Suatu Tinjauan Sejarah, (Skripsi S1), Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar 3 Parmiti, Ni Nyoman. 1998. Masyarakat Islam di Badu.ng 1891-1990, Skripsi S1 , Fakultas Sastra, Universitas Udayana Denpasar 4 Suwitha, I Putu Gede. 1993. "Pelaut-pelaut Bugis Makassar di Sunda Kecil", paper disampaikan pada seminar dan symposium Ilmu-ilmu Humaniora II, Yogyakarta: UGM
36
dalam masjid didatangkan dari Cambay Gujarat-India. Kemudian orang-orang Bugis juga membangun masjid di daerah Suwung5. Masuknya Islam ke Serangan berkaitan erat dengan kedatangan pedagangpedagang Bugis di Serangan. Meskipun belum ada catatan yang pasti, diperkirakan orang-orang Bugis telah bermukim di Bali Utara pada 1642. Sementara di Bali Barat, orang-orang Bugis datang pada tahun 16696 Berdasarkan cerita turun-temurun orang-orang Bugis yang bermukim di Serangan berasal dari Lombok dan Sumbawa. Mereka bermukim di Badung setelah terjadi penggabungan Sumbawa dan Lombok. Di mana pada periode abad ke-17, Kerajaan Gelgel di Bali mengalami kejayaan dan wilayah kekuasaannya meliputi seluruh Bali, Lombok dan Sumbawa7 Teori Van Dijk yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya merupakan teori yang menggunakan analisis teks, konteks sosial dan kognisi sosial dalam menganalisis suatu wacana, maka untuk mempermudah penulis dalam mengolah data yang terdapat dalam berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur. Peneliti memfokuskan pada berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur dengan alasan berita ini. Bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang sangat bersejarah dan berharga bagi umat Islam di dunia. Di mana pada bulan ini Allah SWT telah mengaruniakan kepada kita umat manusia, seorang Nabi dan Rasul bernama Muhammad bin Abdullah sebagai rahmat bagi semesta alam.
5
Sarlan, M. MPA (ed.). 2009 Islam di Bali: Sejarah masuknya agama Islam ke Bali, Bidang Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Bali. Program Peningkatan .. 6 Suwitha, I Putu Gede. 1985. "Hubungan antar suku Bangsa dalam Masyarakat Majemuk di Jembrana Bali", Masyarakat Indonesia, No.2, Jakarta: LIPI 7 Parmiti, Ni Nyoman. 1998. Masyarakat Islam di Badu.ng 1891-1990, Skripsi S1 , Fakultas Sastra, Universitas Udayana Denpasar
37
Sebagaimana firman-Nya.
Artinya: “dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS al-Anbiya; 107) Tanggal 12 Rabiul Awal telah menjadi salah satu tanggal istimewa bagi sebagian kaum muslimin. Tanggal ini dianggap sebagai hari kelahiran Nabi akhir zaman, sang pembawa risalah, penyempurna iman, Nabi agung Muhammad shallallahu alaihi wa’alaa alihi wa sahbihi wa sallam. Beliau merupakan sosok teladan umat muslim yang pada sosoknya lah kita berkaca terhadap semua tindak tanduk yang kita perbuat setiap harinya. Tanggal 12 Rabiul Awal ini biasa disebut Maulid Nabi atau Maulud saja. Kata maulid atau milad dalam bahasa arab berarti hari lahir. Jadi Maulid Nabi Muhammad SAW (bahasa Arab mawlid an-nabi), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW.8 Peringatan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Masyarakat muslim di Indonesia menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan keagamaan seperti pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Peringatan ini bukan sekedar mengenang sebatas kelahirannya saja. Lebih dari itu secara substansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kita selaku umatnya kepada Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Salah satu bentuk kecintaan kita kepada beliau adalah bershalawat, sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam QS al-Ahzab:56
ۚ 8
Encep Supriatna, Pendidikan Sejarah UPI, H. 499
38
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56) Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan memerlukan orang lain dalam berbagai hal, seperti bergaul, bekerja, tolong menolong, kerja bakti, keamanan, dan lain-lain. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Kayam9 sebagai berikut : Sejak manusia bergabung dalam suatu masyarakat, agaknya, keselarasan menjadi suatu kebutuhan. Betapa tidak ! Pada waktu pengalaman mengajari manusia hidup bermasyarakatjauh lebih menguntungkan, efisien dan efektif daripada hidup soliter, sendirian, pada waktu itu pula manusia belajar untuk menenggang dan bersikap toleran terhadap yang lain. Pada waktu dia tahu bahwa untuk menjaga kelangsungan hidupnya dia membutuhkan bekerja bersama orang yang kemudian mengikat diri dalam suatu masyarakat, manusia juga belajar memahami suatu pola kerjasama yang terdapat dalam hubungan antara anggota masyarakat tersebut.
