Analisis Sifat Fisis dan Mekanik pada Pembuatan Nikel Berpori (Etty Marti Wigayati) Akreditasi LIPI Nomor: 377/E/2013 Tanggal 16 April 2013
Analisis Sifat Fisis dan Mekanik pada Pembuatan Nikel Berpori ETTY MARTI WIGAYATI DAN A CHMAD SUBHAN Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Komplek PUSPIPTEK Tangerang Selatan, Banten E-mail :
[email protected] Diterima: 12 Maret 2013
Revisi: 3 Mei 2013
Disetujui: 15 Mei 2013
INTISARI: Dalam dunia modern masalah lingkungan, kesehatan,transpotasi, energi mendominasi issu saat ini. Untuk mengatasi masalah tersebut pemanfaatan pengolahan sampah menjadi komponen yang berguna adalah nilai tambah. Sehingga bidang material science menjadi pendekatan ilmu yang penting. Salah satu domain yang spesifik adalah pembuatan keramik berpori dan metal berpori yang dapat dipergunakan sebagai elektroda elektrolisa. Pada tulisan ini ditampilkan pembuatan nikel berpori dari serbuk nikel bahan organik. Metode yang digunakan adalah metalurgi serbuk. Komposisi dibuat bervariasi yaitu 90% Ni + 10% bahan organik, 80% Ni + 20% bahan organik dan 70% Ni + 30% bahan organik. Bahan baku dicampur, dicetak dengan alat cetak press hidrolik. Selanjutnya sampel disintering pada temperatur 900oC. Sampel yang dihasilkan diamati struktur kristal dengan XRD, fasa yang terbentuk adalah Ni, mikro struktur dengan SEM terlihat bahwa distribusi pori merata, densitas diamati dengan metode Archimedes didapat 7,325 gr/cm3, porositas dengan metode serapan air didapatkan hasil 26,47%, konduktivitas listrik diukur dengan metode 2 titik didapatkan hasil 33,2739 S/cm, kuat tekan dengan alat UTM 17,23 kN dan kekerasan dengan alat mikro hardness tester didapatkan hasil 198,9 HV. KATA KUNCI: keramik berpori, metal berpori, nikel berpori, metalurgi serbuk, struktur kristal, struktur mikro, densitas, porositas, konduktivitas listrik, kekerasan. ABSTRACT: In the modern world, environmental issues, health, transportation, and energy have dominated issue today. Anticipating those problems, the utilization of waste into useful components becomes a plus point. The field of materials science becomes important in scientific approach. One of the specific domains is the manufacture of porous ceramic and porous meta that can be used as an electrode electrolysis. In this paper, the manufacture of porous nickel from organic nickel powder was displayed. The used method is a powder metallurgy. The composition is varied to 90% Ni + 10% organic matter, 80% Ni + 20% organic matter and 70% Ni + 30% organic ingredients. The raw materials are mixed, and molded by hydraulic press tool. Then the next process is sintering sample at a temperature of 900oC. The structure crystals sample was observed by XRD, formed phase is Ni, micro-structure with SEM shows that uniform pore distribution, the observed density obtained by Archimedes method is 7.325 gr/cm3, porosity with water absorption method showed as 26.47%, the electrical conductivity is measured with a 2 point probe method, showed as 33.2739 S/cm and hardness with micro hardness testing is showed 198,9 HV, compressive strength used UTM is 17,23 kN. KEYWORDS: porous ceramic, porous metal, porous nickel, powder metallurgy, crystal structure, microstructure, porosity, density, electrical conductivity, hardness.
