ANALISIS TARIF ANGKUTAN UMUM KOTA JEMBER BERDASARKAN BIAYA OPERASI KENDARAAN (BOK) DAN PENDAPATAN Sonya Sulistyono Dosen Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik - Univ. Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember
[email protected] [email protected]
Jojok Widodo S. Dosen Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik - Univ. Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember
[email protected]
Wisnu Hariadi Mahasiswa Jur. Teknik Sipil Fak. Teknik - Univ. Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember Telp. 0331-484977
Abstract Increase of the price of BBM (May, 24th 2008) pushing also increases of sparepart, so that vehicle operating cost (BOK) increases causing rising public transport cost. Based on SK Bupati Kab. Jember No. 14/2008 specified city public transport rate Rp. 2.500,- and student Rp. 1250,-. In reality, some city public transport drivers taked Rp. 3.000,- to service user with reason of increase of rate doesn't accommodate field reality. This study done to analyse city public transport cost magnitude that proporsial with approach of BOK and earnings. On the chance of public transport can as main choice in public mobility.Research is executed in Jember City by 16 city public transport routes. Data collecting is done by secondary data survey, dynamic survey, static survey and survey the price of variable BOK. Data taken at all terminals and quay served by city public transport. Rate feasibility analysis is done by comparing BOK and earned. Based on result of city public transport rate analysis with approach of BOK and earnings (rate Rp. 2500,-), obtained 13 routes is including productive and operator still getting advantage. Three routes pertained stall (improper) with rate specified by local government that is route L, P, and V because low passenger productivity. City public transport rate specified by very competent local government, but needs thought of special strategy by three stall routes to increase passenger productivity. This thing is important to continue publik transport service. Keywords: BOK, earned and rate
PENDAHULUAN Latar Belakang Angkutan umum di Kabupaten Jember masih menjadi kebutuhan bagi masyarakat sebagai sarana mobilitas. Pusat Kabupaten Jember (Kota Jember) dilayani 17 trayek angkutan kota dan 16 trayek beroperasi melayani dari Terminal Tawang Alun, Terminal Pakusari, Terminal Arjasa, dan Terminal Ajung. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tanggal 28 Mei 2008 mendorong pula kenaikan suku cadang kendaraan, sehingga Biaya Operasional Kendaraan (BOK) meningkat yang berakibat tarif angkutan umum naik. Berdasarkan SK Bupati Nomor 14/2008 dietapkan tarif angkutan kota sebesar Rp. 2.500,- dan pelajar Rp. 1.250,- namun di lapangan banyak dijumpai pengemudi memunggut Rp. 3.000,- ke pengguna jasa dengan alasan kenaikan yang ditetapkan bupati tidak mengakomodasi kenyataan lapangan. BOK merupakan salah satu bagian penting dalam penentuan tarif angkutan umum karena turut menentukan nilai ekonomi dan keberadaan angkutan umum itu sendiri. Penentuan biaya operasional kendaraan yang tepat diharapkan akan menghasilkan tarif angkutan kota yang cukup adil bagi produsen (operator) dan konsumen (pengguna angkutan umum), sehingga angkutan kota menjadi pilihan sebagai sarana tranportasi utama bukan sebagai angkutan alternatif.
