ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH PT ASURANSI JASA INDONESIA
SKRIPSI
Program Studi Akuntansi
Nama
:
ISKANDAR
NIM
:
43206110163
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH PT ASURANSI JASA INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Akuntansi
Nama
:
ISKANDAR
NIM
:
43206110163
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: Iskandar
NIM
: 43206110163
Program Studi
: Ekonomi / Akuntansi
Judul Skripsi
: Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia
Tanggal Ujian Skripsi
: 24 Juli 2009
Disahkah Oleh : Pembimbing
( Sri Rahayu, S.E., M.Ak. ) Tanggal :
Dekan,
Ketua Jurusan Akuntansi,
( Dra. Yuli Harwani, MM ) Tanggal :
( Nurul Hidayah,SE, Ak.,M.Si.) Tanggal :
iii
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Skripsi Berjudul
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH PT ASURANSI JASA INDONESIA
Dipersiapkan dan Disusun oleh : Iskandar NIM : 43206110163
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juli 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Susunan Dewan Penguji Ketua Penguji/Pembimbing Skripsi
( Sri Rahayu, S.E., M.Ak.) Anggota Dewan Penguji
( Nurlis, SE, Ak. M.Si ) Anggota Dewan Penguji
( Diah Iskandar, SE, M.Si )
iv
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dah karunia-Nya sehinggga dapat menyelelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH PT ASURANSI JASA INDONESIA”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak skripsi ini rasanya akan sangat sulit untuk dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dan dorongan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini kepada: 1. Bapak H. Probosutedjo, selaku Ketua Yayasan Menara Bhakti. 2. Bapak Dr. Ir. H. Suharyadi, M.S, selaku Rektor Universitas Mercu Buana. 3. Ibu Dra. Yuli Harwani, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi. 4. Ibu Hari Setiyawati, SE, Ak.,M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi. 5. Ibu Nurul Hidayah, SE, Ak., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 6. Ibu Sri Rahayu, SE, M.Ak., selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu, mengorbankan tenaga dan pikiran untuk membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi yang telah mendidik dan membekali ilmu selama studi. 8. Bapak Bagoes Prabawanto, sahabat sekaligus staf Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia, yang telah mengajarkan penulis cara menghitung rasio sovabilitas. 9. Syarifudin, Eko Novianto, Julfitri, dan Dhani Watrika teman sekaligus sahabat yang terus memberikan motivasi dan masukan yang berguna kepada penulis. 10. Terakhir secara khusus, skripsi ini penulis persembahkan kepada Ibu serta kakak-kakakku yang terus mencurahkan perhatian dan kasih sayang tanpa henti serta mengiringi perjuangan penulis dalam doa.
Selanjutnya, penulis sadari bahwa betapapun usaha maksimal yang telah ditempuh dalam penulisan skripsi ini, dengan kemampuan yang terbatas masih ada hal-hal yang tidak terjangkau. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi penulis maupun bagi pihak-pihak yang membacanya. Jakarta, Juli 2009 Penulis,
Iskandar
vi
ANALYSIS OF MONETARY HEALTH OF SYARIAH INSURANCE DIVISION OF PT ASURANSI JASA INDONESIA
BY : ISKANDAR 43206110163
ABSTRACT
This Research was about analysis of monetary health of Syariah Insurance Division of PT Asuransi Jasa Indonesia according to ratio of risk based capital or ratio attainment of solvability. The purpose of this research is to know monetary health of Syariah Insurance Division of PT Asuransi Jasa Indonesia according to rule of government in KMK (Keputusan Menteri Keuangan) Number : 424/KMK.06/2003 and Regulation of Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Number : PER-02/BL/2008. In doing research, writer use descriptive qualitative method, by interpreting data which have been obtained to can be explained systematically, and also compare the data with the rule of government in KMK (Keputusan Menteri Keuangan) Number : 424/KMK.06/2003 and Regulation of Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Number : PER-02/BL/2008, so can be concluded the monetary health of Syariah Insurance Division of PT Asuransi Jasa Indonesia.
Key words : analysis of monetary health, syariah insurance, ratio of risk based capital.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv ABSTRAK .......................................................................................................... vi DAFTAR ISI....................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 D. Batasan Penelitian ......................................................................... 4 E. Kegunaan Penelitian...................................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 5 A. Pengertian Laporan Keuangan ...................................................... 5 B. Definisi Asuransi........................................................................... 6 C. Pengertian Risk Based Capital ...................................................... 8 D. Komponen-komponen Dalam Perhitungan Risk Based Capital ... 9 E. Konsep Perhitungan Rasio Risk Based Capital ............................ 12 F. Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi ......... 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 28 A. Gambaran Umum Perusahaan....................................................... 28 1. Sejarah Singkat........................................................................ 28 2. Visi dan Misi Perusahaan........................................................ 29 3. Nilai dan Budaya Perusahaan.................................................. 30 4. Jenis-Jenis Prosuk Asuransi .................................................... 31 5. Organisasi................................................................................ 34 B. Metode Penelitian.......................................................................... 36
viii
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 36 D. Metode Analisa Data..................................................................... 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................... 38 A. Analisis Kesehatan Keuangan Berdasarkan Risk Based Capital .. 38 1. Menghitung Tingkat Solvabilitas (Solvency Level) ................. 38 2. Menghitung Batas Tingkat Solvabilitas Minumum (Limit of Required Solvency Level)......................................................... 40 3. Menghitung Rasio Kesehatan Risk Based Capital (Rasio Pencapaian Solvabilitas) .......................................................... 48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 51 A. Kesimpulan ................................................................................... 51 B. Saran.............................................................................................. 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3. 1 Struktur Organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia ....................................... 35
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel 4.2 Schedul A (Rp) Kegagalan Pengelolaan Kekayaan 2. Tabel 4.3 Schedul A (USD) Kegagalan Pengelolaan Kekayaan 3. Tabel 4.4 Schedul B Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang 4. Tabel 4.6 Perhitungan Turun (Naik) Cadangan Premi Triwulan II tahun 2008 5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 424/KMK.06 Tahun 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Perusahaan Reasuransi
dan
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi menjadikan setiap individu berpikir lebih maju, tidak hanya memikirkan kebutuhan sekarang tetapi sudah memikirkan kebutuhan di masa datang bahkan mereka sudah mulai merencanakan persiapan untuk menghadapi kondisi-kondisi yang tidak diinginkan di masa yang akan datang. Mereka menyadari kondisi di masa depan tidak menentu dan sulit untuk diprediksikan apa yang akan terjadi pada mereka sehingga mereka perlu melakukan langkah-langkah persiapan menghadapi kondisi-kondisi yang tidak diinginkan seperti kejadian kematian, kecelakaan, kehilangan harta benda karena kebakaran dan lain-lain. Resiko-resiko tersebut perlu dihilangkan atau dikurangi sehingga tidak akan menyulitkan mereka dan atau keluarga mereka jika terjadi kondisi yang tidak diinginkan. Maka mereka membutuhkan suatu lembaga penjamin bagi kondisikondisi yang tidak diinginkan tersebut yang apabila kondisi tersebut terjadi lembaga tersebut lah yang akan menanggung semua resiko tersebut yaitu dengan menjadi peserta asuransi. Asuransi adalah sebuah sistem untuk merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan risiko kehilangan dari seseorang atau badan ke lainnya. Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian
2
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima resiko disebut "penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan, ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh "tertanggung" kepada "penanggung" untuk risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya ditentukan oleh "penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif dan keuntungan. Seiring dengan kebutuhan individu akan hadirnya lembaga penjamin atau perusahaan asuransi yang semakin meningkat maka banyak bermunculan perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi tersebut menawarkan beragam kebutuhan individu akan jaminan atas berbagai kondisi yang tidak pasti yang merugikan. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan asuransi adalah dengan memberikan pengertian kepada masyarakat bagaimana memilih perusahaan asuransi yang baik, mengingat banyak perusahaan asuransi yang gencar menawarkan beragam produk asuransi. Pengertian tersebut tentunya
3
menyangkut metode-metode untuk menilai suatu perusahaan asuransi itu bagus atau tidak. Salah satunya adalah dengan meneliti kesehatan keuangan perusahaan asuransi tersebut yang bisa dilihat dari tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar klaim. Hal ini dapat diketahui dari beberapa indikator yang menunjukan kondisi dan kinerja keuangan perusahaan beberapa tahun terakhir yaitu : likuiditas, profitabilitas, rasio klaim, rasio biaya, hasil investasi serta rasio kesehatan RBC (Risk Based Capital) atau rasio pencapaian solvabilitas. Indikator tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan neraca dan laba rugi perusahaan. Oleh karena hal-hal tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang kesehatan keuangan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) khususnya pada divisi syariahnya. Sehingga penulis mengambil judul skripsi ini ”ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH PT ASURANSI JASA INDONESIA”
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tingkat kesehatan keuangan divisi asuransi kerugian syariah PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) berdasarkan rasio kesehatan risk based capital atau rasio pencapaian solvabilitas?
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan divisi asuransi kerugian syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) berdasarkan Ketentuan Pemerintah yang diatur dalam KMK (Keputusan Menteri Keuangan) Nomor 424/KMK.06/2003 dan Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : PER-02/BL/2008.
D. Batasan Penelitian Penelitian ini penulis batasi pada analisis rasio kesehatan risk based capital laporan keuangan divisi asuransi kerugian syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) triwulan II tahun 2008.
E. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini bagi peneliti dan pembaca adalah untuk membuka wawasan berpikir mengenai tingkat kesehatan suatu perusahaan asuransi kerugian syariah. Adapun kegunaan penelitian ini bagi perusahaan asuransi kerugian syariah adalah untuk mengingatkan kembali mengenai pentingnya Risk Based Capital dalam memantau keuangan perusahaan asuransi kerugian syariah.
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut S. Munawir (2004 : 2 ) ”laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau
aktivitas
suatu
perusahaan
dengan
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut”. Untuk
memperoleh
gambaran
perkembangan
keuangan
perusahaan
diperlukan penilaian terhadap data keuangan, yang lazimnya tercemin dalam laporan keuangan neraca dan laba rugi yang disusun pada akhir periode pembukuan. Selain menyatakan posisi keuangan (kekayaan dan kewajiban) pada suatu saat tertentu, laporan keuangan juga menunjukan potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. Melalui neraca dapat diketahui perubahan aktiva dan kewajiban serta informasi mengenai kebijakan investasi suatu perusahaan. Sedangkan dari laporan laba rugi dapat diketahui kemajuan atau sebab-sebab perubahan modal dan naik turunnya tingkat efisiensi perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2002 (PSAK No. 1 : 05) tujuan laporan keuangan adalah “menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
6
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Penyajian laporan keuangan oleh suatu perusahaan dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan tersebut pada suatu periode, baik untuk kepentingan manajemen, pemilik perusahaan, pemerintah, kreditor dan pihak-pihak yang lain. Oleh karena kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan berbeda-beda, maka laporan keuangan tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan semua pihak yang berkepentingan.
B. Definisi Asuransi Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koophandel memberikan definisi tentang asuransi sebagai : “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”. Sedangkan menurut undang-undang no. 2 tahun 1992 pasal 1 asuransi didefinisikan sebagai berikut : “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
7
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Dari definisi asuransi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan perjanjian antara pihak tertanggung (pemegang polis) dengan penanggung (perusahaan asuransi) untuk meminimalisasi atau memindahkan resiko kerugian yang sifatnya belum pasti (uncercaintly of loss) tertanggung kepada penanggung dengan membayar sejumlah premi kepada penanggung. Perusahaan asuransi sanggup untuk mengurangi resiko (ketidakpastian) yang dirasakan
tertanggung
menjadi
kepastian.
Dengan
menerapkan
konsep
probabilitas, asuransi dapat menaksir apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Penanggung
(perusahaan
asuransi)
dengan
perkiraan
dapat
mendistribusikan kerugian sesungguhnya dengan kerugian rata-rata sehingga memberikan kepastian kepada tertanggung. Hukum bilangan besar (The Law of the Large Number) mengatakan bahwa semakin banyak jumlah peserta dalam suatu kelompok maka akan semakin pasti resiko yang diperkirakan akan mendekati kenyataan yang sebenarnya. Maka dapat dikatakan bahwa mekanisme asuransi adalah suatu alat untuk mengubah ketidakpastian menjadi suatu kepastian.
8
C. Pengertian Risk Based Capital Rasio kesehatan RBC adalah suatu ukuran yang menginformasikan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan asuransi atau kemampuan perusahaan asuransi membayar klaim atau kewajiban dalam jangka panjang. Semakin besar rasio kesehatan RBC suatu perusahaan asuransi, semakin sehat kondisi finansial perusahaan tersebut. Tingkat keamanan finansial yang dimaksud pada rasio kesehatan RBC suatu perusahaan asuransi merupakan ukuran yang menginformasikan rasio dari nilai kekayaan bersih atau “net worth” perusahaan, dihitung berdasarkan peraturan akuntansi standar dibagi dengan nilai kekayaan bersih yang dihitung kembali dengan mengikutsertakan resiko-resiko yang mungkin terjadi. Pengikutsertaan resiko-resiko yang mungkin terjadi merefleksikan adanya ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dalam aktivitas sehari-harinya, misalkan saja kemungkinana jatuhnya nilai asset secara jangka pendek akibat investasi pada instrument yang lebih beresiko, demikian pula kemungkinan naiknya tingkat hutang akibat perkembangan yang tidak menguntungkan di masa depan dalam hal tingkat suku bunga, tingkat kematian dan tingkat putus kontrak. Rasio kesehatan Risk Based Capital telah menjadi penting, khususnya berkaitan dengan pengukuran keamanan financial atau kesehatan perusahaanperusahaan asuransi. Regulasi pemerintah berdasarkan RBC mengenai kesehatan perusahaan-perusahaan asuransi diluncurkan ke industri asuransi di Indonesia oleh Pemerintah setempat di tahun 1999.