1. PENDAHULUAN Teknologi pembuatan material berpori untuk mendapatkan material dengan densitas rendah, sifat mekanik yang bagus dengan struktur yang rigid terus berkembang. Dengan teknik sintering yang tepat diharapkan akan didapatkan pori-pori yang saling berhubungan [1]. Pada umumnya material berpori dibuat dengan teknik metalurgi serbuk. Berdasarkan ukuran pori dapat dikategorikan dalam 3 kategori [2,4]: mikro pori dengan ukuran < 2 nm, makro pori dengan ukuran antara (2-50) nm, dan meso pori dengan ukuran > 50 nm. Material berpori mempunyai aplikasi yang sangat luas [3], tergantung dari model pori yang bervariasi, ukuran pori dan distribusi pori. Material berpori mengambil peran penting dalam kehidupan sehari-hari, antara lain dalam sektor industri material berpori dapat digunakan sebagai filter, untuk mengontrol aliran fluida, body kerangka yang ringan, bantalan pelumas maupun elektroda pada baterai dan elektroda elektrolisa. Berdasarkan klasifikasi struktur pori aplikasi material berpori terlihat pada Tabel 1. Elektrolisis adalah reaksi elektrokimia yang menghasilkan hidrogen dan oksigen. Dari densitas arus dapat dihitung gas hidrogen yang diproduksi per unit luasan elektroda. Pada tegangan sel yang rendah, densitas arus menjadi besar, dan akan tercapai bila disain komponen maupun kondisi operasi bagus. Untuk mendapatkan elektrolisa dengan efisiensi yang tinggi maka diperlukan elektroda dengan luas permukaan yang besar, konsumsi energi per unit volum kecil dan gas yang dihasilkan menjadi besar[5]. Elektroda berpori mempunyai luas permukaan yang besar dibandingkan luas permukaan geometrinya, sehingga densitas arusnya akan menjadi besar. Pada elektroda berpori akan terjadi reaksi elektrokimia yang lebih cepat karena luas permukaan lebih besar, maka dengan semakin kecil lubang pori semakin banyak partikel yang bereaksi sehingga luas permukaan semakin efektif, efisiensi sel elektrolisis semakin tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan itu perlu dibuat elektroda berpori [6].
21
TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Volume 31 (1) 2013: 21-30 ISSN: 0125-9121
Tabel 1. Klasifikasi dan aplikasi berdasarkan struktur pori[2].
Struktur pori Material berpori mikro dan meso
Struktur ”foam & honey comb”
Multilayer material
Aplikasi Sensor dan aktuator Termal isolator Katalis suport Exhaust gas filter Elektroda berpori fuel cell Substrat katalis Porous burner Filter untuk molten metal Kiln furniture Impact & acustic material Membran ultra filtration Membran nano filtration Membran separator gas
Elektroda berpori adalah material berpori yang mempunyai luas permukaan yang lebih besar dibanding luas permukaan geometri, gas yang dibangkitkan dari pori memberikan kontribusi pada permukaannya. Elektroda berpori nikel yang berbentuk plat mempunyai keuntungan didalam susunan sel elektrolisa air karena[5]: i. Geometri elektroda berpori menjadikan lapisan diafragma diantara sel anoda dan katoda yang menjadikan efek gelembung gas yang terbentuk tanpa terakumulasi. Hal ini akan menurunkan nilai hambatan listrik dan bernilai tetap, tidak bergantung pada evolusi gas yang terjadi pada setiap arus yang diberikan. Ini dilihat dari tidak nampaknya step kenaikan pada tegangan saat densitas arus listrik bertambah tinggi dan karakteristik kurva I-Vnya membentuk garis lurus. ii. Kelebihan lainnya dari elektroda berpori adalah, gas yang terbentuk di dalam pori mampu terlepas melalui bagian belakang elektroda karena adanya jalur-jalur diafragma. Hal ini mencegah terbentuknya akumulasi gelembung gas diantara ruang elektroda kerja sehingga mengurangi kehilangan energi listrik akibat hambatan listrik karena gelembung gas yang langsung menyebar tidak terakumulasi. iii. Luas permukaan pada bagian dalam elektroda berpori pun membuat permukaan yang terbasahi elektrolit makin besar mampu menurunkan kerapatan arus listrik sehingga memperkecil adanya kehilangan daya akibat overvoltage. iv. Akibat dari pembentukan gas di dalam pori, sebuah lapisan tipis elektrolit terjaga dalam pori karena adanya tekanan kapilaritas gas, yang akan mereduksi hambatan difusi pada reaksi dalam elektroda. Pada penelitian ini akan dibuat padatan nikel berpori. Kontrol porositas dilakukan dengan menvariasikan bahan aditif. Dari variasi bahan aditif diamati sifat mekanik, kerapatan (densitas) dan konduktifitas listrik diamati. Diharapkan benda uji akan dapat digunakan sebagai elektroda.
