Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
ANALISIS PENGARUH LEVERAGE DAN SIKLUS HIDUP TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Enni Savitri Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRACT Earnings information in general is a major concern in assessing the performance or personnel management response and profit information helps owners make an assessment on the earning power in the future. Therefore, the management has a tendency to take action that can make a financial report to be well. This research aims to determine the effect of leverage, firm age, and the sales growth of the practice of earnings management. The population this research is real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The analytical tool used by using multiple regressions. The results of this study found that Leverage has a significant influence on Earnings Management. These results indicate that the lower or higher leverage significantly influences the implementation of Earnings Management Company. While Sales Growth and the Company Age do not have significant influence on Earnings Management. These results indicated that the company whose sales are up or down does not significantly influence the implementation of an enterprise Earnings Management and Corporate Age (AGE) is not a determinant of the presence of Earnings Management implementation within a company. Coefficient determination of 22.2% or 0.222, meaning that 22.2% of the dependent variable is affected by the independent variable, while 77.8% are influenced by variables beyond the variables studied in this research. Keywords: Leverage, corporate age, growth sales, and earnings management ABSTRAK Informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau penanggung jawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecendrungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leverage, umur perusahaan, dan pertumbuhan penjualan terhadap praktek manajemen laba. Populasi penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yag digunakan dengan menggunakan Regresi berganda. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Leverage berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin rendah atau tinggi Leverage berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan Manajemen Laba perusahaan. Sedangkan Pertumbuhan Penjualan dan Umur Perusahaan (tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan yang penjualannya naik atau turun tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan Manajemen Laba suatu perusahaan dan Umur Perusahaan (AGE) bukan merupakan penentu adanya pelaksanaan Manajemen Laba dalam suatu perusahaan. Koefisien determinasi sebesar 22,2% atau 0,222, berarti bahwa sebesar 22,2% variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen sedangkan 77,8% dipengaruhi oleh variabel diluar variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Kata Kunci: Leverage, umur perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan manajemen laba 72
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
PENDAHULUAN Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak yaitu manajemen, pemegang saham, pemerintah, kreditur, karyawan perusahaan, pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya. Yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi pihak kelompok internal dan eksternal. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Sebagaimana yang disebutkan dalam SFAC No.1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau penanggung jawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecendrungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Secara umum semua bagian dari laporan keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laba rugi, laporan laba ditahan, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan adalah keseluruhan laporan yang disajikan. Namun ada kecendrungan pemakai laporan keuangan hanya memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan laba rugi. Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya ditujukan kepada informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan beberapa tindakan yang disebut manajemen atas laba (earning management). Situasi ini didasari oleh manajemen terutama dari kalangan manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya disfunctional behaviour (perilaku yang tidak semestinya). Oleh karena pentingnya laporan keuangan ini, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi lebih baik, kadang kala manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan pribadinya seperti mempertahankan jabatan atau mendapatkan bonus yang tinggi. Biasanya laba yang stabil yaitu tidak banyak fluktuasi dari suatu periode ke periode lain dinilai sebagai suatu prestasi baik. Leverage ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Hal ini mengidentifikasikan seberapa besar tingkat resiko perusahaan yang dapat berdampak pada nilai perusahaan diduga semakin tinggi tingkat leverage ratio, maka semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh pemilik modal dan kreditor juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, untuk mengimbangi tingkat resiko yang tingg, maka pihak manajemen akan melakukan manajemen laba agar dapat menarik minat investor untuk berinvestasi, tindakan manajer untuk meratakan laba ini diduga karena manajer ingin menunjukkan bahwa perusahaan yang di pimpinnya mempunyai resiko yang rendah dan merupakan lahan yang menarik untuk menanamkan modal bagi para investor (Widyasarie dalam Pratamasari, 2006). Rasio leverage yang besar menyebabkan turunnya minat investor untuk menurunkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sehingga dapat memicu adanya tindakan manajemen laba. Dari uraian diatas, peneliti menduga bahwa semakin besar financial leverage, maka semakin besar pula dorongan perusahaan melakukan praktek manajemen laba. Selain faktor leverage, siklus hidup juga diindikasikan berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba. Shank & Govindarajan (1992) mengemukakan bahwa perusahaan yang berada pada tahap introduction dan growth menerapkan sistem 73
Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
pengendalian yang tidak ketat, tetapi bila sudah mencapai pada fase kematangan atau harvest (dalam hal ini dikategorikan ke dalam tahap mature) dan penurunan maka akan menerapkan sistem pengendalian yang ketat. Semakin ketat sistem pengendalian, diharapkan manajemen laba yang dilakukan semakin rendah. Dalam penelitian ini, siklus hidup perusahaan diukur dengan pertumbuhan penjualan dan umur perusahaan. Pertumbuhan penjualan yang dimiliki perusahaan, dapat memotivasi manajer dalam memperoleh laba. Menurut Kim et al. (2003) bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi, kemungkinan tidak termotivasi dalam melakukan tindakan manipulasi laba untuk melaporkan laba. Sebaliknya jika perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan rendah, maka akan memiliki kecenderungan untuk menyesatkan laporan laba atau perubahan laba melalui tindakan manipulasi laba. Namun demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi juga memiliki motivasi dalam melakukan manajemen laba dalam memperoleh laba, manakala mereka dihadapkan pada permasalahan untuk tetap mempertahankan trend laba dan trend penjualan. Myers dan Skinner (2000) menjelaskan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki kencendrungan untuk mengontrol angka pertumbuhan penjualan yang dapat berdampak pada pengukuran besar kecilnya perusahaan. Umur perusahaan adalah lamanya suatu perusahaan berdiri, apakah perusahaan telah lama atau baru berdiri. Yang terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Merry (2006) yang menemukan pengaruh umur perusahaan terhadap tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Secara teoritis perusahaan yang telah lama berdiri diasumsikan akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan yang telah lama berdiri akan meningkatkan labanya karena adanya pengalaman dari manajemen sebelumnya dalam mengelola bisnisnya, sehingga perusahaan yang telah lama berdiri memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba, dengan mengurangi risiko fluktuasi laba perusahaan yang pertumbuhannya tinggi akan menggunakan kontrak kompensasi dan utangnya berdasarkan akuntansi, dan untuk mengurangi risiko fluktuasi laba. Tujuan penelian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh leverage terhadap tindakan manajemen laba, pertumbuhan penjualan terhadap tindakan manajemen laba, dan umur perusahaan terhadap tindakan manajemen laba. TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara anggota-anggota di perusahaan. Jensen dan Meckling dalam Hery (2009) menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan. Prinsipal adalah pemegang saham atau investor, sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan atau manajer. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan pengendalian di pihak manajemen. Adanya pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelolaan oleh manajemen cenderung menimbulkan konflik keagenan di antara principal dan agen. Konflik kepentingan antara prinsipal dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan keinginan prinsipal, sehingga menimbulkan 74
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
biaya keagenan (agency cost). Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Hery (2009) agency cost itu meliputi tiga hal, yaitu monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost merupakan pengeluaran yang dibayar oleh prinsipal untuk mengukur, mengamati dan mengontrol perilaku agen agar tidak menyimpang. Biaya ini timbul karena adanya ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas CEO sehari-hari untuk memastikan bahwa CEO bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham. Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Dalam situasi tertentu, agen mungkin untuk membelanjakan sumber daya perusahaan (bonding costs) untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan prinsipal atau untuk meyakinkan bahwa principal akan memberikan kompensasi jika dia benar-benar melakukan tindakan tersebut. Akan tetapi masih dapat terjadi perbedaan antara keputusan-keputusan agen dengan keputusan-keputusan yang dapat memaksimalkan kesejahteraan agen. Nilai uang yang ekuivalen dengan pengurangan kesejahteraan yang dialami prinsipal disebut dengan residual loss. Dengan adanya masalah-masalah konflik kepentingan dan biaya-biaya agensi yang akan timbul maka diperlukan suatu konsep yang lebih jelas mengenai perlindungan terhadap para stakeholders. Manajemen Laba Parameter penting dalam laporan keuangan untuk mengukur kinerja manajemen dan perusahaan adalah informasi mengenai laba. IAI dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2007:13) menyatakan ”Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai ukuran lain seperti imbal hasil investasi”. Hicks (1946) yang dikutip dalam Stice et.al (2005:226) Laba adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil investasi) dan kondisi perusahaan diakhir periode masih sama baiknya atau kayanya (weel-off) dengan diawal periode. Menurut Committee on Terminology yang dikutip Harahap (2006:112) Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.
