ANALISIS TUDI KELAYAKAN EKONOMI EMBUNG REJOAGUNG DI KABUPATEN BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Ali Radinal Mukhtar1, Endang Purwati2, Rahmah Dara Lufira2 1 Mahasiswa Program SarjanaTeknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
[email protected] Abstrak : Kabupaten Banyuwangi termasuk kota penghasil pangan terbesar di jawa timur. Untuk memaksimalkan lahan sehingga menjadi Swasembada Pangan maka Pihak Dinas Pengairan membangun beberapa Embung dibeberapa kecamatan, salah satunya Embung Rejoagung yang terletak di Dusun Sumber Groto Desa Rejoagung Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi yang bertujuan agar pengembangan lahan irigasi tercapai dengan baik,di musim kemarau ataupun musim hujan. Adapun tujuan dari analaisis studi ini adalah untuk mengetahui kelayakan secara teknis yang meliputi (neraca air,desain bangunan, dan dampak lingkungan pembangunan embung) dan ekonomi (meliputi besarnya manfaat, biaya, rasio manfaat-biaya, selisih manfaat-biaya, IRR, dan analisis sensitivitas). Studi dilakukan dengan mengumpulkan data-data (curah hujan, klimatologi, desain perencanaan embung, pola tata tanam lahan, biaya investasi, biaya operasional, dan hasil budidaya pertanian daerah setempat). Hasil studi diperoleh biaya pembangunan Embung sebesar Rp 1.710.050.000,00,- dengan Volume tampungan air efektif sebesar 35.000 m3. Pola tanam masyarakat sebelum adanya embung adalah Padi-Palawija-Palawija dengan hasil panen Rp 77.400.000,00,-/ ha per tahun. Sedangkan pola tanam setelah adanya embung adalah Padipadi-palawija denga hasil panen Rp 548.200.000,00-/ha per tahun. Total pengembangan lahan setelah adanya embung sebesar 25,4 Ha. Hasil analisis ekonomi dengan tingkat bunga 6.5% diperoleh nilai B-C sebesar Rp 4.406.947.073,00.00,- , nilai B/C = 3,58, nilai IRR = 32,34%. Berdasarkan parameter tersebut maka proyek ini layak untuk dibangun. KataKunci:Ekonomi,Analisis,Irigasi. Abstract: Banyuwangi Regency is one of the largest food producing cities in eastern Java. To maximize the land so as to be Food Self-Sufficiency then Party Irrigation Department to build some Embung in several districts, one of which Embung Rejoagung located in the hamlet Source Groto Village Rejoagung District of Srono Banyuwangi which aims for the development of irrigated lands achieved well, in the dry season or rainy season. The purpose of analaisis this study was to determine the feasibility of technically covering (water balance, building design, and environmental impact of the construction of reservoirs) and the economy (including the benefits, costs, benefit-cost ratio, the difference in benefit-cost, IRR, and analysis Sensitivity). The study was conducted by collecting data (rainfall, climatology, reservoir planning design, the pattern of cropping land, investment costs, operational costs, and the cultivation of local farm). The result of the study was obtained by Embung development cost of Rp 1,710,050,000.00, with an effective water reservoir volume of 35,000 m3. Community planting pattern before embung is Rice-CornCorn with yield of Rp 210,800,000,00, - / ha per year. While cropping patterns after the reservoir is Rice-Rice-Corn crops premises Rp 1,610,360,000.00, - ha/year. Total land development after the embung of 25.4 ha. The results of the economic analysis with an interest rate of 6.5% B-C values obtained Rp 13.602.993.222,06.00, -, B / C = 8.95, IRR = 81.27%. Based on these parameters, the project is feasible to build. Keywords:Economy,Analysis,Irrigation.
