ANALISIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PESERTA PROPER STUDI KASUS DI HOTEL CIPUTRA SEMARANG Rizki Arizal Purnama1, Al. Sentot Sudarwanto2, Wiryanto3. 1
Ilmu Lingkungan, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3 Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ilmu Lingkungan, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Email :
[email protected]
Abstrak Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 3, menyatakan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan antara lain untuk menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia, mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan mengantisipasi isu lingkungan global. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper), merupakan program pemerintah dalam rangka meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dalam ketaatan pengelolaan lingkungan hidup. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, lokasi penelitian di Hotel Ciputra Semarang yang merupakan peserta Proper. Tahun 2013 dan 2014, Proper Hotel Ciputra Semarang mendapatkan peringkat Merah dan pada tahun 2015 mendapat peringkat Biru. Komitmen manajemen hotel dalam pengelolaan lingkungan hidup mendorong cara pandang dan cara berfikir dalam meningkatkan produktifitas dan efisiensi kerja. Penyelenggaraan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang hemat energi mampu membangun kepedulian pegawai untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan seluruh pegawai serta memberikan pengetahuan pada tamu hotel untuk turut serta mengelola lingkungan hidup. Gerakan hemat energi yang dilakukan, secara tidak langsung ikut serta berpartisipasi dalam mengurangi pemanasan global dengan turut andil dalam mengurangi pembakaran gas buang fosil dari pembakaran mesin-mesin pembangkit listrik berbahan bakar minyak bumi dan batubara. Kata kunci : Proper, pengelolaan lingkungan, kepemimpinan, hemat energy, . 1.
PENDAHULUAN
Pariwisata, selain mendatangkan devisa juga diharapkan memberikan manfaat dalam pelestarian alam dan budaya serta pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Namun, pada kenyataannya manfaat ekonomi yang didapatkan dibarengi dengan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu aspek fasilitas pendukung industri pariwisata adalah hotel. Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola dalam rangka untuk menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus [1]. Persoalan lingkungan hidup telah menjadi isu global, tidak hanya menyoroti industri-industri besar pemakai energi bersumber fosil, tetapi juga merambah pada sektor pariwisata. Sistem informasi yang terbuka dan sangat canggih saat ini, memudahkan wisatawan dalam mencari informasi tentang situasi dan kondisi pariwisata dan lingkungan sekitarnya. Biaya pengelolaan lingkungan yang sangat besar dan komitmen pengusaha menjadi salah satu alasan utama bagi hotel tidak melakukan pengolahan limbah, sehingga pencemaran lingkungan akibat kegiatan hotel semakin tidak terkendali. Swasta, selaku pelaku usaha perhotelan seharusnya bisa membaca dengan baik keinginan para konsumennya, terkait dengan isu lingkungan hidup, yaitu melakukan kegiatan perhotelan dengan menggunakan konsep wawasan ramah lingkungan. Perubahan iklim global mengakibatkan kerusakan lapisan ozon, salah satunya disebabkan oleh Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
41
emisi gas karbon dioksida, hal tersebut diperparah dengan meningkatnya jumlah permintaan energy listrik yang selama ini dominan dihasilkan oleh pembangkit dengan bahan bakar fosil. Sejalan dengan salah satu agenda Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yaitu agenda mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, maka pembangunan industri pariwisata ke depannya diharapkan harus sejalan dengan arah pembangunan berkelanjutan. Hotel Ciputra Semarang merupakan salah satu peserta Proper sejak tahun 2013 di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Tahun 2013 dan 2014, Hotel Ciputra Semarang mendapatkan predikat Merah, berdasarkan Permen LH no 3 tahun 2014 sebenarnya telah memiliki instalasi pengolahan limbah, tapi belum sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan, dengan kata lain masih terdapat pencemaran lingkungan yang tetap dibiarkan. Dengan berbagai usaha dan perubahan yang dilakukan maka pada tahun 2015, Proper hotel Ciputra Semarang berhasil mendapatkan predikat Biru. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Hotel Ciputra Semarang dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup kaitannya dengan kegiatan Proper. 2) Untuk menemukan kendala dan solusi pengelolaan lingkungan hidup di Hotel Ciputra Semarang. Pengertian Proper Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup (UUPPLH), pada Pasal 71 ayat (2) dan (3) menyatakan bahwa pengendalian dampak lingkungan hidup sebagai alat pengawasan dilakukan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka pengawasan dan perlindungan terhadap lingkungan hidup adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper). Permen-LH No.3 tahun 2014, menyebutkan bahwa Proper adalah evaluasi ketaatan dan kinerja melebihi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dibidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, serta pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun. Aspek penilaian ketaatan meliputi: izin lingkungan; pengendalian pencemaran air; pengendalian pencemaran udara; pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3); dan potensi kerusakan lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan). Terdapat 5 peringkat dalam sistem pemeringkatan Proper yaitu, Hitam untuk perusahaan yang dengan sengaja melakukan pencemaran lingkungan. Peringkat Merah adalah perusahaan yang upaya pengelolaan lingkungannya tidak sesuai dengan persyaratan dalam peraturan perundang-undangan. Peringkat Biru diberikan kepada perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan sesuai dengan persyaratan perundang-undangan. Proper hijau diberikan pada perusahaan yang memiliki system manajemen lingkungan, efisiensi sumber daya dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat. Proper Emas diberikan kepada perusahaan yang konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan hidup dalam proses produksi / jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat. Proper dilaksanakan dengan pendekatan instrumen informatif, yang mengadopsi pola insentif dan disinsentif dimana hasil akhir dari penilaiannya akan diumumkan di media masa. Diharapkan dengan dipublikasikannya hasil penilaian Proper tersebut, maka perusahaanperusahaan yang berperingkat bagus akan mendapat simpati dari pihak konsumen dan masyarakat luas. Begitu juga sebaliknya dengan perusahaan-perusahaan dengan penilaian Proper tidak baik dan belum mentaati peraturan yang ada akan mendapat disinsentif berupa sanksi administrasi dan penilaian tidak baik dari kalangan masyarakat, konsumen maupun institusi lainnya, sehingga akan berpacu untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidupnya. Proper juga diharapkan mendorong 42
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
perusahaan untuk mencapai keunggulan lingkungan berdasarkan pembangunan yang berkelanjutan dengan menerapkan system manajemen lingkungan, 3R, efisiensi energy, konservasi sumber daya alam dan melaksanakan bisinis beretika serta bertanggung jawab terhadap masyarakat. Pengelolaan Energi Dilihat dari bahan bakarnya, 50% pembangkit listrik di Indonesia berasal dari batubara, 14% dari bahan bakar minyak dan sisanya sebesar 23 % dari sumber gas [2]. Dominasi penggunaan energy fosil ikut serta menyumbang peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK). Meningkatnya jumlah pembangunan hotel sebagai fasilitas pendukung pariwisata berbanding lurus dengan kebutuhan energy listrik di Indonesia, hal tersebut berdampak negative semakin meningkatnya potensi emisi gas rumah kaca. Secara tidak langsung, budaya penggunaan energy yang berlebihan dan boros tidak hanya berdampak pada besarnya pembiayaan, tetapi juga berdampak negative