75
Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laba merupakan suatu informasi yang dihasilkan dari selisih antara pendapatan dan beban yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama periode tertentu. Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Princip (GAAP). Ma’ruf (2006) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu : 1) Definisi Sempit, manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen Discretionary Accruals dalam menentukan besarnya laba, 2) definisi luas, manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. Pola Manajemen Laba Berikut ini merupakan pola yang umum yang digunakan dalam manajemen laba menurut Scott (2009) dapat dilakukan dengan cara: 1. Taking a Bath. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. Taking a bath terjadi selama periode adanya tekanan organisasi atau pada saat terjadinya reorganisasi, seperti pergantian CEO baru. Teknik taking a bath mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan ketika terjadi keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak bisa dihindari pada periode berjalan. Konsekuensinya, manajemen menghapus beberapa aktiva, membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang. Akibatnya laba pada periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya. 2. Income Minimization. Income minimization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. Income minimization biasanya dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, pengeluaran R&D, dan lain-lain. Cara ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3. Income Maximization. Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya. Income maximization dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, meningkatkan keuntungan, dan untuk menghindari dari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang. Income maximization dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya dan memindahkan biaya 76
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
untuk periode lain. Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang. 4. Income Smoothing. Income smoothing atau perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten (rata atau smooth) dari periode ke periode. Dalam hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi. Sebagai contoh, ketika penghasilan saat sekarang relatif rendah, tetapi penghasilan di masa mendatang diperkirakan relatif tinggi, maka pihak manajer akan melakukan pemilihan metode akuntansi yang dapat meningkatkan Discretionary Accruals pada saat sekarang. Dampaknya, manajer dalam lingkungan pekerjaan seperti ini akan meminjam penghasilannya di masa mendatang. Sedangkan jika pada saat sekarang penghasilan relatif bernilai tinggi, tetapi penghasilan dimasa mendatang diperkirakan relatif rendah, maka pihak manajer akan melakukan pemilihan metode akuntansi yang dapat menurunkan Discretionary Accruals untuk saat sekarang. Pihak manajer dengan efektif akan menabung penghasilannnya saat sekarang untuk kemungkinan penggunaan di masa mendatang. Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Leverage Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Leverage dalam Van Horne (2007:182) adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan profitabilitas. Leverage merupakan pedang bermata dua menurut Van Horne (2007:182) yang mana jika laba perusahaan dapat diperbesar, maka begitu pula dengan kerugiannya. Dengan kata lain, penggunaan leverage dalam perusahaan bisa saja meningkatkan laba perusahaan, tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan mungkin saja lebih besar. Leverage dalam konteks bisnis terdiri atas dua macam yaitu leverage operasional (operating leverage) dan leverage keuangan (financial leverage). Van Horne (2007:183) juga menyatakan bahwa leverage ini menjadi tahapan dalam proses pembesaran laba perusahaan. Sebagai tahap pertama yaitu leverage operasional, yang akan memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan atas perubahan laba operasional. Dalam tahap kedua, manajer keuangan memiliki pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar dapat makin memperbesar pengaruh perubahan apa pun yang dihasilkan dalam laba operasional atas perubahan EPS (Earning Per Share). Rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman (hutang) yang digunakan untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan. Menurut Ma’ruf dalam Guna dan Herawati (2010), sumber yang berasal dari hutang akan meningkatkan risiko perusahaan. Oleh karena itu, semakin banyak
77
Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
