Analisis Performasi Kehandalan System Pembangkit Tenaga gas (Turbine Gas) akibat Perubahan Nilai Log Mean Temperature Defference (LMTD) air to air cooler Bambang Sugiantoro, ST, Dosen Mesin STT WIWOROTOMO PURWOKERTO Abstraksi: Turbine Gas generating system is usually need more than five system supporting, fuel system, instrumentasi, air and oil coling system, air admission and compression system, all of them increase performance turbine generally, every system will be primary supporting and always corelated each other. Less efficiency one of above will influence output turbine. Gas turbine Cooling System divide both air cooling and supporting ignation system and oil colling system, its necessary to be empasising of inspection and repair schedule because very urgently to influence out put tubines. LMTD( log mean temperature defference) is one simple methode to appreciate coling system working, value of temperature defference input fluid and output fluid will shown colling system performance, generally turbine gas output will influenced. Key word : LMTD : log mean temperature deferrence Air to air cooler Turbine gas DASAR TEORI
System turbin gas dalam hal ini adalah system pembangkitan mempunyai beberapa supporting system yang menhjadi domain utama performasi turbine secara umum, system system tersebut adalah system bahan bakar dari proses ppemompaan sampai injeksi di ruang bakar, system pemasukan udara bertekanan tinggi, system pendinginan motor/ sudu, system control dan dan pendinginan minyak pelumas. System diatas tersebut perlu dikemukakan mengingat banyak ragam kegunaannya atau karena pertimbangan ruangan mesin yang tersedia, tetapi juga karena fleksibilitasnya serta banyak turbin gas untuk industri yang memanfaatkan motor turbin gas pesawat terbang.Fleksibilitas tersebut dimungkinkan karena proses kompresi, pembakaran, dan ekspansi fluida kerja terjadi ditempat yang terpisah, tidak dalam ruangan yang sama seperti pada motor bakar torak.
55
Sedangkan jenis kompresor, ruang bakar dan turbin yang digunakan juga dapat bermacam-macam dan jumlahnya dapat lebih dari satu sesuai performasi dan spessifikasinya. Turbin gas yang menghasilkan daya poros
Ada beberapa kemungkinan rancangan system turbin gas, ada yang berporos tunggal dan berporos ganda. Selain itu juga ada beberapa type penggunaan pendingin atau pemanas untuk meningkatkan efisiensi termal dari system yang bersangkutan. System turbin gas poros tunggal, yaitu system turbin gas yang hanya menggunakan satu poros turbin untuk menggerakkan beban dan kompresornya sendiri, dan beberapa variasinya. Disini semua energi gas pembakaran diubah menjadi daya poros. Sistem turbin gas tersebut adalah system yang biasa digunakan di industri (turbin industri); jika digunakan pada system propulsi, biasanya disebut motor turboporos (turboshaft). Kompresor, ruang bakar dan turbin yang digunakan dapat lebih dari satu. Penggunaan pendingin antara dua kompresor dimaksudkan untuk mengurangi kerja kompresor. Sedangkan pemanas udara keluar kompresor digunakan untuk menaikkan temperature udara sebelum masuk ruang bakar, untuk mengurangi jumlah bahan bakar yang digunakan untuk mencapai temperature gas masuk turbin yang sama. Dalam hal ini pemanas memanfaatkan panas gas buang yang masih bertemperatur tinggi
Penggunaan ruang bakar kedua adalah untuk
menaikkan temperature gas pembakaran sebelum masuk ke dalam turbin berikutnya. Dengan demikian memungkinkan dihasilkannya daya poros yang lebih tinggi. Pembakaran ulang dapat terjadi karena turbin gas menggunakan udara dalam jumlah banyak sehingga gas pembakaran masih mengandung oksigen cukup banyak untuk pembakaran berikutnya. Perlu diketahui bahwa perbandingan massa bahan bakar dan udara pada turbin gas berkisar antara 1/50 dan 1/200, sedangkan perbandingan bahan bakar udara secara stoikiometrik untuk bahan bakar hidrokarbon adalah sekitar 1/15. Penggunaan udara berkelebihan tersebut adalah untuk membatasi temperature gas pembakaran masuk turbin sehingga sesuai dengan kekuatan material yang digunakan.