terhadap lingkungan hidup. Penerangan, pendinginan ruang, dan peralatan elektonik pribadi maupun peralatan listrik dengan beban besar seperti lift, mesin laundry dan lain-lain merupakan sumber konsumsi energy terbesar di sebuah hotel. Sebanyak 3-6% dari total pembiayaan sebuah hotel, dihabiskan untuk membayar konsumsi energy [3]. Penggantian sprei dan handuk yang terlalu sering selain berpengaruh besar dalam konsumsi energy hotel, juga turut serta meningkatkan pembuangan zat-zat kimia berbahaya di lingkungan. Proper bertujuan mendorong ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan hidup, selain hal tersebut juga mendorong perusahaan untuk menerapkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan salah satunya yaitu efisiensi energy. Hotel-hotel terbaik di dunia telah melakukan penghematan energy dalam system pemanasan dan pendinginan ruang [4]. Salah satu strategi pengelolaan energi listrik adalah dengan penggunaan peralatan pencahayaan hemat energi dan menggunakan teknologi yang mana lampu dapat menyala dan mati secara otomatis, penghematan penggunaan AC baik di dalam maupun luar ruang kamar, serta penggunaan energi alternatif berupa energi matahari. Manajemen lingkungan, semestinya bisa dijadikan sebuah solusi terhadap persoalan lingkungan hidup untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan akibat pencemaran, khususnya di dalam sebuah industri atau perusahaan. Manajemen lingkungan di nyatakan dengan adanya komitmen berupa kebijakan, perencanaan lingkungan, pelaksanaan program kegiatan, pendokumentasian, evaluasi dan pengawasan, serta partisipasi dari masyarakat. Manajemen lingkungan akan berhasil apabila ada komitmen dan komunikasi yang baik antara pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat yang terintegrasi di dalam seluruh kegiatan di hotelnya Kepemimpinan dalam lingkungan kerja Pemimpin merupakan sosok penentu yang mempunyai tanggung jawab besar dalam menetukan arah kebijakan dan keberhasilan disebuah organisasi, sehingga diperlukan seorang pemimpin berkualitas yang bisa membawa organisasi pada tujuannya [5]. Kepemimpinan merupakan sebuah proses seseorang/individu mempengaruhi kelompoknya dalam mencapai tujuan tertentu [6]. Terjadinya kerusakan lingkungan oleh dampak kegiatan perusahaan disebabkan tidak adanya prinsip etika lingkungan, oleh sebab itu diperlukan kepemimpinan yang berwawasan lingkungan. Sehingga proses kegiatan di dalam perusahaannya tidak hanya berorientasi mencari keuntungan semata dan merugikan lingkungan dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang baik. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan di perusahaan yang dilakukan oleh pemimpin/manajer yang memiliki etika lingkungan akan dilakukan dengan memperhatikan dampak terhadap lingkungan, misalnya dengan melakukan penghematan energi di tempatnya bekerja. 2.
METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Subyek dari penelitian ini adalah sumber daya manusia/pegawai dari Hotel Ciputra Semarang yang memiliki pengetahuan tentang kegiatan Proper serta Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah selaku instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
43
Berdasarkan rekomendasi dari pihak manajemen hotel, maka sebagai informan dalam penelitian ini adalah SDM Engineering Department sebagai pihak yang menangani kegiatan Proper di hotel Ciputra Semarang. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan kegiatan Proper Perusahaan-perusahaan yang menjadi target peserta Proper adalah perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk ditujukan untuk ekspor, tercatat di pasar bursa, mendapat perhatian dari masyarakat luas baik dari lingkup regional maupun secara nasional dan perusahaan yang skala kegiatannya menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. Penilaian ketaatan perusahaan peserta Proper dinilai dari 4 aspek yaitu dokumen lingkungan, pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan limbah B3, dengan perijinan yang merupakan wewenang dari Pemerintah Kota / Kabupaten. Tercantum di dalam Pasal 63 ayat (2) UUPPLH disebutkan dengan jelas bahwa salah satu tugas dan wewenang pemerintah provinsi dalam rangka perlindungan, yaitu melakukan upaya pengawasan dan pembinaan serta melakukan penegakan hukum di wilayahnya. Pada kegiatan Proper, penilaian dilakukan oleh tim dari KLHK. Selain tim dari KLHK tersebut, BLH Provinsi juga menjadi tim penilai pada perusahaan peserta Poper dengan pembagian tugas dan wewenang yang sesuai dengan criteria tertentu. Dalam rangka pembinaan, BLH Provinsi melakukan pendampingan dan fasilitasi terhadap peserta Proper mengenai pengelolaan lingkungan hidup, antara lain dengan memberikan sosialisasi mengenai kegiatan Proper. Dalam pengelolaan lingkungan, perusahaan biasanya terkendala oleh factor biaya dan komitmen pemilik usaha. Selama ini kegiatan Proper masih bersifat sukarela, akan tetapi kedepannya semua perusahaan diharapkan masuk kedalam penilaian Proper. Hotel Ciputra merupakan salah satu hotel peserta Proper di wilayah Jawa Tengah, dengan mendapatkan predikat Biru pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 mendapatkan predikat Merah. Management hotel Ciputra sebenarnya tidak memiliki standar tertentu dalam pengelolaan lingkungan hidup, ditambah dengan minimnya bimbingan serta kurang baiknya komunikasi dengan pemerintah akibat dari tidak adanya pengelompokan jenis usaha dan kurangnya jumlah pegawai baik dari BLH Provinsi maupun BLH Kota Semarang mengenai pengelolaan lingkungan hidup sehingga kesulitan dalam mengelola lingkungan hidup yang sesuai dengan persyaratan dalam aturan perundang-undangan. Namun demikian dengan keterbatasan sumber daya manusia dan informasi, management hotel Ciputra berusaha untuk melakukan pengelolaan lingkungan sesuai dengan peraturan yang ada, hal tersebut dibuktikan dengan semakin baiknya pengelolaan energy listrik pada hotel. 3.2 Pengelolaan lingkungan di Hotel Ciputra Hotel Ciputra Semarang adalah hotel bintang 5 yang terletak di kota Semarang, dengan jumlah kamar sebanyak 200 kamar. Dampak negative kegiatan hotel yang sangat mengkhawatirkan dan mengancam kelestarian lingkungan adalah meningkatnya volume limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. Dilihat dari jenisnya limbah yang dihasilkan oleh hotel antara lain adalah berupa limbah cair misalnya dari kegiatan laundry, limbah padat domestik dari sisa makanan, penggunaan energi boros, pencemaran udara dari sistem sirkulasi udara, limbah B3 dari sisa tinta printer. Keberhasilan Hotel Ciputra tersebut tidak bisa lepas dari peran Chieff Engineer yang telah melakukan perubahan dalam budaya kerja di hotel serta memberikan edukasi kepada pengunjung hotel, antara lain dengan memberikan kartu berupa tulisan himbauan yang terdapat pada kamar mandi hotel tentang penggunaan handuk secara ulang selama menginap di hotel. Himbauan kepada pengunjung hotel diharapkan agar pengunjung hotel ikut berperan serta membantu dalam pengelolaan lingkungan hidup. Agar menimbulkan kesadaran untuk menjaga lingkungan, himbauan tersebut berisikan tulisan yang memberikan pengetahuan kepada penghuni kamar hotel akan dampak pencemaran terhadap tanah dan air akibat penggunaan detergent yang digunakan saat mencuci handuk setiap harinya. Dengan peran serta pengunjung hotel, maka hotel Ciputra mampu 44
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup di hotelnya tanpa mengurangi kenyamanan pengunjung hotel.
Gambar 1. Himbauan penggunaan handuk untuk ramah lingkungan di kamar hotel Budaya pendekatan keleluargaan yang dilakukan oleh Chieff Engineer terhadap karyawan telah berhasil meningkatkan kesadaran untuk berperilaku hemat energy. Bukan hal mudah bagi manajemen untuk melakukan penghematan energy listrik di hotel, salah satu cara yaitu dengan memberikan motivasi berupa pemberian bonus yang besar terhadap karyawan apabila target penghematan energy terpenuhi. Factor utama yang mempengaruhi keberhasilan penghematan energy adalah manusia dan energy itu sendiri, dengan 80% dipengaruhi oleh budaya manusia dan 20% penggunaan energy.