Kerjasama yang dilakukan secara bersama-sama disebut sebagai gotong-royong, akhirnya menjadi strategi dalam pola hidup bersama yang saling meringankan beban masingmasing pekerjaan. Adanya kerjasama semacam ini merupakan suatu bukti adanya keselarasan hidup antar sesama bagi komunitas, terutama yang masih menghormati dan menjalankan nilai-nilai kehidupan, yang biasanya dilakukan oleh komunitas perdesaan atau komunitas tradisional. Tetapi tidak menuntup kemungkinan bahwa komunitas masyarakat yang berada di perkotaan juga dalam beberapa hal tertentu memerlukan semangat gotong-royong.10 Gotong-royong sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk karena adanya bantuan dari pihak lain, untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok, sehingga di
9
Kayam Umar, Prisma No.3 Th XVI 1987. Keselarasan dan Kebersamaan : Suatu Penjelajahan
Awal. Jakarta : LP3ES. Hal. 18 10
Prof. Dr.Gurniawan Kamil Pasya, Gotong Royong dalam kehidupan Masyarakat, h. 3
39
dalamnya terdapat sikap loyal dari setiap warga sebagai satu kesatuan. Dalam hal ini, Parson11 mengemukakan, Loyalty is, as it were, the uninstitutonalized precusor of solidarity, it is the “spilling over” of motivation to conform with the interests or expectations of alter beyond the boundaries of any institutionalized or agreed obligation. Collectivity-orientation on the other hand converts this “propensity” into an institutionalized obligation of the role-expectation. Then whether the actor “feel like it” or not, he is obligated to act in certain ways and risks the application of negative sanctions if he does not. Loyalitas, karena itu, para pendahulu uninstitutonalized solidaritas, itu adalah "tumpah" motivasi agar sesuai dengan kepentingan atau harapan mengubah melampaui batas-batas dari setiap dilembagakan atau disetujui kewajiban. Kolektivitas-orientasi di sisi lain mengubah ini "kecenderungan" menjadi kewajiban dilembagakan peran-harapan. Lalu apakah aktor "merasa seperti itu" atau tidak, ia wajib untuk bertindak dengan cara tertentu dan risiko penerapan sanksi negatif jika dia tidak.
Kehidupan warga suatu komunitas yang terintegrasi dapat dilihat dari adanya solidaritas di antara mereka melalui tolong-menolong tanpa keharusan untuk membalasnya, seperti adanya musibah atau membantu warga lain yang dalam kesusahan. Warga komunitas suatu saat akan memiliki kegiatan yang memerlukan bantuan dari warga lainnya, yaitu penyelenggaraan suatu tradisi perayaan keagamaan. Bantuan yang dilakukan terhadap warga yang melakukan kegiatan ini dapat berupa bahan makanan, uang, ataupun tenaga. Mereka yang datang membantu terlebih dahulu diberitahu waktu perayaan dilaksanakan, sehingga akan mempersiapkan segala sesuatunya. Seperti masyarakat Hindu di Bali yang membantu warga Muslim saat memperingati Maulid Nabi seperti mengarak miniatur perahu. selain itu warga Hindu juga ikut menyumbang telur hias untuk memeriahkan perayaan maulid Nabi di Bali.12
11
Parsons Talcott, The Social System. (New York: Amerind Publishing Co. Pvt. Ltd. 1951), Hal. 97 –
12
Teks berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur.
98
40
Kemudian sikap toleransi yang diberikan masyarakat Hindu kepada warga Muslim di Bali tidak menggangu dan saling menghormati saat perayaan berlangsung seperti yang telah di ajarkan Rasulullah dimana pada masa hidup Rasulullah toleransi antar umat beragama itu beliau gambarkan dalam hubungan jual-beli dan saling memberi dengan non muslim.13 Sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab alMaghazi hadits nomor 4467:
.َعلٍَْهِ َوسَّلَمَ َو ِدرْعَ ُه َمرْهُىْنَ ٌة عِنْدَ ٌَ ُهىْ ِديْ ِب َثالَثٍِْن َ هلل ُ ً صَلَّى ا ُ ِ ُت ُىفًَِّ الَّنب:ْهلل عَ ْنهَا قَاَلت ُ شةَ رَضًَِ ا َ َفعَنْ عَا ِئ )6644 رقم الحدٌث،شعِ ٍْرٍ (كتاب المغازي َ ْ صَاعًا مِن:ًٌَِعْن
Artinya: “Dari Aisyah RA. Dia berkata: Nabi telah wafat sedangkan baju besinya telah diberikan kepada seorang yahudi sebagai gadai dengan 30 sha‟ gandum”. (Kitab alMaghazi, hadits nomor 4467)
B. Analisis 1. Kerangka Analisis Teks Menurut Teori Teun A Van Dijk Dalam menganalisis berita Peringati Maulid Nabi di Bali memfokuskan dan menguraikan peristiwa tertentu dengan struktur wacana untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan, penulis menggunakan struktur wacana model Van Dijk yang terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur mikro, yang terdiri dari elemen yaitu tematik, skematik, semantik, sintaktis, dan stilistik. a. Tematik Pada bab sebelumnya dituliskan bahwa elemen tematik merupakan gagasan inti atau gambaran umum dari suatu teks atau yang sering kita kenal tema/topik, yaitu
13
GalakGampil, Kebangsaan Toleransi Antar Umat Beragama, h.3
41
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh penulis kepada pembaca, dalam kasus wacana berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur penulis mengamati ada beberapa tema tentang dakwah yang ingin diungkapkan oleh I Gede Suardana diantaranya: 1. Aqidah 2. Ibadah 3. Muamalah 4. Akhlak Untuk lebih memudahkan maka penulis menjabarkan temuan kerangka data analisis tematik dalam bentuk tabel, berikut temuan penulis tentang tema-tema yang terdapat dalam berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur. Tabel 2 Kerangka Data Analisis Teks Tematik No A
Tema atau Topik Ibadah
Temuan Data dilanjutkan dengan pembacaan pembacaan salawat Nabi Muhammad dengan harapan kita mendapat syafaatnya.
