MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
ANALISIS PERBANDINGAN RASIO RETURN ON ASSETS PADA BANK BJB DAN BANK BUKOPIN
Sofyan Marwansyah Program Studi Manajemen Administrasi Akademi Sekretari dan Manajemen BSI Jakarta
[email protected]
ABSTRACT The bank's financial statements show the financial condition of banks overall. Based on the report can be calculated a number of financial ratios which is commonly used as the basis of assessment the health of banks and assessment of bank performance. Financial ratios that can be used as the analysis is profitability ratio. methods of data collection are observation, interviews and documentation. The data used is secondary data from the consolidated balance sheet, consolidated statements and reports asset quality of BJB bank and Bukopin Bank. The purpose of the research are to determine homogeneity of variance and analyze differences in profitability ratio of BJB bank and Bukopin bank period 2010 to 2014 by using ratio analysis ROA, BOPO and NIM and data analysis techniques used homogeneity of variance test and independent samples t-test. The results showed that variance of ROA BJB bank and Bukopin bank have equal variances with calculated F value of 1,274 and P-value of 0,289 and thereis differences mean of the ROA significant with t value of 4,614> 2,306 Keywords : Financial ratio, Profitability ratio, ROA I.
PENDAHULUAN
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat untuk memperkirakan / mengetahui kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan publik meningkat nilai perusahaan akan semakin tinggi. Selain itu dengan analisis rasio keuangan dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan perusahaan. Rasio keuangan yang dapat dijadikan analisis salah satunya adalah rasio rentabilitas. Rasio rentabilitas merupakan rasio untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba, dimana tujuan dari setiap perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan. Faktor rentabilitas merupakan faktor terpenting bagi parakreditur, karena merupakan jaminan utama bagi para kreditur. Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi rasio Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama. PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau dikenal dengan sebutan bank BJB dan PT. Bank Bukopin Tbk merupakan Bank Umum di Indonesia yang apabila di lihat dari
sizeatau ukuran perusahaan yang digambarkan oleh total aset, kedua bank ini merupakan bank yang sebanding. Mewengkang (2013:78) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ratarata rasio likuiditas, bank pemerintah dan bank swasta Parwita (2008:112) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rasio ROA, ROE dan LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2006 hingga 2007 Marwansyah (2016:167) menyatakan bahwa Berdasarkan uji levene diperoleh informasi bahwa rasio NPM dan ROA memliki Varians yang sama pada Bank BUMN. II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan banyak digunakan oleh calon investor. Analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan. Wardiah (2013:293) mendefinisikan rasio keuangan sebagai berikut : “rasio keuangan adalah ukuran tingkat atau perbandingan antara dua atau lebih variabel keuangan.” Horne dalam Kasmir (2012:104) menyatakan bahwa : “rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
1
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.” Kasmir (2012:104) menyimpulkan bahwa : rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen lain dalam satu laporan keuangan dan angka yang diperbandingkan dapat berupa angkaangka dalam satu periode maupun beberapa periode. Sugiono,dkk (2008:56) mendefinisikan analisa rasio sebagai berikut : “analisis rasio adalah suatu angka yang menunjukan hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana”. Wardiah (2013:293) mendefinisikan analisa rasio sebagai berikut : “analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan penginterprestasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam arti relatif atau absoulut untuk menjelaskan hubungantertentu antara angka yang satu dan angka lain dari suatu laporan keuangan”. A.
Cara Pembandingan Analisis Rasio Keuangan Riyanto (2008:329) mengatakan bahwa dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan 2 (dua) macam cara pembandingan, yaitu: 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri atau rasio standar) untuk waktu yang sama. B.
Jenis-jenis Rasio Keuangan Jenis-jenis rasio keuangan perbankan yang berhubungan dengan kinerja perbankan menurut Wardiah (2013:294), yaitu: 1. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas sangat diperlukan karena modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank untuk mengembangkan usahanya dan menopang risiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengandung risiko serta membiayai penanaman dalam aktiva lainnya. 2. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan likuiditas bank, yaitu kemampuan bank dalam
2
3.
memenuhi kewajiban utang-utangnya, membayar kembali semua depositonya, serta memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas bertujuan mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan.
2.2. Rasio Rentabilitas Kasmir (2012:196) menyatakan bahwa : “rasio rentabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan”. Rivai,dkk (2013:480) mendefinisikan pengertian rentabilitas sebagai berikut : “rentabilitas adalah hasil perolehan investasi (penanaman modal) yang dikatakan dengan persentase dari besarnya investasi”. Wardiah (2013:284) menyatakan bahwa : "rentabilitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba. Dengan kata lain rentabilitas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba". A.
Komponen-komponen Rasio Rentabilitas Rivai,dkk (2013:480) menyatakan bahwa faktor rentabilitas dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen, sebagai berikut: 1. Return on Assets (ROA) ROA adalah kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ROA, adalah:
2.
Semakin besar ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baik posisi bank dari segi penggunaan aset. Return On Equity(ROE) ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ROE, adalah:
3.
4.
Apabila terjadi kenaikan dalam rasio ini, berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Kenaikan ini akan menyebabkan naiknya harga saham bank, yang akan membuat para pemegang saham bank dan para investor di pasar modal ingin membeli saham bank tersebut. Net Interest Margin (NIM) Rasio NIM menunjukan kemampuan aktiva produktif (earning assets) dalam menghasilkan pendapatan bunga. Rasio ini dirumuskan, sebagai berikut:
NIM harus cukup besar untuk menutupi kerugian-kerugian pinjaman, kerugiankerugian sekuritas dan pajak untuk dijadikan profit dan meningkatan pendapatan. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO adalah perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.Rumus rasio BOPO, yaitu:
Semakin kecil rasio BOPO akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup beban operasional dengan pendapatan operasionalnya. 5.
Fee base Income Ratio (FBIR) Fee Base Income Ratio merupakan pendapatan operasional di luar bunga.Fee Base Income Ratio dapat dihitung menggunakan rumus, sebagai berikut:
B.