56
Sebagai pembangkit gas, turbin hanyalah menghasilkan daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan kompresornya sendiri dan aksesori Gas pembakaran yang keluar dari turbin dapat digunakan sebagai pemanas atau dibakar ulang, tetapi juga dapat diekspansikan lebih lanjut didalam turbin daya ataupun nosel, Oleh karena itu turbin gas ini merupakan bagian dari suatu system daya, seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini :
Gambar 1. System Tenaga Gas Pada Gambar diatas ditunjukkan penggunaan penggunaan turbin gas pada system PLTG dengan air cooler, dimana udara sebelum masuk sisi pembakaran akan dipanaskan terlebih dahulu untuk menaikan effisiensi dan mendinginkan komponen komponen engine, udara sebelum diekspansikan ke dalam turbin melalui air to air cooler yang berasal dari kompressor ke sistem pembakaran dan pendinginan Pasangan turbin dan kompresor berfungsi sebagai pembangkit gas.
Alat Penukar - Kalor
Penukar kalor (Heat Exchanger) ialah piranti untuk melaksanakan perpindahan energi-termal dari satu fulida ke fluida yang lain. Dalam penukar kalor yang paling sederhana, fluida panas dan fluida dingin bercampur langsung; dalam kebanyakan penukar-kalor kedua fluida itu terpisah oleh suatu dinding. Penukar-kalor jenis ini disebut Rekuperator, mungkin hanya berupa dinding-rata sederhana yang memisahkan dua fluida yang mengalir, mungkin hanya berupa dinding-rata sederhana yang memisahkan dua fluida yang mengalir, tetapi
57
mungkin pula merupakan konfigurasi rumit yang melibatkan lintas-lintas rangkap, sirip atau sekat. Dalam hal ini diperlukan prinsip-prinsip perpindahan kalor konduksi dan konveksi, kadang-kadang juga radiasi, untuk memberikan proses pertukaran energi. Dalam perancangan penukar-kalor terlibat banyak factor, diantaranya analisa termal, ukuran, bobot, kekuatan struktur, penurunan tekanan, dan biaya. Dalam bab ini, perhatian kita terutama ditujukan kepada analisa termal. Kecuali masalah kekuatan struktur dan biaya, factor-faktor lain dapat dievaluasi dengan menggunakan prinsip-prinsip yang telah kita bahas dalam bab-bab terdahulu. Masalah standard rancang telah ditentukan dalam Kode ASME tentang BejanaTekan Tanpa Api (ASME Code For Unfired Pressure Vessel), sedang evaluasi biaya tentulah merupakan suatu proses optimisasi yang tergantung pada parameter-parameter rancang yang lain sama sekali. JENIS PENUKAR-KALOR. (air to air cooler principal)
Jenis-jenis penukar-kalor yang umum antara lain ialah jenis plat-rata (flatplate),selongsong dan tabung (shell-and-tube) dan jenis aliran-silang (crossflow). Contoh penukar-kalor pipa ganda (double-pipe exchanger), yang merupakan salah satu bentuk yang paling sederhana dari jenis selongsong-dan-tabung. Jika kedua fluida mengalir menurut arah yang sama, seperti pada gambar, maka penukarkalor itu termasuk jenis aliran-sajajar (parallel flow); jika kedua fluida mengalir berlawanan arah, maka penukar-kalor itu disebut jenis aliran-lawan arah (counterflow), penukar kalor selongsong-dan-tabung dengan beberapa tabung, dua lintas dan sekat-sekat. Penukar-kalor aliran-silang dimana kedua fluida tidak bercampur. Disini, distribusi suhu menurut jarak agak miring, karena fluida pada masing-masing lintas aliran mengalami perbedaan suhu yang berlainan dari yang dialami fluida dalam lintas yang satu lagi pada jarak yang sama dari pintu masuknya. Hal yang paling utama dalam analisis alat penukar kalor ialah untuk menentukan berapa luas permukaan yang diperlukan untuk memindahkan kalor pada laju tertentu dengan suhu zat cair dan laju aliran tertentu. Hal ini akan lebih
58
mudah bila kita menggunakan koefisien perpindahan-kalor menyeluruh, U , dalam persamaan fundamental perpindahan-kalor.
q=UAΔT
dimana ΔT ialah beda-suhu efektif rata-rata untuk keseluruhan penukar-kalor.
Gambar 2. System pendinginan dengan type cross flow Persamaan menunjukkan bahwa koefisien perpindahan kalor menyeluruh U sebanding dengan kebalikan jumlah tahanan termalnya.
ANALISIS MASALAH :
Performasi air to air cooler pada pembangkit PLTG menjadi factor utama performasi pembangkitan secara keseluruhan, baik tidaknya kinerja air to air cooler akan berimbas pada performasi unit. Nilai LMTD (log mean temperature deference) pada air to aircooler secara umum dapat dijadikan parameter apakah
syetem pendinginan dan flo meter fluida dapat dijaga pada kondisi sesuai kebutuhankerja unit. Dalam analisis
yang akan kami sampaikan ada beberapa bagian yang
dianggap mempunyai kondisi ideal ( dengan mengesampingkan factor ekternal) seperti mekanisme kipas, motorpenggerak, dan pemipaan sisi input maupun
59
output. proses perpindahan panas pada air to air cooler dapat secara umum dilihat pada nilai LMTD, artinya diagram LMTD yang dihasilkan sangat terkait erat dengan kondisi system dan ketahanan material. performasi pendinginan dapat dilihat dari panas system ( suhu kerja vane segmen/ sudu sudu turbin) dengan di tunjukkan dengan ketidakmampuan beban output yang maksimal, artinya jika beban maksimal system akan mengalamioverheating yang akan memicu alat/ instrument pembatas panas bekerja dan mematikan mesin (shut down) secara otomatis ( istilah dalam industri mengalami trip). Artinya gangguan pada alat penukar kalordalam halini air to air cooler (sebagai pendingin dan pensuplai udara pembakaran
akan berimplikasi negatif terhadap produktifitas unit pltg
sebagai pemasok energi listrik nasional. Beda Suhu Pukul-rata Log (LMTD).
Sebelum kita melakukan perhitungan perpindahan-kalor, perlu kita mendefinisikan terlebih dahulu satu suku lagi dalam yaitu ΔT, sebuah penukarkalor plat rata aliran-sejajar, yang profil suhunya umum. bahwa : 1. U konstan di keseluruhan penukar-kalor 2. Sistem itu adiabatic, pertukaran kalor berlangsung hanya antara kedua fluida saja 3. Suhu masing-masing fluida konstan di keseluruhan penampang tertentu dan dapat dinyatakan dengan suhu lindak (bulk) 4. Kalor spesifik masing-masing fluida konstan Berdasarkan atas andaian tersebut, perpindahan-kalor antara fluida panas dan fluida dingin untuk diferensial panjang dx ialah : dq = U(Th – Tc)dA Karena dA ialah hasil kali antara panjang dx dengan lebar yang konstan. Energi yang diterima oleh fluida dingin sama dengan energi yang dilepaskan oleh fluida panas, yaitu : dq = mcccdTc = - mhchdTh,,d imana m ialah laju aliran massa dan c kalor spesifik. suku-suku ΔT ialah seperti yang ditunjukkan pada Dari neraca energi pada masing-masing fluida :
60
mh c h =
q (Thi − Tho )
mc c c =
q (Tco − Tci )
dan substitusi kedua persamaan itu ke dalam menghasilkan : In
(T − Tho ) + (Tco − Tci ) ΔT2 = −UA hi ΔT1 q
Atau, dengan menggunakan perbedaan suhu pada kedua ujung :
⎛ ΔT2 − ΔT1 ⎞ ⎜⎜ q = UA ⎟ In(ΔT2 / ΔT1 ⎟⎠ ⎝ Bila kita bandingkan hasil ini dengan nyatalah bahwa e that
ΔT =
ΔT2 − ΔT1 = ΔTlm In(ΔT2 / ΔT1
Beda suhu efektif rata-rata (ΔTlm) disebut beda-suhu pukul-rata log (log-mean temperature difference, disingkat LMTD). Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa subskrip 1 dan 2 dapat dipertukarkan tanpa mengubah nilai ΔTlm.berlaku untuk penukar-kalor lintas-tunggal lainnya, seperti konfigurasi plat-rata aliran-lawan dan konfigurasi pipa-ganda aliran-sajajar atau aliran-lawan. Demikian pula, kedua persamaan itu berlaku untuk evaporator (penguap) dan kondensor (pengembun) aliran-sejajar atau aliran-lawan lintas-tunggal, dimana salah satu fluida berada pada suhu konstan. Faktor Koreksi untuk Penukar-kalor yang Kompleks.
Untuk penukar kalor yang kompleks, seperti yang melibatkan tabungrangkap, beberapa lintas-selongsong atau aliran-silang, penentuan beda-suhu efektif menjadi sangat sulit, sehingga dalam praktek biasanya digunakan factor koreksi F untuk memodifikasi sehingga bentuknya menjadi :
q = UAF ΔTlm
dimana ΔTlm sama dengannilai untuk suatu penukar-kalor pipa ganda dimana suhu masuk dan suhu keluar fluida sama dengan suhu masuk dan suhu keluar pada penukar-kalor yang lebih kompleks rancangnya. Faktor koreksi untuk beberapa konfigurasi yang sering ditemukan diberikan pada notasi (T,t) untuk menunjukkan
61
suhu kedua fluida, dan tidak menjadi soal apakah fluida yang panas mengalir didalam tabung atau dalam selongsong.
EFEKTIVITAS PENUKAR-KALOR
Jika lebih dari satu suhu-masuk atau suhu-keluar pada penukar-kalor tidak diketahui, maka metode LMTD yang kita bicarakan pada menjadi rumit, sehingga memerlukan penyelesaian dengan pendekatan coba-coba. Pendekatan lain ialah dengan menggunakan pengertian efektivitas (effectiveness) penukar kalor yang definisinya ialah : Ε=
q nyata perpindahan − kalormenurutkenyataan = perpindahan − kalormaksimumyangmungkin q maks
Dimana perpindahan-kalor maksimum yang mungkin ialah perpindahan-kalor yang terjadi jika salah satu fluida mengalami perubahan suhu sebesar beda-suhu maksimum yang ada – yaitu suhu fluida-panas masuk dikurangi dengan suhu fluida-dingin keluar. Metode ini menggunakan efektivitas Ε untuk menghindarkan suhu-keluar yang tak diketahui dan menghasilkan penyelesaian untuk efektivitas dengan menggunakan parameter-parameter lain yang telah diketahui (m,c,A, dan U). Umpamakan C ≅ mc. qnyata = Ch(Thi – Tho) = Cc(Tco – Tci) yang menunjukkan bahwa energi yang diserahkan oleh fluida panas ditampung oleh fluida dingin. Perpindahan kalor maksimum terjadi bila fluida yang C-nya lebih kecil mengalami beda suhu maksimum yang ada, artinya : qmaks = Cmin(Thi – Tci) Perpindahan kalor sebesar ini akan tercapai dalam penukar-kalor arus-lawan yang luasnya tak berhingga. menghasilkan persamaan-dasar yang diperlukan untuk menentukan perpindahan-kalor dalam penukar-kalor dimana kedua suhu-keluar tidak diketahui.
qnyata = εCmin (Thi – Tci)
FAKTOR PENGOTORAN.
Unjuk-kerja (performansi) penukar-kalor sebagaimana dikembangkan bergantung pada kenyataan apakah permukaan untuk perpindahan-kalor itu bersih
62
dan tidak mengalami korosi. Jika ada endapan pada permukaan itu, tahanantermal akan meningkat, sehingga unjuk-kerjanya pun akan berkurang. Tambahan tahanan itu biasanya diperhitungkan sebagai factor pengotoran (fouling factor), atau tahanan pengotoran (fouling resistance), Rf, yang mesti ditambahkan pada tahanan termal lainnya bila kita menghitung koefisien perpindahan-kalor menyeluruh. Faktor pengotoran ditentukan secara eksperimen dengan menguji penukar-kalor iru dalam keadaan bersih dan keadaan kotor, dan didefinisikan sebagai :
Rf =
1 U kotor
−
1 U bersih
Beberapa contoh nilainya didapatkan pada Dalam rancang pendahuluan penukarkalor, sangat menolong bila kita dapat memperkirakan koefisien perpindahankalor. nilai-nilai kira-kira dari U untuk beberapa jenis fluida yang umum ditemui. Nilai-nilai itu cukup luas kisarannya, dan ini adalah akibat dari bermacamragamnya bahan konstruksi yang digunakan dalam penukar-kalor (yang konduktivitas termalnya berbeda-beda, k) dan kondisi aliran (yang mempengaruhi koefisien film, h), serta konfigurasi geometrinya.: Tabel nilai U dalam industri R1Hr-ft2-0F/Btu