9
Departemen Keuangan secara bertahap telah memberlakukan peningkatan rasio solvabilitas yang tertuang dalam KMK nomor 424 tahun 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, dimana Perusahaan Asuransi dan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% dari resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
D. Komponen-Komponen Dalam Perhitungan Risk Based Capital Komponen-komponen dalam perhitungan RBC telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Komponenkomponen tersebut adalah tingkat solvabilitas dan batas tingkat solvabilitas minimum. 1). Tingkat Solvabilitas (Solvency Level) Adalah suatu jumlah dana yang timbul dari pengelolaan kekayaan dan kewajiban yang bisa digunakan untuk menutup kewajiban jangka panjang. Terbagi menjadi 2 komponen, yaitu : a). Kekayaan yang diperkenankan (Admitted Assets) Kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh Perusahaan Asuransi, dalam bentuk invetasi dan bukan investasi. Jenis kekayaan yang merupakan investasi, terdiri dari :
10
1. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 bulan; 2. Saham yang tercatat di bursa efek; 3. Obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan; 4. Surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; 5. Unit penyertaan reksadana; 6. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek) 7. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; 8. Pinjaman polis; 9. Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan) 10. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil). Jenis kekayaan yang bukan investasi, terdiri dari : 1. Kas dan bank; 2. Tagihan premi penutupan langsung; 3. Tagihan reasuransi; 4. Tagihan hasil investasi;
11
5. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan untuk dipakai sendiri; 6. Perangkat keras computer; b). Kewajiban (liabilities) Kewajiban yang harus diperhitungkan dalam penetapan tingkat solvabilitas meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis atau tertanggung dan kepada pihak lain yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, contohnya : utang klaim, utang reasuransi, utang komisi, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, utang bagi hasil, utang zakat, utang lainnya, cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan dan cadangan klaim (estimasi klaim retensi sendiri). 2). Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (Limit of Required Solvency Level) Batas tingkat solvabilitas minimum adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban yang menjadi dasar perhitungan batas tingkat solvabilitas minimum bagi perusahaan asuransi kerugian yaitu : a. Kegagalan pengelolaan kekayaan (Schedule A) b. Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang (Schedule B) c. Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan (Schedule C)
12
d. Ketidakmampuan pihak reasurandur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim (Schedule D)
E. Konsep Perhitungan Rasio Risk Based Capital Dalam menghitung rasio Risk Based Capital, akan diambil langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menghitung tingkat solvabilitas (solvency level) Rumus :
Solvency level = Admitted assets – liabilities
2. Menghitung batas tingkat solvabilitas minimum (limit of required solvency level) Berikut cara perhitungan untuk masing-masing komponen batas tingkat solvabilitas minimum ; a.
Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Asset Default Risk) 1) Resiko kegagalan dalam pengelolaan kekayaan timbul dari kemungkinan adanya : a) Kehilangan atau penurunan nilai kekayaan, dan b) Kehilangan atau penurunan hasil pengembangan kekayaan. 2) Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi resiko kegagalan pengelolaan kekayaan ditentukan dengan mengalikan suatu faktor terhadap nilai kekayaan. 3) Faktor resiko untuk setiap jenis kekayaan dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :
13
Tabel 2.1 Faktor Risiko Kegagalan Pengelolaan Kekayaan Jenis Kekayaan
Kategori
Faktor
Keterangan
Investasi Deposito
- Kategori
Berjangka
0,00 %
Khusus
• Yang masuk dalam kategori khusus adalah jumlah deposito/sertifikat deposito pada satu
dan
Rasio
Sertifikat
Kecukupan
Deposito
Modal
bank sampai dengan jumlah maksimum yang dijamin oleh lembaga penjamin simpanan
(CAR)
(saat ini Rp. 100juta per bank). Kelebihan
Bank
diatas jumlah yang dijamin oleh lembaga
- CAR ≥ 8 %
2,00%
- 8% > CAR ≥ 5%
4,00%
simpanan masuk dalam kategori lainnya dengan faktor risiko yang didasarkan pada CAR bank yang bersangkutan
- CAR < 5 %
16,00%
• CAR berdasarkan data laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit dan disampaikan bank kepada Bank Indonesia
Saham yang tercatat
di
Bursa Efek
- LQ Bursa
45
di Efek
Indonesia, atau
yang
10,00%
setara di bursa efek lainnya - Di luar LQ 45, atau yang 15,00% setara Obligasi
Peringkat
Termasuk
dan MTN
Penerbit
peringkat adalah + dan -, sebagai contoh :
- AAA,
atau
yang setara - AA, atau yang setara
dalam
kategori
masing-masing
untuk peringkat A, termasuk di dalamnya 0,25%
0,50%
adalah A+ dan A-
14
- A, atau yang setara - BBB,
atau
yang setara - BB, atau yang setara - B, atau yang setara
1,00%
2,00%
4,00%
8,00%
Kurang dari B atau yang setara atau yang tidak
16,00%
diperingkat Surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah 0,00% atau Bank Indonesia Unit
Portofolio
penyertaan
Reksadana
reksadana
- Sepenuhnya berupa
Efek Untuk reksadana campuran, faktor dihitung
surat
utang
sesuai dengan contoh sebagai berikut : Misal : 2,00%
pemerintah
Reksadana campuran memiliki total asset Rp.10juta, dengan komposisi portofolio efek reksadana sebagai berikut :
- Sepenuhnya berupa
surat
utang swasta dan atau surat 2,00% berharga pasar uang
Portofolio Efek
Komposisi
Obligasi pemerintah
40%
Obligasi swasta
40%
Ekuitas
20%
Faktor yang digunakan untuk reksadana ini adalah :
15
- Sepenuhnya berupa
surat
berharga
Komposisi Portofolio
Faktor
Rata-rata
Rata-rata
40%
0%
0%
tertimbang
40%
2%
0,8%
20%
10%
2,0%
10,00%
ekuitas - Campuran
berdasarkan komposisi
2,8%
Portofolio
- Penyertaan langsung Bangunan
Hasil
efek
Dana yang harus disediakan adalah :
reksadana
Rp. 10juta x 2,8% = Rp.280.000
16,00%
investasi
- Persentase
dengan hak bersih per tahun strata
atau - 4% atau lebih
investasi
merupakan
pembagian antara hasil investasi dan nilai 7,00%
tanah
appraisal/NJOP. - Termasuk hasil investasi adalah pendapatan
dengan bangunan
hasil
- Kurang
dari
4%
untuk
sewa bersih. 15,00%
- Kenaikan harga berupa unrealized gain tidak termasuk dalam kategori ini.
investasi Pinjaman hipotik
5,00%
Pinjaman polis
0,00%
Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, barang modal dengan
5,00%
skema murabahah Pembiayaan
modal
kerja
dengan skema mudharabah
16,00%
Bukan Investasi Kas dan bank
0,00%
Tagihan premi
8,00%
Tagihan
Perusahaan
Reasuransi
- Dalam Negeri
Bagi perusahaan reasuransi, faktor risiko untuk 4,00%
tagihan retrosesi sama dengan faktor risiko
16
untuk tagihan reasuransi.
- Luar Negeri a. Peringkat BBB
atau
yang
lebih
4,00%
tinggi b. Peringkat dari 8,00%
kurang BBB c. Tidak
punya 24,00%
peringkat Tagihan hasil investasi
2,00%
Bangunan dengan hak strata atau tanah dengan bangunan 4,00% untuk dipakai sendiri Perangkat keras komputer
8,00%
Investasi pada satu pihak • Pihak adalah satu perusahaan atau sekelompok perusahaan yang memiliki hubungan afiliasi satu dengan yang lain • Contoh perhitungan : Sebuah perusahaan asuransi memiliki total investasi sebesar Rp.1000 milyar. Termasuk didalam total investasi tersebut adalah investasi pada satu pihak sebesar Rp. 300 milyar 10,00% x rata-
terdiri dari Deposito Rp. 150 milyar pada bank dengan
rata
CAR 8% (faktor risiko 2%), Obligasi dengan rating BB
tertimbang
faktor risiko
(faktor risiko 4%) Rp.90 milyar dan Saham kategori LQ 45 (faktor risiko 10%) sebesar Rp.60 milyar. Rata-rata tertimbang faktor risiko investasi pada satu pihak adalah : (Rp.150 milyar x 2% + Rp. 90 milyar x 4% + Rp. 60 milyar x 10%) : Rp. 300 milyar = 4,2% Tambahan dana (jumlah deviasi) yang dibutuhkan untuk
17
mengantisipasi kegagalan pengelolaan kekayaan karena eksposur pada pihak tersebut dalam perhitungan BTSM adalah: = 10% x faktor risiko rata-rata tertimbang x kekayaan yang diperkenankan untuk investasi satu pihak (maksimum 25% total investasi) = 10% x 4,2% x Rp. 249,9 (Rp.250 milyar – Rp. 100 juta sebagai deposito kategori khusus) = Rp. 1,05 milyar • Faktor ini dikenakan sebagai tambahan atas faktor dasar yang telah dikenakan sesuai dengan jenis investasinya. Investasi yang direstrukturisasi Suatu 25,00
%
dari
nilai
investasi
yang direstrukturisasi
investasi
dikategorikan
sebagai
investasi
yang
direstrukturisasi apabila telah dilakukan penjadwalan ulang atas pembayaran pokok dan atau hasil investasinya. Jika pembayaran untuk periode sekurang-kurangnya satu tahun telah diterima sesuai dengan persyaratan restrukturisasi, maka faktor yang digunakan kembali ke faktor dasar sesuai dengan jenis investasinya.
Investasi yang diragukan (impaired investment) Impaired investment adalah investasi yang diragukan pemenuhan jadwal pembayaran pokok investasi dan atau hasil investasinya. Suatu investasi dikategorikan sebagai impaired investment 12,50% dari nilai investasi diragukan
yang
apabila investasi dimaksud mengalami sekurang-kurangnya salah satu dari hal-hal sebagai berikut : - keragu-raguan terhadap pemenuhan jadwal pembayaran atas pokok investasi dan atau hasil investasinya; atau - penangguhan pembayaran pokok investasi dan atau hasil investasinya lebih dari 30 hari. Faktor ini dikenakan sebagai tambahan atas faktor dasar yang telah dikenakan sesuai dengan jenis investasinya.
