ANALISIS POTENSI WISATA DESA WISATA LORAM KULON SEBAGAI KAWASAN WISATA DI KABUPATEN KUDUS Oleh: Nina Mistriani
ABSTRAK Desa Loram terletak di kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang mempunyai potensi objek wisata yang cukup besar, yang meliputi objek wisata budaya/sejarah, pendidikan dan sentra industri kerajinan. Desa ini terdapat peninggalan sejarah dari penyebaran agama islam Sutan Hadirin dan Ratu Kalinyamatan, bentuk peninggalannya gapura wali songo, dan ampyang maulid. Potensi-potensi yang terdapat di desa wisata Loram Kulon belum terlihat didukung oleh fasilitas-fasilitas agar berkembang lebih optimal menjadi kawasan wisata. Berbagai aktifitas yang telah berlangsung belum pula dikelola secara baik, menyikapi kondisi tersebut diperlukan identifikasi kajian potensi wisata di Desa Wisata Loram Kulon yang dapat mengoptimalkan potensi-potensi wisata tersebut. Hasil analisis mengenai kondisi eksisting, baik kondisi fisik maupun pengunjung yang datang ke Desa Wisata Loram Kulon, dapat di simpulkan bahwa Desa Wisata Loram Kulon dapat dikembangkan untuk menjadi suatu kawasan wisata yang memiliki potensi wisata yang khas dan menarik untuk dikunjungi. Pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur di desa wisata Loram Kulon perlu ditingkatkan, sedangkan wisata budaya yang akan dijadikan wisata utama (main tourism), dan wisata yang lainnya menjadi pendukung dari wisata utama. Untuk mendukung rencana tersebut diperlukan koordinasi yang baik antar pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan dan pemantauan kawasan wisata dan juga upaya pembuatan peraturan daerah tentang kawasan wisata serta tindak lanjut dari peraturan daerah tersebut. Kajian potensi wisata di kawasan Desa wisata Loram Kulon ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak dalam melakukan perencanaan pengembangan potensi wisata. Kata Kunci : potensi wisata, kawasan wisata
Staf Pengajar Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang ABSTRACT Loram village located in the district of Jati Kudus Attraction potentially quite large, which includes the attraction of cultural / historical, educational and industrial center of the craft. This village there are historical remains of the Islamic religion spread Sutan Ladies and Queen Kalinyamatan, peninggalannya 45 Jurnal Gemawisata
form gate guardian Songo, and ampyang maulid. The potential that there is in the tourist village Loram Kulon yet seen supported by the facilities in order to grow optimally into a tourist area. Various activities that have taken place have not been well managed well, addressing the conditions required identification studies at the Tourism Village tourism potential Loram Kulon to optimize the potential of such travel. The results of an analysis of existing conditions, good physical condition as well as visitors who come to the Tourism Village Loram Kulon, it can be concluded that Loram Kulon Village Tourism can be developed to become a tourist area that has a distinctive tourism potential and worth visiting. Maintenance and upgrading of infrastructure in the tourist village Loram Kulon needs to be improved, while the cultural tourism that will be the main sights (main tourism), and other tourist became a supporter of the main tourist attractions. To support the plan required a good coordination between the parties involved in the development and monitoring of tourist areas and also areas rulemaking efforts on tourist areas and follow-up of the local regulation. Assessment of tourism potential in the area of the village of Loram Kulon travel is expected to be utilized by all stakeholders in the planning of development of tourism potential. Keywords: potential, travel region PENDAHULUAN Sektor pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa, khususnya perekonomian negara karena kegiatan pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang cukup pontensial. Pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambahan terhadap barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk yang nyata (real goods) ataupun yang berupa jasa – jasa (service) yang dihasilkan melalui proses produksi. Yang dimaksud dengan “product” dalam ilmu ekonomi, adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu barang (product) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna untuk memenuhi kebutuhan manusia Kabupaten Kudus memiliki luas terkecil di Jawa Tengah yaitu 42.516 Ha terbagi menjadi 9 kecamatan dan 132 desa yang terletak pada jalur strategis transportasi regional antara Semarang-Jakarta-Surabaya. Kabupaten Kudus berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati (sebelah utara). Kabupaten Demak (sebelah barat), Kabupaten Grobogan dan Pati (sebelah selatan) serta Kabupaten Pati (sebelah timur). Kabupaten Kudus dikenal sebagai kota industri dan perdagangan dengan latar belakang agamis. Seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Kudus memiliki potensi dan kekhas-an tersendiri. Mulai dari bidang seni budaya, panorama alam yang cantik, hingga kaya akan potensi berbagai perekonomian masyarakat. Terbukti tidak sedikit karya tangan terampil masyarakat Kudus yang menembus manca negara.