2. METODOLOGI PENELITIAN Bahan baku serbuk nikel produk Merck dicampur dengan arang serat sawit [8] yang diharapkan menjadi pembentuk pori yang sudah diayak dengan menggunakan sieve hingga lolos 100 mesh dan PVA yang berfungsi sebagai perekat sekaligus pembentuk pori. Bahan-bahan tersebut diaduk sampai tercampur semua. Bahan campuran dicetak dengan cetakan press hidrolik dengan tekanan sebesar 50 kg/cm. Bentuk sampel yang dihasilkan tergantung dari cetakannya. Pada penelitian ini bentuk sampel tablet dengan diameter 2 cm tebal 0,4 cm dan untuk uji kuat tekan diameter 2 cm tebal 2,5 cm. Pembakaran dilakukan pada temperatur 900 o C, dengan lama penahanan 0,5 jam, dan sampel untuk uji kuat tekan (sampel yang tebal) lama penahanan 3 jam. Pembakaran dilakukan dengan mengalirkan gas inert pada tungku pembakaran. Untuk lebih jelas tata kerja dapat dilihat pada Gambar 1. Variasi komposisi campuran bahan baku dibuat berdasarkan perbandingan persentase massa, seperti diperlihatkan pada Tabel 2. Adapun pengujian yang dilakukan pada sampel antara lain meliputi uji TG-DTA [9] pada green body (sampel sebelum dibakar), densitas sampel Ni berpori dengan metode Archimedes berdasarkan ASTM D-792 [10], porositas sampel Ni berpori dilakukan dengan metode serapan air berdasarkan ASTM C- 20[11], konduktivitas listrik sampel Ni berpori dengan metode two point probe, compresive strength sampel Ni berpori dengan alat UTM mengacu pada ASTM C170-90 dan kekerasan sampel Ni berpori dengan alat microhardness mengacu pada ASTM C 1327. Sedangkan untuk analisa fasa sampel Ni berpori dengan XRD, struktur dan bentuk partikel diamati dengan menggunakan SEM.
22
Analisis Sifat Fisis dan Mekanik pada Pembuatan Nikel Berpori (Etty Marti Wigayati)
Serbuk nikel
DTA
Arang carbon diayak 100 mesh
ditimbang
Dicampur sampai homogen
cetak
Karakterisasi: XRD, SEM, porositas, densitas, konduktivitas listrik, compresive strength, kekerasan.
PVA
keringkan
Sintering 900oC
Gambar 1. Diagram alir pembuatan sampel dan karakterisasinya. Tabel 2. Variasi komposisi sampel.
No Sampel 1 2 3 4
Nikel ( % massa) 75 80 85 90
Bahan aditif (% massa) 25 20 15 10
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisa TG-DTA Untuk menentukan temperatur sintering dilakukan dilakukan analisa TG-DTA [12], pada bahan baku yang sudah dicampur. Pada saat analisa TG-DTA dilakukan tanpa mengalirkan gas inert (karena pada alat yang digunakan tidak tersedia fasilitas ini) , kisaran temperatur dari 300C sampai 1450 0C, heating rate 10 0 C/menit. Hasilnya ditampilkan pada Gambar 2. Dari kurva DTA tersebut menunjukkan adanya 2 puncak, yaitu pada temperatur 465,779 oC dan 694,961 oC. Pada puncak pertama reaksi eksotermik adalah keluarnya air kristal didalam sampel dengan enthalpy -22,877 J/gr. Sedang pada puncak kedua adalah reaksi eksotermik dengan enthalpy -88,815 J/gr, pada top temperatur ini terjadi suatu reaksi pada bahan [12], yang kemungkinan adalah terjadinya reaksi antara Ni dan O2, bahan aditif dan O2 menjadi CO dan CO2. Menurut analisa XRD bahwa peak yang terjadi adalah NiO.
DTA
TGA
Gambar 2. Termogram TG-DTA pada campuran Ni+bahan aditif.