Standar Komponen Rasio Rentabilitas
Standar komponen rasio rentabilitas menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, adalah:
Tabel 1 :Standar Komponen Rasio Rentabilitas Komponen Rasio Standar Rasio Rentabilitas Return On Assets (ROA) 0,5% - 1,25% Return On Equity (ROE) 5% - 12,5% Net Interest Margin (NIM) 1,5% - 2% Beban Operasional terhadap 94% - 96% Pendapatan Operasional (BOPO) Sumber : Hasil Penelitian (2015) Wardiah (2013:299) menyatakan bahwa “ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas”.ROA berfungsi mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, semakin efesien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi. Muljono dalam Wardiah (2013:299) perubahan rasio ini dapat disebabkan oleh beberapa indikator, diantaranya: 1. Lebih banyak aset yang digunakan, hingga menambah operating income dalam skala yang lebih besar. 2. Adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan portofolio atau surat berharga ke jenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi. 3. Adanya kenaikan tingkat bunga secara umum. 4. Adanya pemanfaatan aset-aset yang semula tidak produktif menjadi aset produktif. Rivai,dkk (2013:480) menyatakan bahwa : “NIM menunjukan kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga”. Semakin besar NIM suatu bank, maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Siamat (2005:230) menyatakan bahwa “aktiva produktif (earning assets) adalah penyediaan dana bank dalam memperoleh penghasilan”. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank, termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya. Dendawijaya (2009:120) mendefinisikan BOPO sebagai berikut : “BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya”.
3
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
1.
2.3. Uji Perbandingan data Uji Homogenitas Varians Kasmadi dan Nia (2014:118) menyatakan bahwa “Uji homogenitas merupakan pengujian asumsi dengan tujuan untuk membuktikan data yang dianalisis berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya (varians)”. Pengujian ini sebagai uji persyaratan berikutnya sebelum penggunaan teknik analisis. Salah satu uji homogenitas yang terkenal yaitu uji Levene (Levene’s test).Uji Levene digunakan untuk menguji apakah sampel sebanyak k memiliki varians yang sama. Adapun rumus uji Levene menurut Uyanto (2009:162), sebagai berikut:
Dengan asumsi kedua varian sama besar (equal variances assumed)
A.
̅
∑ ∑
∑
̅ √
dengan derajat kebebasan : nx + ny – 2 (
√
)
Keterangan : t = Nilai t yang dihitung nx = Besar sampel pertama ny = Besar sampel kedua
̅ ̅
̅
2.
Dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed)
Keterangan : Zij =
̅
̅
√
= Purata (mean) group ke-i = Purata (mean) dari subgrup ke-i
dengan derajat freedom) :
= Purata (mean) keseluruhan data atau purata menyeluruh (overall mean) dari Zij k = Banyaknya kelompok N = Jumlah observasi
(
Uyanto (2009:162) menyatakan bahwa pengambilan keputusan uji Levene adalah H0 ditolak apabila W >
(
kebebasan
of
⁄ )
⁄
⁄
(degree
)
⁄
(
)
Sujarweni (2014:99) menyatakan bahwa pengambilan keputusan uji homogenitas varians, yaitu: 1. Jika Sig F > 0,05 maka Ho diterima 2. Jika Sig F < 0,05 maka Ho ditolak
Sujarweni,dkk (2012:121) menyatakan bahwa varians data sampel dapat dirumuskan, sebagai berikut:
B.
Apabila nilai t0 telah diperoleh, maka langkah pengujian selanjutnya menurut Sudijono (2014:316) adalah sebagai berikut: 1. Memberikan interprestasi terhadap t0 dengan prosedur, sebagai berikut: a. Merumuskan Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak ada (tidak terdapat) perbedaan mean yang signifikan antara Variabel X dan variabel Y”. b. Merumuskan Hipotesis alternatif (Ha) : “Ada (terdapat) perbedaan mean yang signifikan antara Variabel X dan variabel Y”.
Uji t DuaSampel Independen (Independent Samples T-test)
Uyanto (2009:137) menyatakan bahwa "uji t dua sampel independen (independent samples ttest) digunakan untuk membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua sampel yang independen dengan asumsi data berdistribusi normal". Sumanto (2014:70) menyatakan bahwa “Sampel independen adalah sampel yang dibentuk secara random, dibentuk tanpa melalui penjodohan”. Uyanto (2009:160) menyatakan bahwa ada dua rumus untuk uji t dua sampel independen, yaitu:
4
∑
2.
̅
Menguji kebenaran atau kepalsuan kedua hipotesis tersebut dengan membandingkan
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
3.
besarnya t hasil perhitungan (t0) dan t yang tercantum pada Tabel nilai t (tt), denganterlebih dahulu menetapkan degress of freedom atau derajat kebebasannya. Menarik kesimpulan Dengan diperolehnya df atau db, maka dapat dicari harga to pada taraf signifikansi 5% atau 1%. Jika t0 (t hitung) sama besar atau lebih besar daripada tt (t tabel) maka H0 ditolak dan jika t0 lebih kecil daripada tt maka H0 diterima. Menurut Uyanto (2009:138) kriteria untuk menolak atau menerima H0 berdasarkan PValue atau nilai signifikansi, sebagai berikut: a. Jika P-Value< , maka H0 ditolak b. Jika P-Value
, maka Ho diterima
III. METODE PENELITIAN Data penelitian menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan neraca konsolidasi, laporan laba rugi konsolidasi dan laporan kualitas
aktiva produktif bank BJB dan Bank Bukopin periode 2010 – 2014.Metode yang digunakan oleh penulis adalah perbandingan rasio rentabilitas yaitu ROA bank BJB dan Bank Bukopin dengan metode analisis homogenitas varians yaitu uji Levene dan analisis uji t dua sampel independen (independent samples t-test) yang diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics 21. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Return On Assets (ROA) Data mengenai ROA diperoleh dari laporan neraca konsolidasi dan laporan laba rugi konsolidasi dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk dan PT. Bank Bukopin Tbk periode 2010 – 2014. Perhitungan ROA diperoleh dengan cara membandingkan laba sebelum pajak dengan total aset bank di kali 100%.Berikut disajikan besarnya rasio ROA bank BJB dan Bank Bukopin periode 2010 -. 2014:
Tabel 2 : Return On Assets (ROA) bank BJB(dalam jutaan rupiah) Tahun 2010 2011 2012 2013 Laba Sebelum Pajak 1.219.628 1.319.816 1.512.499 1.752.874 Total Aset 43.445.700 54.448.658 70.840.878 70.958.233 ROA (%) 2,81 2,42 2,13 2,47 Sumber: hasil pengolahan data 2016 Keterangan
Tabel 3 : Return On Assets (ROA) bank Bukopin(dalam jutaan rupiah) Tahun 2010 2011 2012 2013 Laba Sebelum Pajak 667.065 940.404 1.059.370 1.193.605 Total Aset 47.489.366 57.183.463 65.689.830 69.457.663 ROA (%) 1,40 1,64 1,61 1,72 Sumber: hasil pengolahan data 2016
2014 1.438.490 75.836.537 1,90
Keterangan
A. 1.
2.
