1
ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS VALUTA ASING (HARD CURRENY) DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS LQ45 Samuel Hasiholan Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jakarta Abstrak Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh variabel – variabel ekonomi makro dari indeks LQ45 seperti Inflasi, Kurs Valuta Asing ($), dan Suku Bunga. Dengan mengetahui faktor ekonomi makro mana saja yang mempengaruhi Indeks Harga Sahanm LQ45 pada periode 2008-2011, maka hasil dari penelitian ini diharaapkan menjadi referensi bagi investor yang ingin menginvestasikan pada pasar saham terutama pada indeks Harga Saham LQ45. Teknik analisis yang di pakai dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan mengunakan variabel independen Inflasi, Kurs valuta Asing ($), dan Suku Bunga terhadap variabel independen Indeks Harga Saham LQ45.Hasil dari penelitian yang dilakukan pada periode tahun 2008 – 2011 menunjukan bahwa variabel – variabel independent mempengaruhi Indeks Hara Saham LQ45 secara signifikan. Inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap indeks Harga Saham LQ45 sama seperti Kurs Valuta Asing ($) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap indeks Harga saham LQ45 sedangkan Suku Bunga mempunyai pengaruh yang positif terhadap Indeks Harga saham LQ45. Abstract This study analyzes the influence of variables - macroeconomic variables index LQ45. Like as the Inflation, Foreign Exchange Rates ($), and Interest Rate. By knowing where the macroeconomic factors that influence Sahanm LQ45 Index in the period 2008-2011, the results of this study diharaapkan a reference for investors who want to invest in the stock market, especially on LQ45 Stock Price Index. Analytical techniques in use in this study using multiple linear regression using the independent variables Inflation, Foreign Currency Exchange Rate ($), and the interest rate on the independent variables LQ45.Hasil Stock Price Index from research conducted in the period 2008 to 2011 show that variables - the independent variables affect LQ45 Index Stock Hara
2
significantly. Inflation has a negative influence on stock price index LQ45 as Foreign Exchange Rates ($) has a negative influence on the stock price index LQ45 while the interest rate has a positive effect on stock price index LQ45.
Pendahuluan Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Funsi yang kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument. Bicara tentang pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang di sebut sebagai indeks harga saham. Setiap hari, baik di media elektronik atau di media massa selalu memberitakan tetang jumlah indeks harga saham gabungan (IHSG) terakhir yang terjadi. Dalam indeks harga saham gabungan ada salah satu indeks harga saham yaitu LQ45. Indeks harga saham LQ45 adalah indeks harga saham gabungan dari 45 perusahaan yang bertransaksi di bursa efek Indonesia (BEI). Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai criteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Instrument yang di perdagangkan di pasar modal yaitu saham, hak pemengang saham terlebih dahulu (bukti right, opsi untuk jangka pendek), dan obligasi. Semua yang di perdagangkan dalam bursa efek Indonesia sudah berbentuk scripless (tampa warkat). Pada indeks harga saham adanya posisi dimana harga saham mengalami kenaikan dan mengalami penurunan yang disebabkan oleh berbagai faktor-faktor yang terjadi di dalam ataupun luar negeri, contoh kerusuhan yang terjadi di bulan mei 1998 dimana saat itu nilai mata uang asing mengalami kenaikan yang sangat tinggi sementara harga sahaam mengalami penurunan hal ini di sebabkan karena tidak
3