Sumber :
Peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor PER02/BL/2008 tahun 2008
18
4) Peringkat yang dimaksud adalah peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar pada instansi yang berwenang atau yang telah memperoleh pengakuan internasional. 5) Dalam hal peringkat atas suatu jenis investasi diterbitkan oleh lebih dari satu lembaga pemeringkat, maka peringkat yang digunakan adalah peringkat yang paling rendah. b. Ketidakseimbangan Antara Nilai Kekayaan dan Kewajiban dalam Setiap Jenis Mata Uang (Currency Mismatch Risk) 1) Resiko ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang (currency mismatch risk) ditentukan dengan membandingkan antara kekayaan dan kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan untuk setiap jenis mata uang. 2) Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup resiko tersebut di atas ditentukan dalam tabel 2.2 sebagai berikut :
19
Tabel 2.2 Faktor Risiko Ketidak-seimbangan Antara Nilai Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang Faktor Keterangan 50,00 % dari selisih Hasil perhitungan dikonversikan ke dalam mata uang rupiah kurang kekayaan kewajiban
antara sesuai dengan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal dan neraca. dalam Untuk suatu kontrak asuransi yang mengkonversikan suatu
setiap jenis mata mata uang asing terhadap rupiah dengan menggunakan nilai uang
tukar yang tetap (fixed rate), maka kewajiban yang timbul dari kontrak tersebut harus dianggap sebagai kewajiban dalam mata uang rupiah. Contoh : Misalkan perusahaan mempunyai data sebagai berikut : - Kekayaan dalam mata uang rupiah sebesar Rp. 6 M; - Kekayaan dalam mata uang asing setelah dikonversikan ke dalam rupiah sebesar Rp. 4 M; - Kewajiban dalam mata uang rupiah sebesar Rp. 7 M; - Kewajiban dalam mata uang asing setelah dikonversikan ke dalam rupiah sebesar Rp. 2 M; Maka : - Untuk mata uang rupiah Kewajiban – kekayaan = 7 M – 6 M = 1 M - Untuk mata uang asing Kekayaan lebih dari kewajibannya sehingga tidak perlu diperhitungkan. Deviasi : 50% x 1 M = 0,5 M
Sumber :
Peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor PER02/BL/2008 tahun 2008
20
c. Perbedaan Antara Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Claim Experience Worse Than Expected Risk) 1) Resiko perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan timbul dari kemungkinan pengalaman klaim yang terjadi lebih buruk daripada klaim yang diperkirakan. 2) Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup resiko perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan ditentukan dengan menerapkan faktor risiko terhadap masing-masing komponen berikut : a. Komponen Klaim Asuransi Kerugian 1. Komponen Klaim Masa Depan Perhitungan jumlah dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim masa depan dilakukan berdasarkan rumusan sebagai berikut : A = P fp + PK fk dimana : A
= jumlah dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim masa depan
P
= pendapatan premi neto
fp
= faktor risiko untuk pendapatan premi neto
PK = proyeksi beban klaim neto fk
= faktor risiko untuk beban klaim neto
dengan ketentuan bahwa : i) P dihitung dengan rumusan sebagai berikut :
21
P = (PPL+PPTL–C) – (PR–C) – (CAPYBMPakhir – CAPYBMPawal) dimana : P
= pendapatan premi neto
PPL
= premi penutupan langsung
PPTL
= premi penutupan tidak langsung
PR
= premi reasuransi
C
= komisi
CAPYBMP awal
= cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan awal tahun
CAPYBMP akhir
= cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan akhir tahun
ii) PK dihitung dengan rumusan sebagai berikut : PK = P1 x CR PK > K1 dimana : PK
= proyeksi beban klaim neto
CR
= klaim rasio tiga tahun terakhir
P1
= premi neto periode berjalan
K1
= beban klaim neto periode berjalan
dengan ketentuan bahwa : -
CR (klaim rasio) tiga tahun terakhir dihitung dengan rumusan sebagai berikut :
22
K1 + K2 + K3 CR =
, CR > 60% P1 + P2 + P3
dimana : CR
= rasio klaim tiga tahun terakhir
P1
= pendapatan premi neto periode berjalan
P2
= pendapatan premi neto periode sebelumnya
P3
= pendapatan premi neto dua periode sebelumnya
K1
= beban klaim neto periode berjalan
K2
= beban klaim neto periode sebelumnya
K3
= beban klaim neto dua periode sebelumnya
Untuk triwulan I, II, dan III tahun berjalan digunakan rasio klaim tiga tahun terakhir yang digunakan pada triwulan IV tahun sebelumnya, sedangkan untuk triwulan IV tahun berjalan digunakan rasio klaim tiga tahun terakhir sesuai data tahun berjalan. Contoh : Untuk triwulan I, II, dan III tahun 2003 ; K2000 + K2001 + K2002 CR = P2000 + P2001 + P2002 -
K (beban klaim neto) dihitung dengan rumusan sebagai berikut: K = (BK – KR) + (CKakhir – CKawal) dimana :
23
K
= beban klaim neto
BK
= beban klaim bruto (termasuk biaya adjuster)
KR
= klaim reasuransi
CKawal = cadangan klaim awal tahun CKakhir = cadangan klaim akhir tahun iii) Faktor risiko yang digunakan untuk setiap cabang asuransi adalah sebagaimana tersebut dalam tabel 2.3. Tabel 2.3 Faktor Risiko Komponen Klaim Masa Depan Untuk Setiap Cabang Asuransi Faktor pengali terhadap Cabang Asuransi
Pendapatan premi neto
Proyeksi klaim
(fp)
(fk)
10%
10%
10%
15%
Pengangkutan (marine cargo)
10%
20%
Rangka kapal (marine hull)
10%
20%
Rangka pesawat (aviation hull)
10%
20%
Satellite
10%
20%
Energi onshore (oil and gas)
10%
20%
Energi offshore (oil and gas)
10%
20%
Rekayasa (engineering)
10%
20%
Tanggung gugat (liability)
10%
20%
Kredit (credit)
10%
20%
Suretyship
10%
20%
Aneka
10%
20%
Harta benda (property) Kendaraan bermotor (own damage, third party liability, dan personal accident)
Sumber :
Peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor PER02/BL/2008 tahun 2008
24
2. Komponen Klaim Masa Lalu Perhitungan jumlah dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim masa lalu dilakukan berdasarkan rumusan sebagai berikut : B = (CKDPP x f CKDMP) + (IBNR x f IBNR) dimana : B
= dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim masa lalu
CKDPP
= cadangan klaim dalam proses penyelesaian beban sendiri
f CKDMP = faktor risiko untuk cadangan klaim dalam proses IBNR
= cadangan klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan beban sendiri
F IBNR
= faktor risiko untuk cadangan klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan beban sendiri
dengan ketentuan : i) Besar CKDPP dan IBNR, masing-masing >50% dari total cadangan klaim sebelum reasuransi ii) Faktor risiko yang digunakan untuk setiap cabang asuransi adalah sebagaimana terlampir tabel 2.4 sebagai berikut :
25
Tabel 2.4 Faktor Risiko Komponen Klaim Masa Lalu Untuk Setiap Cabang Asuransi Faktor pengali terhadap Cabang Asuransi
Klaim dalam proses
Harta benda (property)
Klaim IBNR
10%
15%
15%
20%
Pengangkutan (marine cargo)
15%
20%
Rangka kapal (marine hull)
15%
20%
Rangka pesawat (aviation hull)
15%
20%
Satellite
15%
20%
Energi onshore (oil and gas)
15%
20%
Energi offshore (oil and gas)
15%
20%
Rekayasa (engineering)
15%
20%
Tanggung gugat (liability)
15%
20%
Kredit (credit)
10%
20%
Suretyship
10%
20%
Aneka
10%
20%
Kendaraan bermotor (own damage, third party liability, dan personal accident)
Sumber :
Peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor PER02/BL/2008 tahun 2008
d. Resiko Reasuransi (Reinsurance Risk) 1) Komponen
resiko
reasuransi
dikaitkan
dengan
ketidakmampuan
penanggung ulang untuk memenuhi kewajibannya. 2) Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi resiko reasuransi ditentukan dengan cara mengalikan cadangan teknis beban penanggung ulang dengan faktor resiko. 3) Faktor resiko yang digunakan terdapat dalam tabel 2.5 sebagai berikut :
26
Tabel 2.5 Faktor Risiko Ketidakmampuan Pihak Reasuradur Memenuhi Kewajiban Membayar Klaim Penanggung ulang
Faktor
Keterangan
Dalam Negeri 4 % x (1a. menyimpan deposit
(deposit/cadangan teknis beban penanggung ulang)
b. tidak menyimpan deposit
4%
Luar Negeri dengan peringkat sekurang-kurangnya
Deposit
adalah
segala
bentuk
simpanan
yang
ditempatkan
reasuradur pada asuradur, termasuk
BBB : a. menyimpan deposit
4 % x (1(deposit/cadangan teknis beban penanggung ulang))
b. tidak menyimpan deposit
4%
oleh
ditahan
premi oleh
yang asuradur
dimana asuradur memiliki otoritas
penuh
menggunakan
untuk simpanan
tersebut
Luar Negeri dengan peringkat kurang dari BBB a. menyimpan deposit
8 % x (1-deposit/ cadangan teknis beban penanggung ulang
b. tidak menyimpan deposit
8%
Tidak mempunyai peringkat a. menyimpan deposit
24 % x (1-(deposit/ cadangan teknis beban penanggung ulang))
b. tidak menyimpan deposit Sumber :
24 %
Peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor PER02/BL/2008 tahun 2008
27
3. Menghitung Rasio Kesehatan Risk Based Capital (Ratio Solvency) Rumus : Ratio Solvency (in%) = Solvency Level : Limit of Required Solvency Level
F. Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Perusahaan asuransi dan reasuransi dapat dikatakan sehat apabila memenuhi tingkat solvabilitas minimum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam pasal 2 ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, yang berbunyi sebagai berikut : ”Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) dari resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban”.
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat
PT. Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) adalah satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang begerak di bidang usaha asuransi kerugian umum. PT Asuransi Jasindo berdiri sebagai hasil penggabungan antara PT Asuransi Bendasraya dengan PT Umum Internasional Underwriters berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 764/MK/IV/1/1972 tanggal 9 Desember 1972 dan dikukuhkan dengan Akta Notaris Mohamad Ali Nomor 1 tanggal Juni 1973.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang asuransi kerugian, seluruh saham PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Pengalaman bidang asuransi kerugian sejak era colonial memberikan nilai kepeloporan tersendiri bagi keberadaan dan pertumbuhan Asuransi Jasindo, serta meraih kepercayaan dari dalam dan luar negeri.
Saat ini Asuransi Jasindo memiliki jaringan pelayanan yang terdiri dari 74 Kantor Cabang yang berlokasi di seluruh Indonesia dan 1 kantor cabang di luar negeri serta berkantor pusat di Jl. Let. Jend. MT Haryono kav. 61 Jakarta.
29
PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) didirikan dengan maksud dan tujuan perusahaan, adalah turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan Program Pemerintah di bidang Ekonomi dan pembangungan
nasional pada
umumnya, khususnya dibidang penyelenggaraan usaha asuransi kerugian dan sejenisnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: a. Menerima pertanggungan langsung dari segala macam jenis asuransi kerugian dan sejenisnya serta mereasuransikan risiko-risiko asuransi tersebut yang menurut pertimbangan melampaui kemampuan sendiri dari perseroan; b. Menerima pertanggungan tidak langsung (re-asuransi / retrosesi) dari perusahaan-perusahaan (asuransi/re-asuransi) didalam maupun diluar negeri untuk segala macam jenis kerugian dan sejenisnya yang menurut pertimbangan perlu untuk ditahan sendiri atau direasuransikan oleh perseroan;
2. Visi dan Misi Perusahaan Visi
:
Menjadi perusahaan
asuransi yang tangguh dalam persaingan
global dan menjadi market leader di pasar domestik. Misi
:
Menyelenggarakan Usaha Asuransi Kerugian dengan Reputasi Internasional melalui peningkatan pangsa pasar, pelayanan prima dan tetap menjaga tingkat kemampulabaan serta memenuhi harapan stakeholder.
30
Sebagai suatu ukuran yang konkrit maka terhadap misi tersebut digunakan 5 (lima) parameter sebagai berikut: a. Pendapatan premi Bruto b. Laba Perusahaan c. Kepuasan Pelanggan d. Kesejahteraan Karyawan e. Risk Based Capital (RBC)
3. Nilai dan Budaya Perusahaan Dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan, Asuransi Jasindo memiliki budaya perusahaan yang harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Asuransi Jasindo dari Direksi sampai dengan pegawai yang paling bawah, yakni budaya “3A”, kepanjangan dari Asah, Asih dan Asuh. a. Asah, memuat pesan profesionalisme yang mengharuskan setiap sumber daya manusia Asuransi Jasindo senantiasa mengasah keahlian dan kecerdasannya lewat proses belajar secara terus menerus, sehingga pada gilirannya akan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas. b. Asih, mewajibkan setiap sumber daya manusia di Asuransi Jasindo saling menghormati dan menghargai agar terdapat keharmonisan dan kenyamanan dalam lingkungan kerja.
31
c. Asuh, mengandung makna kepedulian akan perlunya memelihara solidaritas dan kesatuan tim kerja yang harmonis, solid, dan mendasarkan pada kepentingan perusahaan bukan kepentingan individu. Dalam perkembangannya, sejalan dengan upaya manajemen dan seluruh jajaran pegawai serta untuk mengarahkan segala daya guna meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan, maka kekuatan “3A” telah dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk kata kunci “CARE” yang merupakan kepanjangan dari Cepat, Akurat, Ramah dan Efisien yang secara sadar menyatakan bahwa: Cepat, berarti bahwa
kecepatan pelayanan
akan memberikan kepastian dan
ketenangan bagi tertanggung maupun calon tertanggung. Akurat, menyatakan bahwa keakurasian akan menjamin kepuasan tertanggung dalam memperoleh kepastian dalam berasuransi dengan Asuransi Jasindo. Ramah, berarti
keramahan
merupakan
wujud dari budaya kerja yang
bertujuan memberikan kenyaman dan pengayoman dalam kemitraan. Efisien, menjamin nilai produk yang ditawarkan serta layanan yang diberikan setara dengan kualitas yang diharapkan.
4. Jenis-Jenis Produk Asuransi PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) melakukan usaha perasuransian yang memberikan perlindungan pada konsumen dengan menawarkan jenis produk asuransi sebagai berikut :
32
1. Asuransi Pengangkutan (Marine Cargo) termasuk pengangkutan ekspor, import dan antar pulau barang seperti general cargo, containers, bulk commodities, mesin, pupuk, semen, beras, BBM, CPO dll. 2. Asuransi Kebakaran (Fire) meliputi asuransi kebakaran dan perluasan jaminannya (gempa bumi, badai, banjir, topan, dan lain-lain) terhadap industri hingga rumah tinggal, rumah susun, perkantoran, show room mobil, took, gudang, dll dan juga asuransi gangguan usaha akibat kebakaran. 3. Asuransi Pesawat dan Ruang Angkasa, menjamin rangka pesawat, tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, personil accident crew, loss of licence, dan airport owner liability dan satelit. 4. Asuransi Engineering, meliputi Contractors All Risk (CAR), Erection All Risk, Contractor’s Plan and Machinery Project (CPM), Heavy Equipment, Machinery Break Down (MB), Civil Engineering related risk, Loss of Profit (LOP) Following MB & CAR, Deteriotion of Stock, Electrical Equipment Insurance (EEI), CPM Non Project, Civil Engineering Completed Risks (CECR), Boiler and Pressure Vessel (BPV). 5. Asuransi Oil and Gas meliputi oil and gas onshore exploration, oil and gas offshore exploration, oil and gas onshore production, oil and gas offshore production, oil and gas onshore contruction, oil and gas offshore construction, dll. 6. Asuransi Rangka Kapal (Marine Hull), menjamin rangka kapal berikut mesin dan peralatannya seperti : kapal tanker, barang, penumpang, container roro, curah, tongkang, tunda, pendarat, keruk dll, juga pembangunan kapal.
33
7. Asuransi Kecelakaan Diri, meliputi kecelakaan diri anak sekolah, pengunjung wisata, deposan bank, asuransi keluarga, tamu hotel, mubalig, haji, dll. 8. Asuransi Aneka,
termasuk Public Liability, Comprehensive General
Liability, Produc Liability, dan Liabilty lainnya, CIT, CIS, CICB, Contractual Liability,Stevedore Liability, Fidelity Guarantee, Profesional Indemnity, Legal Liability, Export Credit, Consequence Loss, Install Erection, Livestock, Golf, Freight Forwarder Liability, Umbrella, Moveble All Risk, Asuransi TV, Personal Perfect, Flight Insurance, Workmens Compensation Act, Extrasure Insurance, Employer Liability, Deposan, Asuransi Keluarga, Asuransi Kaca, Kebongkaran, Jasa Titipan, Wisatawan, dll. 9. Asuransi Keuangan, meliputi jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka, jaminan pemeliharaan, custom bond, kontrak bank garansi, jaminan L/C impor, asuransi kredit, dll. Perhitungan premi dan periode penutupan untuk asuransi Kebakaran, Rangka Kapal, Marine Hull pada umumnya dilakukan per tahun (annual basis) sedangkan untuk asuransi Marine Cargo, dan aneka berdasarkan periode jangka pendek (short period) kurang dari 1 tahun, dan untuk asuransi Engineering berdasarkan jangka waktu kontrak pekerjaan engineering tersebut termasuk pemeliharaan.
