Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
Analisis Penyalahgunaan Napza Dengan Pendekatan Health Belief Model Analysis of Drug Abuses Using The Health Belief Model Approcah Nurjanisah1, Teuku Tahlil1, Kartini Hasballah 2 1 Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 2 Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 Abstrak Masalah penggunaan Napza merupakan salah satu kontributor utama terhadap beban penyakit global yang berupa disabilitas dan mortalitas. Berbagai alasan yang menyebabkan seseorang melakukan penyalahgunaan Napza diantaranya sosial ekonomi, stresor , efek obat; relaks, peningkatan aktifitas, dan penghilangan mod depresi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomenologi untuk mengeksplorasi persepsi penyalahguna Napza berdasarkan pendekatan Health Belief Model. Populasi dalam penelitian ini adalah residen dari tempat rehabilitasi ketergantungan obat yang ada di Kota Banda. Sampel terdiri atas 21 partisipan yang direkrut dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik Fokus Group Discussion (FGD), mengeksplorasi persepsi penyalahguna Napza yang terdiri dari persepsi resiko, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, tindakan, dan keyakinan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi resiko; resiko penyalahgunaan Napza berdampak pada fisik, psikis, sosial, spiritual dan prilaku kriminal. Persepsi keparahan; tingkat keparahan yang paling dominan mengalami halusinasi, perilaku paranoid, depresi, dan emosi tidak stabil. Persepsi manfaat program rehab; mendapatkan informasi, motivasi, kegiatan positif, komitmen berhenti menggunakan Napza. Persepsi hambatan; hambatan untuk berhenti dipengaruhi oleh lingkungan terutama teman. Tindakan; mengikuti program rehab dan didukung oleh keluarga. Keyakinan diri ; tidak semua partisipan menunjukkan keyakinan diri yang kuat untuk berhenti menggunakan Napza. Kata Kunci: Penyalahgunaan Napza, Rehabilitasi, Health Belief Model. Abstract Drug abuses are one of main contribution on global diseases burden in the form of disability and mortality. Various reasons of why somebody using drug found. Some of them are economic social factor, stress, drug effect, relaxation, activity increasing, and losing depression mode. this is a qualitative research with descriptive phenomenology method to explore drug abuse perception based on Health Belief Model Approach. Population in this research are resident of Yakita, Tabina, and Rumoh Harapan Aceh, sampling used is purposive sampling consist of 21 participants. Data collecting is used Focus Group Discussion (FGD) technic that explore perception of drug abuser which contains risk perception, severe perception, benefit perception, obstacle perception, action and self confident. The result show that Risk perception; the risk of drug abuses have affected on physic, psychic, social, spiritual and criminal behavior. Severe Perception; the most dominant effect of severe is hallucination suffering, paranoid behavior, depression, and unstable emotion. Benefit perception: rehabilitation program; getting information, motivation, positive activities, commitment of stopping using drug. Obstacle perception: the barrier of stoping using drug are surrounding influences, friends in particular. Action: participating in rehabilitation programs and supported by family. Self-confident: not all participant showed strong commitment to terminating using drug. Keywords: Drug Abuse, Rehabilitation, Health Belief Model. Korespondensi: * Nurjanisah, Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, 23111. Email:
[email protected]
23
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
tahun 2013. Hasil proyeksi perhitungan
Latar Belakang
kasus
penyalahgunaan
Napza
Penggunaan alkohol, tembakau, dan obat-
menunjukkan peningkatan jumlah dari 4,1
obatan ilegal terjadi di seluruh dunia.
juta pada tahun 2013 menjadi 5,0 juta
Masalah-masalah
pada
penggunaan
zat
tahun
2020
(Badan
Narkotika
merupakan salah satu kontributor utama
Nasional [BNN], 2014). Jumlah kasus
terhadap beban penyakit global yang
penyalahgunaan Napza di Provinsi Aceh
berupa disabilitas dan mortalitas (Wu et
pada tahun 2010 adalah 566 jiwa,
al., 2010). Selain itu, munculnya obat-obat
meningkat menjadi 650 jiwa pada tahun
psikoaktif baru pada dekade terakhir telah
2011 dan 866 jiwa pada tahun 2012 atau
berkembang
meningkat sebesar 15-20 % pertahun
penggunaannya
menjadi
obat-obat rekreasional oleh karena efek
(Kemenkes,
uforia
menemukan
yang
ditimbulkannya.