stabilnya keamanan politik di Indonesia pada saat itu sehingga para investor menanamkan modalnya ke luar negeri. Adanya krisis ekonomi global memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia. Dampak krisis keuangan dunia ataau lebih di kenal dengan krisis ekonomi global yang terjadi di amerika jelas sangat bepengaruh terhadap indonesiaa. Karena sebagian besar ekspor Indonesia dilakuka di pasar amerika dan tentu saja hal itu sangat mempengaruhi pasar Indonesia. Salah satu dampak yang paling berpengaruh dari krisis amerika adalah nilai tukar rupiah yang makin melemah terhadap dollar. Faktor yang mempengaruhi pasar modal karena berkurangnya investor adalah inflasi, karena inflasi merupakan suatu fenomena yang selalu mempengaruhi stabilitas ekonomi suatu negara. Inflasi yang melebihi angka dua digit, tidak hanya mendongkrak kenaikan harga-harga umum dan menurunkan nilai uang, tetapi juga meningkatkan jumlah angka pengangguran, serta dapat melunturkan kepercayaan masyarakat internasional (investor luar negeri) terhadap kewibawaan pemerintah suatu Negara. Para investor enggan menanamkan modalnya dan bahkan bagi yang telah terlanjur akan merelokasikan industrinya ke Negara lain yang lebih stabil dan kompetitif. Inflasi akan mendorong aparatur pemerintah bertindak korup dan berkolusi untuk memperkaya diri tanpa memikirkan negaranya. Tingkat suku bunga minimum yang diwakili suku bunga bank Indonesia (SBI) sebagai dasar untuk menetapkan tingkat pengembalian investasi (return) seharusnya berkorelasi positif, namun jika kenaikan tingkat suku bunga minimum (SBI) sedemikian tinggi, maka harga saham akan bereaksi secara negatif yaitu harga saham menurun, karena suku bunga merupakan instrument konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. Suku bunga yang tinggi nakan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang risikonya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan menanamkan uangnya dibank terutama dalam bentuk deposito, oleh karena itu tingkat suku bunga dapat mempengaruhi naik turunya harga saham. Berdasarkan latar belakang diatas dan meningkatkan kurs valuta asing dan indeks harga saham LQ45 sama-sama mengalami perubahan setiap harinya oleh karena penyebab dan dampak yang yang di timbukannya hampir sama.
4
Metode Penelitian Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas (variabel independen). Dalam penelitian ini indeks LQ45 digunakan menjadi variabel dependen yang di pengaruhi oleh variabel independen. Variabel Independen Dalam penelitian ini melibatkan lima variabel independen yaitu sebagai berikut: 1. Inflasi suatu periode dimana kekuatan membeli kesatuan moneter turun. Inflasi dapat timbul bila jumlah jumlah uang atau uang deposit ( deposit currency ) dalam peredaran lebih banyak dibandingkan dengan barang- barang serta jasa yang ditawarkan. 2. Kurs Valuta Asing suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dlam negeri yang di perlukan untuk mendapat suatu unit mata uang asing. 3. Suku Bunga suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Jenis dan Sumber Data Jenis Data Data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang sudah diolah oleh pihak ketiga, secara berkala (time series) untuk melihat perkembangan objek penelitian selama periode tertentu. Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah. Jenis data yang tersedia harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam suatu penelitian. Data-data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Indeks LQ45 periode 2008-2009 2. Inflasi periode 2008-2011 3. Kurs valuta asing periode2008-2011
5
4. Suku Bunga periode 2008-2011 Sumber Data Sedangkan data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber, yaitu dari publikasi instansi-instansi pemerintah seperti: 1. Badan Pusat Statistik (BPS) 2. Bank Indonesia (BI) 3. Bursa Efek Indonesia (BEI) Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, yaitu mengumpulkan catatan-catatan/data-data yang diperlukan sesuai penelitian yang akan dilakukan dari dinas/kantor/instansi atau lembaga terkait (Suharsimi Arikunto, 2002). Laporan-laporan yang terkait dengan penelitian seperti laporan nilai harga saham pada bursa efrk indinesia, dan laporan-laporan inflasi periode 2008-2011 yang diambil dari badan pusat statistik, data-data