sebanyak 26 buah. Air dari mata air dan sungai yang ada telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti rumah tangga, fasilitas umum, industri, serta dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan yang cukup luas baik sawah teknis maupun non teknis. Aspek Ekonomi sangat penting dalam proses pembangunan Embung Rejoagung yang berlokasi di Kecamatan Srono
PENDAHULUAN Air adalah substansi yang paling melimpah di permukaan bumi, komponen utama bagi semua makhluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga merupakan faktor penentu dalam pengetahuan iklim di permukaan bumi untuk kebutuhan hidup manusia (Indarto, 2010:04). Apabila tidak ada air, maka dapat dikatakan tidak ada kehidupan. Dari seluruh air yang ada di permukaan bumi hanya 2,5% yang berupa air tawar. Air tawar tersebut berupa es dan salju 1,75% air udara 0,001% yang berada di sungai dan danau 0,001% dan yang berupa air tanah 0,72%. Dengan jumlah air sangat terbatas perlu ada perlindungan tentang keberadaan sumber daya air dan pemanfaatan yang seoptimal mungkin. Salah satu pemanfaatan yang cukup signifikan ialah air untuk keperluan irigasi. Dengan penambahan jumlah penduduk dari dari tahun ketahun hal ini membuat kebutuhan pangan semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan pangan,maka diperlukan air irigasi yang sesuai dengan kebutuhan. Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu dari beberapa daerah penghasil padi terbesar. Kabupaten Banyuwangi terletak di antara garis lintang Selatan 07º43’ - 08º46’ dan garis bujur Timur 113º53’ - 114º38’, dengan luas wilayah 5.782,50 km². Kekayaan alam yang telah mendatangkan kemakmuran daerah, antara lain gunung berapi dengan ketinggian berkisar antara 2.350 – 3.808m terdapat sebanyak 5 buah, mata air yang memiliki potensi untuk dikembangkan terdapat 222 buah, dan sungai besar dengan panjang berkisar antara 6,170 – 80,700 km terdapat
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Srono LANDASAN PUSTAKA Embung Embung dalam pengertian adalah suatu wilayah yang dijadikan tempat penampungan air sehingga pada masa musim kering sebagian kebutuhan air dapat terpenuhi. Sumber air Embung yag utama berasal dari limpasan pada permukaan ditambah dengan air hujan yang turun langsung pada wilayah tersebut. Sedangkan menurut Soedibyo Embung adalah tampungan untuk menyerap dan menampung air pada saat berlimpah agar dapat di manfaatkan pada saat yang dibutuhkan (Soedibyo, 1993:7). Pengelolaan air di Embung merupakan usaha untuk mengatur dan mengendalikan jumlah air yang masuk dan keluar dari Embung. Pengaturan bertujuan agar penggunaan air untukberbagai kepentingan manusia dapat diatur dengan baik, dan 1
2 menunjang kesejahteraan manusia. Air yang dikendalikan adalah air hasil tampungan Embung dari air hujanmaupun sungai yang memasok debit ke dalam Embung, sehingga air dapat disediakandalam waktu atau tempat yang tepat dalam jumlah yang diperlukan. Analisis Ekonomi Dalam analisis ekonomi suatu proyek dilihat dari sudut pandang perekonomian secara keseluruhan. Unsur-unsur yang ditinjau dalam analisis ekonomi adalah sebagai berikut : 1. Harga yang dipakai pedoman adalah harga bayangan (shadow price). 2. Pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan keuntungan dari suatu proyek. 3. Besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga pasar barang - barang input. Besarnya bunga modal biasanya tidak dipisahkan, dikurangkan dari hasil kotor. Perbandingan Biaya Analisis ekonomi teknik pada suatu umur proyek pembangunan mengarahkan pada perencana dalam menentukan pemilihan terbaik dari beberapa alternatif hasil perencanaan yang dipilih. Alternatif ini bisa berupa perbandingan biaya dari beberapa pilihan yang direkomendasi, dapat pula analisis ekonomi juga dapat pula analisis ekonomi juga dikembangkan berdasarkan azas manfaat dari proyek yang bersangkutan (Kuiper,1971:72) Manfaat Langsung (Direct Benefits)