Status
2014).
Carter
bahwa
(2015)
penggunaan
legalitas obat-obatan yang bervariasi di
marijuana telah mengalami peningkatan
setiap negara juga ikut memicu terjadinya
pada kalangan mahasiswa dan kelompok
penyalahgunaan obat-obatan (Debruyne &
usia dewasa muda, dari 3,5 persen pada
Le Boisselier, 2015).
tahun 2007 menjadi 5,9% pada tahun 2014.
Secara statistik global, World Health Organization
(WHO)
obat
penggunaan
satu negara dengan negara dan dalam hal bahan atau obat yang digunakan juga
penduduk dunia yang berusia 15-64 tahun menggunakan
tingkat
Napza pada pria dan wanita bervariasi dari
(2010)
memperkirakan bahwa rata-rata 243 juta
telah
Meskipun
bervariasi,
terlarang
terutama ganja, opioid, kokain, dan
United Nations Office on Drugs and Crime
amphetamine-tipe stimulan (ATS) dengan
(UNODC)
angka kematian diperkirakan mencapai 20
jumlah pria dua sampai tiga kali lebih
juta pertahun (WHO, 2010). Di Indonesia,
besar
Kementerian
dibandingkan
memperikrakan
Kesehatan jumlah
(Kemenkes) kasus
(2014)
dalam
mencatat
menyatakan
bahwa
penyalahgunaan
Napza
wanita.
BNN
(2014)
kontribusi
jumlah
bahwa
penyalahgunaan Napza sebanyak 3,8 juta
penyalahguna Napza terbesar berasal dari
sampai 4,1 juta orang atau sekitar 2,1
kelompok
sampai 2,25 % dari total penduduk pada
mereka memiliki kemampuan finansial 23
pekerja
yang
dikarenakan
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
dan tekanan kerja yang besar sehingga
rehabilitasi ketergantungan obat, dapat
memiliki tingkat stress tinggi.
dilakukan melalui pendekatan aplikasi Health Belief Model (HBM).
Berkembangnya upaya pencegahan dan pemulihan
terhadap
mengasumsikan bahwa keinginan seorang
penyalahgunaan
individu
Napza, pemerintah bekerja sama dengan
lima
rehabilitasi untuk pengguna Napza di
perceived
obat bertujuan untuk membantu penyalah
(persepsi
untuk bertindak) (Xianhong et al., 2016).
berupa
program
Hasil
residensial baik residensial jangka panjang
keberhasilan
dan
yang
rehabilitasi tersebut terdapat 70 orang
dipahami
residen yang sedang menjalani program rehabilitasi
Napza untuk melakukan residensial pada
ketergantungan
obat.
Berdasarkan wawancara singkat yang
panti rehabilitasi ketergantungan obat.
dilakukan dengan 2 orang residen pada
Diantara upaya yang dapat dilakukan yaitu
masing-masing Panti, 4 orang diantaranya
dengan mengalisis persepsi penyalahguna
mengatakan bahwa mereka ikut program
Napza tentang rehabilitasi ketergantungan
rehabilitasi awalnya karena dipaksa oleh
obat. Pemahaman tentang persepsi yang
keluarga
menjadi penyebab penyahguna Napza ikut para
awal
didapatkan data bahwa pada ketiga panti
alasan yang mendasari penyalahguna
residen
data
ketergantungan obat di Kota Banda Aceh
keberlanjutan upaya rehabilitasi yang perlu
pengumpulan
dilakukan pada tiga panti rehabilitasi
maupun residensial jangka pendek. Agar
sebagai
severity
pencegahan dan cues to action (panduan
dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan
serta
resiko/
hambatan) untuk melakukan tindakan
Kegiatan rehabilitasi ketergantungan obat
maka
(persepsi
pencegahan, perceived barriers (persepsi
(Stuart & Laraia, 2005).