pergerakan kurs valuta asing dan data-data suku bunga yang ada pada bank Indonesia. Metode Analisis Alat Analisis Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) maka penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda (Multiple Linier Regression Method) dengan metode normal pada software SPSS 17.0. Metode ini diyakini mempunyai sifatsifat yang ideal dan dapat diunggulkan, yaitu secara teknis sangat kuat, mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya (Gujarati,1999). Persamaan Regresi dinyatakan sebagai berikut : LOGLQ45 = β0 + β1LOGINFLASI+ β2LOGKURS + β3LOGSUKU BUNGA + e Dimana: β0
= Intersep/Konstanta
β1
= Koefisien Regresi Inflasi
β2
= Koefisien Regresi Kurs Valuta Asing
β3
= Koefisien Regresi Suku Bunga
e
= Disturbance Error (Variabel Pengganggu)
6
LOG
= Logaritma
Teknik Analisis Teknik analisis adalah cara untuk menganalisis / mengolah suatu data dengan menggunakan rumus, software dan atau alat analisis tertentu guna untuk menghasilkan suatu hasil atau pernyataan yang valid dan benar. Dalam data skripsi ini digunakan teknik analisis adalah sebagai berikut : Uji Asumsi Klasik Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar yang dapat menghasilkan estimator linear tidak bias. Dengan terpenuhinya asumsi tersebut, maka hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan. Asumsi – asumsi dasar itu dikenal sebagai asumsi klasik yaitu 1. Distribusi kesalahan adalah normal 2. Non autokorelasi, berarti tidak ada pengaruh dari variabel dalam modelnya melalui selang waktu atau tidak terjadi korelasi diantara galat randomnya. 3. Homoskedastisitas, berarti varians dari variabel bebas adalah sama atau konstan untuk setiap nilai tertentu dari variabel bebas lainnya atau variansi residu sama untuk semua pengamatan. 4. Non multikolinearitas, berarti antara variabel bebas yang satu dengan yang lain dalam model regresi tidak terjadi hubungan yang mendekati sempurna ataupun hubungan yang sempurna. Penyimpangan dari non multikolinearitas dikenal sebagai multikolinearitas, penyimpangan dan non autokorelasi dikenal sebagai autokorelasi, dan penyimpangan terhadap homoskedastisitas dikenal sebagai heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi terjadi atau tidak penyimpangan terhadap asumsi klasik dalam model regresi yang dipergunakan, maka dilakukan beberapa cara pengujian terhadap gejala penyimpangan asumsi klasik. 1. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
7
Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak berlaku (Imam Ghozali, 2005). Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual antara lain dengan memperlihatkan penyebaran data pada normal P-P Plot of regression standardized residual variabel independen, dimana jika data menyebar disekitar garis
diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara anggota-anggota serangkaian observasi yang diuraikan menurut waktu dan ruang (Damodar Gujarati 1997 : 201). Konsekuensi adanya autokorelasi diantaranya adanya selang keyakinan menjadi lebar serta variasi dan standar error terlalu rendah. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Imam Ghozali, 2005 : 95). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu uji formal untuk mendeteksi autokorelasi adalah menggunakan Durbin–Watson. Jika nilai Durbin–Watson berkisar diantara nilai batas atas (dU) dan 4dU maka diperkirakan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2001). Heteroskedastisitas yaitu variabel pengganggu (e) memilki varian yang berbeda dari satu observasi ke observasi lainya atau varian antar variabel independen tidak sama. Hal ini melanggar asumsi heteroskedastisitas yaitu setiap variabel penjelas memiliki varians yang sama (konstan). Heteroskedastisitas lebih sering muncul pada data cross section dibandingkan data time series (Mudrajat Kuncoro, 2001). Untuk menguji model regresi yang digunakan terdapat heteroskedastisitas atau tidak, dapat dilakukan dengan menggunakan R square yang tersedia dalam program SPSS 17.0.
