ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA PENGGANTIAN CACHE PADA SQUID BERDASARKAN PARAMETER REQUEST HIT RATIO ( MENGGUNAKAN APLIKASI CALAMARIS )
Naskah Publikasi
diajukan oleh Ali Mardi 05.11.0879
kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011
i
ii
ANALYSIS COMPARATIVE PERFORMACE OF CACHE REPLACEMENT ALGORITHM ON SQUID BASED ON PARAMETER REQUEST HIT RATIO ( USING APPLICATION CALAMARIS ) ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA PENGGANTIAN CACHE PADA SQUID BERDASARKAN PARAMETER REQUEST HIT RATIO ( MENGGUNAKAN APLIKASI CALAMARIS )
Ali Mardi Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRACT Optimization of squid are to be observed, especially setting a cache server object is one thing to note here, namely the capacity of disk cache. The larger cache capacity, meaning the longer the life of the object can be stored, if usage is approaching the upper limit of the hard drive (cache_swap_high) removal will be more frequent. In this case squid cache object has a method of removal could be through some algorithms that are gathered within raplecement policy. Algorithms have their own ways of doing the removal or replacement of cache objects. This study will find out how the performance of each algorithm. The results showed that the application of appropriate policy replacement algorithm can affect the performance of the squid. Here it was found that the performance of the algorithm is the most effective GDSF than LRU and LFUDA, this is evidenced by a mean value of the request hit ratio and byte hit high and has a low median time service as a whole.
Key words: Optimization Squid, Cache Server, Replacement Policy
iii
1.
Pendahuluan Squid dikenal sebagai aplikasi proxy, Squid berfungsi sebagai proxy server,
sehingga halaman web atau file yang sudah diakses oleh pengguna yang menggunakan proxy server yang sama akan disimpan di dalam harddisk. Sehingga ketika dilain waktu pengguna lain ingin mengakses halaman website atau file yang sama, Proxy server tinggal memberikan data yang ada di dalam cachenya, sehingga tidak menggunakan koneksi internet lagi. bandwidth internet secara keseluruhan akan dihemat karena proxy server tidak lagi mengunduh data yang diinginkan pengguna dari internet. Dalam hal ini Cache server yang bertanggung jawab untuk mendownload content yang diminta dan memberikannya pada pengguna. Pengaturan object sebuah cache server merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan disini, yaitu kapasitas hardisk cache. Semakin besar kapasitas cache, berarti semakin lama umur object tersebut bisa disimpan, jika pemakaian hardisk sudah mendekati batas atas (cache_swap_high) penghapusan akan semakin sering dilakukan. Dalam hal ini squid memiliki metode penghapusan cache objek bisa melalui beberapa algoritma yang terhimpun dalam raplesement policy. Algoritma-algoritma tersebut memiliki cara-cara tersendiri dalam melakukan penghapusan atau penggantian cache objek. Adanya beberapa model algoritma cache replacement pada SQUID dan untuk mengetahui bagaimana kinerjanya masing-masing algoritma tersebut, karena pemilihan algoritma replacement policy yang tepat dapat berpengaruh terhadap kinerja dari squid itu sendiri. 2.
Landasan Teori
2.1.
Proxy Server
2.1.1.
Definisi Proxy Server Menurut asal katanya, proxy1 berarti wakil. Dalam konteks jaringan, proxy
berfungsi untuk membuat salinan data yang dibaca dari Internet ke jaringan lokal sehingga jika di lain waktu mengakses data yang sama, maka data tersebut akan diambil dari jaringan lokal sehingga akan sangat menghemat bandwith ke Internet. Hal ini dilakukan dengan cara melayani permintaan dari pengguna dengan meneruskan permintaan tersebut ke penyedia layanan yang sebenarnya, dan jika diinginkan dapat melakukan penyimpanan resource sementara yang disebut cache.
1
Hidayat, R., 2002, konsep Proxy, http://www.te.ugm.ac.id/~risanuri/jarkom/index.html, diakses pada tanggal 4 mei 2010.
1
2.1.2.
Cara Kerja Proxy Server Dari sisi pengguna, proxy sama seperti penyedia layanan asli. Pengguna hanya
perlu mengirimkan permintaan layanan, dan proxy akan melayani permintaan tersebut. Namun dalam proses eksekusi layanan tersebut, alih-alih mengeksekusinya sendiri, proxy melakukan permintaan layanan ke penyedia layanan asli. Setelah penyedia layanan asli memberikan hasil, kemudian proxy baru akan mengembalikan hasil eksekusi permintaan layanan ke pengguna. Sehinnga dari sisi penyedia layanan asli, proxy sama seperti pengguna layanan.