Adalah manfaat yang terlihat jelas dalam pelaksanaan atau pembangunan dalam suatu pekerjaan sipil,yaitu : 1. Adanya kenaikan dalam keluaran, fisik dari kegiatan yang ditangani proyek. 2. Kenaikan nilai daripada keluaran karena adanya perubahan perbaikan kualitas. 3. Penurunan biaya yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisasi. Penurunan biaya yang disebabkan terhindar dari adanya kerugian, seperti kerusakan akibat kekeringan dan lain sebagainya. Manfaat Tidak Langsung Manfaat ini disebut juga manfaat sekunder proyek yaitu manfaat yang timbul atau dirasakan diluar proyek karena adanya realisasi proyek. Manfaat tidak langsung ini terbagi atas : 1. Manfaat yang disebabkan oleh adanya proyek yang biasanya disebut efek “multiplerI” dari proyek. 2. Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar (economic of sale). Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik, misalkan perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang disebabkan perbaikan kesehatan atau pendidikan Perbandingan Manfaat dan Biaya (Benefit/Cost atau B/C) Kenyataan yang ada dilapangan, yang dipakai adalah B/C karena sesungguhnya biaya operasional dan pemeliharaan (OP) merupakan bagian dari biaya keseluruhan biaya proyek yang harus dikeluarkan. Disamping itu pendapatan tunai atau manfaat bertambah secara akumulatif pada suatu kelompok sosial yang jadi objek
3 perencanaan. Misalnya, dengan adanya proyek adalah lokasi dari kelompok tersebut yang menjadi aman dari banjir dengan periode ulang tertentu. Sedangkan biaya proyek termasuk OP merupakan produk dari kelompok lain (pemerintah misalnya) akibat membangun suatu bangunan tertentu yang membutuhkan biaya OP agar umur proyek dapat terpenuhi. Oleh sebab itu pengurangan OP dari biaya proyek atau sebagai komponen pengurangan dari biaya manfaat suatu tipuan dalam memperbesar ratio manfaat dan biaya (B/C) Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat (benefit) dengan nilai sekarang dari biaya (cost). Secara umum rumus untuk perhitungan BCR ini adalah (I Nyoman Pujana, 1995 : 259) BCR
=
Dimana : PV = Present value BCR = Benefit Cost Ratio Sebagai ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek dengan metode BCR ini adalah jika BCR > 1 maka proyek dikatakan layak dikerjakan dan sebaliknya jika nilai BCR<1 proyek tersebut secara ekonomi tidak layak untuk dibangun. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) Tingkat pengembalian internal dapat didefinisikan sebagai tingkat suku bunga yang membuat manfaat dan biaya mempunyai nilai yang sama atau B-C = 0 atau tingkat suku bunga yang membuat B/C = 1
Internal Rate of Return merupakan nilai suku bunga yang diperoleh jika BCR bernilai sama dengan 1, atau nilai suku bunga jika NPV bernilai sama dengan 0. IRR dihitung atas dasar penerimaan bersih dan total nilai untuk keperluan investasi. Nilai IRR sangat penting diketahui untuk melihat sejauh mana kemampuan proyek ini dapat dibiayai dengan melihat nilai suku bunga pinjaman yang berlaku. Perhitungan nilai IRR ini dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Kuiper, 1971:16) IRR = I '
NPV' ( I' - I") NPV' NPV"