46 Jurnal Gemawisata
Desa Loram yang terletak di kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang mempunyai potensi objek wisata yang cukup besar, yang meliputi objek wisata budaya/sejarah, pendidikan dan sentra industri kerajinan. Di desa ini terdapat peninggalan sejarah dari penyebaran agama islam Sutan Hadirin dan Ratu Kalinyamatan, bentuk peninggalannya gapura wali songo, dan ampyang maulid. Selain itu ada satu budaya yang melekat dihati masyarakat secara turun temurun sejak islam masuk di desa Loram sampai sekarang, ketika menjadi penganten pada umumnya mereka melakukan ritual mubeng gapuro Mesjid Wali Loram dengan diiringi oleh kerabat dan keluarga dengan tujuan untuk memperoleh berkah. Kebudayaan Ampyang Maulid menjadikan investasi budaya masyarakat desa Loram Kulon guna melestarikan dari generasi ke generasi, karena selain memiliki nilai-nilai budaya juga memiliki nilai-nilai kehidupan masyarakat yang religius. Sebagai ajang promosi desa wisata ini mengadakan event industry melalui Loram Expo dan kuliner menjelang diselenggarakannya tradisi Ampyang Maulid yang diadakan dengan tujuan memperingati hari besar islam yaitu lahirnya beliau Nabi Muhammad SAW. Potensi-potensi yang terdapat di Desa Wisata Loram Kulon belum terlihat didukung oleh fasilitas-fasilitas agar berkembang lebih optimal menjadi sebuah kawasan wisata. Berbagai aktifitas yang telah berlangsung belum pula dikelola secara baik, salah satu contohnya area parkir bus pariwisata yang kapasitasnya besar harus menggunakan sewa lahan penduduk. Menyikapi kondisi tersebut diperlukan kajian potensi wisata di Kawasan Desa Wisata Loram Kulon dapat mengoptimalkan potensi-potensi wisata tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata yang ada di Desa Wisata Loram Kulon kabupaten Kudus yang memiliki potensi wisata budaya dan religi sehingga dapat dijadikan sebagai kawasan wisata di kabupaten Kudus. SITUASI KEPUSTAKAAN Pariwisata dalam Pembangunan Kepariwisataan Tourism development (sebuah pengantar) adalah kegiatan seseorang untuk menikmati sesuatu bukan saja keindahan alam atau memperlancar bisnisnya akan tetapi juga merupakan kegiatan untuk menyaksikan karya budaya bangsa, olah raga, keagamaan, kesehatan, dan minat-minat khusus lainnya yang dipilihnya (Soetomo, 2011). Jadi kegiatan pariwisata pada masa sekarang atau pariwisata baru dalam perkembangannya bukan karena memanfaatkan waktu luang, waktu libur saja, akan tetapi juga merupakan kegiatan pariwisatanya dapat saja melakukan kegiatan bisnis, mencari kesembuhan, kesehatan, laku spiritual, menyaksikan karya budaya bangsa. Dalam upaya memuaskan kebutuhan dan selera wisatawan, lahirlah unsur baru yang harus diperhatikan oleh orang-orang yang bergerak disektor wisata, yaitu unsur pelayanan. Persiapan atas jasa dan produk harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan wisatawan. Hal ini mengakibatkan timbulnya spesialisasi pelayanan yang akhirnya membentuk suatu distribusi pelayanan pada pendukung industri wisata.