34
5. Organisasi Sumber Daya Manusia PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) adalah unsur kunci yang strategis yang mendukung keberhasilan usaha berjumlah 972 orang berada di Kantor Pusat dan seluruh Kantor Cabang. Fungsi yang dilaksanakan adalah sebagai Underwriter, Surveyor, In-house Adjuster dan para ahli Pemasaran, Keuangan, Sumber Daya Manusia, Teknologi Informasi dan Hukum yang secara bersama berintegrasi dalam satu sinergi yang kokoh melaksanakan berbagai fungsi perusahaan.
Adapun struktur organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) yang menggambarkan fungsi, hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut :
35
Gambar 1 Struktur Organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia
36
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai komponen-komponen dalam perhitungan rasio Risk Based Capital atau rasio pencapaian solvabilitas serta konsep perhitungan rasio Risk Based Capital.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam
penyusunan
skripsi
ini,
untuk
mendapatkan
data,
penulis
menggunakan metode pengumpulan data yaitu : 1.
Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan data sekunder melalui beberapa literatur yang berhubungan dengan judul skripsi yang didapatkan dari makalah, skripsi-skripsi yang berhubungan dengan Analisis Rasio Kesehatan Risk Based Capital atau Rasio Pencapaian Solvabilitas pada Perusahaan Asuransi.
2.
Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu mengumpulkan data primer yang didapatkan secara langsung dari objek penelitian melalui peninjauan langsung ke perusahaan untuk mendapatkan data yang diperlukan dan melakukan wawancara yakni penulis mengadakan tanya jawab dengan pihak yang berkompeten dan terkait terhadap topik masalah yang diangkat tersebut.
37
D. Metode Analisis Data Dalam skripsi ini, analisis data yang digunakan penulis adalah metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu metode analisis data yang dilakukan dengan cara menginterpretasikan data yang sudah diperoleh untuk dapat dijelaskan secara sistematis, akurat dan faktual serta membandingkan data tersebut dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dan Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor PER-02/BL/2008 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan tentang kesehatan keuangan Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia.
38
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kesehatan Keuangan berdasarkan Rasio Risk Based Capital 1. Menghitung Tingkat Solvabilitas (Solvency Level) Tabel 4.1 Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Solvency Level Triwulan II Tahun 2008 Description
Rp
USD
SGD
Total
(dalam jutaan)
(full amount)
(full amount)
(Rp)
16,976.60
31,913.00
0.00
17,271.00
(except 11,559.74
20,949.00
1,127.00
11,753.00
Solvency Level Admitted Assets Liabilities
subordinate loan) Solvency Level 1 USD = Rp. 9,225.00 Rumus :
5,518.00 1 SGD = Rp. 6,779.37
Solvency Level = admitted assets – liabilities
Untuk menghitung tingkat solvabilitas diperlukan pencarian kekayaan yang diperkenankan (admitted assets) dan kewajiban selain pinjaman subordinasi dari Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero). Perhitungan kekayaan yang diperkenankan triwulan II tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 terlampir.
39
Total admitted assets = (admitted assets(USD) x Rp. 9,225.00/Rp.1,000,000.00) (dalam jutaan rupiah)
+ admitted assets (Rp) = ( 31,913.00 x ( 9,225.00 / Rp. 1,000,000.00 )) + Rp. 16,976.60 = Rp. 294.40 + Rp. 16,976.60 = Rp. 17,271.00
Perhitungan Liabilities triwulan II tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.4 terlampir. Total Liabilities (dalam jutaan rupiah)
= ( Liabilities (USD) x ( 9,225.00 / Rp. 1,000,000.00 )) + ( Liabilities (SGD) x ( 6,779.37 / Rp.1,000,000.00 )) + Liabilities (Rp) = ( 20,949.28 x ( 9,225.00 / Rp. 1,000,000.00 )) + ( 1,127.00 x ( 6,779.37 / Rp.1,000,000.00 )) + Rp. 11,559.74 = Rp. 193.26 + Rp. 7.64 + Rp. 11,552.10 = Rp. 11,753.00
Sehingga apabila dimasukkan ke dalam rumus, maka didapatkan ; Solvency Level
= Admitted Assets – Liabilities
(dalam jutaan Rupiah) = Rp. 17,271.00 – Rp. 11,753.00 = Rp. 5,518.00 Jadi solvency level (tingkat solvabilitas) Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Jasa Asuransi Indonesia sebesar Rp. 5,518,000,000.00
40
2. Menghitung Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (Limit of Required Solvency Level) Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (disingkat BTSM) terdiri dari 4 komponen yaitu : 1. Kegagalan pengelolaan kekayaan / Assets Default Risk (Schedule A) Penghitungan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 terlampir (lihat Total Deviasi). Sehingga didapatkan : Asset Default = [Asset Default (USD) x ( 9,225.00 / Rp. 1,000,000.00)] + Asset Default (Rp) = [2,553.03 x ( 9,225.00 / Rp 1,000,000.00)] + Rp. 342.29 = Rp. 23.55 + Rp. 342.29 = Rp. 365.84. 2. Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang (Schedule B) Perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.4 terlampir, ketentuan perhitungan berdasarkan Tabel 2.2. Pada kekayaan dalam mata uang Singapura setelah dikonversikan ke dalam rupiah sebesar Rp. 0 tetapi kewajiban dalam mata uang Singapura setelah dikonversikan ke dalam jutaan rupiah sebesar Rp. 7.64, Sehingga didapatkan deviasi sebesar : = 50% x Rp. 7.64 = 3.82 3. Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan (Schedule C) Perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :
41
Tabel 4.5 DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH RASIO KESEHATAN KEUANGAN BATAS TINGKAT SOLVABILITAS SCHEDULE C - BEBAN KLAIM YANG TERJADI DAN BEBAN KLAIM YANG DIPERKIRAKAN UP Retensi Sendiri Kecelakaan Diri
(dalam jutaan rupiah) Jumlah Faktor Deviasi 0.015%
Pendapatan Premi Neto
Kesehatan Klaim Baru
Faktor 10%
Cad. Teknis Retensi Sendiri
Kesehatan Klaim Lanjutan
Faktor 10%
0.00
Jumlah Deviasi 0.00
Jumlah Deviasi 0.00
Komponen Klaim Masa Depan Semua Cabang Asuransi Kecuali Kecelakaan Diri dan Kesehatan
Cabang Asuransi
Harta Benda (Property) Kendaraan Bermotor (Own Damage, Third Party Liability, dan Personal Accident) Pengangkutan (Marine Cargo) Rangka kapal (Marine Hull)
Pendapatan Premi Neto
Faktor Untuk Pendapatan Premi
Jumlah Deviasi Pendapatan Premi (1) x (2)
(1)
(2)
(3)
Proyeksi Klaim
Faktor Untuk Proyeksi Klaim
Jumlah Deviasi Proyeksi Klaim (4) x (5)
Jumlah Deviasi (3) + (6)
(4)
(5)
(6)
(7)
2,032.00
10%
203.20
1,219.20
10%
121.92
325.12
6,840.00 619.00 1,108.00
10% 10% 10%
684.00 61.90 110.80
4,104.00 371.40 664.80
15% 20% 20%
615.60 74.28 132.96
1,299.60 136.18 243.76
Rangka pesawat (Aviation Hull) Satelit
0.00 0.00
10% 10%
0.00 0.00
0.00 0.00
20% 20%
0.00 0.00
0.00 0.00
Energi Onshore (Oil and Gas) Energi Offshore (Oil and Gas)
(6.00) 0.00
10% 10%
0.00 0.00
0.00 0.00
20% 20%
0.00 0.00
0.00 0.00
628.00 0.00
10% 10%
62.80 0.00
376.80 0.00
20% 20%
75.36 0.00
138.16 0.00
0.00 49.00
10% 10%
0.00 4.90
0.00 29.40
20% 20%
0.00 5.88
0.00 10.78
2,853.00
10%
285.30
1,711.80
20%
342.36
627.66
1,412.90
8,477.40
1,368.36
2,781.26
Rekayasa (Engineering) Tanggung-gugat (Liability) Kredit (Credit) Suretyship Aneka Total
14,123.00
Catatan : - Kolom (1) diisi berdasarkan rincian X-2 kolom (4) - Kolom (4) diisi berdasarkan perbandingan antara kolom (5) dan kolom (6) Sub Proyeksi Klaim pada rincian X-2. Pilih mana yang lebih besar diantara keduanya
42
Komponen Klaim Masa Lalu Semua Cabang Asuransi Kecuali Kecelakaan Diri dan Kesehatan
Cabang Asuransi
Harta Benda (Property) Kendaraan Bermotor (Own Damage, Third Party Liability, dan Personal Accident)
Cadangan Klaim Dalam Proses
Faktor Untuk Cadangan Klaim Dalam Proses
Jumlah Deviasi Cadangan Klaim Dalam Proses (1) x (2)
(1)
(2)
(3)
IBNR
Faktor Untuk IBNR
Jumlah Deviasi IBNR (4) x (5)
Jumlah Deviasi (3) + (6)
(4)
(5)
(6)
(7)
0.00
10%
0.00
0.00
15%
0.00
0.00
1,337.00
15%
200.55
0.00
20%
0.00
200.55
0.00 310.00
15% 15%
0.00 46.50
0.00 3.00
20% 20%
0.00 0.60
0.00 47.10
Rangka pesawat (Aviation Hull) Satelit
0.00 0.00
15% 15%
0.00 0.00
0.00 0.00
20% 20%
0.00 0.00
0.00 0.00
Energi Onshore (Oil and Gas) Energi Offshore (Oil and Gas)
0.00 0.00
15% 15%
0.00 0.00
0.00 0.00
20% 20%
0.00 0.00
0.00 0.00
Rekayasa (Engineering) Tanggung-gugat (Liability)
0.00 0.00
15% 15%
0.00 0.00
0.00 0.00
20% 20%
0.00 0.00
0.00 0.00
Kredit (Credit) Suretyship
0.00 0.00
10% 10%
0.00 0.00
0.00 0.00
20% 20%
0.00 0.00
0.00 0.00
206.00
10%
20.60
5.00
20%
1.00
21.60
267.65
8.00
1.60
269.25
Pengangkutan (Marine Cargo) Rangka kapal (Marine Hull)
Aneka Total
1,853.00
Catatan : - Kolom (1) diisi berdasarkan rincian X-2 kolom (5) - Kolom (4) diisi berdasarkan rincian X-2 kolom (6) Total Deviasi Antara Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan
Dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim masa depan didapatkan dari rumus sebagai berikut : A = P fp + PK fk Adapun perhitungan komponen klaim masa depan yaitu pendapatan premi neto (P) dan proyeksi klaim (PK) adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan Premi Neto Pendapatan premi neto diperoleh dari rumus : P = (PPL+PPTL–C) – (PR–C) – (CAPYBMPakhir – CAPYBMPawal)
3,050.51
43
P
=
pendapatan premi neto
PPL
=
premi penutupan langsung
PPTL
=
premi penutupan tidak langsung
PR
=
premi reasuransi
C
=
komisi
CAPYBMP awal
=
cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan awal tahun
CAPYBMP akhir
=
cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan akhir tahun
Pada perhitungan CAPYBMPakhir-CAPYBMPawal ditentukan dengan menentukan naik atau turun cadangan, kalau naik maka akan mengurangi pendapatan premi neto dan sebaliknya. Untuk menentukan naik atau turun cadangan diperoleh dengan cara pembentukan cadangan dikurangi realisasi cadangan (pembentukan cadangan periode januari s/d juni 2007) sebagaimana terlihat pada tabel 4.6 terlampir. Dari pendapatan premi neto hasil perhitungan tersebut disetahunkan terlebih dahulu baru dimasukkan kedalam rumus perhitungan dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim masa depan, yaitu dengan cara : pendapatan premi neto triwulan II dikurangi pendapatan premi neto triwulan II tahun 2007 ditambah pendapatan premi neto tahunan per desember 2007, dengan perincian sebagaimana terlihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :
1
1,458
0
0
0
0
1,108
0
0
(6)
0
14,123
TOTAL
18
49
912 11,11 4
0
0
2,853
0
0
637
660
619
628
5,686
1,743
3
PPL
6,840
Aneka
Tanggunggugat (Liability) Kredit (Credit) Suretyship
Rekayasa (Engineering)
Kendaraan Bermotor (Own Damage, Third Party Liability, dan Personal Accident) Pengangkuta n (Marine Cargo) Rangka kapal (Marine Hull) Rangka pesawat (Aviation Hull) Satelit Energi Onshore (Oil and Gas) Energi Offshore (Oil and Gas)
2,032
2
KETERANG AN
Harta Benda (Property)
Ped. Premi Netto Disetahunk an (1018+26)
3
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
4
PPT L
2,074
154
2
0
0
82
0
0
0
0
118
110
1,184
424
5
Komi si Bruto
2
10
0
0
0
(1)
0
0
0
0
0
0
0
(7)
6
Komi si RA
166
70
0
0
0
5
0
0
0
0
0
30
0
61
7
Pre mi RA
698 8,89 1
16
0
0
549
0
0
0
(1,442)
(113)
6
0
0
(125)
0
(6)
0
0
(85)
1,34 0
0
(115)
(688)
(316)
9
Turun (Naik) Cad.Pre mi
520
4,51 4
1,25 4
8
Pre mi Nett o
Triwulan II Tahun 2008
585 7,44 9
22
0
0
424
0
(6)
0
0
1,25 5
405
3,82 6
938
10
Juml (8+9 )
525 6,78 8
37
0
0
264
0
(18)
0
0
1,27 8
285
3,83 9
578
11
PPL
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
PPT L
1,502
108
6
0
0
28
0
(2)
0
0
150
52
1,044
116
13
Komi si Bruto 14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Komi si RA 15
Pre mi RA
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
417 5,28 6
31
0
0
236
0
(16)
0
0
1,12 8
233
2,79 5
462
16
Pre mi Nett o
Triwulan II Tahun 2007
Pendapatan Premi Netto
PERHITUNGAN PENDAPATAN PREMI NETTO
Tabel 4.7
584
69
(12)
0
0
69
0
65
0
0
414
(15)
(119)
113
17
Turun (Naik) Cad.Pre mi
5,870
486
19
0
0
305
0
49
0
0
1,542
218
2,676
575
18
Juml (16+1 7)
4,554 16,46 3
78
0
0
467
0
(17)
0
0
501
519
8,172
2,189
19
PPL
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
PPT L
3,521
852
12
0
0
51
0
(2)
0
0
63
94
2,059
392
21
Komi si Bruto 22
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Komi si RA 23
Pre mi RA
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3,702 12,94 2
66
0
0
416
0
(15)
0
0
438
425
6,113
1,797
24
Premi Netto
Tahunan Desember 2007
(398)
(948)
(20)
0
0
93
0
64
0
0
957
7
(423)
(128)
25
Turun (Naik) Cad.Pre mi
2,754 12,54 4
46
0
0
509
0
49
0
0
1,395
432
5,690
1,669
26
Juml (24+2 5)
45
2. Proyeksi Klaim Proyeksi Klaim diperoleh dari rumus sebagai berikut : PK = Premi Neto Periode Berjalan x Klaim Rasio Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH Proyeksi Klaim (dalam jutaan rupiah) Semua cabang asuransi kecuali Asuransi Kecelakaan Diri dan Kesehatan Klaim Rasio No.