1
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
Perbedaan kepentingan produsen dan konsumen akan besaran tarif angkutan umum telah menjadikan problematika khusus. Penumpang berkeinginan mendapatkan pelayanan yang semakin baik dengan tarif yang rendah akan tetapi pihak produsen menginginkan keuntungan yang tinggi. Studi ini dilakukan untuk menganalisa besaran tarif angkutan kota yang proporsial dengan pendekatan BOK dan pendapatan. Harapannya adalah tidak terjadi lagi penyimpangan tarif oleh pengemudi angkutan kota dan angkutan umum bisa sebagai pilihan utama dalam mobilitas keseharian masyarakat. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pentarifan Angkutan Kota Hal yang terpenting dalam penentuan tarif angkutan kota adalah besarnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh pengusaha angkutan untuk membiayai selama operasional pelayanan. Penentuan tarif secara kasar dapat dilakukan dengan membagi BOK setiap kilometer selama satu hari dengan kapasitas penumpang dalam satu kendaraan. Dengan pendekatan ini diperoleh biaya untuk satu orang penumpang dengan jarak terjauh. Biaya Operasional Kendaraan (BOK) BOK adalah biaya yang secara ekonomi terjadi karena dioperasikannya suatu kendaraan pada kondisi normal untuk tujuan tertentu dan dalam suatu periode waktu tertentu. BOK untuk angkutan kota akan menggambarkan segala hal tentang besarnya pengeluaran yang terkait selama umur pakai kendaraan dan selama beroperasi. Komponen-komponen yang terkait didalamnya adalah (Junaedi, 2007) : (1) Biaya tetap (fixed cost), meliputi : biaya penyusutan kendaraan, upah pengemudi dan kondektur, nilai sisa kendaraan. (2) Biaya tidak tetap (variabel cost), meliputi : biaya bahan bakar minyak, biaya minyak pelumas, biaya pemakaian ban, biaya pemeliharaan kendaraan dan penggantian suku cadang. (3) Biaya lain, meliputi : biaya perijinan dan administrasi (STNK, KIR, ijin usaha, asuransi, dan ijin trayek). Sedangkan Dirjen Perhubungan Darat (2002) menyebutkan bahwa biaya pokok dapat dikelompokkan dengan teknik pendekatan sebagai berikut : (1) Kelompok biaya menurut fungsi pokok kegiatan, meliputi : biaya produksi, biaya organisasi dan biaya pemasaran. (2) Kelompok biaya menurut hubungannya dengan produksi jasa yang dihasilkan, meliputi : biaya langsung dan biaya tidak langsung. Metode Perhitungan Tarif Angkutan Umum Perhitungan Penentuan Tarif Perhitungan biaya pokok merupakan penjumlahan dari komponen biaya langsung dan komponen biaya tidak langsung. Tarif angkutan umum penumpang kota merupakan hasil perkalian antara tarif pokok dan jarak (kilometer) rata-rata satu
2
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
perjalanan (tarif BEP) dan ditambah 10 % untuk jasa keuntungan perusahaan. Persamaan yang digunakan adalah : Tarif = (tarif pokok * jarak rata-rata) + 10 % Tarif BEP = tarif pokok * Jarak rata-rata Total biaya pokok Tarip Pokok = ( faktor pengisian * kapasitas kendaraan )
........... ...........
(1) (2)
...........
(3)
Km yang ditempuh per tahun = Jarak trayek * jumlah perjalanan dalam satu bulan * Jumlah bulan dalam satu tahun . . . . . . . . . . . (4) Perhitungan Produksi Produksi angkutan penumpang umum di jalan raya dapat ditentukan dalam beberapa bentuk yaitu: (1) Produksi Km Kilometer tempuh angkutan umum penumpang diperoleh dari perhitungan : ( frek / hari ) * (hari operasi / b ln) * . . . . . . . . . . . (5) = (bulan operasi / thn) * (km / rit ) (2) Produksi Rit Jumlah rit diperoleh dari perhitungan = ( jumlah rit / hari ) *
(Frek / hari ) * (Hari operasi / bulan ) * (bulan operasi / tahun )
....
(6)
...........
(7)
( jumlah rit / hari ) * (Frek / hari ) * (Hari operasi / bulan ) * (bulan operasi / tahun ) * ( jarak tempuh / rit ) * (Kapasitas terjual / rit ) ...........
