ANALISIS PENGARUH MANIPULASI LABA, FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KEPATUHAN REGULASI INFORMASI PERUSAHAAN PUBLIK A. Zubaidi Indra Dosen FEB Universitas Lampung
Harsono Edwin Puspita Dosen FEB Universitas Lampung
ABSTRAK Penelitian ini menginvestigasi terhadap pengaruh manipulasi laba, financial distress dan kualitas auditor terhadap kepatuhan terhadap regulasi informasi perusahaan publik di Indonesia. Kepatuhan perusahaan publik diukur dari kepatuhan mereka terhadap peraturan menteri keuangan. dan peraturan Bapepam tentang penyampaian laporan keuangan auditan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengeluarkan laporan keuangan tahun 2008-201. Pengujian pengaruh earnings management, profitabilitas, leverage, kualitas audit, terhadap kepatuhan penyampaian laporan keuangan ke BAPEPAM dilakukan dengan menggunakan metoda regresi logistik. Hipotesis pertama yang menyatakan perusahaan publik yang melakukan manipulasi laba berpengaruh negatif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Hipotesis kedua yang menyatakan Perusahaan publik dengan auditor berkualitas berpengaruh positif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Hipotesis ketiga profitabilitas perusahaan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Hipotesis keempat yang menyatakan leverage perusahaan publik berpengaruh negatif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan tidak terbukti secara statisitis. Kata Kunci: Manipulasi laba, Financial Distress, kualitas auditor
I. PENDAHULUAN Isu yang diangkat dalam penelitian ini adalah melakukan investigasi terhadap pengaruh manipulasi laba, financial distress dan kualitas auditor terhadap kepatuhan terhadap regulasi informasi perusahaan publik di Indonesia yang diukur dari kepatuhan mereka terhadap peraturan menteri keuangan dan peraturan Bapepam tentang penyampaian laporan keuangan auditan sebagai salah satu informasi yang dipergunakan investor dalam pengambilan dapat melindungi informasi agar tidak dimanipulasi oleh pihak manapun. Keruntuhan perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia benar-benar menempatkan kepercayaan publik pada laporan keuangan semakin memudar. Kasus Enron, Worldcom, Global Crossing, HIH dan Tyco berjatuhan satu persatu seakan menjadi awal memudarnya kepercayaan tersebut. Bagi publik hilangnya kepercayaan kepada laporan keuangan memang sangatlah beralasan bila dilihat dari akibat yang ditimbulkannya. Akibat gagalnya laporan keuangan menggambarkan kondisi perusahaan mengakibatkan jatuhnya harga saham 25 perusahaan lebih dari 75% selama Januari 1999 sampai dengan Mei 2002. Hal ini mengakibatkan kerugian tak kurang dari 23 milyar US dolar (Fortune 2002). Keputusan-keputusan besar yang diambil berdasarkan akurasi laporan keuangan yang secara historis
dijadikan dasar bagi pemegang saham ataupun investor potensial seakan tak berharga lagi. Hal ini membuat mundurnya pemilik modal yang berakibat pada kelangkaan modal dan menurunnya produktivitas ekonomi. Menurut SFAC No. 2 informasi dikatakan mempunyai nilai jika dalam pengambilan keputusan informasi tersebut dapat menambah pengetahuan, menambah keyakinan, mengubah keputusan atau perubahan prilaku pemakai informasi. Pengguna informasi akuntansi sangat tertarik pada informasi yang dapat memberikan suatu prediksi terhadap status keuangan perusahaan. Informasi yang sebenarnya bernilai prediksi tinggi dan balikan tinggi dapat tidak menjadi relevan kalau tidak tersedia pada saat yang dibutuhkan. Selain informasi laporan keuangan ada beberapa sumber informasi lain yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi tersebut antara lain: informasi yang beorientasi pada perusahaan, dan informasi yang berorientasi pada industri. Apabila dibandingkan dengan kedua informasi tersebut, informasi laporan keuangan memiliki beberapa keunggulan: informasi laporan keuangan lebih berhubungan secara langsung dengan variabel kepentingan, dapat lebih dipercaya, murah dan merupakan sumber informasi yang lebih tepat waktu. Manajemen perusahaan dapat mengungkapkan informasi tepat waktu jika perusahaan ini tidak merasa pasti bahwa informasi tersebut telah diketahui oleh investor dari sumber-sumber lain. Lebih umum, manajemen harus mengembangkan dan melaporkan informasi tentang perusahaan sepanjang keuntungan untuk investor melebihi biaya. Ada dua alasan yang pertama, efisiensi pasar menunjukkan bahwa investor akan menggunakan semua informasi relevan yang tersedia ketika mereka berusaha untuk mengembangkan prediksi mereka tentang perolehan di masa yang akan datang, sehingga informasi tambahan tidak akan sia-sia. Kedua, semakin banyak informasi yang dipublikasi oleh perusahaan tentang perusahaan itu sendiri, semakin banyak informasi yang tersedia bagi publik tentang perusahaan tersebut. Akibatnya, kepercayaan investor pada perusahaan mengalami peningkatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Butler dan Weiss (2002) menguji frekuensi pelaporan keuangan interim dan menginvestigasi pengaruh pelaporan keuangan interim yang mandatory dan yang voluntary. Hasilnya pelaporan keuangan interim yang voluntary akan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan ke pihak Regulator. Menurut penelitian Whittred dan Zimmer (1984) perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan melakukan penundaan pelaporan keuangannya. Givoly dan Palmon (1982) meneliti mengenai keterlambatan dari beberapa aspek implikasi keterlambatan untuk tindakan pengaturan dan desain penelitian. Mereka menilai keterlambatan laporan keuangan merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan itu sendiri. Penelitian Ainun (1999) tentang keterlambatan terhadap peraturan informasi dan penerapannya di Indonesia dengan menggunakan variabel independen berupa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kesulitan finansial. Laporan Keuangan SFAC No. 2, dalam FASB 1978 menjelaskan mengenai karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Kualitas informasi akuntansi bergantung pada kebutuhan pemakai (relevance), dan keterandalan (reliability). Informasi bermanfaat jika informasi tersebut relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan. Keterandalan suatu informasi jika informasi tersebut bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diaharapkan dapat disajikan. Suatu informasi dapat dikatakan relevan jika dapat memenuhi tiga syarat yaitu mempunyai nilai prediktif yang membantu pemakai memprediksi hasil atau akibat suatu peristiwa masa lalu, sekarang, atau yang akan terjadi. Nilai balikan, merupakan kemampuan informasi dalam mengkonfirmasi/
meyakinkan bahwa harapan-harapan sebelumnya telah tercapai atau menyimpang dari kenyataan. Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Informasi yang sebenarnya bernilai prediksi tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan (SFAC dalam Suwardjono, 2002). Pelaporan yang tepat waktu akan menjadikan sistem akuntansi keuangan menghasilkan informasi yang ekstensif, bermutu, dan murah. Pemegang saham menggunakan laporan keuangan untuk mengawasi kinerja perusahaan, manajer untuk meningkatkan nilai yang diperoleh pemegang saham dengan aktivitas dan kebijakan manajerialnya, serta untuk memberikan dasar penentuan insentif bagi investor dan eksekutif. Investor untuk memahami perubahan nilai ekuitas, memerlukan informasi laporan keuangan untuk membuat keputusan investasi. Perusahaan publik juga bisa dibebankan dengan perusahaan non publik dalam hal kewajibannya terhadap otoritas pasar modal. Setelah menjadi perusahaan publik, maka perusahaan harus menyampaikan laporan-laporan kepada otoritas pasar modal maupun kepada publik (Hartono, 1998). Laporan yang harus disampaikan diantaranya adalah laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit oleh auditor independen. Peran auditor disini menjadi penting karena persayaratan untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan emiten bersifat mandatory. Keharusan menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit bertujuan untuk lebih menjamin transparansi kondisi perusahaan kepada publik yang merupakan pemilik perusahaan. Teori Keagenan Permintaan terhadap jasa audit oleh perusahaan berasal dari adanya konflik keagenan. Konflik keagenan terjadi karena ada perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal. Konflik keagenan muncul karena pada umumnya menusia mempunyai sifat dasar untuk mendahulukan kepentingan pribadi (self interest behaviour) dibandingkan kepentingan orang lain. Masalah konflik keagenan yang muncul dari self interest behaviour bisa diminimasi oleh perusahaan dan sebagai akibatnya perusahaan menanggung kos keagenan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Utama (2002) kos keagenan meliputi biaya pembuatan kontrak (biaya transaksi, oportunity cost dan biaya insentif bagai manajemen), biaya monitoring (audit) dan kerugian yang ditanggung pemilik akibat penyimpangan tindakan yang lolos dari monitoring.Masalah keagenan bisa terjadi karena adanya asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Akibat dari asimetri ini adalah agen mempunyai potensi untuk bertindak tidak sesuai dengan keinginan prinsipal. Oleh karena itu prinsipal tidak akan begitu saja mempercayai agen. Fraud Fraud merupakan suatu kejahatan sekaligus pelanggaran terhadap hukum perdata. Menurut Black’s Law Dictionary fraud adalah berbagai sarana yang dapat direncanakan oleh manusia yang menggunakan kecerdasannya untuk mengambil keuntungan dari pihak lainnya dengan memberi saran yang menyesatkan atau menutupi kebenaran. International Standards on Auditing seksi 240 mendefinisikan fraud sebagai tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam governance perusahaan, karyawan, atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau ilegal (Sahari, 2007). Menurut SPAP fraud diterjemahkan sebagai kecurangan, dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan auditor berkepentingan untuk menguji apakah suatu tindakan yang mengandung fraud mengakibatkan salah saji (mistatement) dalam pelaporan keuangan (IAI, 2009). Berdasarkan sifatnya fraud dapat dikategorikan menjadi: a. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan (fraudelent financial reporting), yang timbul dari pengakuan pendapatan yang tidak tepat, lebih saji (overstatement) aktiva, atau kurang saji (understatement) kewajiban. b. Penyelewengan aktiva (misappropriation of assets), termasuk penggelapan, fraud dalam penggajian, pencurian pihak eksternal, fraud dalam pengadaan (procurement), pemalsuan atau pengalihan produk.