menggunakan hutang maka leverage perusahaan akan besar dan semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan penggunaan utang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Brigham dan Gapenski (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar. Untuk memenuhi kebutuhan dana dari luar, perusahaan dihadapkan pada pertimbangan sumber dana yang lebih murah. Dalam hal ini, penerbitan surat hutang lebih disukai dibandingkan dengan mengeluarkan saham baru karena biaya emisi saham baru lebih besar daripada biaya hutang. Dengan demikian tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang sehingga memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Menurut Brigham dan Houston, (2010) perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebh banyak pinjaman dan menanggung beben tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku. Pertumbuhan penjualan merupakan signal pada kreditur untuk memberikan kredit atau bagi bank sebagai kreditor untuk menambah kredit, sehingga pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Perusahaan yang mempunyai tingkat penjualan yang tinggi akan lebih menguntungkan jika memakai hutang. Menurut teori signaling maka pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan Weston dan Copeland, (2008) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per saham dari suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage. Jika penjualan dan laba setiap tahun meningkat, maka pembiayaan dengan utang dengan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham. Perusahaan dengan penjualan cenderung meningkat membutuhkan dana besar untuk meningkatkan kegiatan operasionalnya yang kemungkinan tidak tercukupi dari sumber pendanaan internal, sehingga membutuhkan sumber dana eksternal. Pertumbuhan penjualan merupakan signal pada kreditur untuk memberikan kredit atau bagi bank sebagai kreditor untuk menambah kredit. Pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku. Untuk mengetahui rasio dari variabel ini, dapat dirumuskan sebagai berikut (Sartono;2008): Sales Growth = Penjualan th sekarang – Penjualan th sebelumnya Penjualan th sebelumnya Umur Perusahaan Umur perusahaan digunakan untuk mengukur pengaruh lamanya perusahaan beroperasi terhadap kinerja perusahaan. Umur perusahaan menunjukkan perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu perekonomian. Dengan mengetahui umur perusahaan, maka akan diketahui pula sejauh mana perusahaan tersebut dapat survive. Selama ini penelitian tentang intellectual capital yang menggunakan umur perusahaan hanya 78
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
yang berhubungan dengan pengungkapan informasi intellectual capital dalam laporan tahunan perusahaan. Ulum dkk (2009) menunjukkan bahwa umur perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan pengungkapan intellectual capital. Alasan yang mendasari memasukan umur perusahaan ini adalah bahwa semakin tua umur perusahaan, maka memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam pengelolaan dan pemeliharaan intellectual capital akan menjadi lebih optimal dan dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja intellectual capital tersebut. Sehingga selain kinerja yang meningkat nilai reputasi perusahaan pun akan semakin tinggi pula. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel penelitian berdasarkan pada purposive sampling : a. Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia b. Periode penelitian adalah tahun 2010-2012. c. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara konsisten dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Data tahun 2009 dibutuhkan untuk memperoleh data satu tahun sebelum tahun 2010. d. Perusahaan yang memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Setelah dilakukan sampling dengan kriteria diatas, didapatkan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 36 perusahaan real estate dan property. Operasional Variabel a. Manajemen Laba Penggunaan Discretionary Accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995), model tersebut dituliskan sebagai berikut: TAit = Nit – CFOit Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi Ordinary Least Square (OLS) sebagai berikut: TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (∆Revt / Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1) + e Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non Discretionary Accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus : NDAit = β1(1/Ait-1) + β2(∆Revt/Ait-1 - ∆Rect/Ait-1) + β3(PPEt/Ait-1) Selanjutnya Discretionary Accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAit = TAit / Ait-1 – NDAit Keterangan : DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke -t CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t -1 ∆Revt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t 79
Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