B
Muamalah
- dengan mengarak telur yang di tempatkan di sebuah miniatur perahu yang di gotong empat pemuda dan diikuti puluhan warga.
42
- ribuan telur yang berasal dari sumbangan warga sekitar bahkan beberapa diantaranya adalah sumbangan warga Bali.
Setelah penulis memperhatikan dan membaca berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur ada beberapa tema-tema yang ingin diungkapkan oleh pewarta seperti yang tertera di tabel atas, tema-tema besar itu diantaranya ibadah dan muamalah. Kedua tema tersebut dituangkan serta diuraikan ke dalam kalimat oleh pewarta.
b. Skematik
Seperti yang dijelaskan pada bab dua bahwa analisis wacana Van Dijk memasukan skema atau alur yang sistematis dalam sebuah wacana, begitu juga dengan berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur berikut penjabaran skematik berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur.
Tabel 3
Kerangka Analisis Data Teks Skematik
No. a
Hal yang diamati Judul
Temuan Data Temuan judul yaitu berita Peringati Maulid Nabi,
43
Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur. b
Lead atau teras berit, yaitu
Pada berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di
pengantar ringkasan apa yang Bali Arak Ribuan Telur. Memiliki lead atau pengantar
c.
ingin dikatakan sebelum
ringkasan sebelum masuk isi berbentuk prolog yang
masuk dalam isi berita secara
ditulis oleh pewarta yang diharapkan mampu
ringkas
menjelaskan isi berita.
Story merupakan isi secara
dari data yang diteliti di dahului dengan pernyataan
keseluruhan peristiwa dari
mengenai keunikan tradisi perayaan maulid Nabi
sebuah wacana yang ditulis
Muhammad SAW di Bali.
oleh pengarang - Pada paragraf ke-2, disini ditekankan bahwa lokasi peringatan maulid Nabi Muhammad berlangsung di Kampung Bugis, Serangan, Denpasar Selatan.
- Pada paragraf ke-3, dituliskan jalannya acara peringatan maulid Nabi Muhammad di Bali. Kondisi dan situasi perayaan juga di gambarkan dalam berita ini.
- Pada paragraf ke-4, terdapat kutipan langsung dari ketua panitia peringatan maulid Nabi, Hanafi, yang mengucapkan setelah pembacaan shalawat kepada Nabi Muhammad dengan harapan mendapatkan syafaatnya kemudian ribuan telur akan di arak keliling kampung.
- Paragraf selanjutnya sampai penutup, digambarkan perayaan dan keunikan etnis Bugis di Bali dalam
44
merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa temuan data skematik pada berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur terdapat lead atau teras berita yang berbentuk prolog dari pewarta. Adapun story yang terdapat di berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur merupakan peristiwa dan keunikan tradisi perayan maulid Nabi Muhammad SAW etnis Bugis di Bali. Peristiwa itu ditulis pewarta dengan sistematis mulai latar belakang lokasi perayaan, apa saja keunikan yang terdapat dalam perayaan maulid Nabi Muhammad etnis Bugis di Bali dan harapan untuk selalu berusaha mempertahankan tradisi ini sampai kemudian hari kelak.
c. Semantik
Semantik merupakan bagian dari struktur makro, yaitu makna ingin ditekankan dalam sebuah teks berita, adapun elemen-elemen yang dijelaskan adalah latar, detil dan maksud yang ingin diungkapkan oleh pewarta, berikut temuan dan semantik yang terdapat dalam berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur.
Tabel 4
Kerangka Data Analisis Teks Semantik
No A
Hal yang diamati
Temuan Data
Latar merupakan hal yang dipakai
Dalam berita Peringati Maulid Nabi Warga
dalam Menyajikan teks, dan tidak
Muslim di Bali Arak Ribuan Telur. Memiliki
45
terlepas dari ideologi pewarta
latar yang jelas, dan ungkapan mengapa sebuah peristiwa terjadi, sedangkan untuk keseluruhan, ditulisnya berita ini karena pewarta ingin menampilkan tradisi perayaan dan keunikan maulid Nabi Muhammad SAW etnis Bugis di Bali.
B
Detail merupakan kontrol yang
dalam tek berita Peringati Maulid Nabi, Warga
disampaikan Oleh komunikator demi
Muslim di Bali Arak Ribuan Telur. Pewarta
memperkuat ide dan gagasannya
menuangkan seluruh hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan di ungkapkan secara detail dan jelas, dengan mengungkapkan latar belakang masalah, menjelaskan tradisi perayaan dan keunikan maulid nabi Muhammad SAW etnis Bugis di Bali.
Maksud merupakan elemen dalam
Maksud yang ingin diungkapkan oleh pewarta
teks yang ingin disampaikan oleh
dalam berita Peringati Maulid Nabi, Warga
komunikator, biasanya teks
Muslim di Bali Arak Ribuan
disampaikan secara implisit atau
Telur.Menyampaikan apa saja yang ditampilkan
eksplisit demi memperkuat ide dan
dalam tradisi perayaan dan keunikan maulid
gagasan dalam teks
Nabi Muhammad SAW pada etnis Bugis di Bali.
