ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro ABSTRACT This research was aimed to analyze and to obtain empirical evidences on the relationship between financial ratios (liquidity, profitability, activity, leverage, sales growth, market value) and non financial factors (company size, public accountant reputation, previous audit report, auditorclient tenure,opinion shopping, audit lag) that affecting auditor’s decision to give a going concern audit opinion. The population in this research is manufacturing companies listed at Indonesian stock exchange from 2008-2010, the sampling was conducted by purposive sampling method, by criteria of the samples are companies had negative net income after tax at least two period of financial statement. The results indicate that profitabilty, market value, previous audit report, audit client tenure and opinion shopping are significantly affect the acceptence of going concern audit opinion. On the other hand, liquidity, activity, leverage, sales growth, companies size, public accountant reputation, audit lag does not have affect on the acceptence of going concern audit opinion. Keywords:financial ratios, non financial factors, going concern audit opinion, agency theory PENDAHULUAN
Evaluasi auditor berdasarkan atas
Auditor bertanggung jawab untuk
pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa
mengevaluasi apakah terdapat kesangsian
pada entitas yang telah terjadi, sebelum
besar terhadap kemampuan entitas dalam
pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang
mempertahankan
hidupnya
kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari
selama periode waktu pantas, tidak lebih dari
penerapan prosedur audit yang direncanakan
satu tahun sejak tanggal laporan keuangan
dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang sedang diaudit (Pernyataan Standar
audit yang bersangkutan dengan asersi
Auditing 2001, No.30). Jika auditor tidak
manajemen yang terkandung dalam laporan
memberikan peringatan dini yang memadai
keuangan yang sedang diaudit (Pernyataan
tentang kegagalan perusahaan yang akan
Standar Auditing 2001, No.30). Auditor
datang dalam laporan auditnya, maka hal
memiliki kewajiban untuk mengungkapkan
ini akan menimbulkan kerugian bagi para
permasalahan mengenai kelangsungan hidup
investor yang sangat mengandalkan informasi
(going concern) perusahaan klien jika terdapat
yang dikeluarkan oleh auditor.
indikasi kebangkrutan yang sangat kuat pada
164
kelangsungan
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
perusahaan.
Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan going
Permasalahan seharusnya
oleh
pemakai laporan keuangan. Masalah yang
dimasukkan dalam opini auditnya pada
sering timbul adalah bahwa sangat sulit untuk
saat opini audit itu diterbitkan jika terdapat
memprediksi kelangsungan hidup sebuah
indikasi kebangkrutan yang sangat kuat pada
perusahaan, sehingga banyak auditor yang
perusahaan. Kesangsian besar auditor terhadap
mengalami dilema antara moral dan etika
kemampuan entitas dalam mempertahankan
dalam memberikan opini going concern.
kelangsungan
mengharuskan
Penyebabnya adalah adanya hipotesis self-
auditor untuk mengkomunikasikan resiko
fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa
kebangkrutan tersebut kepada Investor dan
apabila auditor memberikan opini going
para pemakai laporan keuangan lainnya
concern, maka perusahaan akan menjadi lebih
setelah dilakukan evaluasi terhadap rencana
cepat bangkrut karena banyak investor yang
manajemen terlebih dahulu.
membatalkan investasinya atau kreditor yang
hidupnya
pemakai
auditor
bahwa opini ini merupakan bad news bagi
dan
Para
diberikan
concern
laporan
keuangan
berpikir bahwa pengeluaran opini audit going
menarik dananya. Mutchler
(1985)
dalam
Januarti
concern ini sebagai prediksi kebangkrutan
(2008) mengemukakan kriteria perusahaan
suatu perusahaan. Pengeluaran opini audit
akan menerima opini going concern apabila
going concern ini sangat berguna bagi para
mempunyai
investor untuk membuat keputusan yang tepat
reorganisasi,
dalam berinvestasi, karena seorang investor
membayar bunga, menerima opini going
akan melakukan investasi ia perlu untuk
concern tahun sebelumnya, dalam proses
mengetahui kondisi keuangan perusahaan,
likuidasi, modal yang negatif, arus kas negatif,
terutama
tentang
pendapatan operasi negatif, modal kerja
kelangsungan hidup perusahaan tersebut
negatif, dua atau tiga tahun berturut-turut rugi,
(Arga dan Linda, 2008).
dan laba ditahan negatif. Ashton, Willingham
yang
menyangkut
masalah
pada
pendapatan,
ketidakmampuan
dalam
Arga dan Linda (2008) menyatakan
dan Elliott (1987), Dodd.et al (1984), Elliot
bahwa kajian atas opini audit going concern
(1984) dalam Januarti (2009) menyatakan
dapat dilakukan dengan melihat kondisi
bahwa perusahaan yang menerima opini
internal perusahaan, seperti kualitas audit,
going concern membutuhkan waktu audit
kondisi keuangan perusahaan, opini audit
(audit delay) yang lebih lama dibandingkan
tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan,
perusahaan yang menerima opini tanpa
dan ukuran perusahaan. Venuti (2007) dalam
kualifikasi. Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
165
Espahbodi (1991) dalam Januarti (2009), auditor–client tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara
kecilnya kantor akuntan tidak mempengaruhi dalam pemberian opini audit. Penilaian
going
concern
lebih
kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee
didasarkan pada kemampuan perusahaan
yang sama. Kecemasan akan kehilangan
untuk melanjutkan operasinya dalam jangka
sejumlah
fee
yang
akan
waktu 12 bulan ke depan. Untuk sampai pada
menimbulkan keraguan bagi auditor untuk
kesimpulan apakah perusahaan akan memiliki
menyatakan opini audit going concern.