8
Apabila R Square > taraf nyata maka dapat ditarik kesimpulan kalau tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. 4. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (independen) dari model regresi (Damodar Gujarati. 1997:157). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal (Imam Ghozali.2005 : 91). Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Multikolinearitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan nilai tolerance atau VIF. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 dan atau nilai VIF lebih besar dari 10 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam model regresi tidak terdapat multikolinearitas. Uji Statistik Analisis dilakukan melalui pendekatan analisis kuantitatif yaitu dengan model regresi dengan metode kuadarat terkecil biasa (OLS). Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan pada penelitian ini. 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen, dengan hipotesis untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel tak bebas. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H0 :β1 = β2 = β3 = 0, yaitu tidak ada pengaruh pajak reklame, pajak restoran, retribusi jasa umum, jumlah penduduk, dan jumlah industri terhadap pendapatan asli daerah Kota Depok. H1 :β1, β2, β3 ≠0 , yaitu terdapat pengaruh pajak reklame, pajak restoran, retribusi jasa umum, jumlah penduduk, dan jumlah industri terhadap pendapatan asli daerah Kota Depok. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel, dimana nilai F hitung dapat dipenuhi dengan formula sebagaiberikut :
9
F hitung = (1-
/ (k-1) ) / (n-k)
dimana : : koefisien determinasi k
: jumlah variabel independen termasuk konstanta
n
: jumlah sampel
Apabila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1. Artinya ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Sebaliknya apabila, F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Atau menggunakan tingkat signifikan dari uji F, yaitu apabila signifikan F statistik lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, sedangkan apabila signifikan F statistik lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. 2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi F tabel dengan F hitung variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dibuat hipotesis sebagai berikut. (1) H0 :β1 ≤0, yaitu pajak reklame tidak berpengaruh terhadap LQ45 H1 :β1 > 0, yaitu pajak reklame berpengaruh terhadap LQ45. (2) H0 :β2 ≤0, yaitu pajak restoran tidak berpengaruh terhadap LQ45. H1 :β2 > 0, yaitu pajak restoran berpengaruh terhadap LQ45. (3) H0 :β3 ≤0, yaitu retribusi jasa umum tidak berpengaruh terhadap LQ45. H1 :β3 > 0, yaitu retribusi jasa umum berpengaruh terhadap LQ45. (4) H0 :β1 ≤0, yaitu jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap LQ45. H1 :β1 > 0, yaitu jumlah penduduk berpengaruh terhadap LQ45. (5) H0 :β1 ≤0, yaitu jumlah industri tidak berpengaruh terhadap LQ45. H1 :β1 > 0, yaitu jumlah industri berpengaruh terhadap LQ45.
10
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan software SPSS 17.0 dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel, maka hipotesis alternatif diterima yang menyatakan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. Atau dengan menggunakan tingkat signifikan pada Uji-t yaitu jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, begitu pula sebaliknya apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. 3. Uji Koefisien Determinan (
)
R² bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variasi variabel independen dapat menerangkan dengan baik variasi variabel dependen. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodness of fit) dengan digunakan koefisien determinasi ( determinasi (
). Koefisien
) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi
total dalam variabel tak bebas (Y) yang di jelaskan oleh variabel bebas (X) (Gujarati. 2003). Nilai
yang sempurna adalah satu, yaitu apabila keseluruhan variasi dependen
dapat dijelaskan sepenuhnya oleh variabel independen yang dimasukkan dalam model. Dimana 0 < Nilai
< 1 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah: yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel-variabel
bebas dalam menjelaskan variasi variabel tidak bebas sangat terbatas. Nilai
mendekati satu, berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam
menjelaskan hampir semua informasi yang digunakan untuk memprediksi variasi variabel tidak bebas. 4.2
Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel mempunyai distribusi normal atau tidak.
independen, atau
keduanya
Model regresi yang baik adalah
11
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normal data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat normal probability plot. Setelah data dimasukan dan diolah dalam program spss, diperoleh hasil uji normal probability plot seperti gambar di bawah ini. Gambar 4.5 normal probability plot
Sumber : data sekunder yang diolah Dari grafik di atas terlihat sebaran data pada chart tersebar di sekeliling garis lurus (tidak berpencar jauh dari garis lurus), maka dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas terpenuhi. Hasil pengujian normalitas dapat di ukur juga dengan uji kolmogorov smirnov pada table 4.1 berikut: Tabel 4.1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N Normal Parametersa,,b
48 Mean Std. Deviation
.0000000 42.66800724
12
Most
Extreme Absolute
Differences
.070
Positive
.070
Negative
-.060
Kolmogorov-Smirnov Z
.483
Asymp. Sig. (2-tailed)
.974
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : data yang diolah dengan spss 17 Dari hasil pengujian uji kolmogorov smirnov, terlihat bahwa nilai signifikan uji tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa data yang digunakan dalam regresi distribusi tersebut normal. 4.2.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolnieritas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoleniaritas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 (Imam Ghozali, 2001). Nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) yang terdapat pada masing – masing variabel pada penelitian ini seperti terlihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas
13
Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
Inflasi
.176
5.670
Kurs
.666
1.501
Suku bunga
.215
4.649
a. Dependent Variable: indeks LQ45 Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17 Suatu model regresi dinyatakan model bebas dari multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF dibawah 10. Dari tabel tersebut diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai VIF yang rendah berada di bawah angka 10. Dengan demikian hasil yang diperoleh tidak adanya masalah multikolinieritas dalam model regresi. 4.2.3 Ujia Heterokedastisitas Pengujian Heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual ( Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Imam Ghozali, 2001) :
14
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dapat dilihat pada gambar 4.2 Gambar 4.6 Uji Heterokedatisitas
Dari gambar tersebut diperoleh bahwa scatter plot membentuk titik-titik yang menyebar secara acak dengan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini menunjukkan tidak ada masalah heteroskedastisitas. 4.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode (t) dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Uji autokorelsai dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat autokorelasi antara error yang terjadi antar periode yang diujikan dalam model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi harus dilihat nilai uji Durbin-Watson pada tabel 4.3.