Uji Homogenitas Varians Hipotesa. Ho:Kedua varians Populasi adalah identik (data ROA bank BJB dan data ROA Bank Bukopin memiliki varians yang sama) Ha1:Kedua varians Populasi adalah tidak identik (data ROA bank BJB dan data ROA Bank Bukopin memiliki varians yang berbeda) Penetapan tingkat signifikansi atau taraf nyata ( ) Penetapan tingkat signifikansi dilakukan untuk membuat suatu rencana pengujian agar dapat diketahui batas-batas untuk menentukan pilihan antara Ho dan Ha. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% (0,05). Angka ini dipilih karena
3. 4.
5.
2014 971.121 79.051.663 1,23
merupakan suatu signifikansi yang sudah sering digunakan dalam penelitian dan agar semakin besar peluang untuk menerima pengujian jika dibandingkan dengan tingkat signifikansi 1%. Hipotesis yang digunakan adalah hipotesis dua arah. Menentukan nilai F tabel Sebelum menentukan nilai F tabel, tentukan nilai degrees of freedom (df) terlebih dahulu. Dalam uji F ada dua nilai df yaitu df1 dan df2. Rumus untuk menentukan nilai df1 = k – 1 sedangkan df2 = n – k. Maka df1 = 2 – 1 = 1 dan df2 = 10 – 2 = 8.Sehingga nilai F tabel yang diperoleh dari yaitu sebesar 5,32. Mencari nilai W atau F hitung
5
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
{
}
4.
{
}
(
6.
Mencari nilai t hitung
Menentukan daerah penolakan Ho
√
)
penerimaan
atau
5.
Menentukan penolakan H0
daerah
penerimaan
atau
Gambar 1 : Daerah Penerimaan atau Penolakan Ho Uji F - Rasio Roa Sumber : hasil pengolahan data 2016 7.
B. 1.
2.
3.
6
Membuat keputusan Karena nilai W atau F hitung lebih kecil dari F tabel yaitu 1,274 < 5,32 maka Ho diterima yang berarti kedua varianspopulasi adalah identik, dengan kata laindata ROA bank BJB dan data ROA Bank Bukopin memiliki varians yang sama2. Uji t Dua Sampel Independen (Independent Samples T-test) Hipotesis: Ho:Tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara ROA bankBJB dan ROA Bank Bukopin Ha: Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara ROA bank BJB danROA Bank Bukopin Penetapan tingkat signifikansi atau taraf nyata ( ): Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% atau 0,05 Hipotesis yang digunakan menggunakan ⁄ hipotesis dua arah sehingga ⁄ Menentukan nilai t tabel Sebelum menentukan nilai t tabel, tentukan nilai degrees of freedom (df) terlebih dahulu. Rumus untuk menentukan nilai df, yaitu: Df = (n1+n2) – 2 = (5+5)-2 = 8, Sehingga, nilai t tabel ( ⁄ ) yang diperoleh dari t tabel (0,025;8) adalah 2,306
Gambar 2 : Daerah Penerimaan atau Penolakan. H0 Uji t - Rasio ROA Sumber : hasil pengolahan data 2016 6.
Membuat Keputusan Karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabelyaitu 4,614> 2,306 maka Ho ditolak dan Ha4 diterima yang berarti terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara ROA bank BJB dan ROA Bank Bukopin.
V.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan kesimpulan penelitian, sebagai berikut: 1. Hasil uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene menunjukan bahwa data ROA bank BJB dan data ROA Bank Bukopin memiliki varians yang sama atau kedua varians Populasi adalah identik dengan nilai F hitung 1,274 dannilai F tabel sebesar 5,32 (F hitung < F tabel) . 2. Hasil uji t dua sampel independen (independent samples t-test) menunjukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara ROA bank BJB dan ROA Bank Bukopin dengan nilai t hitung sebesar 4,614 dan nilai t tabel sebesar 2,306 (t hitung > t tabel).
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian untuk dijadikan masukan dan pertimbangan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain: Bank Bukopin sebaiknya memaksimalkan penggunaan seluruh aktiva yang dimiliki dalam kegiatan operasi untuk memperoleh laba yang besar sehingga rasio Return On Assets (ROA) Bank Bukopin semakin baikdan tidak kalah saing dengan bank-bank lainnya. DAFTAR PUSTAKA Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta. Ghalia Indonesia Kasmadi dan Nia Siti Snariah. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung. Alfabeta Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. PT. Rajagrafindo Pesadai Marwansyah, sofyan. 2016. Analisis Perbandingan Rasio Rentabilitas ROA, NPM, ROE Pada Bank BUMN Periode 2007-2015. Prosiding KNIT-2 ISBN no 978-60272850-1-9 Nusa Mandiri Mewengkang, Yves Regina. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional yang tercatat di BEI. Jurnal EMBA Vol.1 No.4. Universitas Sam Ratulangi. Manado
Parwita, siti. 2008. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia. Tesis. Universitas Gunadarma. Depok Rivai, Veithizal, Sofyan Basri, Sarwono Sudarto, Afandy Permata Veithzal. 2013. Commercial Bank Manajemen Perbankan Dari Teori Ke praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Riyanto, Bambang. 2008. Pembelanjaan Perusahaan. BPFE
Dasar-dasar Yogyakarta.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan Perbankan (edisi lima). Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sudijono, Anas. 2014. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers Sugiono, Arief dan Edy Untung. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta. PT Grasindo Sujarweni, V Wiranata dan Poly Endrayanto. 2012. Statistika untuk penelitian. Yogyakarta. Graha Ilmu Sujarweni, Wiranata. 2014. SPSS untuk Penelitian.Yogyakarta. Pustaka Baru Pres Sumanto. 2014. Statistika Terapan. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service) Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta. Wardiah, Mia Lasmi. 2013. Dasar-Dasar Perbankan. Bandung. CV Pustaka Setia
7
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
PENGELOLAAN PEMBIAYAAN KEUANGAN DAN PEMBERIAN KREDIT DALAM PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA
Ratiyah Program Studi Manajemen Perpajakan AMK BSI Jakarta
[email protected]
ABSTRACT UKM currently a priority in the planning stages of development under the supervision of the Ministry of Industry and Trade, and the Ministry of Cooperatives and UKM considering most people more perperan in UKM compared to large businesses. Status of UKM is currently well placed to lift the economy of the people, especially in the era of the MEA, the independence of UKM expected to be achieved in the future so that the development of the people's economy is expected to increase people's income, employment opportunities, and prosperity of the society as a whole. Development of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) are usually accompanied with capital requirements. In these conditions usually UKM can’t develop its business further, due to lack of funds. Hence the importance of capital lending institutions to play a role, as well as put through mentoring. Facilitate access to capital sources will solve the problem of the company's capital needs. The data used are secondary data from Bank Indonesia, BPS and the Ministry of Cooperatives and UKM in the form of monthly data for 2 years ie 2011 and 2012 (time series). Once the data is collected, the data were analyzed using multiple regression method with SPSS version 18.00. Simultaneously we can conclude cost factors such as inflation and interest rates negatively affect asset growth of UKM, while crediting positive effect of increasing the assets of UKM. While in general, these studies have significant influence 0:01, because Fsig value is 0.000, less than the real level. Keywords: Financing Finance, Credit, and Micro Small And Medium Enterprises
I.