47 Jurnal Gemawisata
Sarana wisata dapat dibagi dalam tiga unsur pokok, yaitu: 1. Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure) : a. Biro perjalanan umum dan agen perjalanan b. Transportasi wisata baik darat, laut maupun udara c. Restorant (catering trades) d. Objek wisata, antara lain; Keindahan alam (natural amenities), iklim, pemandangan, fauna dan flora yang aneh (uncommon vege health centre (sumber kesehatan) seperti sumber air panas belerang, mandi lumpur, dan lain-lain. Ciptaan manusia (man made supply) seperti monumen-monumen, candi-candi, art gallery, dan lain-lain e. Atraksi wisata (tourist attraction) Ciptaan manusia seperti kesenian, festival. Pesta ritual, upacara perkawinan tradisional, khitanan, dan lain-lain. 2. Sarana pelengkap kepariwisataan (suplementing tourism susperstructure) Fasilitas rekreasi dan olah raga, seperti gold course, tennis court, pemandian, kuda tunggangan, photography, dan lain-lain. Prasarana umum seperti jalan raya, jembatan, listrik, lapangan udara, telekomunikasi, air bersih, pelabuhan dan lain-lain. 3. Sarana penunjang kepariwisataan (supporting tourism super structure) Nighclub dan streambath Casino dan entertainment Souvenir shop, mailing service, dan lain-lain Sesuai potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada suatu negara, maka timbullah bermacam-macam jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan wisata, yang lama-kelamaan mempunyai ciri tersendiri. Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu dibedakan antara pariwisata dengan jenis pariwisata lainnya, karena dengan demikian akan dapat ditentukan kebijaksanaan apa yang perlu mendukung, sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud seperti dihaarapkan dari kepariwisataan itu. Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi diangggap penting, karena dengan cara itu kita akan dapar menentukan beberapa penghasilan devisa yang diterima dari suatu macam pariwisata yang dikembangkan suatu tempat atau daerah tertentu. Di lain pihak kepentingannya juga sangat berguna untuk menyusun statistik kepariwisataan atau untuk mendapatkan data penelitian yang diperlukan dalam perencanaan selanjutnya dimasa yang akan datang. Jenis dan macam pariwisata berdasarkan pembagian menurut obyeknya (Yoeti, 1996) a. Cultural tourism Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena danya daya tarik dari seni-budaya suatu tempat atau daerah. Jadi obyek kunjungannya adlah warisan nenek moyang benda-benda kuno. Sering perjalanan wista semacam ini dengan
48 Jurnal Gemawisata
kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan kebudayaan itu sendiri di tempat yang dikunjunginya. b. Recuperational disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan daripada orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan sesuatu penyakit, seperti mandi di sumber panas, mandi lumpur seperti yang banyak dijumpai di Eropa atau mandi susu, mandi kopi di Jepang yang katanya dapat membuat orang menjadi awet muda. c. Commercial Tourism Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional, dimana sering diadakan kegiatan ekpo, fair, Exhibition dan lain-lain. d. Sport Tourism Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olah raga. Yang dimaksud dengan jenis pariwisata ini ialah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu tempat atau negara tertentu, seperti olympiade, all england, pertandingan tinju atau sepak bola. Atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu sendiri. e. Political Tourism Biasanya disebut pariwisata politik, yaitu suatu perjalanannya yang tujuannya melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadiannya yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara, apakah ulang tahun atau peringatan hari tertentu, seperti Hari Angkatan Perang di Indonesia, Parde 1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia. f. Social Tourism Pariwisata sosial jangan hendaknya diasosiasikan sebagai suatu pariwisata yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang tidak menekkankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya study tour, picnic, atau youth tourism yang sekarang kita kenal dengan pariwisata remaja. g. Religion Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan, seperti kunjungan ke Lourdes bagi orang beragama katolik, atau ke Muntilan pusat perkembnagan agama Kristen di Jawa Tengah, iku Haji Umroh bagi orang Islam atau upacara Agama Hindu Bali di Sekenan, Bali. Prof. Salah Wahab, dalam bukunya Tourism Managemnet, membagi bentuk pariwisata sesuai dengan motivasi perjalanan yang dilakukan serta obyek yang dikunjungi. Menurut jumlah orang yang melakukan perjlanan, yang dapat dibedakan dengan dua bagian penting, (Yoeti, 1996) yaitu : a. Individual Tourism Disini yang melakukan perjalanan wisata itu adalah seorang wisatawan atau satu keluarga yang melkukan perjalanan secara bersama. b. Group Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana yang melakukan perjalanan wisata itu terdiri dari banyak orang yang bergabung dalam satu rombongan (group) yang biasa diorganisasi oleh sekolah, organisasi atau satu tour operator/travel agent.