23
TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Volume 31 (1) 2013: 21-30 ISSN: 0125-9121
Kurva TGA pada Gambar 2 menunjukkan terjadi pengurangan massa sebesar 2,378% sampai temperatur 500 oC, pada kondisi ini bahan organik maupun air menguap, dan kemudian massa mulai bertambah naik dan stabil pada temperatur 1000 oC. Hal ini mengindikasikan bahwa Ni mulai sinter sekitar temperatur 1000 oC dan bertambahnya massa karena Ni mengikat oksigen dari udara menjadi NiO (lebih lanjut dapat dilihat dari analisa dengan XRD), pertambahan massa mencapai 23,146 %. Ketika temperatur mencapai 1000 o C massa mulai stabil, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak mengikat oksigen dari udara lagi. Pada penelitian ini yang akan dibuat adalah nikel berpori maka pada saat pembakaran dialirkan gas inert, supaya tidak terjadi reaksi nikel dengan udara. 3.2. Pengamatan Struktur Kristal Hasil analisa XRD pada sampel yang disintering dengan mengalirkan gas inert pada tungku ditunjukan pada difraktogram Gambar 3a. data difraksi yang dihasilkan puncak difraksi pada 2θ= 44,42; 51,76 dan 76,30 didapat pada d= 2,374; 1,7645 dan 1,2469. Berdasarkan hasil seach and match menggunakan data dari JCPDS no file 4-850 [13], puncak puncak tersebut adalah puncak Ni. Jadi dengan mengalirkan gas nitrogen selama proses sintering tidak ada kandungan oksigen pada atmosfer, sehingga Ni tidak bereaksi dengan oksigen dari udara membentuk NiO, tetapi tetap berdiri sendiri sebagai Ni. Sedang arang carbon terbakar dan lepas pada temperatur tinggi sehingga meninggalkan rongga pori, karena diruang bakar dialirkan gas nitrogen unsur C tertinggal sebagai residu tidak bereaksi dengan O2. Demikian pula PVA pada temperatur diatas 250oC terbakar dan meninggalkan lubang pori, gas H2 menguap dan unsur C tertinggal menjadi residu. S a m p e l 1 b u lk
3500
(111)
Intensitas (arb. unit)
3000 2500 2000
(200)
1500 1000
(220)
500 0 0
10
20
30
40
50
Sudut 2
/
60
70
80
90
o
(a)
(200)
(111) (220)
(311) (222)
(b) Gambar 3. a) Pola difraksi dari sampel, Ni+bahan aditif di-sintering dengan mengalirkan gas inert, puncak difraksi adalah Ni. b) Pola difraksi dari sampel, Ni+bahan aditif disintering tanpa mengalirkan gas inert, puncak difraksi adalah NiO.
Sebagai pembanding pada sampel yang di sintering tanpa mengalirkan gas inert pada tungku ditampilkan pada difraktogram Gambar 3.b. puncak difraksi pada 2θ= 37,60; 37,60, 43,60, 63,15 dan 75,65 didapat pada
24
Analisis Sifat Fisis dan Mekanik pada Pembuatan Nikel Berpori (Etty Marti Wigayati)
d=2.3900, 2.0740, 1.4710, 1.2559, dan 1.2030. Bila dicocokkan dengan JCPDS (no file 22-1189) maka puncak tersebut adalah NiO. Hal ini menunjukkan bahwa Ni mengikat O2 dari udara. 3.3. Pengaruh Temperatur Terhadap Densitas Densitas merupakan kerapatan penyusun sampel, sehingga keberadaan sedikit ruang kosong akan mempengaruhi kerapatan padatan berpori sehingga akan mempengaruhi terhadap perbandingan dari berat per volume sampel. Hasil pengukuran sampel nikel berpori ditampilkan pada Gambar 4. Pada pengukuran sampel Ni berpori nilai densitas cenderung bertambah dengan kenaikan komposisi Ni. Hal ini karena partikel partikel Ni saling berikatan dan memadat sedang bahan organik terbakar dan menguap. Dari kurva densitas terhadap komposisi nikel menunjukan bahwa ada kecenderungan semakin besar komposisi nikel maka densitasnya akan naik, densitas tertinggi adalah 7,325 gr/cm3 pada komposisi Ni 90%.
Gambar 4. Kurva hasil pengukuran densitas Ni terhadap komposisi Ni.
3.4. Pengaruh Temperatur Terhadap Porositas Hasil pembakaran sampel Ni berpori pada temperatur 900 o C, dan variasi komposisi nikel 90%, 85%, 80% dan 75%, dilakukan pengukuran porositas. Hasil pengukuran porositas terhadap komposisi Ni diperlihatkan pada Gambar 5. Pada pembuatan sampel padatan Ni berpori, porositas dimaksudkan untuk membuat luas permukaan menjadi besar pada luas geometri yang sama. Keberadaan porositas ini berasal dari bahan organik pada temperatur tinggi menjadi gas CO dan CO2 terperangkap diantara butiran Ni, pada saat pemadatan, partikel saling merapat, mengikat dan mengeras. Dari hasil pengukuran porositas nampak bahwa dengan bertambahnya komposisi Ni atau berkurangnya bahan organik maka porositas bertambah kecil. Hal ini karena pada temperatur tinggi pemadatan terjadi, partikel mengecil dan saling merapat dan memadat. Harga porositas turun hingga 26,47 % dicapai pada komposisi Ni 90%. Secara umum dapat diketahui bahwa ketika peningkatan densitas terjadi maka porositas akan menurun, terjadi proses pemadatan. Pengukuran secara fisis ini memberikan hasil yang akurat.