PENDAHULUAN
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam pembangunan ekonomi di Indonesia selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduk indonesia masih berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua Kementrian yaitu Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, dan Kementrian Koperasi dan UMKM. Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilaksanakan Pemerintah selama ini masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UMKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UMKM oleh pemerintah belum maksimal dalam pelaksanaanya, lebih banyak hanya merupakan wacana saja, sehingga hasilnya sangat tidak memuaskan. Pada kenyataanya pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir pada semua sektor, antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan,
8
pertanian, dan industri, sedangkan pengusaha kecil dan menengah terlupakan. Terutama dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena semakin terbukanya pasar di dalam negeri dan ketatnya persaingan dipasar bebas di luar negeri (Masyarakat Ekonomi Asia/MEA) merupakan ancaman bagi UMKM, terutama dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar akibat dampak MEA. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan UMKM saat ini dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat terutama dalam era MEA, maka kemandirian UMKM diharapkan dapat tercapai di masa mendatang.Dengan berkembangnya perekonomian rakyat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan. Hasil penelitian Pusat Data dan Informasi Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (tahun 2008) terhadap 69.609 perusahaan industri menunjukkan bahwa sebanyak 19.268 perusahaan mengurangi kegiatan usahanya dan sisanya menghentikan kegiatan usahanya. Akan tetapi tidak semua lini usaha mengalami kebangkrutan di masa krisis. Berbagai penelitian
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
menunjukkan bahwa usaha kecil dan menengah relatif memiliki kekuatan untuk bertahan hidup dibandingkan usaha besar dalam menghadapi goncangan. Dalam hal ini usaha kecil dan menengah memberikan optimisme untuk bertahan dan berkembang, apabila dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan, UMKM dapat berperan sekurang-kurangnya melalui dua saluran. Pertama melalui penciptaan lapangan kerja, karena lapangan kerja merupaka upaya penanggulangan kemiskinan yang efektif dan berkelanjutan (sustainable), dan kedua melalui pengembangan usaha kecil secara langsung dapat memberdayakan masyarakat miskin sehingga potensi usahanya dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemakmuran mereka Hasil penelitian Respatiningsih (2011:12) mengenai UMKM yang berjudul “Manajemen Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)” mengatakan bahwa Intidari masalah yang dihadapi UMKM adalah modal yang tersedia untuk menjalankan bisnisnya. Kunci modal dapat diperoleh dari pinjaman orang lain atau penyedia keuangan. Kredit ini dapat diharapkan menjadi salah satu instrumen penting dalam mengembangkan UMKM. Oleh karena itu, diperlukan professional manajemen kredit dalam pengelolaan kredit. Manajemen kredit adalah suatu cara pengelolaan kredit, mulai dari menyediakan dana kredit sampai pembayarannya. Pengembangan UMKM biasanya diiringi dengan kebutuhan modal. UMKM akan semakin berkembang dikarenakan semakin besarnya peluang usaha yang dapat diakses. Dalam kondisi tersebut biasanya UMKM tidak dapat mengembangkan usahanya lebih jauh lagi, karena kurangnya dukungan dana. Di sinilah pentingnya lembaga pemberi modal memainkan peranannya, sekaligus melalukan pendampingan. Salah satu kelemahan UMKM dan koperasi adalah dalam hal kemampuan permodalan. Oleh karena itu, membantu akses ke sumber permodalan atau penyedia kredit akan memecahkan sebagian masalah kebutuhan permodalan perusahaan. Dalam kenyataannya banyak UMKM memerlukan dana dari sumber permodalan, di lain pihak sumber permodalan memiliki cukup dana untuk disalurkan kepada UMKM, akan tetapi terjadi suatu gap sehingga tidak pernah ketemu dan terjadi transaksi. Kendala-kendala yang menjadi penyebab sulitnya UMKM mengakses sumber permodalan antara lain : tidak saling mengenal antara sumber permodalan dengan UMKM, adanya perbedaan kebiasaan dimana para pengusaha UMKM tidak terlalu akrab dengan pembukuan sementara dilain pihak perbankan sangat akrab dengan pembukuan, ketidak mampuan menyusun kelayakan usaha termasuk
sulitnya memenuhi persyaratan administratif yang diminta pihak pemilik dana.Suatu hal yang wajar apabila pemilik dana dalam memberikan pendanaan kepada pihak lain dengan sangat hatihati, sebab siapapun dalam melepaskan dananya berharap bahwa dana itu aman, dalam arti dana yang disalurkan dijamin akan kembali dan sekaligus memperoleh keuntungan daripadanya. Tanpa adanya saling mengenal tidak mungkin pemilik dana memberikannya kepada pihak lain. Oleh karena itu kemampuan menyusun studi kelayakan menjadi sangat penting, sebab mungkin saja sebenarnya usaha yang akan dibiayai itu sangat potensial dan akan mampu memberikan keuntungan yang besar, akan tetapi karena penyajian dalam studi kelayakannya tidak menggambarkan potensi ril kalau usaha itu dibiayai, maka sumber permodalan tidak mau memberikan pendanaan. Dengan perkataan lain walaupun usaha itu akan memberikan keuntungan yang besar, tapi kalau kelayakan usahanya tidak mampu meyakinkan sumber permodalan, maka usaha itu tidak akan didanai. Upaya-upaya yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: mempertemukan UMKM dengan para pemilik dana, memberikan pelatihan pembukuan dan penyusunan studi kelayakan usaha atau proposal pengajuan dana. II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Mikro (UMKM)
Kecil
dan
Menengah
A.