46
Dari tabel diatas diambil kesimpulan bahwa adanya latar belakang yang dilakukan pewarta dalam menulis berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur ini, artinya ditulis secara sistematis dengan alur cerita yang jelas, dimulai dari latar belakang masalah, mengapa permasalahan itu timbul dan solusi yang dihadapinya, semua dijelaskan sesuai konteks kehidupan sehari-hari serta dijabarkan dengan kalimat yang detail guna memperkuat pesan yang disampaikan oleh pengarang, yaitu memberikan semangat dan inspirasi kepada pembaca.
d. Sintaktis
Elemen sintaktis menjelaskan bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun dan dirancang menjadi sebuah kesatuan arti, dalam sintaktis terdapat beberapa elemen yaitu bentuk kalimat, koherensi dan kata ganti. Dalam berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur sebagai berikut:
Tabel 5
Kerangka Data Analisis Teks Sintaktis
No A
Hal yang diamati Bentuk Kalimat
Temuan Data Bentuk kalimat yang digunakan pada kalimat berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur adalah kalimat pasif, artinya bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum
47
penderita dan biasanya diawali dengan ditandai awalan di-.
B
. Koherensi seperti yang kita ketahui
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata
sebagai jalinan antar kata, proposisi
dan kalimat yang digunakan pada seluruh
kedalam sebuah kalimat, apakah
kalimat dalam cetita bagian ini sudah baik
peristiwa atau fakta tersebut memiliki
dari segi kata ganti maupun kata
hubungan yang erat, terpisah atau sebab
penghubung.
akibat, koherensi biasanya menggunakan kata konjungsi (penghubung)
C
Kata ganti merupakan alat yang dipakai
Untuk kata ganti yang digunakan dalam
oleh komunikator untuk menunjukkan
kalimat berita Maulid Nabi, Warga Muslim
dimana posisi seseorang dalam wacana
di Bali Arak Ribuan Telur ini adalah: kita
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk kalimat yang digunakan pewarta dalam berita Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur ini adalah kalimat pasif, kalimat subjeknya setelah predikat. Kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Sedangkan untuk koherensi atau pertalian antar kalimat dalam berita ini kalimat yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cetita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti maupun kata penghubung. Untuk kata ganti yang dipakai dalam berita ini agar
48
tidak ada pemborosan kata dan kebosanan mengulang kata yang sama, maka kata gantinya menggunakan kata: kita.
e. Stilistik
Stilistik yaitu bagaimana pilihan kata yang dipakai oleh seseorang pewarta, dan elemen yang digunakan adalah leksikon yang pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan, dalam berita Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur peneliti menemukan style tulisan yang diungkapkan oleh Gede Suardana berikut penjabarannya:
Tabel 6
Kerangka Data Analisis Teks Stilistik
No A
Hal yang diamati Leksikon
Temuan Data Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam berita ini seperti cukup meriah, miniatur perahu, jumlah telur.
Dari tabel diatas penulis menemukan beberapa kata yang memiliki leksikon yang merupakan style pewarta Gede Suardana diantaranya cukup meriah, miniatur perahu, jumlah telur.
Selain pembahasan tentang analisis teks menurut Teun A. Van Dijk, terdapat nilainilai fundamentalis di pemberitaan online tentang Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur yaitu kerukunan umat beragama, toleransi dan gotong royong. Kerukunan berasal dari kata “Rukun” dari Bahasa Arab “ruknun” artinya asas-asas atau dasar, seperti
49
rukun Islam. Rukun dalam arti adjektiva adalah baik atau damai. Kerukunan hidup umat beragama artinya hidup dalam suasana damai, tidak bertengkar, walaupun berbeda agama.14 Kerukunan dalam Islam diberi istilah “tasamuh ” atau toleransi. Sehingga yang di maksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan.15 bukan dalam bidang aqidah Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam AlQur’an dan Al-Hadits. Dalam bidang aqidah atau keimanan seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama dan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT. dalam Surat Al-Kafirun (109) ayat 1 – 6 sebagai berikut:
)وَال٤( ْ)وَال َأنَا عَا ِب ٌد مَا عَ َبدُْتم٣( )وَال أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُ ُد٢( ن َ )ال أَعْبُدُ مَا َتعْبُدُو١( ن َ ُقلْ يَا أَ ُيهَا ا ْلكَا ِفرُو ٦( ِ)َل ُكمْ دِي ُنكُمْ َولِيَ دِين٥( ن مَا أَعْ ُب ُد َ َأنْ ُتمْ عَابِدُو Artinya : “Katakanlah, “Hai orang-orang kafir! “. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhanyang aku sembah. Dan aku bukan penyembah apayang biasa kamu sembah. Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.
Sikap sinkretisme dalam agama yang menganggap bahwa semua agama adalah benar tidak sesuai dan tidak relevan dengan keimanan seseorang muslim dan tidak relevan dengan pemikiran yang logis, meskipun dalam pergaulan sosial dan kemasyarakatan Islam sangat menekankan prinsip toleransi atau kerukunan antar umat beragama. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara anggota masyarakat (muslim) tidak perlu menimbulkan
14
Depag RI, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama, (Jakarta.
2003), h.5 15
Mawardi Marmiati, Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Di Daerah Transmigrasi Palingkau Asri. Jurnal "Analisa" (Volume XV No 02 Mei - Agustus 2008), h.94
50
perpecahan umat, tetapi hendaklah kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW, kerukunan sosial kemasyarakatan telah ditampakkan pada masyarakat Madinah. Pada saat itu rasul dan kaum muslim hidup berdampingan dengan masyarakat Madinah yang berbeda agama (Yahudi dan Nasrani). Konflik yang terjadi kemudian disebabkan adanya penghianatan dari orang bukan Islam (Yahudi) yang melakukan persekongkolan untuk menghancurkan umat Islam.
Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial di mana semua golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.16 Masing-masing hidup sebagai pemeluk agama yang baik dalam keadaan rukun dan damai. Karena itu kerukunan hidup umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagamaan dan perasaan orang lain. Tetapi ini tidak harus berarti bahwa kerukunan hidup umat beragama didasarkan pada sikap sinkretis, sebab justru akan menimbulkan kekacauan dan merusak nilai agama itu sendiri.
Terciptanya kerukunan umat beragama karena adanya toleransi. Kata toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti bertahan atau memikul. Toleran di sini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat.17 Dengan demikian, toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain.
16
Marzuki, Konflik Antar Umat Beragama Di Indonesia Dan Alternatif Pemecahannya, (Yogyakarta,
2006). H.3 17
SH Siagian, Agama-agama di Indonesia, (Semarang: Satya Wacana, 1993). h. 115
51
Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya.
Dalam kasus pemberitaan Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur terlihat bahwa adanya toleransi sehingga terjadi kerukunan masyarakat di Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari masyarakat non-Muslim di Bali membantu umat Muslim mengarak terlur mengitari perkampungan. Selain itu mereka ikut berpartisipasi dengan menyumbangkan telur dan hiasan bunga. Sesuai yang tertera dalam kalimat di berita yaitu “kita disini Muslim dan Hindu saling berdampingan setiap ada acara kita saling membantu” imbuh Hanafi. B. Analisis Pemberitaan tentang “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim Bali arak Ribuan Telur” di Media Online Tempo Dari Kognisi Sosial
Dalam pemberitaan Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur ini pewarta berusaha menginformasikan kepada pembaca bahwa warga-warga suku Bugis di Bali merayakan maulid Nabi Muhammad dengan tradisi dan keunikannya. Penggambaran mengenai tradisi perayaan dan keunikan maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan oleh etnis suku Bugis di Bali tidak kalah meriah dibanding dengan perayaan maulid Nabi Muhammad SAW suku Bugis di Makasar.
Maulid nabi pada periode awal lampau bugis Bali dalam literasi lintasan sejarah pertama kali dibawa oleh warga Islam keturunan Gowa, Sulawesi Selatan pada abad ke 17. Nenek moyang Bugis melarikan diri dari Gowa desa asal mereka karena menolak aturan yang ditetapkan bangsa Belanda setelah Belanda menguasai Kerajaan Gowa, berlayar dan kemudian terdampar di Pulau Bali.18
18
Wawancara Pribadi dengan I Gede Suardana
52
Tradisi maulid Nabi 2013 di kampung Bugis, Serangan, Denpasar Selatan meriah. Setelah imam masjid setempat selesai menyelesaikan ritual keagamaan yaitu pembacaan kitab al-barzanji dan pembacaan silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW tibalah saatnya untuk tradisi perayaan dan keunikan etnis Bugis di Bali yaitu miniatur perahu yang siap untuk di arak keliling kampung dan ribuan telur yang sudah di doa’kan untuk dibagikan ke masyarakat bagi yang beragama Muslim maupun non Muslim.
Tradisi tersebut sudah turun temurun dari nenek moyang mereka yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Dimana setiap diadakan perayan Maulid Nabi selalu ada miniatur perahu dan telur merah.
Miniatur perahu menurut sejarahnya merupakan simbol penghormatan mereka kepada leluhur yang merantau ke suatu tempat dan menetap di tempat yang disinggahinya. Sedangkan hidangan telur merah merupakan kebiasan yang berasal dari orang-orang tua dulu untuk memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW.19
Merunut setiap daerah memiliki tradisi telur Maulidnya. Apakah makna Telur Maulid sama seperti Telur Paskah di mana makna Telur Paskah merupakan merupakan simbol musim semi. Di masa silam, di Persia orang biasa saling menghadiahkan telur pada saat perayaan musim semi, yang bagi mereka juga menandakan dimulainya tahun yang baru.
Dan ternyata tidak, maknanya justru berbeda karena Telur Maulid adalah telur terdiri atas tiga bagian; kulit, putih telur, dan kuning telur. Kulit telur itu berarti iman, putih telur artinya islam, dan kuning telur artinya ikhsan. Selain itu, telur dimaknai sebagai anak-anak
19
Wawancara Pribadi dengan I Gede Suardana
53
ayam (bebek/telor). Tusuk bambu melambangkan adanya kelurusan, kekuatan, keteguhan layaknya pohon bambu yang tumbuh menjulang tinggi.20
Demikianlah Maulid diharapkan memberikan makna kepada umat Islam untuk selalu teguh, lurus dan menjulang tinggi meneladani Sang Nabi Muhammad manusia mulia dan luhur. Dulu sebagian masyarakat hanya menggunakan telur bebek. Ini dimaksudkan umat Islam mengikuti dan meneladani Sang Nabi layaknya bebek, berbaris rapi, mengikuti panduan sang pemimpin. Rasa syukur menyambut kelahiran Sang Nabi teladan umat Islam diungkapkan dengan rasa gembira, rasa sumringah melalui simbol-simbol aneka warna kertas dan hiasan telurnya
Kognisi Sosial penulis kaitannya dengan pemberitaan ini adalah seberapa jauh pewarta mengetahui segala hal mengenai masyarakat etnis Bugis di Bali, khususnya pada proses tradisi perayaan dan keunikan Maulid Nabi Muhammad di Bali. Pewarta berita perayaan dan keunikan Maulid Nabi Muhammad etnis Bugis di Bali di tulis oleh Gede Suardana. Penulis berita ini merupakan wartawan Tempo berdomisili di Bali dan pasti dalam tulisannya mengetahui proses perayaan Maulid Nabi etnis Bugis di Bali.