15
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
Adjusted R
Std. Error of the
R
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
.951a
.904
.897
44.09862
1.259
a. Predictors: (Constant), suku bunga, kurs, inflasi b. Dependent Variable: indeks LQ45 Sumber : data yang diolah dengan spss 17 Dari hasil pengujian di atas tampak bahwa nilai Durbin Watson menunjukkan nilai sebesar 1.259. nilai tersebut diantara -2 < DW-value < +2, berarti dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Dari tabel 4.3 di atas dapat juga 2
diketahui koefisien determinasi (R ) sebesar 0,904. Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,904, maka dapat diartikan bahwa 90,4% Indeks saham LQ45 di pengaruhi oleh 3 variabel bebas yang terdiri dari ( Inflasi, Kurs valuta asing dan Suku bunga). Sedangkan sisanya 9,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
4.3
Pembahasan
4.3.1 Analisis Regresi Berganda Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang di gunakan variabel beabasnya adalah Inflasi, Kurs Valuta Asing ($), Suku Bunga terhadap variabel terikat yaitu Indeks LQ45. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Hasil yang diperoleh selanjutnya akan diuji kemaknaan model tersebut secara simultan dan secara parsial. Koefisien regresi dilihat dari nilai unstandardized coefficient karena semua variabel independen maupun dependen
16
memiliki skala pengukuran yang sama yaitu rasio. Hasil dari regresi dapat dilihat pada table 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4 Hasil Regresi Berganda
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
11133.907
775.766
inflasi
-7950.270
1660.259
kurs
-2537.108
suku bunga
1065.955
Beta
T
Sig.
14.352
.000
-.534
-4.789
.000
207.640
-.701
-12.219
.000
485.267
.222
2.197
.033
a. Dependent Variable: indeks LQ45 Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Hasil pengujian persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Y = 11133.907 – 7950.270 Keterangan :
– 2537.108
Y = Indeks LQ45 = Inflasi = Kurs Valuta Asing ($) = Suku Bunga
+ 1065.955
17
Dari hasil analisis indeks LQ 45 sebagai konstanta adalah 11133.907, jadi regresi menunjukkan bahwa variabel inflasi dan kurs mempunyai pengaruh negatif terhadap indeks LQ45, sedangkan variabel perubahan suku bunga memiliki pengaruh yang positif terhadap variable perubahan indeks LQ45. Inflasi mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar
– 7950.270 Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, hal ini berarti setiap kenaikan inflasi sebesar 1 satuan maka indeks LQ45 akan mengalami penurunan sebesar – 7950.270 satuan. Kurs Valuta Asing mempunyai koefisien regresi dengan arah
negatif sebesar – 2537.108 Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, hal ini berarti setiap kenaikan kurs valuta asing sebesar 1 satuan maka indeks LQ45 akan mengalami penurunan sebesar – 2537.108 satuan. Suku bunga mempunyai koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 1065.955 Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, hal ini berarti setiap kenaikan suku bunga sebesar 1 satuan maka indeks LQ45 akan mengalami kenaikan sebesar 1065.955 satuan. 4.3.2 Pengujian Hipotesis 4.3.2.1 Hasil Secara Simultan ( Uji F ) Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Apabila
>
,
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan apabila probabilitas (signifikansi) lebih besar dari α (0,05) maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio, tetapi jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari α (0,05) maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio. Pengujian hipotesis uji F ini digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil pengujian simultan diperoleh sebagai berikut :
18
Tabel 4.5 Uji F ANOVAa Model
Sum of
df
Mean
Squares Regressio n
1
Residual Total
F
Sig.