Cabang Asuransi
(1)
(2)
1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 *) **) ***)
3 Periode Terakhir *) (3)
Harta Benda (Property) Kendaraan Bermotor (Own Damage, Third Party Liability, dan Personal Accident)
Pendapatan Premi Neto Periode Terakhir ***) (4)
Proyeksi Klaim **) (5)
Beban Klaim Periode Terakhir ***) (6)
60%
2,032.00
1,219.20
(56.00)
60%
6,840.00
4,104.00
3,660.00
371.40 Pengangkutan (Marine Cargo) 60% 619.00 Rangka kapal (Marine Hull) 60% 1,108.00 664.80 Rangka pesawat (Aviation Hull) 60% 0.00 0.00 Satelit 60% 0.00 0.00 Energi Onshore (Oil and Gas) 60% (6.00) (3.60) Energi Offshore (Oil and Gas) 60% 0.00 0.00 Rekayasa (Engineering) 60% 628.00 376.80 Tanggung-gugat (Liability) 60% 0.00 0.00 Kredit (Credit) 60% 0.00 0.00 Suretyship 60% 49.00 29.40 Aneka 60% 2,853.00 1,711.80 Sekurang-kurangnya sebesar 60% 14,123.00 Perkalian antar kolom (3) dan kolom (4) Merupakan Pendapatan Premi Neto dan Beban Klaim Neto akumulasi 4 triwulan terakhir
0.00 645.00 0.00 0.00 0.00 0.00 290.00 0.00 0.00 0.00 1,530.00
Sedangkan Klaim Rasio diperoleh dari rumus sebagai berikut : K1 + K2 + K3 CR =
, dengan ketentuan CR ≥ 60% P1 + P2 + P3
6,069.00
46
Hasil perhitungannya bisa dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut : Tabel 4.9 DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH RASIO KLAIM Semua cabang asuransi kecuali Asuransi Kecelakaan Diri dan Kesehatan No.
Cabang Asuransi
(1)
(2)
1
Harta Benda (Property) Kendaraan Bermotor (Own Damage, Third Party Liability, dan Personal Accident) Pengangkutan (Marine Cargo) Rangka kapal (Marine Hull) Rangka pesawat (Aviation Hull) Satelit Energi Onshore (Oil and Gas) Energi Offshore (Oil and Gas) Rekayasa (Engineering) Tanggung-gugat (Liability) Kredit (Credit) Suretyship Aneka Jumlah
2
3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13
(dalam jutaan rupiah)
Pendapatan Premi Neto 2007 (3)
2006 (4)
Beban Klaim Neto
2005 (5)
Jumlah (6)
2007 (7)
2006 (8)
2005 (9)
Rasio Klaim Jumlah (10)
(Kolom 10) (Kolom 6)
1,670.00
1,360.00
856.00
3,886.00
579.00
198.00
11.00
788.00
20.28%
5,705.00
4,499.00
3,145.00
13,349.00
4,121.00
2,486.00
1,393.00
8,000.00
59.93%
432.00
288.00
43.00
763.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00%
1,395.00
1,849.00
265.00
3,509.00
(608.00)
1,732.00
0.00
1,124.00
32.03%
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00%
0.00 50.00
0.00 149.00
0.00 92.00
0.00 291.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00% 0.00%
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00%
509.00
650.00
569.00
1,728.00
14.00
5.00
0.00
19.00
1.10%
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00%
0.00 46.00 2,754.00 12,561.00
0.00 24.00 2,890.00 11,709.00
0.00 23.00 4,543.00 9,536.00
0.00 93.00 10,187.00 33,806.00
0.00 0.00 633.00 4,739.00
0.00 0.00 3,374.00 7,795.00
0.00 0.00 1,631.00 3,035.00
0.00 0.00 5,638.00 15,569.00
0.00% 0.00% 55.35%
Catatan : Untuk Laporan Triwulanan, Pendapatan Premi Neto dan Beban Klaim Neto yang digunakan untuk menentukan besarnya Rasio Klaim 3 periode Terakhir adalah Pendapatan Premi Neto dan Beban Klaim Neto tiga tahun sebelum periode laporan. Sebagai contoh, untuk laporan triwulan I Tahun 2004, maka Pendapatan Premi Neto dan Beban Klaim Neto yang digunakan adalah Pendapatan Premi Neto dan Beban Kloam Neto tahun 2003, tahun 2002, dan tahun 2001. Hal ini berlaku pula untuk Laporan Triwulan II dan III pada tahun 2004, sehingga besarnya rasio klaim untuk triwulan tersebut adalah sama besarnya. Sedangkan untuk laporan triwulan IV dan laporan tahunan tahun 2004, Rasio Klaim tersebut meliputi pula periode berjalan. Sehingga untuk laporan triwulan IV dan laporan tahunan tahun 2004, data yang digunakan adalah data tahun 2004, tahun 2003, dan tahun 2002.
Sedangkan perhitungan dana yang dibutuhkan untuk komponen masa lalu diperoleh dari rumus sebagai berikut : B = (CKDPP x f CKDMP) + (IBNR x f IBNR) Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.5 Schedule C.
47
4. Ketidakcukupan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar
klaim/Reinsurance Risk (Schedule D) Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi resiko reasuransi ditentukan dengan cara mengalikan cadangan teknis beban penanggung ulang (reasuransi) dengan faktor resiko sebagaimana terlihat pada tabel 2.5 Faktor Resiko Reasuransi. Perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut : Tabel 4.10 DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH RASIO KESEHATAN KEUANGAN BATAS TINGKAT SOLVABILITAS SCHEDULE D - RISIKO REASURADUR (dalam jutaan rupiah)
Nama Reasuradur (1) 1. Reasuradur Dalam Negeri 1. PT. Reindo Syariah
Deposit dan
Cadangan
Rasio Deposit
atau Premi Yang ditahan di Perusahaan Ceding
Teknis Beban Reasuradur
dengan Cad. Teknis Beban Reasuradur ((2) : (3))
(2)
(3)
(4)
1,926.60
Jumlah Faktor
Deviasi ((3) x (5))
(5)
(6)
4.00%
77.06
2. PT. Re Takaful 3. PT. Asuransi Syariah Mubarokah 4. dll 2. Reasuradur Luar Negeri dengan rating BBB atau lebih tinggi 1. …………………………………… 2. …………………………………… 3. …………………………………… 3. Reasuradur Luar Negeri dengan rating kurang dari BBB 1. …………………………………… 2. …………………………………… 3. …………………………………… 4. Reasuradur Luar Negeri yang tidak mempunyai rating 1. …………………………………… 2. …………………………………… 3. …………………………………… Total
77.06
48
Catatan : Faktor diisi dengan cara sebagai berikut: 1. Reasuradur Dalam Negeri - Bila terdapat deposit, maka faktor sama dengan 4% x (1 - kolom 4) - Bila tidak terdapat deposit, maka faktor sama dengan 4% 2. Reasuradur Luar Negeri dengan rating BBB atau lebih tinggi - Bila terdapat deposit, maka faktor sama dengan 4% x (1 - kolom 4) - Bila tidak terdapat deposit, maka faktor sama dengan 4% 3. Reasuradur Luar Negeri dengan rating kurang dari BBB - Bila terdapat deposit, maka faktor sama dengan 8% x (1 - kolom 4) - Bila tidak terdapat deposit, maka faktor sama dengan 8% 4. Reasuradur Luar Negeri yang tidak mempunyai rating - Bila terdapat deposit, maka faktor sama dengan 24% x (1 - kolom 4) - Bila tidak terdapat deposit, maka faktor sama dengan 24%
Sehingga didapatkan bahwa total deviasi risiko reasuradur dalam jutaan rupiah sebesar Rp. 77.06. Dari perhitungan empat komponen tersebut, diperoleh batas tingkat solvabilitas minimum sebesar 3,497.23 (Rp. 365.84 + Rp. 3.82 + Rp. 3,050.51 + Rp. 77,06)
3. Menghitung Rasio Kesehatan RBC (Risk Based Capital) Dari perhitungan tingkat solvabilitas dan batas tingkat solvabilitas minimum didapatkan :
49
Tabel 4.11 Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Solvency Margin Ratio Triwulan II (dalam jutaan rupiah) Keterangan A
Besarnya
Tingkat Solvabilitas Admitted Assets
17,271.00
Liabilities (except subordinate loan)
11,753.00
Solvency Level B
5,518.00
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Kegagalan pengelolaan kekayaan (Schedule A) Ketidakseimbangan
antara
kekayaan
365.84
dan 7.64 x 50% = 3.82
kewajiban dalam setiap jenis mata uang (Schedule B) Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan 3,050.51 beban klaim yang diperkirakan (Schedule C) Ketidakcukupan memenuhi
pihak
reasuradur
untuk 77.06
kewajiban
membayar
klaim
(Schedule D) Total Batas Tingkat Solvabilitas Minimum C
Kelebihan
(Kekurangan)
Batas
3,497.23
Tingkat 2,020.77
Solvabilitas D
*)
Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) *)
157.78%
Jumlah Tingkat Solvabilitas dibagi dengan Jumlah BTSM
50
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat solvabilitas (Solvency Level) PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebesar Rp. 5,518,000,000 berarti Divisi Asuransi Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) memiliki sejumlah dana yang timbul dari pengelolaan kekayaan dan kewajiban yang bisa digunakan untuk menutup kewajiban jangka panjang sebesar 5,518,000,000. Sedangkan batas tingkat solvabilitas minimum Divisi Asuransi Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) yaitu suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban adalah sebesar Rp. 3,497,230,000 Sehingga terdapat kelebihan tingkat solvabilitas sebesar Rp. 2,020,770,000. Dari tingkat solvabilitas dan batas tingkat solvabilitas minimum diperoleh rasio pencapaian solvabilitas sebesar 157.78%, sehingga kondisi keuangan Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dapat dikatakan sehat karena memenuhi ketentuan kesehatan keuangan perusahaan asuransi yaitu Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi pasal 2 ayat 1 yang berbunyi ”Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% dari resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban”.
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian, perhitungan dan analisis tentang Tingkat Solvabilitas, Batas Tingkat Solvabilitas Minimum dan Rasio Kesehatan Risk Based Capital atau rasio pencapaian solvabilitas, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dalam kondisi yang sehat sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi dan Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-02/BL/2008 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, karena Rasio Risk Based Capital-nya sebesar 157.78% sedangkan Menteri Keuangan Republik Indonesia hanya menetapkan paling sedikit 120%.
B. Saran Berdasarkan uraian, analisis dan kesimpulan tersebut penulis dapat memberikan saran yang mungkin berguna bagi perusahaan untuk melangkah lebih maju dari sebelumnya dan bagi pembaca khususnya nasabah dan calon nasabah asuransi. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan harus tetap mempertahankan kinerja baiknya yaitu dengan tetap mempertahankan Rasio Risk Based Capital diatas 120%.
52
2. Masyarakat yang akan membeli produk asuransi, hendaknya juga melihat Rasio Kesehatan Risk Based Capital dari perusahaan yang bersangkutan yaitu apakah termasuk dalam kategori sehat atau tidak agar dana yang disetorkan nasabah aman, disamping melihat juga manfaat dari produk yang akan dibeli.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad. 2002. Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung. A. Hasymi Ali. 2002. Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta. Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Asuransi Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta. Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika. 2004. Hukum Asuransi Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Herman Darmawi. 2006. Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-02/BL/2008 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Cabang Asuransi Kerugian Syariah, Laporan RBC Triwulan II Tahun 2008. S. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta. Sensi W, Ludovicus. 2006. Memahami Akuntansi Asuransi Kerugian Konsep Dasar dan Aplikasinya pada Laporan Keuangan Asuransi Kerugian di Indonesia, PT Prima Mitra Edukarya, Jakarta. Undang-undang Republik Perasuransian.