∆Rect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error terms b. Leverage (LEV/ X1) Debt to equity ratio (DER) juga bisa memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang (Ang, 1997). Adapun perhitungan debt to equity ratio menurut Husnan (2002) yaitu : Debt To Equity Ratio (DER) = Total Hutang x 100% Modal Sendiri c. Pertumbuhan Penjualan (SG/ X2) Sales Growth (Persentase Pertumbuhan Penjualan): SGit = SALESit – SALESit-1 SALESit-1 Dimana : SGit = pertumbuhan penjualan perusahaan i pada tahun t SALESit = penjualan bersih perusahaan i pada tahun t SALESit-1 = penjualan bersih perusahaan i pada tahun t-1 d. Umur Perusahaan (AGE / X3) Umur perusahaan menurut Farid (1998:316) adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya. Umur perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan: AGEit = tahun berjalan – tahun terbentuknya perusahaan Dimana : AGEit = umur perusahaan i pada tahun t Metode Analisa Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata, minimun, maksimum dan standar deviasi. Selain itu, dilakukan uji asumsi klasik (normality, multicollinearity, autokorelasi dan heterokedastisitas). Pengujian hipotesis pengaruh penerapan corporate governance terhadap manajemen laba (H1, H2, H3) digunakan alat analisis regresi berganda. Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut: DA = a+ b1 LEV + b2 SG + b3 AGE + e Keterangan : DA = Discretionary Accruals LEV = Leverage SG = Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) AGE = Umur Perusahaan a = Konstanta b1– b3 = Koefisien regresi e = error terms
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Data mengenai nama-nama Perusahaan Real Estate & Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh dari www.idx.co.id. Jumlah Perusahaan 80
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
Real Estate & Property yang terdaftar selama periode 2010-2012 sebanyak 28 perusahaan. Dari jumlah tersebut perusahaan yang memiliki data tentang leverage dan siklus hidup sebanyak 28 perusahaan sehingga jumlah data yang mejadi sampel penelitian sebanyak 84 perusahaan. Sebelum melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi, terlebih dahulu disajikan statistik deskriptif yang dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Statistik Deskriptif N DER 84 SG 84 AGE 84 DA 84 Valid N (listwise) 84 Sumber: Data olahan, 2014
Minimum Maximum .070 2.850 -.806 4.052 10 43 -.391 .298
Mean Std. Deviation .84500 .586212 .35757 .610376 25.86 7.235 -.01260 .093584
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai manajemen laba (Discretionary Accrual) antara -0,391 sampai dengan 0,298 dengan rata-rata sebesar -0,0126 dan standar deviasi sebesar 0,0935. Nilai negatif berarti perusahaan melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba dan nilai yang positif berarti perusahaan menaikkan laba. Nilai Leverage (Debt to Equity Ratio) antara 0,070 sampai dengan 2,850 dengan rata-rata sebesar 0,845 dan standar deviasi sebesar 0,586. Artinya bahwa 84,5% dari jumlah ekuitas perusahaan dapat menutupi hutang perusahaan. Nilai Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) antara -0,806 sampai dengan 4,052 dengan rata-rata 0,357 dan standar deviasi sebesar 0,610. Artinya bahwa setiap tahunnya pertumbuhan penjualan naik sebesar 35,7% dari penjualan tahun sebelumnya. Nilai umur perusahaan berkisar antara 10 tahun sampai dengan 43 tahun dengan rata-rata sebesar 25,86 tahun dan standar deviasi sebesar 7,235. Artinya, bahwa rata-rata perusahaan real estate dan property telah berdiri cukup lama yakni selama 25 tahun. Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas data dengan menggunakan Grafik Normal Probability PPlot adalah sebagai berikut: Dari Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa data telah memenuhi uji normalitas data karena nilai Asymp. Sig bernilai 0,948 dan berada diatas 0,05.
81
Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N a Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual 84 .0000000 .08106102 .057 .057 -.053 .522 .948
a. Test distribution is Normal. Sumber: Data olahan, Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian Hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh penaksiran yang terbaik. Adapun uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Uji Multikolenieritas Uji Multikolenieritas bertujuan untuk melihat apakah model regresi yang ditemukan terdapat korelasi antar variabel bebas (independen variabel). Uji multikolenieritas dalam penelitian ini akan kita lihat dari: Nilai tolerance, dan Variance inflation factor (VIF). Dimana nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolenieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Adapun hasil uji multikolinieritas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Uji Multikolinieritas Nilai Tolerance DER .996 SG .981 AGE .977 Sumber: Data olahan, Lampiran 6 Variabel
Nilai VIF 1.004 1.020 1.023
Kesimpulan Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas
Dari Tabel 3 dapat di lihat nilai VIF dari variabel Leverage (DER) 1,004; Pertumbuhan Penjualan (SG) 1,020; dan Umur Perusahaan (AGE) 1,023. Dari angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini bebas dari masalah Multikolinearitas. b. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada t-1 (sebelumnya). Manakala terjadi korelasi, berarti ada persoalan atau problem autokorelasi. Karena sampel penelitian ini adalah sampel kecil, maka uji autokorelasi akan kita gunakan Uji Durbin-Watson (DW test).