(7)
(3) Produksi Penumpang orang (penumpang diangkut) Jumlah penumpang orang = ( jumlah rit / hari ) * (Frek / hari ) *
(Hari operasi / bulan ) * (bulan operasi / tahun ) * (kapasitas terjual / rit ) (4) Produksi Penumpang Km (seat-km) Jumlah seat-km (pnp-km) =
Faktor Muat (Load Factor) Faktor muat (load factor) merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen (%), dapat dinyatakan sebagai berikut (Yafiz, 2002) : ...........
(8)
Pendapatan Pendapatan dimaksudkan ialah jumlah penerimaan kotor rata-rata per hari dari ongkos yang dibayarkan oleh penumpang kepada operator. Pendapatan diperoleh dari tarif yang dibayarkan penumpang. Variabel dalam menghitung pendapatan antara lain : (1) Perhitungan Produksi
3
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
Dalam perhitungan produksi (jumlah penumpang) satu tahun didasarkan jumlah penumpang mingguan. Jumlah penumpang per hari dapat diperoleh : Penumpang = ( Jumlah pnp / rit * frek/ hari ) . . . . . . . . . . . (9) (2) Pendapatan (3) Fare Box Ratio (FBR) Fare Box Ratio(FBR) adalah perbandingan antara pendapatan dengan biaya operasi kendaraan yang terjadi dengan dioperasikannya kendaraan. FBR =
Pendapa tan Biaya Operasional Kendaraan
...........
(10)
METODE PENELITIAN Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan di Kota Jember dengan obyek penelitian 17 trayek angkutan kota (1 trayek tidak beroperasi). Parameter penting dalam penelitian meliputi: faktor muat, variabel BOK dan variabel analisis pendapatan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survai data sekunder, survai pendahuluan, survai dinamis, survai statis dan survai harga variabel BOK. Penggambilan data dilakukan pada seluruh terminal dan pangkalan yang dilayani angkutan kota (seperti : Terminal Tawang Alun, Terminal Arjasa, Terminal Ajung, Terminal Pakusari, Pangkalan Gladakpakem, dan beberapa di ruas). Analisis Data Kapasitas Kendaraan Kapasitas kendaraan dihitung berdasarkan dengan pendekatan beberapa metode perhitungan kapasitas kendaraan yaitu Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Vuhic (1981) maupun hasil uji KIR. Produktivitas Kendaraan Dalam analisa produktivitas kendaraan meliputi : (1) Km tempuh per-rit, merupakan panjang rute pelayanan angkutan yang dihitung berdasarkan pembagian panjang segmen. Penentuan panjang segmen dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan. (2) Frekuensi per-hari, merupakan banyaknya frekuensi angkutan melakukan pelayanan dalam satu hari dapat diketahui dari survai statis. Perhitungan frekuensi dengan menghitung jumlah kendaraan yang melintas kemudian dibagi dengan jumlah kendaraan yang beroperasi pada saat survai dilaksanakan, sehingga akan dapat diketahui banyaknya frekuensi pelayanan dalam satu hari. (3) Jumlah penumpang per-rit, merupakan jumlah penumpang per rit didapatkan dari data survai dimanis. Oleh karena survai dinamis dilakukan dalam beberapa jam pelayanan, maka jumlah penumpang per rit dapat dihitung dengan menjumlahkan jumlah penumpang pada jam sibuk I (pergi-pulang) dengan jumlah penumpang sibuk II (pergi-pulang) dan jumlah penumpang tidak sibuk (pergi-pulang) dibagi dengan jumlah data yang diperoleh sehingga didapatkan data jumlah penumpang rata-rata per rit untuk setiap trayek.
4
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
Jumlah penumpang rata-rata per rit =
∑
jumlah penumpang jumlah data
.....