Indonesia
No.2
Tahun
1992
tentang
Usaha
Tabel 4.2 DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH RASIO KESEHATAN KEUANGAN BATAS TINGKAT SOLVABILITAS SCHEDULE A - KEGAGALAN PENGELOLAAN KEKAYAAN (dalam jutaan rupiah)
Uraian
Jumlah Kekayaan Yang Diperkenankan
Faktor
Jumlah Deviasi
(1)
(2)
(3)
(4)
Investasi Deposito Berjangka & Sertifikat Deposito Kategori Khusus (sampai dengan 100 juta per bank) CAR ≥ 8% 5% ≤ CAR < 8% CAR < 5% AAA, atau yang setara AA, atau yang setara A, atau yang setara BBB, atau yang setara BB, atau yang setara B, atau yang setara Kurang Dari B, atau yang setara, atau yang tidak berperingkat Saham Termasuk LQ 45 di Bursa Efek Jakarta, atau yang setara Lainnya Obligasi dan Medium Term Notes AAA, atau yang setara AA, atau yang setara A, atau yang setara BBB, atau yang setara BB, atau yang setara B, atau yang setara Kurang Dari B, atau yang setara, atau yang tidak berperingkat Surat Berharga Yang Diterbitkan atau Dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia Unit Penyertaan Reksadana Sepenuhnya berupa surat utang Pemerintah Sepenuhnya berupa surat utang swasta dan atau surat berharga pasar uang (SBPU) Sepenuhnya berupa surat berharga ekuitas Campuran *) Penyertaan Langsung Bangunan dengan Hak Strata, atau Tanah dengan Bangunan: Hasil Investasi 4% atau lebih Hasil Investasi kurang dari 4% Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Mudharabah Bukan Investasi Kas dan Bank Tagihan Premi Penutupan Langsung Tagihan Reasuransi: Perusahaan Dalam Negeri Perusahaan Luar Negeri: - Peringkat sekurang-kurangnya BBB - Peringkat kurang dari BBB - Tidak mempunyai peringkat Tagihan Hasil Investasi Bangunan dengan Hak Strata, atau Tanah dengan Bangunan Perangkat Keras Komputer Sub Total I Investasi Yang Direstrukturisasi Investasi Yang Diragukan Sub Total II Investasi Pada Satu Pihak (perusahaan) Investasi Pada Satu Pihak (Group Afiliasi) Total (I + II)
775.00 11,672.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00% 2.00% 4.00% 16.00% 0.25% 0.50% 1.00% 2.00% 4.00% 8.00% 16.00%
0.00 233.44 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00
10.00% 15.00%
0.00 0.00
0.00 1,023.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.25% 0.50% 1.00% 2.00% 4.00% 8.00% 16.00% 0.00%
0.00 5.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00
0.00%
0.00
0.00 0.00
2.00% 10.00%
0.00 0.00
0.00
16.00%
0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
7.00% 15.00% 5.00% 16.00%
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00% 8.00%
0.00 103.73
0.00
4.00%
0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4.00% 8.00% 24.00% 2.00% 4.00% 8.00%
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2,210.00 1,296.60
16,976.60 0.00 0.00 0.00
16,976.60
Catatan : *) Untuk reksadana campuran, faktor diisi dengan rata-rata tertimbang berdasarkan komposisi underlying assets sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep-3607/LK/2004 Tanggal 19 Agustus 2004 dan rincian E-1. Bila perusahaan tidak mengisi faktor, akan dikenakan faktor maksimum (10%).
342.29 25.00% 12.50%
0.00 0.00 0.00
342.29
Tabel 4.3 DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH RASIO KESEHATAN KEUANGAN BATAS TINGKAT SOLVABILITAS SCHEDULE A - KEGAGALAN PENGELOLAAN KEKAYAAN (dalam dolar)
Uraian
Jumlah Kekayaan Yang Diperkenankan
Faktor
Jumlah Deviasi
(1)
(2)
(3)
(4)
Investasi Deposito Berjangka & Sertifikat Deposito Kategori Khusus (sampai dengan 100 juta per bank) CAR ≥ 8% 5% ≤ CAR < 8% CAR < 5% AAA, atau yang setara AA, atau yang setara A, atau yang setara BBB, atau yang setara BB, atau yang setara B, atau yang setara Kurang Dari B, atau yang setara, atau yang tidak berperingkat Saham Termasuk LQ 45 di Bursa Efek Jakarta, atau yang setara Lainnya Obligasi dan Medium Term Notes AAA, atau yang setara AA, atau yang setara A, atau yang setara BBB, atau yang setara BB, atau yang setara B, atau yang setara Kurang Dari B, atau yang setara, atau yang tidak berperingkat Surat Berharga Yang Diterbitkan atau Dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia Unit Penyertaan Reksadana Sepenuhnya berupa surat utang Pemerintah Sepenuhnya berupa surat utang swasta dan atau surat berharga pasar uang (SBPU) Sepenuhnya berupa surat berharga ekuitas Campuran *) Penyertaan Langsung Bangunan dengan Hak Strata, atau Tanah dengan Bangunan: Hasil Investasi 4% atau lebih Hasil Investasi kurang dari 4% Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Mudharabah Bukan Investasi Kas dan Bank Tagihan Premi Penutupan Langsung Tagihan Reasuransi: Perusahaan Dalam Negeri Perusahaan Luar Negeri: - Peringkat sekurang-kurangnya BBB - Peringkat kurang dari BBB - Tidak mempunyai peringkat Tagihan Hasil Investasi Bangunan dengan Hak Strata, atau Tanah dengan Bangunan Perangkat Keras Komputer Sub Total I
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00% 2.00% 4.00% 16.00% 0.25% 0.50% 1.00% 2.00% 4.00% 8.00% 16.00%
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00
10.00% 15.00%
0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.25% 0.50% 1.00% 2.00% 4.00% 8.00% 16.00%
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00%
0.00
0.00
0.00%
0.00
0.00 0.00
2.00% 10.00%
0.00 0.00
0.00
16.00%
0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
7.00% 15.00% 5.00% 16.00%
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 31,912.89
0.00% 8.00%
0.00 2,553.03
0.00
4.00%
0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4.00% 8.00% 24.00% 2.00% 4.00% 8.00%
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
31,912.89
Investasi Yang Direstrukturisasi Investasi Yang Diragukan Sub Total II Investasi Pada Satu Pihak (perusahaan) Investasi Pada Satu Pihak (Group Afiliasi)
0.00 0.00 0.00
Total (I + II)
31,912.89
Catatan : *) Untuk reksadana campuran, faktor diisi dengan rata-rata tertimbang berdasarkan komposisi underlying assets sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep-3607/LK/2004 Tanggal 19 Agustus 2004 dan rincian E-1. Bila perusahaan tidak mengisi faktor, akan dikenakan faktor maksimum (10%).
2,553.03 25.00% 12.50%
0.00 0.00 0.00
2,553.03
(2)
Kekayaan Yang Diperkenankan
Deposito Berjangka & Sertifikat Deposito
Saham, Obligasi dan Medium Term Notes
Investasi Yang Diperkenankan Lainnya
Kas/bank
Tagihan Premi Penutupan Langsung
Tagihan Reasuransi
Tagihan Hasil Investasi
Aktiva Diperkenankan Lainnya
Jumlah kekayaan yang diperkenankan
(1)
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Utang Klaim
Cadangan Klaim
Cadangan Atas Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan
Utang Reasuransi
Utang komisi
Kewajiban lain
Jumlah kewajiban dalam (10 s/d 15)
Kurs
Jumlah Kekayaan Yang Diperkenankan
11
12
13
14
15
16
17
18
Selisih Lebih Kewajiban atas Kekayaan
20
Jumlah Deviasi dalam Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (total 20 x 21)
7.64
7.64
-
6,779.37
1,127.00
-
-
-
1,127.00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22
-
193.26
294.40
9,225.00
20,949.28
12,320.65
-
8,628.63
-
-
31,912.89
-
-
-
31,912.89
-
-
-
Singapura
US -
(4)
SGD
(3)
USD
Faktor
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
86.72
Jepang
(5)
J PY
**) Selisih ini diisi apabila Kewajiban untuk Setiap Jenis Mata Uang lebih besar dari pada Kekayaan Yang Diperkenankannya.
*) Kolom ini bisa ditambah sesuai dengan jenis mata uang asing yang ada.
RASIO KESEHATAN KEUANGAN BATAS TINGKAT SOLVABILITAS
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18,396.51
Inggris
(6)
GBP
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.00
Denmark
(7)
DKK
-
-
-
0.00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Arab Saudi
(8)
SAR (9)
HKD
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.00
Hong Kong
SCHEDULE B - KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN DALAM SETIAP JENIS MATA UANG
21
Yang Diperkenankan (19 - 18) **)
Jumlah Kewajiban Dalam Rupiah (16 x 17)
19
Dalam rupiah (9 x 17)
Kewajiban
II
10
(1 s/d 8)
Keterangan
No.
Tabel 4.4
DIVISI ASURANSI KERUGIAN SYARIAH
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14,563.05
Euro
(10)
EUR
-
16,976.60 11,552.10
1.00
652.00 1,861.00 6,531.76 212.00 1,569.34 726.00 11,552.10
13,470.00 2,210.00 1,296.60 16,976.60
Indonesia
(11)
IDR
Total (3) s/d (11) 0.50 3.82
7.64
11,753.00
17,271.00
Total (3) s/d (11)
(rupiah dalam jutaan)
Tebel 4.6 Divisi Asuransi Kerugian Syariah PT Asuransi Jasa Indonesia Perhitungan Turun (Naik) Cadangan Premi Triwulan II tahun 2008 CADANGAN PREMI NO
KETERANGAN
3 184,855,046.70 1,117,824,072.57
4 501,484,007.24 1,805,756,842.30
TURUN (NAIK) (3-4) 5 (316,628,960.54) (687,932,769.73)
93,298,588.74 451,169,237.46 0.00 0.00 (6,300,000.00) 0.00 94,469,017.99 0.00 0.00 12,522,951.91 166,469,175.09
208,074,904.45 535,957,604.27 0.00 0.00 0.00 0.00 219,645,142.04 0.00 0.00 6,365,580.06 279,191,791.89
(114,776,315.71) (84,788,366.81) 0.00 0.00 (6,300,000.00) 0.00 (125,176,124.05) 0.00 0.00 6,157,371.85 (112,722,616.80)
REALISASI 1 1 2
2 Harta Benda (Property) Kendaraan Bermotor (Own Damage, Third Party Liability, dan Personal Accident)
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pengangkutan (Marine Cargo) Rangka kapal (Marine Hull) Rangka pesawat (Aviation Hull) Satelit Energi Onshore (Oil and Gas) Energi Offshore (Oil and Gas) Rekayasa (Engineering) Tanggung-gugat (Liability) Kredit (Credit) Suretyship Aneka
PEMBENTUKAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangke menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam industri perasuransian nasional, perlu dilakukan penyesuaian secara menyeluruh terhadap ketentuan mengenai kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 481/KMK.17/1999 ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3467); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indoneisa Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3306), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3861); 3. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001; MEMUTUSKAN: Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Perbankan. 2. Kekayaan Yang Diperkenakan adalah kekayaan yang diperhitungkan dalam perhitungan tingkat solvabilitas. 3. Prinsip Syariah adalah prinsip perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima amanah dengan
4. 5.
6. 7.
mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi atau kegiatan lain yang diselenggarakan sesuai syariah. Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah produk asuransi yang memberikan hasil investasi yang sepenuhnya mengacu kepada hasil investasi pasar. Premi Neto adalah premi neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999. Modal Sendiri adalah modal sendiri yang tercantum dalam neraca yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Deposito Jaminan adalah deposito berjangka yang ditatausahakan atas nama Menteri sebagai jaminan terakhir dalam rangka melindungi kepentingan pemegang polis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomo 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nor 63 Tahun 1999. BAB II TINGKAT SOLVABILITAS Bagian Kesatu Batasan Tingkat Solvabilitas Pasal 2
(1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120 % (seratus dua puluh perseratus) dari risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. (2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) , namun memilki tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratus perseratus), diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi ketentiuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 3 (1) Risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri dari: a. kegagalan pengeloaan kekayaan; b. ketidak seimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban; c. ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang; d. perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan; e. ketidak-cukupan premi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil investasi yang diperoleh; f. ketidak-mampuan pihak reasurandur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim. (2) Jumlah dana yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan batas tingkat solvabilitas minimum. (3) Perhitungan besarnya risiko kerugian yang mungkin timbul sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan pada pedoman yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Bagin Kedua Pelaporan Perhitungan Tingat Solvabilitas dan Pengumuman Laporan Keuangan Pasal 4 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib menyusun laporan keuangan nonkonsolidasi berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. (2) Laporan keuangan non-konsolidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digunakan untuk menghitung tingkat solvabilitas. Pasal 5 Setiap kekayaan dan kewajiban dalam bentuk dan atau satuan mata uang asing harus dinyatakan dalam mata uang rupiah berdasarkan nilai kurs tengah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tanggal neraca. Pasal 6 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib menyampaikan kepada menteri: a. laporan perhitungan tingkat solvablitas triwulan per 31 Maret, 30 Juni, 30 September, dan 31 Desember, paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan; b. laporan perhitungan tingkat solvabilitas tahunan per 31 Desember yang dilampiri laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan yang digunakan untuk menghitung tingkat solvabilitas periode dimaksud, paling lambat tanggal 30 April tahun berikutnya. (2) Bagi Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi yang menjalankan usaha asuransi atau reasuransi dengan Prinsip Syariah, laporan perhitungan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a harus dilengkapi dengan surat pernyataan Dewan Pengawas Syariah bahwa pengelolaan kekayaan dan kewajiban telah dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah. (3) Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi wajib mengumumkan neraca, perhitungan laba rugi, dan tingkat kesehatan keuangan untuk periode yang berakhir perl 31 Desember serta data lainnya pada surat kabar harian di Indonesia yang memiliki peredaran yang luas paling lambat tanggal 30 April tahun berikutnya. (4) Neraca dan perhitungan laba rugi yang diumumkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) merupakan bagian dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. (5) Bukti pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) wajib disampaikan kepada menteri paling lambat 2 (dua) minggu setelah tanggall pengumuman pada surat kabar. (6) Ketentuan mengenai bentuk serta susunan laporan perhitungan tingkat solvabilitas dan pengumuman laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan Pasal 7 ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan. Bagian Ketiga Pemenuhan Tingkat Solvabilitas Pasal 7 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib menyampaikan rencana penyehatan keuangan yang disetujui oleh pemegang saham atau yang setara dengan itu dalam rangka memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas. (2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib pula menyampaikan laporan perhitungan tingkat solvabilitas bulanan per akhir bulan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
yang dilengkapi dengan laporan perkembangan penyehatan keuangan perusahaan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya. Rencana penyehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disampaikan kepada Menteri bersamaan dengan penyampaian laporan perhitungan tingkat solvabilitas triwulan berikutnya. Rencana penyehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) , sekurang-kurangnya memuat langkah-langkah penyehatan yang disertai dengan jangka waktu tertentu yang dibutuhkan untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas. Langkah-langkah penyehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), paling sedikit memuat salah satu rencana sebagai berikut: a. rencana restrukturisasi kekayaan dan atau kewajiban; b. rencana penambahan modal disetor; c. rencana pengalihan sebagian atau seluruh potrtofolio pertanggungan; d. rencana melakukan penggabungan badan usaha. Jangka waktu sebgaimana dimaksud dalam ayat (4) harus disesuaikan dengan kondisi permasalahan yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dan tidak lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal penyampaian laporan perhitungan tingkat solvabilitas triwulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) . Menteri berwenang memerintahkan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi untuk melakukan perbaikan atas rencana penyehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4). Pasal 8
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib: a. melaksanakan rencana penyehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4); dan b. memenuhi tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dalam jangka waktu sebagaimana telah ditetapkan dalam rencana penyehatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Pasal 9 Menteri dapat memerintahkan kepada Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi untuk melakukan pemindahan sebagian atau seluruh portofolio pertanggungan kepada Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi lainnya, dalam hal: a. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi tidak dapat memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas dan sedang dikenai Sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha; atau b. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi memiliki tingkat solvabilitas kuran dari 40 % (empat puluh perseratus) sehingga berisiko tinggi membahayakan keperntingan tertanggung. BAB III KEKAYAAN YANG DIPERKENANKAN Pasal 10 Kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi, dalam bentuk: a. investasi; b. bukan investasi.