Gambar.2. Sticker hemat energy di wilayah kerja staff hotel Komitmen perusahaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik adalah diwujudkan dengan adanya program risk management serta memberikan alokasi dana yang dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan. Salah satu langkah nyata untuk mencapai kualitas lingkungan hidup yang lebih baik diantaranya adalah penggantian jenis lampu secara menyeluruh di lingkungan hotel Ciputra. Penggunaan lampu LED sebagai pengganti lampu Flourescent (neon) adalah salah satu upaya hotel dalam rangka mendukung gerakan hemat energy yang sudah sejak lama dikampanyekan oleh pemerintah. Selain membantu dalam mengurangi konsumsi energy listrik, perusahaan juga di untungkan dengan berkurangnya biaya untuk membayar listrik, yang bersumber dari jaringan PLN. Selain penggantian peralatan boros energy dengan peralatan hemat energy, pemeliharaan rutin dan berkala sangatlah penting dan berpengaruh terhadap performa peralatan listrik berdaya listrik besar antara lain seperti lift, pompa air dan AC. Terjadi penurunan Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
45
konsumsi daya listrik dari tahun 2012 sampai dengan 2015, menunjukkan bahwa komitmen untuk mengurangi konsumsi energy listrik telah berhasil dilakukan di hotel Ciputra Semarang. Table.1. konsumsi energy listrik pertahun
4.
Nomor
Tahun
Total kWh listrik
1
2012
3,863,000.00
2
2013
3,842,800.00
3
2014
3,651,000.00
4
2015
3,494,880.00
KESIMPULAN
Persoalan lingkungan tidak dapat dilihat sebagai suatu yang berdiri sendiri, namun sangat terkait dengan perilaku manusia terutama dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan perilaku melalui gaya hidup tentu saja merubah pola ekstraksi sumber daya alam dan energi yang ada. Proper merupakan instrumen penaatan alternatif yang dikembangkan untuk bersinergi dengan instrumen penaatan lainnya guna mendorong penaatan perusahaan melalui penyebaran informasi kinerja kepada masyarakat. Proper mengadopsi pola insentif dan disinsentif, serta pengawasan atas kinerja perusahaan dengan kriteria penilaian terdiri dari penilaian ketaatan dan penilaian ketaatan lebih yang diwujudkan dengan adanya dokumen-dokumen lingkungan. Kurangnya informasi, bimbingan teknis mengenai pengelolaan lingkungan, tidak adanya pengelompokan jenis industry, ditambah dengan masih minimnya jumlah personil BLH Provinsi maupun BLH Kota, menyebabkan perusahaan perhotelan kesulitan dalam memenuhi standar pengelolaan lingkungan sesuai yang ditetapkan. Pengelolaan lingkungan hidup di sebuah perusahaan perhotelan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan semata, namun juga diperlukan kesadaran dari para pengunjung hotel untuk berperan serta dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup. Efisiensi energy terbukti menguntungkan perusahaan secara ekonomi, disamping itu secara tidak langsung juga ikut serta mengurangi emisi gas CO2 pada pembangkit listrik. Komitmen, budaya kerja serta kepemimpinan yang beretika lingkungan menjadi salah satu factor penentu sebuah perusahaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan ke arah yang lebih baik. Penghargaan terhadap perusahaan yang telah melakukan pengelolaan yang baik sampai saat ini hanya sebatas wacana saja dan belum dirasakan kenyataannya oleh pengusaha. Untuk mendorong terwujudnya pembangunan berkelanjutan, perlu adanya komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian lingkungan, dengan meningkatkan kesadaran para pelaku usaha / kegiatan serta kerjasama masyarakat untuk mentaati peraturan perundang – undangan dibidang lingkungan untuk mengurangi dampak negative kegiatan perusahaan terhadap lingkungan hidup. DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3] [4] [5] [6]
Sulastiyono, A. 2011.Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung. Alfabeta. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia. 2016. Indonesia Energy Outlook 2016 : Pengembangan Energi untuk Mendukung Industri Hijau. Jakarta. Mensah I. 2013. Hotel Energy Efficiency Towards Sustainable Tourism. Journal of Hotel & Business Management. Alexander, S., Kennedy,C. 2002. GREEN HOTELS: Opportunities and Resources for Success. Zero Waste Alliance. Werren, B., Burt, N. 2006. Leaders Strategi untuk Mengemban Tanggung Jawab. Jakarta. PT.Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia Jakarta. 3 p. Northhouse, PG.2003. Leadership: Theory and Practice, 3rd edition. New Delhi. 3 p.
46
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk