ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA BERITA UTAMA TANGSEL POS SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK TINGKAT SMP Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Siti Kartini NIM 108013000043
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PENGBSAHAN SKRIPSI
ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA BERITA UTAMA TANGSEL POS SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK TINGKAT SMP i
Skripsi t
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh
Siti Kartini I
NrM 108013000043
t
Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing
ia Rhtra. M.A.
NIP 19840409 201101 1 015
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
'
JAKARTA 143412013
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH Skripsi berjudul "Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel
Pos sebagai Sumber Belajar Tingkat SMP" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 30 September 2013 di hadapan dewan penguji. Oleh karena
Sarjana Pendidikan
itu, penulis berhak memperoleh gelar
(S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan
Sastra
Indonesia.
Ciputat, 30 September 2013 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua JurusarVProdi)
Tanggal ,
Dra. Mahmudah Fitriyah. ZA, M. Pd. NrP. r9640212199703 2 001 Sekretaris Panitia (Sekretaris
Jurusan/Prodi)
Dra. Hindun, M. Pd. NIP. 197012r5 2009122 00r
/ tt's
r.{l?.......1
n)'v
1I
'
l,LO
i(...........)
t t
Penguji I
1r-lt3
Dra. Hindun, M. Pd. NIP. 197012r5 200912 2 001
t../l1.-..r
Penguji II
\ / zo\< 1.(1t.......)
Dra. Mahmudah Fitriyah. ZA, M. Pd. NrP. 19640212 199703 2 001 Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
llJ^Jn^/*7L/ Nurlena 6a'i M. A. t'tr. tt. NIP. 19591020 198603 2 001
(
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: Siti Kartini
NIM
: 108013000043
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
AngkatanTahun
:200812009
Alamat
: Kp. Santri, Desa I(emiri RT/RW 0011002, Kecamatan
I(emiri. Kabupaten
Tangerang
Banten.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul"Analisrs Penggunaan
Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar untuk
Tingkat SMP" adalah hasil karya sendiri di bawah bimbingan:
Aji Karunia Putra, M.A.
Nama
: Dona
NIP
:NIP 19840409 201101 I
015
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
I akarta, 23 Septemb er 20 13
Yang menyatakan,
108013000043
ABSTRAK Siti kartini 108013000043: Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait dengan penggunaan diksi pada berita utama Tangsel Pos dan selanjutnya akan dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data dengan teknik simak catat. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan penggunaan diksi dengan sepuluh persyaratan ketepatan diksi dan akan diperoleh hasil akhir dengan menggunakan teknik persentase. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka diperoleh 145 data dari enam kolom berita utama yang digunakan. Dari sepuluh jenis persyaratan ketepatan diksi yang dianalisis maka diperoleh hasil ketidaktepatan penggunaan diksi, sebagai berikut: penggunaan kata umum khusus 1, 4%, penggunaan kata konotatif dan denotatif 3,4%, penggunaan kata yang hampir bersinonim 2,8%, pengunaan kata yang mirip ejaannya 2,1%, penggunaan kata idiom 1,4% kelangsungan pilihan kata 3,4%, dan penggunaan akhiran asing tidak ditemukan kesalahan, sedangkan penggunaan kata ciptaan sendiri, penggunaan kata indria dan perubahan makna kata tidak ditemukan dalam kolom teks berita Tangsel Pos. Dari hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan peneliti secara mendalam, dari penggunaan bahasa yang digunakan cukup ringan dan kesalahan yang ditemukan sebagaian besar sudah tepat digunakan. Maka diperoleh kesimpulan bahwa Koran Tangsel Pos dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa dalam bidang studi Bahasa Indonesia. Kata Kunci: Analisis Diksi.
i
ABSTRAK
Siti Kartini 103013000043: Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar untuk Tingkat SMP. Education majors Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Negeri Syarif Hidayatullah State Islamic Universi ty J akafia, 20 I 3 This study aimed to obtain the data and describe the findings related to the use of diction in the headlines Tangsel Post and will serve as a source of student learning. The method used is qualitative method. The method used is the data collection techniques refer to the note. The research was done by describing the use of diction in particular the use of diction accuracy with ten diction accuracy requirements and the end result would be obtained by using percentages. Based on the study conducted by researchers, the obtained data from 145 six column headline used. Of the ten types of requirements are analyzed diction accuracy of the obtained results imprecision use diction, as follows: use common words special l,4yo, the use of the word connotative and denotative 3.4 %o,the use of the word is almost synonymous 2.8 Yo, the use of the word similar spelling 2.I yo, I.4 % use of the word idiom continuity 3.4 % word choice, and use of foreign suffix not found error, while the use of the word creation itself, the use of word senses and change the meaning of the word is not found in the text of news columns Tangsel Pos.
From the results obtained based on in-depth observations of researchers, from the use of the language used is quite mild and most of the errors found are appropriately used. It could be concluded that the newspaper Post South Tangerang can be used as a source of student learning in the field of Indonesian studies.
Keywords: Analysis of Diction.
Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan
sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa seluruh umat manusia dari kegelapan menuju keselamatan. Penyusunan skripsi penulis
buat untuk memenuhi persyaratan
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dengan skripsi
yang berjudul
“Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar.” Selama peulisan ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, kerja keras, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karea itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. 1. Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang selalu meluangkan waktunya serta kajur terbaik di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 3. Dona Aji Karunia Putra, M.A. Dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu penulis dengan sabar dalam meyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama 4 tahun. 5. Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak Sukarta dan Ibu Jaleha sebagai orang tua yang telah sabar mendidik dan selalu memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dua adik perempuan tercinta, Siti
iii
Suaebah dan Siti Sofuria, yang selalu menyayangi penulis dan memberi semangat serta keceriaan di rumah. 6. Abi medi suami tercinta yang tak pernah bosan memberikan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini agar dapat mendidik anak lebih fokus lagi, serta penulis ucapkan rasa sayang yang teramat dalam kepada Muhammad Arfa Ibrahim selaku anak penulis yang telah memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 7. Keluarga besar PBSI B angkatan 2008 yang selalu menemani perjalanan akademik selama 4 tahun. Sahabat-sahabatku D’Jaxiz Ehya, Peje, Tya, Dea, Nyunyun, Zulfa, Rofi, icem, tulang, serta Nurma Ulfa yang selalu bersama saat bimbingan. 8. Eyha, Peje dan ulfa yang berjuang bersama melewati suka duka untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. 9. Teman-teman kosan Arina, Nayla, Teh Diyah, Teh Bibah, Kak Evi, Kak Ety, dan Kak Emah yang selalu memberikan semangat dan mengingatkan deadline agar segera menyelesaikan skripsi Terima kasih penulis ucapkan bagi nama-nama yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Ungkapan kata memang takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan kalian. Semoga Allah selalu melimpahkan berkah dan membalas kebaikan yang berlipat ganda yang pernah kalian berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaaat bagi penulis dan pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Jazakumullah khairal jaza’ Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 23 September 2013
Penulis iv
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Karya Sendiri Abstrak ..... ..............................................................................................................
i
Abstract ..... ..............................................................................................................
ii
Kata Pengantar .......................................................................................................
iii
Daftar Isi
iv
..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ...............................................................................
5
D. Rumusan Masalah ...................................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diksi
....................................................................
7
2. Artikel dan Berita
....................................................................
19
3. Bahasa Jurnalistik
....................................................................
22
4. Sumber Belajar.................................................................... .....................
26
5. Penelitian yang Relevan
....................................................................
28
A. Desain Penelitian ......................................................................................
31
B. Sumber Data .............................................................................................
32
C. Korpus Data ..............................................................................................
32
BAB III METODE PENELITIAN
v
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................
33
E. Langkah Analisis Data..............................................................................
33
F. Teknik Analisis Data ................................................................................
34
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Profil Tangsel Pos ....................................................................................
33
B. Analisis Penggunaan Diksi ....................................................................
38
C. Persentase Hasil Analisis Data ...............................................................
67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan
...............................................................................................
71
2. Saran
...............................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN LEMBAR UJI REFERENSI BIODATA PENULIS
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki arti penting yaitu sebagai alat komunikasi. Kemampuan penyampaian informasi secara tepat dengan bahasa yang baik perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar pesan yang disampaikan dipahami dengan baik sebagaimana yang diharapkan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa tulis sebagai salah satu alat komunikasi yang banyak dimanfaatkan dan digunakan dalam berbagai situasi komunikasi, memungkinkan penutur dalam bahasa tulis memilih variasi bahasa yang digunakan, karena dalam bahasa tulis penutur tidak langsung berhadapan dengan petutur, sedangkan dalam bahasa lisan, penutur lebih mudah menyampaikan informasi karena berhadapan langsung dengan petutur. Seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan menyampaikan pendapat atau informasi melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Sebagai alat utama yang digunakan dalam komunikasi dan informasi, bahasa tulis maupun lisan telah banyak dijumpai dalam media elektronik maupun media cetak, baik berupa hiburan maupun informasi. Dalam perkembangannya, media massa merupakan salah satu akses terpenting bagi terciptanya sebuah informasi. Media massa sudah semakin bervariasi dan mudah didapatkan sehingga masyarakat
semakin
dimanjakan
dengan
keberagaman
media
yang
memberikan informasi-informasi terkini yang sedang terjadi. Masyarakat bisa mendapatkan dan menyampaikan informasi dari berbagai belahan dunia melalui media massa. Media massa terbagi dalam beberapa macam bagian, antara lain media cetak hingga media elektronik. Media cetak sebagai media efektif dalam menyajikan informasi dan berita kepada masyarakat luas. Salah satu media cetak yang menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis adalah surat kabar.
1
2
Surat kabar memiliki ciri bahasa sendiri, yakni singkat, jelas, padat, objektif, dan bahasa yang digunakan tidak boleh menyimpang dari ragam resmi.1 Kebebasan pers bukan berarti penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan dengan sebebas-bebasnya tanpa memperdulikan kaidah-kaidah berbahasa, meskipun dalam media massa telah memiliki ragam bahasa jurnalistik sendiri. “Media massa yang memiliki peran penting dalam penyampaian informasi harus memiliki kepedulian dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia, karena media merupakan alat yang paling banyak mendekati masyarakat dalam perkembangan bahasa yang akan membantu tercapainya pembakuan bahasa dengan luas.”2 Media massa menjadi pilihan tepat untuk menemukan informasi dan kabar pada suatu waktu. Surat kabar atau yang lebih dikenal dengan koran beredar
setiap
hari
dan
dikonsumsi
masyarakat
dari
berbagai
golongan/tingkatan. Oleh karena itu, persoalan bahasa sangat penting dalam bidang jurnalistik, karena bahasa merupakan sarana penyampaian informasi. Berdasarkan kenyataannya, bahwa tidak sedikit media massa yang berperan sebagai sarana hiburan dan informasi, yang cenderung mengutamakan segi bisnis hingga mengabaikan peran media massa sebagai pembinaan bahasa Indonesia dan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam kaidah penulisannya. Oleh karena itu, perlu pengkajian ulang terhadap peran
media massa
khususnya media cetak dalam pengembangan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang baik dan benar tidak mudah digunakan, karena dalam penggunaannya harus melihat beberapa aspek dalam masyarakat. Dengan demikian, seorang editor khususnya yang mendalami dunia jurnalistik harus memiliki kemampuan berbahasa yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yakni telah mengetahui kaidah penggunaan bahasa Indonesia. Di samping itu, harus pula memiliki perbendaharaan kosa kata yang luas agar dapat memilah bahasa yang paling tepat digunakan dalam tingkatan masyarakat. Akan tetapi, tidak sedikit penggunaan bahasa yang tidak tepat dijumpai dalam penyajian informasi pada media massa, karena 1
J. S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), h. 10. 2 Abdul Chaer dan Farid Hadi, Sosiolinguistik (perkenalan awal) Edisi Revisi, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya: 2004), h. 199.
3
kurangnya kesadaran untuk penggunaan bahasa yang sesuai dengan aturannya hingga kesalahan-kesalahan dalam penggunaannya sering dijumpai dalam media massa khususnya surat kabar. Hal seperti ini terjadi karena pelaku media yang hanya melihat fungsi media dari segi utamanya saja, yaitu sebagai alat penyampaian informasi saja sehingga ejaan yang salah, bentuk penulisan yang tidak tepat, pemilihan kata (diksi) yang tidak tepat, penggunaan kalimat yang berbelit-belit, dan kesalahan-kesalahan lain yang masih sering ditemukan dalam penggunaan bahasa di media cetak. Di bawah ini merupakan contoh kalimat dari paragraf yang terdapat pada surat kabar: “Pemimpin Redaksi Pos Kota, Joko Lestari, mengatakan pertunjukan wayang kulit ini merupakan bagian dari perayaan HUT ke-485 Jakarta dan akan berlangsung setiap sabtu malam hingga 6 Juli mendatang.”3 Pada kalimat di atas terdapat penyampaian informasi yang terdengar rancu. Kerancuan tersebut terlihat pada keterangan jadwal berlangsungnya perayaan. Kalimat tersebut seharusnya berbunyi seperti ini: Pemimpin Redaksi Pos Kota, Joko Lestari, mengatakan pertunjukan wayang kulit ini merupakan bagian dari perayaan HUT Jakarta yang ke-485 dan akan berlangsung setiap Sabtu malam mulai tanggal 11 Juni hingga 6 Juli 2012. Dengan demikian tidak akan membingungkan masyarakat dan informasi yang ingin disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh masyarakat. Kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi itu merupakan indikasi dari kurangnya pemahaman terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia selalu berkembang dari waktu ke waktu dan mau tidak mau harus dapat diikuti dengan baik oleh masyarakat. Surat kabar sebagai media informasi bagi masyarakat sudah tentu harus memberi contoh bahasa Indonesia yang baik dan benar. Editor dapat menampilkan format penulisan berita yang tepat penulisannya dengan mengedit atau memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam penulisan. Dengan demikian, akan diperoleh pula pemahaman tentang bahasa yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia. Selain sebagai sarana informasi umum, surat kabar tidak hanya berfungsi sebagai sarana informasi saja melainkan juga dapat digunakan 3
Warta kota, 3 Desember 2012.
4
sebagai media pembelajaran bagi siswa dalam mempelajari ragam tulis bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, dalam penulisannya perlu diperhatikan pemilihan kata (diksi) dan penempatan kata yang dipergunakan. Dengan demikian surat kabar bisa digunakan sebagai sumber belajar dengan baik. Berawal dari ketertarikan penulis pada penulisan berita yang mengandung banyak sekali kesalahan-kesalahan berbahasa ini, penulis berusaha menganalisis dan mendeskripsikan kesalahan yang banyak terjadi dalam kolom berita utama. Dalam hal ini penulis mengambil sampel dari Harian Tangsel Pos pada berita utama edisi 3 sampai 8 Desember 2012. Alasan penulis menjadikan Koran Tangsel Pos sebagai bahan penelitian karena salah satu Koran daerah yang belum banyak digunakan untuk bahan penelitian, sedangkan Koran ternama seperti Kompas, Republika, Tempo dan Koran ternama lain sudah banyak digunakan dalam penelitian . Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana peran bahasa yang digunakan dalam koran Tangsel Pos tersebut dan karakter bahasa apa yang digunakan dalam penulisan teks berita dalam koran tersebut. Pada penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan kesalahankesalahan yang terjadi, terutama pada bentuk penggunaan diksi dan ketepatannya.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis menguraikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Terdapat penggunaan diksi yang kurang tepat. 2. Terdapat kalimat yang berbelit-belit sehingga pesan yang disampaikan sulit dipahami pembaca. 3. Terdapat kosa kata yang masih menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing. 4. Terdapat ejaan dan penulisan yang salah.
5
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membatasi masalah hanya pada penggunaan ketepatan diksi. Dari ketepatan diksi terdiri dari sepuluh persyaratan ketepatan diksi, yakni penggunaan kata denotatif konotatif, penggunaan kata umum khusus, penggunaan kata yang hampir bersinonim, kata yang mirip ejaannya, katakata ciptaan sendiri, kata dengan akhiran asing, perubahan makna kata yang sudah dikenal, kelangsungan pilihan makna, dan penggunaan kata indria. Adapundata yang diambil pada penelitian ini dibatasi pada Koran Tangsel Pos yang terbit pada tanggal 3 sampai 8 Desember 2012.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana penggunaan diksi dalam berita utama koran Tangsel Pos? 2. Apakah Tangsel pos dapat digunakaan sebagai sumber belajar pada tingkat SMP?
F. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penggunaan diksi dalam berita utama koran Tangsel Pos. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketepatan penggunaan diksi dalam penulisan berita utama Tangsel Pos.
G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat akademis yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan dapat memberi sumbangan analisis bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Manfaat praktis diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan pengajaran dan pembelajaran untuk menambah sumber pengetahuan mengenai pemahaman diksi. Adapun manfaat yang terurai dalam penelitian ini sebagai berikut:
6
1. Manfaat teoretis a. Sebagai bahan referensi untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang kesalahan berbahasa, khususnya dalam bahasa tulis. b. Menambah pengetahuan bahasa khususnya penggunaan kata dalam surat kabar. c. Menambah kekayaan penelitian khususnya dalam penelitian bahasa di bidang pemilihan kata dalam surat kabar. 2. Manfaat praktis a. Guru Sebagai masukan untuk sumber belajar guru dalam pemakaian gaya bahasa untuk pembelajaran bahasa Indonesia dalam penggunaan diksi. Khususnya dalam penempataan diksi pada surat kabar. b. Siswa Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pemakaian gaya bahasa Indonesia dalam surat kabar, sehingga siswa dengan mudah mampu menangkap isi pesan yang disampaikan dalam surat kabar.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diksi (Pilihan Kata) Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu dalam komunikasi (seperti yang diharapkan).1 “Ida Bagus Putrayasa mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa inggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata yang digunakan dalam sebuah kalimat.”2 Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan dalam sebuah kalimat, penggunaan diksi yang tepat sangat mempengaruhi makna dalam kalimat tersebut. “Sebagai saluran pemuat pesan atau makna, kata yang akan digunakan harus sesuai dan tepat, harus berpikir mengenai keserasian kata dalam penggunaannya, nuansa makna yang dikandungnya, serta efeknya bagi pembaca agar pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca dapat tersampaikan seefektif mungkin.”3 Jadi diksi merupakan hal yang tepat untuk mengungkap sebuah gagasan, ide, atau pun pesan yang ingin disampaikan agar tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pemilihan kata yang tepat akan menunjang keselarasan kata dalam kalimat yang dikandungnya. Keraf mengemukakan bahwa pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu.4 Istilah itu 1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 24. 2 Ida B agus Putrayasa, Kalimat Efektif, (Diksi, struktur, dan logika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 7. 3 Sabarti Akhadiah, dkk. Menuli , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 34. 4 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Utama, 2010), h. 22.
7
8
bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.5 Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi berhubungan dengan ungkapan-ungkapan yang individual dan memiliki nilai artistik tinggi. “Menurut Keraf berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan ketepatan kata dan kesesuaian kata dalam posisi tertentu dalam sebuah kalimat, serta tepat tidaknya penggunakan pilihan kata yang digunakan dalam berbagai tingkatan masyarakat.”6 Oleh karena itu, sebuah kesalahan besar jika diksi atau persoalan pemilihan kata dianggap persoalan sederhana, yang tidak perlu dipelajari dan dibicarakan dengan alasan karena kesalahan tersebut merupakan kejadian wajar yang terjadi pada manusia sewaktu-waktu. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berjumpa dengan seseorang yang mengalami kesulitan menyampaikan maksudnya karena kurangnya perbendaharaan kata. Namun, tidak sedikit pula kita menemukan orang yang menggunakan pemborosan kata dan variasi bahasa bahkan mengobral kosa kata yang dimilikinya. Akan tetapi, di balik kalimat yang tersirat itu tidak memiliki arti. Agar tidak terbawa dalam dua golongan orang tersebut, masyarakat harus menyadari pentingnya arti penggunaan dan pemilihan kata untuk menyampaikan informasi. Kata yang tepat akan membantu seseorang untuk mengungkapkan sebuah maksud, baik secara lisan maupun tulisan. “Zaenal mengetakan pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lepas dari kamus yang berisi kosa kata yang dapat memberikan ketepatan dalam pemakaian kata-kata dan dalam hal ini makna kata yang tepatlah
5
Ibid., h. 23. Ibid., h. 117.