going concern atau tidak, auditor harus
Dengan demikian independensi auditor akan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap
terpengaruh
rencana-rencana manajemen.
dengan
cukup
lamanya
besar
hubungan
dengan auditee yang sama. Lennox (2004)
Pada kenyataannya, masalah going
tidak menemukan bukti adanya hubungan
concern merupakan hal yang kompleks
opini audit going concern dengan auditor
dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-
client tenure.
faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk
Geiger, et.al (1996) dalam Januarti (2009)
menemukan
bukti
menentukan status going concern pada
banyaknya
perusahaan. Dan kekonsistenan faktor-faktor
perusahaan yang melakukan penggantian
tersebut harus diuji agar dalam keadaan
auditor ketika auditor mengeluarkan opini
ekonomi yang fluktuatif, status going concern
going concern. Schwartz dan Menon (1985)
tetap dapat diprediksi.
dalam Januarti (2009) auditor switching lebih
Penelitian ini merupakan penelitian
banyak dilakukan pada perusahaan yang
lanjutan dari penelitian Januarti dan Fitrianasari
bermasalah dibandingkan pada perusahaan
(2008). Penelitian tersebut meneliti pengaruh
yang sehat. Pergantian auditor bisa disebabkan
rasio keuangan auditee (rasio likuiditas, rasio
karena ketidakpuasan manajemen terhadap
profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage,
opini yang diterima atau karena adanya
rasio pertumbuhan pernjualan, rasio nilai
peraturan.
pasar) dan rasio non keuangan auditee
Opini yang diberikan oleh auditor
(ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit
mempunyai kandungan informasi, oleh sebab
tahun lalu, audit tenure, dan audit lag). Hasil
itu informasi yang ada harus mencerminkan
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
keadaan yang sesungguhnya. Informasi yang
variabel yang mempengaruhi pemberian opini
berkualitas hanya dapat diberikan oleh auditor
audit going concern adalah variabel rasio
yang berkualitas juga (Januarti, 2009). Fanny
likuditas, opini audit tahun lalu dan audit lag,
dan Saputra (2000) menyatakan bahwa besar
sedangkan variabel lain tidak berpengaruh
166
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
signifikan. Berdasarkan 11 hipotesis yang
bagi mereka dengan melakukan pendelegasian
dikemukakan,
yang
wewenang pengambilan keputusan kepada
diterima, sehingga penelitian ini tertarik untuk
agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan
menguji kembali variabel-variabel dalam
sebagai orang ekonomi rasional dan semata-
penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008)
mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.
dengan periode yang lain, yaitu 2008-2010,
Hal ini dapat memicu terjadinya konflik
agar diperoleh hasil yang beragam.
keagenan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka
hanya
3
hipotesis
dibutuhkan pihak ketiga yang independen, TINJAUAN PUSTAKA DAN
dalam hal ini adalah akuntan publik. Tugas
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa theory)
untuk menilai laporan keuangan yang dibuat
merupakan basis teori yang mendasari praktik
oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini
bisnis perusahaan yang dipakai selama ini.
audit.
Teori
keagenan
(Agency
Teori tersebut berakar dari sinergi teori
Opini audit diberikan oleh auditor
ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori
melalui beberapa tahap audit sehingga auditor
organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan
dapat memberikan kesimpulan atas opini
adanya hubungan kerja antara pihak yang
yang harus diberikan atas laporan keuangan
memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor
yang diauditnya. Dengan demikian auditor
dengan pihak yang menerima wewenang
dalam memberikan opini sudah didasarkan
(agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak
pada
kerja sama yang disebut ”nexus of contract”.
yang dikeluarkan auditor ada lima macam
keyakinan
profesionalnya.
Opini
Perbedaan “kepentingan ekonomis”
yaitu: pendapat wajar tanpa pengecualian,
ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan
pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan
paragraf penjelasan, pendapat wajar dengan
informasi)
pengecualian, tidak wajar dan menolak
antara
pemegang
saham
(Stakeholders) dan organisasi. Diskripsi bahwa
memberikan pendapat.
manajer adalah agen bagi para pemegang
Going Concern adalah kelangsungan
saham atau dewan direksi adalah benar sesuai
hidup suatu badan usaha. Dengan adanya
teori agensi.
going concern maka suatu badan usaha
Teori
agensi
menggambarkan
dianggap akan mampu mempertahankan
hubungan agensi sebagai suatu kontrak di
kegiatan usahanya dalam jangka waktu
bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan
panjang,
agen untuk melaksanakan beberapa layanan
perusahaan perperusahaanan) dalam jangka
tidak
akan
dilikuidasi
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
(untuk
167
waktu pendek. Going concern dipakai sebagai
tinggi diharapkan dapat memperoleh laba
asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang
yang tinggi, sheingga kemungkinan kecil bagi
tidak
yang
perusahaan untuk memperoleh opini going
menunjukkan hal berlawanan. Keraguan yang
concern. Hasil penelitian yang mendukung
besar tentang kemampuan satuan usaha dalam
pernyataan tersebut Hani (2003), tetapi
mempertahankan
hidupnya
penelitian Eko Justru memberikan simpulan
(going concern) merupakan keadaan yang
bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan.
mengharuskan auditor menambah paragraf
Rasio aktivitas mengukur efektivitas dan
penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam
efisiensi perusahaan dalam mengelola aktiva
laporan auditnya.
yang dimiliki. Menurut Weston dan Copeland
terbukti
adanya
informasi
kelangsungan
Opini audit going concern merupakan
(1992) bahwa harus ada keseimbangan antara
opini audit dengan paragraf penjelasan
penjualan dengan berbagai unsur aktiva,
mengenai
bahwa
yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan
terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian
aktiva lain. Rasio aktivitas yang tinggi
signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan
mencerminkan bahwa perusahaan benar-benar
dalam menjalankan operasinya pada masa
dapat melakukan kegiatan operasi utamanya,
mendatang.
dengan demikian diharapkan kelangsungan
pertimbangan
auditor
usahanya dapat dipertahankan. Penelitian Tinjauan Pustaka
Eko (2006) dengan proksi asset turnover
Rasio-Rasio Keuangan
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
Jika perusahaan memiliki likuiditas
terhadap opini audit going concern, demikian
(diproksi dengan current ratio) yang baik,
juga hasil penelitian Januarti dan Fitrianasari
maka kemungkinan untuk dapat meneruskan
(2008)
aktivitas usahanya akan lebih besar, sehingga
pengaruh yang signifikan terhadap opini audit
kemungkinan
going concern.
untuk
memperoleh
opini
going concern akan lebih sedikit. Penyataan
rasio aktivitas tidak memberikan
Rasio leverage merupakan tingkat
tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
penggunaan
hutang
sebagai
sumber
yang dilakukan oleh Hani (2003), Eko (2000),
pembiayaan perusahaan (Setson dan Copeland,
yang menemukan bukti bahwa rasio likuiditas
1992). Perusahaan yang memiliki aktiva yang
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
lebih kecil dari pada kewajibannya
opini audit going concern.
menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen
akan
mempunyai
dan Crurch, 1992). Namun penelitian Hani
profitabilitas (diproksikan dengan ROA) yang
(2003) dan Eko (2006), menyatakan bahwa
Ketika
168
perusahaan
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
rasio leverage tidak berpengaruh signifikan
dapat
terhadap kemungkinan penerimaan audit
usahanya. Hasil penelitian McKeown et
going concern.
al (1991) menyimpulkan bahwa terdapat
mempertahankan
kelangsungan
pertumbuhan
penjualan
hubungan negatif dan signifikan antara ukuran
mengukur
efektifitas
perusahaan dengan penerimaan opini audit
perusahaan dalam mempertahankan posisi
going concern. Namun penelitian Eko dan
ekonominya, baik dalam industri maupun
Juniarti dan Fitrianasri (2008), memberikan
dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan
bukti empiris bahwa ukuran perusahaan tidak
(Weston dan Copeland, 1992). Penelitian Eko
berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan
(2006) dan Juniarti dan Fitrianasri (2008),
penerimaan audit going concern.
Rasio digunakan
untuk
memberikan beukti empiris bahwa rasio
Reputasi
akuntan
yang
biasanya
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh
diproksikan dengan kantor akuntan besar
signifikan terhadap kemungkinan penerimaan
(big four) memiliki kualitas yang lebih tinggi
audit going concern.
dalam pelatihan dan pengakuan international,
Rasio harga pasar terhadap nilai
sehingga akan mempertinggi skala kantor
bukunya akan memberikan nilai mengenai
akuntan tersebut dibandingkan dengan kantor
pandangan investor terhadap perusahaan.
akuntan non big four (Margereta, 2005). KAP
Perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas
besar akan berusaha untuk menjaga nama
tinggi yang ditandai dengan nilai ROE yang
dan menghindari tindakan yang menggangu
tinggi, akan menjual sahamnya dengan nilai
nama besar mereka. Oleh sebab itu KAP
tinggi pula (Weston dan Copeland, 1992).
besar akan lebih berani memberikan opini
Semakin rendah rasio nilai pasar, maka
audit going concern, jika memang ditemukan
perusahaan memiliki tingkat pengembalian
adanya masalah pada perusahaan yang diaudit
atas ekuitas yang rendah, sehingga akan
(Mutchler et.al, 1997).
semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini going concern.
Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan
informasi
publik
terhadap
prediksi opini audit going concern, dengan Faktor Non Keuangan
menggunakan
diskriminan
analisis
yang
dengan
memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya
pertumbuhan yang positif, memberikan suatu
mempunyai akurasi prediksi paling tinggi.,
tanda bahwa kemungkinan untuk menjadi
yaitu 89,9 %. Apabila pada tahun sebelumnya
bangkrut kecil. Ukuran perusahaan dilihat dari
perusahaan mendapat opini going concern,
nilai aktivanya. Perusahaan besar dianggap
maka tahun berikutnya kemungkinan auditor
Perusahaan
skala
besar
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
169
memberi opini going concern akan lebih besar
going concern. Argumen ini disebut opinion
(Eko, 2006), Alexander (2004).
shopping. Tujuan pelaporan dalam opinion
Audit client tenure merupakan jumlah
shopping dimaksudkan untuk meningkatkan
tahun dimana KAP melakukan perikatan
(memanipulasi) hasil operasi atau kondisi
audit pada perusahaan yang sama. Perikatan
keuangan perusahaan.
yang lama dapat menyebabkan berkurangnya
Audit lag didefinisikan sebagai jumlah
independensi KAP, sehingga beberapa Negara
tanggal kalender antara tanggal berakhirnya
menetapkan
laporan keuangan (31 Desember) dengan
peraturan
mengenai
rotasi
KAP. Di Indonesia penggantian KAP yang
tanggal
sama dilakukan setiap 5 tahun, sedangkan
Mc.Keown (1991), menyatakan bahwa opini
untuk auditor yang sama setiap 3 tahun
audit going concern lebih banyak ditemui
(Bapepam, 2002). Lenox (2004) dan Juniarti
ketika pengeluaran opini terlambat. Hal ini
dan Fitrianasari (2008), tidak menemukan
bisa dimungkinkan karena auditor terlalu
adanya hubungan antara auditor client tenure
banyak melakukan tes, manajer melakukan
dengan kemungkinan penerimaan audit going
negosiasi yang panjang ketika terdapat
concern.