Dimana : I’ = suku bunga memberikan NPV positif I’’ = suku bunga memberikan nilai NPV NPV = selisih antara present value dari present value dari biaya NPV’ = NPV positif NPV’’ = NPV negatif DATA DAN METODOLOGI Dalam studi ini pertama-tama dilakukan analisis data-data Curah Hujan, Data-data yang ada kemudian dihitung untuk menjadikan debit andalan. Pola tata tanam di gunakan untuk mengetahui berapa kebutuhan dari irigasi. Data Teknis dari Desain Bangunan fisik diperlukan untuk menghitung Volume Pekerjaan (BOQ) langkah selanjutnya kemudian mengihitung Anggaran Biaya. Analisis Benefit Cost Ratio merupakan hasil akhir dari sebuah pekerjaan karena disana akan keluar hasil apakah pekerjaan pembangunan Embung ini layak untuk dibangun. Data-data yang diperlukan dalam studi ini antara lain: (1) Data stasiun hujan dan curah hujan harian (2004-2013); (2) Peta batas DAS; (3) Gambar Teknis (4) Pola Tata
4 Tanam (5) Klimatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Data Curah hujan Embung Rejoagung di Kabupaten Banyuwangi untuk keperluan hitungan atau analisis hujan dipakai stasiun hujan terdekat dan relatif lebih lengkap dengan krakteristik daerah yang mewakili. Ada Tiga data stasiun hujan yang digunakan dalam perhitungan data hujan, yaitu ; Jambewangi. Songon. Dan Licin. Hasil rekap data hujan daerah tahap berikutnya menganalisis data klimatologi yang didapat dari stasiun Klimatologi sebagai bahan dasar Pengolahan data Curah Hujan yang akan di gunakan.
5
Gambar 1. Diagram Alir teknis
6
Gambar 4. Diagram Alir Ekonomi Luas Pengaruh Stasiun Hujan Untuk keperluan analisis ketersediaan air, data curah hujan pada pos tersebut akan dianalisis sehingga mendapatkan curah hujan Wilayah Rejoagung dengan menggunakan metode Poligon Thiessen seperti disajikan pada gambar berikut:
Gambar 3. Luasan as(tanpa skala)
Poligon
Thiessen
Tabel 1. Perhitungan Koefisien Thiessen
Adapun jumlah stasiun yang digunakan dan tersebar di wilayah Embung Rejoagung sebanyak tiga stasiun dan masing-masing stasiun mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua stasiun sebagaimana contog tabel diatas.
7 Uji Homogenitas Fungsi dari Uji Homogenitas ini guna untuk mengetahui data hujan yang layak digunakan dalam perencanaan. Kesimpulannya data hujan bisa digunakan dalam perencanaan. Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus melewati pengujian untuk kekonsistensian Data. Hasil Uji Inlier – Outlier di atas diketahui bahwa semua data hujan pada stasiun Songgon, Srono, dan Jambewangi berada dalam batasan normal, di antara nilai Ambang Atas (Xh) dan Ambang Bawah (Xi). Tabel 2. Nilai Q / n0,5 dan R / n0,5
(Sumber : Sri Harto, 1993 : 168) Kesimpulan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, didapat nilai Q/ n dan R/ n hitung lebih kecil dari nilai Q/ n dan R/ n tabel. Dengan demikian pengujian data dapat diterima (masih dalam batasan konsisten). Evaporasi Potensial Analisis klimatologi yang diperlukan dalam perencanaan suatu daerah irigasi adalah besarnya evapotranspirasi potensial. Data klimatologi diambil dari stasiun terdekat. Rumus yang digunakan untuk menghitung evapotranpirasi adalah rumus Penman Modifikasi yang dinyatakan dengan : ET0 = c . ET* Dengan : ET* = w (0,75 Rs - Rn1) + (1 - w) f(u) (eaed) Analisis Debit Andalan Metode F.J Mock Dr.F.j. MOCK (1973) memperkenalkan model sederhana simulasi keseimbangan air bulanan untuk aliran yang
meliputi data hujan,evaporasi dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran. (Lily,Montarcih : 2010) Secara umum debit sungai dapat dibagi menjadi empat karakteristik (Suyono, 1980: 202). Pembagian karakteristik debit sungai tersebut antara lain: a) Debit air cukup (affluent), yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 95 hari dalam setahun (P = 26,03 %) b) Debit air normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 185 hari dalam setahun (P = 50,68 %) c) Debit air rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 275 hari dalam setahun (P = 75,34 %) d) Debit air musim kering, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 355 hari dalam setahun (P = 97,26 %). Dalam studi ini dihitung besarnya debit andalan dengan tingkat keandalan 80 %, dengan probabilitas tersebut dihitung dengan metode Basic Year. Tabel 3. Hasil Analisis Debit Andalan