49 Jurnal Gemawisata
Adapun jumlahnya bervariasi, ada yang 15 orang dan ada yang sampai 20 orang. Pembangunan pariwisata memerlukan kebijakan dan perencanaan yang sistematis. Sebagai contoh, pemerintah pada semua level terlibat dalam insfrastruktur, penggunaan tanah atau tata ruang dan sebagainya. Untuk tercapainya sebuah perencanaan yang sistematis diperlukan sebuah proses perencanaan strategis (the strategic planning process). Menurut Richaardson&Fluker, perencanaan strategis merupakan “...the managerial process of matching an organisation’s resources and abilities with its business opportunities over the long term. It consists of defining the organisation’s mission and determining an overall goal, acquiring relevent knowledge and analysing it, then setting objectives and the strategies to archieve them”. (Pitana dan Diarta, 2009) : Menurut Undang-Undang Pariwisata No 10 tahun 2009 Pasal satu Tentang kepariwisataan Kawasan pariwisata dalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Tujuan , Manfaat Dan Kontribusi Hasil Tujuan utama pengembangan pariwisata adalah agar lebih banyak wisatawan datang pada suatu kawasan wisata, lebih lama tinggal, dan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat wisata yang mereka kunjungi, sehingga hasilnya dapat menambah devisa untuk negara bagi wisatawan asing, dan menambah pendapatan asli daerah untuk wisatawan lokal. Disamping itu juga bermanfaat untuk memperkenalkan dan memelihara kebudayaan dikawasan pariwisata tersebut.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Kudus, tepatnya di Desa Wisata Loram Kulon. Penelitian ini bersifat menggunakan metode deskriptif kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena atau gejala sosial dengan menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada merincinya menjadi variable yang saling berkaitan. Harapannya diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya idealnya dapat dihasilkan sebuah teori. Jenis penelitian yang digunakan penulis menurut Dalgiri adalah wawancara terpusat (focuses interviews) dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan uang sudah didesain untuk mengetahui respon subjek atas isu tertentu. Tidak seperti
50 Jurnal Gemawisata
kuesioner yang pilihan jawabannya sudah tersedia, penelitian ini memberikan kebebasan pada subjek untuk menjawab pertanyaan sesuai maksud mereka. Dengan pertanyaan yang tidak terstruktur dan terbuka, penelitian ini sangat fleksibel untuk memperoleh respon yang muncul dengan cepat atas sebuah isu. Pertanyaan bisa berkembang sesuai situasi yang terjadi. PEMBAHASAN 1. Analisis Potensi Wisata Berdasarkan Sarana Wisata 1.1 Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure) : Desa Loram Kulon memiliki letak yang cukup strategis karena dekat dengan jalur lalu lintas Pantura yang berhubungan antara Kabupaten Kudus dan Kabupaten Semarang. Desa Loram Kulon terletak di Kecamatan Jati tepatnya sekitar 90 menit dari Kabupaten Semarang dan 20 menit perjalanan dari pusat alun-alun simpang tujuh Kabupaten Kudus. Kondisi jalan sangat bagus dan beraspal dengan lebar rata-rata 5 m. Transportasi yang di gunakan desa wisata Loram Kulon berupa kendaraan umum, kendaraan pribadi dan sepeda motor. Jenis transportasi berupa angkot sebanyak 50 unit yang melewati Desa