ketidakpastian
selesainya
pekerjaan
kelangsungan
lapangan.
hidup
atau
Opinion shopping didefinisikan oleh
auditor mengharapkan dapat memecahkan
SEC, sebagai aktivitas mencari auditor yang
masalah yang dihadapi untuk menghindari
mau mendukung perlakuan akuntansi yang
dikeluarkannya opini audit going concern.
diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan
pelaporan
perusahaan
(Januarti,
2009). Perusahaan biasanya menggunakan
Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka
pergantian auditor (auditor switching) untuk
dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
menghindari penerimaan opini going concern
H1 : Rasio Likuditas berpengaruh negatif
dalam dua cara (Teoh, 1992). Pertama, jika
terhadap pemberian opini audit going
auditor bekerja pada perusahaan tertentu,
concern.
perusahaan dapat mengancam melakukan
H2 : Rasio Profitabilitas
berpengaruh
pergantian auditor. Kedua, bahkan ketika
negatif terhadap pemberian opini
auditor tersebut independen, perusahaan akan
audit going concern.
memberhentikan Akuntan Publik (Auditor)
H3 : Rasio Aktivitas berpengaruh negatif
yang cenderung memberikan opini going
terhadap pemberian opini audit going
concern atau sebaliknya akan menunjuk
concern.
auditor yang cenderung memberikan opini 170
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
H4 : Rasio Leverage berpengaruh positif
opini audit dengan paragraf penjelasan
terhadap pemberian opini audit going
mengenai
concern.
terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian
H5 : Rasio
Pertumbuhan
pertimbangan
auditor
bahwa
penjualan
signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan
terhadap
dalam menjalankan operasinya pada masa
pemberian opini audit going concern.
mendatang. Variabel dummy digunakan dalam
H6 : Rasio nilai pasar berpengaruh negatif
penilaian ini jika opini audit going concern
terhadap pemberian opini audit going
diberi kode 1, sedangkan opini audit non going
concern.
concern diberi kode 0. Variabel independen
berpengaruh
H7 : Ukuran
negatif
perusahaan
berpengaruh
negatif terhadap pemberian opini audit going concern.
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Likuditas diproksikan dengan current ratio = aktiva lancar : kewajiban lancar
H8 : Reputasi KAP berpengaruh positif
b. Rasio profitabilitas diproksi dengan
terhadap pemberian opini audit going
return on asset = laba atau rugi bersih
concern.
setelah pajak : total aktiva.
H9 : Opini
audit
berpengaruh
tahun
sebelumnya
c. Rasio aktivitas diproksikan dengan
positif
terhadap
total asset turnover = penjualan bersih
pemberian opini audit going concern. H10 : Auditor client tenure
: total aktiva.
berpengaruh
d. Rasio leverage diproksi dengan debt
negatif terhadap pemberian opini
to equity ratio = total kewajiban : total
audit going concern.
ekuitas.
H11 : Opinion
shopping
berpengaruh
e. Rasio pertumbuhan penjualan = (Pen-
negatif terhadap penerimaan opini
jualan bersih t – penjualan bersih t-1) :
audit going concern
penjualan bersih t-1.
H12 : Audit
lag
berpengaruh
positif
f. Rasio nilai pasar dengan menggunakan
terhadap pemberian opini audit going
market to book ratio = harga pasar per
concern.
saham : nilai buku per saham g. Ukuran
METODA PENELITIAN Variabel Penelitian
perusahaan
menggunakan
natural log dari total aktiva h. Reputasi KAP yang tergabung dalam
Variabel dependen dalam penelitian ini
the big four diberi nilai 1, sedangkan
adalah penerimaan opini audit going concern
yang berada di luar big four diberi
(GC). Opini audit going concern merupakan
nilai 0. Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
171
i. Opini audit tahun sebelumnya, apabila
untuk menunjukkan kondisi keuangan
GCAO diberi nilai 1, sedangkan untuk
perusahaan yang bermasalah dan memiliki
non GCAO diberi nilai 0.
kecenderungan untuk menerima opini
j. Auditor client tenure diukur dengan menghitung tahun dimana KAP yang telah
melakukan
perikatan
audit going concern. 3) Data yang dibutuhkan tersedia dengan
audit
lengkap
terhadap perusahaan.
dan
menerbitkan
laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor
k. Opinion shopping diukur dengan =
independen dari tahun 2008–2010.
Perusahaan yang tidak melakukan
4) Menggunakan periode laporan keuangan
pergantian auditor diberi nilai 0,
mulai 1 januari sampai dengan 31
sedangkan untuk perusahaan yang
desember dan atau rupiah sebagai mata
melakukan pergantian auditor diberi
uang pelaporan.
nilai 1 l. Audit lag merupakan jumlah kalender
Metoda Analisis
antara tanggal berakhirnya laporan keuangan
(31
Desember)
dengan
tanggal selesainya pekerjaan lapangan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik yang variabel bebasnya
merupakan
kombinasi
matric
dan non matric. Teknik analisis ini tidak Penentuan Sampel
memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi
Dalam penelitian ini yang menjadi Populasi
penelitian
ini
adalah
seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2001). Adapun persamaan regresi logistiknya adalah sebagai berikut: GC = a + b1 LIKD + b2 PROFft + b3 AKT
Bursa Efek Indonesia tahun 2008–2010. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel
+ b4 aLEVR + b5 SALE + b6 PBV
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
+ b7 SIZE + b8 REP + b9 PINBR +
1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar
b10 TEN + b11 SHOP + b12 ALAG +e
di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian (2008–2010).