Sumber : Perhitungan Debit yang digunakan dalam studi ini adalah probabilitas 81.82% pada tahun 2007. Neraca Air Guna mengetahui apakah debit yang tersedia cukup atau kurang maka dilakukan perbandingan antara kebutuhan air irigasi dengan debit sungai yang tersedia dalam setiap kurun waktu setengah bulanan. Pola tanam yang ditentukan berdasarkan luas tambahan areal irigasi, akan membantu
8 analisis apakah air yang tersedia dapat dikatakan cukup atau kurang. Hasil perhitungan akan ditampilkan pada tabel yang ada dibawah ini. Tabel 4. Debit Air Musim Kering 2005
Sumber : Perhitungan
Gambar 4. Grafik Debit Air Musim Kering
Gambar 5.Grafik Debit Air Semua Musim Dari grafik tersebut maka dapat kita lihat bahwa dari musim – musim yang telah
ditentukan aliran debit fluktuatif tingkat keandalannya. Kami sajikan Grafik Semua Musim agar terlihat perbedaannya.
Gambar 6. Lengkung Kapasitas Rencana Anggaran Biaya Definisi dari biaya modal adalah jumlah semua pengeluaran yang dibutuhkan mulai dari prastudi sampai pekerjaan selesai dibangun. Semua pengeluaran yang termasuk dalam biaya modal ini dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya langsung dan biaya tak langsung (Robert J.Kodoatie. 1995:71). Sebelum menghitung anggaran biaya terlebih dahulu kita hitung biaya Volume Pekerjaan (BOQ). Cara mendapatkan volume pekerjaan erlebih dahulu harus kita hitung luasan dari teknis pekerjaan. Tahap berikutnya yaitu dengan menganalisis Harga Satuan menggunakan Hrga yang telah ditentukan pemerintah tahun 2016. Analisis Harga Satuan Pekerjaan pada Embung Rejoagung ada beberapa bangunan. Total Rekapitulasi dari analisis Volume Pekerjaan mendapatkan Biaya dengan Total Rp.606.600.000,00 Biaya Operasional dan Pemeliharaan Biaya operasional dan pemeliharaan merupakan perkiraan biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya untuk pengoperasian embung dan pemeliharaan bangunan sipil maupun bangunan penunjang agar bisa berfungsi sebagai mestinya Tabel 5. Biaya Operasional
9
Sumber : Perhitungan Dari Perhitungan tersebut didapatkan besarnya O dan P = Rp.9.803.395,00 Biaya Kontraktor Biaya kontraktor adalah biaya kompensasi kepada pelaksanaan pekerjaan beruparesiko dari kontraktor didalam analisis ekonomi disebutkan bahwa biaya kontraktor dimasukkan ke biaya konstruksi dengan memasukkan pada harga dasar satuan pokok kegiatan yaitu sebesar 10%. Perhitungan Analisis Ekonomi Tabel 6. Perhitungan Benefit Embung No. I
Pola Tanam Sebelum Proyek MT I PADI MT II Jagung MT III Jagung
Harga Jual
Hasil
Luas area
Penerimaan
per kg
panen (ton)/ ha
(ha)
(Rp)
Rp Rp Rp
3,800 2,800 2,800
Total
6.50 5.00 5.00 16.50
2.0 1.0 1.0 4.00
49,400,000.00 14,000,000.00 14,000,000.00 77,400,000.00
Sumber : Data Eksisting Tabel 7. Perhitungan Benefit Embung No. II
Harga Jual
Pola Tanam Sebelum Proyek MT I PADI MT II PADI MT III Jagung
Rp Rp Rp
Total
3,800 3,800 2,800
Hasil Luas area panen (ton)/ ha (ha) 6.50 6.50 5.00 18.00
9.0 9.0 7.4 25.40
Penerimaan (Rp) 222,300,000.00 222,300,000.00 103,600,000.00 548,200,000.00
Sumber : Perhitungan Tabel 4.53 dan 4.54 jika dibandingkan maka mendapatkan benefit hasil produksi tanaman sebesar Rp 1,399,560,000.00 per tahun ,yang berasal dari Total Benefit hasil panen Perhitungan – Total Benefit hasil panen Eksisting.