(11)
Analisis Penentuan Tarif Dalam analisa penentuan tarif, digunakan metode Perhitungan Standar Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang dilakukan modifikasi sesuai kebutuhan di lapangan dan menggunakan analisis pendapatan (didasarkan pada pendapatan yang diperoleh pengusaha angkutan umum). Analisis Fare Box Ratio (FBR) FBR didapatkan sesuai dengan persamaan 10 dan biaya opersaional kendaraan dihitung menggunakan kondisi standar Dirjen Perhubungan Darat yang dimodifikasi sesuai kondisi sebenarnya di lapangan. PEMBAHASAN Karateristik Kendaraan Dengan menggunakan 3 metode perhitungan kapasitas kendaraan (Dirjen Hubdat, Vuhic (1981) dan hasil uji KIR) didapatkan bahwa kapasitas kendaraan menggunakan uji kir adalah kapasitas yang digunakan sebagai perhitungan kapasitas kendaraan karena sesuai dengan kondisi sebenarnya dilapangan, yaitu 11 penumpang. Analisis Produktivitas Kendaraan Pada trayek D, G, H, L, Q, dan T adanya perbedaan panjang rute menurut ijin dengan panjang rute pelayanan dikarenakan trayek tersebut melakukan penyimpangan rute. Km tempuh kendaraan untuk angkutan umum kota Jember yang memiliki jarak tempuh terjauh adalah untuk trayek H sejauh 17,70 km pelayanan dari jarak sebenarnya 20 km sedangkan rute terpendek ada pada trayek V yang hanya sejauh 4 km. Jumlah penumpang rata-rata dalam satu rit pelayanan terbanyak adalah untuk trayek H dan K dengan 16 pnp/rit. Sedangkan jumlah penumpang rata-rata terendah adalah trayek V yaitu 5 pnp/rit. Frekuensi pelayanan angkutan terbanyak dalam satu hari adalah trayek H dengan 16 rit/hari dan terendah adalah trayek L yang hanya melayani 5 rit/hari. Artinya dalam satu hari pelayanan dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 17.30, untuk trayek H mampu melakukan 8 kali perjalanan pergi-pulang. Untuk trayek L hanya berkisar 2 sampai 3 kali perjalanan pergi-pulang. Adanya perbedaan jumlah kendaraan yang beroperasi dengan jumlah kendaraan menurut ijin dimungkinkan terjadi karena adanya kendaraan yang tidak beroperasi yang melakukan perbaikan kendaraan.Rekapitulasi Produktivitas kendaraan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produktivitas Kendaraan
5
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
Trayek
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode A B C D E G H K L N O P Q R T V
RUTE Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Perumnas Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakem Tw. Alun - Pakusari Arjasa - Pakusari Tw. Alun - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Perumnas Ajung - Pakusari Ajung - Pakusari Ajung - Arjasa Tw. Alun - Ajung
Jumlah Jumlah Kendaraan Kendaraan Ijin Operasi Knd Knd 32 30 37 31 13 12 36 35 31 31 42 39 9 9 18 18 6 5 15 15 14 9 10 7 12 10 16 10 6 6 7 5
Panjang
Rata - Rata
Rata - Rata
Rute Km 17.00 16.00 14.85 14.55 15.10 12.95 17.70 15.20 12.15 17.00 17.00 15.35 14.55 16.00 12.10 4.00
Rit/Kend Rit 9 8 10 11 9 9 16 8 5 7 8 6 8 7 7 10
Pnp / Rit Pnp 15 12 13 13 12 13 16 16 8 14 13 12 12 15 11 5
Sumber: Dinas Perhubungan Jember dan hasil analasis (2008)
Faktor Muat (Load Factor) Faktor muat yang dihitung adalah faktor muat untuk jumlah penumpang ratarata dalam satu rit pelayanan. Tabel 2 Faktor Muat Angkutan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
T ra ye k A B C D E G H K L N O P Q