82
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Model
Durbin-Watson hitung 1 2,196 Sumber: Data olahan, Lampiran 6
Durbin Watson Tabel dl du 1,5753 1,7199
Dari Tabel Durbin-Watson, diketahui untuk n=84, k=3 diperoleh: dl = 1,5753 dan du = 1,7199. Pada Tabel 4 di atas, terlihat angka DW sebesar 2,196. Karena angka ini lebih besar dari du (1,7199) dan lebih kecil dari 4-du (41,7199=2,2801), maka hal ini berarti pada model regresi tidak ada autokorelasi baik autokorelasi positif maupun negatif. c. Uji Heteroskedastisitas Adapun tujuan uji tersebut adalah apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka terjadi homoskedastiditas dan jika berbeda maka terjadi heteroskedatisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedatisitas adalah dengan cara melihat uji glejser. Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) .081 .024 DER .016 .010 SG -.006 .010 AGE -.001 .001 a. Dependent Variable: AbsResY Sumber: Data olahan
Standardized Coefficients Beta .169 -.067 -.169
t Sig. 3.379 .001 1.549 .125 -.609 .544 -1.540 .128
Dari Tabel 5, dapat dilihat nilai signifikan dari Leverage (DER) sebesar 0,125; Pertumbuhan Penjualan (SG) 0,544 dan Umur Perusahaan (AGE) 0,128. Karena nilai signifikan korelasi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas. 2. Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit) Untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar diperlukan uji Kelayakan Model. Uji Kelayakan Model menggunakan nilai Fhitung. Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan membandingkan besarnya angka F hitung dengan F tabel. Cara kedua ialah dengan membandingkan angka taraf signifikansi (sig) hasil penghitungan dengan taraf signifikansi 0.05 (5%). Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut: H0 = Tidak ada hubungan linier antara Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG) dan Umur Perusahaan (AGE) dengan Manajemen Laba (DA) Ha = Ada hubungan linier antara Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG) dan Umur Perusahaan (AGE) dengan Manajemen Laba (DA)
83
Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
Tabel 6 Hasil Uji Kelayakan Model b ANOVA Model 1Regression
Sum of Squares
df
Mean Square
.182
3
.061
Residual
.545
80
.007
Total
.727
83
F
Sig. 8.876
.000
a
a. Predictors: (Constant), AGE, DER, SG b. Dependent Variable: DA Sumber : Data Olahan SPSS 16
Dari hasil perhitungan didapatkan: - Angka Fhitung sebesar 8,876> F tabel sebesar 2,72 maka H0 ditolak dan H1 diterima. - Angka signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG) dan Umur Perusahaan (AGE) dengan Manajemen Laba (DA). Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar. Kesimpulannya ialah Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG) dan Umur Perusahaan (AGE) secara gabungan mempengaruhi Manajemen Laba (DA). 3. Analisis Regresi Linier Berganda Pengujian terhadap Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen yaitu Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG), dan Umur Perusahaan (AGE) terhadap Manajemen Laba (Discretionary Accrual) di BEI sebagai variabel dependen. Adapun hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel Coefficient: Tabel 6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda a Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1 (Constant) .100 .037 2.709 DER -.075 .015 -.472 -4.869 SG -.006 .015 -.041 -.422 AGE -.002 .001 -.138 -1.412 a. Dependent Variable: DA Sumber: Data olahan
Sig. .008 .000 .674 .162
Collinearity Statistics Tolerance VIF .996 1.004 .981 1.020 .977 1.023
Berdasarkan Tabel 6, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 0,100 – 0,075X1- 0,006X2 - 0,002 X3 dimana: Y X1 X2 X3
84
: Discretionary Accruals ( Manajemen Laba) : Leverage (DER) : Pertumbuhan Penjualan (SG) : Umur Perusahaan (AGE)
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Konstanta bernilai 0,100 artinya bahwa Discretionary Accruals (Manajemen Laba) bernilai 0,100 jika diasumsikan variabel independen bernilai nol. b. Koefisien regresi variabel Leverage (DER) sebesar -0,075; artinya jika DER mengalami kenaikan 1 satuan maka Discretionary Accruals (Manajemen Laba) akan mengalami penurunan sebesar 0,075 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. c. Koefisien regresi variabel Pertumbuhan Penjualan (SG) sebesar -0,006; artinya jika Pertumbuhan Penjualan (SG) mengalami kenaikan 1 satuan maka Discretionary Accruals (Manajemen Laba) akan mengalami penurunan sebesar 0,006 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. d. Koefisien regresi variabel Umur Perusahaan (AGE) sebesar -0,002; artinya jika Umur Perusahaan (AGE) mengalami kenaikan 1 satuan maka Discretionary Accruals (Manajemen Laba) akan mengalami penurunan sebesar 0,002 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa variabel Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG), dan Umur Perusahaan (AGE) berpengaruh negatif terhadap Discretionary Accruals (Manajemen Laba). Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Pengujian Hipotesis parsial dilakukan dengan bantuan SPSS 16 yaitu melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dan variabel Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG), dan Umur Perusahaan (AGE). Jika koefisien tersebut signifikan maka dapat diartikan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap Discretionary Accruals (Manajemen Laba). Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5%. 1. Pengujian Hipotesis 1 H1 : Terdapat pengaruh Leverage (DER) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate & Property Variabel Leverage (DER) mempunyai thitung sebesar -4,869 dengan nilai p = 0,000. Sedangkan nilai -ttabel sebesar -1,99006 dengan derajat signifikansi 5%. Ini berarti bahwa -thitung < -ttabel dan p > 0,05, maka Hipotesis pertama dapat dibuktikan kebenarannya (diterima). Dengan demikian variabel Leverage (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba. 2. Pengujian Hipotesis 2 H2 : Terdapat pengaruh Pertumbuhan Penjualan (SG) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate & Property Variabel Pertumbuhan Penjualan (SG) mempunyai thitung sebesar -0,422 dengan nilai p = 0,674. Sedangkan nilai -ttabel sebesar -1,99006 dengan derajat signifikansi 5%. Ini berarti bahwa -thitung > -ttabel dan p > 0,05, maka Hipotesis kedua tidak dapat dibuktikan kebenarannya (ditolak). Dengan demikian variabel Pertumbuhan Penjualan (SG) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba. 3. Pengujian Hipotesis 3 H3 : Terdapat pengaruh Umur Perusahaan (AGE) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate & Property Variabel Umur Perusahaan (AGE) mempunyai thitung sebesar -1,412 dengan nilai p = 0,162. Sedangkan nilai -ttabel sebesar -1,99006 dengan derajat signifikansi 85
Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
5%. Ini berarti bahwa -thitung > -ttabel dan p > 0,05, maka Hipotesis ketiga tidak dapat dibuktikan kebenarannya (ditolak). Dengan demikian variabel Umur Perusahaan (AGE) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba. 2
Analisis Koefisien Determinasi (R ) Pada Tabel 7 diatas menunjukkan 22,2% dari Discretionary Accruals (Manajemen Laba) dipengaruhi oleh ketiga variabel independen yaitu Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG) dan Umur Perusahaan (AGE) dan sisanya sebesar 77,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini, seperti Komisaris Independen, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, dan Komite Audit. Tabel 7 Analisis Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R
R Square a
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .500 .250 a. Predictors: (Constant), AGE, DER, SG b. Dependent Variable: DA Sumber: Data olahan, Lampiran 6
.222
.082567
Pembahasan Hipotesis 1 Variabel Leverage (DER) mempunyai thitung sebesar -4,869 dengan nilai p = 0,000. Sedangkan nilai -ttabel sebesar -1,99006 dengan derajat signifikansi 5%. Ini berarti bahwa -thitung < -ttabel dan p > 0,05, maka Hipotesis pertama dapat dibuktikan kebenarannya (diterima). Dengan demikian variabel Leverage (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Jones and Sharma (2001), dan Widyaningdyah (2001) menyatakan bahwa Leverage (DER) berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Leverage (DER) memiliki tingkat signifikansi 0.000 < 0.05, yang berarti bahwa terdapat pengaruh Leverage (DER) terhadap manajemen laba dalam suatu badan usaha. Hipotesis 2 Variabel Pertumbuhan Penjualan (SG) mempunyai thitung sebesar -0,422 dengan nilai p = 0,674. Sedangkan nilai -ttabel sebesar -1,99006 dengan derajat signifikansi 5%. Ini berarti bahwa -thitung > -ttabel dan p > 0,05, maka Hipotesis kedua tidak dapat dibuktikan kebenarannya (ditolak). Dengan demikian variabel Pertumbuhan Penjualan (SG) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani (2010) dan Kusumaningtyas (2012) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Penjualan (SG) tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.