Square
801137.139
3
85566.266
44
886703.405
47
267045.71 3
137.321
.000b
1944.688
a. Dependent Variable: indeks LQ45 b. Predictors: (Constant), suku bunga, kurs, inflasi Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17 Data tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa model persamaan ini memiliki nilai
sebesar 137,105 dan
2,07 karena memiliki signifikansi lebih
kecil dari α (0,05) yaitu sebesar 0,000 dengan demikian
ditolak
diterima ,
menunjukkan bahwa variabel independent (X) rasio – rasio seperti Inflasi, Kurs Valuta Asing ($), dan Suku Bunga memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen yaitu Indeks LQ45. Variabel – variabel itu mempengaruhi indeks harga saham LQ45 secara besama – sama, karena inflasi, kurs valuta asing, dan suku bunga sangat mempengaruhi keadaan perekonomian Negara. Sepeerti inflasi yang membuat pengaruh negatif terhadap harga saham, karena naiknya inflasi akan menurunkan indeks harga saham LQ45 dan menurunkan keinginan masyarakat untuk berinvestasi dalam bentuk saham. Sedangkan kurs mempunyai pengaruh terhadap indeks harga saham LQ45 kerena kenaikan dari nilai tukar mata uang asing mengakibatkan penurunan terhadap indeks LQ45. Pengaruh dari kenaikan suku bunga juga mempunyai pengaru yang negatif terhadapa indeks harga saham, karena masyarakat lebih ingin menyimpankan uang mereka kepada bank di bandingkan menginvestasikan uangnya dalam bentuk saham.
19
4.3.2.2 Hasil Uji Secara Parsial (Uji-t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji statistik t digunakan untuk menguji hipotesis pertama sampai dengan hipotesis keempat. Dari hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut :
Inflasi Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa inflasi memiliki
sebesar - 4,789 dan
2,678 sehingga
<
dengan probabilitas
signifikan untuk variabel inflasi .000 lebih kecil dari pada taraf signifikan 0.05 menunjukan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap indeks LQ45. Variabel inflasi juga berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham LQ45. Bahwa setiap terjadinya kenaikan pada inflasi dapat berpengaruh turunya indeks harga saham LQ45. Hasil analisis ini konsisten dengan penelitian Dedy Pratikno (2006) , Heru Nugroho (2008) dan Redityo Tri Adiatmo (2009) bahwa inflasi mempunyai hubungan yang negative dan berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham LQ45. Dan penelitian ini juga konsisten dengan teori yang di jelaskan oleh Case (2001:425), yaitu Tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan pembatasan moneter yang mengarah pada suku bunga yang tinggi sehingga menyebabkan harga obligasi jangka panjang dan saham menjadi lebih rendah.
Kurs Valuta Asing ($) Diketahui bahwa Kurs Valuta Asing ($) memiliki
12,219 dan
2,678 sehingga
<
sebesar –
dengan probabilitas
signifikan untuk variabel inflasi .000 lebih kecil dari pada taraf signifikan 0.05 menunjukan bahwa Kurs Valuta Asing ($) berpengaruh signifikan terhadap indeks LQ45. Variabel Kurs Valuta Asing ($) juga berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham LQ45. Bahwa setiap terjadinya kenaikan pada kurs valuta asing dapat berpengaruh turunya indeks harga saham LQ45.
20
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Theresia Puji Rahayu (2002) mengenai pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga terhadap indek harga saham gabungan (IHSG) dan Heru Nugroho (2008) mengenai pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga terhadap indeks harga saham LQ45, dimana hasil dari masing –masing penelitian menyatakan bahwa kurs valuta asing mempunyai hubungan yang negative dan pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham LQ45 dan IHSG. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten terhadap penelitian Dede Rosmawati (2004) yang dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak mempengaruh indeks harga saham. Dalam hal kebijakan pasar uang luar negeri, Indonesia termasuk salah satu Negara yang menganut sistem kurs devisa yang mengambang. Artinya kurs rupiah terhadap mata uang asing dibiarkan naik turun sesuai dengan tarik menarik kekuatan permintaan dan penawaran di pasar devisa. Bila permintaan mata uang dollar meningkat melebihi penawarannya maka kurs dollar akan meningkat atau berarti kurs rupiah melemah. Hubungan negatif antara nilai kurs terhadap indeks harga saham LQ45 disebabkan oleh melemahnya kurs rupiah ( harga nilai tukar Rupiah terhadap dolar meningkat ) sampai batas tertentu akan cenderung memberikan daya tarik kepada investor untuk berinvestasi di pasar uang.