diprogramkan,
perceived
(persepsi manfaat) melakukan tindakan
fungsi tertinggi yang mungkin dicapainya
mencapai
yaitu
keparahan)penyakit, perceived benefits
guna Napza agar dapat kembali ke tingkat
dapat
tindakan
kerentanan) terhadap penyakit tertentu,
Aceh. Upaya rehabilitasi ketergantungan
lain
melakukan
komponen,
susceptibility
berbagai daerah termasuk di Kota Banda
antara
untuk
pencegahan kesehatan tergantung pada
berbagai pihak telah menyediakan fasilitas
yang
HBM
dan
2
orang
lainnya
melakukannya dengan alasan ingin bebas
panti
dari narkoba. Mengetahui keyakinan dan 24
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
persepsi penyalahguna Napza terhadap
Pengumpulan data dilakukan dengan
tindakan penyalahgunaan Napza adalah
tehnik Fokus Group Discussion (FGD),
penting untuk mengetahui factor pemicu
mengeksplorasi persepsi penyalahguna
penyalahgunaan napza sehingga dapat
Napza mengenai persepsi resiko, persepsi
menjadi sumber data untuk melakukan
keparahan, persepsi manfaat, persepsi
tindakan pencegahan primer bagi generasi
hambatan, tindakan, dan keyakinan diri.
muda agar mereka tidak terjerumus pada
Analisis
penyalagunaan napza. Oleh karena itu,
deskriptif yaitu untuk mengambarkan
peneliti
karakteristik
tertarik
penelitian
untuk
melakukan
data
menggunakan
partisipan
dan
statistik
analisis
mengenai
persepsi
tematik untuk menganalisa data terkait
penyalahgunaan
Napza
khususnya
persepsi penyalahguna Napza tentang
mengeksplorasi
tentang
rehabilitasi
rehabilitasi
ketergantungan
obat.
ketergantungan obat dengan pendekatan
Pengumpulan data dilakukan setelah
health
menyelesaikan seluruh prosedur yang
belief
model
pada
residen
rehabilatasi napza di Kota Banda Aceh.
ada. Kajian etik penelitian dilakukan oleh Komite Etik Penelitian Keperawatan pada
Metode
Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Penelitian desain
kualitatif studi
ini
Kuala.
menggunakan
fenomenologi.
Fokus
Hasil
penelitian adalah mengeksplorasi persepsi penyalahguna Napza tentang rehabilitasi
Karakteristik responden
ketergantungan obat dengan pendekatan Health
Belief
Model
pada
Karakteristik partisipan dapat dilihat pada
residen
Tabel 1. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
rehabilitasi Napza di Kota Banda Aceh. Populasi
penelitian
adalah
48 % partisipan berusia 26 – 35 tahun
residen
(usia dewasa awal), 81 % dengan tingkat
rehabilitasi ketergantungan obat pada 3
pendidikan sekolah menengah akhir, 90%
pusat rehabilitasi yang ada di Kota Banda
belum menikah, 52% sebelumnya tidak
Aceh yang berjumlah 70 orang. Teknik
bekerja, 15% dengan penghasilan kurang
pengambian sampel adalah dengan cara
dari dua juta, dan 43% menyatakan telah
purposive sampling dengan besar sampel
menggunakan salah satu zat atau Napza
penelitian 21 Partisipan.
dengan waktu > 5 tahun. 25
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371 Tabel
1.
Distribusi
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
frekuensi
partisipan
kerusakan interaksi sosial dan seks bebas.
berdasarkan data demografi (n=21)
Berikut beberapa pernyataan partisipan.
Kategori
Frekuensi
Persentase
a. 17 – 25 b. 26 – 35 c. 36 – 45 Pendidikan a. SMP b. SMA c. Perguruan Tinggi
8 10 3
38 48 14
Usia
“Kalau pake drug ya pasti sakit paru – paru, kanker tenggorokan (partisipan 3)”.
1 17 3
5 81 14
“Salah satunya ya bisa menyebabkan hepatitis (partisipan 8)”
Status Perkawinan a. Menikah b. Belum Menikah
2 19
10 90
“yang paling bahaya bisa buat OD (overdosis) kita buk (partisipan 15)”
Pekerjaan sebelumnya a. PNS b. Swasta c. Dagang d. Tidak Bekerja Penghasilan a. < 2.000.000 b. >2. 000.000 Lama Pemakaian Zat a. 2 tahun b. > 2 tahun c. 5 tahun d. > 5 tahun
Persepsi
partisipan
2 7 1 11
10 33 5 52
15 6
71 29
1 6 5 9
5 29 23 43
terhadap
“kalau saya lebih ke paranoid, curiga berlebihan (partisipan 11)” “timbulnya
waham,
dapat
mengakibatkan OD, hubungan retak dengan
keluarga,
teman,
dan
semuanya terganggu (partisipan 15)” “ yang saya tau sangat merusak komunikasi
resiko
dengan
orang
tua
(partisipan 11)”
penyalahgunaan Napza
“saya banyak mengambil uang orang Hasil penelitian menunjukkan partisipan
tua, seringkali lah buk, saya ambil uang
mengetahui resiko yang dapat terjadi
orang tua sama kayak mencuri gitu buk
akibat penyalahgunaan Napza baik secara
(partisipan 10)”.
