EKUITAS Akreditasi No.395/DIKTI/Kep/2000
ISSN 1411 – 0393
ANALISIS PERBEDAAN MOTIVASI KERJA ANTARA PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN NELAYAN DI SURABAYA Soebari Martoatmodjo*)
ABSTRAK Artikel ini meneliti hubungan antara unsur-unsur motivasi yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, serta kebutuhan aktualisasi diri terhadap motivasi kerja pedagang kaki lima dan para nelayan di Surabaya. Semenjak krisis ekonomi yang berjangkit di Indonesia sejak tahun 1997 sampai dengan saat ini, LPM STIESIA telah memberdayakan kelompok-kelompok yang bekerja di sektor informal seperti disebutkan di muka. Pelaku-pelaku ekonomi rakyat ini ternyata tahan terhadap goncangan-goncangan ekonomi yang terjadi, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti motivasi mereka bekerja untuk mempertahankan hidup mereka di kota besar seperti Surabaya ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan pemberdayaan lebih lanjut bagi mereka, sehingga mereka dapat mengembangkan usahanya. Kata kunci : Physicological needs, Safety needs, Social needs, Esteem needs, Self actualization, Uji koefisien korelasi jenjang Spearman dan Uji jumlah jenjang Wilcoxon.
1. PENDAHULUAN Ekonomi rakyat adalah ekonomi pada skala kecil yang bersifat mandiri. Ekonomi jenis ini dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi kecil baik di pedesaan maupun perkotaan. Lebih populer lagi ekonomi rakyat disebut sebagai sektor informal (Mubyarto, 1997). Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang hingga kini belum usai dan bahkan berkembang menjadi krisis multidimensional, pada kenyataannya telah memporak-porandakan Indonesia di segala aspek kehidupan, tidak saja memporakporandakan aspek ekonomi melainkan aspek politik, sosial budaya, pertahanan & keamanan dan bahkan mengancam keutuhan Republik ini yang berupa gejala-gejala *)
Drs. Soebari Martoatmodjo, MM adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Analisis Perbedaan Motivasi Kerja (Soebari Martoatmodjo) 375
disintegrasi wilayah nasional Indonesia. Pada aspek ekonomi terutama pada sektor tenaga kerja terjadi pemutusan hubungan kerja yang sangat spektakuler sehingga banyak orang yang menganggur dan mereka ini harus bertahan hidup. Sementara itu pedagangpedagang kecil , pengrajin yang dikategorikan sebagai pengusaha golongan ekonomi lemah sebagian besar masih tetap bertahan meskipun terjadi goncangan ekonomi yang begitu hebat. Barangkali melihat kenyataan seperti inilah para mantan buruh, karyawan dan mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja memasuki usaha dalam sektor informal ini untuk melanjutkan hidup mereka dan bahkan mungkin untuk sekedar mempertahankan hidup saja. Bersamaan dengan krisis ekonomi yang demikian itu LPM STIESIA melakukan pemberdayaan para pedagang kaki lima dan pengrajin/pengusaha kecil krupuk terung (nelayan) sebagai hasil olahan para nelayan di Surabaya. Setelah berjalan 4 tahun sesuai dengan seleksi alam, mereka ada yang berkembang disamping ada pula yang mulai kesulitan menjalankan usahanya. Penelitian ini bermaksud mengetahui seberapa besar motivasi kerja kedua kelompok pelaku ekonomi rakyat ini dan apabila terdapat perbedaan motivasi kerja tersebut sejauh mana perbedaan itu terjadi. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi serta melakukan pemberdayaan selanjutnya dikelak kemudian hari.