Suku Bunga Diketahui bahwa Suku Bunga memiliki
2,678 sehingga
<
sebesar 2,197 dan
dengan probabilitas signifikan untuk variabel
inflasi .033 lebih kecil dari pada taraf signifikan 0.05 menunjukan bahwa Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks LQ45. Variabel Suku Bunga juga berpengaruh positif terhadap indeks harga saham LQ45. Bahwa setiap terjadinya kenaikan pada suku bunga dapat berpengaruh naiknya indeks harga saham LQ45. Hasil analisis ini konsisten dengan penelitian Heru Nugroho (2008) mengenai pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga terhadap indeks harga saham LQ45. Namun pengaruh suku bunga secara positif tidak sejalan terhadap peneliti – peneliti lain seperti Puji Rahayu (2002) dan Dede
21
Rosmawati (2004) yang menyatakan bahwa Suku Bunga memiliki hubungan yang negatif dengan Indeks Harga Saham LQ45, dan tidak konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa suku bunga mempengaruhi indeks LQ45 secara negatif yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga akan membuat ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya dalam pasar uang yang mengakibatkan harga saham melemah. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Model regresi berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini cukup layak, karena telah memenuhi seluruh pengujian asumsi klasik, dan Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi berganda dari variabel independen, yaitu inflasi, kurs valuta asing, dan suku bunga mempengaruhi variabel dependen indeks LQ45, serta semua variabel independen yang dipergunakan juga mempegaruhi secara signifikan terhadap variabel dependen karena tingkat signifikan semua variabel independen < 0.05 yang dapat di lihat pada uji t masing - masing mempunyai pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap variabel indeks harga saham LQ45 sebagai variabel dependen. Saran Dalam penelitian ini mempunyai keterbatasan rentang waktu yang di pergunakan. Rentang waktu yang diteliti adalah 4 Tahun dari Januari 2008 – Desember 2011 di jadikan periode perbulan sehingga disarankan dapat menambah rentang waktu penelitian. Keterbatasan lain adalah mengenai jumlah variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Saran untuk penelitian lanjutan diharapkan dapat menambah jumlah variabel independen dan rentang waktu yang di gunakan untuk penelitian. Daftar Pustaka Barata, Danu, 2007, “Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham Gabungan (IHSG) Dibursa Efek Jakrta (BEJ)”, Skripsi Fakultas Universitas Gunadarma, Jakarta.
22
Bank Indonesia, 2008 - 20011, Indonesia Financial Statistik, BI, Jakarta Biro Pusat Statistik, 2002-20011, Tabel input-output Indonesia BPS, Jakarta Budi Hartono Kusuma, 2008, “ Analisis Penagaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Tengah BI, Tingkat Inflasi, Dan Indeks Saham Dow Jones Di New York Stock Excange Dalam Memprediksi Indeks Harga Saham
Gabungan
Di
Bursa
Efek
Jakarta”,
Jurnal
Ekonomi/Tahun XIII, No 3, November 2008: 305-318. Candra Ganda M., Lawrance, 2007, “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Per Sektor Periode Januari 2002 Sampai Dengan Desember 2006”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta. Diacogians and Tsiritakis, 2001 ,”Macroeconomic Faktors and Stock Returns In a Changing Economic Framework : The Case of The Athens Exchange”, Journal Economic Library, p 23-41. Heli Charisma Berlianta, 2005, “ Mengenal Valuta Asing”, Gajah Mada, Yogyakarta http://mitrainves.blogspot.com/2009/09/pengertian-indeks-harga-saham.html http://forum.vibizportal.com/showthread.php?t=17635 http://www.investium.net/invlog1n/saham/?p=483 Oksiana Jatiningsih, Musdholifa, 2007, “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 5, Nomor 1, April 2007. Singgih Santoso, 2009, “Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS 17”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.