6
9
yang diperlukan.”7 Oleh karena itu, pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu merupakan satu unsur yang penting, baik dalam dunia kepenulisan maupun untuk digunakan dalam tuturan sehari-hari. “Madyo Susilo mengungkapkan kemampuan pemilihan kata (diksi) dalam dunia jurnalistik sangatlah penting dan utama dalam pencapaian tulisan yang efektif, karena diksi ragam tulis berbeda dengan diksi ragam lisan santai, demikian juga diksi ragam ilmiah berbeda dengan ragam sastra, jurnalistik, ataupun dengan ragam pribadi.”8 Oleh karenanya seorang jurnalis harus pandai dalam memilih kata untuk memberi tekanan makna dalam pesan yang ingin disampaikannya. Sebagai proses kreatif, keterampilan menulis hanya mungkin dicapai melalui proses berlatih yang tersus menerus dan tidak sekali jadi.9 Seorang jurnalis harus sering berlatih dalam pemakaian diksi, karena kepiawaian pemilihan kata bukan hanya penguasaan kosa kata dan perbendaharaan yang sangat banyak dan variatif, melainkan juga karena terbiasa menulis. Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan kata, melainkan juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima dan tidak merusak suasana yang ada. “Keraf mengatakan bahwa masyarakat yang diikat oleh berbagai norma, menghendaki pula agar setiap kata yang digunakan harus cocok dan serasi dengan norma dan sesuai dengan situasi masyarakat yang dihadapi.”10 Sebuah kata yang tepat sekalipun dalam penyampaian pesan tertentu, belum tentu dapat diterima maksudnya oleh para pendengar atau pembaca. Oleh karena penggunaan dan pemakaian diksi tidak hanya mementingkan persoalan ketepatan melainkan juga kesesuaian. 7
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 28. 8 Madyo Ekosusilo dan Bambang Triyanto. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (Semarang: Dahara Prize, 1995), h. 52. 9 As Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalisti, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 29. 10 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Utama, 2010), h. 24.
10
Dengan uraian singkat di atas, Keraf membagi tiga kesimpulan utama mengenai diksi: Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana mengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.11 2. Jenis Diksi a. Pemakaian Kata Bersinonim dan Berhomofon Kata yang bersinonim berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti yang sama. “Haris Sumadiria mengatakan meskipun demikian, seperti diingatkan oleh seorang pakar bahasa bahwa kata-kata bersinonim ada yang dapat menggantikan dan ada pula yang tidak
dapat
menggantikan.”12
Zaenal
dan
Amran
Tasai
pun
mengemukakan bahwa sinonim kata tidaklah mutlak, tetapi hanya ada kesamaan atau kemiripan kata. Dalam pemakaiannya bentuk kata sinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi akan terwujud.13 Jadi, pemakaian bahasa dapat memilih bentuk kata yang paling tepat untuk dipergunakan, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang
11
Gorys Keraf. h. 24 As Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 30. 13 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 32.
12
11
dihadapinya. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus hati-hati dalam memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkan sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak diinginkan. b.
Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi Makna denotasi adalah makna kata yang tidak mendapat tambahan
makna atau perasaan tambahan sedikit pun, atau bisa disebut pula makna denotatif ini adalah makna sebenarnya. “Menurut Kunjana Rahardi pemakaian makna denotasi tidak harus mempertimbangkan konteks situasi pemakaiannya, oleh karena itu makna denotasi disebut sebagai makna konseptual bukan makna kontekstual.”14 Jika makna denotatif merupakan makna sebenarnya atau makna konseptual dan belum mendapat penambahan makna, lain halnya dengan makna konotatif yang disebut dengan makna kontekstual. Makna konotatif sangat berbeda dengan makna denotatif, makna konotatif selalu bersifat asosiatif. Artinya, pemakaian bentuk sebuah kebahasaan harus dikaitkan dengan asosiasi-asosiasi tertentu yang dimungkinkan hadir dalam proses pemakaian tersebut dan kehadiran kebahasaan tidak dapat dilepaskan dari konteksnya.15 Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu memiliki nilai rasa baik positif maupun negatif, jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, akan tetapi dapat disebut juga berkonotasi netral. Makna denotatif sering disebut juga makna konseptual, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif, selain itu makna denotatif juga sering disebut makna
14
Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 63. 15 Kunjana Rahardi. h. 64
12
sebenarnya.16 Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit, maksudnya adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.17 Jadi, makna denotatif adalah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu kata yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran dan perasaan yang dapat menimbulkan nilai rasa tertentu. c.
Pemakaian Kata Umum dan Kata Khusus Perbedaan ruang lingkup makna suatu kata terhadap suatu makna
kata lain menyebabkan lahirnya istilah kata umum dan kata khusus.18 Semakin luas ruang lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin umum sifatnya, sedangkan semakin sempit ruang lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin khusus sifatnya. Dengan kata lain, kata umum memberikan gambaran yang kurang jelas dan tepat, sedangkan kata umum lebih memberikan gambaran yang jelas dan tepat. Oleh karena itu untuk lebih mengefektifkan penuturan yang lebih tepat dipakai kata khusus dibandingkan dengan kata umum. Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Bila sebuah kata yang mengacu pada suatu hal atau kelompok yang luas lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Kata yang mengacu pada pengarahan yang khusus dan kongkret bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata khusus. Pada umumnya, kata khusus digunakan untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian kata umum. 16
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 65. Arifin dan Tasai, op. cit., h. 28. 18 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif Diksi, Struktur, dan Logik, (Bandung: PT Refika Aditama. 2007). h. 10
17
13
Kata umum dan kata khusus harus dibedakan dengan kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif dibedakan berdasarkan makananya, apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata, sedangkan untuk kata umum khusus dibedakan pada luas tidaknya cakupan makna kata yang dikandunganya. 19 Kata umum disebut juga sebagai subordinat dan kata khusus disebut dengan kata hiponim.20 Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari kata hiu atau mujair. Ikan tidak hanya terdiri dari hiu atau pun mujair, akan tetapi ikan masih memiliki beberapa jenis yang beragam seperti ikan gabus, ikan lele, dan ikan koki. Sebaliknya juga hiu atau pun mujair merupakan jenis dari golongan ikan, demikian juga dengan ikan lele, ikan koki, dan ikan gabus merupakan jenis dari ikan. Dalam hal ini, dapat dilihat dengan jelas bahwa kata yang acuannya lebih luas seperti ikan disebut dengan kata umum sedangkan kata yang acuannya lebih khusus atau lebih tertuju langsung pada objek seperti hiu disebut kata khusus. Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah maka semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai oleh si penulis dan pembaca. Sebaliknya semakin umum sebuah istilah, maka semakin jauh pula titik pertemuan antara si penulis dengan pembaca.21 d.
Pemakaian Kata Populer dan Ilmiah/Kajian Sebagian besar kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata
umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik dari kaum terpelajar maupun kaum rakyat biasa, dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Kata-kata inilah yang menjadi tulang punggung masyarakat dalam menggunakan bahasa sehari-hari. 19
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 89. Arifin dan Tasai, op. cit., h. 31. 21 Ibid., h. 90. 20
14
Kata-kata ini disebut dengan kata populer karena dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Kata-kata yang hanya dipahami oleh sebagian kaum terpelajar atau kalangan atas terutama dalam tulisan ilmiah dan susah dipahami oleh masyarakat biasa, maka kata-kata ini disebut dengan kata-kata ilmiah atau kajian. 22 Dengan demikian, penulis harus memahami objek sasarannya. Jika
objek
sasarannya
masyarakat
terpelajar,
penulis
dapat
menggunakan kata-kata kajian atau ilmiah. Jika objek sasarannya masyarakat umum, kata-kata yang digunakan harus menghindari katakata kajian agar dapat dipahami oleh masyarakat umum. Umumnya kata-kata ilmiah atau kata yang khusus dipergunakan oleh kaum terpelajar berasal dari bahasa asing. Pada saat pertama digunakan dalam bahasa Indonesia umumnya ciri-ciri asingnya masih tetap dipertahankan. Akan tetapi, jika disesuaikan mengikuti struktur bahasa Indonesia asli maka tidak akan terasa lagi ciri bahasa asingnya. “Keraf mengatakan bahwa proses penyesuaian tersebut dikenal sebagai proses adaptasi, baik yang berupa adaptasi morfologis maupun adaptasi fonologis.”23 Perbedaan antara kedua jenis kelompok ini dapat digambarkan secara sederhana dengan membandingkan pasangan kata-kata sebagai berikut: Populer penduduk besar isi bunyi cara bagian berarti 22 23
Keraf, op. cit., h. 105. Ibid. h. 107.
Kajian populasi makro volume fonem metode unsur, komponen signifikan
15
tahap stadium arang karbon hasil produk.24 Dengan membedakan kata-kata ilmiah dan kata-kata populer, setiap pengarang atau penulis yang ingin menulis sebuah topik tertentu harus menetapkan dengan benar siapakah yang akan menjadi sasaran tulisannya itu. Bila sasarannya itu sebuah kelompok yang terikat oleh suatu bidang ilmu, ia dapat mempergunakan kata-kata ilmiah/kajian, tetapi bila sasarannya masyarakat biasa maka kata-kata yang dipergunakan adalah kata-kata populer. Jika penulis atau pengarang tidak mempergunakan hal ini maka komunikasi akan terganggu dan tidak tepat sasaran. e.
Kata Konkret dan Abstrak Menurut Ida Bagus Putrayasa “beberapa literatur kebahasaan
telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk kepada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, ataupun dicium.”25 Dengan kata lain, kata konkret tersebut dapat diindra oleh alat indra manusia. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dibandingkan dengan kata-kata abstrak dan kata konkret lebih efektif jika dipakai dalam narasi atau deskripsi sebab dapat merangsang pancaindra. Haris Sumadiria mengatakan bahwa “kata abstrak lebih merujuk pada suatu sifat, konsep atau suatu gagasan yang lebih rumit dan kata abstrak lebih sukar dipahami maksud dan maknanya.”26 Dikatakan pula bahwa kata abstrak adalah kata yang memiliki acuan kepada konsep, sedangkan kata konkret lebih mengacu kepada 24
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif, Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 15-16. 25 Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 67. 26 As Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 32.
16
objek yang diamati.27 Oleh karrena itu, kata abstrak biasanya lebih sulit untuk dipahami dari pada kata konkret. Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, sedangkan kata yang sulit untuk diserap pancaindra disebut kata abstrak. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit dan mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral dalam sebuah karangan, karangan itu akan menjadi samar dan tidak cermat. 28 Dalam hal menulis, kata-kata yang digunakan sangat bergantung pada jenis penulisan dan tujuan penulisan. Bila sebuah tulisan yang akan dideskripsikan adalah suatu fakta maka yang lebih banyak digunakan adalah kata-kata konkret. Akan tetapi jika yang digunakan adalah klasifikasi, maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak. f. Pemakaian Kata dan Istilah Asing Berawal dari pungutan-pungutan bahasa asing maka orang-orang banyak yang mempergunakan kata-kata atau istilah asing pada masa kini sehingga penggunaan bahasa asing menjamur digunakan oleh banyak orang. Berasal dari pungutan-pungutan tersebut maka mendiang Purwadarminto menandai pungutan seperti itu dengan huruf E (-Eropa) di dalam kamusnya sehingga ia dibebaskan untuk meneliti lebih lanjut sumber pungutan itu agar tidak terjadi kekeliruan.29 Penggunaan kata dalam lingkup masyarakat umum sedapat mungkin menghindari kata atau istilah asing agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima oleh pembaca atau lawan bicara. Pusat Pembinaan dan Pengembangan 27
Bahasa menggunakan beberapa
Putrayasa, op. cit., h. 14. 28 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 32. 29 Samsuri, Analisis Bahasa, mempelajari Bahasa Secara Ilmiah. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985), h. 62.
17
pertimbangan untuk menerima atau menolak unsur pungutan.30 Pertimbangan-pertimbangan tersebut ialah: 1) Perasaan cermat tidaknya bahasa sendiri dalam perbedaan nuansa makna: biologi, biologis. 2) Perlu tidaknya kata yang bersinonim: asimilasi, pembauran. 3) Ada tidaknya pengakuan gengsi bahasa asing: kalibrasi, evaluasi, dan 4) Tinggi rendahnya kemahiran dan kemampuan bahasa sendiri: dalam mana, di mana, dan kepada siapa. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, Ninik M. Kuntarto membagi unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia ke dalam dua golongan besar: Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation e I’homme par I’homme, unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang penulisannya dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga masih bisa dibandingkan dengan bentuk asalnya. 31 3. Persyaratan Ketepatan Diksi Menurut
Keraf,
ketepatan
pilihan
kata
mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh penulis dan pembicara.32 Oleh sebab itu, persoalan
30
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif Diksi, Struktur, dan Logika. (Jakarta: PT. Refika Aditama, 2007), h. 14. 31 Ninik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), h. 68. 32 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 87.
18
ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang. Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaiannya pun tidak akan tepat dan akan menimbulkan keganjilan, kekaburan, dan salah tafsir, yang akan menjadikan ketidakefektifan sebuah kalimat.33 Dalam pemilihan kata harus memperhatikannya dengan cermat agar mendapat kefahaman di antara keduanya. Berikut merupakan persyaratan ketepatan diksi yang dikemukakan oleh Keraf untuk diperhatikan setiap orang agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata, yaitu: a.
Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
b.
Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
c.
Membedakan kata-kata yang tepat dengan ejaannya.
d.
Hindari kata-kata ciptaan sendiri.
e.
Waspada terhadap istilah asing.
f.
Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
g.
Membedakan kata umum dan kata khusus.
h.
Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukan persepsi yang khusus.
i.
Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.34
33
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat efektif, Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.116. 34 keraf, op. cit., h. 88-89.
19
4.
Artikel dan Berita a. Artikel Dalam lingkup jurnalistik, para pakar komunikasi menerjemahkan artikel,
berdasarkan sudut pandang masing-masing. Menurut R. Amak Syarifuddin artikel adalah tulisan tentang berbagai soal, mulai politik, sosial, ekonom budaya, teknologi, olahraga, dan lain-lain. Misalnya tulisan mengenai kewanitaan, pemuda, sejarah, film, dan sebagainya. Pakar komunikasi lain yakni Asep Syamsul M. Romli menyatakan artikel sebagai sebuah karangan faktual (nonfiksi), tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tidak ditentukan, untuk dimuat di surat kabar, majalah, maupun buletin, dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan masalah, ataupun untuk menghibur.35 Tulisan semacam ini tidak terkait oleh gaya bahasa ataupun format penulisannya. Untuk mendapatkan minat pembaca, penulis harus pandai menggunakan gaya tulisannya, agar tidak terkesan membosankan. Penulisan artikel di media massa tidak harus dilakukan oleh wartawan sendiri, orang luar pun dapat menyumbang artikelnya, bahkan pada prakteknya penulisan artikel pada surat kabar kebanyakan dari penulis luar. Pada umumnya masing-masing penerbit surat kabar memiliki standar dan persyaratan tersendiri, yang dipakai ukuran untuk menerima tulisan atau artikel dari pembacanya. Materi tulisan yang sering diminati oleh redaktur surat kabar atau majalah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Tulisan harus orisinil, belum pernah dimuat di media lain. b. Bersifat aktual dan faktual. c. Mengandung unsur ilmiah populer, bukan ilmiah teknis. d. Mengandung gagasan yang jelas. e. Tidak mengandung unsur SARA. 35
Totok Djuroto dan Bambang Suprijadi. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2005), h. 3-5.
20
f. Tidak mengandung hal-hal yang dikategorikan penghinaan terhadap aparat negara. g. Secara eksplisit maupun implisit tidak mengandung ideologi yang dilarang pemerintah atau yang bertentangan dengan pancasila. h. Tidak merugikan orang lain (menghina atau memokokan). i. Tidak melanggar kesusilaan. j. Tidak termasuk kategori promosi yang komersil. Bukan merupakan Trial By The Press.36
b. Berita Sebuah berita setidaknya mengandung dua hal, yakni peristiwa dan jalan ceritanya, maka sebuah cerita tanpa peristiwa atau sebuah peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.37 Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet.38 Dapat diartikan bahwa, berita adalah Fakta dan peristiwa yang ditulis dengan menggunakan jalan cerita dan merupakan informasi penting yang terjadi pada lingkup masyarakat yang dikemas dalam media massa. Jika dilihat dari cakupan isinya berita dapat dilihat dari segi ekonomi, politik, hiburan, kebudayaan, olahraga, hukum, dan sebagainya. Dilihat dari bentuk penyajiannya, berita dapat menjadi tiga, yakni berita langsung (spotnews), berita komprehensif (comprehensive news) dan feature.39 Dengan kata lain, berita tidak merujuk pada media dalam arti sempit seperti pers atau media massa saja, melainkan juga telah masuk dalam arti 36
Ibid. 44-45. 37 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 56. 38 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), hal. 65. 39 Ibid., h. 55.
21
luas pada media elektronik seperti radio, televisi, dan internet, karena berita telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat modern di seluruh dunia. Menurut Sam Abede Pareno pemaparan sebuah berita sedikitnya memiliki sebuah indikator-indikator, yakni laporan, informasi, baru, benar, tidak memihak, fakta, arti penting, dan menarik perhatian umum.40 Berita dapat diklasifikasikan menjadi berita berat dan berita ringan, selain itu berita juga dapat dibedakan menurut lokasinya menjadi berita terbuka dan berita tertutup.41 Sesuai dengan namanya, berita berat berisi tentang peristiwa yang mengguncang seperti peristiwa kebakaran, gempa bumi, maupun kerusuhan. Berita ringan merupakan informasi mengenai ketertarikan khalayak seperti peristiwa pernikahan, tontonan, maupun berita mengenai hiburan. Berita tertutup merupakan sebuah peristiwa yang tidak diperlihatkan pada khalayak umum, seperti sidang kabinet, seminar, ataupun persidangan yang bersifat di dalam ruangan tertutup. Berita terbuka merupakan peristiwa yang terjadi dalam ruang terbuka dan dapat disaksikan oleh khalayak umum seperti peristiwa kebakaran, bencana maupun kerusuhan. Berita tertutup juga termasuk dalam berita ringan karena tidak mengguncangkan, sedangkan berita terbuka termasuk dalam berita berat karena peristiwa yang terjadi mengguncangkan khalayak umum.42 Dari beberapa definisi di atas, terdapat delapan konsep mengenai berita, yakni: berita sebagai laporan tercepat, berita sebagai rekaman, berita sebagai fakta objektif, berita sebagai interpretasi, berita sebagai sensasi,
40
Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita, (Surabaya: Papyrus, 2003), h. 6. 41 Sumadiria. op. cit., h. 65. 42 Ibid., h. 66.
22
berita sebagai minat insani, berita sebagai ramalan, dan berita sebagai gambar.43
c. Teknik Penulisan Berita a. Pola penulisan piramida terbalik Dalam teknik melaporkan, setiap jurnalis (wartawan atau reporter) tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulis, dibacakan, atau yang ditayangkannya. Berita adalah tentang fakta secara apa adanya, bukan bagaimana seharusnya. “Sebagai fakta objektif, berita harus bebas dari intervensi siapa pun dan dari pihak mana pun termasuk dari kalangan jurnalis.”44 Teori jurnalis mengajarkan, bahwa fakta dan peristiwa yang terjadi di dunia begitu banyak sedangkan waktu untuk melaporkan begitu sempit, maka harus dilakukan cara paling mudah dan paling sederhana untuk melaporkan dan menulis fakta-fakta tersebut. “Cara yang demikian itulah yang dinamakan pola piramida terbalik (inverted viramid).”45 Berita disajikan dengan menggunakan piramida terbalik karena berpijak pada tiga asumsi, yakni: 1. Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk menemukan dan mengetahui berita yang sangat penting. 2. Memudahkan reporter atau editor memotong berita yang dianggap kurang penting karena dihadapi oleh kendala teknis. 3. Memudahkan para jurnalis menyusun berita melalui rumus baku dan untuk menghindari kemungkinan adanya berita yang penting terlewati.46 b. Rumus 5W1H 43
Suhaemin dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009). h. 28. 44 Sumadiria. h. 117. 45 Ibid. 46 Ibid. h. 118.