Keterangan :
2) Mengalami laba bersih setelah pajak yang
bernilai
negatif
GC
= opini going concern (variabel
sekurangnya
dummy, 1 jika opini going
dua periode laporan keuangan selama
concern, 0 jika opini non going
periode
concern)
pengamatan
(2008–2010).
Laba bersih yang negatif digunakan 172
a
= konstanta
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
LIKD
= rasio likuiditas
LAG
= audit lag
PROF
= rasio profitabilitas
e
= error term
AKT
= rasio aktivitas
LEVR
= rasio leverage
SALE
= Rasio pertumbuhan penjualan
PBV
= Rasio nilai pasar
dari perusahaan manufaktur yang listed di
SIZE
= Ukuran perusahaan
BEI tahun 2008-2010.
REP
= Reputasi auditor
PINBR
= Opini audit tahun lalu
telah ditetapkan maka diperoleh sebanyak 25
TEN
= Auditor client tenure
perusahaan. Berikut ini disajikan dalam tabel.
SHOP
= Opinion shopping
HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel dalam penelitian ini diambil
Berdasarkan kriteria sampel yang
Tabel 4 Kriteria Pengambilan Sampel No Kriteria Jumlah 1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI antara tahun 2008-2010. 148 2 Laporan keuangan yang berakhir tanggal 31 Desember. 148 3 Perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2008-2010 dalam Rupiah (Rp). (6) Tidak mengalami laba bersih yang negatif minimal dua periode laporan keuangan selama 20084 (117) 2010. Jumlah Sample Untuk Periode Penelitian 25
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Hasil Pengujian Hipotesis
model terhadap data. Dalam hal ini digunakan
Langkah pertama yang dilakukan
uji Hosmer and Lemeshow Test. Output pada
adalah melakukan penilaian model fit pada
uji Hasmer and Lemeshow Test dapat dilihat
data yang intinya untuk menilai overall fit
pada tabel 5 berikut :
Tabel 5 Hosmer And Lemeshow Test Step
Chi-Ssquare 3,135
1
df 7
Sig. ,872
Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil pengujian didapatkan angka
profitabilitas, aktivitas, leverage, pertumbuhan
signifikansi pada uji Hosmer and Lameshow
penjualan, rasio nilai pasar, opinion shopping,
Test sebesar 0,872 > tingkat
ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit
signifikansi (a=5%=0,05) sehingga model
regresi
pengaruh
likuiditas,
tahun lalu, auditor client tenure dan audit lag terhadap opini audit going concern tergolong
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
173
fit baik sehingga layak dalam menjelaskan
ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit
variabel penelitian.
tahun lalu, auditor client tenure dan audit lag secara bersama-sama dalam menerangkan
Koefisien determinasi pada intinya kemampuan
variasi variabel terikat (opini audit going
model pada variabel bebas yaitu likuiditas,
concern). Hasil pengujian dengan SPSS pada
profitabilitas, aktivitas, leverage, pertumbuhan
uji ini dapat dilihat pada tabel berikut:
mengukur
seberapa
jauh
penjualan, rasio nilai pasar, opinion shopping, Tabel 6 Koefisien Determinasi Step 1
-2 Log Likelihood 17,982
Cox & Snell R Square ,656
Nagelkerke R Square ,899
a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than ,001. Sumber : Data sekunder yang diolah Dari hasil penelitian terlihat angka
lain yang tidak diamati dalam penelitian
koefisien determinasi pada pengujian Cox and
ini, seperti debt default, rasio prediksi
Snell Square sebesar 0,656 dan Negelkerke R
kebangkrutan, dan lain-lain.
Square adalah 0,899 yang berarti variabilitas
Untuk menguji hipotesis digunakan
variabel dependen (opini audit going concern)
uji regresi logistik yang dilakukan terhadap
dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel
semua variabel yaitu likuiditas, profitabilitas,
independen (likuiditas, profitabilitas, aktivitas,
aktivitas, leverage, pertumbuhan penjualan,
leverage, pertumbuhan penjualan, rasio nilai
rasio nilai pasar, opinion shopping, ukuran
pasar, opinion shopping, ukuran perusahaan,
perusahaan, reputasi KAP, opini audit tahun
reputasi KAP, opini audit tahun lalu, auditor
lalu, auditor client tenure dan audit lag
client tenure dan audit lag) sebesar 89,90 %,
terhadap opini going concern. Hasil pengujian
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel
sebagai berikut:
Tabel 7 Hasil Pengujian Multivariate Variabel Likuiditas Profitabilitas Aktivitas Leverage Pertumbuhan Penjualan Rasio nilai pasar Opinion Shopping Ukuran Perusahaan Reputasi KAP Opini audit tahun lalu
174
B
-0,056 -21,942 0,109 0,007 -0,320 -1,036 -7,743 -1,050 -0,894 12,803
Wald 0,725 4,517 0,006 0,041 0,302 0,909 4,159 3,879 0,216 8,105
Sig
0,395 0,034 ** 0,940 0,840 0,582 0,034** 0,041** 0,059* 0,642 0,004***
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
Variabel Auditor client tenure Audit lag Constant
B
1,486 0,019 11,721
Sumber : Data sekunder yang diolah Keterangan : * = Signifikasi 10 % ** = Signifikasi 5 % *** = signifikasi 1 % Pembahasan
Wald 1,684 0,047 1,302
Sig 0,019** 0,829 0,243
(gedung, mesin, dan kendaraan). Sehingga
Dari analisis terhadap ke kedua belas
rasio likuiditas tidak menjadi acuan dan
variabel independen tersebut, diperoleh hasil
pertimbangan yang utama bagi auditor dalam
5 hipotesis diterima dan 7 hipotesis di tolak
memberikan opini audit going concern. Hasil
sebagai berikut :
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008), yang menyatakan
Pengaruh Likuiditas Terhadap Going
likuditas berpengaruh terhadap going concern
Concern Audit Report
audit report.