Bagian Pertama Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Konvensional Pasal 11 (1) Jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi terdiri dari: a. deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang atau sama dengan 1 (satu) bulan; b. saham yang tercatat di bursa efek; c. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan; d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; e. unit penyertaan reksa dana; f. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek); g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk invetasi; h. pinjaman hipotik; i. pinjaman polis. (2) Jenis kekayaan yang bukan investasi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf b untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi terdiri dari: a. kas dan bank; b. tagihan premi penutupan langsung; c. tagihan reasuransi; d. tagihan hasil investasi; e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri; f. perangkat keras komputer. Pasal 12 (1) Peringkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c, Pasal 16 ayat (1) huruf c, dan Pasal 22 ayat (2) huruf , adalah peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar pada instansi yang berwenang atau yang telah memperoleh pengakuan internasional. (2) Dalam hal peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diterbitkan oleh lebih dari satu lembaga pemeringkat, maka peringkat yang digunakan adalah peringkat yang paling rendah. Pasal 13 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah sebagai berikut: a. deposito berjangka, berdasarkan nilai nominal; b. sertifikat deposito, berdasarkan nilai tunai; c. saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar; d. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar; e. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia, berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal nilai pasar tidak tersedia; f. unit penyertaan reksa dana, beradasarkan nilai aktiva bersih; g. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), berdasarkan nilai ekuitas; h. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investas, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai;
i. pinjaman hipotik, berdasarkan nilai sisa pinjaman; j. pinjaman polis, berdasarkan nilai sisa pinjaman. (2) Penilaian atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah sebagai berikut: a. kas dan bank, berdasarkan nilai nominal; b. tagihan premi penutupan langsung, berdasarkan nilai sisa tagihan; c. tagihan reasuransi, berdasarkan nilai sisa tagihan; d. tagihan hasil investasi, berdasarkan nilai sisa tagihan e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, yang dipakai sendiri, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai; f. perangkat keras komputer berdasarkan nilai buku. Pasal 14 (1) Pembatasan atas kekayaan nilai investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah sebagai berikut: a. investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap Bank, tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; b. investasi dalam bentuk saham yang emitennya badan hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; c. investasi dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbit masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; d. investasi dalam bentuk penyertaan unit reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi 20 % (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; e. investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10 % (sepuluh perseratus) dari jumlah investasi; f. investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak strata (strata tittle) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 20 % (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; g. investasi yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman hipotik, seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi dan memenuhi persyaratan bahwa pinjaman tersebut: 1) diberikan hanya kepada perorangan; 2) dijamin dengan hipotik pertama; 3) penghipotikan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan 4) besarnya setiap pinjaman tidak melebihi 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari nilai jaminan yang terkecil diantara nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); h. investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80 % (delapan puluh persen) dari nilai tunai polis yang bersangkutan. (2) Jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah nilai seluruh jenis nilai investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1). (3) Dalam hak Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi memiliki penempatan investasi di luar negeri, maka jumlah nilai investasi yang dijadikan sebagai dasar batasan adalah jumlah investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditambah dengan jumlah investasi di luar negeri.
(4) Pembatasan atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah sebagai berikut: a. tagihan premi penutupan langsung, umurnya tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak: 1) pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran premi tunggal; atau 2) jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran premi cicilan b. tagihan reasuransi, umurnya tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran. c. tagihan hasil investasi, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak tanggal hasil investasi menjadi hak Perusahaan Asurtansi dan Perusahaan Reasuransi; d. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan yang dipakai sendiri, seluruhnya tidak melebihi 20 % (dua puluh perseratus) bagi Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi, atau 30% (tiga puluh perseratus) bagi Perusahaan Asuransi Jiwa, masing-masing dari Modal Sendiri periode berjalan; e. perangkat keras komputer seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari Modal Sendiri periode berjalan. Bagian Kedua Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah Pasal 15 (1) Perusahaan Asuransi yang menyelenggarakan usaha asuransi dengan Prinsip Syariah dalam bentuk kantor cabang harus melakukan pemisahan kekayaan dan kewajiban usaha asuransi dengan Prinsip Syariah dari kekayaan dan kewajiban usaha asuransi dengan prinsip konvensional. (2) Perusahaan Reasuransi yang menyelenggarakan usaha reasuransi dengan Prinsip Syariah dalam bentuk kantor cabang harus melakukan pemisahan kekayaan dan kewajiban usaha reasuransi dengan Prinsip Syariah dari kekayaan dan kewajiban usaha reasuransi dengan prinsip konvensional. (3) Jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan kantor cabang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) mengikuti jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan yang berlaku bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah. Pasal 16 (1) Jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah terdiri dari: a. deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk deposit on calldan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1(satu) bulan; b. saham yang tercetak di bursa efek; c. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan; d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; e. unit penyertaan reksadana; f. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek); g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; h. pinajaman polis; i. pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan); j. pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil). (2) Jenis kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah terdiri dari:
a. b. c. d. e.
kas dan bank; tagihan premi penutupan langsung; tagihan reasuransi; tagihan hasil investasi; bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri; f. perangkat keras komputer. Pasal 17 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: a. deposito berjangka dan sertifikat deposito, berdasarkan nilai nominal; b. saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar; c. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar, atau nilai nominal dalam hal nilai pasar tidak tersedia; d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia, berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal nilai pasar tidak tersedia; e. unit penyertaan reksa dana, beradasarkan nilai aktiva bersih; f. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), berdasarkan nilai ekuitas; g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investas, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai; h. pinjaman polis, berdasarkan nilai sisa pinjaman; i. pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembiayaan ditangguhkan), berdasarkan nilai sisa pinjaman; j. pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil) berdasarkan nilai sisa pinjaman. (2) Penilaian atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: a. kas dan bank, berdasarkan nilai nominal; b. tagihan premi penutupan langsung, berdasarkan nilai sisa tagihan; c. tagihan reasuransi, berdasarkan nilai sisa tagihan; d. tagihan hasil investasi, berdasarkan nilai sisa tagihan e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, yang dipakai sendiri, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai; f. perangkat keras komputer berdasarkan nilai buku. Pasal 18 (1) Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: a. investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap Bank, tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi;
b. investasi dalam bentuk saham yang emitennya badan hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; c. investasi dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbit masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; d. investasi dalam bentuk penyertaan unit reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi 20 % (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; e. investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10 % (sepuluh perseratus) dari jumlah investasi; f. investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak strata (strata tittle) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 20 % (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi; g. investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80 % (delapan puluh persen) dari nilai tunai polis yang bersangkutan. h. Investasi dalam bentuk pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah, seluruhnya tidak melebihi 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah investasi dan masing-masing unit untuk setiap tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal tidak melebihi 1% (satu per seratus) dari jumlah investasi; i. Investasi dalam bentuk pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah seluruhnya tidak melebihi 30 % (tiga puluh per seratus) dari jumlah investasi dengan ketentuan besarnya setiap pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari nilai jaminan terkecil di antara nilai yang ditetapkanm oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). (2) Jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah nilai seluruh jenis nilai investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1). (3) Dalam hal Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi memiliki penempatan investasi di luar negeri, maka jumlah nilai investasi yang dijadikan sebagai dasar batasan adalah jumlah investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditambah dengan jumlah investasi di luar negeri. (4) Pembatasan atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: a. tagihan premi penutupan langsung, umurnya tidak boleh lebih dari 1 (satu) bulan dihitung sejak: 1) pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran premi tunggal; atau 2) jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran premi cicilan; b. tagihan reasuransi, umurnya tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran. c. tagihan hasil investasi, umurnya tidak lebih dari 1 (satu) bulan dihitung sejak tanggal hasil investasi menjadi hak Perusahaan Asurtansi dan Perusahaan Reasuransi; d. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan yang dipakai sendiri, seluruhnya tidak melebihi 20 % (dua puluh perseratus) bagi Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi, atau 30% (tiga puluh perseratus) bagi Perusahaan Asuransi Jiwa, masing-masing dari Modal Sendiri periode berjalan; e. perangkat keras komputer seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari Modal Sendiri periode berjalan.
Bagian Ketiga Penempatan Investasi Pada Satu Pihak Pasal 19 (1) Penempatan investasi pada satu pihak tidak melebihi 25% (dua puluh lima per seratus) dari jumlah investasi, kecuali penempatan pada surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia dan surat berharga yang dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia. (2) Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah satu perusahaan, atau sekelompok perusahaan yang memiliki hubungan afiliasi satu dengan yang lain. (3) Bagi kantor cabang Syariah dari Perusahaan Asuransi konvensional, perhitungan pembatasan penempatan investasi pada satu pihak kantor cabang dimaksud dilakukan secara terpisah dari perhitungan pembatasan pada satu pihak untuk usaha asuransi dengan prinsip konvensional. (4) Bagi kantor cabag Syariah dari Perusahaan Reasuransi konvensional, perhitungan pembatasan penempatan investasi pada satu pihak kantor cabang dimaksud dilakukan secara terpisah dari perhitungan pembatasan pada satu pihak untuk usaha reasuransi dengan prinsip konvensional Bagian Keempat Penggabungan Badan Usaha Pasal 20 (1) Dalam hal terjadi penggabungan 2 (dua) atau lebih badan hukum tempat Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi melakukan investasi dan jumlah investasi pada badan hukum hasil penggabungan menjadi lebih besar dari batasan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), dan Pasal 19 ayat (1), maka kelebihan jumlah investasi tersebut diperlakukan sebagai kekayaan yang diperkenankan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penggabungan. (2) Dalam hal Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menempatkan tambahan investasi pada badan hukum hasil penggabungan selama masa penyesuaian maka ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tidak berlaku dan ketentuan batasan investasi mengacu pada Pasal 14 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), dan atau Pasal 19 ayat (1). Bagian Kelima Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi Pasal 21 (1) Kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi harus dipisahkan pencatatannya dengan kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari produk asuransi jiwa lainnya. (2) Penempatan atas kekayaan yang bersumber dari produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam jenis: a. kas dan bank; b. deposito berjangka dan sertifikat deposito, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan; c. saham yang tercatat di bursa efek; d. obligasi dan Medium Term Notes; e. unit penyertaan reksadana; f. surat berharga yang ditebitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia. (3) Ketentuan pembatasan penempatan kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan atau Pasal 19 ayat (1) tidak berlaku bagi penempatan kekayaan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi.