23
Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W1H, agar berita itu lengkap, akurat, dan memenuhi standar teknis jurnalistik. Unsur berita dapat dijadikan sarana untuk menggerakkannya menjadi sebuah berita. Rumus 5W1H ini dijadikan acuan untuk menggali objek penulisan lebih mendalam, lebih rinci, dan lengkap.47 Enam unsur dasar 5W1H ini yakni: 1. What (Apa yang terjadi)? 2. Who (Siapa yang terlibat)? 3. When (Kapan peristiwa terjadi)? 4. Where (Di mana peristiwa terjadi)? 5. How (Bagaimana peristiwa terjadi)? 6. Why (Mengapa peristiwa bisa terjadi)?48 Wartawan yang berpengalaman dapat membuat berita dengan baik dan benar, karena seorang wartawan yang berpengalaman dapat merasakan arti dari berita itu sendiri.
d. Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan kalangan pers (wartawan Indonesia) dalam penulisan berita di media massa, bahasa jurnalistik ini biasa disebut sebagai bahasa pers.49 Dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan jelas, wartawan telah menyajikan informasi yang menarik bagi pembaca. Hal ini dipertegas oleh Martin Moentadhim, bahwa ragam bahasa yang dipergunakan oleh wartawan memiliki sifat yang khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, dan menarik.50 Dengan demikian, wartawan dalam menulis berita harus menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh 47
Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru,(Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 62. Sumadiria.loc. cit. 49 Eni Setiati. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005). h. 86-87. 50 Martin Moentadhim. Jurnalistik Tujuh Menit, jalan pintas menjadi wartawan dan penulis lepas. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006), h. 28. 48
24
setiap pembaca, akan tetapi harus tetap memenhi kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar. Menurut Dewabrata, “penampilan ragam jurnalistik yang baik biasa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari awal hingga akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat, tidak menggunakan susunan kata-kata yang kaku dan formal, dan mengandung makna kata yang mudah dicerna.”51 Bahasa Jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya, karena tidak setiap orang memiliki waktu cukup untuk memahami isi tulisan yang ditulis seorang jurnalis. “Bahasa jurnalistik harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah, karena bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan sebagai pengantar pemberitaan yang digunakan media cetak dan elektronik.”52 Oleh karena itu, bahasa jurnalistik memiliki kekuatan yang dahsyat dalam membentuk perilaku pembacanya dan setidaknya dapat membatasi persepsi dan membantu pembaca memikirkan sesuatu yang diyakininya.53 Dengan demikian, bahasa jurnalistik dalam pemberitaan jangan hanya memfokuskan diri pada upaya menarik perhatian khalayak pada masalah tertentu saja, akan tetapi memikirkan pemahaman khalayak juga. Bahasa jurnalistik sebaiknya tidak bertele-tele dan mengandung berita yang dapat dipercaya serta dalam penulisannya harus cermat menggunakan kata-kata yang akan dipakai, agar tidak mengandung pengulangan kata dan tidak membosankan. Mondry mengungkapkan bahwa “penulisan kalimat berita, kata yang terdapat dalam satu kalimat 51
Suhaimin dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. (Jakarta: Lembaka Penerbitan UIN Jakarta, 2009), h. 5. 52 Ibid. h. 6. 53 Eni Setiati. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), h. 89.
25
hendaknya tidak lebih dari 20 unsur kata, karena kalimat yang panjangnya lebih dari itu akan mempersulit pemahaman pembaca.”54 Berikut ini merupakan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers: 1. Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). 2. Membatasi diri dari singkatan (akronim). 3. Tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefic. 4. Menulis kalimat tidak lebih dari 20 kata. 5. Tidak menggunakan ungkapan klise atau stereotype. 6. Menghilangkan dan tidak menggunakan kata mubazir. 7. Mendisiplinkan kalimat agar tidak tercampur dalam satu kalimat bentuk pasif(berawalan di-) dan aktif(berawalan men-). 8. Menghindari kata dan istilah asing. 9. Menaati kaidah tata bahasa baku. 10. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang komunikatif dan spesifik.55 Selain pedoman di atas, Juan L. Marcado mengemukakan enam unsur yang harus dipenuhi ketika menulis di media cetak agar pembaca mudah menangkap dan memahami pesan diberitakan, yaitu: 1. Menulis untuk mengungkapkan, bukan untuk mempengaruhi. 2. Memakai bentuk aktif, agar uraian efektif. 3. Memakai kata kerja, agar penyampaian menjadi dinamis. 4. Memakai bahasa khusus dan konkret. 5. Memakai kata sifat seperlunya, untuk menghindari isi penulisan yang abstrak dan tidak jelas. 6. Menulis sebagaimana “Anda berbicara”, untuk menumbuhkan penerimaan yang diminati dalam percakapan.56 54 55
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 108. Mondry. h. 113.
26
e. Sumber Belajar Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum.57 Dengan demikian, bentuknya bentuk sumber belajar tidak terbatasapakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang didapat dari siswa ataupun guru. Sumber belajar merupakan suatu unsur belajar penting yang mendapat perhatian lebih oleh guru. Sumber belajar terdapat di lingkungan sekitar kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi proses dan hasil belajar.58 Dengan demikian, sumber belajar dapat diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik. Dengan sumber belajar yang bervariasi, siswa dapat mempelajari halhal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Dengan demikian, penentuan sumber belajar harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini adalah hasil-hasil yang diharapkan, misalnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, maupun pengalaman lainnya. Sumber belajar yang digunakan oleh guru hendaknya sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam silabus. Koran merupakan salah satu media bacaan umum yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam beberapa aspek, salah satunya aspek penggunaan bahasa dalam pemakaian diksi yang tepat. Dengan demikian surat kabar atau koran dapat digunakan sebagai sumber rujukan 56
Suhaemi dan Ruli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 18 57 Abdul Mujid,Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 170. 58 Wina Sanjaya,Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:Kencana, 2008), h. 228.
27
siswa untuk meninjau kemampuan dan pengetahuan siswa dalam keterampilan menulis.
f. Jenis dan Manfaat Sumber Belajar Menentukan jenis pembelajaran harus sesuai dengan program pembelajaran agar hasil belajar dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: a. Pesan (Message) Pesan dapat digunakan sebagai sumber belajar memiliki dua jenis yakni pesan formal dan nonformal. Pesan formal dapat berupa pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti pesan yang disampaikan oleh pemerintahan atau pesan yang disampaikan oleh guru dalam situasi pembelajaran. Pesan-pesan ini disampaikan secara lisan dan disampaikan dalam bentuk dokumen seperti kurikulum, peraturan pemerintahan, perundangan, silabus, satuan pembelajaran, dan lain sebagainya. Jenis pesan non formal dapat diperoleh dari lingkungan masyarakat luas sebagai bahan pembelajaran seperti cerita rakyat, legenda, kitab-kitab kuno, ceramah tokoh masyarakat, dan cerita sejarah lainnya. b. Orang (People) Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar. Baik yang telah memiliki kemampuan khusus untuk menjadi pendidik seperti guru, kepala sekolah, dan teknisi sumber belajar, maupun seseorang yang tidak memiliki kekhususan dalam lembaga pendidikan seperti dokter, politisi, dan yang memiliki tenaga profesi lain yang tidak terbatas.
28
c. Bahan (Matterials) Bahan dapat digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, bahan ini seperti buku paket, modul, program komputer, buku teks, dan lain sebagainya. d. Alat (Device) Alat yang disebut disini bisa juga disebut sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran sendiri banyak jenisnya yakni media gerak, media grafis, media visual, media audio, media gambar, dan lain sebagainya yang dapat digunakan untuk sumber belajar. e. Teknik (Technique) Teknik yang dimaksud adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran guna tercapainya tujuan pembelajaran. f. Latar (Setting) Latar atau lingkungan yang berada di lingkungan sekolah maupun yang di luar sekolah, baik yang telah dirancang khusus maupun yang tidak diranncang khusus untuk pembelajaran.59 Wina Sanjaya mengatakan bahwa ”implementasi pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran saat ini telah tercantum dalam kurikulum, yakni proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai macam sumber belajar.”60
g. Penelitian yang Relevan Setelah dilakukan peninjauan, banyak karya tulis yang membahas diksi, seperti skripsi karya Maidatussalamiyah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 59 60
Ibid., h. 229-230. Ibid., h. 228.
29
12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/20012.”61 Maidatussalamiyah melakukan penelitian mengenai kesalahan diksi yang terdapat dalam karangan siswa berdasarkan pada kesalahan diksi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan dalam paragraf yang ditulis siswa adalah kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan kata ciptaan sendiri dan kesalahan penggunaan kata-kata tidak baku yang dapat mempengaruhi pembaca. Selain itu, skripsi karya Novitasari Rahayu mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan skripsi yang berjudul “Analisis Diksi pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat Al-Qarib.”62 Novitasari melakukan Penelitian pada tahun 2009, dalam penelitian tersebut, Novitasari ingin mengetahui ketepatan penerjemah memilih diksi yang sesuai dengan bahasa sumbernya. Hasil yang didapat oleh peneliti pada skripsi Novitasari adalah diksi yang digunakan oleh penerjemah belum umum digunakan oleh masyarakat umum, sebagian diksi yang dipergunakan dalam terjemahannya masih mengikuti bahasa sumbernya. Selanjutnya, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Elida Octapiani Choir yang meneliti diksi pada skripsinya berjudul “Penerapan Diksi pada Paragraf Narasi Siswa Kelas X SMA AlHasra Sawangan Depok.”63 Elida melakukan penelitian pada tahun 2011, Elida melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan diksi pada paragraf narasi. Hasil yang diperoleh Elida pada skripsinya adalah masih banyak siswa yang belum tepat dalam 61
Maidatussalamiyah. Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/20012. (Jakarta: 2012). 62 Novitasari Rahayu. Analisis Diksi pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat Al-Qarib. (Jakarta: 2009). 63 Elida Octapiani Choir. Penerapan Diksi pada Paragraf Narasi Siswa Kelas X SMA Al-Hasra Sawangan Depok.(Jakarta: 2011).
30
menggunakan diksi untuk menulis paragraf narasi, Elida menggunakan hasil persentase untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penerapan diksi. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidaklah sama dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penulis lebih memfokuskan penelitian ini dan menekankan penggunaan diksi pada media massa untuk melihat gaya bahasa yang digunakan dan ingin mengetahui apakah masih terdapat kesalahan dalam penggunaan diksi serta menjadikan penelitian ini sebagai sumber belajar.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.1 Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan secara induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yang khusus untuk diperlukan secara umum). “Hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”2 Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif lebih mendalam dibandingkan dengan penelitian kuantitaif, karena dalam penelitian kualitatif peneliti harus benar-benar memiliki pengetahuan yang luas tetang objek yang akan ia teliti untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih umum. Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai kunci penelitian dan hasil dari penelitian kualitatif bersifat dinamis karena sewaktuwaktu ada peneliti lain yang menemukan hasil kesimpulan yang berbeda. Sugiono mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.3 Jadi menurut Sugiono dalam metode ini sifatnya tidak tetap dan akan berubah sewaktuwaktu.
1
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif, analisis data,(Jakarta: 2011), h. 2. Riduwan, Belajar Mudah Penelitia, (Bandung: Alfabeta,2011), h. 51. 3 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 17. 2
31
32
Moleong berpendapat bahwa metode analisis diterapkan pada penelitian alamiah karena: 1) metode ini mampu menemukan realitas yang majemuk seperti yang ditunjukkan oleh data; 2) hubungan antara peneliti dan responden menjadi terang, tegas, dan dapat dipertanggungjawabkan; 3) hubungan-hubungan dapat dipertajam karena adanya pengaruh bersama; 4) nila-nilai dapat diperhitungkan sebagai bagian dari struktur analitik.4 Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini penulis menganalisis isi teks berita yang terdapat dalam surat kabar Tangsel Pos. Bentuk penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan diksi dalam teks berita utama Koran Tangsel Pos sebagai sumber belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan metode deskriptif kualitatif ini sesuai untuk mengkaji dan menganalisis data secara objektif berdasarkan fakta nyata yang ditemukan
kemudian
memaparkan
secara
deskriptif,
dengan
cara
menganalisis kesalahan isi.
B. Sumber Data Sumber data yang digunakan penulis adalah teks berita dalam koran Tangsel Pos. Penulis menggunakan teks berita dalam koran karena ingin meneliti penggunaan diksi yang terdapat dalam penulisan berita pada koran tersebut.
C. Korpus Data Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks berita yang terdapat dalam Koran Tangsel Pos. Peneliti menggunakan teks berita Koran Tangsel Pos karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya bagian kepenulisan dapat menggunakan teks berita dalam koran untuk dijadikan sumber pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menggunakan Koran Tangsel Pos untuk melihat penggunaan diksi dalam penulisan berita apakah diksi yang digunakan sudah tepat atau masih terdapat banyak 4
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogyakarta: Ar- Ruzz Media. 2011), h. 34.
33
kesalahan. Peneliti hanya menggunakan delapan teks berita utama Koran Tangsel Pos yang akan dianalisi dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik simak catat, karena yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks berita yang terdapat pada Koran Tangsel Pos. dengan menggunakan teknik simak catat, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data, mempelajari data, dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara menyimak dan mencatat hasil analisis yang kemudian akan dideskripsikan sesuai dengan hasil analisis.
E. Langkah Analisis Data Setelah mengumpulkan data berupa teks berita, selanjutnya adalah analisis data. Data penelitian dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Peneliti mengklasifikasi bentuk-bentuk bagian ketepatan diksi pada teks berita utama yang terdapat pada koran Tangsel Pos . 2. Mentranskripsi data bentuk-bentuk kesalahan penggunaan diksi pada teks berita utama yang terdapat pada koran Tangsel Pos. 3. Mengidentifikasi data penelitian yang berupa teks berita yang terdapat pada Koran Tangsel Pos dengan cara mendeskripsikan bentuk kesalahan penggunaan diksi tepatnya pada ketepatan penggunan diksi, kemudian data tersebut diberi kode yang kemudian menggunakan table data. 4. Data kemudian dianalisis dan dideskripsikan. Hasil dari analisis data tersebut akan tergambar bentuk kesalahan diksi yang termasuk dalam ketepatan diksi. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.
34
F. Teknik Analisis Data Data pada penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh bisa dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen, dan bahan-bahan lain, sehingga data dapat mudah dipahami dan hasil dari temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif. Sugiono mengungkapkan bahwa “data yang diperoleh dikembangkan menjadi hipotesis, jika data yang telah dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi kemudian hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut akan berkembang menjadi sebuah teori baru.”5 Menurut Subroto, “menganalisis berarti mengurai atau memilah unsur-unsur yang membentuk satuan lingual atau mengurai suatu satuan lingual ke dalam komponen-komponennya.”6 Jadi, dalam analisis data menurut beberapa pendapat di atas bahwa analisis data dilakukan untuk mengembangkan dugaan dan teori berdasarkan data yang diperoleh untuk selanjutnya memisahkan data dan disatukan sesuai dengan jenisnya yang kemudian memperoleh sebuah kesimpulan yang dapat diterima maupun ditolak. Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik simak libat cakap dengan teknik catat. Teknik simak bebas libat cakap adalah dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh informannya, sedangkan peneliti tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.7 Teknik catat adalah mencatat bentuk-bentuk dari penggunaan bahasa secara tertulis. Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis semantis. Dikatakan analisis semantis karena dalam penelitian ini
5
Sugiono, op. cit., h. 335. Muhammad, op. cit., h. 171. 7 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 93. 6
35
peneliti selain menganalisis pemilihan kata, penelitian ini berkaitan pula dengan perubahan makna kata yang digunakan.
Oleh karena itu, penulis menggunakan teknik ini untuk meneliti penggunaan bahasa secara tertulis yakni kesalahan dalam penggunaan diksi yang terdapat pada Koran Tangsel Pos. Penulis hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa terhadap informan yang menulis teks berita dalam Koran Tangsel Pos dengan mencatat kesalahan penggunaan diksi dalam teks berita tersebut dan menyalinnya ke dalam tabel data. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan: 1. Pengklasifikasian 2. Pengkodean 3. Penabulasian 4. Interpretasi data 5. Persentase data Dengan rumus: X1 x 100% X2 Keterangan: X1: Jumlah kesalahan X2: Frekuensi kalimat yang dianalisis
BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Tangsel Pos Tangsel Pos lahir 1 Desember 2008, tidak lama setelah lahirnya Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pada 26 November 2008 dari Kabupaten Tangerang. Surat kabar harian ini didirikan oleh H. Margiono, pelaku bisnis media massa yang berhasil membesarkan Rakyat Merdeka sebagai koran politik nomor satu (The Policitacal News Leader) di Indonesia di bawah naungan Jawa Pos Group. Kelahiran Tangsel Pos didasari oleh semangat untuk memajukan kota baru berpenduduk sekitar 1,3 juta jiwa. Melalui Tangsel Pos diharapkan kota dengan motto Cerdas, Modern, Religius itu terus berkembang menjadi kota teladan di berbagai bidang bagi kota-kota lain sesuai dengan cita-cita awal masyarakat Tangsel saat membentuk kota ini. Tangsel Pos hadir dalam upaya memberikan informasi yang lengkap, akurat, dan memberikan warna berbeda kepada masyarakat Tangsel. VISI DAN MISI Visi Tangsel Pos 1. Menjadi koran nomor 1 dan terbesar di Kota Tangerang Selatan Misi Tangsel Pos 1.
Koran referensi terdepan masyarakat Kota Tangerang Selatan
2.
Memupuk rasa tanggungjawab dan memiliki Tangsel Pos di hati warga Tangsel
3. 4.
Sebagai wadah komunitas warga sekaligus koran panduan mereka Sarana promosi yang baik dan tepat bagi semua produsen
36
37
Sidang Redaksi
:Hari Prastowo, Atho Al Rahman, Khomsurizal
Pemimpin Redaksi
:Khomsurizal
Redaktur Pelaksana
:M. Istijar Nusantara
Koordinator Liputan
:Iwan Triana Riawan
Redaktur
:Ari Suhendra, Yan Dwita Hermansyah, Samsudin, Budi Sabarudin, Dendi Awaludin
Reporter
:Bambang Reginanto, Eko Budi Prasetyo, Fitra Rangkuti, Irma Permata Sari, M Sholeh, Yuliawati Fotografer: Irawan, Budi
Sekretaris Redaksi
:Deavy Febriani
Pracetak
:Supriyadi (Koordinator), Rizki, Agung Darmawan, Siti Hardiyanti, Tomi Burhanudin, Andri Yansah
IT
:Ari Kuswondo
Keuangan
:Melani Inkaso
Pemasaran/Iklan
:St Choirunnisa, Ratih Yopita
Manager Iklan
:Firdaus AR
Iklan
:Andi Budiman, Cahyo
Manager Event
:Rudi Kurniawan
Kordinator Pemasaran
:Ferdy Salim
Pengembangan & Usaha
:Bintang Terang (Manager), Andre Sumanegara
Biro Banten
:Adam Adhary, Yuliawati
Tim Advokat
:Suharyono & Associates
Penerbit
:PT Serpong Media Utama Alamat Redaksi: Griya Pena, Ville C/32 Nomor 12, Golden Road, ITC BSD, Jalan Raya Serpong, Kota Tangerang Selatan Telepon: Redaksi: 021-5383852 Berlangganan dan Iklan: 021-5383852 Fax: 021-5383852
38
:
[email protected]
Email
B. ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI 1. Diksi dalam Teks Berita Data yang digunakan dalam penelitian iniadalah teks berita yang terdapat pada koran Tangsel Pos edisi 3 sampai 8 Desember 2011. Peneliti akan menganalisis penggunaan ketepatan diksi pada teks berita tersebut. Dari hasil analisis akan diperoleh gambaran mengenai penggunaan diksi pada teks bertia yang terdapat di koran Tangsel Pos. berikut analisisnya. 2. Analisis Ketepatan Diksi a. Umum Khusus Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna umum khhusus. 1.1.1 Penilaian itu setidaknya dibuktikan masih dibiarkannya proses pembangunan Klenteng Yan Sen Bio di Kampung Sewan Kebun Kelurahan Mekarsari kecamatan Neglasari. Penggunaan kata Klenteng Yan Sen Bio pada kalimat 1.1.1 sudah tepat, karena penulis memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa Klenteng Yan Sen Bio mengacu pada objek yang khusus, yaitu nama tempat beribadah umat Hindu, sehingga pembaca mudah mengerti yang dimaksud oleh penulis. 2.2.1 Terlepas apakah bangunan itu untuk rumah ibadah, bisnis, maupun rumah tinggal, yang pasti semua harus mengacu pada aturan. Kata bangunan pada kalimat di atas merupakan sebuah kata yang umum. Sebagai kata yang umum bangunan dapat mencakup pada sejumlah kata yang khusus seperti yang telah dijabarkan pada kalimat tersebut yakni dapat berupa 1
Tangsel-pos.com
39
bangunan ibadah, bangunan bisnis, bangunan tempat tinggal, dan sebagainya. Penggunaan kata bangunan pada kalimat 1.2.2 sudah tepat karena penulis sebelumnya telah menjelaskan bahwa bangunan yang dimaksud untuk tempat peribadatan, sehingga tidak menimbulkan salah paham oleh pembaca. 3.3.1 Lebih jauh Politisi Partai Golkar itu mengatakan, aturan itu dibuat untuk ditegakkan dan ditaati demi kepentingan masyarakat luas, bukan untuk dilanggar dan diabaikan. Frase Politisi Partai Golkar pada kalimat di atas merupakan penggunaan kata khusus yang tidak akan menimbulkan salah interpretasi, karena Golkar merupakan salah satu nama partai politik di Indonesia. Kata Politisi Partai Golkar pada kalimat 3.3.1 sudah tepat karena penulis telah memberikan penjelasan secara khusus kepada pembaca sehingga tidak menimbulkan salah paham antara penulis dan pembaca. 4.4.1 Untuk kepentingan rumah ibadah seperti Klenteng, sebelum mengakukan ijin tentunya harus ada rekomendasi dari kementrian Agama dan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Kata rumah ibadah pada kalimat di atas tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembacanya, meskipun yang digunakan kata umum. Akan tetapi penulis telah menjelaskan bahwa rumah ibadah yang dimaksud merupakan rumah ibadah untuk umat Hindu. Oleh karena itu kata rumah ibadah yang digunakan pada kalimat 4.4.1 sudah tepat. 23.1.2 “Kita menemukan baju digunakan Aini sebelum dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, ungkap Shinto.” Kata baju yang terdapat pada kalimat di atas merupakan penggunaan kata umum yang dapat menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. Sebagai kata yang umum, baju dapat mencakup sejumlah kata yang lebih khusus seperti baju
40
tidur, baju sehari-hari, dan lain sebagainya. Kata baju pada kalimat 23.1.2 kurang tepat karena penulis tidak menjabarkan peristiwa secara lengkap sehingga akan menimbulkan pertanyaan pada pembaca apakah peritiwa terjadi siang hari atau malam hari. 24.2.2 “Kita menemukan baju digunakan Aini sebelum dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, ungkap Shinto.” Kata Rumah Sakit Fatmawati merupakan kata khusus yang tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. Penulis telah memberikan penjelasan yang khusus ada pembaca sehingga pembaca mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Kata Rumah Sakit Fatmawati pada kalimat 24.2.2 sudah tepat. 25.3.2 Dalam BAP itu, alasan Nahnu seakan-akan di-setting tersangka yakni korban meninggal lantaran terjatuh dari tempat tidur. Kata tempat merupakan kata umum yang dapat menimbulkan salah interpretasi kepada pembacanya, karena tempat mencakup sejumlah letak peristiwa atau kejadian yang lebih khusus. Seperti pada kata tempat tidur yang digunakan pada kalimat di atas, tidak akan menimbulkan salah pemahaman kepada pembacanya karena tempat yang dimaksud penulis telah menjelaskan secara terperinci sehingga pembaca mengerti maksud penulis. Kata tempat tidur pada kalimat 25.3.2 sudah tepat. 26.4.2 “Jika memungkinkan akan dilakukan di tempat kontrakan namun jika tidak di Polresta,” katanya. Seperti yang dikemukakan di atas bahwa kata tempat merupakan kata umum yang dapat membingungkan pembaca. Namun pada kalimat 26.4.2 kata tempat kontrakan merupakan kata khusus yang digunakan penulis sudah tepat sehingga pembaca mengeti apa yang dimaksud oleh penulis.
41
27.5.2 “Tiara menceritakan Sweter warna ungu milik Aini digunakan ibu tirinya untuk mengikat tangan adiknya. Kata Sweter warna ungu merupakan kata khusus yang dijelaskan penulis sehingga tidak akan menimbulkan salah interpretasi kepada pembacanya. Kata Sweter warna ungu ini merupakan sebuah mantel berwarna ungu yang digunakan oleh korban pembunuhan. Oleh karena itu kata Sweter warna ungu pada kalimat 27.5.2 penggunaan kata khusus yang sudah tepat. 28.6.2 “Tiara mencertakan Sweter warna ungu milik Aini digunakan ibu tirinya untuk mengikat tangan adiknya. Kata ibu tiri pada kalimat di atas merupakan kata khusus dari kata umum ibu. Penulis telah menjelaskan kepada pembaca bahwa ibu yang dimaksud bukan ibu kandung melainkan ibu tiri. Kata ibu tiri pada kalimat 28.6.2 sudah tepat. 29.7.2 Begitu pula dengan benda-benda yang digunakan, Tiara menceritakan semua di Polresta. Kata benda-benda pada kalimat di atas merupakan kata umum yang mencakup sejumlah kata yang khusus seperti benda mati maupun benda hidup. Benda mati dan benda hidup pun masih mencakup kata khususnya seperti benda mati mencakup benda tajam, benda tumpul, dan lain sebagainya. Benda hidup seperti hewan atau pun manusia. Namun pada kalimat 29.7.2 kata bendabenda yang digunakan oleh penulis sudah tepat, karena penulis ingin memberitahuakan benda yang digunakan merupakan benda mati yang berbentuk tajam ataupun tumpul. 30.8.2 “Tiara pun mencontohkan cara ibu tirinya membanting adiknya dengan boneka yang ada,” katanya.
42
Kata boneka pada kalimat di atas merupakan kata umum yang mencakup sejumlah kata khusus seperti boneka barbie, boneka susan, boneka panda, dan sebagainya. Meskipun demikian, kata umum boneka yang digunakan pada kalimat 30.9.2 ini sudah tepat karena meskipun penulis tidak menjabarkan secara rinci jenis boneka yang digunakan, pembaca tidak mengalami kesulitan dalam memahami maksud penulis. 31.9.2 “Jam 12.00 WIB disuruh makan tanpa menggunakan lauk pauk tambahan, hanya diberikan nasi saja,” katanya. Kata lauk pauk pada kalimat di atas merupakan sebuah kata umum. Sebagai kata umum, kata lauk pauk dapat mencakup sejumlah kata khusus pelengkap makan nasi seperti ikan-ikanan atau sayuran. Meski demikian, kata lauk pauk pada kalimat 31.9.2 sudah tepat digunakan penulis, karena penulis ingin memberitahukan bahwa lauk pauk yang dimasud merupakan pendamping makan nasi. 50.1.3 Oleng tidak terima Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntutnya hukuman mati dan sempat menginjak-injak Al Quran sebagai bukti tidak melakukan pemerkosaan. Kata Al Quran pada kalimat di atas sudah jelas diketahui bahwa kata tersebut merupakan kata khusus dari kata umum kitab-kitab sebuah agama. Meskipun penulis tidak menjelaskan Al Quran sebagai kitab umat islam, akan tetapi pembaca telah mengetahui bahwa Al Quran merupakan kitab umat islam. Jadi kata Al Quran pada kalimat 50.1.3 sudah tepat. 50.1.3 “Saya berani bersumpah di Al Quran ini bahwa tidak pernah melakukan tangannya.
pemerkosaan,”
teriak
oleng sembari
mengepal
kedua
43
Kata kedua tangannya pada kalimat di atas merupakan sebuah kata khusus. Kata umunya dari anggota tubuh seperti kaki, kepala, mata, dan sebagainya. Kata pada kalimat 50.1.3 sudah tepat. Meskipun penulis tidak menyebutkan kedua tangannya pada kalimat tersebut, pembaca sebenarnya telah mengerti maksud penulis karena anggota tubuh yang dapat mengepal sudah pasti anggota tubuh bagian tangan. 51.2.3 “Itu bagian dari penistaan agama (menginjak Al Quran) tuturnya.” Kata agama pada kalimat di atas merupakan sebuah kata umum. Sebagai kata umum, agama mencakup kata khusus seperti Agama Islam, Agama Kristen, Agama Hindu, maupun Agama Budha. Penggunaan kata agama pada kalimat 51.2.3 sudah tepat karena penulis telah memberitahukan bahwa agama yang dimaksud adalah agama islam meskipun tanpa penjelasan secara detil. 52.3.3 Kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, perbuatan tersebut sangat diluar akal sehat. Kata Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada kalimat di atas merupakan penggunaan kata khusus yang tidak akan menimbulkan salah interpretasi, karena Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan bagian dari beberapa nama partai politik di Indonesia. Kata Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada kalimat 52.3.3 sudah tepat karena penulis telah memberikan penjelasan secara khusus kepada pembaca sehingga tidak menimbulkan salah paham antara penulis dan pembaca. 53.4.3 Saat itu, Izzun berniat mengambil laptop HP miliknya yang dipinjam Oleng. Kata laptop HP merupakan kata khusus dari kata umum laptop. Kata laptop HP yang digunakan penulis pada kalimat 53.4.3 sudah tepat, karena
44
penulis memberitahukan kepada pembaca dengan jelas elektronik jenis apa yang digunakan oleh pelaku. 54.5.3 Gadis asal Paciran, Lamongan, Jawa Timur, itu membawa uang Rp 600 ribu untuk menebus laptop, namun Soleh berdalih ada di tangan tukang reparasi. Kata laptop merupakan kata umum. Sebagai kata umum, laptop mencakup sejumlah kata seperti laptop acer, laptop toshiba, laptop hp, dan sebagainya. Meski demikian, kata laptop pada kalimat 54.5.3 sudah tepat, karena tanpa penulis memberitahukan jenis laptop yang digunakan, pembaca tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami maksud penulis. 54.6.3 Gadis asal Paciran, Lamongan, Jawa Timur, itu membawa uang Rp 600 ribu untuk menebus laptop, namun Soleh berdalih ada di tangan tukang reparasi. Kata reparasi pada kalimat di atas merupakan sebuah kata yang umum. Sebagai kata umum, reparasi memiliki cakupan sejumlah kata yang khusus seperti: reparasi handphone, reparasi radio, reparasi televisi, dan sebagainya. Akan tetapi penggunaan kata reparasi pada kalimat 54.6.3 sudah tepat karena penulis memberitahukan pada kalimat tersebut merupakan reparasi untuk laptop. 55.7.3 Sambil membawa obat sakit kepala merek Bodrex dan sebotol minuman soda merek Fanta, keenam lelaki itu masuk ke kamar tempat izzun. Kata obat sakit kepala pada kalimat di atas merupakan sebuah kata yang khusus. Penulis dengan rinci memberitahukan pembaca bahwa jenis obat yang digunakan adalah obat untuk sakit kepala, sampai merek obat yang digunakan pun penulis sebutkan yaitu Bodrek. Tidak hanya itu, minuman yang dijelaskan
45
penulis dalam kasusus ini pun disebutkan dengan jelas yakni minuman soda merek Fanta. Dengan demikian kata obat sakit kepala pada kalimat 5.7.3 seudah sangat tepat karena pembaca dengan jelas mengetahui maksud penulis. 71.1.4 Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Retno Prawati Diperiksa Kejaksaan Negeri Kejari)Serang, Rabu (5/12). Kata Kepala Dinas pada kalimat di atas merupakan sebuah kata yang khusus, karena mengacu pada objek khusus yakni sebuah kedudukan tertinggi dalam suatu jabatan yakni sebagai Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air. Kata kepala dinas yang digunakan pada kalimat 71.1.4 sudah tepat karena langsung mengacu pada objek, sehingga tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. 72.2.4 Pemeriksaan Retno sebagai saksi ini terkait dugaan korupsi proyek betonisasi ruas Jalan Terate, Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Kata Jalan pada kalimat di atas merupakan sebuah kata umum yang masih memiliki cakupan sejumlah kalimat seperti: Jalan Raya, Jalan Setapak, Jalan Kampung, dan sebagainya. Meski demikian, kata Jalan pada kalimat 72.2.4 sudah tepat karena penulis ingin memberitahukan bahwa jalan yang dimaksud merupakan sebuah jalan raya yang terdapat di daerah Terate. 73.3.4 Sementara kedua pengusaha, lanjut Triono, dipanggil terkait pelaksanaan lelang elektronik yang diumumkan oleh DBMTR melalui website LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Provinsi Banten. Kata elektronik pada kalimat di atas merupakan sebuah kata yang bersifat umum. Sebagai kata umum, elektronik mencakup sejumlah kata yang bersifat khusus seperti: elektronik peralatan rumah tangga, elektronik otomotif,
46
elektronik alat kecantika, dan sebagainya yang sifatnya lebih dimengerti oleh pembaca. Meskipun demikian, kata elektronik pada kalimat 73.3.4 sudah tepat, karena penulis ingin memberitahukan kepada pembaca bahwa elektronik yang dimaksud bukan hanya satu jenis saja tetapi beberapa dari jenis elektronik. Memang adakalanya sebuah kata yang digunakan harus menggunakan kata yang lebih khusus agar tidak membingungkan pembaca. 88.1.5 Kementrian Perhubungan (Kemenhub) berniat menghibahkan 30 bus kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Kata bus pada kalimat di atas merupakan kata yang sifatnya umum. Sebagai kata umum, bus mencakup sejumlah kata yang lebih khusus seperti: bus khusus pariwisata, bus khusus angkutan umum, bus antar kota, bus sekolah, dan lain sebagainya. Akan tetapi kata bus yang digunakan pada kalimat 88.1.5 ini sudah tepat karena penulis ingin memberitahukan bahwa jenis bus yang dimaksud tidak hanya satu jenis bus saja. 89.2.5 Bus tersebut awalnya digunakan sebagai armada transportasi massal di kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang ini. Kata transportasi pada kalimat di atas merupakan sebuah kata umum. Sebagai kata umum, transportasi mencakup sejumlah kata yang khusus seperti: transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Namun, meskipun demikian, kata transportasi pada kalimat 89.2.5 penggunaannya sudah tepat, karena penulis telah memberitahukan sebelumnya bahwa alat transportasi yang digunakan berupa bus yakni sebagai alat transportasi darat, sehingga pembaca tidak perlu lagi dijelaskan secara terperinci. 90.3.5 Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany beralasan, penolakan niat hibah 30 bus tersebut lantaran Tangsel belum siap dari segi infrastruktur.
47
Kata infrastruktur pada kalimat di atas merupakan kata yang sifatnya umum, karena kata infrastruktur masih memiliki cakupan sejumlah kata yang lebih khusus seperti: infrastruktur jalan, infrastruktur pergedungan, maupun infrastruktur lainnya yang sifatnya pembangunan. Namun, meski demikian, kata infrastruktur pada kalimat 90.3.5 yang digunakan penulis sudah tepat, karena penulis telah menjelaskan bahwa infrastruktur yang akan digunakan untuk sarana transportasi darat. 91.4.5 “Nanti seperti apa rencana lalu lintasnya akan diumumkan pada akhir Desember,” katanya. Kata lalu lintas pada kalimat di atas merupakan kata umum yang dapat dikhususkan kembali menjadi lalu lintas darat, lalu lintas udara, dan lalu lintas laut. Meskipun penggunaan kata lalu lintas ini bersifat umum, tetap tidak membingungkan pembaca karena sebeelumnya telah dijelaskan oleh penulis bahwa lalu lintas yang dimaksud adalah lalu lintas untuk transportasi darat. 115.1.6 Si ayam jago wareng, besok akan berpesta. Kata ayam jago pada kalimat di atas merupakan sebuah kata yang bersifat khusus dari kata umum ayam. Dengan demikian penulis telah menjelaskan dengan lebih jelas kepada pembaca sehingga tidak menimbulkan salah interpretasi pada pembacanya. Bahkan, kata ayam jago disini lebih dikhususkan lagi yakni ayam jago wareng, yakni yang dimaksud penulis adalah sebagai logo yang dipakai untuk pemilihan umum. 115.2.6 Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tangerang, Jamaludin mengajak masyarakat „kota seribu industri‟ ini untuk tidak menyianyiakan hak pilihnya pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) yang diikuti empat pasang calon ini.
48
Kata calon pada kalimat di atas merupakan sebuah kata umum yang mencakup sejumlah kata khusus seperti: calon Presiden, calon Bupati, calon pengantin, dan sebagainya. Namun, meskipun penulis menggunakan kata umum pada kata calon tetap tidak membingungkan pembaca, karena penulis telah memberitahukan bahwa maksud calon dalam kalimat ini adalah calon kepala daerah. Jadi, kata calon pada kalimat 115.2.6 sudah tepat. 115.4.6 Bahkan saat ini pihaknya telah mendistribusikan kertas suara kepada seluruh PPK untuk kembali distribusikan ke TPS masing-masing. Kata kertas pada kalimat di atas merupakan sebuah kata khusus. Kata kertas suara pada kalimat di atas tidak akan menimbulkan salah interpretasi kepada pembacanya. Penulis telah memberitahukan dengan spesifik mungkin mengenai kertas yang dimaksud, yaitu untuk digunakan sebagai pemungutan suara, sehingga tidak membingungkan pembaca. 115.5.6 Bambang juga mengajak kepada semua pihak, tidak hanya aparat keamanan, namun juga masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan saat pesta demokrasi tersebut berlangsung. Kata aparat keamanan merupakan kata khusus. Kata aparat keamanan yang digunakan penulis pada kalimat 15.5.6 sudah tepat karena pembaca tidak akan salah mengerti dengan apa yang dimaksud penulis.
b. Denotasi Konotasi Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna denotasi konotasi. 5.5.1 Bangunan tempat beribadah itu hampir rampung, sementara izin belum dikantongi.
49
Frasa hampir rampung pada kalimat di atas dimasukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif, karena kata hampir rampung pada kalimat di atas memiliki makna abstrak. Frasa hampir rampung tidak menjelaskan dengan jelas seberapa persen bangunan itu telah dikerjakan, sehingga pembaca dengan bebas menginterpretasikan makna dari kata tersebut. Penggunaan kata konotatif tersebut sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui bahwa makna dari hampir rampung adalah 80%-90% telah selesai dan akan selesai dikerjakan. 6.6.1 Sementara berdasarkan pantauan wartawan, pembangunan klenteng di bawah naungan Yayasan Mutiara Dewi Kwan Im, dilakukan di atas lahan 1.000 meter persegi. Kata 1.000 meter persegi pada kalimat di atas merupakan kata yang bermakna denotatif. 1.000 meter persegi termasuk kata bermakna denotatif karena
kata
tersebut
memberitahukan
dengan
secara
jelas
konkret
diketahui
luas
lahan
pembaca tersebut.
dan
penulis
Penulis
sudah
menggunakan makna denotatif dengan tepat. 7.7.1 Saat ini, pengerjaannya yang sudah dilakukan sejak setahun lalu itu memasuki tahap 99 persen rampung. Kata 99 persen pada kalimat di atas merupakan kata yang bermakna denotatif. Seperti halnya keterangan pada kalimat sebelumnya bahwa penulis telah memberitahukan secara jelas dengan memberikan angka yang konkret yakni
99
persen,
dengan
demikian
pembaca
tidak
perlu
lagi
menginterpretasikan maksud dari kata tersebut karena penulis sudah tepat dalam menggunakan makna denotatif. 8.8.1 Pengerjaannya kini hanya terfokus pada pembangunan mess dimana posisinya berada persis di belakang tembok klenteng.
50
Kata persis merupakan kata denotatif. Kata persis memiliki arti dari kata “tepat berada pada posisinya”. Kata persis pada kalimat 8.8.1 sudah tepat digunakan karena dengan kata tersebut penulis ingin memberitahukan bahwa letak bangunannya tepat di belakang tembok klenteng. 30.8.2 Pada penyidikan juga, Polresta Tangerang mengemukakan semua barang bukti tersangka untuk melakukan penyiksaan hingga tewas terhadap anak tirinya. Kata tewas pada kalimat di atas merupakan sinonim dari “meninggal dunia atau hilangnya nyawa seseorang”. Kata tewas masuk dalam golongan konotatif karena mengandung nilai rasa yang kurang sopan untuk menyebutkan hilangnya nyawa seseorang. Sebaiknya kata tewas tersebut diganti menjadi meninggal dunia atau meninggal saja. Biasanya kata tewas ditujukan kepada penjahat, mafia, dan lain sebagainya yang memiliki daftar riwayat hidup tidak baik dalam lingkup masyarakat. Jadi penggunaan kata konotatif pada kalimat 30.8.2 tidak tepat. 31.9.2 “Kita menemukan baju digunakan Aini sebelum dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, ungkap Shinto.” Kata baju pada kalimat di atas jelas sudah termasuk kata denotatif. Kata baju tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembacanya karena maknanya sudah jelas. Penggunaan kata baju pada kalimat 31.9.2 sudah tepat. 32.10.2 “Kita menemukan baju digunakan Aini sebelum dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, ungkap Shinto.” Kata Rumah Sakit Fatmawati pada kalimat di atas termasuk dalam golongan kata denotatif, karena maknanya sudah jelas diketahui pembaca bahwa rumah sakit merupakan tempat untuk pengobatan orang sakit. Jadi penulis sudah tepat menggunakan kata tersebut pada kalimat 32.10.2.
51
33.11.2 Shinto menjelaskan penyidik sudah melakukan berita acara terhadap keterangan dua saksi yakni Ketua RT dan Tetangga Korban. Kata dua saksi pada kalimat di atas masuk dalam golongan kata denotatif karena penulis dengan jelas menjelaskan jumlah saksi, sehingga penulis tidak mengira-ngira lagi berapa saksi yang terdapat dalam kasus tersebut. Jadi, penulis sudah tepat dalam penggunaan kata tersebut. 35.12.2 Korban hanya boleh keluar rumah untuk membeli sesuatu di warung dekat rumahnya. Kata warung merupakan kata denotatif karena maknanya sudah jelas diketahui oleh pembaca. Kata warung masuk dalam kata denotatif karena konsepnya sudah jelas jadi tidak perlu dijelaskan kembali oleh penulis. Kata denotatif yang digunakan penulis sduah tepat. 36.13.2 Polresta Tangerang Jumat (30/11) sudah melayangkan surat permintaan untuk melakukan tes psikis tersangka dan diberikan waktu Rabu dan Kamis untuk membawa tersangka agar diperiksa Polda Metro Jaya. Kata melayangkan pada kaliamat di atas berasal dari kata layang yang berarti terbang. Namun meski demikian, kata layang tersebut jika mendapat imbuhan maka akan memiliki arti lain seperti menerbangkan atau mengirim. Melayangkan masuk dalam golongan kata konotatif karena tidak benardilayangkan Jadi, pada kalimat di atas arti kata yang dipakai adalah mengirim dan sudah tepat penggunaannya. 37.14.2 Tidak hanya itu, pekan depan Polresta akan melakukan rekonstruksi. Frasa pekan depan pada kalimat 37.14.2 merupakan golongan konotatif. pekan depan dalam pemahamannya masih belum jelas diberitahukan , maka
52
akan menimbukkan interpretasi lain dari pembaca. Denotasi dari pekan depan dapat diganti dengan menyebutkan hari atau tanggal (jadwal) rekontruksi, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang salah pada pembaca. 38.15.2 “Ada 20 pertanyaan terhadap Tiara mulai pukul 10.00-1400 WIB,” ungkapnya. Kata 20 pertanyaan merupakan golongan kata denotatif karena maknanya sudah jelas diketahui, yakni jumlah pertanyaannya ada 20 pertanyaan. Dengan demikian pembaca tidak lagi menginterpretasikan berapa jumlah pertanyaan yang diajukan. Jadi, penulis sudah tepat dalam menggunakan kata tersebut. 56.8.3 Oleng langsung berdiri dari kursi pesakitan lalu mengambil Al Quran di meja majelis halim lalu meletakkannya di lantai. Kata kursi pesakitan masuk dalam golongan kata konotatif. Makna sebenarnya dari kata kursi pesakitan adalah kursi pengadilan. Kata kursi pesakitan ini merupakan penggunaan makna konotatif yang bernilai rasa baik. Penggunaan kata yang bermakna konotatif ini sudah tepat karena penulis hanya ingin menggunakan kata dengan nilai rasa lebih baik dan variasi kata. 59.11.3 “Perbuatan itu sudah sangat tidak waras Kata tidak waras pada kalimat di atas merupakan kata yang bermakna konotatif. Makna donotatif dari kata tidak waras adalah hilangnya kesadaran atau hilangnya akal sehat pada seseorang. Kata tidak waras digolongkan dalam makna konotatif karena memiliki nilai rasa rendah. 60.12.3 Rajak juga mengapresiasi kerja keras kepolisian yang berhasil membawa tersangka ke meja persidangan. Kata meja persidangan pada kalimat di atas merupakan kata yang memiliki makna denotative karena merupakan kata yang bermakna sebenarnya. Kata
53
meja persidangan memiliki kata konotatif yaitu meja hijau. Kata meja persidangan pada kalimat di atas sudah tepat. 61.13.3 Gadis asal Paciran, Lamongan, Jawa Timur, itu membawa uang Rp 600 ribu untuk menebus laptop, namun Soleh berdalih ada di tangan tukang reparasi. Kata Rp 600 ribu pada kalimat di atas merupakan kata denotatif karena telah jelas membritahukan nominal uang yang digunakan. Kata yang digunakan sudah tepat karena tidak akan membingungkan pembaca. 74.4.4 Diketahui, proyek perbaikan jalan sepanjang 900 meter tersebut menghabiskan anggaran sebesar
Rp 3,5 milyar yang dialokasikan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Banten Tahun Anggaran (TA) 2011 pada Dinas Bina Marga Tata Ruang (DBMTR) Provinsi Banten. Kata pada kalimat di atas masuk dalam golongan kata denotatif, karena tidak menggunakan kata abstrak dalam memberitahukan luas tanah yang digunakan. Kata tersebut sudah tepat digunakan. 75.5.4 Saat dikonfirmasi terkait hasil pemeriksaan terhadap ketiga saksi, Triono enggan membeberkan hasil pemeriksaan tersebut. Kata enggan pada kalimat di atas masuk dalam golongan kata denotatif, kata enggan merupakan sinonim dari tidak suka, tidak mau, maupun tidak sudi. Kata-kata tersebut bermakna denotasi yang sama yaitu tidak menginginkan suatu hal. Namun kata enggan memiliki konotasi positif, yakni mengandung nilai rasa yang lebih sopan. Sedangkan tidak suka, tidak mau, maupun tidak sudi, memiliki nilai rasa yang kurang sopan. Dengan demikian kata enggan yang digunakan sudah tepat.
54
76.6.4 Hingga saat ini, kata Triono, sudah 12 saksi yang diperiksa terkait kasus dugaan korupsi betonisasi tersebut. Kata 12 saksi pada kalimat di atas masuk dalam golongan kata denotatif karena menjelaskan jumlah saksi dengan jelas sehingga tidak membingungkan pembaca, jadi penggunaan kata tersebut sudah tepat. 92.5.5 Kementrian Perhubungan (Kemenhub) berniat menghibahkan 30 bus kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Kata menghibahkan 30 bus pada kalilmat di atas merupakan golongan kata yang bermakna kata denotatif. Kata menghibahkan merupakan sinonim dari kata menghadiahkan. Namun meski demikian kata tersebut sudah tepat digunakan. 93.6.5 Menurut Airin, saat ini Pemkot Tangsel tengah menyiapkan infrastruktur jalan dengan melakukan berbagai perbaikan baik pelebaran jalan dan penggunaan jalan alternatif. Kata jalan pada kalimat di atas sudah sangat jelas masuk dalam golongan kata denotatif. Kata denotatif yang digunakan pada kalimat di atas sudah tepat, karena objek yang dimaksud berupa jalan raya. 95.8.5 Karena saat ini permasalahan kemacetan saja belum bisa diatasi, mayoritas jalan-jalan di Tangsel juga belum memadai untuk dilintasi bus. Kata memadai pada kalimat di atas masuk dalam golongan kata konotatif. Arti lain dari kata memadai adalah cukup atau layak. Kata memadai pada kalimat di atas sudah tepat, karena tidak akan menimbulkan interpretasi lain. 121.7.6 Gong puncak pelaksanaan pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Tangerang ditabuh.
55
Kata Gong pada kalimat di atas masuk dalam golongan kata denotative, karena gong yang disebutkan sebuah nama alat music yang biasa digunakan untuk peresmian. Kata Gong sudah sangat jelas menunjukan benda sebenarnya dan tidak akan menimbulkan interpretasi lain. 123.9.6 Dipastikan, gambar Ayam Jago Wareng yang sedang memasukkan surat suara ke kotak suara ini bakal bertebaran disetiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). Kata bertebaran pada kalimat di atas merupakan golongan kata konotatif. Kata bertebaran dalam kalimat ini mengandung arti tersebar. Kata tersebut dapat menimbulkan interpretasi lain pada pembaca, karena kata tersebut memiliki arti lain yakni berhamburan. Jadi kata bertebaran kurang tepat digunakan dan kata tersebar lebih tepat untuk digunakan. 125.10.6 Terkait dengan persiapan logistik, Pengarah Pokja Pemungutan dan Perhitungan Suara Akhmad Jamaludin menjelaskan baik petugas maupun logistik untuk penyelenggaraan Pemilukada telah siap 100 persen. Kata 100 persen pada kalimat di atas tidak akan menimbulkan interpretasi lain, karena makna tersebut berarti telah sangat siap untuk digunakan. Kata 100 persen dalam kalimat di atas masuk dalam golongan kata denotative yang tepat digunakan. 125.11.6 Ia berpendapat, jika tingkat partisipasi masyarakat dalam pencoblosan nanti hanya 60 persen, maka dipastikan akan terjadi dua putaran. Kata tingkat pada kalimat di atas merupakan golonagan kata konotatif, karena tidak menggunakan makna asli dari kata tersebut. Kata tingkat merupakan sebuah susunan yang berlapis atau bertumpuk. Umumnya, kata tingkat ini merupakan kata lain dari tangga. Namun makna tidak sebenarnya digunakan untuk menyebutkan sebuah kedudukan, seperti duta besar sama
56
tingkatnya dengan menteri. Pada kaliamt contoh memiliki arti kedudukan, sedangkan pada kalimat berita kata tingkat memiliki arti yang berhubungan dengan suatu keadaan. Jadi kat tingkat pada kalimat berita sudah tepat digunakan karena tidak akan menimbulkan interpretasi. 126.12.6 Pihaknya bahkan telah menyiapkan lebih dari 2.200 personil yang terdiri dari jajaran Polresta Tangerang yang dibantu oleh Polda Metro Jaya. Kata 2.200 personil pada kalimat 126.12.6 bermakna denotatif, karena penulis memberi pengarahan yang jelas mengenai personil jajaran polresta, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang salah oleh pembaca. Jadi, penggunaan 2.200 personil pada kalimat tersebut sudah tepat. c. Kata-kata yang Hampir Bersinonim 9.9.1 Pemerintah Kota Tangerang terkesan tebang pilih dalam upaya penegakkan hukum. Kata upaya pada kalimat 9.9.1 mempunyai sinonim usaha da ikhtiar. Sekalipun kata-kata itu tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaannya adalah keduanya terkait dengan “mewujudkan keinginan”. Kata tersebut tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Upaya memiliki makna kehendak untuk mencari jalan keluar, usaha memiliki makna kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, sedangkan ikhtiar memiliki makna syarat untuk mencapai tujuan. Penggunaan kata upaya sudah tepat karena memiliki makna untuk mencari jalan keluar dalam penegakan hokum. 10.10.1 Bangunan tempat beribadah itu hampir rampung, sementara izin belum dikantongi.
57
Kata rampung pada kalimat 10.10.1 memiliki sinonim usai dan selesai. Kata-kata tersebut memang tidak memiliki makna kata yang persis sama, masing-masing kata memiliki sebagian kesamaan makna. Rampung memiliki makna sudah siap dalam pengerjaanya; usai memiliki makna yang berarti telah berakhir atau telah habis masa pengerjaannya; selesai memiliki makna sudah jadi dalam pengerjaannya. Sekalipun kata-kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata tersebut memiliki tujuan makna yang sama yakni “mencapai titik akhir pengerjaan.”
Penggunaan kata rampung pada
kalimat ini sudah tepat karena pengerjaan bangunan yang belum belum berakhir atau masih dalam pengerjaan. 11.11.1 Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang, Hapipi mengatakan, jika sikap pemerintah tegas maka akan memberikan efek jera bagi setiap pemilik bangunan tak berizin untuk tetap tunduk dan patuh terhadap aturan yang ada. Kata jera pada kalimat 11.11.1 memiliki sinonim kapok. Sekalipun katakata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata tersebut memiliki tujuan makna yang sama yakni “tidak melakukan perbuatan yang sama”. Kedauanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda, jera memiliki makna tidak mau melakukan perbuatan yang sama, kapok memiliki makna tidak akan melakukan perbuatan yang sama. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang hamper sama, namun kata kapok lebih menekankan dan lebih meyakinkan bahwa benar-benar tidak akan melakukan perbuatan yang sama. 12.12.1 Pembiaran pelanggaran justru akan menimbulkan efek negatif bagi penegakkan aturan. Kata efek pada kalimat 12.12.1 memiliki sinonim pengaruh dan akibat. Kata efek tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Pengaruh memiliki makna sebuah daya yang timbul dari sesuatu yang akan
58
membentuk sebuh kepercayaan, akibat memiliki makna suatu hasil dari peristiwa atau keadaan yang mendahuluinya, efek memiliki makna kesan yang akan ditimbulkan oleh sebuah pernyataan. Sekalipun kata-kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata tersebut memiliki tujuan makna yang sama yakni “kesan akhir yang akan terjadi.” Kata efek pada penggunaannya sudah tepat karena penulis menegaskan kesan yang akan ditimbulkan pada pelanggaran yang dibiarkan yang akan menimbulkan pengaruh pada masyarakat. 14.14.1 “Kita sudah menjatuhkan SP4 pada klenteng itu karena dibangun tanpa izin.” Kata menjatuhkan pada kalimat 14.14.1 memiliki sinonim menurunkan. Sekalipun kata-kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang persis sama, namun kata tersebut memiliki tujuan makna yang sama yakni “mengeluarkan sebuah keputusan”. Kata keduanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Menurunkan memiliki makna mengeluarkan sebuah keputusan, sedangkan menjatuhkan memiliki makna menetapkan sebuah kieputusan. Penggunaan kata menjatuhkan pada kalimat ini sudah tepat, karena dengan tegas menetapkan sebuah keputusan. 15.15.1 Dan, bila seluruh prosedur aturan tidak dipenuhi oleh pihak klenteng, maka tidak tertutup kemungkinan klenteng itu akan kita segel,” ujar Rusdi. Kata segel pada kalimat 15.15.1 memiliki sinonim kata tutup. Kata keduanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda, segel berarti menempelkan atau membubuhkan pernyataan atau tanda untuk memberitahukan
agar
tidak
dibuka,
sedangkan
tutup
penggunaanya
menggunakan alat agar tidak terlihat isinya. Meskipun memiliki nuansa makna yang berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni “pelarangan pada
59
suatu hal”. Penggunaan kata segel sudah tepat karena tujuannya untuk menyita bengunan tersebut. 16.16.1 Sementara berdasarkan pantauan wartawan, pembangunan klenteng di bawah naungan Yayasan Mutiara Dewi Kwan Im, dilakukan di atas lahan 1.000 meter persegi. Kata pantauan memiliki sinonim, mengawasi, mengamati, mengontrol, dan mengecek. Sekalipun kata-kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang persis sama, namun kata-kata tersebut memiliki tujuan makna yang sama yakni sama-sama “melihat.” Kata tersebut tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Mengawasi berarti melihat secara diam-diam, mengamati berarti melihat objek secara teliti, mengontrol berarti memmerhatikan objek agar tetap tekendali, mengecek berarti mencocokkan kembali benar atau tidaknya, mamantau berarti melihat dan mengamati objek sesekali dari kejauhan. Penggunan kata pantauan atau memantau pada kalimat ini sudah tepat karena penulis menjelaskan bahwa wartawan tersbut telah melakukan pengamatan pada objek beritanya. 39.16.2 Pada penyidikan juga, Polresta Tangerang mengemukakan semua barang bukti tersangka untuk melakukan penyiksaan hingga tewas terhadap anak tirinya. Kata penyidikan pada kaliamat 39.16.2 memiliki sinonim pemeriksaan, penggeledahaan. Kedua kata tersebut tidak dapat digantikan karena memiliki perbedaan makna. Pemeriksaan memiliki makna melihat dengan teliti untuk mengetahui suatu keadaan, penggeledahan memiliki makna pemeriksaan untuk mencari sesuatu, sedangkan penyidikan memiliki makna usaha atau cara untuk memperoleh informasi
melalui data. Meskipun kata-kata tersebut tidak
memiliki nuansa makna yang sama, namun memiliki tujuan yang sama yakni
60
sama-sama “mencari informasi untuk pembuktian.” Penggunaannya kata penyidikan oleh penulis sudah tepat. 41.18.2 Alasan ini sudah dikondisikan tersangka untuk menutupi aibnya. Kata aib pada kalimat 41.18.2 memiliki sinonim kesalahan. Kata aib dapat digantikan oleh kata kesalahan karena memiliki makna yang sama yakni samasama bermakna sebuah noda, cela atau perbuatan yang membuat cacat batin dalam diri seseorang.akan tetapi penggunaan kata aib pada kalimat ini sudah tepat. 62.14.3 Muhamad Soleh alias Oleng, terdakwa kasus pembunuhan disertai dengan pemerkosaan terhadap Mahasiswi Universitas Islam Negeri
(UIN)
Syarif Hidayatullah, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Izzun Nahdiyah mengamuk di ruang sidang pengadilan negeri (PN) Tangerang Selatan (4/12). Kata alias pada kalimat 62.14.3 memiliki sinonim atau. Meskipun keduanya tidak memiliki makna yang persis sama, akan tetapi keduanya memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaan maknanya adalah bahwa keduanya sama-sama terkait dengan “kata penghubung untuk menandai beberapa pilihan.” Kata alias yang berarti disebut juga atau sama dengan.biasanya kata alias digunakan untuk menyebut nama samara. Kata atau yang berarti kata penghubung yang digunakan untuk menandai beberapa pilihan. Jadi, pada kalimat ini penulis sudah tepat menggunakan kata alias karena penggunaannya untuk menyebut nama samara. 63.15.3 “Saya berani bersumpah di Al Quran ini bahwa tidak pernah melakukan pemerkosaan,” teriak oleng sembari mengepal kedua tangannya. Kata sembari pada kalimat 63.15.3 memiliki sinonim sambil. Meskipun kedua kata tidak memiliki makna yang persis sama, akan tetapi keduanya memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaannya yakni keduanya “sebagai
61
kata penghubung untuk menandai perbuatan yang dilakukan secara bersamaan.” Kata sembari digunakan penulis agar tidak membosankan pembaca. 65.17.3 Kecaman serupa juga disampaikan Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangsel Abdul Rajak. Kata serupa pada kalimat 65.17.3 memiliki sinonim mirip. Meskipun keduanya tidak mempunya makna yang persis sama, akan tetapi keduanya memiliki
sebagian
kesamaan
makna.
Kesamaannya
adalah
keduanya
“menyebutkan sebuah benda yang hampir sama dengan benda yang lainnya.” Kata serupa digunakan penulis sebagai variasi kata agar tidak membosankan. 66.18.3 Gadis berkerudung putih itu terus mendesak agar laptopnya dikembalikan. Kata mendesak pada kalimat 66.18.3 bersinonim memaksa, memojokkan, dan menekan. Masing-masing kata memiliki sebagian kesamaan makna yakni sama-sama terkait dengan memburu-buru. Kata mendesak bermakna meminta dengan sangat, memperlakukan atau menyuruh dengan paksa, sedangkan memojokkan mendesak pada keadaan yang sulit. Pada kalimat tersebut penulis dengan tepat menggunakan kata mendesak karena maknanya lebih kea rah meminta dengan sangat. 77.7.4 Diketahui, proyek perbaikan jalan sepanjang 900 meter tersebut menghabiskan anggaran sebesar
Rp 3,5 milyar yang dialokasikan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Banten Tahun Anggaran (TA) 2011 pada Dinas Bina Marga Tata Ruang (DBMTR) Provinsi Banten. Kata dialokasikan pada kalimat 77.7.4 bersinonim jatah, dan porsi.kata jatah bermakna jumlah atau banyaknya barang yang telah ditentukan, porsi bermakna bagian yang ditentukan, dan alokasi bermakna penjatahan. Meskipun masing0masing tidak memiliki makna yang sama, namun masing-masing kata
62
memiliki sebagiab makna yang sama yakni sama-sama terkait dengan pembagian anggaran atau barang. Kata yang tepat digunkana pada kalimat tesbut sudah tepat. 78.8.4 “Ibu Retno sengaja kita panggil karena pada saat pelaksanaan proyek betonisasi itu, beliau bertugas sebagai Profesional Hand Over (PHO) yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan pelaksanaan proyek itu,” ungkap Triono saat ditemui usai pemeriksaan. Kata berwenang pada kalimat 78.8.4 memiliki sinonim hak, dan kekuasaan. Kata berwenang memiliki makna memiliki kuasa atau hak dalam membuat suatu keputusan; hak memiliki makna derajat atau martabat; kekuasaan memiliki makna sebuah daerah yang dikuasai untuk memerintah. Meskipun masing-masing tidak memiliki makna yang sama, kata-kata itu memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaannya adalah terkait dengan “kuasa.” Penggunaan kata berwenang pada kalimat tersebut sudah tepat karena PHO merupakan sebuah lembaga yang memiliki wewenang untuk memberi keputusan. 79.10.4 Triono berdalih, pihaknya akan
memberitahukan hasil
pemeriksaan tersebut usai mengetahui hasil ekspos kerugian negara dari Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kata usai memiliki sinonim selesai. Meskipun keduanya tidak memiliki makna sama yang persis sama, masing-masing memiliki kesamaan makna yaitu sama-sama “mencapai akhir suatu pengerjaan.” Kata usai pada kalimat tersebut digunakan sebagai variasi kata agar tidak membosankan. 80.11.4 Sebelum diberitakan, proyek betonisasi ruas Jalan Terate, Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, mulai menyelidiki Kejari Serang sejak Juni 2012.
63
Kata ruas pada kalimat 80.11.4 memiliki sinonim antara. Kata-kata tersebut tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Ruas memiliki makna bagian yang diapit oleh satu benda dengan benda yang lain, sedangkan antara memiliki makna jarak yang terapit oleh dua benda. Sekalipun keduanya tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki sebagian kesamaan makna yaitu keduanya terkait dengan “batas”. Penggunaan kata ruas pada kalimat tersebut sudah tepat, karena membahas mengenai titik jalan. 82.13.4 Seraya mengatakan pihaknya telah meminta bantuan audit kerugian keuangan negara kepada BPKP dan bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong untuk melakukan cek fisik. Kata pengkajian pada kalimat 82.13.4 memiliki sinonim penyelidikan. Sekalipun keduanya tidak memiliki makna yang hampir sama, keduanya memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaannya adalaha “mendalami sebuah kejadian atau keadaan yang tidak sewajarnya.” Penggunaan kata pengkajian pada kalimat tersebut sudah tepat karena dalam hal ini merupakan sebuah lembaga yang bertugas dalam penyidikan. 96.9.5 Kementrian Perhubungan (Kemenhub) berniat menghibahkan 30 bus kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Kata menghibahkan pada kalimat 96.9.5 memiliki sinonim menghadiahkan dan memberikan. Masing-masing memiliki sebagian kesamaan makna yakni “memberikan sesuatu kepada penerima.” Penulis menggunakan variasi kata agar tidak membosankan pembaca. 97.10.5 Bus tersebut awalnya digunakan sebagai armada transportasi massal di kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang ini.