c. Pengeluaran atau timbulnya kewajiban yang tidak pada tempatnya misalnya penyuapan. d. Kecurangan perolehan pendapatan atau aktiva (fraudulent acquisition of revenue or assets), seperti over billing atau substitusi produk dengan pihak ketiga. e. Kecurangan melalui penghindaran beban, misalnya fraud dalam pajak, mengatur pendapatan untuk menghindari pajak. f. Penyimpangan keuangan oleh manajemen. Fraudelent financial reporting dan missapproprition of assets merupakan fraud yang umumnya ditemui pada perusahaan publik yang menjadi fokus auditor internal (Sahari, 2007). Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara bersamaan yaitu: a. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud. b. Peluang untuk melakukan fraud c. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud. Healy dan Wahlen (1998) mendefinisikan earnings management sebagai pertimbangan yang dipergunakan oleh pihak manajemen dalam pelaporan keuangan dan dalam pembentukan transaksi untuk mengubah pelaporan keuangan untuk menyesatkan beberapa pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan, atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang tergantung ada angka-angka akuntansiyang dilaporkan”. Earnings management bisa berbentuk pilihan metode akuntansi yang menaikkan laba (incomeincreasing) atau menurunkan laba (income-decreasing). Kesempatan untuk manipulasi seperti ini timbul karena adanya fleksibilitas yang diijinkan oleh GAAP (Evans dan Sridhar, 1996). Manajer dan pemegang saham mungkin setuju bahwa earnings management diinginkan (misalnya, untuk menghindari kos politik dan regulator), pemegang saham akan menghadapi kos agensi potensial jika ada perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham dan manajer memiliki kesempatan untuk melakukan earnings management. Dewan direksi dan komite audit dibebani dengan pemonitoran manajemen untuk melindungi kepentingan pemegang saham. Komposisi dewan direksi dan komite audit akan mempengaruhi apakah perusahaan melakukan earnings management atau tidak. Outside directors yang independent akan memonitor manajemen dengan lebih efektif dibandingkan inside directors (Xie, Davidson, dan DaDalt, 2001). Dorongan dan kesempatan earnings management setidaknya untuk dua alasan. earnings management terjadi karena pemegang saham saat ini terlibat kontrak yang mahal dengan manajemen berdasarkan kondisi ketidakpastian dan informasi asimetri. Teori menunjukkan bahwa, dalam kondisi ekuilibrium, kontrak manajemen memungkinkan beberapa kebijakan atau fleksibilitas (Evans dan Sridhar, 1996). Motivasi earnings management yang kedua adalah komitmen untuk menyediakan informasi ke pasar modal yang dapat menciptakan konflik antara manajer dan investor (sekarang dan potensial). Konstrain utama atas earnings management adalah GAAP yang didukung oleh diperlukannya audit eksternal dan pemonitoran internal. Ha1: Perusahaan publik yang melakukan manipulasi laba berpengaruh negatif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Kualitas Audit DeAngelo (1981) dalam Manao (2002) dan Khrisnan (2002) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas auditor menemukan dan melaporkan kesalahan dan ketidakberesan. Bagaimanapun juga kualitas audit sulit diamati dan dengan demikian pemakai jasa audit harus mengevaluasi kualitas audit dengan menggunakan ukuran pengganti. Salah satu ukuran pengganti yang membantu mengindikasikan kualitas audit adalah spesialisasi industri auditor. Craswell et al (1995) dalam Mayangsari (2002) menyatakan bahwa kualitas audit kantor akuntan terbentuk sejalan dengan pengembangan keahlian spesifik industri. Pengembangan spesialisasi berarti melakukan investasi berupa pelatihan dan pengembangan keahlian yang berhubungan dengan industri yang menjadi target spesialisasi. Jadi spesialisasi industri bisa dipandang sebagai dimensi dari kualitas audit.