Pengertian UMKM Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, mendefinisikan tentangUsaha Mikroyaitu usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi Usaha Mikro, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, mendefinisikan tentang Usaha Kecil yaitu Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.
9
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 98 tahun 2014menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. B.
Kriteria UMKM Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM memiliki kritreria sebagai berikut: 1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000. 2.
3.
10
Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000, sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria: a. Memiliki hasil kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000. Kriteria UMKM menurut Bank Indonesia (2003) adalah: 1. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kriteria: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha). b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1miliar. c. Milik WNI. d. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. 2.
C.
Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kriteria: a. Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000 samapai paling banyak Rp. 10.000.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha). b. Milik WNI. c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. d. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum.
Tujuan Pemberdayaan UMKM Tujuan pemberdayaan UMKM yang telah tertuang pada pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM yaitu : 1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan; 2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan;
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
3.
Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
daerah dalam meningkatkan ekonomi di indonesia.
pembangunan
2.2. Hubungan Fungsi Biaya dengan Aset A.
D.
Peran UMKM dalam Pembangunan Ekonomi UMKM harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah, oleh karena pertumbuhan UMKM setiap tahun mengalami peningkatan, dimana jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 48,9 Juta unit, dan terbukti memberikan kontribusi 53,28% terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja. UMKM juga merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional hanya 56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UMKM memberi kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Namun dalam kenyataannya selama ini UMKM kurang mendapatkan perhatian. Berdasarkan data dari kementerian Negara Koperasi dan UMKM, lembaga menurut Inpres no. 163 Tahun 2000 bertanggung jawab merumuskan kebijakan pembinaan usaha kecil – menengah, tahun 2000 saja sekurangnya ada 39 juta pelaku usaha kecil, 900.000 usaha menengah dan hanya sekitar 57.00 perusahaan besar. Dari jumlah tersebut setidaknya 74,4 juta tenaga kerja terserap. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun daerah sudah waktunya memberikan perhatian lebih besar kepada jenis usaha kecilmenengah ini.Sepanjang 2008-2012, kumulatif pertumbuhan PDB migas UMKM lebih baik daripada tingkat pertumbuhan usaha besar, walaupun pertumbuhan PDB usaha besar cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Bila dicermati dari tingkat pertumbuhan PDB tanpa migas, pertumbuhan PDB usaha besar lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB UMKM. Ini menunjukkan pertumbuhan PDB migas yang umumnya dikelola oleh usaha besar mengalami penurunan setiap tahunnya. UMKM memiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat baik nasional maupun di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi perkembangan UMKM dalam mempercepat pembangunan. Berdasarkan penjelasan diatas maka jelas keberadaan UMKM sangat strategis baik secara nasional maupun di
Hubungan Fungsi Biaya dan Penerimaan pada UMKM Keynes dalam Dumairy (2013:56) menerangkan bahwa biaya atau ongkos dalam pengertian secara ekonomis merupakan beban yang harus dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan jasa sampai barang tersebut siap untuk dikonsumsi. Biaya merupakan fungsi dari jumlah produksi, dengan notasi C = f(Q), dimanaC = biaya total dan Q = jumlah produksi. Fungsi biaya merupakan hubungan antara biaya dengan jumlah produksi yang dihasilkan.Fungsi biaya dapat digambarkan ke dalam kurva dan kurva biaya menggambarkan titik-titik kemungkinan bsarnya biaya di berbagai tingkat produksi. Dalam membicarakan biaya ada beberapa macam biaya, yaitu: 1. Biaya Total (Total Cost = TC = C). 2. Biaya Variabel (Variable Cost = VC). 3. Biaya Tetap (Fixed Cost = FC). 4. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost = AC). 5. Biaya Variabel Rata Rata (Average Variable Cost = AVC). 6. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC). 7. Biaya Marginal. Biaya dalam UMKM dapat terbagi-bagi sesuai dengan tujuan, ada biaya variabel dan ada juga biaya tetap.Salah satu biaya dalam operasional suatu bisnis adalah beban bunga dan beban inflasi yang harus ditanggung. Penganalisaan biaya umumnya tidak terlepas dari analisa penerimaan atau revenue atau total revenue. Pengertian revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu. Secara matematik total revenuedirumuskan sebagai berikut: TR = P.Q Dimana: TR = Penerimaan Total, P = Harga Barang Q = Jumlah barang yang dijual. Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan TC) dapat diketahui beberapa kemungkinan diantaranya: TR < TC = Keadaan untung / laba. TR = TC = Keadaan Break Even Point. TR>TC = Keadaan rugi. Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat dilihat bahwa, fungsi penerimaan berkaitan erat
11
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
dengan fungsi permintaan atas suatu barang yang ditawarkan. Hubungan Fungsi Permintaan dengan Aset pada UMKM Sugiyono (2012:60) menjelaskan bahwafungsi permintaan sesungguhnya menunjukkan hubungan antara variabel tidak bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel tidak bebas. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut : Qa = f (PA, PB-Z, I, T, A, N ) Keterangan : Qa = Jumlah barang yang diminta PA = Harga barang A PB-Z = Harga barang lain I = Tingkat pendapatan konsumen T = Selera A = Pengeluaran perusahaan untuk advertensi N = Jumlah penduduk Berdasarkan fungsi permintaan maka dapat diturunkan fungsi penerimaan diatas, dimana barang yang semakin diminati maka akan semakin tinggi penjualannya, dan penjualan yang semakin tinggi akan membuat laba semakin tinggi dan pada akhirnya membuat aset suatuusaha semakin bertambah, hal tersebut umum terjadi pada semua jenis usaha, termasuk pada UMKM.
Unsur-Unsur Kredit Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Kasmir (2011:96) adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang, atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. 2. Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. 4. Resiko Akibat adanya tenggang waktu maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatukredit. 5. Balas jasa Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit yang kita kenal dengan nama bunga.
2.3. Kredit
C.
B.
A.