Bagian Keenam Kekayaan di Luar Negeri Pasal 22 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dapat memiliki kekayaan di luar negeri dalam bentuk investasi. (2) Kekayaan di luar negeri dalam bentuk investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dimiliki dalam jenis: a. saham yang terdaftar di bursa efek; b. obligasi dan Medium Terms Note dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan; c. penyertaan langsung (saham yang ttidaj tercatat di bursa efek). Pasal 23 (1) Investasi dalam bentuk saham, obligasi, dan Medium Terms Notes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf a dan huruf bmerupakan kekayaan di luar negeri apabila emiten atau penerbit surat utang tersebut merupakan badan hukum asing. (2) Dalam hal suatu badan hukum Indonesia menerbitkan surat utang di luar negeri melalui badan hukum asing yang khusus didirikan dalam rangka penerbitan surat utang dimaksud, maka badan hukum asing tersebut dikategorikan badan hukum Indonesia. Pasal 24 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) adalah sebagai berikut: a. saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar; b. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar; c. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek) , berdasarkan nilai ekuitas. (2) Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) adalah sebagai berikut: a. saham yang tercatat di bursa efek, untuk setiap emtitten tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi; b. obligasi dan Medium Term Notes, untuk masing-masing penerbit tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi; c. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), mengacu pembatasan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf e dan Pasal 18 ayat (1) huruf e; d. jumlah seluruh penempatan investasi di luar negeri tidak melebihi 20% (dua puluh perseratus) dari jumlah investasi. Pasal 25 (1) Bagi Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dengan prinsip konvensional, jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 24 ayat (1). (2) Dalam hal Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dengan prinsip konvensional memasarkan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi melakukan penempatan investasi di luar negeri atas kekayaan yang bersumber dari produk dimaksud, maka jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2) adalah nilai seluruh jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) kecuali huruf a dan Pasal 22 ayat (2) per tanggal neraca. (3) Bagi Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah atau kantor cabang Syariah dari Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan prinsip konvensional, jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) adalah nilai seluruh jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 22 ayat (2) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 24 ayat (1). Bagian Ketujuh Kekayaan Yang Tidak Diperkenankan Pasal 26 Kekayaan yang tidak diperkenankan meliputi: a. Kekayaan yang jenisnya tidak termasuk dalam Pasal 11, Pasal 16, dan Pasal 22 ayat (2); b. Kekayaan yang jumlahnya melebihi ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1) dan ayat (4) , Pasal 18 ayat (1) dan ayat (4) , Pasal 19 ayat (1), dan Pasal 24 ayat (2); c. Kekayaan di luar negeri dalam bentuk kas dan bank; d. Kekayaan yang dimiliki namun tidak dikuasi, diagunkan, dalam sengketa, atau diblokir oleh pihak yang berwenang. BAB IV KEWAJIBAN Bagian Pertama Unsur Kewajiban Pasal 27 Jenis Kewajiban yang harus diperhitungkan dalam penetapan tingkat solvabilitas meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis atau tertanggung dan kepada pihak lain yang menjadi kewajiban Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi. Bagian Kedua Cadangan Teknis Asuransi Kerugian Pasal 28 Besarnya cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan bagi jenis Asuransi Kerugian, paling sedikit sebesar: a. 10 % (sepuluh per seratus) dari Premi Neto untuk polis dengan masa pertanggungan tidak lebih dari 1 (satu) bulan; b. Dan 40 % (empat puluh perseratus) dari Premi Neto untuk polis dengan masa pertanggungan lebih dari 1 (satu) bulan. Pasal 29 Pembentukan cadangan klaim bagi Asuransi Kerugian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. untuk cadangan atas klaim yang masih dalam proses penyelesaian, dihitung berdasarkan estimasi yang wajar atas klaim yang sudah terjadi dan sudah dilaporkan tetapi masih dalam proses penyelesaian, berikut biaya biaya jasa penilai kerugian asuransi, dikurangi dengan beban klaim yang akan menjadi bagian penggung ulang;
b. untuk cadangan atas klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan (Incurred But Not Reported atau IBNR), dihitung berdasarkan estimasi yang wajar atas klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan dengan menggunakan metode rasio klaim atau salah satu dari metode segi tiga (triangle methode) , berikut biaya jasa penilai kerugian asuransi, dikurangi dengan beban klaim yang akan menjadi bagian penaggung ulang. c. Penggunaan metode perhitungan cadangan klaim sebagaimana dimaksud dalam huru b, harus dilakukan secara konsisten. Bagian Ketiga Cadangan Teknis Asuransi Jiwa Pasal 30 (1) Pembentukan cadangan premi Asuransi Jiwa termasuk anuitas harus menggunakan metode prospektif, dengan ketentuan besarnya cadangan premi dimaksud tidak kurang dari besarnya cadangan premi yang dihitung dengan metode prospektif premi neto dengan biaya tahun pertama yang diamortasikan 30 %. (tiga puluh perseribu) dari uang pertanggungan. (2) Dalam rangka perhitungan cadangan premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) , tingkat bunga yang diterapkan tidak melebihi 9% (sembilan per seratus) untuk pertanggungan dalam mata uang Rupiah dan tidak melebihi 5% (lima per seratus) untuk pertanggungan dengan mata uang asing. (3) Besarnya cadangan premi Asuransi Jiwa untuk produk atau bagian dan produk yang memberikan manfaat berupa akumulasi dana paling sedikit sebesar akumulasi dana tersebut ditambah dengan cadangan premi untuk risiko mortalita yang dihadapi. (4) Pembentukan cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan dan cadangan klaim untuk produk asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan ekawarsa, dan asuransi kematian ekawarsa, harus berdasarkan metode sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 30. Bagian Keempat Pinjaman Subordinasi Pasal 31 (1) Dalam rangka perhitungan timgkat solvabilitas, pinjaman subordinasi tidak diperlakukan sebagai unsur kewajiban apabila pinjaman tersebut memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Digunakan untuk memenuhi ketentuan batas tingkat solvabilitas; b. Perjanjian pinjaman dituangkan dalam akta notaris. (2) Dalam perjanjian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dinyatakan bahwa: a. pelunasan pinjaman tersebut hanya dapat dilakukan apabila tidak menyebabkan perusahaan menjadi tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); b. jangka waktu tidak dibatasi; c. tingkat bunga yang dijanjikan tidak melebihi 1/5 (satu per lima) dari tingkat bunga ratarata deposito 1 (satu) bulan pada bank-bank pemerintah pada saat ditandatanganinya perjanjian. BAB V PERIMBANGAN KEKAYAAN DENGAN KEWAJIBAN Pasal 32 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi harus memiliki kekayaan dalam bentuk investasi yang telah memenuhi ketentuan mengenai jenis, penilaian, dan pembatasan
kekayaan yang diperkenankan, paling sedikit sebesar jumlah cadangan teknis dan kewajiban pembayaran klaim retensi sendiri. (2) Kewajiban pembayaran klaim retensi sendiri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kewajiban pembayaran atas klaim yang telah disepakati tetapi belum dibayar dikurangi dengan beban klaim yang menjadi bagian dari penanggung ulang. Pasal 33 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang menghadapi ketidaksesuaian (mismatch) antara kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing, dan atau ketidaksesuaian (mismacth) antara tingkat bunga kewajiban dan tingkat bunga hasil investasi (tingkat bunga umum), dapat melakukan transaksi turunan (derivative) semata-mata hanya untuk kepentingan lindung nilai (hedging). (2) Transaksi turunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hanya dapat dilakukan apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. terdapat kewajiban pembayaran di masa depan yang perlu dilindungi; b. dalam hal yang dilakukan saling hapus (offset) antara perubahan nilai kewajiban yang dilindungi dan perubahan nilai wajar transaksi turunan yang digunakan untuk melindungi kewajiban dimaksud, maka tidak boleh dirancang untuk menimbulkan adanya perkiraan keuntungan atau kerugian; c. pada Bank yang memenuhi tingkat kesehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan yang berlaku di bidang perbankan; d. setelah terlebih dahulu memberitahukan rencana transaksi tersebut kepada Direktur Jenderal Lembaga Keuangan. (3) Pemberitahuan rencana transaksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b harus paling sedikit mencakup: a. kondisi ketidaksesuaian yang dihadapi; b. strategi yang diambil dalam mengelola risiko akibat ketidaksesuaian keuangan yang dihadapi; c. pertimbangan dalam setiap langkah pengambilan posisi dan nilai kerugian potensial dari setiap langkah tersebut; d. daftar riwayat hidup tenaga pengelola yang telah berpengalaman di bidang pengelolaan risiko investasi. (4) Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pemberitahuan diterima, Direktur Jenderal Lembaga Keuangan tidak memberikan tanggapan, perusahaan asuransi dapat melakukan transaksi turunan surat berharga dimaksud. BAB VI RETENSI SENDIRI Pasal 34 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi harus menutupi retensi sendiri untuk setiap penutupan risiko. (2) Penetapan retensi sendiri harus didasarkan profil risiko yang dibuat secara tertib, teratur, relevan, dan akurat. (3) Besarnya retensi sendiri untuk setiap risiko didasarkan pada Modal Sendiri. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya retensi sendiri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan.
Pasal 35 (1) Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi hanya dapat memiliki Premi Neto paling banyak 300% (tiga ratus per seratus) dari Modal Sendiri periode berjalan. (2) Perusahaan Asuransi Jiwa hanya dapat memiliki Premi Neto asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan, dan asuransi kematian ekawarsa, paling banyak 300% (tiga ratus per seratus) dari Modal Sendiri periode berjalan. BAB V DEPOSITO JAMINAN Pasal 36 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap tahun harus menyesuaikan jumlah Deposito Jaminan sehingga jumlah Deposito Jaminan yang dimiliki memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999, dengan ketentuan jumlah Deposito Jaminan minimum yang harus dimiliki adalah: a. bagi Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi, paling sedikit memiliki jumlah Deposito Jaminan sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari modal setor minimum yang dipersyaratkan ditambah dengan 1% (satu per seratus) dari Premi Neto; b. bagi Perusahaan Asuransi Jiwa, paling sedikit memiliki jumlah Deposito Jaminan sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari modal setor minimum yang dipersyaratkan ditambah dengan 5% (lima per seratus) dari cadangan premi, termasuk cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan. (2) Jumlah modal disetor minimum sebagimana dimaksud dalam ayat (1) adalah modal setor minimum yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal II Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999. (3) Bagi Perusahaan Asuransi Jiwa yang memasarkan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi, jumlah cadangan premi yang diperhitungkan dalam penetapan jumlah deposito minimum sebagaimada dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi pula cadangan premi yang berasal dari Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi dimaksus. (4) Dalam hal Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi memiliki jumlah Deposito Jaminan kurang dari jumlah deposito minimum yang dimaksud dalam ayat (1), penambahan Deposito Jaminan harus dilakukan paling lambat pada akhir Triwulan I tahun berikutnya. Pasal 37 (1) Deposito Jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) harus ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka dalam dengan perpanjangan otomatis pada Bank yang bukan afiliasi dari Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang bersangkutan serta ditatausahakan atas nama Menteri untuk kepentingan perusahaan yang bersangkutan. (2) Penempatan Deposito Jaminan pada Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disertai dengan perjanjian yang tertuang dalam bilyet Deposito Jaminan bahwa pencarian deposito dimaksud hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri atau Pejabat yang mendapat pendelegasian untuk itu.
(3) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib menyampaikan salinan bilyet Deposito Jaminan dan menunjukkan bilyet asli deposito dimaksud kepada Menteri paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penempatan. BAB VIII LARANGAN Pasal 38 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dilarang memiliki kekayaan di luar negeri, kecuali kekayaan di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Kas dan Bank. (2) Dalam hal Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi memiliki penempatan kekayaan di luar negeri dalam bentuk investasi, maka jumlah seluruh investasi dimaksud dilarang melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf d. Pasal 39 Perusahaan Asuransi yang memasarkan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi dilarang menempatkan kekayaan yang bersumber dari produk asuransi dimaksud di luar bentuk kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2). Pasal 40 Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dilarang melakukan transaksi turunan kecuali untuk keperluan lindung nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33. Pasal 41 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dilarang mengembalikan pinjaman subordinasi atau membayar deviden kepada pemegang saham apabila hal tersebut akan menyebabkan tidak terpenuhinya ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dilarang membayar deviden kepada pemegang saham apabila hal tersebut akan menyebabkan berkurangnya jumlah modal disetor di bawah ketentuan modal disetor yang dipersyaratkan. (3) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dilarang melakukan segala bentuk pengalihan modal kepada pemegang saham atau pihak lainnya. Pasal 42 Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dilarang menambah modal disetor dengan melakukan pertukaran saham (swap share) atas saham perusahaan itu sendiri yang belum pernah diterbitkan. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 43 (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang telah memperoleh izin usaha sebelum berlakunya Keputusan Menteri Keuangan ini, wajib melakukan penyesuaian terhadap ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini. (2) Penyesuaian pemenuhan ketentuan mengenai batas tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), dilakukan dengan tahapan sebagaiberikut:
(3)
(4)
(5)
(6)
a. sejak Triwulan III tahun 2003, batas tingkat solvabilitas paling sedikit 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari batas tingkat solvabilitas minimum; b. sejak akhir tahun 2003, batas tingkat solvabiltas paling sedikit 100% (seratus per seratus) dari batas tingkat solvabilitas minimum; c. sejak akhir tahun 2004, batas tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) dari batas tingkat solvabilitas minimum. Penyesuaian pemenuhan ketentuan mengenai tingkat kesehatan keuangan bagi Perusahaan Asuransi yang berbentuk badan hukum bukan perseroan terbatas, dilakukan dengan cara pemenuhan tingkat likuiditas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) yang berlaku sampai dengan triwulan IV tahun 2003. Perusahaan Asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) wajib menyampaikan laporan tingkat likuiditas triwulanan dan tahunan bersamaan dengan penyampaian laporan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Tingkat likuiditas sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) adalah perbandingan antara kekayaan lancar yang jangka waktunya kurang dari 1 (satu) tahun, dan kewajiban lancar yang akan dibayarkan dan yang mungkin akan dibayarkan dalam jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun. Ketentuan mengenai kesehatan keuangan yang berlaku bagi Perusahaan Asuransi yang berbentuk badan hukuim bukan perseroan terbatas sejak Triwulan I tahun 2004 akan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan tersendiri. Pasal 44
(1) Pemenuhan dan pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang memiliki tingkat solvabilitas 100% atau lebih dari batas tingkat solvabilitas minimum namun masih dibawah 120% dari batas tingkat solvablitas minimum, diberlakukan mulai akhir tahun 2004 untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang telah memperoleh izin usaha sebelum ditetapkannya Keputusan ini. (2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) paling lambat tanggal 31 Desember 2003. Pasal 45 Peraturan pelaksanaan dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor 481/KMK.017/1999 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Menteri Keuangan ini dan belum ditetapkannya peraturan pelaksanaan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 46 Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan ini, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 481/KMK.017/1999 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi beserta perubahannya dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 47 Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Menteri Keuangan ini dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 September 2003 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ttd,BOEDIONO