Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732
ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA Olviana Mokonio T. Mananoma, L. Tanudjaja, A. Binilang Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi email:
[email protected] ABSTRAK Pendangkalan akibat sedimentasi menjadi salah satu permasalahan yang terjadi di danau Tondano. Hal ini tidak lepas dari pengaruh kondisi sungai-sungai yang masuk ke danau (inlet). Sungai Saluwangko merupakan salah satu sungai yang bermuara di danau Tondano. Sedimentasi yang terjadi di muara sungai Saluwangko akan berpengaruh terhadap kondisi sedimen di danau Tondano. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis debit sedimen dasar (bed load) di muara sungai Saluwangko. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran langsung di muara sungai untuk mendapatkan data morfologi sungai dan sampel sedimen pada dasar sungai. Sampel sedimen kemudian diperiksa di laboratorium untuk mendapatkan ukuran diameter butiran (D35, D50, D90) dan berat jenis sedimen. Dalam analisis juga digunakan nilai debit hasil pengukuran di lapangan (Qukur) dan debit hasil perhitungan (Qdominan). Data-data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan rumus empiris yaitu Meyer-Peter, Einstein dan Van Rjin. Dari analisis debit sedimen dasar di muara sungai Saluwangko diperoleh hasil: untuk metode Meyer-Peter dengan Qukur = 3,287 m3/det diperoleh debit sedimen dasar Qb = 829,32 m3/tahun, Qhitung = 1,262 m3/det; debit sedimen dasar Qb = 540,85 m3/tahun. Untuk metode Einstein dengan Qukur = 3,287 m3/det diperoleh debit sedimen dasar Qb = 1788,76 m3/tahun, Qhitung = 1,262 m3/det; debit sedimen dasar Qb = 1513,86 m3/tahun. Sedangkan untuk metode Van Rjin didapatkan nilai negatif dan disimpulkan metode ini tidak cocok untuk kondisi sungai Saluwangko. Hasil analisis menunjukan debit sedimen dasar mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya debit aliran sungai. Kata kunci : Sedimen Dasar , Sedimentasi , Sungai Saluwangko
ikan untuk perikanan air tawar, sumber air irigasi, objek wisata dan lain-lain. Danau ini terletak di Kabupaten Minahasa dan merupakan salah satu danau terbesar di Sulawesi Utara. Pendangkalan akibat sedimentasi menjadi salah satu permasalahan yang terjadi di danau Tondano. Seperti yang dikemukakan oleh Suparto (1995) bahwa danau Tondano telah mengalami pendangkalan sebagai akibat adanya sedimentasi dan erosi dari daerah atasan (upland) yang melampaui ambang batas toleransi. Pendangkalan danau tidak lepas dari pengaruh kondisi sungai-sungai yang masuk ke danau (inlet). Di daerah aliran sungai (DAS) danau Tondano sendiri terdapat 35 sungai yang merupakan
PENDAHULUAN Sungai adalah saluran alamiah di permukaan bumi yang menampung dan menyalurkan air hujan dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah dan akhirnya bermuara di danau atau di laut. Di dalam aliran air terangkut juga materialmaterial sedimen yang berasal dari proses erosi yang terbawa oleh aliran air dan dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan akibat sedimentasi dimana aliran air tersebut akan bermuara yaitu di danau atau di laut. Danau Tondano merupakan danau alami yang memiliki multi fungsi yaitu antara lain: sebagai sumber air minum, sumber pembangkit tenaga listrik (PLTA), sumber
452
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732
merupakan inlet danau Tondano dan ikut berperan dalam menyuplai air dan sedimen ke danau Tondano. Sungai Saluwangko merupakan salah satu sungai yang merupakan inlet danau Tondano. Menurut hasil penelitian Kandow (2000), sub das Saluwangko merupakan penghasil erosi kedua terbesar dari 35 sub das danau Tondano. Hasil erosi tersebut sebagian akan tertahan di tanah dan sebagian lagi akan masuk ke sungai. Sedimen ini kemudian mengendap di daerah sekitar muara inlet. Kondisi ini terjadi akibat menurunnya kecepatan aliran oleh peredaman muka air danau (Anonim, 2004). Sedimentasi yang terjadi di muara sungai Saluwangko akan berpengaruh terhadap kondisi sedimen di danau Tondano. Kondisi sedimen di muara Sungai Saluwangko perlu untuk dikaji mengingat pentingnya peran danau Tondano bagi kehidupan masyarakat di sekitar danau. Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut dengan judul penulisan, “Analisis Sedimentasi di Muara Sungai Saluwangko di Desa Tounelet Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa”.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada Instansi Pemerintah terkait tentang kondisi sedimen di Sungai Saluwangko, yang tentunya diharapkan dapat membantu dalam menentukan pola perencanaan dan pengelolaan yang tepat untuk Sungai Saluwangko secara berkelanjutan.