Selain itu, Tempo juga salah satu media cetak nasional yang memiliki pembaca terbesar di Indonesia. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa banyak pembaca yang mengkonsumsi berita-berita yang disajikan oleh Tempo.
Makna tersirat pewarta dalam pemberitaan ini adalah ingin memberitahukan bahwa walaupun di Bali mayoritas umat Hindu tidak menggambarkan bahwa mereka menguasai atau menindas masyarakat umat agam lain yang berdomisili di Bali. Selain itu di pemberitaan
20
Wawancara Pribadi dengan I Gede Suardana
54
ini terlihat adanya toleransi antara umat Hindu dan Muslim sehingga terjadi kerukunan antar umat beragama.
C. Analisis Pemberitaan Tentang Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim Bali arak Ribuan Telur di Media Online Tempo Dari Segi Konteks Sosial
Konteks berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi pemakaian bahasa, dan terbentuknya sebuah wacana. Seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi sosial yang terjadi pada saat itu, pada konteks sosial tertentu, sebuah wacana dapat diteliti, dianalisis dan dimengerti.21
Konteks ini juga berkaitan dengan who atau siapa dalam hubungan komunikasi, siapa yang menjadi komunikatornya, siapa komunikasinya, dalam situasi bagaimana, apa mediumnya, dan mengapa ada peristiwa komunikasi tersebut.
Konteks merupakan salah satu dari tiga hal sentral dalam wacana menurut Guy Cock. Menurutnya, konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, dan fungsi yang dimaksudkan.22
Analisis sosial meneliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat pada konteks terbentuknya sebuah wacana dalam masyarakat, bagaimana masyarakat memproduksi dan mengkonstruksikan sebuah wacana.
21
Sofwan Tamani, Analisis Wacana Pemberitaan Film „Fitnah‟ Karya Geert Wilders di Harian Umum Republika (edisi 29 Maret-4 April 2008), Skripsi FIDKOM UIN, 2008, h. 87 22
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 9
55
Dalam pemberitaan Tempo tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Bali, merupakan konteks sosial yang melatarbelakangi kebiasaan leluhur mereka dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad dengan cara mengarak ribuan telur yang dihias dengan berbagai macam bentuk, yang ditempatkan di sebuah miniatur perahu. Setelah diarak dua kali mengitari perkampungan, telur-telur tersebut diletakkan kembali ke masjid, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan salawat kepada Nabi Muhammad dengan harapan kita mendapatkan syafaatnya. Setelah mewancarai beberapa pembaca berita “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim Bali arak Ribuan Telur” mereka berpendapat pesan dakwah dalam berita ini terkait dengan ibadah dan muamalah. Seperti yang di ungkapkan salah satu pembaca Zahara menyatakan bahwa di berita tersebut hanya dari segi ibadah dan muamalah.23
Adapun pandangan pembaca tentang dakwah secara keseluruhan mengganggap dakwah itu suatu kewajiban. Seperti yang di ungkapkan Ardina bahwa dakwah merupakan aktifitas yang dapat mengubah pola pikir kepada Islam yang berefek pada tingkah laku dan yang paling penting, perubahan itu karena kesadaran. Misalnya saat umat Islam sudah berkehidupan dan menjalankan syariat dalam seluruh kehidupannya, tidak menyisakan aturan lain selain aturan Allah. Maka dakwah disini berfungsi sebagai penjaga agar umat tidak keluar dari ketentuan-ketentuan yang Allah telah tetapkan. Dan perlu saya tambahkan perintah untuk melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar diwajibkan bagi umat kaum Muslim.24
23
24
Wawancara Pribadi dengan Zahara, Jakarta 20 Agustus 2013 Wawancara Pribadi dengan Ardina, Jakarta 21 Agustus 2013
56
Pembaca menyakini tradisi unik etnis Bugis di Bali ini menarik untuk wawasan bahwa selain ritual keagaaman ada perayaan unik yang ditampilkan masyarakat muslim Bugis di Bali, hal itu membuktikan bahwa Islam memiliki keragaman dalam kultur budaya untuk selalu mempertahankan ciri khas suatu suku di Indonesia.25
Keyakinan yang kuat terhadap janji Allah dengan kemenangan kaum Muslim, baik dalam perang maupun dalam syiar Islam di paparkan dalam berita ini kisah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang begitu sangat spesial dalam mensyiarkan Islam sehingga tanggal 12 Rabiul Awal adalah hari Nabi Muhammad SAW.
25
Wawancara Pribadi dengan Deni Antara, Jakarta, 22 Agustus 2013
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Wacana pemberitaan tentang “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim Bali Arak Ribuan Telur” dapat dilihat dari segi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : Jika dilihat dari segi teks, pemberitaan tersebut dikonstruksi menjadi sebuah wacana yang bertema keagamaan. Sebenarnya maksud dari pemberitaan tersebut secara tidak langsung menjelaskan bahwa terjadi toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Ini bisa dilihat dari penggunaan bahasa serta penyusunan skema berita. Selain itu, penggunaan bahasa di Media Online Tempo mudah dimengerti sehingga pembaca dapat langsung memahami isi dari wacana tersebut.