Pengertian Kredit Ikatan Akuntan Indonesia (2009:31) mendefinisikan kredit sebagai berikut: Kredit adalah pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA). Tujuan penyaluran kredit, antara lain adalah untuk : 1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit 2. Memanfaatkan dan memproduktifkan danadana yang ada 3. Melaksanakan kegiatan operasional bank 4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat 5. Memperlancar lalu lintas pembayaran 6. Menambah modal kerja perusahaan 7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
12
B.
Fungsi dan Tujuan Kredit Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi kreditmenurut Rivai (2013:200) di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang. 2. Meningkatkanutility (daya guna) suatu barang. 3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. 4. Menimbulkan gairah berusaha masyarakat. 5. Alat stabilitas ekonomi. 6. Jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. 7. Sebagai alat meningkatkan hubungan ekonomi internasional. Tujuan pemberian kredit menurut Kasmir (2011:105) adalah sebagai berikut : 1. Mencari keuntungan Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang di bebankan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
3.
dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Membantu pemerintah Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang.
D.
Jenis-Jenis Kredit Ditinjau dari segi tujuan, kredit dibagi menjadi tiga, yaitu : (Kasmir,2011:105) 1. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha produksi atau investasi untuk menghasilkan barang dan jasa. 2. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi misalnya kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi. 3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunaka untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualannya. Ditinjau dari segi jaminan kredit dibagi menjadi dua, yaitu: (Kasmir,2011:107) 1. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan yang dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. 2. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. E.
Penyaluran Kredit Penyaluran kredit menurut Ismail (2010:26) adalah kegiatan penyaluran dana dari bank kepada nasabah (debitur), dan nasabah wajib untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah Diperjanjikan. Sedangkan menurut Sutojo (2008:18), besarnya pengalokasian dana bank dalam penyaluran kredit menjadikan account officer harus memberikan perhatiankhusus dalam analisis kredit agar tidak terjadi risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha atau ketidakmampuan bayar atau karena ketidaksediaan membayar yang menyebabkan timbulnya kredit bermasalah. Dalam kasus kredit bermasalah, ada kemungkinan kreditur terpaksa melakukan tindakan hukum, atau menderita kerugian dalam jumlah yang jauh lebih besar dari jumlah yang diperkirakan. F. Analisis Kredit Rivai (2013:217)mengemukakan“analisis kredit adalah penelitian yang dilakukan oleh account officer terhadap kelayakan perusahaan, kelayakan usaha nasabah, kebutuhan kredit, kemampuan menghasilkan laba, sumber pelunasan kredit serta jaminan yang tersedia untuk mengcover permohonan kredit.” Sebelum kredit
diberikan, bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benarbenar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali. Menurut Ismail (2010:111), analisis kredit adalah suatu proses analisis kredit yang dilakukan oleh bank untuk menilai suatu permohonan kredit yang telah diajukan oleh calon debitur. Analisis yang baik akan menghasilkan keputusan yang tepat, sehingga tujuan utama analisis kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah usaha nasabah layak, nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara baik, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Hal ini terjadi karena dalam pemberian kredit bank menghadapi risiko, yaitu tidak kembalinya uang yang dipinjamkan. Hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis kredit adalah kemauan dan kemampuan dari nasabah itu untuk memenuhi kewajibannya (Rivai, 2013:197). Menurut Kasmir (2011:117) dalam melakukan penilaian kriteriakriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang di tetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank.Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5C dan 7P. Penilaian dengan analisis 5C menurut Fahmi dan Hadi (2010:3) adalah sebagai berikut : 1. Character Hal ini menyangkut sisi psikologis calon debitur, yaitu karakteristik atau sifat yang dimilikinya, seperti latar belakang keluarga, hobi, cara hidup yang dijalani, kebiasaankebiasaannya, dan lain-lain. 2. Capacity Hal ini berhubungan dengan kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya, terutama pada masa-masa sulit, sehingga akan diketahui apakah ia memiliki kemampuan membayar atau tidak. 3. Capital Hal ini menyangkut kemampuan modal yang dimiliki oleh seseorang pada saat Ia melaksanakan bisnisnya tersebut. 4. Collateral Yaitu barang atau sesuatu yang dijadikan jaminan pada saat seseorang akan melakukan pinjaman dana dalam bentuk kredit ke sebuah perbankan atau leasing. 5. Condition of economy Merupakan kondisi perekonomian yang tengah berlangsung di suatu negara.
13
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
Analisis 7P kredit menurut Kasmir (2011:117) dengan unsur penilaian sebagai berikut: 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya seharihari maupun kepribadiannya masa lalu. 2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. 3. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. 4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemapuan nasabah dalam mencari laba. 7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.
Ŷ
= Pertumbuhan Aset UMKM = Inflasi = Suku Bunga = Pemberian Kredit
C.
Metode Analisis Data Analisa data dilakukan setelah data terkumpul, dengan menggunakan metode regresi berganda dan memanfaatkan bantuan software SPSS versi 18.00.Hasil analisa olah data tersebut kemudian dianalisa. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ŷ a b1
1
b2
Dimana : a b1,b2,b3,b4 X1, X2, X3, X4 Ŷ
2
b3
3
b4
4
e
= Konstanta = Koefisien Regresi = Variabel Independen = Varibel Dependent
3.3. Hipotesis
III. METODE PENELITIAN
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis I H0 : β1 β2 β3 = 0 : Tidak ada pengaruh secara bersama-sama inflasi, suku bunga dan pemberian kredit terhadap pertumbuhan aset UMKM di Indonesia. H1 : β1 ≠ 0,β2 ≠ 0, β3 ≠ 0: Ada pengaruh secara bersama-sama inflasi, suku bunga dan pemberian kredit terhadap pertumbuhan aset UMKM di Indonesia. - Ho diterima, apabila F hit < F tabel - Ho ditolak, apabila F hit > F tabel
3.1. Objek Penelitian
2.
Hipotesis II H0: β1 = 0 : Tidak ada pengaruh secara parsial inflasi terhadap pertumbuhan aset UMKM di Indonesia. H1 : β1 ≠ 0 : Ada pengaruh secara parsial inflasi terhadap pertumbuhan aset UMKM di Indonesia. - Ho diterima, apabila t hit < t tabel - Ho ditolak, apabila t hit > t tabel
3.