2. TINJAUAN TEORITIS Perilaku manusia oleh para pakar psikologi terutama psikologi industri digambarkan sebagai fungsi dari variabel yang mempengaruhi perilaku tersebut As’ad (1985) mengatakan bahwa B = f (S) yang berarti Behavior (perilaku) adalah fungsi dari stimulus yang berada di luar diri manusia, sementara itu behavior juga dapat dirumuskan sebagai B = f (M) yang berarti bahwa perilaku adalah fungsi dari Motivasi. Perilaku akan terjadi apabila ada motivasi didalam diri manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa behavior adalah fungsi dari Experience B = f (E). Dari ketiga fungsi yang diutarakan diatas, pada penelitian ini hanya fungsi yang kedua yang akan dibahas yaitu B = f (M). Terdapat banyak sekali teori-teori motivasi untuk menerangkan perilaku manusia seperti misalnya Hirarchie of needs theory, Theory X dan Y, Motivation hygiene theory, ERG theory, Three needs theory, Cognitive evaluation theory, Table characterictic theory, Goal setting theory, Reinforcement theory, Equity theory dan Expectancy theory (Robbins, 1991). Ketiga teori yang disebutkan pada urutan diatas disebut sebagai teori kuno. Sedangkan selebihnya disebut sebagai teori kontemporer dalam menjelaskan motivasi. Sementara itu Soebagio Sastrodiningrat (1993) membagi teori-teori motivasi itu kedalam kategori sebagai berikut teori hedonisme, teori naluri, teori kepuasan dan teori proses yang pada dasarnya juga mencakup semua teori motivasi yang telah diutarakan oleh Robbins tersebut.
376 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001
Dalam rangka penelitian ini digunakan teori jenjang kebutuhan Maslow yang menyatakan bahwa setiap manusia dilekati dengan lima hirarki kebutuhan yaitu Physicological needs, Safety needs, Social needs, Esteem needs dan Self actualization, Jenjang kebutuhan ini merupakan kronologi dari jenjang kebutuhan terendah sampai dengan jenjang kebutuhan tertinggi sesuai dengan urutan tersebut diatas. Kelima jenjang kebutuhan itu dibagi menjadi dua yaitu Physicological needs dan safety needs dinamakan sebagai lower order needs sedangkan Social needs, Esteem needs dan Self actualization disebut sebagai hight order needs. Maslow sampai pada suatu kesimpulan bahwa setelah kebutuhan yang pertama terpenuhi sampai pada tingkat tertentu, maka kebutuhan berikutnya muncul dan menjadi penting. Hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi motivator dalam berperilaku. (Robbins, 1981)
3. KONSEP ANALISIS YANG DIGUNAKAN Konsepsi berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Unsur-unsur Motivasi Pedagang Kaki Lima X1
Unsur-unsur Motivasi Nelayan X1
X2 X3
X2 Motivasi Kerja
Motivasi Kerja
X4 X5
X3 X4 X5
Ada beda
atau tidak
Koefisien Korelasi Uji jenjang Spearman
Koefisien Korelasi Uji jenjang Spearman
Jumlah Uji jenjang Wilcoxon
EVALUASI PEMBERDAYAAN Keterangan : X 1 Kebutuhan fisiologis X 2 Kebutuhan keamanan X 3 Kebutuhan sosial X 4 Kebutuhan penghargaan X 5 Kebutuhan aktualisasi diri Analisis Perbedaan Motivasi Kerja (Soebari Martoatmodjo) 377
4. HIPOTESIS Berdasar atas konsep analisis seperti yang diutarakan pada sub bahasan 3, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diduga motivasi kerja dari masing-masing kelompok pelaku ekonomi rakyat yaitu para pedagang kaki lima dan nelayan adalah kuat. 2. Diduga terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan formal dengan motivasi kerja kedua kelompok responden. 3. Diduga terdapat perbedaan secara nyata dalam motivasi kerja kedua kelompok responden tersebut. 4. Diduga terdapat hubungan secara nyata antara unsur-unsur motivasi terhadap motivasi kerja kedua kelompok responden
5. METODE PENELITIAN 1. Variabel Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan 5 (lima) variabel sebagai berikut : kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan aktualisasi diri. 2. Definisi Operasional Variabel. a. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan kelangsungan hidup seperti papan, pangan dan sandang. b. Kebutuhan akan keamanan baik keamanan akan dirinya maupun keamanan keberadaan usaha dan pendapatannya. c. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan dalam bentuk bersosialisasi dengan orang lain secara personal atau kelompok. d. Kebutuhan dihargai orang lain yang tercermin dalam kehidupan responden yang ingin “diorangkan” sebagai manusia dalam kelompoknya maupun masyarakat sekelilingnya e. Kebutuhan pengembangan diri (aktualisasi diri) dari responden baik pengembangan diri pribadi maupun usahanya. 3. Populasi dan Sampel. Untuk kelompok pedagang kaki lima yang menjadi binaan LPM STIESIA sebanyak 51 orang. Sebagian sudah dapat berkembang tetapi sebagian lagi ada yang berhenti, oleh karena itu untuk pedagang kali lima ditentukan 26 orang sebagai responden. Sementara itu ada sekitar 40 orang pengrajin pembuat kerupuk terung (nelayan) yang dibina. Dengan alasan yang sama ditentukan pula 26 orang responden untuk kelompok ini.