Gambar 5. Kurva hasil pengukuran porositas Ni terhadap komposisi Ni.
25
TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Volume 31 (1) 2013: 21-30 ISSN: 0125-9121
3.5. Pengukuran Konduktivitas Listrik
Gambar 6. Kurva hasil pengukuran konduktivitas listrik terhadap komposisi Ni.
Pengujian konduktivitas listrik dilakukan dengan metode two point probe. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar komposisi Ni atau semakin padat sample tersebut maka konduktivitas listrik semakin meningkat. Pada penelitian ini konduktivitas listrik tertinggi dicapai pada komposisi Ni 90% konduktivitas listrik yang dihasilkan 33,2739 S/cm2. Karena pada komposisi tersebut pori pori semakin berkurang dan partikel memadat, sehingga tidak ada hambatan untuk pergerakan elektron. 3.6. Pengamatan Struktur Mikro dari Sampel Struktur mikro dari sampel Ni berpori dengan variasi bahan organik diamati mempergunakan SEM yang hasilnya ditampilkan pada Gambar 7a,b dan c dengan perbesaran 1000x. Analisa SEM ini menampilkan morfologi partikel yang terbentuk karena proses pembakaran. Pada Gambar tersebut masing masing Gambar menunjukan perbedaan komposisi campuran Ni dan bahan organik. Dari Gambar nampak bahwa bagian berwarna hitam adalah porositas yang terbentuk dari sampel. Sedang warna abu-abu diduga adalah partikel Ni. Arang karbon dan PVA berubah menjadi gas CO dan CO2 membentuk rongga pori.
(a)
26
(b)
Analisis Sifat Fisis dan Mekanik pada Pembuatan Nikel Berpori (Etty Marti Wigayati)
(c)
(d)
Gambar. 7. (a) Hasil SEM dari sampel 1: 90% Ni 10% bahan aditif (b) Hasil SEM dari sampel 3: 85% Ni 15% bahan aditif (c) Hasil SEM dari sampel 5 : 80% Ni 20% bahan aditif (d) Gambar dari referensi[14] sinter Ni berpori dengan perbesaran 2000X. Bila dilihat secara visual dan dibandingkan dengan skala pada Gambar SEM menunjukan bahwa ukuran partikel masih besar. Bentuk partikel nampak bulat merata, belum terbentuk leher diantara bulatan, yang artinya belum terjadi proses sintering didalam partikel partikel Ni, batas butiran terGambar jelas pada foto tersebut. Jadi pada pembakaran sampai 600oC terjadi pemadatan antar partikel, tetapi proses sintering belum berlangsung. Dari Gambar dapat diketahui bahwa pada Gambar 7.a dengan kompisisi 90% Ni 10% bahan aditif masing masing partikel belum berikatan dengan kuat, terlihat lebih padat dengan pori yang terbentuk bulat merata. Pada Gambar 7.b dengan komposisi 85% Ni, 15% bahan aditif mengGambarkan bahwa rongga yang diduga adalah pori terbentuk lebih banyak. Pada Gambar 7c dengan komposisi 80% Ni, 20% bahan aditif terlihat rongga yang terbentuk lebih banyak. Dibeberapa bagian antar partikel sudah menyatu (terbentuk leher). Bila dibandingkan dengan Ni berpori dari Gambar SEM referensi[14] yang sudah terjadi proses sintering Gambar 7.d nampak bahwa antar partikel sudah saling berikatan.
Gambar 8. Grafik hubungan antara kuat tekan vs komposisi Ni.
3.7. Pengujian Kuat Tekan terhadap Komposisi Sampel Pengujian kuat tekan sampel Ni berpori dengan mempergunakan mesin universal testing machine (UTM). Gambar 8 adalah hasil uji sampel pada komposisi yang bervariasi. Dari grafik tersebut nampak ada kecenderungan kurva mengalami kenaikan dengan naiknya komposisi Ni. Hal ini karena partikel partikel semakin memadat, bahan organik carbon maupun PVA yang berada didalam sampel terbakar saat sintering, ruang pori saling terisi oleh partikel Ni sehingga sehingga sampel menjadi kuat. Pada komposisi 90% Ni dan 10% bahan organik kuat tekan nya adalah 17.23 kN.