Loram. Selain itu akses jalan dapat dilewati dua arah. Semua jalan digunakan oleh penduduk asli maupun wisatawan untuk mencapai objek wisata religi Mesjid Wali dan industri kreatif Desa Loram Kulon. Berdasarkan jarak tempuh, Desa Loram Kulon dilihat dari jarak ke ibu kota kecamatan sekitar 2,00 km, jarak tempuh ke ibu kota kabupaten/kota 6,00 km, lama jarak tempuh ibu kota kecamatan dengan 0,10 jam kendaraan bermotor, dan lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan 0,30 jam dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor. Pada pembahasan mengenai potensi sarana pokok kepariwisataan Desa Wisata Loram Kulon dikunjungi untuk menikmati atraksi wisata yang ada, biasanya dapat dilihat berdasarkan analisis pengunjung diantaranya a. Pengunjung mengunjungi Mesjid Wali Loram Kulon sebagai wisata budaya dan religi Kawasan wisata Masjid Wali Loram Kulon memiiki potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi, hal ini dapat digunakan melalui paket wisata yang ditawarkan. Menurut “Yoss Tour salah satu pengusaha Travel agent : Saat mengunjungi desa Loram Kulon yaitu saat tiba di Kudus, akan disambut oleh guide Loram, biasanya mas MuL/yang dipercaya oleh Desa wisata Loram Kulon. Guide akan menunggu di tepi jalan, kemudian akan diantarkan ke Desa Loram. Sampai di Desa akan disambut dengan pengalungan berupa kalung pengantin yang merupakan cinderamata untuk menarik wisatawan, setelah itu wisatawan akan menyaksikan acara manten mubeng yang mengintari gapuro Mesjid Wali, dan dilanjutkan dengan disajikan welcome drink dan nasi kepel. Terakhir akan diantarkan menuju ekonomi kreatif masyarakat, salah satunya bandeng presto Bapak H. Maskur/pak Kumis untuk oleh-oleh. Bagi “Yoss Tour” inilah yang sangat menarik untuk dikunjungi dan dinikmati oleh wisatawan.Yoss Tour memilih bagian dari kunjungan paket wisata dikarenakan ini paketan yang unik
51 Jurnal Gemawisata
yang layak jual, ditambah dengan adanya potensi kondisi jalan yang sudah beraspal, dekat dengan objek wisata terkenal yaitu Museum Kretek. b. Pengunjung mengunjungi lokasi industri kreatif Menurut Bapak H.Anis Aminuddin, SE Ketua Paguyuban Desa Wisata Kabupaten Kudus: Wisatawan setelah mengunjungi kawasan wisata Mesjid Loram Kulon, kemudian mengunjungi wisata industri kreatif yaitu bordir komputer dan industri bandeng presto. Desa Wisata Loram Kulon kaya akan industri kreatif, karena sebagian masyarakat berwirausaha diantaranya pakaian bordir, busana muslim, kerudung, kaligrafi, bandeng presto, pembuatan tas, dll. 1.2 Sarana pelengkap kepariwisataan (suplementing tourism susperstructure) Sarana pelengkap kepariwisataa saat mengunjungi Desa Loram Kulon sampai saat ini sudah memadai baik itu sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga, perdagangan dan jasa. Contohnya fasilitas ATM, toko, rumah makan, toilet yang memadai. dll. Sedangkan untuk sarana pariwisatanya masih kurang memadai yaitu tempat parkir bagi wisatawan yang luas dan strategis. 1.3 Sarana penunjang kepariwisataan (supporting tourism super structure) Sarana penunjang kepariwisataan Desa Loram Kulon adanya kios Cenderamata dengan jumlah satu unit, kios konfeksi sebanyak tiga unit, dan industri kecil kerajinan sebanyak enam puluh unit serta fasilitas lainnya sekitar dua puluh unit. 2.