Hipotesis III H0 : β2 = 0 : Tidak ada pengaruh secara parsial suku bunga terhadap pertumbuhan aset UMKM di Indonesia. H1 : β2 ≠ 0 : Ada pengaruh secara parsial suku bunga terhadap pertumbuhan aset UMKM di Indonesia. − Ho diterima, apabila t hit < t table − Ho ditolak, apabila t hit > t table
Objek penelitian ini adalah UMKM dan perkembangan ekonomi ditinjau dari sisi inflasi dan suku bunga komersial untuk kredit. 3.2. Metode Penelitian A.
Jenis Data penelitian Data yang digunakan adalah data sekunder dari Bank Indonesia, BPS dan Kementrian Koperasi dan UMKM, data yang dikumpulkan adalah data bulanan selama 2 tahun yakni tahun 2011 dan 2012 (data time series). B.
Model Penelitian Berdasarkan tinjauan teori tersebut diatas, maka model dalam penelitian ini adalah :
Dimana :
14
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
4.
Hipotesis IV H0 : β3 = 0 : Tidak ada pengaruh secara parsial pemberian kredit terhadap pertumbuhan aset UMKM di Indonesia. H1 : β3 ≠ 0 : Ada pengaruh secara parsial pemberian kredit terhadap pertumbuhan aset UMKM di Indonesia. − Ho diterima, apabila t hit < t table − Ho ditolak, apabila t hit > t table
Penduga Sb dapat dicari melalui :
√ Penduga model diatas dapat juga diguakan untuk mencari penduga Se.
3.4. Uji Parameter Prediksi Parameter prediksi antara variabel bebas (Independen Variable) dan variabel terikat (Dependen Variable) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Model Regresi Parsial Regresi secara parsial dapat dirumuskan sebagai berikut: ̂ , dimana ̂ adalah Dependen Variable dan e adalah kesalahan acak (random error).Random error ini mencerminkan sifat perilaku acak dari pelaku yang diamati. Parameter dan dapat dirumuskan melalui metode OLS (Ordinary Least Square), sebagai berikut :
2.
Prediksi Parsial (Bivariat) Regresi bivariat antara Independen Variable terhadap Dependen Variable, melalui penduga thitung dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Parameter
̂ a, b1, b2, bk X1, X2, Xn E 3.
=
Variabel dependen (nilai duga Y)
=
Koefisien regresi
=
Variabel independen
=
Kesalahan acak (random error)
Parameter Prediksi Multivariat Model Regresi Multivariat, secara eksplisit dirumuskan sebagai berikut: ̂ Dimana: Nilai duga dari penduga Y (prediksi Y), dapat dilakukan dengan mengganti dua atau tiga variabel atau lebih dari variabel independen. Estimasi dua Variabel Independen, dirumuskan sebagai berikut ̂ Melalui metode OLS (Metode Kuadrat Terkecil), penduga parameter tersebut dapat dicari melalui:
Penduga Sa , dapat dicari melalui : √
Persamaan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan penduga Se, adalah sebagai berikut :
Penulisanuntukmelakukanpengujiansignifika nsiRegresiMultivariat adalahsebagaiberikut :
R2 dapat diperoleh, melalui parameter :
√
b. Parameter
Kriteriapengujiandapatditulissebagaiberikut : − Ho diterima, apabila F hit < F α − Ho ditolak, apabila F hit > F α
15
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
Dalam upaya melakukan pendugaan dan pengujian signifikansi parameter Regresi Multivariat, dapat pula dicari melalui parameter Kesalahan Baku Regresi:
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif
√
Dimana : n = Jumlah Pasangan Observed. m = Jumlah Konstanta dalam parameter Regresi Multivariat. Berdasarkan parameter, tiga variabel koefisien b1 dan b2, kesalahan bakunya dapat diselesaikan sebagai berikut : √
Statistik deskriftif merupakan upaya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang data yang dikumpulkan dari sampel penelitian, Hasil pengolahan data statistik deskriptif dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 pada data penelitian mulai Januari 2011 sampai Desember 2012. A.
Perkembangan Aset UMKM di Indonesia Perkembangan aset UMKM di Indonesia berdasarkan data dari Bank Indonesia periode 2011-2012 secara bulanan dapat dilihat pada gambar 1
√
Gambar 1 : Perkembangan Aset UMKM Di Indonesia Periode 2011-2012 Sumber:Hasil Pengolahan data (2015) Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, secara umum aset UMKM mengalami penurunan dan lebih rendah jika dibandingkan dengan aset UMKM pada tahun 2011
16
B.
Perkembangan Inflasi Indonesia Data perkembangan Inflasi di Indonesia berdarkan BPS periode 2011-2012 secara bulanan dapat dilihat pada tabel berikut :
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
Gambar 2 :Perkembangan Inflasi Di Indonesia Periode 2011-2012 Sumber : Hasil Pengolahan Data (2015) Berdasarkan gambar 2, dapat disimpulkan bahwa inflasi di Indonesia tiap bulannya tidak stabil atau naik turun tergantung pada siklus ekonomi, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 2011, sedangkan terendah pada bulan Maret 2012.
C.
Perkembangan Suku Bunga Komersial Perbankan di Indonesia Perkembangan suku bunga komersil di Indonesia berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) tahun 2011-2012 adalah:
Gambar 3 :Perkembangan Suku Bunga Komersil Di Indonesia Periode 2011-2012 Sumber:Hasil Pengolahan Data (2015) Berdasarkan gambar 3, terlihat bahwa suku bunga komersial di Indonesia pada tahun 2012 lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2011.
D.
Pertumbuhan Kredit Perbankan pada UMKM Indonesia Perkembangan kredit perbankan kepada UMKM di Indonesia berdasarkan data dari Bank Indonesia(BI) tahun 2011-2012 sebagai berikut:
Gambar 4 : Perkembangan Kredit Perbankan Kepada UMKM Di Indonesia Periode 2011-2012 Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015)
17
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
Berdasarkan gambar 4, kredit perbankan Indonesia kepada UMKM di Indonesia tidak mengalami penurunan atau kenaikan selama kurun waktu 2011-2012. 4.2. Hasil Analisis Data
A.
Pengaruh secara Simultan
Secara simultan, pengaruh inflasi, suku bunga dan pemberian kredit terhadap perkembangan aset UMKM dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 : Pengaruh inflasi, suku bunga dan pemberian kredit terhadap perkembangan aset UMKM Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standarized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 1728732.978 173106.810 Inflasi -1088.205 1753.401 -.059 Suku Bunga -137919.343 14667.377 -.888 Kredit UMKM 7.812 4.075 .181 Model
t
Sig.