fisik, psikis, sosial, spiritual dan bahkan prilaku kriminal. Beberapa dampak Napza
Persepsi partisipan terhadap keparahan
yang
akibat dari penyalahgunan Napza
disebutkan
menyebabkan
HIV,
diantaranya hepatitis,
dan
Tingkat
kerusakan pada diri sendiri, kerusakan hubungan
dengan
keluarga,
keparahan
yang
dirasakan
berbeda setiap partisipan, bergantung dari
serta
lama
dan
tingkat
kecanduan
yang
dirasakan partisipan. 26
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
“saya buk, berefek kali ke badan,
“disini banyak dapat informasi yang
badan kurus kali, sampe saya pun
dulu saya ga pernah dengar (partisipan
sering
11)”
sakit,
pokoknya
hidup
ga
semangat”(partisipan 11)”
“kita
Saya cepat kali marah buk, kalau saya
narkoba, saya mendapatkan kehidupan
marah, apa yang ada di depan saya,
lebih baik, dan kita harus ada tujuan
saya lempar (partisipan 10)”
hidup, mendapatkan masa depan lebih
“yang diserang fisik buk, mental,
cerah (partisipan 12)”
emosional dan spiritual. Kalau malam
“yang saya rasakan selama disini
susah tidur buk, ada waham (partisipan
maanfaatnya
15)”
satunya
“Mempengaruhi kejiwaan, menyendiri,
saya (partisipan 3)”
hubungan dengan keluarga terganggu,
cukup
bahaya
banyak
mengendalikan
salah
kesabaran
untuk berhenti menggunakan Napza.
Persepsi partisipan terhadap manfaat program
diajarkan
Persepsi partisipan tentang hambatan
masa depan suram (partisipan 12)”
mengikuti
banyak
Menurut partisipan hambatan utama
rehabilitasi
penyalahgunaan Napza
untuk
berhenti
adalah
faktor
menggunakan pengaruh
lingkungan.
rehab,
Selama
banyak
partisipan dapat berhenti menggunakan
mendapatkan informasi yang bahkan tidak
Napza, namun tidak yakin jika setelah
pernah didapatkan ketika menggunakan
keluar dari pusat rehab karena akan
napza, selain itu muncul keinginan untuk
sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan
berhenti menggunakan napza meski harus
sekitar
melawan
ungkapan partisipan.
Selama
berada
partisipan
pada
pusat
mengatakan
adiksi
dari
pengaruh
penggunaan napza sebelumnya, partisipan juga
mengakui
tingkat
mengikuti
napza
terutama
program
teman.
rehab
Berikut
“Saya pernah coba berhenti, tapi
spiritualnya
ajakan kawan bahaya sekali, ga bisa
menjadi lebih baik.
nolak kalau ingat obat nya (partisipan 5)”
27
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
“pernah dulu coba berhenti, tapi susah
“semuanya,
ya
berharap saya sembuh (partisipan 20)”
terutama
pengaruh
kawan
keluarga
dan
teman,
(partisipan 4)”
Sedangkan untuk tindakan yang dilakukan
“ya sama juga kayak yang lain ya
selama di program rehab diantara nya
pergaulan, karena memang pergaulan
seperti yang diungkapkan;
saya hampir tidak ada yang bersih kak,
“sebenarnya banyak juga misalnya
dunia malam dan narkoba hanya itu itu saja dulu (partisipan 7)”
dengan
kita
ngumpul
banyak
yang
hilang,
seperti
ini,
alhamdulilah
“lingkungan buk, pengaruh uang juga
hilang, kemarin itu sempat satu bulan
iya buk (partisipan 13)”
juga,
konselor, kenapa orang lain itu dapat
tindakan yang dilakukan selama program mencegah
cepat
kemudian juga ada masukan dari
untuk mengikuti program rehab serta
untuk
diawalnya
tersinggung,akibat pengaruh zat itu,
Persepsi partisipan terhadap dukungan
rehab
saya
sembuh, dan kita tidak sembuh, pasti
penggunaan
kita juga bisa sembuh (partisipan 17)”
Napza.