Likuiditas
tidak
berpengaruh
terhadap going concern audit report, karena
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Going
nilai signifikasi likuiditas = 0,395 > 0,05.
Concern Audit Report
Kondisi ini terjadi karena likuditas dalam
Profitabilitas berpengaruh terhadap
penelitian ini diukur dengan current ratio,
going concern audit report, karena nilai
yaitu perbandingan antara aktiva lancar
signifikasi
dengan hutang lancar, dimana rata-rata
Kondisi ini terjadi karena apabila profitabilitas
rasio likuiditas perusahaan sampel adalah
perusahaan baik, maka perusahaan mampu
tinggi, yaitu 534,86 persen. Pada perusahaan
mengoperasionalkan perusahaan dengan baik
manufaktur biasanya memiliki hutang jangka
dan mampu mempertahankan kelangsungan
panjang berupa hutang aktiva tetap berupa
hidupnya, sehingga going concern audit
mesin, kendaraan yang tinggi, sedangkan
opinion tidak akan diterima. Dalam hal
hutang
auditor melakukan audit laporan keuangan,
dagangnya
tidak
terlalu
tinggi,
profitabilitas
= 0,034 < 0,05.
dan perusahaan dapat mengajukan kredit
apabila
dengan menjaminkan asetnya kepada bank
kondisi keuangan yang berkaitan dengan
guna memenuhi likuiditasnya. Perusahaan
kelangsungan hidup perusahaan, maka auditor
manufaktur memiliki aktiva lancar yang
akan memberikan opini yang sesuai dengan
lebih kecil dibandingkan dengan aktiva tetap
kondisi keuangan tersebut. Kondisi keuangan
seorang
auditor
mengevaluasi
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
175
yang baik dengan tingkat profitabilitas yang
Pengaruh Leverage Terhadap Going
tinggi, menggambarkan kondisi kesehatan dari
Concern Audit Report
perusahaan tersebut, apabila kondisi keuangan
Leverage
tidak berpengaruh ter-
ditemukan bermasalah, maka auditor akan
hadap going concern audit report, karena
memberikan opini audit going concern.
nilai signifikasi leverage = 0,840 > 0,05.
Hasil ini mendukung hasil penelitian Angga
Kondisi
Fajar Santosa dan Linda Kusumaning Wedari
dengan leverage yang tinggi, akan tetapi
(2007), yang menyatakan kondisi keuangan
memililki perencanaan dalam memperbaiki
berpengaruh terhadap opini audit.
operasi perusahaan dan kemampuan untuk
ini
terjadi
karena
perusahaan
mengelola keuangan dengan baik, serta Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Going
mampu menyajikan laporan keuangan yang
Concern Audit Report
wajar, maka tidak akan mendapatkan opini tidak berpengaruh
audit going concern. Hal tersebut diperkuat
terhadap going concern audit report, karena
dengan statistik deskriptif menunjukkan nilai
nilai signifikasi aktivitas = 0,940 > 0,05.
rata-rata rasio leverage perusahaan sampel
Kondisi ini terjadi karena auditee yang
yaitu sebesar 6,75 menunjukkan perusahaan
menerima GCAO dalam penelitian ini tidak
menanggung beban hutang yang tinggi.
selalu memiliki rasio aktivitas yang rendah.
Namun,
Hal ini diperkuat dengan hasil statistik
pengelolaan aktivanya secara efisien, hal
deskriptif yang menunjukkan nilai mean dari
tersebut ditunjukkan dengan tingginya nilai
rasio aktivitas untuk kelompok perusahaan
rata-rata rasio aktivitas perusahaan sampel
yang mendapatkan GCAO yaitu sebesar 1,29
yaitu sebesar 1,13. Dengan demikian, auditee
menunjukkan nilai yang tinggi. Nilai mean
mampu meningkatkan volume penjualan
tersebut memberikan bukti bahwa meskipun
sehingga
perusahaan memiliki rasio aktivitas yang
penjualan, auditee akan memiliki dana
tinggi dan dapat melakukan pengelolaan
untuk membayar hutangnya. Oleh karena
aktiva dengan baik tetapi auditee tetap
itu, rasio leverage kurang dipertimbangkan
menerima GCAO. Hasil ini sesuai dengan
auditor dalam memberikan GCAO.
hasil penelitian Januarti dan Fitrianasari
ini mendukung hasil penelitian Januarti dan
(2008), yang menyatakan rasio aktivitas tidak
Fitrianasari (2008), yang menyatakan leverage
berpengaruh terhadap going concern audit
tidak berpengaruh terhadap opini audit going
report.
concern.