Gambar 2.1 Cara kerja proxy secara umum
2.2.
Aplikasi Squid
2.2.1.
Tentang Aplikasi Squid Menurut Rafiudin (2008)2, Squid merupakan mesin caching proxy untuk klient
web, seperti HTTP, HTTPS, FTP, gopher dan layanan sejenis lainnya. Squid mampu menurunkan konsumsi bandwidth sekaligus mempercepat waktu respons. Ini terwujud dengan melakukan caching halaman web dan menggunakan ulang halaman yang sering dikunjungi, serta squid dapat menyaring situs-situs yang boleh diakses. Squid merupakan software proxy yang banyak dipakai dan dapat diperoleh secara gratis, squid memiliki segudang fitur yang ditawarkan, juga mendukung SSL. Extensive access control, dan logging request yang lengkap. 2.2.2.
Objec Cache Pengaturan object sebuah cache server merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan disini. Telah diketahui sebelumnya bahwa object disimpan pada dua level cache_dir yang besar levelnya didefinisikan pada konfigurasi utama squid. Object itu sendiri berisikan content URL yang diminta klien dan disimpan dalam bentuk file binary, masing-masing object mempunyai metadata yang sebagian dari isinya disimpan didalam memori untuk memudahkan melacak dimana letak object dan apa isi dari object tersebut.
2
Rafiudin R, 2008, C.widyo Hermawan, Squid Koneksi Anti Mogok, Andi Yogyakarta
2
Adapun hal yang harus diamati untuk optimasi squid ini, yaitu kapasitas hardisk cache. Semakin besar kapasitas cache, berarti semakin lama umur object tersebut bisa disimpan, jika pemakaian hardisk sudah mendekati batas atas (cache_swap_high) penghapusan akan semakin sering dilakukan. Dalam hal ini squid memiliki metode penghapusan cache objek bisa melalui beberapa algoritma penghapusan, yaitu antara lain: • LRU (Least Recently Used) yaitu metode penghapusan object berdasarkan waktu
kapan object
tersebut terakhir diakses. Semakin lama (besar) waktunya, kemungkin dihapus juga akan semakin besar. • LFUDA yaitu metode penghapusan objek berdasarkan kepopuleran, Jadi object yang tidak populer atau jarang diminta (request) maka akan mendapatkan prioritas utk dihilangkan/dihapus. • GDSF (Greedy-Dual Size Frequency) yaitu metode penghapusan objek berdasarkan ukuran. Jadi objek yang memiliki ukuran lebih besar
maka akan mendapatkan prioritas untuk
dihapus. 2.2.3.
Variabel Penelitian Yang diimaksud dengan variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek
pengamatan penelitian. Adapun obyek pengamatan yang akan dianalisis pada penelitian ini yaitu kinerja masing-masing Algoritma Cache Replacement yang terdapat pada squid proxy server. Penelitian ini akan menganalisis kinerja squid proxy server dengan menggunakan tiga buah algoritma cache replacement. Yaitu GDSF (Greedy-Dual Size Frequency), LRU
(Last Recent Used) serta LFUDA (Least Frequently Used with
Dynamic Aging). dan untuk menyimpulkan algoritma mana yang mempunyai kinerja maksimal, maka dibutuhkan variabel penelitian sebagai metode atau parameter pembanding yang ditunjukan melalui program analisis cache squid yaitu cache manager dan calamaris. Pada penelitian ini parameter pembanding yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari algoritma penggantian cache adalah sebagai berikut: •
Requiest Hit Ratio Parameter
keberhasilan
squid
dimana
semua
requiest
dari
client
dibandingkan dengan berapa banyak requiest yang dapat dan tidak dapat dilayani oleh cache squid dengan baik.