“awalnya agak susah, karna dulu waktu Dukungan yang diterima dan tindakan
masih pake, pikiran kita itu baru terasa
yang dilakukan selama program rehab
nyaman kalau sudah ada obat, tapi
untuk
Napza
selama disini (di pusat rehab), sudah
berbeda antar partisipan. Berikut contoh
bisa lebih enjoy dengan keadaan yang
pernyataan partisipan tersebut.
sama seperti seblum pake obat, baru
mencegah
“saya
terutama
penggunaan
sekali
terasa
keluarga
nyaman lagi, dan enjoy juga
dengan langkah – langkah dengan
(partisipan 9)”
program “ ibu, bapak, semuanya buk (partisipan
yang
diberikan
disini
(Partisipan 18)”
12)” “orang tua saya sangat mendukung
Persepsi tingkat keyakinan partisipan
saya iku rehab (partisipan 15)”
untuk berhenti penyalahgunaan Napza.
“keluarga saya sangat peduli untuk
Semua
partisipan
saya ikut rehab (partisipan 16)”
mereka
akan
28
menjawab
berhenti
bahwa
menggunakan
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
napza, namun ada juga beberapa yang
menyimpang yang dapat mengancam
masih menunjukkan keraguan untuk dapat
gangguan jiwa, selain dapat menyebabkan
berhenti menggunakan napza. Berikut
penyakit menular sperti HIV, pecandu
pernyataan partisipan.
dapat beresiko menjadi overdosis.
“Kalo yakin, belum yakin kak karena
Pada saat pecandu dalam kondisi stres
kita masih dalam pemulihan, masih
atau apabila menghadapi tekanan baik
dalam lingkungan yang aman kak, kita
dari dalam maupun dari luar dirinya maka
berjumpa dengan berjuta juta orang di
pada saat itulah sering terjadi relapse,
luar sana faktor lingkungan. Yang
yaitu peristiwa mantan pecandu yang
penting kita berusaha aja ya (partisipan
telah beberapa lama tidak memakai
5)”
NAPZA
“Belum seratus persen yakin, belum
mengkonsumsinya.
Hasil
kita coba dunia luar, kalo kita mau
Pantjalina,
&
berusaha
menunjukkan bahwa seorang mantan
insyaAllah
berhasil
kembali
memakai
Syafar,
dan
terus
penelitian
Natsir
(2013)
pecandu yang kembali ke lingkungan
(pasrtisipan 4)”
keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan
“sayakan sebulan lagi mau keluar,
lingkungan kerja mengalami reaksi dan
untuk masalah yakin gak yakin gimana
hambatan dalam berinteraksi yang berasal
ya, untuk program ini saya yakin
dari stigma negatif yang ada dalam
karena inilah usaha maksimal kami
masyarakat yang dapat memperbesar
kak,lebih dari itu gak tau saya lari
kemungkinan terjadinya relapse.
kemana lagi kak, kalo untuk yakin saya fivety-fivety kak, karena emanng udah
Hasil penelian ini juga menunjukkan
luar biasa lingkungan kita ini ya
bahwa
(partisipan 7)”
keparahan atau akibat dari penyalahgunan
partisipan
mempersepsikan
Napza berupa masalah fisik, psikis dan
Pembahasan
kerusakan sosial - bergantung dari tingkat Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
keparahan yang dirasakan partisipan dan
penelitian yang sebelumnya. Berbagai
yang paling dominan adalah ada yang
resiko
menyebutkan
pecandu
penyakit narkoba
dapat
terjadi
termasuk
pada
mengalami
halusinasi,
perilaku paranoid, depresi, emosi tidak
prilaku 29
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
stabil dan muncul prilaku seks bebas.