64
Kata pemekaran pada kalimat 97.10.5 memiliki sinonim perluasan. Keduanya memiliki sebagian makna yang sama yakni “pelebaran wilayah.” Kata pemekaran digunakan penulis untuk menambah variasi kata gar tidak membosankan pembaca. 98.11.5 Menurut Airin, saat ini Pemkot Tangerang tengah menyiapkan infrastruktur jalan dengan melakukan perbaikan baik pelebaran dan penggunaan jalan alternatif. Kata alternatif pada kalimat 98.11.5 memiliki sinonim pilihan. Keduanya tidak memiliki makna yang persisi sama. Meskipun tidak memiliki makna yang sama, keduanya memiliki kesamaan makna yakni “memiliki beberapa acuan.” Penggunaan kata alternatif pada kalimat tersebut sudah tepat karena penggunaannya untuk merujuk pada jalan lain. 99.12.5 Airin menjelaskan Pemkot akan melakukan pembahasan rute bus dan seperti apa mekanismenya. Kata rute pada kalimat 99.12.5 memiliki sinonim jarak. Meskipun keduanya tidak memiliki makna yang persis sama, keduanya memiliki sebagian kesamaan makna, yakni “satu diantara dua perjalanan.” Jarak bermakna ruang diantara dua benda, sedangkan rute adalah jalur yang harus ditempuh angkutan umum antara satu kota ke kota lain. Penggunaan kata rute sudah tepat karena pembahasannya mengenai jalur perjalanan. 100.13.5 Nantinya akan ada jalan yang menghubungkan wilayah satu dengan
wilayah
lainnya,
yakni
membuat
poros
Tangsel
dengan
menghubungkan utara, barat, selatan, dan timur Tangsel. Kata poros pada kalimat 100.13.5 bersinonim sumbu. Kata poros merupakan pusat dari sebuah titik. Kata poros sudah tepat digunakan karena dimaksudkan untuk membuat pusat wilayah. Meskipun keduanya memiliki
65
sebagian makna yang sama yakni sama-sama terkait dengan sebuah pusat, namun keduanya tidak dapat menggantikan kedudukan satu sama lain. 101.14.5 Karena saat ini permasalahan
kemacetan saja bisa diatasi,
mayoritas jalan-jalan di Tangsel juga belum memadai untuk dilintasi bus. Kata dilintasi pada kalimat 101.14.5 memiliki sinonim dilewati dan dilalui. Sekalipun kata-kata tesebut tidak memiliki makna yang persis sama, masingmasing memiliki sebagian kesamaan makna yakni “terkait dengan berjalan.” dilewati berarti mengenai objek yang dilewati ketika berjalan; dilalui berarti berjalan tanpa menghiraukan objek sekitar; dilintasi melewati jalan yang tidak terlalu jauh jaraknya. Kata dilintasi pada kalimat tersebut sudah tepat karena jalan yang akan dilewati tidak akan terlalu jauh jaraknya. 129.15.6
Dipastikan,
gambar
Ayam
Jago
Wareng
yang
sedang
memasukkan surat suara ke kotak suara ini bakal bertebaran disetiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). Kata bertebaran pada kalimat 129.15.6 memiliki sinonim berhamburan. Keduanya memiliki sebagian kesamaan makna yakni terkait dengan “berada dimana-mana.” Penulis menggunakan variasi kata untuk menhilangkan rasa bosan saat membaca. Penggunaannya sudah tepat. 130.16.6 Sehingga nanti siapapun hasil dari Pemilukada Kabupaten Tangerang itu mendapat legitimasi yang kuat dari masyarakat Kabupaten Tangerang,” ujar Jamludin, Kemarin. Kata legitimasi pada kallimat 130.16.6 memiliki sinonim kata pengesahan. Keduanya memiliki sebagian kesamaan makna yakni “pengakuan.” Meski demikian kata legitimasi tidak dapat digantikan dengan pengesahan, karena legitimasi merupakan pengesahan secara tertulis dengan bukti yang kuat.
66
131.17.6 Terkait dengan persiapan logistik, Pengarah Pokja Pemungutan dan Perhitungan Suara Akhmad Jamaludin menjelaskan baik petugas maupun logistik untuk penyelenggaraan Pemilukada telah siap 100 persen. Kata logistik pada kalimat 131.17.6 memiliki sinonim kata pengadaan. Sekalipun keduanya tidak memiliki makna yang persis sama, namun keudanya memiliki sebagian makna yang sama, yang terkait dengan “penyediaan perlengkapan.” Meskipun keduanya memiliki sebagian kesamaan makna, namun tidak dapat menggantikan karena kata logistik lebih mencakupi keseluruhan kriteria. 132.18.6 Bahkan saat ini pihaknya telah mendistribusikan kertas suara kepada seluruh PPK untuk kembali distribusikan ke TPS masing-masing. kata mendistribusikan berasal dari kata dasar idistribusi, memiliki sinonim kata penyaluran. Kata mendistribusikan sudah tepat digunakan penulis, karena umunya kata tersbut digunakan, sedangkan kata penyaluran digunakan untuk memberikan bantuan. Meskipun keduanya hanya tidak memiliki kesamaan makna yang persis sama, tetapi keduanya memiliki sebagian kesamaan makna yang terkait dengan “pengedaran atau pembagian.” 133.19.6 “Untuk hari pencoblosan nanti semua telah 100 persen siap, dan saya harap saat pelaksanaannya nanti bisa berjalan dengan lancar. Kata harap pada kalimat 133.19.6 memiliki sinonim kata minta dan mohon. Ketiganya memiliki makna yang terkait dengan mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Meski demikian, ketiganya tidak dapat saling menggantikan, karena berbeda fungsi penempatannya. Kata harap lebih kepada keinginan akan terjadinya sesuatu, minta merupakan sebuah kata-kata agar diberi sesuatu, sedangkan mohon merupakan sebuah permintaan atau pengharapan dengan lebih hormat dan biasanya kata mohon digunakan untuk sebuah permintaan
67
yang sangat diharapkan. Jadi, penulis sudah menggunakan kata harap dengan tepat. 134.20.6 Untuk mengatatasi kecurangan yang terjadi selama pemilihan, KPU akan terus melakukan verifikasi data pemilih serta penguatan struktural di kecamatan dan kelurahan untuk pengawasan. Kata verifikasi pada kalmiat 134.20.6 bersinonim validitas. Keduanya memiliki sebagian kesamaan makna yakni sama-sama terkait dengan pembenaran. Meskipun keduanya memiliki sebagian kesamaan makna, namun keduanya tidak dapat saling menggantikan. Verifikasi merupakan sebuah pemeriksaaan terhadap kebenaran laporan, pernyataan, dan perhitungan, sedangkan validitas merupakan tingkat dari keabsahan yang memiliki kekuatan hokum. Jadi penggunaan kat verifikasi pada kalimat tersbut sudah tepat karena fungsinya pemeriksaan yang lebih jeli lagi. 136.22 6 Pengamat politik dari Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ), Ade Yunus mengatakan pada pesta demokrasi ini masyarakat harus jeli memilih calon pemimpinnya. Kata jeli pada kalimat 136.22.6 memiliki sinonim telik dan teliti. Telik yang berarti awas. Teliti yang berarti cermat dan seksama, dan jeli yang berarti tajam atau ketajaman. Sekalipun masing-masing kata tidak memilki makna sama yang persis sama, namun masing-masing kata memiliki sebagian makna yang sama, yakni terkait dengan “ketelitian dan kecermatan.” Kata jeli digunakan penulis sebagai variasi kosa kata agar tidak membosankan pembaca. 137.23.6 Bicara tentang prediksi calon terkuat jelang pencoblosan nanti, Ade mengatakan sampai saat ini calon yang terkuat yaitu pasangan ZakiHermansyah dan Aden-Suryana.
68
Kata prediksi pada kalimat 137.23.6 memiliki sinonim dugaan, ramalan, dan bayangan. Kata prediksi yang digunakan dalam kalimat tersbut sudah tepat karena penggunaannya untuk sebuah prakiraan yang absah. Meskipun m asingmasing kata tidak memiliki makna yang sama, namun masing-masing kata memilliki sebagian kesamaan kata yakni terklait dengan “pendapat”. Dugaan yang berarti
perkiraan yang tidak disangka-sangka, ramalan yang berarti
sebuah prakiraan hasil meramal, bayangan yang berarti perkiraan yang belum Nampak masih abstak, dan dugaan yang berarti ramalan atau sebuah prakiraan. 138.24.6 Pihaknya bahkan telah menyiapkan lebih dari 2.200 personil yang terdiri dari jajaran Polresta Tangerang yang dibantu oleh Polda Metro Jaya. Kata jajaran pada kalimat 138.24.6 memiliki sinonim barisan. Meskipun keduanya tidak memiliki makna yang persis sama, namun keduanya memiliki sebagian makna yang sama, yakni sama-sama terkait dengan “deretan.” Sekalipun keduanya memiliki sebagian makna yang sama, namun tidak dapat menggantikan
satu
sama
lain.
Kata
jajaran
pada
kalimat
tersebut
penggunaannya sudah tepat. 139.25.6 Kapolres meminta siapapun nanti yang terpilih, calon yang lainnya berikut tim pendukung agar dapat menerimanya dengan lapang dada sebagai bagian dari proses demokrasi. Kata calon pada kalimat 139.25.6 memiliki sinonim kader. Calon merupakan orang yang diusulkan agar dipilih untuk menjadi sesuatu, sedangkan kader adalah orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting di pemerintahan atau dalam partai. Sekalipun keduanya tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing dari keduanya memiliki sebagian makna yang sama, yaitu sama-sama terkait dengan “penyeleksian.” Penggunaan kata calon pada kalimat tersbut sudah tepat.
69
140.26.6 Bambang
juga mengajak kepada semua pihak, tidak hanya
aparat keamanan, namun juga masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan saat pesta demokrasi tersebut berlangsung. Kata aparat pada kalimat 140.26.6 memiliki sinonim abdi negara. Kata aparat memang umumnya lebih sering digunakan untuk menyebutkan abdi negara atau pegawai kepemerintahan. Keduanya memiliki sebagian kesamaan makna yaitu sama-sama terkait dengan “pengabdian pekerjaan.” Kata aparat yang digunakan penulis sudah tepat.
d. Membedakan Kata yang Mirip Ejaannya 45.8.2 Pada penyidikan juga, Polresta Tangerang mengemukakan semua barang bukti tersangka untuk melakukan penyiksaan hingga tewas terhadap anak tirinya. Kata penyidikan memiliki ejaan yang mrirp dengan kata penyelidikan. Kata penyidikan memiliki kata dasar sidik, sedangkan kata penyelidikan berasal dari kata dasar selidik. Kata penyidikan yang digunakan penulis sudah tepat, karena dalam prosesnya baru mencari informasi dengan mengumpulkan data, belum kearah pemeriksaan yang lebih mendalam. Penyidikan sendiri merupakan serangkaian tindakan penyidik yang diatur oleh undang-undang untuk mencari dan mengumpulkan bukti pelaku tindak pidana; proses, cara, perbuatan menyidik. Penyelidikan merupakan usaha memperoleh informasi melalui pengumpulan data. Jadi, jika penyidikan tahap pengumpulan data, sedangkan penyelidikan tahap pencarian informasi dari data-data yang sudah terkumpul.
e. Kata-kata Ciptaan Sendiri
70
Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami perubahan makna kata yang terdapat dalam teks Berita Utama Tangsel Pos, yang digunakan sebagai sumber belajar siswa. f. Akhiran Asing 20.20.1 Menurutnya, perwakilan pihak klenteng juga sudah datang untuk memberikan penjelasan terkait prosedural perizinan atas pembangunan klenteng tesebut. Kata prosedural pada kalimat 20.20.1 berasal dari bahasa inggris yakni procedural, yang artinya sesuai dengan prosedur. Prosedural mendapat akhiran -al yang memiliki kata dasar prosedur. Kata yang berakhiran atau bersufiks -al ini termasuk dalam golongan kata sifat. Kata prosedural yang digunakan penulis sudah tepat, karena prosedur yang mendapat akhiran -al ini merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris. 110.14.5 Kita nanti akan membahas apakah circle Tangsel ini akan terkonektivitas dengan feeder-feeder busway atau yang lainnya,” ungkapnya. Kata terkonektivitas pada kalimat 110.14.5 berasal dari bahasa inggris yakni connectivity (-ties), artinya penghubungan. Terkonektivitas kata dasar dari koneksi bersufiks –itas/tas. Akan tetapi, lambat laun afiks ini akan menjadi konektiv, sehingga bentuk itas/tas dianggap layak diterapkan pada kata dasar bahasa Indonesia. Jadi, kata terkonektivitas atau konektivitas sudah tepat digunakan. 142.27.6 Untuk mengatatasi kecurangan yang terjadi selama pemilihan, KPU akan terus melakukan verifikasi data pemilih serta penguatan struktural di kecamatan dan kelurahan untuk pengawasan.
71
Kata struktural pada kalimat 142.27.6 berasal dari bahasa inggris yakni structural, yang artinya berkaitan dengan struktur. Structural dalam bahasa Indonesia memiliki kata dasar struktur, yang artinya susunan. Structural mendapat sufiks -al dan dalam bahasa Indonesia akhiran ini sudah layak digunakan. Jadi, penggunaannya sudah tepat.
g. Ungkapan Idiomatik 68.19.3 “Saya tidak pernah melakukan perbuatan yang dituduhkan jaksa, jika dituduh melakukan pembunuhan terhadap Izzun Nahdiyah iya memang saya lakukan,” kata Oleng usai mendengarkan tuntutan JPU Lukman Hakim dan Hartono. Ungkapan idiomatik tidak….jika merupakan penggunaan yang salah. Bentuk idiomatik yang benar adalah tidak….tetapi. Tidak….tetapi bukan ungkapan idiom, tetapi memiliki prilaku idiom karena kedua kata tersebut merupakan pasangan tetap yang dapat menciptakan ungkapan idiom. Jadi, penggunaan tidak….jika pada kalimat di atas tidak tetap. 111.24.5 Menurut Airin, saat ini Pemkot Tangerang tengah menyiapkan infrastruktur jalan dengan melakukan perbaikan baik pelebaran dan penggunaan jalan alternatif. Ungkapan idiomatik baik….dan merupakan penggunaan yang salah. Bentuk yang benar adalah baik….maupun. Baik….maupun berprilaku idiom karena kedua kata tersebutmerupakan pasangan tetap yang dapat menciptakan ungkapan idiom. Jadi penggunaan idiom baik….jika tidak tepat.
h. Perubahan Makna Kata yang sudah Dikenal
72
Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami perubahan makna kata yang terdapat dalam teks Berita Utama Tangsel Pos, yang digunakan sebagai sumber belajar siswa.
i. Kelangsungan Pilihan Kata 22.22.2 “Terlepas apakah bangunan itu untuk rumah ibadah, bisnis, maupun rumah tinggal, yang pasti semua harus mengacu pada aturan.” Kata maupun pada kalimat 22.22.2 tidak tepat digunakan. Kata maupun digunakan sebagai kata penghubung untuk menandai perlawanan makna. Kata penghubung yang tepat digunakan adalah atau, karena penggunaannya sebagai kata penghubung untuk menandai pilihan. Rumah ibadah, bisnis, rumah tinggal merupakan sebuah pilihan. Jadi, kata penghubung yang tepat digunakan adalah atau, sehingga menjadi rumah ibadah, bisnis, atau tempat tinggal. 47.22.2 Dia menjelaskan berdasarkan BAP, ayah korban dia sibuk untuk mendukung perekonomian keluarganya dengan pergi pagi pulang malam. Kata dia pada kalimat 47.22.2 tidak tepat digunakan. Seharusnya kata dia tidak usah digunakan kembali, karena merupakan pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai rasa yang rendah. Kalimat yang benar seharusnya “Dia menjelaskan berdasarkan BAP, ayah korban sibuk untuk mendukung perekonomian keluarganya dengan pergi pagi pulang malam.” Jadi, kata dia pada kalimat tersebut tidak perlu dipakai lagi. 69.20.3 “Bawa dia ke ruangan tahanan,” Tegas Mahri. Frase ruangan tahanan pada kalimat 69.20.3 merupakan pemborosan kata. Kata ruangan pada frase ruangan tahanan seharusnya tidak perlu mendapat sufiks -an, sehingga menjadi ruang tahanan. Selain merupakan pemborosan
73
kata, akhiran -an yang digunakan pada kata ruangan mengandung nilai rasa yang rendah. Jadi, frase ruangan tahanan kurang tepat. 113.26.5 “Kita nanti akan membahas apakah circle Tangsel ini akan terkonektivitas dengan feeder-feeder busway atau yang lainnya,” ungkapnya. Frasa nanti akan pada kalimat 113.26.5 tidak tepat digunakan. Nanti akan merupakan pemborosan kata. Penggunaannya cukup satu saja, kata akan sudah mewakilkan pelaksanaan pembahasan, sehingga tidak lagi memerlukan kata nanti pada kalimat tersebut. Kata akan pada kalimat tersebut pun cukup satu saja digunakan, sehingga menjadi “Kita akan membahas apakah circle Tangsel ini terkonektivitas dengan feeder-feeder busway atau yang lainnya,” ungkapnya. 145.30.6 Kapolres meminta siapapun nanti yang terpilih, calon yang lainnya berikut tim pendukungnya agar dapat menerimanya dengan lapang dada sebagai bagian dari proses demokrasi. Kata ganti –nya pada kalimat 145.30.6 seharusnya tidak perlu adanya pengulangan pada kata pendukungnya dan menerimanya, karena mengandung pemborosan kata ganti. Cukup penggunaan kata -nya pada kata lainnya saja, sehingga menjadi “Kapolres meminta siapapun nanti yang terpilih, calon yang lainnya berikut tim pendukung agar dapat menerima dengan
lapang dada
sebagai bagian dari proses demokrasi. j. Penggunaan Kata Indria Peneliti tidak menemukan penggunaan kata-kata indria dalam teks Berita Utama Tangsel Pos, yang digunakan untuk sumber belajar siswa. 3.
Hasil Analisis dengan Persentase 1. Penggunaan kata umum khusus
74
2 x 100% = 1,4% 145 2
Penggunaan kata denotasi konotasi 5 x 100% = 3,4% 145
3
Penggunan kata yang hampir bersinonim 3 x 100% = 2,8% 145
4
Penggunaan kata yang mirip ejaan 3 x 100% = 2,1% 145
5
Penggunaan kata idiom 2 x 100% = 1,4% 145
6
Kelangsungan pilihan kata 5 x 100% = 3,4% 145
Penggunaan kata dengan akhiran asing dari 3 data yang terdapat pada berita utama Tangsel Pos, tidak ditemukan kesalahan. Penggunaan kata indria, kata ciptaan sendiri, kata ciptaan sendiri, dan kata yang mengalami perubahan makna tidak ditemukan penggunaannya dalam berita utama Tangsel Pos. Dengan demikian, dapat dilihat jika penggunaan diksi pada berita utama Tangsel Pos hanya terdapat sedikit kesalahan penggunaan diksi, karena dari 145 data hanya terdapat 21 data yang tidak tepat digunakan. Selain itu penggunaan bahasa
75
yang digunakan pada berita utama Tangsel Pos memiliki karakter bahasa yang cukup ringan, sehingga Tangsel Pos dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa untuk memulai keterampilan siswa.
4. Teks Berita Utama Sebagai Sumber Belajar Berjalannya perkembangan ilmu dan pengetahuan, bahan ajar yang digunakan akan semakin bervariasi. Seiring berkembangnya sistem pengajaran, maka tenaga pengajar dituntut untuk lebih berinovasi dalam memilih bahan ajar. Bentuk-bentuk sumber belajar semakin mudah didapat. Baik yang berupa teks maupun yang berupa non teks. Bentuk-bentuk teks sendiri saat ini sangat mudah diperoleh, baik yang sudah dirancang untuk materi pembelajaran, maupun teks yang sudah tersedia dan bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengajaran. Sumber belajar digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Bentuk sumber belajar seperti apaun dapat digunakan, selagi dapat memberikan mutu dan kualitas pembelajaran siswa menjadi lebih baik. Sumber belajar cetak dalam bentuk buku teks memang telah dirancang untuk proses pembelajaran, tapi selain itu banyak pula bentuk buku teks lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bahan ajar, salah satunya yakni surat kabar. Dalam hal ini, berbagai rubrik dari sebuah surat kabarpun dapat digunakan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan ini tentunya dengan melihat dan memperhatikan criteria yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Salah satu rubrik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar adalah berita utama. Berita utama yang disajikan dalam media massa, tidak disajikan
76
dengan begitu saja, melainkan memalui pertimbangan baik dari segi isi maupun dari segi penulisannya. Pemanfaatan berita utama sebagai sumber belajar khususnya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, dapat dikatakan sebagai alternatif inovasi pembelajaran di tengah perkembangan pengetahuan. Pemanfaatan ini akan membantu menerapkan tuntutan berbagai aspek keterampilan,
yakni
keterampilan
membaca,
keterampilan
menyimak,
keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Dengan pemilihan dan pengaplikasian yang tepat, maka hal tersebut tidak menutup kemungkinan dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. 5.