3
Dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: Cache Hit
: banyak request yang dapat dilayani oleh cache squid dan tidak
Http Requiest : banyaknya requiest dari client •
Byet Hit Ratio Byte hit membandingkan byte yang diterima dari server (asli) dari web, dengan byte yang dikirim ke user. byte hit bisa bernilai negatif saat, client byte (byte yang dikirim ke client) lebih kecil dari pada yang diterima server. Maka dirumuskan :
Dimana : Client_bytes
: Jumlah byte yang dikirim ke client
Server_bytes
: Jumlah byte dari server
Jika server_bytes lebih besar dari pada client_bytes, maka nilai byte hit berakhir dengan negative. Itu dikarenakan : •
User membatalkan permintaan request
•
Beberapa
permintaan
dapat
mengkonsumsi
lebih
banyak
bandwidth pada sisi server dari pada sisi klien. Dalam berbagai permintaan, klien meminta hanya mengambil beberapa bagian dari objek. Squid dapat memutuskan untuk mengambil seluruh objek sehingga dapat digunakan di kemudian hari. Ini berarti mendownload lebih dari server dari pada pengiriman ke klien. Anda dapat mempengaruhi perilaku ini dengan opsi range_offset_limit menjadi 0.
4
•
Median Service Times Merupakan waktu layanan squid, terhitung dari pertama client memberikan request sampai squid membalas requiest dari client tersebut. Maka Dirumuskan :
Dimana : Service Time
: Jumlah waktu request client
ICP
: proses mencari atau pun melakukan cache
Resolve DNS
: proses pencarian identitas request
Jumlah Request: jumlah request oleh klien dalam satu menit Per Menit 2.3.
Tinjauan Pustaka Dalam hal ini penulis mengambil dari http://digilib.its.ac.id (2006), yang terdapat
penelitian yang berjudul Analisis Algoritma Pergantian Cache Pada Proxy
Server
Dengan Simulasi. Dalam penelitian ini dilakukan eksperimen untuk menganalisis kinerja Proxy Server pada Jaringan Internet terhadap penggunaan algoritma pergantian cache LRU (Least Recently Used), LFU (Least Frequently Used), LFU-Aging (Least Frequently Used with Aging) dan GDSF (Greedy Dual She Frequency). Analisis algoritma pergantian cache pada Proxy Server didesain dengan perangkat lunak untuk pemodelan simulasi. Model terdiri dari Web server, Proxy Server dan Client, Web Server merupakan representasi sejumlah kelompok Server http dan ftp. .Proxy Server merupakan representasi satu Proxy Server yang sebenarnya. Client merupakan representasi sejumlah kelompok Client yang terhubung pada intranet. Parameter pembanding yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu Hit ratio dan Byte hit ratio. hasil uji coba menunjukan bahwa Algoritma GDSF mempunyai hit ratio dan byte hit ratio yang paling tinggi, hal ini menunjukkan bahwasanya Proxy Server dengan Algoritma GDSF memiliki kinerja yang paling baik. Model hirarki dua tingkat tanpa hubungan sibling tidak memberikan peningkatan kinerja yang signifikan. Model hirarki satu tingkat atau dua tingkat dengan hubungan sibling dua buah Proxy Server menunjukkan peningkatan kinerja dari 50-55% menjadi 87-91%. Model hirarki satu tingkat dengan hubungan sibling antar tiga buah atau empat buah Proxy Server yang membentuk jaringan mesh maka akan memngkatkan kinerja menjadi 98-99%. Model hirarki dua tingkat dengan hubungan
5
sibling minimal tiga buah Proxy Server yang membentuk jarmgan mesh, dapat mengurangi bandwidth yang diperlukan bingga mencapai 95% dibandingkan bandwidth tanpa hirarki. Diley, John (1999) Pada penelitian yang berjudul Enhancement and Validation of Squid’s Cache Replacement Policy menulis tentang efektifitas dan validasi algoritma pergantian cache LFUDA (Least Frequently Used with Dynamic Aging) dan GDSF (Greedy-Dual Size Frequency) pada Squid proxy server versi 1.2. Metodologi penelitian yang digunakan oleh Diley, John (1999) dalam mengumpulkan hasil penelitian yaitu membangun sebuah
proxy
server
serta
melakukan konfigurasi squid
dengan