yang bahkan tidak pernah didapatkan
Radin, Kutz, LaMarr, Vendiola, & Wilbur
ketika menggunakan napza, selain itu
(2015) menunjukkan bahwa orang dengan
muncul
penyalahgunaan
menggunakan
Napza
berpotensi
keinginan
untuk
napza
adiksi
berhenti
meski
melakukan prilaku kekerasan 42 kali lebih
melawan
besar dibandingkan dengan orang yang
penggunaan napza sebelumnya, partisipan
tidak dalam penyalahgunaan Napza. King,
juga
Nguyen, Kosterman, Bailey, & Hawkins
menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini
(2012) menyebutkan bahwa pecandu
menunjukkan
penyalagunaan obat berisiko tinggi untuk
merasakan manfaat mengikuti program
terinfeksi virus HIV.
rehab, seperti mendapatkan informasi
mengakui
dari
harus
tingkat
bahwa
pengaruh
spiritualnya
partisipan
baru terhadap bahaya penyalahgunaan Usaha
untuk
menyembuhkan
dari
Napza, mendapatkan kegiatan positif,
ketergantungan NAPZA partisipan saat ini telah
dilakukan
dengan
menanamkan keinginan untuk berhenti
rehabilitasi.
menggunakan
Tujuan dari program rehabilitasi ini adalah
kearah
positif
untuk berhenti dalam penyalahgunaan
serta
Napza. NIDA (2015) menjelaskan bahwa
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
partisipan
untuk
proses rehabilitasi ketergantungan Napza
melakukan
bervariasi
perubahan, dan menerapkan kegiatan
berhenti
menggunakan
Napza,
tetapi,
semua
proses
rehabilitasi
yang terdiri dari intake, detoxification
prakontemplasi, kontemplasi, bertindak,
(detox),
pemantapan dan pemeliharaan.
rehabilitation
(rehab)
dan
recovery. Diperlukan komitmen terhadap waktu agar pengobatan menjadi efektif.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pusat
pengobatan
cenderung memiliki elemen yang sama
ketergantungan NAPZA antara lain tahap
pada
jenis
dicari oleh orang yang bersangkutan. Akan
Beberapa tahapan dalam masa pemulihan
berada
rencana
dari
yang digunakan, dan jenis rehabilitasi yang
namun hal itu bukanlah hal yang mudah.
selama
tergantung
ketergantungan,
positif serta meningkatkan integrity diri untuk
sehingga
mendapatkan dukungan dan motivasi
memotivasi pecandu untuk melakukan perubahan
Napza
rehab,
Pengobatan sangat terstruktur dan dapat
partisipan banyak mendapatkan informasi
dikonfrontasikan sepanjang waktu dengan 30
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
aktifitas yang dirancang untuk membantu
(diantaranya
residen mengkaji kerusakan kepercayaan,
tentang NAPZA, sifat mudah terpengaruh,
konsep diri, dan kerusakan pola perilaku
dan
hidup
mewah
dan mengadopsi perilaku yang baru,
bersenang-senang),
faktor
dengan cara yang lebih harmonis dan
(diantaranya adalah mempunyai teman
konstruktif dalam berinteraksi dengan
pengguna
orang
keagamaan,
lain.
Falck
et
al.
(2007)
gaya
pemahaman
NAPZA,
yang
dan
komunikasi,
keluarga, lingkungan,
menyebutkan bahwa program rehabilitasi
keadaan
membantu para pecandu narkoba dalam
NAPZA secara gratis). Menurut Rosida et
penanggulangan narkoba, namun, tidak
al.
semua para pecandu narkoba memilih
mempengaruhi
mengikuti program rehabiitasi. Pecandu
adalah sifat ketagihan dan ingin mencoba
narkotika dan korban penyalahgunaan
kembali, berteman dengan kelompok
narkotika harus menjalani rehabilitasi
pengguna
medis atau rehabilitasi sosial pada pusat
mengikuti tren/gaya hidup terbaru.
rehabilitasi
ketergantungan
(2015)
dan
suka
eksternal
masalah
ekonomi
salah
faktor
ketersediaan
dominan
penggunaan
NAPZA,
serta
yang NAPZA
sifat
suka
narkotika Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(Pantjalina et al., 2013).
partisipan
memiliki
dukungan
dalam
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mengikuti program rehab, dan tindakan
hambatan dalam berhenti menggunakan
apa saja yang dilakukan selama program
napza
rehab untuk mencegah penggunaan Napza
termasuk
faktor
lingkungan.