Dunn (2000) menggunakan kriteria spesialisasi industri atas dasar 15% total asset auditee dalam suatu industri. Pisah batas sebesar 15 persen digunakan untuk merefleksikan merger KAP big eight menjadi big five. Penelitian ini menggunakan kriteria spesialisasi industri auditor berdasarkan angka 15% dari jumlah perusahaan yang diaudit dengan pertimbangan bahwa jumlah perusahaan yang diaudit relevan terhadap akumulasi pengalaman yang dimiliki auditor. Angka pisah batas sebesar 15% sesuai dengan penelitian Dunn (2000) dan Mayangsari (2002). Sedangkan penggunaan jumlah perusahaan yang diaudit sebagai patokan perhitungan spesialisasi industri didasarkan pada pandangan bahwa pengalaman mengaudit perusahaan dalam industri yang sama dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman insting auditor terhadap kesalahan dan ketidakberesan. Penelitian Noviyani (2002) menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda. Berbeda dengan variabel pengalaman, hasil penelitian tersebut tidak mendukung dugaan adanya pengaruh pelatihan terhadap jenis-jenis kekeliruan. Jadi, penelitian ini menggunakan asumsi bahwa semakin banyak jumlah perusahaan yang menjadi klien jasa audit suatu KAP maka semakin tinggi kualitas audit KAP sehingga dapat mendeteksi adanya manipulasi laporan keuangan. Ha2: Perusahaan publik dengan auditor berkualitas berpengaruh positif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Profitabilitas Ashton (1987) menyatakan bahwa perusahaan publik yang mengumumkan rugi cenderung mengalami keterlambatan pelaporan daripada perusahaan non publik. Hasil penelitian Chambers dan Penman (1984) menunjukkan bahwa terdapat abnormal return positif bila publikasi laba lebih awal dari yang diharapkan (memiliki kabar baik) dan abnormal return negatif bila publikasi laba lebih lambat dari yang diharapkan. Temuan ini dikarenakan adanya penafsiran investor, bila perusahaan tidak mempublikasi laporan dengan tepat waktu maka diramalkan sebagai suatu berita buruk. Hal ini menunjukkan bahwa penundaan pelaporan keuangan berhubungan dengan adanya berita baik dan berita buruk. Return on total assets (ROA) merupakan satu-satunya faktor pada penelitian Naim (1999) yang terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan atas peraturan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan penelitian Dyer dan McHugh (1975); Courtis (1976) dan Owusu Ansah (2000). Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja manajerial dan kinerja perusahaan, dan kegunaan laba merupakan fungsi informasi yang mencakup dampak aktivitas perusahaan dan hasilnya terhadap nilai pemegang saham. Kinerja perusahaan mempunyai pengaruh baik untuk perusahaan sekuritas maupun untuk mempromosikan keahlian manajerial perusahaan tersebut. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi akan cepat mengumumkan laporan keuangan, karena ini berkaitan dengan berita baik, hal ini berlaku juga sebaliknya. Manajemen berorientasi pada laba. Mereka mempunyai persepsi jika laporan laba merupakan gambaran utama untuk pengukuran kinerja manajemen. Profitabilitas merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan tingkat penjualan, modal saham dan asset tertentu. Semakin tinggi rasio yang ditimbulkan, semakin besar profitabilitas perusahaan. Persepsi para manajemen ini didukung juga dengan sistem pemberian reward bagi manajemen puncak yang ditentukan oleh aktivitas laba, karena hal ini maka pihak manajemen akan menunda publikasi berita buruk karena pihak manajemen ingin melanjutkan atau menyelesaikan berbagai kesepakatan atau kontrak dengan pemegang saham. Ha3: Profitabilitas Perusahaan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Leverage Courtis (1976); Carsaw dan Kaplan (1991); Owusu Ansah (2000) dan Nur Ani (2003) menunjukkan bahwa variabel gearing sebagai proxy kesulitan keuangan mempunyai hubungan signifikan yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan menurut penelitian mereka gearing mempunyai hubungan negatif dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini karena rasio gearing yang tinggi menyebabkan munculnya berbagai ketidakpastian terhadap kesehatan
keuangan perusahaan yang menuntut auditor untuk memperluas beberapa prosedur audit utang. Carsaw dan Kaplan menemukan bahwa proporsi utang berpengaruh signifikan terhadap lamanya masa audit. Keadaan keuangan yang lemah dapat menimbulkan kecurigaan terhadap adanya kecurangan dalam manajemen perusahaan. Ha4: Leverage Perusahaan publik berpengaruh negatif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan.
III. METODA PENELITIAN Sampel dan Data Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengeluarkan laporan keuangan tahun 2008-2011. Perusahaan finansial tidak dimasukkan dalam sampel, karena perbedaan karakteristik pos-pos keuangannya. Data yang akan digunakan dalam proses penelitian ini merupakan data kuantitatif dan kualitatif yaitu data yang berasal dari laporan keuangan 2008-2011 yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas yang diperoleh dari BEI, dan Bapepam. Variabel dan Pengukurannya 1. Variabel Dependen Perusahaan dikatakan patuh, jika perusahaan dapat tepat waktu, dan tidak patuh jika perusahaan terlambat menyampaikan pelaporan keuangannya dari tanggal yang ditetapkan oleh regulator. Perusahaan yang patuh diberi kode 0 dan yang tidak patuh 2. Variabel Independen Earnings Management Proksi yang sering digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya untuk mendeteksi manajemen laba adalah dengan discretionary accruals (abnormal accruals). Studi ini juga menggunakan discretionary accruals untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan pada perioda sebelum dan setelah penerapan regulasi good corporate governance (GCG). Sebagai pengembangan dari penelitian Mayangsari (2003) maka penelitian ini menggunakan earnings management sebagai ukuran integritas laporan keuangan. Jones (1991) menawarkan suatu model yang memisahkan total akrual menjadi discretionary dan nondiscretionary accruals. Model Jones ditujukan untuk menghitung akrual yang diharapkan terjadi seiring dengan berubahnya aktivitas operasional perusahaan yaitu nondiscretionary accruals. Selisih antara total akrual dengan dengan discretionary accruals akan menggambarkan discretionary accruals atau akrual yang terjadi karena perlakuan yang disengaja oleh manajemen, yang kemudian diproksikan sebagai earnings management. Dechow et al. (1995) memberikan bukti bahwa m-J model lebih powerfull dalam mendeteksi manipulasi berbasis penjualan daripada original Jones model. Model Jones menghubungkan total akrual dengan perubahan penjualan dan ativa tetap. Residu dari regresi yang dilakukan akan menghasilkan angka yang dianggap sebagai discretionary accruals. Model Jones digambarkan dalam persamaan berikut:
AT= α1 + α2 Δ Sales it + α3 PPE it + εit Notasi: AT Δ Sales it PPE it εit
= = = =
Accruals Total Perubahan saldo penjualan pada perioda t Saldo akun aktiva tetap pada perioda t error term
Model ini didasarkan pada dua asumsi yaitu akrual periode berjalan (atau perubahan saldo akun modal kerja) yang berasal dari perubahan perekonomian perusahaan berhubungan langsung dengan perubahan penjualan dan nilai total aktiva tetap merupakan nilai terbesar yang memberikan kontribusi terhadap total akrual melalui beban depresiasi yang sifatnya nondiscretionary. Salah satu kelemahan model ini adalah tidak dibedakannya akrual yang berasal dariperubahan penjualan dengan perubahan aktiva, sedangkan penjualan itu sebagian besar berasal dari penjualan kredit maka hal ini terkait juga dengan perubahan akun piutang. Dengan adanya asumsi tersebut maka penelitian ini menggunakan abnormal (discretionary) accrual sebagai proxy earnings management dengan menggunakan modified-Jones (m-J) model, yang dikembangkan oleh Kaznik (1998) dengan menggunakan cash flow sebagai salah satu variabel penjelas dengan tujuan untuk mempertimbangkan hubungan antara total akrual dengan arus kas. Model yang dipergunakan oleh Kaznik (1998) adalah sebagai berikut: AT it = α1 + α2 (Δ Sales it - Δ Recv it- ) + α 3 PPE it + α4 CaFlit + εit Notasi: AT Δ Sales it Δ Recv it PPE it CaFlit εit
= = = = = =
Accruals Total Perubahan saldo penjualan pada perioda t Perubahan saldo piutang pada perioda t Saldo akun aktiva tetap pada perioda t Arus kas pada perioda t error term
Semua variabel akan dibagi dengan jumlah total aktiva awal periode untuk menghidari terjadi heterokesdatisitas. Selanjutnya discretionary accrual dihitung dengan DAC = AT/TA-1 – NDTAC Notasi : DAC = Discretionary accruals AT = Accruals total TA-1 = total aktiva awal periode NDTAC = non discretionary accruals Kualitas audit Kantor akuntan publik (KAP) diklasifikasi menjadi dua, yaitu KAP Big four, yang merupakan KAP swasta yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP lainnya. KAP Big four dianggap mewakilili proksi auditor berkualitas karena mempunyai reputasi internasional dan mereka memiliki karakteristik yang bisa dikaitkan dengan kualitas karena merupakan 4 rating KAP terbaik menurut accounting today special report (Boynton, 2004). KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Five diberi kode 0, serta KAP lainnya yang diberi kode 1. Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan tingkat penjualan, modal saham dan aset tertentu. Semakin tinggi rasio yang ditimbulkan, semakin besar profitabilitas perusahaan. Ukuran yang sering dipakai adalah terdiri dari: (1) profit margin on sales; (2) rasio pengembalian aktiva (return on total assets); (3) rasio pengembalian modal (return on net worth). Penelitian ini menggunakan ROA sebagai proxi profitabilitas. Leverage Rasio ini mengindikasikan kesehatan keuangan perusahaan menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal.
Pengujian Hipotesis dan Model Penelitian Model Pengujian Hipotesis Lainnya Seperti halnya model regresi, penelitian dengan menggunakan model logistic regression membutuhkan beberapa pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi tidak adanya autokorelasi, multikolinearitas dan mengabaikan asumsi normalitas untuk pengujian regresi logistik (Ghozali, 2006). Pengujian Ha1sampai Ha4 menggunakan statistika deskriptif dipilih untuk menunjukkan gambaran umum kecendrungan sampel. Alat analisis lain yang dipakai adalah pengujian dengan menggunakan model regresi logistik, yang mempunyai beberapa kelebihan, (Ghozali, 2006). (1) Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Berbeda dengan analisis diskriminan yang mengharuskan semua variabel bebas berdistribusi normal. (2) Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinyu, diskrit dan dikotomis. (3) Regresi logistik bermanfaat digunakan bila distribusi respon atas variabel terikat diharapkan nonlinear dengan satu atau lebih variabel bebas. Model Persamaan Regresi Logistik: NCit = ß0 + ß1 (Earns ) + ß3(AudQuit ) + ß4(ROAit ) + ß5(LEVt) + єit Notasi: NC : Variabel dummy dari patuh atau tidak patuh AudQu : Kualitas auditor Earns : Earnings management ROA : Return on total assets LEV : Rasio total kewajiban jangka panjang terhadap total EKUITAS ß0 : intersep єit : error perusahaan i pada tahun t Metoda Pengujian Pengujian pengaruh earnings management, profitabilitas, leverage, kualitas audit, terhadap kepatuhan penyampaian laporan keuangan ke BAPEPAM. Dilakukan dengan menggunakan metoda regresi logistik yang terdiri dari beberapa tahap: a. Analisis pendahuluan, analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran deskriftif data. b. Menilai kelayakan model regresi, dilakukan dengan melihat angka pada goodness of fit test yang diukur dengan Chi-Square dalam uji Hosmer dan Lemeshow. Apabila tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, maka model layak untuk analisis selanjutnya. c. Menilai keseluruhan model, penilaian terhadap keseluruhan model dilakukan dengan melihat angka pada –2 log likelihood pada block number awal dan block number berikutnya. Penurunan nilai –2 log likelihood menunjukkan regresi yang lebih baik. d. Menguji koefisien regresi, dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel penelitian. Asumsi Klasik Seperti halnya model regresi, penelitian dengan menggunakan model logistic regression membutuhkan beberapa pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi tidak adanya autokorelasi, multikolinearitas dan mengabaikan asumsi normalitas untuk pengujian regresi logistik. Uji Multikolinearitas Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi apakah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satu atau lebih hubungan yang bersifat eksak linier. Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF melebihi angka 10.
Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya hubungan antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain. Konsekwensi autokorelasi adalah biasnya varian dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya. Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson, jika angka Durbin-Watson diantara –2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi auto korelasi dalam suatu model regresi dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan:. Hasil Uji DW DW < 1,10 1,10 < DW < 1,54 1,54 < DW < 2,46 2,46 < DW < 2,90 DW > 2,90
Keterangan Ada Autokorelasi Tanpa Kesimpulan Tidak ada Autokorelasi Tanpa Kesimpulan Ada Autokorelasi
MODEL PENELITIAN Pengaruh Manipulasi Laba, Financial Distress Terhadap Kepatuhan Terhadap Regulasi Informasi Perusahaan Publik Di Indonesia FINANCIAL DISTRESS
KUALITAS AUDIT
EARNINGS MANAGEMENT
- Profitabilitas - Leverage
KEPATUHAN PERUSAHAAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengeluarkan laporan keuangan tahun 2008-2011. Perusahaan finansial tidak dimasukkan dalam sampel, karena perbedaan karakteristik pos-pos keuangannya. Data yang akan digunakan dalam proses penelitian ini merupakan data kuantitatif dan kualitatif yaitu data yang berasal dari laporan keuangan 2008-2011 yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas yang diperoleh dari BEI, dan Bapepam sebanyak 15 perusahaan dalam 4 tahun amatan (60) perusahaan. HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF DA AudK ROA DER Compl
N 60 60 60 60 60
Minimum Maximum -1.892 1.266 0 1 -.0065 7 .18372 -56.437 64.676 0 1
Mean -.15204 .01705 1.567
Std.Deviation .88786 .07186 8.967
Nilai diskresioner akrual bervariasi positif dan negatif, untuk nilai maksimum sebesar 1,266 sedagkan nilai minimum sebesar -1,892 dengan besaran nilai rata-rata -0,152, angka negatif menunjukkan adanya kecendrungan perusahaan untuk mengakui pendapatan jauh lebih kecil dari arus kas yang dihasilkannya. Kondisi incoe decreasing ini terjadi apabila pihak manajer perusahaan melakukan akuntansikonservatif dalam pelaporan kinerjanya. Secara keseluruhan sampel sebanyak 80% diaudit oleh perusahaan Big 4 sedangkan 20% diaudit oleh perusahaan non Big 4. Variabel kualitas audit memiliki tingkat kepatuhan 83% untuk perusahaan yang diaudit oleh Big 4 dan sebanyak 16% perusahaan patuh diaudit oleh non Big 4. Sedangkan perusahaan yang tidak patuh sebanyak 40% diaudit oleh Big 4 dan 60% diaudit oleh non Big 4. Return on total assets (ROA) menunjukkan rata-rata 0,01705 dengan standar deviasi 0,7186 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah –0,0065 dan 0,18372 hal ini menunjukkan tingkat profitabilitas yang bervariasi yang diperkuat oleh besarnya deviasi standar sebesar 7,18%. Penelitian ini tidak membedakan klasifikasi industri dan ukuran perusahaan sampel, hal ini membuat variasi ROA secara keseluruhan sebesar 7,18%. Variabel leverage yang diwakili oleh proksi Debt to Equity Ratio menunjukkan nilai minimum sebesar -56,437 hal ini menunjukkan perusahaan yang bernilai negatif (minimum) memiliki jumlah utang yang kecil dengan equitas yang tinggi. Sedangkan untuk rasio DER yang besar menunjukkan semakin besarnya utang dibandingkan dengan equitas yang dimiliki. Frekuensi Kualitas Audit Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Jumlah
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Kualitas Audit Big 4 Non Big 4 46 9 83.6% 16,4 2 3 40% 60% 48 12 80% 20%
Jumlah 55 100% 5 100% 60 100%
PENGUJIAN ASUMSI KLASIK Uji Multikolinearitas Mukltikolinearitas dapat dilihat dari varian inflation factor (VIF), bila VIF>10 maka terjadi multikoliniearitas. Hasil uji multikolinearitas-regresi logistik menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas antara variabel-variabel bebas. Uji Autokorelasi Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi menggunakan uji DurbinWatson, hasil pengujian autokorelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi karena nilai uji Durbin-Watson berada diantara –2 dan +2 yaitu 1,76. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS Tahap awal dalam melakukan pengujian menggunakan regresi logistik dilakukan dengan menggunakan semua variabel independen karena semua variabel independen telah lolos uji multikolinieritas dan uji autokorelasi. Uji heteroskedastisitas tidak dilakukan karena regresi logistik selain mengabaikan uji normalitas juga tidak mensyaratkan uji heterokedastisitas. Tahap selanjutnya adalah memasukkan variabel yang telah bebas dari uji asumsi klasik ke dalam uji regresi logistik dengan menggunakan metoda Backward Stepwise. Teknik stepwise (conditional) digunakan untuk menyaring variabel-variabel independen, kemudian mengeluarkan satu persatu dimulai dari variabel yang paling tidak signifikan, sehingga akhirnya diketahui variabel yang paling signifikan. Tahap terakhir adalah menguji kembali variabel yang signifikan dari uji regresi logistik teknik stepwise ke dalam uji selanjutnya, yaitu uji regresi logistik teknik Enter. Pengujian regresi logistik menghasilkan uji Nagelkerke R square, uji Hosmer dan Lemeshow, dan uji signifikansi untuk tiap-tiap variabel independen.