Analisis Potensi Wisata Berdasarkan Jenis dan macam pariwisat menurut obyeknya 2.1 Cultural tourism Motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan ke Desa Wisata Loram Kulon disebabkan karena adanya daya tarik dari seni-budaya diantaranya mesjid Wali Loram Kulon yang merupakan benda cagar budaya dan kebudayaan disekitar mesjid yang kental, tetap lestari diantaranya adalah prosesi manten mubeng gapura Mesjid Wali Loram Kulon, Nasi Kepel yang berasal dari shodakoh masyarakat. 2.2 Recuperational disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan daripada orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan sesuatu penyakit, hanya sebagian yang mempercayai yaitu keberkahan dari sumur wali yang merupakan peninggalan Sultan Hadirin yang sangat berharga, karena sumber air yang tidak pernah habis, walaupun di musim kemarau. Kedalamannya 5 meter, ketinggiannya 3 meter. Air ini sering digunakan untuk berwudhu, pengobatan, melahirkan, operasi, kesurupan, buang sial dari kendaraan dll. Jika kita lihat secara dekat sumur ini berasal dari pecahan keramik China. Sumur ini terletak di Mesjid Wali/At-Taqwa, dekat tempat wudhu sebelah kiri mesjid. Air ini dalam perkembangannya dijual seharga 5000/orang/1 liter air. Air ini juga suka digunakan untuk pelengkap air mandi manten. 2.3 Commercial Tourism Desa Wisata Loram Kulon memiliki kegiatan event yang dilaksanakan setahun sekali yang dinamakan Loram Expo merupakan potensi industri. Kegiatan
52 Jurnal Gemawisata
ini untuk memamerkan barang-barang hasil industri masyarakat Loram. Industri yang ada di Loram Kulon diantaranya : Bandeng presto, pakaian, pembuatan tas, aneka minuman, besi tua dll. 2.4 Sport Tourism Pariwisata olah raga khusus di desa wisata Loram Kulon belum tersedia dengan baik, tetapi wisatawan dapat menyaksikan wisata sepeda satu kaki yang sudah terkenal di Kabupaten Kudus dan pernah eksis masuk ke dunia televisi. 2.5 Political Tourism Perjalanannya yang tujuannya melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadiannya yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara, apakah ulang tahun atau peringatan hari tertentu, belum terlaksana dengan baik di desa wisata Loram Kulon. 2.6 Social Tourism Desa Loram banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam bentuk group, misal study tour atau picnik tetapi masih dalam jumlah yang sangat kecil. 2.7 Religion Tourism Mesjid Wali Loram Kulon merupakan cagar budaya yang mengandung sejarah. Mesjid ini unik, sehingga merupakan pelestarian budaya. Mesjid dan gapuro didirikan/dibangun oleh Sultan Hadirin. Beliau memiliki orang tua angkat yang bernama Sungging Badar Duwung. Sultan Hadirin (Raden Toyib) adalah merupakan putra dari Muhayat Syah dari Aceh. Beliau memiliki istri yaitu Ratu Kalinyamat (putri Raja Demak Trenggana). Jika mendalami lebih dalam sejarah di Mesjid Wali Loram ini sangat bermanfaat untuk mengetahui sejarah penyebaran agama Islam. SIMPULAN Setelah melakukan pengamatan, mengidentifikasi karena apflikasi dan menganalisis, maka kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut : a. Potensi Kawasan Desa wisata Loram Kulon dapat disimpulkan dalam hal pengembangan kawasan wisata di Desa Wisata Loram Kulon, pemerintah Kota Kudus telah mendukung terbentuknya kawasan wisata dengan program yang mendukung kegiatan kepariwisataan Kab. Kudus khususnya Desa Loram Kulon. b. Adanya kelemahan kebijakan kawasan Pemerih adalah tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat publik sehingga diperlukan suatu Perda khusus mengenai kawasan wisata dikawasan ini yang dapat mengikat secara hukum seluruh lapisan masyarakat. Dan berdasarkan undang-undang no.11 tahun 2010 tentang cagar budaya Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik Cagar Budaya tetap lestari. c. Kawasan wisata Desa Loram Kulon khsusnya kawasan Mesjid Loram Kulon yang mempunyai nilai sejarah merupakan bangunan cagar budaya yang