Partisipan mengatakan selama megikuti
(BNN,
program
mengatakan
rehab
dapat
berhenti
2014).
Worley bahwa
et
al.
(2014)
responden
yang
menggunakan Napza, namun partisipan
memperoleh dukungan yang besar dari
juga mengatakan apabila selesai dari
keluarga
program
rehab
untuk
rehabilitasi
berhenti
menggunakan
sangat
penggunaan
kemungkinan napza
untuk
mengikuti
program
menurunkan
angka
berulang
penyalahgunaan
besar dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
Napza (70 %). Sebelum mengikuti program
terutama teman.
Rosida, Wulandari,
rehab keterpaparan lingkungan pergaulan
Retnowati,
&
Handojo
yang
menyebutkan
bahwa
(2015)
negatif
telah
mengakibatkan
penyalahgunaan
partisipan terjebak pada perilaku yang
NAPZA dipengaruhi oleh faktor internal
menyimpang. Pencetus awal partisipan 31
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
mengkonsumsi lingkungan
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
Napza
pergaulan,
keluarga
yang
disebabkan
efficacy
dengan
prilaku
penggunaan NAPZA.
permasalahan
dihadapi
berhungan
sehingga Salah satu aspek penting yang berkaitan
mendorong mereka memiliki keinginan
dengan hasil dari program rehab yang
untuk mencoba.
diharapkan adalah harapan (expectancy) Berbagai
dampak
yang
dirasakan
dan
self-efficacy
dalam
melawan
partisipan sebagai akibat ketergantungan
penyalahgunaan obat-obatan. Semakin
Napza. Rasa penyesalan yang muncul
baik self-efficacy seseorang, maka hasil
akibat ketergantungan Napza merupakan
yang didapatkan akan semakin baik.
respon
pengguna
Didalam
dampak
yang
setelah
menyadari
ditimbulkan
konteks
situasi
relapse
akibat
penyalahguna narkoba, salah satu aspek
Partisipan
penting yang berhubungan dengan self-
menyatakan bahwa mereka menyesal
efficacy yang dimiliki seseorang adalah
telah mengkonsumsi narkoba dan igin
koping. Strategi koping yang dilakukan
sembuh merasakan hidup normal seperti
dengan efektif seperti mencari dukungan
semula. Hasil penelitian menunjukkan
atau mengatur waktu dengan baik, maka
bahwa partisipan yakin untuk berhenti
akan dapat mengahasilkan self-efficacy
menggunakan
yang meningkat (Fauziannisa & Tairas,
mengkonsumsi
beberapa
Napza.
napza,
diantara
namun mereka
ada masih
2013).
menunjukkan keraguan diri mereka sendiri apakah sudah benar – benar dapat
Menurut Papalia, Old, & Feldman (2008)
berhenti menggunakan napza. Tomey &
pemberian dukungan sosial dari orang –
Alligood
orang yang berarti disekitar kehidupan
individu
(2002) menyebutkan penilaian bersifat
subjektif
akan
karena
memberikan
kontribusi
yang
menekankan pada keyakinan individu
terbesar dalam proses penyembuhan
sebagai
penderita
hasil
persepsinya
tentang
ketergantungan
Napza.
self-
Dukungan yang diberikan oleh orang tua,
efficacy menentukan apakah kita akan
saudara, teman, pacar dan orang sekitar
menunjukkan perilaku tertentu. Kadden &
yang memiliki pengaruh pada indin=vidu
Litt (2011)
tersebut.
kemampuan
yang
ia
miliki.
menyatakan bahwa self-
dukungan 32
Dukungan emosional,
dapat
berupa
informasional,
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
instrumental, penghargaan dan dukungan
Debruyne, D., & Le Boisselier, R. (2015). Emerging drugs of abuse: current perspectives on synthetic cannabinoids. Subst Abuse Rehabil, 6, 113-129. doi:10.2147/sar.s73586
companionship. Kesimpulan Hasil diskusi dan wawancara ke tiga group yang dilakukan dengan
Falck, R., Wang, J., Carlson, J., R.G., K., L.L., L., & B.M, B. B. M. (2007). Perceived Need for Substance Abuse Treatment Among Illicit Stimulant Drug Users in Rural Areas of Ohio, Arkansas, and Kentucky. Drug Alcohol Depend, 91(2-3), 107-114.