Nilai Hosmer and Lemeshaw test menunjukkan hasil yang signifikan karena probabilitas > 0,05. Secara keseluruhan hal ini menunjukkan bahwa model ini sudah cukup baik, artinya tidak ditemukan adanya perbedaan yang secara statistis signifikan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati sehingga model regresi dua ketegori ini layak dipakai. Koefisien korelasi Nagelkerke 16,5 % berarti empat variabel independen berupa diskresioner akrual, kualitas audit, profitabilitas dan leverage dalam model ini dapat menentukan tingkat kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian laporan keuangan secara tepat waktu sebesar 16,5%, sedangkan faktor-faktor penentu kepatuhan yang sebesar 80,5% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Hipotesis pertama yang menyatakan perusahaan publik yang melakukan manipulasi laba berpengaruh negatif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Hasil penelitian ini tidak searah dengan penelitian Evans dan Sridhar, (1996) Dorongan dan kesempatan earnings management setidaknya untuk dua alasan. earnings management terjadi karena pemegang saham saat ini terlibat kontrak yang mahal dengan manajemen berdasarkan kondisi ketidakpastian dan informasi asimetri. Teori menunjukkan bahwa, dalam kondisi ekuilibrium, kontrak manajemen memungkinkan beberapa kebijakan atau fleksibilitas). Hipotesis kedua yang menyatakan perusahaan publik dengan auditor berkualitas berpengaruh positif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan penelitian Dyer dan McHugh (1975); Courtis (1976) dan Owusu Ansah (2000). Hipotesis ketiga profitabilitas perusahaan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja manajerial dan kinerja perusahaan, dan kegunaan laba merupakan fungsi informasi yang mencakup dampak aktivitas perusahaan dan hasilnya terhadap nilai pemegang saham. Kinerja perusahaan mempunyai pengaruh baik untuk perusahaan sekuritas maupun untuk mempromosikan keahlian manajerial perusahaan tersebut. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi akan cepat mengumumkan laporan keuangan, karena ini berkaitan dengan berita baik, hal ini berlaku juga sebaliknya. Hipotesis keempat yang menyatakan leverage perusahaan publik berpengaruh negatif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan tidak terbukti secara statisitis. Hasil penelitian ini tidak searah dengan penelitian Carsaw dan Kaplan (1991); Owusu Ansah (2000) .
V. SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN Hipotesis pertama yang menyatakan perusahaan publik yang melakukan manipulasi laba berpengaruh negatif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Hasil penelitian ini tidak searah dengan penelitian Evans dan Sridhar, (1996). Hipotesis kedua yang menyatakan Perusahaan publik dengan auditor berkualitas berpengaruh positif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan penelitian Dyer dan McHugh (1975); Courtis (1976) dan Owusu Ansah (2000). Hipotesis ketiga profitabilitas perusahaan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan. Hipotesis keempat yang menyatakan leverage perusahaan publik berpengaruh negatif terhadap kepatuhan perusahaan publik dalam penyampaian informasi laporan keuangan tidak terbukti secara statisitis. Hasil penelitian ini tidak searah dengan penelitian Carsaw dan Kaplan (1991); Owusu Ansah (2000) .
DAFTAR PUSTAKA Anderson, Ronald C. Anderson, Sattar, dan David M. Reeb, 2004, Board Characteristics, Accounting Report Integrity, and the Cost of Debt, http://www.ssrn.com Altman,, E.I., “Financial Discriminant Analysis’ and The Prediction of Corporate Bankruptcy” Journal of Finance, September 1968,
Barnes,P.., Huan, H.D., 1993, The Auditor’s Going Concern Decision: Interaction of Task Variables and Sequential Processing of Evidence, The Accounting Review. Boynton, C., Johnson, Raymond, M., Kell, Walter G. (2004): Modern Auditing: 7th USA, John Willey & Sons. Inc. Butler M., Kraft, A., dan Weiss L.S., 2002. The Effect of Reporting Frequency on the Timeliness of Earnings: The Case of Voluntary and Mandatory interim Reports. Working Paper, July. Carcello Joseph V., 1994, Audit Committee Composition and Auditor Reporting, http://www.ssrn.com Chambers, A.E., dan S.H. Penman, 1984, Timeliness of Reporting and the Stock Price Reaction to Earnings Announcement, Journal of Accounting Research (Spring). Chen, Kevin C. W., Bryan K. Church, 1996, Going concern Opinion and The Market’s Reaction to Bankruptcy Fillings, The Accounting Review, Vol. 71. Dechow, P., Sloan, R., Sweeney, A., 1996. Causes and Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Enforce Actions by the SEC. Contemporary Accounting Research. Dechow, P., Sloan, R., 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review 70. DeFond, Mark L. 1992, The Association between Changes in Client Firm Agency Cost and Auditor Switching, Auditing: A Journal of Practice and Theory. Dunn, Kimberly A: Brian W Mayhew and Suzanne G. Morsfield, 2000, Auditor Specialization and Clien Disclosure Quality Social Science Research Network. Foster, George, 1986, Financial Statement Analysis, Second Edition, Prentice-Hall International, Inc. Fried, D., A., Schiff, 1987, “CPA Switches and Associated Market Reactions”, The Accounting Review. Fama, E., and M. Jensen, 1983, Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics, 26. Givoly, D, dan D. Palmon, 1982, Timeliness of Annual Earnings Announcements: Some Empirical Evidence, The Accounting Review, Vol. LVII. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Dipenegoro. Hay, David and Davis, 2002. The Voluntary Choice of an Audit of any Level of Quality. Dept. of Auckland, New Zeland, SSRN. Hani, Clearly, Mukhlasin, Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan, SNA, 2003. Hartono, Jogiyanto M. 2001, Teori Portofolio dan Investasi, BPFE-Yogyakarta. Hartono, Jogiyanto M., 2006, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah, BPFE-Yogyakarta. Healy, Paul M., dan Wahlen, James M., 2000. A Review of Earnings Management Literature and Its Implication for Standard Setting. Accounting Horizons 13. Hubudi, Media Akuntansi, Oktober 2004. Ikhsan, Arfan, Suyatmin W., Ramdani, Komite Audit Solusi Bagi Krisis Kepercayaan, Media Akuntansi, 2003. Kaznik, R., 1998, On the Association between Voluntary Disclosure and Earnings Management, Journal of Accounting Research 37. Kida, T., An Investigation into Auditor Continuity and Relater Qualification Judgments, Journal of Accounting Research, 1980. Komalasari, Agrianti, 2003, Pengaruh Kualitas Auditor, Lamanya Pengauditan, dan Jenis Opini Auditor terhadap Tingkat Kepatuhan Perusahaan Publik dalam Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan ke BAPEPAM, Jurnal Akuntansi dan Keuangan , Edisi Juli.
Klein, A., 2000., Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management. Working Paper. http://papers.ssrn.com Manao, Hekinus., 2002, An Audit Quality Comparison Between Large and Small CPA Firms in Indonesia in the Context of “Going Concern” Opinion: Evidence Based on Auditees’ Financial Ratios. SNA V, Semarang. Mark Clock,1994, ”The Stock Market Reaction to in a Change in Certifiying Accountant” Journal of Accounting, Auditing & Finance Mardiyah, Aida A., 2002, Pengaruh Perubahan Kontrak, Keefektifan Auditor, Reputasi Klien, Biaya Audit, Faktor Klien, dan Faktor Auditor* terhadap Auditor Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontinjensi1 RPA. SNA V, Semarang. Mayangsari, Sekar, 2002., Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap Earnings per Share, Makalah SNA V, Semarang. Mayangsari, Sekar, 2003., Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan. Makalah SNA VI, Surabaya Noviyani, Putri dan Bandi, 2002, Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur Pengetahuan Auditor tentang Kekeliruan, Makalah Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang. Naim, Ainun, 1999, Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14. Owusu, Stephen dan Ansah, 2000, Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange, Accounting and Business Research, Vol. 30. Peasnell, K.V., Pope, P.F., dan Young, S., 2000. Board Monitoring and Earnings Management: Do Outside Directors Influence Abnormal Accruals?. Workin Paper Santoso, Singgih, 2006, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Elex Media Komputindo. ________, 2006, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Elex Media Komputindo. Schwartz, Kenneth B., dan Billy S. Soo, 1996, The Association Between Auditor Change and Reporting Lags, Contemporary Accounting Research, Vol. 13. Scott, R., William, 2006, Financial Accounting Theory, University of Waterloo, Queens University, Pearson Prentice Hall. Suwardjono, 2002, Akuntansi Pengantar: Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem, BPFE,Yogyakarta. Tuanakotta, 2007, Theodorus M., Akuntansi Forensik dan Audit Akuntansi FE UI, LPFE UI
Investigasi, Seri Departemen
Whittred, G.P., 1980, Audit Qualification and the Timeliness of Corporate Annual Reports, The Accounting Review, Vol. IV. _________, Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba 4, Jakarta.