J u m la h K e n d a ra a n R u te O p e ra s i K nd T w . A lu n - A rja s a 30 T w . A lu n - A rja s a 31 T w . A lu n - P e ru m n a s 12 T w . A lu n - P a k u s a ri 35 T w . A lu n - P a k u s a ri 31 T w . A lu n - P a k e m 39 T w . A lu n - P a k u s a ri 9 A rja s a - P a k u s a ri 18 T w . A lu n - A rja s a 5 A ju n g - A rja s a 15 A ju n g - A rja s a 9 A ju n g - P e ru m n a s 7 A ju n g - P a k u s a ri 10
K a p a s ita s
J u m la h
F a k to r
A n g k u ta n
P enum pang
M uat
Pnp 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
Pnp 15 12 13 13 12 13 16 16 8 14 13 12 12
% 1 3 6 .3 6 1 0 9 .0 9 1 1 8 .1 8 1 1 8 .1 8 1 0 9 .0 9 1 1 8 .1 8 1 4 5 .4 5 1 4 5 .4 5 7 2 .7 3 1 2 7 .2 7 1 1 8 .1 8 1 0 9 .0 9 1 0 9 .0 9
Sumber: Hasil analisis (2008)
Faktor muat angkutan per rit tertinggi ada pada trayek H dan K yaitu sebesar 145,45% (16 penumpang) dan terendah pada trayek V yang hanya sebesar 45,45% atau berjumlah 5 penumpang. Berdasarkan rekapitulasi di atas, 87,5% angkutan dalam sekali perjalanan angkutan telah mampu melebihi daya angkut angkutan yaitu 11 penumpang.
6
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
Analasis Tarif Angkutan Umum Perhitungan Tarif Berdasarkan BOK Perhitungan tarif berdasarkan BOK mengacu standar Dirjen Hubdat dimana biaya pokok angkutan dihitung dengan mengklasifikasikan komponen perhitungan menjadi karateristik kendaraan, produksi per-kendaraan, biaya per-seat-km, biaya pokok per-seat-km, biaya pokok seat per-hari, biaya pokok per-penumpang-km dan biaya per-penumpang. Beberapa dari komponen perhitungan dilakukan modifikasi untuk menyesuaikan kondisi lapangan. Beberapa komponen yang dilakukan modifikasi adalah umur pakai kendaraan, bunga modal, pemakaian bahan pada pemeliharaan dan reparasi kendaraan. Hasil perhitungan tarif angkutan kota disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Perhitungan Tarif Berdasarkan BOK Trayek
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode A B C D E G H K L N O P Q R T V
Rute Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Perumnas Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakem Tw. Alun - Pakusari Arjasa - Pakusari Tw. Alun - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Perumnas Ajung - Pakusari Ajung - Pakusari Ajung - Arjasa Tw. Alun - Ajung
Jumlah Jarak Frekuensi / Armada Tempuh /rit Hari Ijin Operasi Kend Kend Km Rit 32 30 17.00 9 37 31 16.00 8 13 12 14.85 10 36 35 14.55 11 31 31 15.10 9 42 39 12.95 9 9 9 17.70 16 18 18 15.20 8 6 5 12.15 5 15 15 17.00 7 14 9 17.00 8 10 7 15.35 6 12 10 14.55 8 16 10 16.00 7 6 6 12.10 7 7 5 4.00 10
Tarif Rp 1643 2041 1661 1581 1882 1619 1268 1539 3359 1947 1961 2298 1945 1778 2067 2391
Sumber : Hasil analisis (2008)
Berdasarkan perhitungan tarif dengan pendekatan BOK didapatkan hasil bahwa tarif yang berlaku pada 15 trayek angkutan umum Kota Jember berada dibawah tarif yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Satu trayek yaitu trayek L berada diatas tarif pemerintah daerah, hal ini dikarenakan faktor muat yang rendah dan ditunjang dengan jarak tempuh yang relatif jauh (12,15 km) dan sedikitnya jumlah rit pelayanan dalam satu hari yang hanya 5 rit/hari. Berdasarkan hasil analisa ini, secara umum tarif yang diberlakukan oleh pemerintah daerah sudah tepat dan wajar. Perhitungan Tarif Berdasarkan Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah pemasukan yang didapatkan dari ongkos yang dibayarkan oleh penumpang setiap harinya, selanjutnya jumlah pendapatan per tahun didapat dari mengalikan jumlah pendapatan per hari dengan jumlah hari operasi dalam setahun.Tarif yang digunakan sebagai acuan analisis pendapatan adalah tarif sesuai
7
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
SK Bupati sebesar Rp. 2.500,- dan pelajar Rp. 1.250,-. Hasil analisis tarif berdasarkan pendapatan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Perhitungan Tarif Berdasarkan Pendapatan Trayek
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode A B C D E G H K L N O P Q R T V
Rute Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Perumnas Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakem Tw. Alun - Pakusari Arjasa - Pakusari Tw. Alun - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Perumnas Ajung - Pakusari Ajung - Pakusari Ajung - Arjasa Tw. Alun - Ajung
Rata -rata Gaji sopir/ Pendapatan /Hari tahun Penumpang/ hari pnp Rp Rp 109 272.500 15.000.000 71 176.613 123 307.500 113 283.571 85 211.774 88 220.321 158 395.556 75 188.611 32 80.500 80 201.000 54 135.000 60 149.286 77 193.500 74 185.000 62 153.750 43 107.500
Pendapatan /tahun
tarif/seat
Rp 66.750.000 37.983.871 77.250.000 70.071.429 48.532.258 51.096.154 103.666.667 41.583.333 9.150.000 45.300.000 25.500.000 29.785.714 43.050.000 40.500.000 31.125.000 17.250.000
Rp 1.648 1.319 1.981 1.633 1.498 1.456 1.350 1.083 763 1.541 817 1.379 1.495 1.286 1.347 1.150
Sumber : Hasil analisis (2008)
Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 4 di atas, perhitungan tariff menggunakan cara analisis pendapatan untuk tarif yang berlaku Rp. 2.500,- menghasilkan tarif terendah untuk trayek L sebesar Rp. 763,-, sedangkan tarif perhitungan tertinggi terdapat pada trayek C yaitu sebesar Rp. 1.981,-. Fare Box Ratio (FBR) Fare Box Ratio dicari dengan memperbandingkan besarnya BOK dan pendapatan (persamaan 10). Besarnya BOK yang didapat dalam satu hari dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dalam satu hari pula, sehingga dapat diperoleh tingkat persentase keuntungan angkutan umum. Hasil analisa BOK dan pendapatan dapat di lihat pada Tabel 5. BOK paling tinggi adalah pada trayek H yaitu sebesar Rp. 76.103.634,- setiap tahun dan paling rendah pada trayek V dengan pengeluaran Rp. 21.073.682 setiap tahun.
Tabel 5 Analisa Fare Box Ratio dengan Tarif Rp. 2.500,-
8
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
Trayek
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode A B C D E G H K L N O P Q R T V
Rute Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Perumnas Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakem Tw. Alun - Pakusari Arjasa - Pakusari Tw. Alun - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Perumnas Ajung - Pakusari Ajung - Pakusari Ajung - Arjasa Tw. Alun - Ajung
BOK/ Hari Rp 149.634 129.815 147.797 156.628 136.770 121.840 253.679 123.871 78.364 121.391 135.501 100.755 121.071 115.859 96.584 71.753
BOK / Tahun Pendapatan/ Hari Pendapatan/ Tahun Rp 44.890.339 38.944.486 44.339.205 46.988.537 41.030.893 36.551.993 76.103.634 37.161.437 23.509.081 36.417.434 40.650.172 30.226.510 36.321.407 34.757.780 28.975.288 21.525.937
Rp 272.500 176.613 307.500 283.571 211.774 220.321 395.556 188.611 80.500 201.000 135.000 149.286 193.500 185.000 153.750 107.500
Rp
FBR %
Kelayakan
66.750.000
1,49
Layak
37.983.871
0,98
Kritis
77.250.000
1,74
Layak
70.071.429
1,49
Layak
48.532.258
1,18
Layak
51.096.154
1,40
Layak
103.666.667
1,36
Layak
41.583.333
1,12
Layak
9.150.000
0,39
Tdk Layak
45.300.000
1,24
Layak
25.500.000
0,63
Tdk Layak
29.785.714
0,99
Kritis
43.050.000
1,19
Layak
40.500.000
1,17
Layak
31.125.000
1,07
Layak
17.250.000
0,80
Tdk Layak
Sumber : Hasil analisis (2008)
Perhitungan Fare Box Ratio pada Tabel 5 untuk tarif Rp.2.500 diperoleh hasil bahwa trayek L, O, dan V mengalami kerugian karena FBR ≤ 1. Untuk trayek B dan P berada pada titik kritis karena nilai FBR hamper mendekati 1 yakni 0,98 dan 0,99. Trayek C mendapatkan keuntungan terbesar dengan persentase 1,74. Trayek yang mengalami kerugian maupun yang mengalami titik kritis adalah trayek yang tergolong kurang produktif mendapatkan penumpang. Hal ini terjadi karena trayek tersebut memiliki tujuan yang sama dengan trayek lain, sehingga terjadi tumpang tindih trayek pada segmen yang menyebabkan trayek satu dengan yang lain saling memperebutkan penumpang dan berakibat pada menurunnya jumlah produksi penumpang. Tabel 6 Analisa Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (Pb) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kode A B C D E G H K L N O
Trayek Rute Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Perumnas Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakem Tw. Alun - Pakusari Arjasa - Pakusari Tw. Alun - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Arjasa
5 16,96% 37,42% 19,37% -17,75% 1,28% 27,85% -13,47% -
IRR tahun Ke10 15 30,78% 32,33% -3,73% -4,83% 46,81% 47,65% 32,56% 34,02% 9,43% 11,80% 20,01% 22,14% 39,08% 40,22% 4,70% 6,76% 11,52% 13,92% -
Pb
20 32,75% 1,80% 47,78% 34,39% 13,77% 23,06% 40,45% 9,61% 15,61% -
tahun 3,20
2,13 3,03 9,33 4,81 2,54 15,83 7,88 -
Sumber : Hasil analisis (2008)
Dari hasil analisis kelayakan investasi angkutan umum Kota Jember (Tabel 6) dengan menggunakan asumsi suku bunga sebesar 8,5 %, diperoleh trayek A, C, D,G, H, K, N, Q, dan R berada pada tingkat investasi yang menguntungkan. Pada masa pakai kendaraan 5 tahun, trayek A, C, D, dan H berada pada tingkat investasi yang layak dengan nilai IRR 16,96 %, 37,42 %, 19,37 %, dan 27,85 %. Dengan masa pakai
9
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
kendaraan 10 tahun, yang layak untuk investasi adalah trayek E, G, dan N. Sedangkan trayek Q dan R berada pada tingkat investasi yang layak pada masa pakai kendaraan sampai 15 tahun, untuk trayek K berada pada tingkat investasi yang layak pada masa pakai kendaraan sampai 20 tahun. Dengan memberlakukan tarif rata-rata Rp. 2.500,- untuk semua trayek angkutan dan menambahkan faktor keuntungan pengusaha angkutan sebesar 10 %, memperlihatkan beberapa trayek mendapatkan keuntungan dan yang mengalami titik kritis (lihat Tabel 7). Titik kritis terjadi karena tarif perhitungan yang melebihi tarif yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Terdapat 13 trayek yang beroperasi tergolong trayek yang produktif dan mendapatkan keuntungan dari pemberlakuan tarif rata-rata, sedangkan terdapat 3 trayek tergolong trayek kritis, yaitu trayek L, P, dan V. Hal ini terjadi karena trayek tersebut merupakan trayek yang selama ini termasuk trayek tidak produktif dimana kurang mendapatkan penumpang. Apabila ditinjau dari perbandingan BOK dengan besarnya pendapatan, maka trayek B, L, O, P dan V merupakan trayek yang mengalami kerugian karena besarnya pengeluaran untuk BOK lebih besar dari pendapatan yang diperoleh. Tabel 7 Analisa Tarif dengan Faktor Penambahan Keuntungan 10 % Trayek