Kelebihan Pemilihan Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar Bahasa Indonesia Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa seiring dengan perkembangan zaman seorang pengajar dituntut untuk lebih cermat dalam memilih sumber belajar yang digunakan. Sebagai sumber belajar yang tidak dikemas untuk bahan ajar siswa, Koran Tangsel Pos dapat memberikan sedikit banyaknya keterampilan siswa dalam menulis. Siswa dapat ikut berlatih dalam menulis sebuah teks bacaan dengan menggunakan susunan kata dan kalimat dengan benar, khususnya dalam penggunaan diksi. Selain itu, siswa dapat memanfaatkan variasi kosa kata yang dikuasai. Sebagai sumber belajar yang mudah didapat, Tangsel Pos pun mudah didapat. Dari segi pemanfaatannya, sumber belajar ini bersifat ekonomis, praktis, dan fleksibel. Ekonomis yang berarti pemanfaatanya selain mudah didapat, harganya pun terjangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu, penggunaan Berita Utama Tangsel Pos sebagai sumber belajar dapat memenuhi kriteria ekonomisnya. Tangsel Pos merupakan sumber belajar yang termasuk kategori praktis, karena pengadaannya tidak memerlukan usaha ekstra dan
77
langka. Bersifat fleksibel dalam pemanfaatannya, karena dapat memenuhi berbagai aspek keterampilan, yakni membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Selain itu di dalamnya terdapat pula tatanan kebahasaan yang dapat dipelajari siswa. Dilihat dari segi tata bahasa dan penulisannya, berdasarkan analisis struktur bahasa pada Berita Utama Tangsel Pos, khususnya dalam penggunaan diksi, Tangsel Pos termasuk media massa yang tidak terlalu buruk bahkan cukup baik untuk pembelajaran awal bagi keterampilan siswa
6.
Kekurangan Pemilihan Berita Utama sebagai Sumber Belajar Bahasa Indonesia Selain keuntungan yang didapat dalam pemilihan Berita Utama sebagai sumber belajar, juga terdapat kekurangannya. Dari segi penyajian, Berita Utama Tangsel Pos kurang menarik dan sedikit membosankan bagi siswa. Dilihat dari segi penggunaan pemilihan kata atau diksi, Berita Utama Tangsel Pos masih terdapat bentuk-bentuk yang kurang tepat, meskipun sebagian besar sudah tepat dalam
penggunaannya,
namun
masih
terdapat
ketidaktepatan
dalam
penggunaannya. Kekurangan yang lain, yaitu penggunaan ungkapan idiom terlihat belum menguasi penggunaan kata penghubungnya, karena data yang ditemukan belum
78
ada yang benar. Selain itu, kosa kata yang digunakan belum bervariasi, sehingga siswa ketika mempelajarinya hanya akan mendapat sedikit kosa kata baru. Istilah asing pun masih sering dijumpai dalam penulisannya, meskipun dalam penggunaannya sudah lazim untuk media masa. Seringnya digunakan istilah asing dalam media massa akan berdampak dan pengaruh pada kurangnya tingkat pemahaman terhadap istilah-istilah yang dijumpai, hingga pesan yang disampaikan pun akan terhambat. Selain itu, seringnya penggunaan istilah asing akan mengakibatkan pergeseran istilah atau kata asli bahasa Indonesia. 7.
Implikasi Analisis Penggunaan Diksi sebagai Sumber Belajar Siswa Analisis diksi sebenarnya bukanlah hal baru dalam proses belajarmengajar, khususnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Sumber belajar digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Bentuk sumber belajar seperti apaun dapat digunakan, selagi dapat memberikan mutu dan kualitas pembelajaran siswa menjadi lebih baik. Sumber belajar cetak dalam bentuk buku teks memang telah dirancang untuk proses pembelajaran, tapi selain itu banyak pula bentuk buku teks lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bahan ajar, salah satunya yakni surat kabar. Dalam hal ini, berbagai rubrik dari sebuah surat kabarpun dapat digunakan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan ini tentunya dengan melihat dan memperhatikan kriteria yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Salah satu bentuk teks yang sering dijumpai setiap hari adalah media massa, baik Koran, tabloid, ataupun majalah. Sumber belajar dalam bentuk teks ini merupakan salah satu sumber belajar yang murah dan efisien, karena selain mudah ditemukan, teks dalam Koran khususnya teks berita ini dapat dijadikan untuk pembelajaran siswa. Dengan menggunakan media ini, guru dapat memberi tugas kepada siswa untuk mencari penggunaan kata yang kurang tepat dan memperbaikinya.
79
Penulis yakin dengan menjadikan Koran sebagai sumber belajar, dapat meningkatkan antusia siswa untuk mengetahui hal apa saja yang akan ditemukan dalam analisis diksi dalam berita utama ini. Selain itu, manfaat lain yang diperoleh siswa adalah secara tidak langsung siswa telah melakukan analisis secara mendalam dan menambah ilmu bagi siswa yang jarang dilakukan dalam pembelajaran pada sekolah tingkat SMP. Juga dapat menjadi inovasi dan penyegaran dalam pembelajaran, agar tidak menimbulkan kesan jenuh krena monoton dalam penggunaan sumber belajar.
71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai penggunaan diksi pada teks Berita Utama Tangsel Pos sebagai sumber belajar, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari enam teks berita yang terdapat di Koran Tangsel Pos, terdapat 145 data penggunaan ketepatan diksi. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kesalahan ketepatan diksi tidak terlalu banyak atau relatif sedikit. Dari penggunaan diksi terdapat 21 data ketidaktepatan, yang terdiri atas; 2 kesalahan umum khusus dengan data: (27.5.2) Begitu pula dengan bendabenda yang digunakan, Tiara menceritakan semua di Polresta, (73.3.4) Sementara kedua pengusaha, lanjut Triono, dipanggil terkait pelaksanaan lelang elektronik yang diumumkan oleh DBMTR melalui website LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Provinsi Banten. 5 kesalahan denotasi dan konotasi dengan data: (30.8.2) Pada penyidikan juga, Polresta Tangerang mengemukakan semua barang bukti tersangka untuk melakukan penyiksaan hingga tewas terhadap anak tirinya, (37.14.2) Tidak hanya itu, pekan depan Polresta akan melakukan rekonstruksi. (59.13.3) “Perbuatan itu sudah sangat tidak waras, 4 kesalahan sinonim dengan data: (14.14.1) “Kita sudah menjatuhkan SP4 pada klenteng itu karena dibangun
tanpa izin.” (63.2.3) “Saya berani bersumpahdi Al
Quran ini bahwa tidak pernah melakukan pemerkosaan,” teriak oleng sembari mengepal kedua tangannya, (129.15.6) Dipastikan, gambar Ayam Jago Wareng yangsedang memasukkan surat suara ke kotak suara ini bakal bertebaran disetiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). 2 kesalahan ungkapan idiom denganm data (143.28.6) “Untuk hari pencoblosan nanti semua telah 100 persen siap, dan saya harap saat pelaksanaannya nanti bisa berjalan dengan lancar, (144.29.6) Kalau tingkat partisipannya sampai di atas 70 persen, diprediksi Zaki-
72
Hermansyah yang akan menang. 5 kesalahan kelangsungan pilihan kata dengan data (145.30.6) Kapolres meminta siapapun nanti yang terpilih, calon yang lainnya berikut tim pendukungnya agar dapat menerimanya dengan lapang dada sebagai bagian dari proses demokrasi. (113.26.5) “Kita
nanti
akan
membahas
apakah
circle
Tangsel
ini
akan
terkonektivitas dengan feeder-feeder busway atau yang lainnya,” ungkapnya. (69.20.3) “Bawa dia ke ruangan tahanan,” Tegas Mahri. (70.21.3) Kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, perbuatan tersebut sangat diluar akal sehat. (47.22.2) Dia menjelaskan berdasarkan BAP ayah korban dia sibuk untuk mendukung perekonomian keluarganya dengan pergi pagi pulang malam. (22.22.1) “Terlepas apakah bangunan itu untuk rumah ibadah, bisnis, maupun rumah tinggal, yang pasti semua harus mengacu pada aturan.” 3 data penggunaan akhiran asing tidak ditemukan kesalahan, sedangkan penggunaan kata ciptaan sendiri, penggunaan kata indria dan perubahan makna kata tidak ditemukan penggunaannya pada berita utama Tangsel Pos. Hasil persentase sebagai berikut: penggunaan kata umum khusus 1, 4%, penggunaan kata konotatif dan denotatif 3,4%, penggunaan kata yang hampir bersinonim 2,8%, pengunaan kata yang mirip ejaannya 2,1%, penggunaan kata idiom 1,4% kelangsungan pilihan kata 3,4%, dan penggunaan akhiran asing tidak ditemukan kesalahan, sedangkan penggunaan kata ciptaan sendiri, penggunaan kata indria dan perubahan makna kata tidak ditemukan dalam kolom teks berita Tangsel Pos. 2. Penggunaan diksi pada koran Tangsel Pos sudah cukup baik, maka koran Tangsel Pos dapat dijadikan sebagai sumber belajar untuk siswa tingkat SMP. Dengan demikian, pengajar dapat menggunakan bahan ajar yang lebih inovatif lagi agar siswa tidak jenuh dalam menerima materi.
73
B. Saran Penelitian yang dilakukan peneliti dalam karya tulis ini, meneliti tentang analisis penggunaan diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai sumber belajar dari kesalahan ketepatan diksi. Peneliti meyampaikan saran agar dapat diterima untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di dalam bidang Bahasa Indonesia. Saran yang diberikan peneliti sebagai berikut: 1. Para guru bidang studi Bahasa Indonesia, pada saat mengajarkan materi berita hendaknya menjelaskan mengenai pesan yang terkandung dalam teks berita. Agar siswa yang kesulitan menangkap isi pesan yang terkandung dalam berita, dapat mengerti maksud dari pesan yang disampaikan. 2. Untuk tim redaksi, hendaknya lebih menarik dan inovasi dalam menyajikan sebuah wacana, agar tidak bersifat monoton dan membosankan. 3. Untuk para guru hendaknya lebih inovasi lagi menggunakan sumber belajar, agar siswa mendapat materi yang lebih menarik hingga tidak membosankan dan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. Harapan yang ingin dicapai tentunya agar siswa mendapat peningkatan hasil belajar. 4. Peneliti merekomendasikan kepada pengajar, jika ingin menggunakan sumber belajar untuk keterampilan siswa, hendaknya menggunakan sumber belajar yang ringan terlebih dahulu untuk perkenalan awal. Koran Tangsel Pos salahsatu bahan ajar yangdapat digunakan dalam pembelajaran, karena gaya bahasa yang digunakan masih cukup ringan untuk siswa.
Daftar Pustaka Akhadiah, Sabarti dkk. Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001. Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo. 2010. Chaer, Abdul dan Farid Hadi. Sosiolinguistik (perkenalan awal) Edisi Revisi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. 2004. , Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Choir, Elida Octapiani. Penerapan Diksi pada Paragraf Narasi Siswa Kelas X SMA AlHasra Sawangan Depok.(Jakarta: 2011). Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007. Emzir. Metode Penelitian Kualitatif analisis data. Jakarta: 2011. Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Utama. 2010. Kuntarto, Ninik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: MitraWacana Media. 2010. Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2008. Mujid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009. Maidatussalamiyah. Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/20012. (Jakarta: 2012). Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Jogyakarta: Ar- Ruzz Media. 2011.
Moentadhim, Martin. Jurnalistik Tujuh Menit, jalan pintas menjadi wartawan dan penulis lepas. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2008. Pareno, Sam Abede. Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. Surabaya: Papyrus. 2003. Putrayasa, Ida Bagus.Kalimat Efektif (Diksi, struktur, dan logika). Bandung: PT Refika Aditama. 2007. Rahayu, Novitasari. Analisis Diksi pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat AlQarib. (Jakarta: 2009). Riduwan. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2011. Sumadiria, As Sumadiria. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006. Samsuri. Analisis Bahasa, mempelajari Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Penerbit Erlangga.1985. Suhaimin dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik.Jakarta: Lembaka Penerbitan UIN Jakarta. 2009. Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung:Simbiosa Rekatama Media. 2005. Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2008. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2009. Setiati, Eni. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam Indonesia. 2005. Warta Kota. 3 Desember 2012. www.Tangsel-Pos.com
LAMPIRAN KODE: (nomor urut, Nomor Kalimat, Nomor Teks)
(1.1.1)
TEKS BERITA 1 SUBJENIS DIKSI Umum Khusus
KODE 1.1.1
2.2.1 3.3.1
4.4.1
Denotatif Konotatif
5.5.1 6.6.1
7.7.1 8.8.1 Sinonim
9.9.1 10.10.1 11.11.1
DIKSI (KATA) Penilaian itu setidaknya dibuktikan masih dibiarkannya proses pembangunan Klenteng Yan Sen Bio di Kampung Sewan Kebun Kelurahan Mekarsari kecamatan Neglasari. Khusus Terlepas apakah bangunan itu untuk rumah ibadah, bisnis, maupun rumah tinggal, yang pasti semua harus mengacu pada aturan.” Umum Lebih jauh politisi Partai Golkar itu mengatakan, aturan itu dibuat untuk ditegakkan dan ditaati demi kepentingan masyarakat luas, bukan untuk dilanggar dan diabaikan. Khusus Untuk kepentingan rumah ibadah seperti Klenteng, sebelum mengakukan ijin tentunya harus ada rekomendasi dari kementrian Agama dan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Khusus Bangunan tempat beribadah itu hampir rampung, sementara izin belum dikantongi. Konotatif Sementara berdasarkan pantauan wartawan, pembangunan klenteng di bawah naungan Yayasan Mutiara Dewi Kwan Im, dilakukan di atas lahan 1.000 meter persegi. Denotatif Saat ini, pengerjaannya yang sudah dilakukan sejak setahun lalu itu memasuki tahap 99 persen rampung. Denotatif Pengerjaannya kini hanya terfokus pada pembangunan mess dimana posisinya berada persis di belakang tembok klenteng. Denotatif Pemerintah Kota Tangerang terkesan tebang pilih dalam upaya penegakkan hukum. Bangunan tempat beribadah itu hampir rampung, sementara izin belum dikantongi. Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang, Hapipi mengatakan, jika sikap
KETERANGAN Tepat
Tepat Tepat
Tepat
12.12.1 13.13.1
14.14.1 15.15.1 16.16.1
17.17.1 Membedakan kata yang mirip ejaannya
18.18.1
Kata-kata ciptaan sendiri Akhiran Asing
19.19.1
Kelangsungan pilihan kata
21.21.1
20.20.1
22.22.1
BERITA 2
pemerintah tegas maka akan memberikan efek jera bagi setiap pemilik bangunan tak berizin untuk tetap tunduk dan patuh terhadap aturan yang ada. Pembiaran pelanggaran justru akan menimbulkan efek negatif bagi penegakkan aturan. Untuk kepentingan rumah ibadah seperti Klenteng, sebelum mengakukan ijin tentunya harus ada rekomendasi dari kementrian Agama dan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). “Kita sudah menjatuhkan SP4 pada klenteng itu karena dibangun tanpa izin.” Dan, bila seluruh prosedur aturan tidak dipenuhi oleh pihak klenteng, maka tidak tertutup kemungkinan klenteng itu akan kita segel,” ujar Rusdi. Sementara berdasarkan pantauan wartawan, pembangunan klenteng di bawah naungan Yayasan Mutiara Dewi Kwan Im, dilakukan di atas lahan 1.000 meter persegi. Pengerjaannya kini hanya terfokus pada pembangunan mess dimana posisinya berada persis di belakang tembok klenteng. Sementara berdasarkan pantauan wartawan, pembangunan klenteng di bawah naungan Yayasan Mutiara Dewi Kwan Im, dilakukan di atas lahan 1.000 meter persegi. Pembiaran pelanggaran justru akan menimbulkan efek negatif bagi penegakkan aturan. Menurutnya, perwakilan pihak klenteng juga sudah datang untuk memberikan penjelasan terkait prosedural perizinan atas pembangunan klenteng tesebut. Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang, Hapipi mengatakan, jika sikap pemerintah tegas maka akan memberikan efek jera bagi setiap pemilik bangunan tak berizin untuk tetap tunduk dan patuh terhadap aturan yang ada. “Terlepas apakah bangunan itu untuk rumah ibadah, bisnis, maupun rumah tinggal, yang pasti semua harus mengacu pada aturan.”
SUBJENIS DIKSI Umum Khusus
KODE 23.1.2 24.2.2 25.3.2 26.4.2 27.5.2 28.6.2 29.7.2
Denotasi konotasi
30.8.2
31.9.2 32.10.2 33.11.2 34.12.2 35.12.2 36.13.2
DIKSI (KATA) “Kita menemukan baju digunakan Aini sebelum dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, ungkap Shinto.” Dalam BAP itu, alasan Nahnu seakan-akan di-setting tersangka yakni korban meninggal lantaran terjatuh dari tempat tidur. “Jika memungkinkan akan dilakukan di tempat kontrakan namun jika tidak di Polresta,” katanya. “Tiara mencertakan Sweter warna ungu milik Aini digunakan ibu tirinya untuk mengikat tangan adiknya. Begitu pula dengan benda-benda yang digunakan, Tiara menceritakan semua di Polresta. “Tiara pun mencontohkan cara ibu tirinya membanting adiknya dengan boneka yang ada,” katanya. “Jam 12.00 WIB disuruh makan tanpa menggunakan lauk pauk tambahan, hanya diberikan nasi saja,” katanya. Pada penyidikan juga, Polresta Tangerang mengemukakan semua barang bukti tersangka untuk melakukan penyiksaan hingga tewas terhadap anak tirinya. Konotasi “Kita menemukan baju digunakan Aini sebelum dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, ungkap Shinto.” Denotasi “Kita menemukan baju digunakan Aini sebelum dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, ungkap Shinto.” Denotasi Shinto menjelaskan penyidik sudah melakukan berita acara terhadap keterangan dua saksi yakni Ketua RT dan Tetangga Korban. Denotasi Korban hanya boleh keluar rumah untuk membeli sesuatu di warung dekat rumahnya. Konotasi Korban hanya boleh keluar rumah untuk membeli sesuatu di warung dekat rumahnya. Denotasi Polresta Tangerang Jumat (30/11) sudah melayangkan surat permintaan untuk melakukan tes psikis tersangka dan diberikan waktu Rabu dan Kamis untuk membawa tersangka agar diperiksa Polda Metro Jaya. Denotatif
KETERANGAN
37.14.2 38.15.2 Sinonim
39.16.2 40.17.2 41.18.2 42.19.2 43.13.2
44.20.2 Membedakan kata yang mirip ejaannya Kata depan yang idiomatis Kelangsungan pilihan kata
45.8.2 46.21.2 47.22.2 48.23.2
Tidak hanya itu, pekan depan Polresta akan melakukan rekonstruksi. Konotatif “Ada 20 pertanyaan terhadap Tiara mulai pukul 10.00-1400 WIB,” ungkapnya. Denotatif Pada penyidikan juga, Polresta Tangerang mengemukakan semua barang bukti tersangka untuk melakukan penyiksaan hingga tewas terhadap anak tirinya. “Dikarenakan korban jarang keluar dan tersangka pun sama,” katanya. Alasan ini sudah dikondisikan tersangka untuk menutupi aibnya. Dia menjelaskan berdasarkan BAP ayah korban dia sibuk untuk mendukung perekonomian keluarganya dengan pergi pagi pulang malam. Polresta Tangerang Jumat (30/11) sudah melayangkan surat permintaan untuk melakukan tes psikis tersangka dan diberikan waktu Rabu dan Kamis untuk membawa tersangka agar diperiksa Polda Metro Jaya. “Kami dari P2TP2A mengupayakan agar Tiara bisa sekolah karena Tiara merupakan anak cerdas dan pintar,” katanya. Pada penyidikan juga, Polresta Tangerang mengemukakan semua barang bukti tersangka untuk melakukan penyiksaan hingga tewas terhadap anak tirinya. Dalam BAP itu, alasan Nahnu seakan-akan di-setting tersangka yakni korban meninggal lantaran jatuh dari tempat tidur. Dia menjelaskan berdasarkan BAP ayah korban dia sibuk untuk mendukung perekonomian keluarganya dengan pergi pagi pulang malam. Kordinator Bidang Psikis P2TP2A Kota Tangsel Diana Mutiah mengatakan dia mendampingi Tiara kakak korban untuk melakukan BAP tambahan, di Polresta Tangerang.