menggungakan algoritma cache replacement LFUDA dan GDSF pada 2 (dua) buah mesin yang berbeda, kemudian menganalisanya dan membandingkan kinerja kedua proxy server tersebut berdasarkan request hit, byte hit, cpu utilization dan respose time. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa algoritma GDSF mempunyai effektifitas lebih tinggi dibanding dengan algoritma LFUDA berdasarkan parameter request hit, byte hit, serta cpu utilization namun algoritma LFUDA mempunyai response time yang lebih cepat dibanding dengan GDSF. Pada penelitian yang berjudul Enhancement and Validation of Squid’s Cache Replacement Policy (John Diley, 1999) disimpulkan bahwa pemilihan algoritma cache replacement memberikan pengaruh yang besat pada pemakaian badwidth dalam jaringan serta hit rate pada cache, sangat dimungkinkan pada perkembangan kemudian hari dibuat sebuah algoritma baru yang lebih canggih dengan memperhatikan utilitas dan kemampuan peralatan input output (I/O) serta kapasitas jaringan pada saat bootleneck. Hassanein, Hossam (2002) membandingkan beberapa teknik web caching antara lain ICP, Cache Digest, L5 switch dan LB-L5,
Pada penelitian yang berjudul
Performance Comparison of Alternative Web Caching Techniques yang disusun oleh Hassanein, Hossam (2002) menitik beratkan objek penelitian pada link delay, intensitas request HTTP, dan jumlah cache servers yang secara aktif bekerja untuk menyimpulkan teknik web caching yang paling efektif. Dalam penelitiannya Hassanein, Hossam (2002) tidak
menggunakan
objek
real,
namun
penelitian
tersebut
dilakukan
dengan
menggunakan sebuah sebuah perangkat lunak simulasi yang dibangun menggunakan bahasa pemrograman java. Dari penelitian tersebuat diperoleh hasil bahwa LB-L5 mempunyai efektifitas paling tinggi dibandingkan ketiga teknik web caching yang lain, LB-L5 mempunyai kemapuan yang stabil pada simulasi dengan menggunakan 4 proxy dan 10 proxy dengan intensitas request yang berbeda-beda, LB-L5 mempunyai kemampuan yang stabil dengan tidak terpengaruh dengan link delay yang berubah ubah.
6
Pada penelitian yang berjudul 'Analisis Efektifitas Algoritma Cache Replacement Policy pada Squid 2.7' berikut, penulis akan melakukan sebuah analisis efektifitas algoritma pada tiga algoritma cache replacement yaitu GDSF (Greedy-Dual Size Frequency), LRU
(Last Recent Used) serta LFUDA (Least Frequently Used with
Dynamic Aging) pada Squid proxy server versi 2.7 di sistem operasi Ubuntu 10.04, parameter keberhasilan yang digunakan sebagai fokus penelitian pada penelitian berikut adalah request hit, byte hit dan median service times yang ditunjukkan melalui program analisis cache squid yaitu cache manager dan calamaris. Metodologi penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun hasil penelitian yaitu dengan membangun sebuah proxy server dan mengimplementasikan masing-masing algoritma cache replacement pada mesin dan lingkungan kerja (environment) yang sama dalam waktu yang berbeda, serta mengamatinya kinerja proxy server yang didokmentasikan dalam bentuk grafik. Berbeda dengan penelitian Hassanein, Hossam (2002) pada penelitian berikut penulis menggunakan objek real dengan spesifikasi hardware dan lingkungan kerja penelitian yang sama. Penelitian berikut hampir sama dengan penelitian yang dibangun oleh Diley, John (1999) namun penelitian berikut penulis membandingkan 3 buah algoritma dengan menggunakan proxy server yang lebih baru
yaitu Squid
2.7 STABLE, dan yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian yang ada di http://digilib.its.ac.id (2006), pada penelitian berikut penulis membandingkan 3 buah algoritma dengan 3 buah parameter pembanding dan menggunakan objek real dengan spesifikasi hardware dan lingkungan kerja penelitian yang sama. 3.
Metode Penelitian
3.1.
Alat Dan Bahan Dalam penelitian ini kebutuhan sistem terbagi menjadi dua macam, yaitu
kebutuhan hardware dan software, di mana keduanya saling mendukung satu sama lain. 3.1.1.
Kebutuhan Hardware Adapun alat-alat ataupun perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: a. Modem ADSL Modem ADSL adalah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan komputer atau router ke saluran telepon. Untuk menggunakan layanan ADSL penelitian ini menggunakan layanan internet broadband dari layanan telkom speedy kecepatan up to 1Mbps.