53 Jurnal Gemawisata
perlu dilakukan pemeliharaan dan pengaturan dan potensi disekitarnya tetap terjaga dan dapat dilestarikan. d. Hasil analisis mengenai kondisi eksisting, baik kondisi sarana pariwisata dan jenis macam pariwisata, pengunjung yang datang ke kawasan Desa Wisata Loram Kulon, dapat di simpulkan bahwa kawasan Desa Wisata Loram Kulon dapat di kembangkan untuk menjadi suatu kawasan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Yang perlu ditingkatkan dalam pengembangan kawasan ini nantinya adalah pemeliharaan dan peningkatan sarana pelengkap kepariwisataan yang ada di kawasan Desa Wisata Loram Kulon Berdasarkan dari hasil analisis yang diperoleh dan berdasarkan teoriteori , di kawasan Desa Wisata Loram Kulon terdapat beberapa wisata yang dapat dikembangkan, seperti : a. Wisata Budaya a. Bangunan bersejarah/Cagar Budaya (Mesjid Wali Loram Kulon). b. Kirab budaya Ampyang Maulid c. Visualisasi manten mubeng b. Wisata Sosial Wisatawan yang berkunjung dalam bentuk individu maupun group berupa study tour/piknik dapat mempelajari bangunan bersejarah, kebudayaan masyarakat setempat dan industri kreatif c. Wisata Event Seperti Loram Expo yang merupakan ajang promosi produk. Biasanya Kegiatan ampyang maulid ini akan ditampilkan saat penutupan expo Loram, sehingga dijadikan genda tahunan dan agenda DISBUDPAR d. Wisata Agama Mempelajari penyebaran agama islam melalui sejarah Mesjid Wali Loram Kulon DAFTAR PUSTAKA Edwin Fiatiano. “Tata Cara Mengemas Produk Pariwisata pada Daerah Tujuan Wisata”, (online), (http://wa-iki.blogspot.co.id/2013/08/tata-cara-mengemasproduk-pariwisata.html /, diakses 24 Agustus 2016). Gugun Gunardi. “Identifikasi Potensi Kawasan Wisata Kali Pasir, Kota Tangerang”, (online),(UEU-Journal-4508-planesa-Gugun-Gunardi /, diakses 24 Agustus 2016). Pendit, Nyoman.S. 2006. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.Jakarta: PT Pradnya Paramita. Pengelola Desa Wisata.2010.”Pesona Ampyang Maulid Mejid Wali Loram Kulon, edisi kedua”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Universitas Gadjah Mada. 2000. Laporan Akhir Rencana Detail Kawasan Pariwisata (RDKP) Imogiri.
54 Jurnal Gemawisata
Yogyakarta: Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Universitas Gadjah Mada. Radar Pekalongan. 2014. “Genjot Ekonomi Masyarakat Desa”, (online), (http://www.radarpekalonganonline.com/genjot-ekonomi-masyarakat-desa/, diakses 7 september 2014). Sammeng, Andi Mapping. 2000. Cakrawala Pariwisata. Jakarta . Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang Program Pascasarjana tentang Pedoman Penulisan Tesis. Siswokartono, W.E, Soetomo. 2011. Pembangunan Kepariwisataan Tourism development (sebuah pengantar). Semarang: Stiepari Press. Suwantoro, Gamal.2014 “Dasar-Dasar pariwisata”. Andi Yogyakarta. Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan. Undang-Undang nomor 9 tahun 2009 tentang kepariwisataan. Universitas Muria Kudus. 2014. “Memotret Desa Gudang UMKM ”, (online), (ttp://umk.ac.id/index.php/memotret-desa-gudang-umkm, diakses 7 september 2014). Wardiyanto dan M Baiquni. 2011. Perencanaan pengembangan Pariwisata. Bandung : CV Lubuk Agung. Widayanto, Paulus Singgih. 2013. “Pengembangan daya tarik Wisata Dalam rangka Meningkatkan Minat Kunjungan Wisatawan Di pantai Kuwaru kabupaten bantul daerah istimewa Yogyakarta”. Tesis. Semarang: Pasca Sarjana Stiepari Semarang. Yoeti, Oka A.1996.”Pengantar Pariwisata”. Angkasa Bandung.
55 Jurnal Gemawisata