focus group
discussion diperoleh bahwa partisipan menunjukkan masalah fisik, psikis, sosial, agama dan kriminal. Beberapa partisipan menunjukkan keyakinan diri (self efficacy) yang masih ragu untuk benar – benar
Fauziannisa, M., & Tairas, W. (2013). Hubungan Antara Strategi Koping Dengan Self Efficacy Pada Penyalahguna Narkoba Pada Masa Pemulihan. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2 (3), 136 140
dapat berhenti dalam penyalahgunaan Napza. Ucapan Terima Kasih Ucapan
terimakasih
kepada
seluruh
Kadden, R. M., & Litt, M. D. (2011). The role of self-efficacy in the treatment of substance use disorders. Addictive Behaviors, 36(12), 1120-1126.
partisipan yang terlibat dalam penelitian ini dan pada pihak yayasan tempat penelitian
yang
telah
mempercayai
Kementerian Kesehatan RI [Kemenkes]. (2014). Data dan Informasi Kesehatan Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
peneliti untuk mengeksplorasi persepsi para
residen
terkait
pengalaman
penyalahgunaan Napza.
King, K., Nguyen, H., Kosterman, R., Bailey, J., & Hawkins, J. (2012). Cooccurrence of sexual risk behaviors and substance use across emerging adulthood: evidence for state- and trait-level associations. . Addiction, 107(7), 1288-1296.
References Badan Narkotika Nasional [BNN]. (2014). Laporan Akhir Survey Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.
NIDA, N. (2015). Drug Abuse Rehab. Retrieved from http://www.DrugAbuse.com
Carter, D. (2015). Drug Use Among Young People. American Journal of Nursing, 20-32.
Pantjalina, L., Syafar, M., & Natsir, S. (2013). Faktor Mempengaruhi Perilaku Pecandu Penyalahgunaan 33
2017 I Vol. 5 I No. 1
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah
Napza Pada Masa Pemulihan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda. .
Dependence and Major Depression: Disentangling Person and Time-Level Effects. Psychology of addictive behaviors : journal of the Society of Psychologists in Addictive Behaviors, 28(4), 12201229. doi:10.1037/a0037901
Papalia, E. D., Old, E. W., & Feldman, R. D. (2008). Psikologi Perkembangan. Jakarta.: Kencana Radin, M., Kutz, H., LaMarr, J., Vendiola, M., & Wilbur, B. (2015). Community Perspectives on Drug/Alcohol Use, Concerns, Needs and Resources In Four Washington State Tribal Communities. Journal Subst Abuse Treat, 14(1), 29 - 58.
Wu, L. T., Ling, W., Burchett, B., Blazer, D. G., Shostak, J., & Woody, G. E. (2010). Gender and racial/ethnic differences in addiction severity, HIV risk, and quality of life among adults in opioid detoxification: results from the National Drug Abuse Treatment Clinical Trials Network. Subst Abuse Rehabil, 2010(1), 13-22. doi:10.2147/sar.s15151
Rosida, Wulandari, M. C., Retnowati, A. D., & Handojo, J. K. (2015). FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza Pada Masyarakat Di Kabupaten Jember 2, 1-4. . Jurnal Farmasi Komunitas.
Xianhong, L., Yunxiao, L., Honghong, W., Guoping, H., & William, A. B., & . (2016). The Health Belief Model: A Qualitative Study to Understand High-Risk Sexual Behavior in Chinese Men Who Have Sex With Men. JANAC, 27, 67-76.
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Missouri: Mosby, Inc. Tomey, A. A., & Alligood, M. (2002). Nursing theorist and their work. United State of America: Mosby Elsevier. United Nations Office on Drugs and Crime [UNODC], D. d. (2014). World Drug Report. Retrieved from https://www.unodc.org/ document s/wdr2014/ orld_Drug Report 2014 web.pdf World Health Organization [WHO]. (2010). Neuroscience of Psychoactive Substance Use and Dependence. Geneva: World Health Organization. Worley, M. J., Trim, R. S., Tate, S. R., Roesch, S. C., Myers, M. G., & Brown, S. A. (2014). Self-Efficacy and Social Networks following Treatment for Alcohol or Drug 34
2017 I Vol. 5 I No. 1