7
b. Kabel UTP UTP (Unshielded twisted-pair) adalah sebuah jenis kabel jaringan yang menggunakan bahan dasar tembaga, yang tidak di lengkapi dengan shield internal. Kabel ini digunakan untuk menghubungkan antar perangkat. c. Komputer Proxy Proxy yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah komputer dengan spesifikasi sebagai berikut: Nama komputer
: adot-desktop
Processor
: AMD Sempron (tm) processor 3000+
Hardisk Drive
: ATA disk Samsung SPO822N 80 GB
Memory
: DDR 1024 MB
Graphic Card
: NVDIA Geforce 6600 LE 256 MB
Matherboard
: BIOSTAR
NIC
:
Operating System
: Linux Ubuntu versi 10.04
d. Switch Switch adalah sebuah perangkat jaringan yang digunakan sebagai bridging yang menghubungkan antar perangkat. e. Acces Point Sebuah perangkat jaringan nirkabel yang memungkinkan antar perangkat terhubung ke sebuah jaringan tanpa menggunakan kabel. Access point berfungsi sebagai Hub/Switch yang bertindak untuk menghubungkan jaringan lokal dengan jaringan wireless/nirkabel, di access point inilah koneksi internet dipancarkan atau di kirim melalui gelombang radio, ukuran kekuatan sinyal juga mempengaruhi area coverage yang akan di jangkau, semakin besar kekuatan sinyal (ukurannya dalam satuan dBm atau mW) semakin luas jangkauannya 3.1.2.
Kebutuhan Software Adapun sortware pendukung yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
a. Linux ubuntu 10.04 Ububtu 10.04 adalah versi terbaru dari linux, Yang digunakan sebagai operating system pada proxy server.
8
b. Squid Stabel 2.7 Squid merupakan software proxy yang digunakan untuk mang-cache dari obyek-obyek yang request oleh client. c. Calamaris Dan Cache Manager Calamaris dan Cache Manager merupakan sortware yang digunakan untuk meng-analisis kinerja dari squid.
Calamaris dan Cache Manager dapat
menganalisa beberapa parameter squid. 3.2.
Langkah-Langkah Penelitian
3.2.1.
Topologi Jaringan
Gambar 3.1 Topologi yang diterapkan Tabel 3.1 panjang kabel pada tiap-tiap device Device asal
Device tujuan
Keterangan
Modem ADSL
Proxy server (eth0)
1,5 m
Proxy server (eth2)
Swicth
5m
Switch
Client 1 (PC desktop)
6m
Switch
Client 2 (access point)
20 m
9
3.2.2.
Konektivitas Jaringan Proxy server pada jaringan menggunakan sebuah komputer yang di pasang
sistem operasi linux ubuntu 10.04 dengan dua interface network, yaitu eth0 dan eth2. yang masing-masing interface diberi IP address sebagai berikut, eth0 menggunakan IP address network 192.168.1.0/24 yang di hubungkan ke modem ADSL. Sedangkan eth2 dengan IP address network
192.168.0.0/24 yang terhubung pada client, sehingga
konfigurasi IP addressnya 192.168.0.1 sampai 192.168.0.255. Untuk interface eth2 tidak langsung terhubung pada client, melainkan menggunakan perantara swicth yaitu yang menghubungkan antara eth2 ke komputer desktop client dan access point. Komputer client di beri IP addres 192.168.0.101, sedangkan untuk access point di beri 2 IP address yaitu 192.168.0.100 yang menghubungkan ke proxy server (eth2) dan IP address 192.108.2.1/
yang dihubungkan ke client-client wifi, sehingga konfigurasi IP addres
pada client wifi menggunakan IP address dari range 192.108.2.100 sampai dengan 192.108.2.299. 3.2.3.
Konfigurasi Squid Sebelum dilakukan konfigurasi, squid harus didownload dan dilakukan instalasi
terlebih dahulu. Adapun printah instalasi squid pada telminal console sebagai berikut: apt-get install squid Setelah proses selesai, squid.conf akan tersimpan secara otomatis pada direktori /etc/squid. Untuk mengubah konfigurasi default squid sesuai dengan kebutuhan jaringan, maka digunakan perintah : vim /etc/squid/squid.conf Untuk konfigurasi squid, penelitian ini hanya terfokuskan pada konfigurasi kapasitas cache memory yang akan digunakan dan konfigurasi algoritma replacement policy yang akan diteliti pada penelitian ini. 3.2.4.
Konfigurasi Cache Memory berikut adalah konfigurasi memory hardisk yang digunakan untuk meng-cache
kan objek2 yang direquest oleh klien. # Memory alocation Cache_mem 10 MB
10
# Size of object match with rule maximum_object_size 4096 KB minimum_object_size 0 KB maximum_object_size_in_memory 8 KB
3.2.5.