BERITA 3 Umum khusus
50.1.3
50.2.3
Oleng tidak terima Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntutnya hukuman mati dan sempat menginjak-injak Al Quran sebagai bukti tidak melakukan pemeerkosaan. Khusus “Saya berani bersumpah di Al Quran ini bahwa tidak pernah melakukan
51.3.3 52.4.3 53.5.3 54.6.3 55.7.3 Denotasi konotasi
56.8.3 57.9.3 58.10.3 59.11.3 60.12.3 61.13.3
Sinonim
62.14.3
63.2.3 64.15.3 65.16.3 66.17.3
pemerkosaan,” teriak oleng sembari mengepal kedua tangannya. Khusus “Itu bagian dari penistaan agama (menginjak Al Quran) tuturnya.” Umum Kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, perbuatan tersebut sangat diluar akal sehat. Khusus Saat itu, Izzun berniat mengambil laptop HP miliknya yang dipinjam Oleng. Khusus Gadis asal Paciran, Lamongan, Jawa Timur, itu membawa uang Rp 600 ribu untuk menebus laptop, namun Soleh berdalih ada di tangan tukang reparasi. Umum Sambil membawa obat sakit kepala merek Bodrex dan sebotol minuman soda merek Fanta, keenam lelaki itu masuk ke kamar tempat izzun. Khusus Oleng langsung berdiri dari kursi pesakitan lalu mengambil Al Quran di meja majelis halim lalu meletakkannya di lantai. Konotasi Sidang akan dilanjutkan pekan depan dengan agenda pembelaan. Konotasi Artinya tidak ada motif pemerkosaan di dalam kasus ini, yang terlihat dipermukaan adalah kasus pembunuhan,” kata Ferdinan. Konotatif “Perbuatan itu sudah sangat tidak waras. Konotatif Rajak juga mengapresiasi kerja keras kepolisian yang berhasil membawa tersangka ke meja persidangan. Denotatif Gadis asal Paciran, Lamongan, Jawa Timur, itu membawa uang Rp 600 ribu untuk menebus laptop, namun Soleh berdalih ada di tangan tukang reparasi. Denotasi Muhamad Soleh alias Oleng, terdakwa kasus pembunuhan disertai dengan pemerkosaan terhadap Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Izzun Nahdiyah mengamuk di ruang sidang pengadilan negeri (PN) Tangerang Selatan (4/12). “Saya berani bersumpahdi Al Quran ini bahwa tidak pernah melakukan pemerkosaan,” teriak oleng sembari mengepal kedua tangannya. Artinya tidak ada motif pemerkosaan di dalam kasus ini, yang terlihat dipermukaan adalah kasus pembunuhan,” kata Ferdinan. Kecaman serupa juga disampaikan Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangsel Abdul Rajak. Gadis berkerudung putih itu terus mendesak agar laptopnya dikembalikan.
Membedakan kata yang mirip ejaannya Kata depan yang idiomatis
67.18.3
Kelangsungan pilihan kata
69.20.3
68.19.3
Wakil Ketua DPRD Kota Tangsel Ruhamaben mengecam tindakan yang dilakukan tersangka. “Saya tidak pernah melakukan perbuatan yang dituduhkan jaksa, jika dituduh melakukan pembunuhan terhadap Izzun Nahdiyah iya memang saya lakukan,” kata Oleng usai mendengarkan tuntutan JPU Lukman Hakim dan Hartono. “Bawa dia ke ruangan tahanan,” Tegas Mahri.
70.21.3
Kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, perbuatan tersebut sangat diluar akal sehat.
71.1.4
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Retno Prawati Diperiksa Kejaksaan Negeri )Kejari)Serang, Rabu (5/12). Khusus Pemeriksaan Retno sebagai saksi ini terkait dugaan korupsi proyek betonisasi ruas Jalan Terate, Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Khusus Sementara kedua pengusaha, lanjut Triono, dipanggil terkait pelaksanaan lelang elektronik yang diumumkan oleh DBMTR melalui website LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Provinsi Banten. Umum Diketahui, proyek perbaikan jalan sepanjang 900 meter tersebut menghabiskan anggaran sebesar Rp 3,5 milyar yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Banten Tahun Anggaran (TA) 2011 pada Dinas Bina Marga Tata Ruang (DBMTR) Provinsi Banten. Denotasi Saat dikonfirmasi terkait hasil pemeriksaan terhadap ketiga saksi, Triono enggan membeberkan hasil pemeriksaan tersebut. Konotasi Hingga saat ini, kata Triono, sudah 12 saksi yang diperiksa terkait kasus dugaan korupsi betonisasi tersebut. Denotasi Diketahui, proyek perbaikan jalan sepanjang 900 meter tersebut menghabiskan anggaran sebesar Rp 3,5 milyar yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan
BERITA 4 Umum khusus
72.2.4 73.3.4
Denotasi konotasi
74.4.4
75.5.4 76.6.4 Sinonim
77.4.4
78.7.4
79.8.4 80.9.4
81.10.4
82.11.4 83.12.4
Membedakan kata yang mirip ejaannya Akhiran asing
84.13.4
Kata depan yang idiomatis Kelangsungan pilihan kata
86.15.4
BERITA 5
85.14.4
87.16.4
Belanja Daerah (APBD) Banten Tahun Anggaran (TA) 2011 pada Dinas Bina Marga Tata Ruang (DBMTR) Provinsi Banten. “Ibu Retno sengaja kita panggil karena pada saat pelaksanaan proyek betonisasi itu, beliau bertugas sebagai Profesional Hand Over (PHO) yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan pelaksanaan proyek itu,” ungkap Triono saat ditemui usai pemeriksaan. Saksi pengusaha itu diperiksa untuk mengetahui apakah DBMTR benar-benar melakukan tender atau tidak,” terangnya. Triono berdalih, pihaknya akan memberitahukan hasil pemeriksaan tersebut usai mengetahui hasil ekspos kerugian negara dari Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Sebelum diberitakan, proyek betonisasi ruas Jalan Terate, Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, mulai menyelidiki Kejari Serang sejak Juni 2012. Pada Oktober 2012, Kejari lantas meningkatkan status pemeriksaan kasus dugaan korupsi itu dari tahap penyelidikan ke tahap penyidikan. Seraya mengatakan pihaknya telah meminta bantuan audit kerugian keuangan negara kepada BPKP dan bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong untuk melakukan cek fisik Pada Oktober 2012, Kejari lantas meningkatkan status pemeriksaan kasus dugaan korupsi itu dari tahap penyelidikan ke tahap penyidikan. Sebelum diberitakan, proyek betonisasi ruas Jalan Terate, Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, mulai menyelidiki Kejari Serang sejak Juni 2012. Di antaranya Kepala Biro Adpem Banten dan Kepala DBMTR Banten, serta pihak pengusaha lain yang menjadi pemenang tender dalam proyek tersebut. “Saya sebagai Ketua PHO Paket tersebut, tapi semuanya sudah sesuai ketentuan, baik itu soal administrasi maupun tekniknya.
Umum khusus
Denotasi konotasi
Sinonim
88.1.5
Kementrian Perhubungan (Kemenhub) berniat menghibahkan 30 bus kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Khusus 89.2.5 Bus tersebut awalnya digunakan sebagai armada transportasi massal di kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang ini. Umum 90.3.5 Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany beralasan, penolakan niat hibah 30 bus tersebut lantaran Tangsel belum siap dari segi infrastruktur. Khusus 91.4.5 “Nanti seperti apa rencana lalu lintasnya akan diumumkan pada akhir Desember,” katanya. Khusus 92.5.5 Kementrian Perhubungan (Kemenhub) berniat menghibahkan 30 bus kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Denotasi 93.6.5 Menurut Airin, saat ini Pemkot Tangsel tengah menyiapkan infrastruktur jalan dengan melakukan berbagai perbaikan baik pelebaran jalan dan penggunaan jalan alternatif. Denotasi 94.7.5 Dia mengatakan, Tangsel sedang menunggu pra-pengumuman tentang rencana induk lalu lintas angkutan jalan di Tangsel. Konotatif 95.8.5 Karena saat ini permasalahan kemacetan saja belum bisa diatas , mayoritas jalanjalan di Tangsel juga belum memadai untuk dilintasi bus. Konotasi 96.9.5 Kementrian Perhubungan (Kemenhub) berniat menghibahkan 30 bus kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel). 97.10.5 Bus tersebut awalnya digunakan sebagai armada transportasi massal di kota hasil. pemekaran Kabupaten Tangerang ini. 98.11.5 Menurut Airin, saat ini Pemkot Tangerang tengah menyiapkan infrastruktur jalan dengan melakukan perbaikan baik pelebaran dan penggunaan jalan alternatif. 99.12.5 Airin menjelaskan Pemkot akan melakukan pembahasan rute bus dan seperti apa mekanismenya. 100.13.5 Nantinya akan ada jalan yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya, yakni membuat poros Tangel dengan menghubungkan utara, barat, selatan, timur Tangsel. 101.14.5 Karena saat ini permasalahan kemacetan saja belum bisa diatas , mayoritas jalanjalan di Tangsel juga belum memadai untuk dilintasi bus. 102.15.5 Musni menambahkan, saat ini sedang pengkajian untuk circle Tangsel, jika sudah
Membedakan kata yang mirip ejaan
Akhiran asing
Kata depan yang idiomatis
Kelangsungan pilihan kata
siap, Tangsel akaj menerima bantuan bus transportasi umum ini. 103.16.5 “Kita memang belum siap, jadi lebih baik menolak dari pada harus dipaksakan, belum lagi siapa yang mengoprasikannya juga belum siap,” ungkapnya. 104.17.5 Ruhamaben menyarankan agar Tangsel benar-benar melakukan persiapan matang jika ingin mengoprasikan moda transportasi massa. 105.18.5 Bus tersebut awalnya digunakan sebagai armada transportasi massal di kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang ini. 106.19.5 Menurut Airin, saat ini Pemkot Tangerang tengah menyiapkan infrastruktur jalan dengan melakukan perbaikan baik pelebaran dan penggunaan jalan alternatif. 107.20.5 Musni menambahkan, saat ini sedang pengkajian untuk circle Tangsel, jika sudah siap, Tangsel akaj menerima bantuan bus transportasi umum ini. 108.21.5 “Saya pun meminta jika diberikan feeder busway, feeder busway-nya yang kecil jangan yang besar karena kondisi jalan yang kurang memadai di Tangsel,” ujarnya. 109.22.5 “Circle Tangsel ini seperti pelebaran jalan yang bisa menghubungkan satu wilayah ke wilayah satunya, saling menghubungkan satu dengan yang lainnya,” katanya 110.23.5 Kita nanti akan membahas apakah circle Tangsel ini akan terkonektivitas dengan feeder-feeder busway atau yang lainnya,” ungkapnya. 111.24.5 Menurut Airin, saat ini Pemkot Tangerang tengah menyiapkan infrastruktur jalan dengan melakukan perbaikan baik pelebaran dan penggunaan jalan alternatif. 112.25.5 Dia mengatakan, Tangsel sedang menunggu pra-pengumuman tentang rencana induk lalu lintas angkutan jalan di Tangsel. 113.26.5 “Kita nanti akan membahas apakah circle Tangsel ini akan terkonektivitas dengan feeder-feeder busway atau yang lainnya,” ungkapnya. 114.27.5 Circle Tangsel ini seperti pelebaran jalan yang bisa menghubungkan satu wilayah ke wilayah satunya, saling menghubungkan satu dengan yang lainnya.
BERITA 6 Umum kKhusus
115.1.6
Si ayam jago wareng, besok akan berpesta.
116.2.6
117.3.6
118.4.6 119.5.6
Denotasi konotasi
120.6.6 121.7.6 122.8.6 123.9.6 124.10.6 125.11.6
126.12.6 127.13.6 Sinonim
128.14.6 129.15.6
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tangerang, Jamaludin mengajak masyarakat „kota seribu industri‟ ini untuk tidak menyia-nyiakan hak pilihnya pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) yang diikuti empat pasang calon ini. Terkait dengan persiapan logistik, Pengarah Pokja Pemungutan dan Perhitungan Suara Akhmad Jamaludin menjelaskan baik petugas maupun logistik untuk penyelenggaraan Pemilukada telah siap 100 persen. Bahkan saat ini pihaknya telah mendistribusikan kertas suara kepada seluruh PPK untuk kembali distribusikan ke TPS masing-masing. Bambang juga mengajak kepada semua pihak, tidak hanya aparat keamanan, namun juga masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan saat pesta demokrasi tersebut berlangsung. Si ayam jago wareng, besok akan berpesta. Gong puncak pelaksanaan pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Tangerang ditabuh. Lebih dari 2 juta warga wilayah berjulukan „kota seribu industri‟ ini bakal memilih empat calon pemimpinnya. Dipastikan, gambar Ayam Jago Wareng yangsedang memasukkan surat suara ke kotak suara ini bakal bertebaran disetiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). “Kecamatan dan Kelurahan adalah ujuk tombak kita di lapangan,” tegas Hasan Mustopi anggota KPU Kabupaten Tangerang. Terkait dengan persiapan logistik, Pengarah Pokja Pemungutan dan Perhitungan Suara Akhmad Jamaludin menjelaskan baik petugas maupun logistik untuk penyelenggaraan Pemilukada telah siap 100 persen. Ia berpendapat, jika tingkat partisipasi masyarakat dalam pencoblosan nanti hanya 6o persen, maka dipastikan akan terjadi dua putaran. Pihaknya bahkan telah menyiapkan lebih dari 2.200 personil yang terdiri dari jajaran Polresta Tangerang yang dibantu oleh Polda Metro Jaya. Lebih dari 2 juta warga wilayah berjulukan „kota seribu industri‟ ini bakal memilih empat calon pemimpinnya. Dipastikan, gambar Ayam Jago Wareng yangsedang memasukkan surat suara ke
Membedakan kata yang mirip ejaan
kotak suara ini bakal bertebaran disetiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). 130.16.6 Sehingga nanti siapapun hasil dari Pemilukada Kabupaten Tangerang itu mendapat legitimasi yang kuat dari masyarakat Kabupaten Tangerang,” ujar Jamludin, Kemarin. 131.17.6 Terkait dengan persiapan logistik, Pengarah Pokja Pemungutan dan Perhitungan Suara Akhmad Jamaludin menjelaskan baik petugas maupun logistik untuk penyelenggaraan Pemilukada telah siap 100 persen. 132.18.6 Bahkan saat ini pihaknya telah mendistribusikan kertas suara kepada seluruh PPK untuk kembali distribusikan ke TPS masing-masing. 133.19.6 “Untuk hari pencoblosan nanti semua telah 100 persen siap, dan saya harap saat pelaksanaannya nanti bisa berjalan dengan lancar, 134.20.6 Untuk mengatatasi kecurangan yang terjadi selama pemilihan, KPU akan terus melakukan verifikasi data pemilih serta penguatan struktural di kecamatan dan kelurahan untuk pengawasan. 135.21.6 Walaupun nantinya penghitungan tetap dengan cara manual. 136.22.6 Pengamat politik dari Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ), Ade Yunus mengatatakan pada pesta demokrasi ini masyarakat harus jeli memilih calon pemimpinnya. 137.23.6 Bicara tentang prediksi calon terkuat jelang pencoblosan nanti, Ade mengatakan sampai saat ini calon yang terkuat yaitu pasangan Zaki-Hermansyah dan AdenSuryana. 138.24.6 Pihaknya bahkan telah menyiapkan lebih dari 2.200 personil yang terdiri dari jajaran Polresta Tangerang yang dibantu oleh Polda Metro Jaya 139.25.6 Kapolres meminta siapapun nanti yang terpilih, calon yang lainnya berikut tim pendukung agar dapat menerimanya dengan lapang dada sebagai bagian dari proses demokrasi. 140.25.6 Bambang juga mengajak kepada semua pihak, tidak hanya aparat keamanan, namun juga masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan saat pesta demokrasi tersebut berlangsung. 141.26.6 Di TPS, masyarakat bakal menentukan masa depanmereka dengan memilih salah satu calon.
Akhiran asing
142.27.6 Untuk mengatatasi kecurangan yang terjadi selama pemilihan, KPU akan terus melakukan verifikasi data pemilih serta penguatan struktural di kecamatan dan kelurahan untuk pengawasan. Kata depan yang 143.28.6 “Untuk hari pencoblosan nanti semua telah 100 persen siap, dan saya harap saat idiomatis pelaksanaannya nanti bisa berjalan dengan lancar.” 144.29.6 Kalau tingkat partisipannya sampai di atas 70 persen, diprediksi Zaki-Hermansyah yang akan menang kelangsungan pilihan 145.30.6 Kapolres meminta siapapun nanti yang terpilih, calon yang lainnya berikut tim kata pendukungnya agar dapat menerimanya dengan lapang dada sebagai bagian dari proses demokrasi.
LE}IBAR UJI REFERENSI Siti Kartini
\"::--,
:
\i\1
:108013000043
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
judul SkriPsi
: Analisis Penggunaan Diksi pada Berita lJtama Tangsel sebagai Sumber Belajar
Dosen
Pembimbing : Dona Aji Karunia Putra' M'A' Judul Buku
Akhadiah, Sabarti dk'K
luUurtu: Universitas Terbuka'
Mr""E"
200r.
Ariirn,
ffi
cermat Berbahasa Indonesia'
Jakarta: Akademika Presindo. 2010'
(perkenalan awal) Chaer, Abdul dan Farid llu[. Sotntnsuistik Edisi Revisl. Jakarta: PT Asdi MahasatYa' 2004. Bahasa Indonesia' Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
@tun
Nasional. Kamus
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka' 2007
Besar
Bahasa
'
Emzir. Metode Penelitian Kualitatif analisis data. Jakarta:2011' al<arta"
PT Gramedia
Utama.2010.
K""t"f6; NiniL M ai*at doto* nerbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: MitraWaca"lYtdtu' m 1 0'
Pers. 201 Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali
1.
Praktik Jurnalistik' Bogor: Ghalia
10
Indonesia. 2008.
@ffin.
Bandung:PTRemaja
Pos
Rr-rsdakan 11.
13.
i
a.2009.
\Iuhammad. Metode Penelitian Bahasq. Jogyakarta: Ar- Ptuzz \ledia. 2011. Pareno, Sam Abede. Manajemen Berita antara ldealisme dan
Realita. Surabaya: Papyrus. 2003. 14. Putrayasa, Ida Bagus.Kalimat Efektif (Diksi, struktur, dan logika). i Bandung: PT Refika Aditama. 2007. i5. Riduwan. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2011 16.
t7. 18.
Sumadiria, As Sumadiria. B ahas a,Iurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006. Samsuri. Analisis Bahasa, mempelajari Bahasa secara ltmiah. J akarta: Penerbit Erlangga. 1 9 8 5.
Suhaimin dan
Rulli Nasrullah. Bahasa
Jurnalistik.J;kartu
21.
Lembaka Penerbitan UIN Jakarta. 2009. Sumadiria, AS Ilaris. Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan F e atur e. B andung : Simbio sa Itekatama Media. 200 5 . Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem pembelajarin. Jakarta: I(encana. 2008. Sngiono. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Alfabeta. 2009.
22.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam tndonesia-
22
200s. www.Tangsel-Pos.com
23
Warta Kota. 3 Desember 2012.
24
Setiati, Eni. Ragam Jurnalistik Baru dalam pimberitaan.
19.
20.
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. 25
Moentadhim, Martin. Jurnalistik Tujuh Menit, jalan pintas menjadi wartawan dan penulis lepas. Yogyakarta: penerbit Andi, 2008. J
w nt#( 0"y
W bT D:k
W &^
tu, e*bL a;-
e*
w
akarta, 23 September 2013
Dosen Pembimbing,
M.A.
NIP 19840409 201101
1
01s
BIODATA PENULIS
Siti Kartini (108013000043), mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lahir di Tangerang 25 Mei 1990. Sekarang tinggal bersama suami dan satu orang anak laki-laki. Sejarah pendidikan formal Penulis, berawal dari SDN Kemiri III tahun 1996-2002, kemudian melanjutkan di MTs Darul Abror tahun 2002-2005. Setelah itu, penulis kembali melanjutkan sekolah di tempat yang sama sampai tahun 2008. Anak dari Bapak Sukarta dan Ibu Jaleha ini, kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menyelesaikan skripsi pada bula September 2013 dengan judul “Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar untuk Tingkat SMP” sebagai persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S1). Adapun ibu beranak satu ini menempuh pendidikan nonformal, yaitu pernah mengikuti lembaga kursus Bahasa Inggris di Latanza dan menjadi anggota Pramuka Racana Nyi Mas Gandasari UIN Jakarta. Tak lupa pengalaman menjadi anggota POSTAR (Pojok Seni Tarbiyah) Lingkar Sastra Tarbiyah (LST), menambah warna warni selama menjadi mahasiswi di kampus tercinta dan akan menjadi bekal yang berharga untuk diamalkan kepada murid-murid kelak.