Pesan dakwah jika dilihat dari segi kognisi sosial dalam berita “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim Bali Arak Ribuan Telur” adalah dengan adanya toleransi antar umat beragama, saling menghargai dan saling membantu, maka terjadi kerukunan antar umat beragama. Sedangkan pesan dakwah dari segi konteks sosial adalah ibadah dan muamalah.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan yaitu perlu dikaji efek pemberitaan ini terhadap masyarakat, untuk itu yang terkait dengan efek pemberitaan terhadap masyarakat dapat dikaji pada penelitian berikutnya.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, E. Saefudin. Kuliah Al-Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992. Anwar, Muhammad. Sejarah Nabi Muhammad SAW. Jakarta: S,A. Alaydrus, 1988. Departemen Agama RI. Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama. Jakarta. 2003. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, cet ke-1 1998. Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001. Fatah, Nur Amien. Metode Dakwah Wali Songo. Pekalongan: PT. T.B. Bahagia. GalakGampil, Kebangsaan Toleransi Antar Umat Beragama. Keraf, Gory. Komposisi. NTT nusa Indah, 2001. Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Marzuki. Konflik Antar Umat Beragama Di Indonesia Dan Alternatif Pemecahannya. Yogyakarta, 2006. Marmiati, Mawardi. Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Di Daerah Transmigrasi Palingkau Asri. Jurnal "Analisa" . Volume XV No 02 Mei Agustus 2008. Muhtadi, A. Saeful. Jurnalistik pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta: logos, 1999. Muhammadiyah, Hilmy. Perempuan Bugis naik haji. Universitas Michigan, éLSAS, 2009. Mulyana, Deddy. Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005. Mustafa, H.Ahmad. Akhlak Tasawuf . Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1999.
58
59
Oetomo, Dede. Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana. Yogyakarta, Kanisius, 1993. Parmiti, Ni Nyoman. 1998. Masyarakat Islam di Badu.ng 1891-1990, Skripsi S1 , Fakultas Sastra, Universitas Udayana Denpasar Pasya, G. Kamil. Gotong Royong dalam kehidupan Masyarakat. Rani, Abdul. Analisis Wacana Sebuah Kajian. Malang: Bayu Media. 2004. Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. .Jakarta, Modern English Press, edisi ke -3 2002. Sarlan, M. MPA (ed.). 2009 Islam di Bali: Sejarah masuknya agama Islam ke Bali, Bidang Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Bali. Program Peningkatan.. Schiffrin, D. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Setiasi, Eni. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: ANDI, 2005. Siagian, S.H. Agama-agama di Indonesia, .Semarang: Satya Wacana, 1993. Sobur, Alex. Analisis Wacana Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing. PT. Remaja Rosdakarya. 2009. Suwitha, I Putu Gede. 1985. "Hubungan antar suku Bangsa dalam Masyarakat Majemuk di Jembrana Bali", Masyarakat Indonesia, No.2, Jakarta: LIPI Suwitha, I Putu Gede. 1993. "Pelaut-pelaut Bugis Makassar di Sunda Kecil", paper disampaikan pada seminar dan symposium Ilmu-ilmu Humaniora II, Yogyakarta: UGM Sumadira, A.S. Haris. Jurnalistik Indonesia Tekhnik Menulis Berita dan Feature, Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005. Talcott, Parsons. The Social System. New York : Amerind Publishing Co. Pvt. Ltd. 1951. Tamani, Sofwan. Analisis Wacana Pemberitaan Film „Fitnah‟ Karya Geert Wilders di Harian Umum Republika (edisi 29 Maret-4 April 2008). Skripsi FIDKOM UIN, 2008. Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
60
Disctionary of sociology proses situasi sosial yang merupakan pewarisan elemen kebudayaan yg di turunkan dr generasi ke generasi secara terus menerus secara lengkap. Bahasa Konjo adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat kecamatan kajang dan kabupaten Sinjai bagian barat. Bahasa konjo memiliki banyak kesamaan dengan bahasa bugis. __________, Sekilas Gambaran Kesenian Bugis dan Latar Belakang Kehidupan Dalam Masyarakat, (Jakarta, Dinas Museum dan Sejarah, Cetakan kedua, 1979) hlm 17 __________, Peta Seni Budaya Bugis, (Jakarta:Dinas Kebudayaan Bugis, 1985). Hlm, 50 Yuliani, Ni Putu.1993. Kerukunan antar Umat Beragama di Jembrana dan Buleleng 1856-1990: Suatu Tinjauan Sejarah, (Skripsi S1), Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar Yunus, M. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Hidayah Karya Agung, 1989. Zaenudin H.M., The Journalist. Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007
Internet: http:/www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/20532888.him, artikel berjudul “Enak dibaca, tapi Ini Sejarah dari Atas” Karya Ignatus Haryanto, diakses pada 25 Juni 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Koran_tempo. diakses pada 25 Juni 2013
LAMPIRAN
Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur Gede Suardana - TempoNews Denpasar - Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di Denpasar, Bali, cukup meriah. Ribuan telur dihias dengan berbagai macam bentuk, lalu diarak dan dibagikan kepada masyarakat. Peringatan maulid nabi ini salah satunya berlangsung di kampung Bugis, Serangan, Denpasar Selatan. Peringatan dipusatkan di Masjid As-Syuhada. Perayaan diawali dengan mengarak telur yang ditempatkan di sebuah miniatur perahu yang digotong empat pemuda dan diikuti puluhan warga. Setelah diarak dua kali mengitari perkampungan muslim ini, hiasan telur kemudian diletakkan kembali ke masjid. "Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan salawat kepada Nabi Muhammad dengan harapan kita mendapatkan syafaatnya," kata ketua panitia peringatan maulid nabi, Hanafi kepada tempocom, Kamis (24/1/2013). Ribuan telur ini kata dia berasal dari sumbangan warga sekitar bahkan beberapa di antaranya adalah sumbangan warga Bali. "Kita di sini muslim dan Hindu saling berdampingan setiap ada acara kita saling membantu," imbuh dia. Telur-telur yang disumbangkan warga setiap kepala keluarga menyumbangkan delapan butir telor dan dua hiasan bunga. Namun ada juga yang menyumbang hingga ratusan telur. "Tahun ini jumlah telur lebih banyak dari tahun-tahun kemarin," jelasnya.