Konfigurasi Algoritma Replacement Policy Berikut merupakan masing-masing konfigurasi algoritma relacement policy dari
ketiga buah algoritma, diantaranya sebagai berikut: 1. Konfiigurasi Algoritma LFUDA cache_replacement_policy heap LFUDA memory_ replacement_policy heap LFUDA cache_swap_low 90 cache_swap_high 99 2. Konfigurasi Algoritma GDSF cache_replacement_policy heap GDSF memory_ replacement_policy heap GDSF cache_swap_low 90 cache_swap_high 99 3. Konfigurasi Algoritma LRU cache_replacement_policy heap LRU memory_ replacement_policy heap LRU cache_swap_low 90 cache_swap_high 99 3.2.6.
Mekanisme Pengumpulan Data Seperti yang sudah dibahas pada waktu penelitian diatas, bahwa penelitian
dilakukan selama 33 hari. Dimana masing-masing algoritma diteliti selama 11 hari secara bergantian dalam jam-jam yang sama dan pada jaringan yang sama. Pengambilan data dilakukan per jam dimulai dari jam 20.00 sampai 22.00 setiap hari, yaitu pada jam-jam sibuk jaringan. Pada hari pertama sampai hari ke-11 itu dilakukan penelitian terhadap algoritma GDSF. Penelitian dilakukan dengan mencatat data log dari squid setiap satu jam sekali. Data log dari squid yang akan dicatat hanya merupakan parameter pembanding dari penelitian ini yaitu hit ratio, byte hit ratio dan median service time.
11
Pada hari ke-12 sampai ke-22 dilakukan penelitian terhadap algoritma LFUDA. Cara pengumpulan datanya pun sama seperti yang dilakukan pada algoritma GDSF. Dan terakhir pada hari ke-23 sampai ke-33 dilakukan penelitian pada algoritma LRU. 4.
Hasil Dan Pembahasan Hasil dan pembahasan disajikan seturut dengan susunan metode penelitian.
berikut adalah hasil dari penelitian yang didapatkan dari parameter keberhasilan squid yaitu request hit, byte hit dan median service times, yang mana sebagai titik fokus pada penelitian ini yang dilakukan selama 1 (satu) bulan 3 (tiga) hari. adapun hasil dari penelitian tersebut yang sudah diubah kedalam bentuk grafik adalah sebagai berikut. 4.1.
Hasil Request Hit Ratio Gambar dibawah merupakan perolehan hasil perbandingan request hit ratio
dari ketiga algoritma yang diteliti selama 11 hari. Informasi yang diperoleh yaitu sebagai berikut, dari gambar grafik dibawah terlihat bahwa algoritma GDFS memiliki nilai hit rasio yg lebih tinggi dibandingkan dengan algoritma LRU dan LFUDA. hal ini dibuktikan dengan perkembangan pergerakan grafik dari hari pertama sampai hari ke 11 yang relatif memiliki peningkatan yang sangat signifikan.Dari pengamatan yang dilakukan algoritma GDSF (Greedy-Dual Size Frequency) mempunyai rata-rata request hit ratio 26,38%, sementara itu algoritma LFUDA sebesar 22,6% dan LRU sebesar 21,45%, angka tersebut membuktikan bahwa selama waktu penelitian server telah melayani (menjawab) request sebesar 26,38% dari total request yang dilakukan oleh client. Besar request hit ratio akan terus bertambah seiring dengan banyaknya halaman web yang disimpan (tercache) oleh squid proxy server, sehingga angka 26,4 % hanya merupakan angka sample yang diperoleh dalam 11 hari penelitian dan dipastikan akan terus bertambah.
Gambar 4.1 Pergerakan grafik request hit
12
4.2.