LANDASAN TEORI Sedimentasi Tanah atau bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat yang mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan masuk kedalam suatu badan air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan alirannya melambat atau terhenti. Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan peristiwa atau proses sedimentasi. (Arsyad, 2010). Proses sedimentasi berjalan sangat komplek, dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan sedimen.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah berapa besar debit sedimen yang terjadi di muara Sungai Saluwangko? Batasan masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada halhal sebagai berikut: 1. Pengukuran angkutan sedimen hanya dilakukan di satu titik yaitu di muara sungai Saluwangko di desa Tounelet Kecamatan Kakas 2. Analisis sedimen hanya membahas tentang sedimen dasar (bed load) 3. Analisis sedimen dasar (bed load) menggunakan metode Meyer-peter, Einstein dan Van Rjin
Muatan Sedimen Dasar (bed load) Partikel-partikel kasar yang bergerak sepanjang dasar sungai secara keseluruhan disebut dengan muatan sedimen dasar (bed load). Adanya muatan sedimen dasar ditunjukan oleh gerakan partikel-partikel dasar sungai. Gerakan itu dapat bergeser, menggelinding, atau meloncat-loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai. Gerakan ini kadang-kadang dapat sampai jarak tertentu dengan ditandai bercampurnya butiran partikel tersebut bergerak ke arah hilir. (Soewarno, 1991)
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis debit sedimen dasar (bed load) di muara sungai Saluwangko.
Perkiraan Muatan Sedimen Dasar dengan Rumus Empiris Berbagai persamaan untuk memperkirakan muatan sedimen dasar telah banyak dikembangkan, walaupun demikian
453
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732
Qb = qb . W (7) Keterangan: Qb = debit muatan sedimen dasar (kg/det) W = lebar dasar (m)
penerapannya untuk penyelidikan di lapangan masih perlu pengkajian lebih lanjut. Tetapi ada beberapa persamaan yang umumnya digunakan untuk memperkirakan muatan sedimen dasar. (Soewarno, 1991). a. Persamaan Meyer-Peter Persamaan muatan sedimen dasar dari meyer-peter dapat ditulis sebagai berikut (Soewarno, 1991) : q2/3 D
- 9,5
10/9
γs - ɣ γ
1/3
γs - ɣ
= 0,462
γ1/3 D
γs - ɣ γs
b. Persamaan Einstein Persamaan muatan sedimen dasar dengan pendekatan dari Einstein berdasarkan fungsi daripada: Φ = f (Ψ) (8) Keterangan: Φ = intensitas muatan sedimen dasar f (Ψ) = intensitas aliran
2/3
qb
(1)
Keterangan: q = debit aliran per unit lebar (𝑚3 /det ) qb = debit muatan sedimen dasar (kg/det/m) 𝛾 = berat jenis (spesific gravity) dari air 𝛾𝑠 = berat jenis partikel muatan sedimen dasar D = diameter butir (mm) S = kemiringan garis energi/kemiringan dasar saluran (m/m) Persamaan (1) digunakan untuk ukuran butir yang seragam. Dikembangkan di laboratorium dengan luas penampang 2 𝑚2 , panjang 50 m, debit bervariasi sampai dengan 5 𝑚3 /det dan debit sedimen dasar sampai 4,3 kg/det/m. Persamaan (1) dapat ditulis juga sebagai berikut : 2/3 ρ -ρ γ R n, /n 3/2 S γ 1/3 1 = 0,047 + 0,25 . s . qb 2/3 . .D50 (2) γ -γ D50 g ρ ρ -ρ s
s
Φ=
Φ=
Φ=
qb
ρ
γs
ρs -ρ
.