86
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
Hipotesis 3 Variabel Umur Perusahaan (AGE) mempunyai thitung sebesar -1,412 dengan nilai p = 0,162. Sedangkan nilai -ttabel sebesar -1,99006 dengan derajat signifikansi 5%. Ini berarti bahwa -thitung > -ttabel dan p > 0,05, maka Hipotesis ketiga tidak dapat dibuktikan kebenarannya (ditolak). Dengan demikian variabel Umur Perusahaan (AGE) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Zen dan Herman (2007), dan Andayani (2010) yang menyatakan bahwa Umur Perusahaan (AGE) tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Artinya bahwa baik perusahaan yang baru beroperasi maupun perusahaan yang cukup lama berdiri tidak mempengaruhi pelaporan laba positif dalam pelaporan kerugian kerugian perusahaan. Dapat juga diartikan bahwa perusahaan yang baru mulai beroperasi tidak terbukti lebih agresif melakukan manajemen laba untuk menghindari pelaporan kerugian (earnings losses).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dalam pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan yaitu: 1. Leverage (DER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin rendah atau tinggi Leverage (DER) berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan Manajemen Laba perusahaan. 2. Pertumbuhan Penjualan (SG) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan yang penjualannya naik atau turun tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan Manajemen Laba suatu perusahaan. 3. Umur Perusahaan (AGE) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil ini mengidentifikasi bahwa Umur Perusahaan (AGE) merupakan bukan penentu adanya pelaksanaan Manajemen Laba dalam suatu perusahaan. 4. Koefisien determinasi sebesar 22,2% atau 0,222, berarti bahwa sebesar 22,2% variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen sedangkan 77,8% dipengaruhi oleh variabel diluar variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Saran Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan yang terlalu pendek dan jumlah sampel yang terbatas sehingga menyebabkan hasil analisis pada periode pengamatan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Bagi penelitian berikutnya sebaiknya mengambil sampel secara random dengan periode pengamatan lebih panjang. 2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel Leverage (DER), Pertumbuhan Penjualan (SG), dan Umur Perusahaan (AGE) dalam memprediksi Manajemen Laba di Perusahaan Real Estate & Property. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat mengidentifikasi variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba perusahaan. Hal ini dalam rangka melengkapi hasil penelitian terdahulu sehingga dapat diambil kesimpulan tentang apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan untuk melakukan manajemen laba. 3. Model untuk menghitung Discretionary Accrual yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Jones (1991) yang dimodifikasi, seperti yang digunakan dalam 87
Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba (Enni Safitri)
Dechow (1995). Saat ini banyak penelitian tentang manajemen laba yang menggunakan cara yang berbeda-beda untuk menghitung nilai yang akan digunakan sebagai proksi dari manajemen laba, misalnya cross-sectional abnormal accrual model (Peasnell et al., 1998), absolute Discretionary Accrual (Rajgofal et al., 1999). Sampai saat ini belum ada satu penelitian pun yang berhasil mengidentifikasi model mana yang superior dibandingkan dengan model lainnya. DAFTAR PUSTAKA Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 11, Salemba Empat: Jakarta. Brigham, Eugene F. dan Louis C. Gapenski. 2006. Intermediate Finance Management. 7th Edition. Sea Harbor Drive: The Dryden Press Duggan, Sean. 2000. Risk and the Tech Company Life Cycle. (http://www.hkmb.com/industry/documents/RiskandtheTechCompanyLifeCy cle.pdf diakses online 31 Juli 2012) Farid, Harianto dan Siswanto Sudomo. 1998. Perangkat dan teknik Analisis. Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta, PT Bursa Efek Jakarta Guna, Welvin, I, dan Herawaty Harleen, 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Indepedensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.1, Hal 53-68. Harahap. Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah.Jakarta : Bumi Aksara Horne, James C. Van dan John M. Machowicz JR.,. 2009. Financial Manajemen: Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Buku 1. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat Husnan, Suad dan Eny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Penerbit Salemba Empat. Jones, Stewart dan Rohit Sharma. 2001. The Association Between the Investment Oppurtunity Set and Corporate Financing and Dividend Decisions: Some Australian Evidence”, Manageerial Finance, Vol. 27, p. 48-59. Kim, Yangseon., Caixing Liu dan S. Ghon Rhee. 2003. The Effect of Size on Earnings Management. Social Science Research Network Electronic Paper Collection. (http://papers.ssrn.com) Kusumaningtyas, Metta. 2012. Pengaruh Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Institusional terhadap manajemen laba. Prestasi Vol 9 No. 1 Juni 2012 halaman 41-61.
88
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 72 – 89
ISSN 2337-4314
Ma’ruf, Muhamad. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Skripsi UII: Yogyakarta. Merry. 2006. Pengaruh Harga Saham, Umur Perusahaan dan Rasio Profitabilitas Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Andalas Myers, L., and D.J. Skinner. 2000. Earnings Momentum and Earnings Management. Working Paper, University of Michigan Pratamasari, Finta. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi praktek Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. E.jurnal/online. Melalui
89