Rasio aktivitas
176
perusahaan
dengan
mampu
melakukan
meningkatnya
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
volume
Hasil
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan
profitabilitas dan tingkat pengembalian atas
Terhadap Going Concern Audit Report
ekuitas yang rendah, sehingga akan semakin
Pertumbuhan
penjualan
tidak
besar
kemungkinan
bagi
auditor
untuk
berpengaruh terhadap going concern audit
memberikan opini going concern. Hasil ini
report, karena nilai signifikasi pertumbuhan
mendukung penelitian (Weston dan Copeland,
penjualan
= 0,582 > 0,05. Kondisi ini
1992), yang menyatakan Rasio nilai pasar
kemungkinan terjadi karena pada perusahaan
berpengaruh terhadap going concern audit
manufaktur sistem penjualan menggunakan
report.
sistem kredit atau pembayaran jatuh tempo, sehingga
pertumbuhan
jaminan
bagi
penjualan
perusahaan
bukan
manufaktur
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Going Concern Audit Report
memiliki kondisi keuangan yang baik. Sebab
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
masih ada resiko yang harus diterima, berupa
terhadap going concern audit report, karena
piutang tak tertagih dan yang lainnya. Hasil ini
nilai signifikasi ukuran perusahaan = 0,059
mendukung Januarti dan Fitrianasari (2009),
> 0,05. Kondisi ini terjadi karena dalam
yang menyatakan pertumbuhan penjualan
penelitian ini walupun perusahaan yang
tidak berpengaruh terhadap opini audit going
memiliki aktiva tetap yang besar seperti
concern.
perusahaan tekstil yang memiliki mesin dan gedung dengan nilai aktiva tetap yang besar
Pengaruh Rasio Nilai Pasar Terhadap
namun, perusahaan manufaktur yang menjadi
Going Concern Audit Report
sampel penelitian ini banyak ditemukan
Rasio nilai pasar berpengaruh terhadap
mengalami kerugian dan saldo laba yang
going concern audit report, karena nilai
negatif yang mendapatkan opini audit going
signifikasi rasio nilai pasar = 0,034 < 0,05.
concern. Hasil ini mendukung hasil penelitian
Kondisi ini terjadi karena rasio harga pasar
Hasil ini mendukung Januarti dan Fitrianasari
terhadap nilai bukunya akan memberikan
(2009), yang menyatakan ukuran perusahaan
pandangan investor terhadap perusahaan.
tidak berpengaruh terhadap opini audit going
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang
concern.
tinggi dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi, akan menjual
Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Going
sahamnya dengan nilai yang tinggi pula,
Concern Audit Report
begitu pula sebaliknya, semakin rendah harga
Reputasi KAP
pasar per saham, maka perusahaan memiliki
tidak berpengaruh
terhadap going concern audit report, karena Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
177
nilai signifikasi reputasi KAP = 0,642 > 0,05.
publik tidak berpengaruh terhadap opini opini
Kondisi ini terjadi kemungkinan karena dalam
audit going concern.
penelitian ini, perusahaan yang menggunakan KAP yang masuk the big four tidak menjadi
Pengaruh Opini Tahun Lalu Terhadap
jaminan untuk mendapatkan opini audit going
Going Concern Audit Report
concern, sebaliknya perusahaan yang tidak
Opini tahun lalu berpengaruh terhadap
menggunakan KAP the big four mendapat opini
going concern audit report, karena nilai
going concern. Sebagai contoh perusahaan PT.
signifikasi opini tahun lalu = 0,004 < 0,05.
Sumalindo lestari jaya, Tbk
menggunakan
Kondisi ini terjadi karena perusahaan yang
reputasi auditor Purwanto Sarwoko Sanjaja
mendapatkan opini going concern akan
(the big four), akan tetapi mendapatkan opini
berdampak pada turunnya harga saham,
non going concern, sedangkan perusahaan
kesulitan
Apac citra centratex, Tbk menggunakan KAP
pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur,
Mulyamin Sensi Suryanto (bukan big for) akan
dan pelanggan. Hasil penelitian ini juga sejalan
tetapi mendapatkan opini audit going concern.
dengan lennox (2004) yang menyatakan
Opini audit didasarkan pada apakah laporan
bahwa auditor kemungkinan besar akan
keuangan auditee menyajikan secara wajar
memberikan
kondisi keuangan perusahaan. Hasil ini tidak
menerima GCAO pada tahun sebelumnya.
mendukung konsep teori yang menyatakan
Oleh karena itu perusahaan yang pada tahun
bahwa semakin besar skala auditor, akan
sebelumnya menerima opini audit going
semakin besar kemungkinan auditor untuk
concern, berpotensi berpengaruh terhadap
menerbitkan audit going concern. Auditor
pertimbangan auditor dalam mengeluarkan
skala besar memiliki insentif yang lebih
opini going concern pada tahun selanjutnya.
baik untuk menghindari kritikan kerusakan
Hasil ini mendukung hasil penelitian Angga
reputasi dibandingkan pada auditor skala
Fajar Santosa dan Linda Kusumaning Wedari
kecil. Auditor skala besar juga lebih cenderung
(2007), yang menyatakan opini audit tahun
untuk mengungkapkan masalah-masalah yang
sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit.
dalam
meningkatkan
opini
GCAO
jika
modal
auditee
ada karena mereka lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada
Pengaruh Auditor Client Tenure Terhadap
karena mereka lebih kuat menghadapi risko
Going Concern Audit Report
proses pengadilan. Hasil ini mendukung hasil
Auditor client tenure
berpengaruh
penelitian Januarti dan Fitrianasari (2009),
terhadap going concern audit report, karena
yang menyatakan reputasi kantor akuntan
nilai signifikasi
178
auditor client tenure
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
=
0,019 < 0,05. Kondisi ini terjadi karena
untuk menanamkan modalnya di perusahaan
Perikatan yang lama dapat menyebabkan
tersebut,
berkurangnya independensi KAP, dan apabila
kemungkinan bagi perusahaan untuk memilih
independensi auditor berkurang maka opini
dan menggunakan jasa auditor yang cenderung
yang dikeluarkan oleh auditor merupakan
memberikan opini non going concern. Hasil
opini yang menyesatkan dan akan merugikan
ini mendukung penelitian (Weston dan
berbagai pihak. Opini yang menyesatkan
Copeland, 1992), yang menyatakan opinion
tersebut tidak sesuai dengan kondisi keuangan
shopping berpengaruh terhadap going concern
perusahaan yang sebenarnya sebagai contoh
audit report.