3/2
1 g D50 3
s
=
(9)
ρ
.
D
SR,
S
n
qb γs
ρ ρs -ρ
.
1/2
1 g D35
3
(13)
Sumber : (Soewarno, 1991)
R
c. Persamaan Van Rijn Menurut Van Rijn angkutan sedimen dasar dapat dianalisa cukup akurat dengan dua parameter yang tak berdimensi (dimensionless parameters) yang dikemukakan oleh Ackers White dan Yallin (Van Rjin, 1984a), yaitu: Parameter partikel (particle parameter)
1/2
(5)
γs -γ
(6) Maka debit muatan sedimen dasar untuk seluruh lebar dasar aliran adalah: 𝜌
gD
3
Hubungan antara Φ dan Ψ secara grafis dapat dilihat pada gambar 1.
dengan: 𝜌 𝑠 −𝜌
ρs- ρ
1/2
1
Laju muatan sedimen seluruh lebar dasar sungai adalah: Qb = qb . W (14)
D50
S n, /n
ρs -ρ
R
(3) Intensitas angkutan muatan sedimen dasar: 3/2 4 Φ = -0,188 (4) φ Laju muatan sedimen dasar per satuan lebar: .
.
Laju muatan sedimen dasar per unit lebar dasar sungai dihitung dengan rumus:
Intensitas aliran dihitung dengan rumus: 𝜌
ρ
(10) R’adalah jari-jari hidrolis yang menampung muatan sedimen dasar n, 3/2 R’ = R (11) n Dari pendekatan Einstein: 𝜌 𝑠− 𝜌 D Ψ= . n, 353/2 (12) 𝜌
Keterangan: notasi sama dengan persamaan (1), ditambah dengan 𝛾 = kerapatan (density) air (kg/m3) 𝛾𝑠 = kerapatan partikel sedimen (kg/m3) 𝐷50 = ukuran median butir (m) g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2) R = jari-jari hidrolis n, = koefisien kekasaran untuk dasar rata n = koefisien kekasaran aktual 𝜌𝑠 − 𝜌
γs
f (Ψ) =
(Soewarno, 1991)
Ψ=
qb
γ
D∗ = D50 454
s-1 g v2
1/3
(15)
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732
Dimana: 𝐷∗ = parameter partikel 𝐷50 = ukuran partikel (m) g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2) 𝜌 𝑠 = spesific density 𝜌𝑠
Debit Dominan Salah satu faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah debit aliran. Selama aliran rendah angkutan sedimen bisa jadi sedikit, sedangkan pada saat aliran tinggi sungai bisa mengangkut muatan sedimen yang tinggi dengan ukuran sedimen dalam range yang lebih luas. Namun dalam kenyataannya, aliran sungai mengalirkan debit yang sangat bervariasi dengan membawa muatan sedimen. Pada beberapa sungai perbandingan (ratio) debit maksimum dan debit minimum dapat mencapai nilai 1000 atau lebih (Garde, 1977). Variasi yang beragam pada aliran sungai membawa kesulitan dalam memilih suatu debit yang mewakili dalam mempelajari karakteristik aliran sungai. Masing-masing peneliti mengusulkan cara yang berbeda-beda dalam memilih sebuah debit yang mewakili (Garde, 1977), yaitu sebagai berikut : 1. Inglish memperkenalkan konsep “debit dominan”. Menurutnya terdapat suatu kemiringan dan debit dominan pada saluran yang terjadi (berulang) setiap tahun. Pada debit ini, dicapai kondisi paling mendekati equilibrium (kesetimbangan), dengan sangat sedikit kecenderungan untuk berubah. Kondisi ini dapat dianggap berkaitan dengan pengaruh penggabungan dari berbagai variasi kondisi yang terjadi dalam suatu periode waktu yang panjang. Dengan kata lain debit dominan adalah hipotetik debit tetap (steady) yang akan memberikan hasil yang sama (untuk ukuran saluran rerata) yang sesungguhnya pada berbagai debit. 2. Blench mengatakan sebagai debit dominan apabila kejadiannya 50%. 3. USBR mendefinisikan debit dominan sebagai debit yang terbanyak membawa muatan sedimen dengan material lebih kasar dari 0,0625 mm, serta hubungannya dengan waktu. Debit yang ditemukan ini sedikit lebih besar dari debit rerata.
v = koefisien kekentalan kinematik (1.10-6 m2/det) Stage parameter T=
u ′∗
2
− u ∗ CR 2 u ∗ CR
2
(16)
Dimana: u′ ∗ = kecepatan geser dasar berhubungan dengan butiran partikel (m/det) g 1/2
u′ ∗ = C' .u 𝑢∗ 𝐶𝑅 = kecepatan geser dasar kritis menurut Shield (m/det) T = Stage parameter C ′ = koefisien Chezy 𝑢 = kecepatan aliran rata-rata (m/det) Kecepatan geser dasar kritis ( 𝑢∗ 𝐶𝑅 ) dapat dihitung dengan diagram yang diberikan oleh Shield.
Sumber : (Van Rjin, 1984) Untuk C’ dihitung dengan persamaan: C’ = 18 log
12 Rb 3 D 90
(17)
Dimana: Rb = jari-jari hidrolik (m) D90= ukuran partikel sedimen (m) Angkutan sedimen dasar (bed load) per satuan lebar sungai dapat dihitung dengan persamaan: 0,053T 2,1 s−1 g 0,5 .D 50 1,5 qb = (18) D ∗ 0,3 Debit angkutan sedimen dasar untuk seluruh lebar dasar saluran : Qs = qb . B (19) Keterangan: qb = Angkutan sedimen dasar pada satu satuan lebar sungai (m2/det) B = lebar sungai (m)
455
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732
laboratorium ini bertujuan untuk menentukan ukuran butiran sedimen dan berat jenis sedimen. Setelah analisis saringan, maka dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan grafik hubungan antara ukuran saringan dan kumulatif prosentase. Untuk mendapatkan ukuran butiran D35, D50, dan D90 dapat langsung diplot pada grafik hubungan antara ukuran saringan dan kumulatif prosentase lolos. Dan juga dilakukan pencampuran semua sampel sedimen untuk kemudian dilakukan analisa saringan. Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
METODOLOGI PENELITIAN Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan data
Data Primer : -Data morfologi sungai -Sampel sedimen di dasar sungai
Data Sekunder : -Peta Das -Data debit aliran
Tabel 1. Diameter Butiran Diameter butiran
Sampel I
Sampel II
Sampel III
Mix
D35 D50 D90
0,57 0,82 2,80
0,64 0,89 3,29
0,67 0,94 3,30
0,63 0,93 3,18
Pengujian sampel sedimen di laboratorium : -Berat jenis sedimen -Ukuran butiran sedimen
Analisis debit dominan
Analisis laju sedimentasi
Dalam menganalisis debit dominan, data yang akan digunakan adalah data debit harian Sungai Saluwangko selama 9 tahun yaitu dari tahun 2002-2010, yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi I. Dan dari hasil analisis didapatkan debit dominan sungai Saluwangko yang akan dipakai dalam analisis adalah 1,262 m3/det.