Gambar 6. Grafik Manfaat (Benefit) Analisis Benefit Cost Ratio Contoh Perhitungan : Biaya Investasi Total : RAB + Pembebasan lahan = Rp. 606,65600.000,00+Rp1,103,450,000.00 = Rp 1,710,050,000.0 Biaya Operasi dan Pemeliharaan : Rp 9,803,395.00 Manfaat : Rp 296,110,000.00 Kondisi Normal : Manfaat - Biaya O dan P = Rp 296,110,000 – Rp 9,803,395 = Rp 286,306,604.00 Kondisi Pesimis : Manfaat – (1.2 x Biaya O dan P) = Rp 296,110,000.00 – (1.2 x Rp 9,803,395) = Rp 284,345,926.00 Kondisi Optimis : 1.2 x Manfaat – Biaya O dan P = 1.2 x Rp 296,110,000 – Rp 9,803,395 = Rp 345,528,605.00 Dengan hasil Analisis seperti yang ada pada Tabel diatas maka Pembangunan Embung Rejoagung di Kabupaten Banyuwangi secara Ekonomi layak untuk dibangun. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil kajian analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil Analisis Biaya Finansial Pembangunan Embung Rejoagung
10 sebesar Rp 1.710.050.000,00, dengan biaya tahunan sebesar Rp 9.803.395.20. 2. Hasil Analisis Ekonomi Embung Rejoagung sebagai berikut : a. Dalam kondisi normal IRR : 26.72%, B/C : 2.97, NPV 3,369,444,431.00. Dalam kondisi Pesimis IRR : 21.95%, B/C : 2.46, NPV : 3,005,830,674.79. Dalam kondisi Optimis IRR : 32.34%, B/C : 3.58, NPV : 4,406,947,073.41 b. Hasil Analisis manfaat (Benefit) embung melalui hasil panen di bidang pertanian per tahun sebesar Rp 548.200.000,00,sedangkan sebelum adanya embung Rp 77.400.000,00. c. Lahan Sawah milik Warga Dusun Sumber Groto Desa Rejoagung yang dapat dikembangkan setelah Perencanaan Embung adalah seluas 25,4 Ha. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas sampai Bunga 20% dapat dipastikan bahwa proyek pembangunan Embung Rejoagung masih layak/aman. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. (2016, oktober). Retrieved from bi.go.id: http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/data/Default.aspx Banyuwangi, K. (n.d.). Retrieved Juni 2017, from http://www.banyuwangikab.go.id/beritadaerah/pemkab-banyuwangi-terus-dorongserapan-gabah-petani-oleh-bulog.html Harto, S. (1993). Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Indarto. (2012). Hidrologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kodoatie, Robert J. (2001). Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Limantara, L. M. (2010). Hidrologi Praktis. Bandung: Lubuk Agung. Mahon, M. (1978). Reservoir Capicity and yield. Amsterdam: Elsevier. Pudjosumarto. (1985). Evaluasi Uraian Singkat dan Soal Jawab. Yogyakarta: Liberty. Soedibyo. (1993). Teknik Bendungan. Jakarta: Pradya Paramita. Soemarto. (1987). Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional. Sujarwadi. (1988). Operasi Waduk. Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Universitas Gajamah Mada.
11