Narasumber
: I Gede Suardana
Jabatan
: Pewarta
Tanggal Wawancara : 20 September 2013 Jenis Wawancara
: Via Telp
T
: Apa yang melatarbelakangi penulisan berita tentang maulid nabi etnis bugis bali?
J
: Penulisan berita maulid nabi di dasari soal keunikan tradisi perayaan maulid nabi yang di lakukan etnis Bugis yang keberadaannya disana menjadi kaum minoritas. Proses tradisinya, apa saja yang mereka lakukan saat perayaan dll
T
: Mengapa anda menggunakan judul peringati maulid nabi, warga muslim di Bali arak ribuan telur pada pemberitaan maulid nabi etnis di bali?
J
: Sebab, menarik dibahas karena selain acara keagamaan mereka (warga Bugis) menampilkan tradis perayaannya, yaitu mengarak ribuan telur dan miniatur sebagai simbol menghormati para leluhur
T
: Bagaimana tempo memandang keunikan antar umat beda agama?
J
: Hal ini berkaitan dengan QS
T
: Dalam struktur skema pemberitaan yang anda tulis penulisaannya diawali dengan membahas perayaan dan keunikan acara maulid etnis Bugis Bali dan diakhiri dengan komentar-komentar dari pihak agama lain, mengapa berita ini diskemakan demikian? Apakah ada alasan-alasa tertentu?
J
: Salah satu unsur berita adalah proximity atau kedekatan dengan pembacanya. Pembaca tempo adalah orang indonesia. Mereka diasumsikan ingin lebih dahulu mengetahui bagaimana kondisi agama islam. Baru setelah itu agama lain yang berkontribusi dengan agama islam
T
: Apa yang ingin disampaikan kepada pembaca tentang maulid nabi etnis bugis bali?
J
: Prinsip yg di pakai adalah keunikan perayaan maulid nabi etnis Bugis di Bali
T
: Bagaimana pengaruh berita tersebut terhadap masyarakat?
J
: Pastinya ada pengaruh langsung kepada masyarakat. Pertama berita ini memberitahukan kepada khalayak seberapa besar kerukunan antar umat beragama di Bali. Kedua terciptanya bebas berekpresi agama lain selain Hindu. Berita ini menjadi pacuan untuk di ikuti di daerah lain.
T
: Bagaimana gaya penulisan tempo yang digunakan dalam setiap pemberitaannya?
J
: Pemberitaan kami tidak jauh dengan prinsip jurnalistik yang ada. Pertama tentu soal informasi. Kedua soal akurasi. Ketiga, soal cover both side. Kita memberitakan tentang kejadian yg pastinya berkaitan degan agama lain. Dlm berita ini, adalah penting untuk memberikan wadah / kesempatan pihak terkait utk merayakan tradisi yg biasa di lakukan. Gaya bahasa kami selalu santun sesuai prinsip jurnalisme profetik yg memang menjd semangat dr visi misi tempo.
T
: Kapan pertama kali etnis bugis ke Bali?
J
: Sejak abad 17, faktor utama mereka hijrah ke bali melarikan diri karena menolak peraturan Belanda pada saat menguasai kerajaan Gowa
T
: Apa saja keunikan dari perayaan Maulid Nabi etnis Bugis Bali?
J
: Masyarakat disana menampilkan tradisi keuinkannya dengan telur hias maulid dan miniatur perahu
T
: Makna dari telur hias maulid dan miniatur perahu bagi masyarakat bugis itu sendiri apa?
J
: Untuk makna telur hias maulid terdapat tiga bagian pertama, kulit telur berarti iman, putih telur artinya islam, dan kuning telur artinya ikhsan. Telur di maknai sebagai anak-anak ayam. Tusuk bambu melambangkan kelurusan, kekuatan, keteguhan, layaknya pohon bambu yang tumbuh menjulang tinggi. Sedangkan makna miniatur
perahu merupakan simbol penghormatan kepada perjuangan nenek moyang mereka merantau ke suatu tempat dan menetap di tempat yang di singgahinya
FOTO LAMPIRAN
Warga membagikan hiasan telur saat puncak perayaan maulid Nabi etnis Bugis Bali
Warga mengambil hiasan telur yang di anggap akan membawa berkah
Miniatur kapal pinisi ciri khas lain dalam perayaan maulid nabi di kampung bugis
Umat muslim membagikan hiasan telur sambil melantunkan sholawat