9.987 .000 -.621 .542 -9.403.000 1.917 .070
a. Dependent Variable: Aset UMKM Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015) Berdasarkan tabel 1, dapat bahwapersamaan yang terbentuk adalah :
dilihat
Y = 1728732,978–1088.205 X1 –137919.343 X2 +7,812 X3 + e
Secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor biayaseperti inflasi berpengaruh negatif, begitupulasuku bunga berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan aset UMKM, sedangkan pemberian kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan aset UMKM. Secara umum, penelitian ini berpengaruh signifikan pada taraf nyata 0.01, sebab nilai Fsig adalah 0.000, lebih kecil dari taraf nyata, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 : Regresi Linier Berganda ANOVA
b
Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 4.136E10 8.612E9 4.997E10
df 3 20 23
Mean Square 1.379E10 4.306E8
F 32.015
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Kredit UMKM, Suku Bunga, Inflasi b. Dependent Variable: Aset UMKM Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015) Koefisien determinasi persamaan simultan dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3 : Koefisien Determinasi Model Summary Model Dimention
1
R .910a
R Square .828
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .802 20750.41052
a. Predictors: (Constant), Kredit UMKM, Suku Bunga, Inflasi Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015) Berdasarkan hasil olah data koefisien determinasi adalah 0.828, artinya model berpengaruh sebesar 82.8 persen, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh 18 faktor lain.
B.
Hasil Analisa Pengaruh Parsial Inflasi terhadap Aset UMKM Hasil olah data persamaan parsial pertama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 : Pengaruh Parsial Inflasi terhadap Aset UMKM Coefficients
a
Model 1
18
(Constant) Inflasi
Unstandardized Coefficients B Std. Error 448830.407 9735.084 984.571 3895.531
Standarized Coefficients Beta .054
t 46.104 .253
Sig. .000 .803
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL 2016
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error 448830.407 9735.084 984.571 3895.531
Model 1
(Constant) Inflasi
Standarized Coefficients Beta
t
Sig.
46.104 .253
.054
.000 .803
a. Dependent Variable: Aset UMKM Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015) Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa persamaan yang terbentuk adalah :
nyata 0.01, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan pada persamaan ini.
Y = 448830,407+ 984.571 X1 + e
C.
Berbeda jika dilakukan secara sendirian, pengaruh inflasi justru positif terhadap pertumbuhan aset UMKM, tapi tidak signifikan sebab nilai t sig adalah 0.803, lebih besar dari taraf
Hasil olah data persamaan parsial kedua dapat dilihat pada tabel berikut :
Hasil Analisa Pengaruh Parsial Suku Bunga terhadap Aset UMKM
Tabel 5 : Pengaruh Parsial Suku Bunga Terhadap Aset UMKM Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standarized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1868155.020 157341.957 11.873 .000 Suku Bunga -137836.542 15272.179 -.887 -9.025 .000 Model
a. Dependent Variable: Aset UMKM Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015) Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa persamaan yang terbentuk adalah:
0.01.Sehinggapengaruhnya perlu mendapatkan perhatian lebih terhadap kelangsungan usaha UMKM.
Y = 1868155,020 –137836,542 X2 + e D. Sama dengan jika dilakukan secara sendirian, pengaruh suku bunga negatif terhadap pertumbuhan aset UMKM, dan signifikan sebab nilai t sig adalah 0.000, lebih kecil dari taraf nyata
Hasil Analisa Pengaruh Parsial Pemberian Kredit terhadap Aset UMKM Hasil olah data persamaan parsial ketiga dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel6 : Pengaruh Parsial Pemberian Kredit terhadap Aset UMKM Coefficientsa Model 1
(Constant) Kredit UMKM
Unstandardized Coefficients B Std. Error 265618.737 160171.149 10.208 8.916
Standarized Coefficients Beta .237
t
Sig.
1.658 .111 1.145 .265
a. Dependent Variable: Aset UMKM Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015) Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa persamaan yang terbentuk adalah:
V.
Y = 265618,737 +10,208 X3 + e
1.
Sama dengan jika dilakukan secara sendirian, pengaruh pemberian kredit positif terhadap pertumbuhan aset UMKM, dan tidak signifikan sebab nilai t sig adalah 0.265, lebih besar dari taraf nyata 0.01. sehingga pengaruhnya sehingga pengaruhnya dapat diabaikan pada persamaan ini.
PENUTUP Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Secara umum dapat disimpulkan faktor biayaseperti inflasi dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan aset UMKM, sedangkan pemberian kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan aset UMKM. Sedangkan secara umum, penelitian ini berpengaruh signifikan 0.01, sebab nilai Fsig adalah 0.000, lebih kecil dari taraf nyata.
19
MONETER, VOL. III NO. 1APRIL2016
2.
3.
4.
Secara parsial, inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan aset UMKM, tapi tidak signifikan sebab nilai t sig adalah 0.803, lebih besar dari taraf nyata 0.01. sehingga pengaruhnya dapat diabaikan pada persamaan ini. Secara parsial, suku bunga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan aset UMKM, dan signifikan sebab nilai t sig adalah 0.000, lebih kecil dari taraf nyata 0.01. sehingga pengaruhnya perlu mendapatkan perhatian lebih terhadap kelangsungan usaha UMKM. Secara parsial, pemberian kredit berpengaruh positif terhadap pertumbuhan aset UMKM, dan tidak signifikan sebab nilai t sig adalah 0.265,lebih besar dari taraf nyata 0.01. sehingga pengaruhnya sehingga pengaruhnya dapat diabaikan pada persamaan ini.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba Empat. Instruksi Presiden No.163 tahun 2000 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Ismail. 2010. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan: Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2014. Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil. Diambil dari : www.hukumonline.com/pusatdata/downloadf ile/lt54227cfce4168/
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2016. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Diambil dari: https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/170 Bank Indonesia. 2003. Pemberdayaan Konsultan Keuangan / Pendamping UMKM Mitra Bank. Jakarta. Dumairy. 2013. Matematika Terapan Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Edisi ke dua. Yogyakarta. BPFE. Fahmi, Irham. Dan Larasati Hadi, Yovi. 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan. Bandung. Alfabeta.
20
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. 2013. Credit Management Handbook. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sutojo, Siswanto. 2008. Menangani Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus. Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka. Undang-undang No.20 tahun 2008.UMKM.Diambil dari: www.bi.go.id/id/tentangbi/uubi/Documents/ UU20Tahun2008UMKM.pdf Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung : ALFABETA.