Hasil Byte Hit Ratio Berdasarkan gambar grafik dibawah terlihat angka perolehan byte hit yang
telah dicatat pada masing-masing algoritma selama waktu 11 hari penelitian menunjukkan bahwa, hasil perolehan byte hit senada dengan hasil yang diperoleh pada request hit ratio. Algoritma GDSF (Greedy-Dual Size Frequency) mempunyai trafik persentase byte hit yang lebih tinggi dibandingkan algoritma LRU dan LFUDA, rata-rata persentasenya sebesar 22,076% sementara itu algoritma LFUDA sebesar 20,038 % dan Algoritma LRU sebesar 18.17%. Angka byte hit menunjukkan perbandingan jumlah byte yang diterima oleh proxy server (squid) dari server tujuan dengan jumlah byte yang dikirim kepada client pada algorima GDSF lebih besar dibandingkan dengan kedua algoritma yang dibandingkan. Hal ini juga berarti bahwa dengan menggunkan GDSF server telah menghemat bandwidth sebesar 22,021 %. Sepertihalnya pada request hit ratio, angka Byte hit juga akan selalu berubah (bertambah besar) seiring dengan jumlah cache yg disimpan oleh server, semakin lama server berjalan maka semakin banyak bandwidth yang dapat dihemat oleh sebuah server.
Gambar 4.2 Grafik pergerakan byte hit ratios
4.3.
Median Service Times Dilihat dari gambar grafik dibawah angka perolehan Median service time yang
didapatkan selama 11 hari penelitian menunjukan bahwa Algoritma LFUDA memiliki pergerakan trafik relaif lebih tinggi setiap harinya dibandingkan dengan algoritma GDSF dan LRU. Sedangkan pergerakan trafik untuk algoritma GDSF merupakan yang paling rendahdari kedua alguritma lainnya. hal ini jelas berbanding
terbalik dengan angka
persentase request hit dan byte hit ratio yang dimiliki oleh algoritma GDSF, mengingat angka persentase trafik request hit dan byte hit ratio GDSF lebih lebih tinggi
13
dibandingkan LRU dan LFUDA. Hal itu mungkin didikarenakan angka request hit atau byte hit yang tinggi akan menyebabkan median service time bernilai rendah, sehingga dengan request hit ratio dan byte hit ratio yang tinggi serta cache server (squid) yang relatif lebih cepat terisi menyebabkan waktu pelayanan server terhadap client (median service time) algoritma GDSF juga sangat bagus. Jadi Angka rata-rata median service time algoritma LFUDA sebesar 0,984detik, sementara itu algoritma LRU sebesar 0,749 detik dan algoritma GDSF sebesar 0,466 detik.
Gambar 4.3 Grafik pergerakan median service times
5.
Kesimpulan Dan Saran
5.1.
Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian selama waktu yang telah ditentukan dalam
penelitian ini, maka ditemukan kesimpulan bahwa algoritma cache replacement GDSF (Greedy-Dual Size Frequency ) lah yang paling efektif
dibandingkan dengan kedua
algoritma lainnya yaitu LRU dan LFUDA, hal ini dibuktikan dengan nilai rerata request hit ratio dan byte hit yang tinggi serta mempunyai median service time yang rendah secara keseluruhan. Selain itu Algoritma GDSF merupakan salah satu algoritma cache replacement yang agresif, perkembangan (akselerasi) request hit dan byte hit terjadi sangat cepat dari hari pertama penelitian sampai dengan hari ke-11, Namun sebagai catatan, algoritma GDSF juga bersifat agresif terhadap space harddisk, algoritma GDSF lebih cepat dalam mengisi cache squid sehingga menyebabkan space hardisk akan lebih cepat habis dibanding dengan LFUDA dan LRU.
14
5.2.
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, antara lain
sebagai berikut: 1. Penelitian di kembangkan dengan menggunakan sistem operasi yang berbeda seperti freeBSD ataupun windows. 2. Pada pengukuran kinerja server proxy, dapat ditambahkan parameter utilisasi harddisk karena server proxy pasti banyak melakukan akses ke harddisk (cache).
15
DAFTAR PUSTAKA
Rafiudin, R. 2008, Squid Koneksi Anti Mogok, Andi Yogyakarta. Diley, John. 1999, Enhancement and Validation of Squid’s Cache Replacement Polic. HP Laboratories Palo Alto CA. Hassanein, Hossam. 2002. Performance Comparison of Alternative Web Caching Techniques. Queen’s University Kingston, Ontario Canada K7L 3N6. Nurwarsito, Heru. 2006. Analisis Algoritma Penggantian Cache Pada Proxy Server Dengan Simulasi, diakses dari http://digilib.its.ac.id/, pada tanggal 26 juli 2011 Ir. Risanuri Hidayat, M.Sc, konsep proxy, diakses dari http://www.te.ugm.ac.id/, pada tanggal 4 mei 2010
16