sehingga
akan
semakin
besar
pada kasus Enron, dimana auditor yang mengaudit
independensinya
berkurang
karena terpengaruh dengan lamanya perikatan sehingga, meskipun laporan keuangannya
Pengaruh Audit Lag Terhadap Going Concern Audit Report Audit lag tidak berpengaruh terhadap
berkurang
going concern audit report, karena nilai
independensinya akan mengeluarkan opini
signifikasi ukuran perusahaan = 0,829 > 0,05.
audit wajar tanpa pengecualian. Di beberapa
Audit lag didefinisikan sebagai jumlah tanggal
Negara menetapkan peraturan mengenai rotasi
kalender antara tanggal berakhirnya laporan
KAP. Di Indonesia penggantian KAP yang
keuangan (31 Desember) dengan tanggal
sama dilakukan setiap 5 tahun, sedangkan
penyelesaian pekerjaan lapangan. Mc.Keown
untuk auditor yang sama setiap 3 tahun
(1991), menyatakan bahwa opini audit
(Bapepam, 2002). Lenox (2004).
going concern lebih banyak ditemui ketika
tidak
wajar,
auditor
yang
pengeluaran opini terlambat. Dalam penelitian Pengaruh Opinion Shopping Terhadap
ini audit lag tidak berpengaruh terhadap opini
Going Concern Audit Report
audit going concern, kondisi ini terjadi karena
Opinion
shopping
berpengaruh
dalam penelitian ini banyak perusahaan yang
terhadap going concern audit report, karena
melaporan tepat waktu sesuai peraturan
nilai signifikasi opinion shopping = 0,041
Bapepam dan mendapat opini wajar tanpa
< 0,05. Kondisi ini terjadi karena opinion
pengecualian dengan paragraph penjelasan.
shopping berhubungan dengan opini audit
Hasil ini mendukung hasil penelitian Januarti
yang diberikan oleh auditor pada auditee.
dan Fitrianasari (2009), yang menyatakan
Sehingga
audit lag tidak berpengaruh terhadap opini
apabila
auditor
memberikan
opini audit unqualified opinion tanpa going
audit going concern.
concern, investor akan mendapatkan motivasi Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
179
2. Menambah periode penelitian, misalnya
KESIMPULAN DAN SARAN Dari 75 auditee perusahaan manufaktur yang terpilih menjadi sampel kelompok
5 tahun, sehingga diperoleh sampel yang lebih banyak.
GCAO terdiri dari 48 auditee dan kelompok
3. Mengganti proksi opinion shopping yang
NONGCAO terdiri dari 138 auditee. Hasil
digunakan dalam penelitian ini, dengan
pengujian hipotesis menemukan bukti bahwa
proksi yang lain yang tidak bias
hanya 2 rasio keuangan (rasio profitabilitas dan rasio nilai pasar) dan 3 faktor non keuangan (opini audit tahun lalu, auditor client tenure, opinion shopping) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern pada auditee pada tingkat signifikansi 5% sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Keterbatasan penelitian ini adalah : 1. Sampel
penelitian
ini
hanya
25
perusahaan manufaktur dengan angka waktu penelitian 3 tahun. 2. Pengukuran opinion shopping dengan menggunakan proksi pergantian auditor yaitu apabila perusahaan melakukan pergantian auditor diberi nilai 1 dan perusahaan
yang
pergantian
auditor
tidak diberi
melakukan nilai
0,
merupakan proksi yang bias, hal tersebut dikarenakan pergantian auditor dapat disebabkan karena faktor peraturan rotasi KAP dan bukan disebabkan oleh faktor opinion shopping . Saran untuk penelitian selanjutnya adalah : 1. Penelitian selanjutnya bisa memeperluas sampel penelitian, seperti menggunakan semua perusahaan yang listed di BEI. 180
DAFTAR PUSTAKA Arga Fajar Santosa dan Linda Kusumaning Wedari. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern . JAAI. Vol. 11 No. 2 Desember. Chen, Ching-Lung, Fu Hsing Chang and Gili Yen. 1992. “ The Information Contents of Auditor Change In Financial Distress Prediction – Empirical Findings from The TAIEX – listed firms”. www.google.com. Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2000. “Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hani, Cleary dan Mukhlacin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada PErusahaan PErbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI. 1221-1233. Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008 ” Analisis Rasio Keuangan dan rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010) Ariffandita Nuri Muttaqin Sudarno Universitas Diponegoro
Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ 2000 – 2005), Jurnal MAKSI,Vol 8 no. 1 , pp 43-58 Januarti, Indira. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Undip, Semarang. Lennox, C., 2004. “Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping: Evidence from The UK?”. Journal of Accounting and Economics 29. pp 321-37.www.google.com. Mutchler, J.F., W. Hopwood, dan J.C McKeown. 1995. “The Influence of
Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Report Decisions on Bankrupt Companies”. Journal of accounting Research. Autumn. Ramadhany, Alexander. 2004. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Menufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal MAKSI, Vol 4. Agustus. Hal 146-160. Venuti, Elizabeth K.2007.” The Going Concern Assumption Revisited: Assessing a Company’s Future Viability”. The CPA Journal Online. Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1992. Dasar-Dasar Managemen Keuangan. Jilid 1. Edisi ke-9. Erlangga. Jakarta.
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 7/No. 2/MEI 2011 : 164 - 181
181