378 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001
4. Teknik Analisis Data a. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan cara memberikan questionaire kepada responden. Untuk masing-masing unsur motivasi dibagi kedalam 5 pertanyaan dan responden diminta menjawab pertanyaan dalam 5 kategori yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Hasil dari jawaban questionaire tersebut diberi bobot berdasar skala Libert, secara kronologis adalah sebagai berikut : 5, 4, 3, 2 dan 1. b. Analisis yang digunakan 1. Hipotesis pertama Untuk membuktikan hipotesis pertama digunakan cara-cara sebagai berikut : Jumlahkan semua skor motivasi dari semua responden dan bandingkan dengan skor maksimal idealnya dikalikan dengan 100. Hasil total skor dibagi dengan jumlah responden yang diteliti, hasilnya adalah skor motivasi ratarata setelah itu masukkan kategori sangat kuat, kuat, sedang, lemah dan sangat lemah berdasar atas rumus internal kelas dari Dajan (1993) Sebagai berikut : NO 1 2 3 4 5
SKOR MOTIVASI RATA-RATA 20 % - 36 % > 36 % - 52 % > 52 % - 68 % > 68 % - 84 % >84 % - 100 %
KATEGORI Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat
2. Hipotesis Kedua Untuk bagian ini digunakan uji Khi Kuadrat (Chi Square) dengan rumus dari Siegel (1986) sebagai berikut : N ( AD – BC ) – N/2 2 2 X = (A + B) (C + D) (A + C) (B + D) Keterangan X 2 N ABCD
= nilai chi square = jumlah sampel = frekwensi dari masing-masing sel dalam tabel 2 x 2
Analisis Perbedaan Motivasi Kerja (Soebari Martoatmodjo) 379
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Apabila X 2 hitung > X 2 tabel dengan 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima atau sebaliknya apabila X 2 hitung < X 2 tabel Ho diterima dan Hi ditolak 3. Hipotesis ketiga Hipotesis ini dibuktikan dengan uji jumlah jenjang Wilcoxon dengan mengambil jumlah jenjang R’ yang terkecil diantara R1, R2 dan R1’, R2’. Kemudian uji dengan uji Z karena jumlah n > 25 dengan rumus sebagai berikut : n’ ( n + n + 1 ) – 2R Z =
n 1. n 2 ( n 1 + n 2 = 1 ) / 3 ( Djarwanto, 1991)
Dimana : n’ = besar sampel sampai dengan jumlah jenjang R’ tersebut R’ = jumlah jenjang yang lebih kecil antara R1, R2 , R1’, R2’ Kriteria pengambilan keputusan adalah : Apabila Z hitung > Z tabel pada 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima. Tetapi jika Z hitung < Z tabel pada yang sama maka Ho diterima dan Hi ditolak. 4. Hipotesis keempat Hipotesis ini dibuktikan dengan uji koefisien korelasi jenjang Spearman. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah masing-masing unsur motivasi berhubungan secara nyata dengan motivasi kerja atau tidak. Oleh karena data yang diperoleh dari responden adalah data yang bersifat interval, maka data tersebut harus diubah dahulu dalam bentuk ordinal yang berupa ranking atau jenjang. Setelah itu baru dimasukkan kedalam rumus uji koefisien korelasi jenjang spearman menurut Siegel (1986) sebagai berikut : Σ X2 + Σ Y2 – Σ di2 rs = 2
Σ X 2 + Σ Y2 N3 - N
2
dimana : Σ X =
- Σ Tx 12
380 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001
t3 - t Tx
= 12 N3 - N 2
Σ Y =
- Σ Ty 12 t3 - t
Ty
= 12
Keterangan : Σd Σ X2 ; Σ Y2
= =
T t
= =
jumlah perbedaan persamaan ranking jumlah dari kuadrat selisih antara skor dengan rataan skor dari setiap pengamatan untuk variabel X dan Y. Faktor koreksi jumlah pengamatan yang mempunyai peringkat yang sama pada jenjang tertentu
Apakah hubungan-hubungan tersebut signifikan atau tidak di uji dengan t student (Siegel, 1986) karena n > 10 dengan rumus sebagai berikut :
t
=
rs
N–2 1–r2
Keterangan : t N rs
= nilai t hitung = jumlah populasi = koefisien korelasi jenjang spearman
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Apabila t hitung > t tabel pada 0,05 dengan db N-2 maka Ho ditolak dan Hi diterima. Sebaliknya jika t hitung < t tabel pada yang sama maka Ho diterima dan Hi ditolak.
Analisis Perbedaan Motivasi Kerja (Soebari Martoatmodjo) 381
6. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Data-data tentang responden dapat dituangkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1 Tingkat Pendidikan Formal Responden
No 1 2 3 4 5
Pendidikan Tidak Sekolah Sekolah Dasar SMP SMA PT Jumlah
Pedagang Kaki Lima Jumlah % 1 3,85 14 53,85 5 19,23 6 23,07 26 100,00
Nelayan Jumlah % 1 3,85 15 57,69 4 15,38 5 19,23 1 3,85 26 100,00
Tabel 2 Tingkat Usia Responden
No 1 2 3 4 5 6
No 1 2 3 4
Tingkat Usia (th) 23 – 30 31 – 39 40 – 48 49 – 57 58 – 65 66 – 70 Jumlah
Pedagang Kaki Lima Jumlah % 7 26,92 6 23,07 8 30,77 1 3,85 3 11,54 1 3,85 26 100,00
Nelayan Jumlah % 12 46,15 5 19,23 6 23,08 2 7,69 1 3,85 26 100,00
Tabel 3 Jumlah Tanggungan Responden Jumlah Tanggungan Pedagang Kaki Lima Nelayan Keluarga Jumlah % Jumlah % Belum punya 3 11,54 6 23,08 1 5 19,23 7 26,92 2 11 42,31 5 19,23 >2 7 26,92 8 30,77 Jumlah 26 100,00 26 100,00
382 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001
Tabel 4 Jumlah Skor Unsur Motivasi Responden Pedagang Kaki Lima No. Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
X1 25 22 23 23 25 22 23 25 19 25 23 22 23 23 23 20 23 23 23 21 24 24 21 22 23 22
X2 25 24 24 25 22 21 22 23 20 25 20 17 21 20 20 17 21 20 18 22 21 19 17 19 21 22
Unsur-unsur X3 X4 23 21 22 21 22 22 24 20 25 20 25 19 25 25 25 21 23 13 25 23 21 16 19 16 22 18 19 19 19 18 19 17 20 18 21 17 20 19 19 18 19 19 20 17 18 12 20 20 22 17 18 17
X5 22 25 25 19 20 25 24 24 25 24 19 17 19 17 19 18 19 18 20 18 20 20 21 19 24 20
Total 116 114 116 111 112 112 119 118 100 122 99 91 103 98 99 91 101 99 100 98 103 100 89 100 107 96
Analisis Perbedaan Motivasi Kerja (Soebari Martoatmodjo) 383
Tabel 5 Jumlah Skor Unsur Motivasi Responden Pedagang Nelayan No. Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
X1 22 24 23 22 23 23 22 21 24 24 22 23 23 23 24 22 22 23 22 23 23 24 22 22 23 23
X2 22 22 19 19 19 20 20 20 21 23 20 20 18 20 20 17 21 21 21 21 18 18 13 15 20 18
Unsur-unsur X3 X4 19 18 20 19 18 17 20 19 20 19 19 18 24 17 19 18 20 19 20 19 20 19 19 19 19 17 19 16 22 19 16 15 16 15 19 24 19 23 20 19 18 18 19 18 20 18 20 19 19 17 23 19
X5 18 19 16 19 20 21 24 17 16 17 19 17 18 15 17 16 25 24 24 17 16 16 17 17 16 17
Total 99 104 93 99 101 101 107 95 100 103 100 98 95 93 102 86 99 111 109 100 93 95 90 93 95 100
b. Pembahasan Pembuktian Hipotesis Pertama : Jumlah dari skor motivasi untuk responden pedagang kaki lima : 2171,2 = 83,51 (skor motivasi rata-rata) 26 384 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001
sedangkan responden nelayan total skornya : 2048 = 78,79 (skor rata-rata) 26 Jika angka-angka ini dibandingkan dengan kategori kelas Dajan maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kedua kelompok responden termasuk kategori kuat. Jadi hipotesis pertama terbukti. Pembuktian Hipotesis Kedua : Hasil perhitungan X2 = 0,52 jika dibandingkan dengan X2 tabel pada 0,05 maka angka X2 tabel adalah 3,48. Oleh karena itu X2 hitung < X2 tabel ( 0,52 < 3,48 ), maka Ho diterima dan Hi ditolak. Ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan secara nyata antara tingkat pendidikan formal dengan motivasi kerja. Kesimpulannya adalah bahwa hipotesis kedua tidak terbukti. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tujuan dari mereka berprofesi sebagai pedagang kaki lima dan nelayan adalah untuk mempertahankan hidupnya, sehingga apapun jenjang pendidikan yang mereka miliki bukan merupakan jaminan bahwa mereka termotivasi lebih kuat. Pembuktian Hipotesis Ketiga : Dengan uji jumlah jenjang Wilcoxon diperoleh nilai Σ R 1 = 807,5 dan Σ R2 = 570,5. Oleh karena itu nilai yang terkecil yang digunakan yaitu Σ R 2 = 570,5. Kemudian nilai ini dimasukkan pada rumus Z sehingga didapatkan Z hitung sebesar 2,17. Setelah dibandingkan dengan Z tabel pada 0,05 didapatkan nilai Z hitung > Z tabel (2,17 > 0,9850). Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan motivasi kerja kelompok responden pedagang kaki lima dan kelompok responden nelayan. Ternyata motivasi kerja pedagang kaki lima lebih kuat dari pada motivasi kerja nelayan. Dengan demikian hipotesis ketiga ternyata terbukti secara signifikan bahwa antara motivasi kerja pedagang kaki lima lebih kuat dibandingkan dengan motivasi kerja para nelayan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa para pedagang kaki lima dalam menjalankan usahanya harus bekerja keras oleh karena sifat pekerjaannya menuntut kerja keras seperti itu. Hanya dengan bekerja keras pedagang kaki lima akan mendapatkan penghasilan dan akhirnya dapat mempertahankan hidupnya di Surabaya. Berbeda sekali dengan pekerjaan responden kelompok nelayan. Alam dalam hal ini laut telah menyediakan apa yang harus mereka cari. Dengan kata lain meskipun mereka bekerja apa adanya, mereka tetap akan mendapatkan penghasilan dari hasil-hasil laut yang mereka cari. Perbedaan motivasi kerja dari kedua kelompok responden ini sebenarnya tidak terlalu mencolok dan bahkan keduannya termasuk dalam kategori kuat. Namun yang membedakannya adalah prosentasenya yaitu masing-masing untuk kelompok pedagang kaki lima 83,51 % dan kelompok nelayan 78,79 % Analisis Perbedaan Motivasi Kerja (Soebari Martoatmodjo) 385
Pembuktian Hipotesis Keempat : Hubungan antara unsur-unsur motivasi dengan motivasi kerja dari kedua kelompok responden yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri diuji dengan uji koefisien korelasi jenjang Spearman dan hasilnya adalan sebagai berikut : Tabel 6 Perbandingan Nilai t Dan rs Dari Kedua Kelompok Responden NO
1 2 3 4 5
UNSUR MOTIVASI
Kebutuhan fisiologis Kebutuhan keamanan Kebutuhan sosial Kebutuhan penghargaan Kebutuhan aktualisasi diri
PEDAGANG KAKI LIMA rs t 0,60 3,67 0,83 7,28 0,89 956 0,77 5,91 0,62 3,87
NELAYAN rs 0,17 0,67 0,44 0,62 0,71
t 0,84 4,42 2,40 3,87 4,96
Catatan : rs = Koefisian korelasi jenjang Spearman t = t student Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk kelompok pedagang kaki lima semua unsur motivasi berhubungan secara signifikan dengan motivasi kerja mereka. Ini dapat dibuktikan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel pada 0,05 sebesar 2,064. Dari tabel tersebut diatas tercatat nilai t hitung semua unsur motivasi > t tabel. Untuk para nelayan satu unsur motivasi tercatat tidak berhubungan secara signifikan dengan motivasi kerjanya. Terlihat dalam tabel bahwa t hitung untuk unsur kebutuhan fisiologis sebesar 0,84. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 2,064, maka terbukti hubungannya tidak secara nyata. Namun demikian unsur-unsur motivasi lain yaitu kebutuhan sosial, kebutuhan keamanan, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri nilai t hitung > dari t tabel. Sehingga hubungannya dengan motivasi kerja dapat disimpulkan secara nyata. Implikasi dari hitungan tersebut diatas khususnya untuk nelayan ternyata ada satu unsur motivasi yang memenuhi hipotesis A.H.Maslow yaitu unsur kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi sehingga unsur ini sudah tidak menjadi motivator lagi untuk perilaku mereka khususnya motivasi kerjanya.
386 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001
7. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan Dari penelitian ini dapat diajukan simpulan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat hubungan secara nyata antara jenjang pendidikan responden dengan motivasi kerja. 2. Motivasi kerja dari kedua kelompok responden tergolong dalam kategori kuat. 3. Terdapat perbedaan signifikan motivasi kerja kelompok pedagang kaki lima dengan kelompok nelayan. 4. Semua unsur motivasi berhubungan secara nyata dengan motivasi kerja para pedagang kaki lima. Sementara itu ada satu unsur motivasi kerja yaitu unsur kebutuhan fisiologis dari para nelayan tidak berhubungan secara nyata dengan motivasi kerja mereka. Namun demikian keempat unsur motivasi kerja berhubungan secara nyata dengan motivasi kerja mereka. b. Saran Dalam rangka mendorong mereka untuk memotivasi diri lebih baik disarankan mereka (kedua kelompok responden) diberikan pelatihan-pelatihan yang dapat memacu motivasinya yaitu dengan cara memberikan pelatihan Achievement Motivation Training (AMT). Dengan demikian diharapkan mereka akan dapat mempertahankan mata pencahariannya dan sekaligus membuat mereka dapat bertahan hidup dalam suasana krisis ekonomi seperti sekarang ini.
8. DAFTAR BACAAN
As’ad M., 1987, Psikologi Industri, Liberty Yogyakarta. Dajan A, 1993, Pengantar Metode Statistik Jilid I, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial , Jakarta. Djarwanto P.S, 1991, Statistik Non Parametik , BPFE UGM Yogyakarta. ___________, 1992, Kumpulan Soal dan Penyelesaiannya Statistik Non Parametik, BPFE UGM, Yogyakarta. Gelemans, Soul W, 1976, Managing and Subordinats, Kensdale, Illinois Dryden Press. Green E. Paul et al, 1991, Research For Marketing Decision, Prentice Hall International Edition. Analisis Perbedaan Motivasi Kerja (Soebari Martoatmodjo) 387
Mubiyarto, 1997, Ekonomi Rakyat Program IDT & Demokrasi Ekonomi, Aditya Media, Yogyakarta. Maslow, A.H, 1970, Motivation and Personality, Harver and Row Publisher New York. Robbins P Stephen, 1991, Organizational Behavior, Concept, Coutioversies and Aplication, Fifth Edition Prentice Hall International Edition. Sastrodiningrat, Subagyo dkk, 1993, Perilaku Administrasi I, Universitas Terbuka, Jakarta. Siagian, P Sondang, 1982, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Gunung Agung, Jakarta. Siegel S, 1986, Non Parametic Statistic For The Behavioral Sciences, Terjemahan Zamrawi Suyuti dan Landung Simatupang, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Sugiyono, 1999, Statistik Non Parametis Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung
388 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001