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode A B C D E G H K L N O P Q R T V
Rute Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Arjasa Tw. Alun - Perumnas Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakusari Tw. Alun - Pakem Tw. Alun - Pakusari Arjasa - Pakusari Tw. Alun - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Arjasa Ajung - Perumnas Ajung - Pakusari Ajung - Pakusari Ajung - Arjasa Tw. Alun - Ajung
Jarak Frekuensi / Jumlah Tarif Tarif Armada Tempuh /rit Hari Ijin Operasi Perhitungan (+10%) Kend Kend Km Rit Rp Rp 32 30 17.00 9 1643 1807 37 31 16.00 8 2041 2246 13 12 14.85 10 1661 1827 36 35 14.55 11 1581 1739 31 31 15.10 9 1882 2070 42 39 12.95 9 1619 1780 9 9 17.70 16 1268 1395 18 18 15.20 8 1539 1692 6 5 12.15 5 3359 3695 15 15 17.00 7 1947 2142 14 9 17.00 8 1961 2157 10 7 15.35 6 2298 2527 12 10 14.55 8 1945 2140 16 10 16.00 7 1778 1956 6 6 12.10 7 2067 2274 7 5 4.00 10 2391 2630
Kelayakan
Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Tidak Layak Layak Tidak Layak Layak Layak Tidak
Sumber : Hasil analisis (2008)
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa tarif angkutan kota yaitu perbandingan BOK dan pendapatan (fare box ratio) yang diperoleh dalam satu tahun, rasio tertinggi adalah trayek C dengan persentase keuntungan 1,74 % dan trayek B, L, O, P, dan V mendapatkan persentase ≤ 1 %. Ditinjau dari kelayakan investasi berdasarkan Internal Rate of Return (IRR), trayek A, C, D, dan H layak untuk dijadikan investasi dengan tingkat pengembalian modal kurang dari 5 tahun. Trayek E, G, N dengan waktu 10 tahun, trayek Q, dan R 15 tahun dan trayek K 20 tahun. Sehubungan dengan beberapa trayek yang kritis terhadap pendapatan yang diterima operator, maka pemerintah daerah perlu melakukan strategi meningkatkan jumlah penumpang angkutan umum guna keberlanjutan pelayanan di masa
10
Simposium XI FSTPT, Universitas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
mendatang. Strategi yang dapat dilakukan adalah meninjau kembali rute trayek yang banyak tumpang tindih. Selain itu instansi terkait perlu memberikan tindakan tegas bagi pengemudi yang memunggut tariff tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Dirjen Perhubungan Darat, 2001, Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan, Direktorat Bina Soistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota, Jakarta. Dirjen Perhubungan Darat, 2002, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/2002. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Departemen Perhubungan RI, Jakarta, www.hubdat.web.id. Junaedi, T., 2007, Analisis Finansial Angutan Kota (Studi Kasus Di Kota Metro Lampung). Jurusan Teknik Sipil UNILA, Lampung. Morlok, E.K., 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Pertamina, 2008, Perkembangan Harga BBM Tahun 2008 http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3 581&Itemid=846, [24 Mei 2008]. Siregar, M., 1980, Beberapa Masalah Ekonomi dan Management Pengangkutan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sulistyono, S. dan Suyoso, H., 2005, Penentuan Tarif Angkutan Kabupaten Jember Dengan Pendekatan Biaya Operasional Kendaraan, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Jember, Jember. Vuchic, R., 1981, Urban Public Tranportation; System and Technology, University of Pensylvania, New Jersey.
11