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
Analisis Debit Sedimen Dasar Berdasarkan Rumus Empiris a. Analisis debit sedimen dasar menggunakan debit pengukuran Hasil analisis debit sedimen dasar menggunakan metode Meyer-Peter, Einstein dan Van Rjin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Karakteristik Sedimen Sampel sedimen yang telah diambil dari lokasi penelitian selanjutnya akan diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan/ analisis di Qukur 3
(m /det) 3,287 3,471 3,603
Vukur (m/det) 0,249 0,263 0,273
Tabel 2. Rekapitulasi analisis persamaan Meyer-Peter qb Qb n n’ Ψ Φ 3 (kg/det/m) (m /det) 0,7182 0,680 0,6551
0,0144 0,0148 0,0148
15,628 15,009 14,978
0,0177 0,0219 0,0222
456
4,4.10
-3
6,2.10
-3
6,8.10
-3
Qb 3
(m /tahun)
2,6.10
-5
829,32
3,7.10
-5
1164,79
4,1.10
-5
1277,73
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732
Qukur 3
(m /det) 3,287 3,471
Vukur (m/det) 0,249 0,263
3,603
0,273
Qukur
Vukur
3
(m /det)
(m/det)
Tabel 3. Rekapitulasi analisis persamaan Einstein qb Qb N n’ Ψ Φ (kg/det/m) (m3/det) 0,7182 0,680 0,6550
0,0144 0,0148 0,0148
10,863 10,793 10,675
0,066
9,5.10
0,0676
-3
1,2.10
1,3.10
-3
0,0706
-3
5,7.10
1788,76
6,9.10
-5
2185,41
7,7.10
-5
2442,04
0,249
20,742
0,0203
0,0134
-0,565
-6,081.10
3,471
0,263
22,513
0,0215
0,0145
-0,543
-6,191.10-7
-3,7 .10-6
-0,541
-7
-6
0,273
23,778
0,0222
0,0150
b. Analisis debit sedimen dasar menggunakan Qhitung (debit dominan) Untuk analisis ini data debit yang akan digunakan adalah debit dominan yang telah diperoleh dari perhitungan sebelumnya yaitu 1,262 m3/det. Dan data ukuran butiran yang digunakan adalah ukuran butiran yang didapatkan dari pencampuran (mix) seluruh sampel yang kemudian dilakukan analisis saringan dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Metode
(m3/det)
qb
-123,99
Tabel 7. Perbandingan debit sedimen dasar menggunakan Qukur dan Qhitung Debit sedimen dasar (m3/tahun) Metode
Qukur
Qukur
Qukur
Qhitung
(3,287)
(3,471)
(3,603)
(1,262)
829,32
1164,79
1277,73
540,85
Einstein
1788,76
2185,41
2442,04
1513,86
(m3/det)
(m3/thn)
Van Rjin
-115,07
-117,14
-123,99
-218,6
1,715.10-5
540,85
Einstein
1,262
8,0.10-3
4,8.10-5
1513,86
-6,930.10-6
-218,6
-1,155.10
-117,1
Meyer-Peter
2,86.10-3
1,262
-115,07
Qb
1,262
Van Rjin
(m /thn)
Qb
Meyer-Peter
-6
-3,9 .10
Qb 3
Untuk keseluruhan hasil debit sedimen dasar dengan menggunakan debit pengukuran dan debit dominan yang dianalisis dengan persamaan Meyer-peter, Einstein, Van Rjin dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Rekapitulasi debit sedimen dasar menggunakan Qhitung (debit dominan) Qhitung
-6,552.10
-3,6 .10
-6
3,287
3,603
(m /tahun)
-5
Tabel 4. Rekapitulasi analisis persamaan Van Rjin qb Qb D* u* cr T u′ ∗ 2 (m /det) (m3/det) -7
Qb 3
Pembahasan Hasil analisis debit sedimen dasar menunjukkan metode Einstein memberikan hasil yang paling besar. Untuk metode Meyer-Peter dan Einstein mempunyai nilai yang hampir sama, tetapi untuk metode Van Rjin terjadi perbedaan yang cukup besar dan bernilai negatif dibandingkan dengan kedua metode lainnya. Hal ini disebabkan penggunaan parameter-parameter dalam rumus angkutan sedimen yang berbeda antara kedua metode dengan metode Van Rjin. Menurut Van Rjin (1984), persamaan 18 hanya valid untuk ukuran butiran yang berada dalam range 0,2-2 mm. Sedangkan hasil ukuran butiran yang didapatkan dari sampel sudah melebihi 2 mm. Hal ini menyebabkan persamaan Van Rjin ini tidak