Fluida Air laut dibawah 125oF
m2-K/W
0.0005
0.00009
Air laut diatas 125 F
0.001
0.0002
Minyak bakar
0.005
0.0009
Minyak celup
0.004
0.0007
Uap alcohol
0.0005
0.00009
Udara industri
0.002
0.0004
o
Faktor penyebab utama perubahan nilai LMTD
Penyebab utama menurunnya kemampuan performasi alat penukar kalor dapat di golongkan menjadi empat kelompok utama : 1. Faktor endapan dan kerak (hard solutan effect) 2. Penurunan ketahanan material ( decreases of strength material effect) 3. Deformasi fin/ sirip sirip pendingin (heating coil/fin deformation)
63
4. Kebocoran fluida alir ( debit air flow meter) A. Faktor endapan dan kerak (hard solutan effect) untuk alat penukar kalor yang dipasangkan di tempat udara terbuka ( udara atmosfir) maka untuk jangka waktu yang lama akan timbul kerak, lapisan keras pada permukaan pipa pendingin, pada periode tertentu akan menimbulkan lapisan kotoran yang keras ( kerak). kerak di sela-sela sirip pendingin, dalam hal ini akibat
kotoranudara
atmosfir yang terhembus melalui kipas pendingin yang tidak melalui filter, ( kondisi riil di PLTG Cilacap) dalam hal inidapat lihat pada gambar berikut:
Gambar 3 penampang air to aircooler (horizontal) Kerak yang terbentuk karena pada saat pipa panas maka jika ada debu yang menempel akan melekat, sehingga perpindahan panas akan terganggu ( aliran panas terhambat ), sehingga selisih suhu menurun ( delta T), kerak yang terjadi ada dua macam yaitu kerak di dalam pipa, kerak didalam selongsong pipa terjadi karena udara yang mengalir mengandung unsur kimia (sulfur,C, NOx, etc) pada suhu tertentu akan berubah menjadi kotoran. Endapan/lapisan kotoran dengan tebal 0,2 mm sampai dengan 1 mm, pada sepanjang pipa, dengan di buktikan dengan adanya lapisan putihdi sisi bagian dalam dan luar pipa.
64
Gambar 4 penampang pipa air to air cooler (horizontal) B. Kemampuan metalurgi/ketahanan bahan yang menurun,
Pembangkit PLTG yang beroperasi tiap hari dalam kurun waktu yang lama, akibat perubahan panas yang variatif akan membuat kurva penurunan ketahanan material/metalurgi kearah negatip, karena Ketahanan material secara mikroskopik akan berubah sesuai dengan perubahan waktu, dan perlakuan panas yang terjadi ketika unit beroperasi.Penurunan ketahanan material secara umum dapatdi ketahui dengan perubahan warna, korosif pada permukaan, berkurangnya tebal pipa, bahkan pada periode Ketahanan
material
yang lama akan menjadi rapuh.penurunan
sudah
diprediksikan
dengan
diagram
tegangan-regangan ( hokum hooke) bahwa material akanmengalami perubahan sifat akibat perlakuan panas/temperatur
kerja. ( daerah elastis deformasi dan
plastis). Efek dominant akibat kelelahan material adalah koefisien perpindahan panas akan berkurang, sehingga kemampuan hantar panas akan terganggu, pada variable selisih panas akan berkurang pada ∆t2 yang merupakan target system pendinginan, performasi alatpenukar kalor dapat dilihat dari nilai selisih standar dibandingkan dengan selisih yang terekam per periodic. Toleransi yang dipakai rata-rata adalah range 30 derajat (temperature deference) maka kinerja engine dapat dipantau dari selisih periodic kerja unit. Penurunan kinerja dapat dilihat dengan kurva yang di bentuk dari selisih suhu rata-rata sisi input dan output.