27
TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Volume 31 (1) 2013: 21-30 ISSN: 0125-9121
3.8. Pengujian Kekerasan terhadap Komposisi Ni. Pengujian kekerasan sampel Ni berpori dilakukan dengan metode mikro hardness. Metode pengujian yang digunakan adalah metode Hardness Vickers (VHN). Dengan mengacu pada standar ASTM C 1327. Preparasi awal yang perlu dilakukan untuk melakukan pengujian ini adalah disamping memoles permukaan sampel hingga halus. Lapisan permukaan yang terbentuk membantu sinar pencahayaan memantulkan bentuk permukaan sampel. Kekerasan lapisan ini jauh lebih lunak dibandingkan kekerasan material sampel, sehingga yang teramati dan terukur adalah identasi yang terjadi tetap merupakan kekerasan dari sampel. Dari Gambar di atas menunjukkan kekerasan semakin meningkat dengan menaiknya komposisi Ni. hal ini menunjukkan pada komposisi tersebut telah terjadi pemadatan dan penyusutan pori yang lebih besar dibandingkan dengan komposisi lainnya. Gambar 9 menunjukan hubungan antara kekerasan terhadap komposisi Ni. Dari Gambar tersebut terlihat bahwa dengan naiknya komposisi Ni maka kekerasan bertambah besar. Karena dengan besarnya bahan organic maka ruang pori semakin banyak sehingga kekerasan menurun.
Gambar 9. Grafik hubungan antara kekerasan vs komposisi Ni.
4. KESIMPULAN Dari pembuatan padatan nikel berpori dari serbuk Ni dengan arang karbon sebagai pembentuk pori, temperatur pembakaran 900oC dengan mengalirkan gas inert, variasi komposisi yang optimal adalah 90% Ni dan 10% campuran bahan aditif, dimana pada komposisi tersebut didapat hasil analisa adalah sebagai berikut: fasa yang terbentuk adalah Ni, dengan densitas 7,325 gr/cm3 dan porositas 26,47% sedang distribusi pori merata, konduktivitas listrik yang dihasilkan 33,2739 S/cm2 , kuat tekan 17,23 kN dan kekerasan 198,9 vH. Selanjutnya padatan nikel berpori akan dipergunakan sebagai komponen elektroda.
DAFTAR PUSTAKA. [1] V. Tracey, Powder Metallurgy, Volume 23, Number 2, 1986, p 89-92 [2] J.Luyten, S.Mullens, I. Thijs, KONA Powder and particle, Journal No 28 (2010). [3] Mark Eisenmann, Porous P/M Technology, Year 2000 ASM Handbook Chapter Volume 7, Metallurgical Engineer. [4] D. Callister Wiliam, Materials Science and Engiinering an Introduction, Sixth Edition, John Wiley & Sons, Inc: Singapore, (2003). [5] P. Raghunathan, S.K Mitra, V.K. Tangri, Proccedings International Hidrogen Energy Congress and Exhibition IHEC 2005, Istambul Turkey, 13-15 July 2005. [6] Robert B Dopp, April 2007, http://www.doppstein.com [7] M.A.K. Lodhi, Justin B Briggs, Int. J. Electrochem. Sci. 2(2007)469-477. [8] Nakorn Worasuwannarak , The Join International Conference on “Sustainable Energy and Environment (SEE)” , 2004.
28
Analisis Sifat Fisis dan Mekanik pada Pembuatan Nikel Berpori (Etty Marti Wigayati)
[9] http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/Hbase/pertab, diakses Agustus 2008. [10] American Standards for Testing Material International, ASTM D792-00, Density and Specific Grafity (relative Density) of Plastics by Displacement, 2005. [11] American Standards for Testing Material International, ASTM C20-00, Standards for Test Methods for Apparent Porosity, Water Absorbtion, Apparent Specific Grafity, and bulk Density of Burned RefractoryBricks and Shapes by Boiling Water, 2010. [12] Wesley WM, Wendlandt, Thermal Analysis, Third Edition, A Wiley-Interscience Publication, John Wiley & Sons, New York-Chichester-Brisbine-Toronto-Singapore, 1986. [13] Join Comittee Powder Difraction Standard, International Centre for Difraction File, USA, 1990. [14] www.mpif.org, Porous metal Design Guidebook, diunduh 7 Mei 2013. [15] Etty M. Wigayati dan Bambang Prihandoko, Proceeding International Workshop on AMRE, Jakarta, Juni 2009.
29
TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
30
Volume 31 (1) 2013: 21-30 ISSN: 0125-9121