c. Analisis Laju Sedimentasi Debit sedimen dasar dianalisis pada keadaaan debit pengukuran yang berbedabeda dengan menggunakan persamaan Meyer-peter, Einstein, Van Rjin dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 6. Rekapitulasi debit sedimen dasar menggunakan debit pengukuran Qukur (m3/det)
Meyer-Peter (m3/tahun)
Einstein (m3/tahun)
Van Rjin (m3/tahun)
3,286
829,32
1788,76
-115,07
3,471
1164,79
2185,41
-117,1
3,603
1277,73
2442,04
-123,99
457
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (452-458) ISSN: 2337-6732 lagi sensitif untuk data yang ada sehingga diperoleh hasil negatif. Kurniyasari (2010) dalam penelitiannya menggunakan metode Meyer-Peter menuliskan bahwa nilai negatif (-) pada pengangkutan sedimen berarti sedimen cenderung mengendap, sedangkan untuk nilai positif (+) menunjukkan terjadinya pengangkutan sedimen. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis debit sedimen dasar menggunakan rumus Van Rjin tidak cocok dengan kondisi Sungai Saluwangko. Pengukuran kecepatan aliran untuk analisis debit aliran yang dilakukan pada bulan Oktober dan November, dinilai tidak mewakili debit aliran sepanjang tahun sehingga digunakan nilai debit dominan. Nilai debit ini dianggap mewakili aliran sepanjang tahun. Maka debit sedimen dasar dianalisis menggunakan nilai debit ukur dan debit hitung (debit dominan). Hasil analisis juga menunjukan debit sedimen dasar mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya debit air sungai. Ini berarti semakin besar debit aliran maka semakin banyak sedimen yang terangkut.
2. Dari perbandingan hasil analisis debit sedimen dasar menggunakan debit hasil pengukuran dan analisis (hitung) diperoleh bahwa persamaan MeyerPeter lebih mendekati hasil analisis dari Qhitung (Qdominan) sehingga dari ketiga metode yang digunakan dalam analisis, persamaan Meyer-Peter lebih direkomendasikan untuk menganalisis debit sedimen dasar di sungai Saluwangko. 3. Untuk metode Meyer-Peter dengan Qukur = 3,286 m3/det diperoleh debit sedimen dasar Qb = 829,32 m3/tahun, Qhitung = 1,262 m3/det debit sedimen dasar Qb = 540,85 m3/tahun. Sedangkan untuk metode Einstein dengan Qukur = 3,287 m3/det diperoleh debit sedimen dasar Qb = 1788,76 m3/tahun, Qhitung = 1,262 m3/det debit sedimen dasar Qb = 1513,86 m3/tahun. Angkutan sedimen dapat dipengaruhi oleh laju aliran.
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian secara berkelanjutan/terus-menerus dalam menganalisis debit sedimen dasar di sungai Saluwangko sehingga dapat diketahui perkembangan sedimen di sungai Saluwangko. 2. Pengendalian erosi merupakan hal yang penting untuk mengurangi sedimentasi dengan cara antara lain : pengelolaan das secara terpadu dan pengaturan tata guna lahan secara tepat.
PENUTUP Kesimpulan 1. Hasil analisis debit sedimen dasar menunjukkan bahwa metode Meyerpeter dan Einstein lebih mendekati hasil analisis Qdominan, sedangkan metode Van Rjin ternyata tidak cocok dengan kondisi sungai Saluwangko.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2004. Laporan Utama Pengukuran Bathymetri dan Studi Permodelan Sirkulasi Air serta Ekosistem Danau Tondano, PPSA. Garde, R. J.,Ranga Raju, K. G. 1977. Mechanics of Sediment Transportation and Alluvial Stream Problems,Willey Eastern Limited, New Delhi. 273-275 Rjin, L.C.V., 1984, “sediment transport, part I : Bed Load Transport”, Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 110, No.10. Sitanala Arsyad. 2010. Konservasi Air dan Tanah. IPB Press. Bogor. Indonesia. 12-13 Soewarno. 1991. Pengukuran Dan Pengelolaaan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Nova. Bandung .
458