ΔT =
ΔT2 − ΔT1 = ΔTlm In(ΔT2 / ΔT1
65
Keterangan : Nilai ∆T1 adalah beda suhu sisi kiri, dan Nilai ∆T2 adalah beda suhu sisi kanan Kurva LMTD NORMAL
Pengaruh nilai selisih rata-rata akan menunjukan performa heat exchanger yanmg di pakai jika selisih mengecil berarti kemampuan pendinginan akan menjadi lebih rendahpada rentang toleransi yang hanya di selisih 140 derajat celcius dan maksimal suhu fluida 155 derajat celcius dan diatas nilai teresebut system akan mengalami shut down otomatis maka kinerja air to air cooler menjadisangat penting karena fungsi ganda dari alat ini yaitu sebagai input air flow ke system pembakaran sekaligus media pendingin sudu sudu turbin, jika suhu udara media pendingin lebih tinggi dari rata-rata maka suhu kerjamesin menjadi lebih tinggi sehingga (istilah mudahnya overheating) sehingga unit tidak dapat bekerja pada beban output maksimal. Jadi dengan nilai LMTD sebagai nilai rata-rata kerja pada pendingin udara akan dapat di jadikan salah satu nilai penentu kerja unit secara keseluruhan. C. Deformasi fin/ sirip sirip pendingin (heating coil/fin deformation)
Fungsi fin/ sirip pendi ngin adalah sebagai media untuk memperluas bidang pendinginan ( memperluas area sentuh dengan fluida pendingin). Fin yang rata rata terbuat dari aluminium ( kemapuan aluminium dalam hantarpanas baik). Pertimbangan utama penggunaan material ini adalah karena koefisien perpindahan panas yang baikpada tiap kenaikan suhu, ( lihat nilai konduktifitas
66
panas variable aluminium). Bahwa kemampuan aluminium dalam menghantarkan panas yang baik dapat dilakukan dengan membuat sirip yang tipis (0,5-0,9mm), celah antar fin 2 mm, mempunyai fungsi sebagai daerah kosong aliran fluida dan area pelepasan panas.akibat tipisnya fin maka akibatnya kerak yang menempel akan sangat sulit di bersihkan. Akibat tipisnyafin maka sangat mudah berubah bentuk , yang pada jumlah penampang yang cukup lebar akan berimbas pada penuruanan fungsi sebagai area pelepas panas. D.Kebocoran fluida alir ( debit air flow meter)
Fluida yang mengalir pada pipa dan system pendinginan di sesuaikan dengan kebutuhan engine dalam proses pendinginan dan suplai udara untuk pembakaran. Salah satu sebab yang paling jamak adalah jika mengalami kebocoran,pada system tertutup maka sulit sekali mengetahui kadar lapisan kerak dalam pipa tapi penyebab yang paling mudah dikenali adalah adanya kebocoran pipa air to air cooler, pipa yang ada pada air to air cooler merupakan pipa non welded ( bukan welded type), Pipa dipasangkan dengan cara mengerol bagian ujungpipa pada seating tubes ( reservoir atas dan bawah) air to air cooler, efek pengerolan yang pipa pada tubes seating akan menyebabkan panaspada area rol, panas yang terjadisedikit banyak akanmempengaruhi sifat pipa , sehingga menjadi semakin getas, bagian yang paling sering rapuh adalah sisi inlet udara panas dari compressor ( pada reservoir bawah), suara berdesis pada sekala kecil dan mendesing pada sekala besar akan menimbulkan getaran dan suara yang khas. Berikut tubes seating pipa pendingin :
Gambar 6. Seating Tubes yang rusak
67
Sebab-sebab penurunan nilai LMTD diatas merupakan penyebab yang paling sering di temukan pada kasus-kasus penurunan performasi dan kinerja engine. E. Kesimpulan.
1. Performasi sebuah pembangkitan sangat dipengaruhi oleh performasi unitunit support/sistem pendukung, pada PLTG. Kinerja turbin untuk menghasilkan energi poros sangat dipengaruhi oleh performasi Air to Air Cooler, sebagai perangkat pendingin udara sebelum masuk sistem pendingin dan suplay udara pembakaran. 2. Performasi kinerja Air to air cooler dapat dilihat pada diagram LMTD (Log Mean Temperature Defference); selisih yang diperbolehkan ∆T1 dan ∆T2 di sesuaikan dengan kebutuhan optimal mesin. 3. Penurunan Deformasi Air to Air Cooler rata-rata disebabkan oleh faktor : kelelahan
matrial,
penurunan
nilai
konduktifitas
bahan,
pengotoran/endapan dan kebocoran. F. Daftar Pustaka.
1. Holman, J.P.(1990) Heat Transfer. 7th ed. McGraw-Hill 2. Incropera, Frank P.and deWitt, David P. (1996) Fundamentals of Heat and Mass Transfer. 4th ed. Willey. 3. Lienhard IV, John H. And Lienhard V, John H. (2002) Heat transfer Textbook, 3th ed. Lienhard IV, John H. And Lienhard V, John H.
68