ANALISIS PENERAPAN SIKLUS AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Cut Srikandi, Dr. Aris Budi Setyawan
ABSTRACT The role of SMEs in the economy in Indonesia is central, a large number of industries and found in every economic sector, its potential in employment when compared with large-scale enterprises as well as its contribution to GDP and foreign exchange through export of value to make SMEs to form a very calculated effort . The success of SMEs to survive in a crisis does not necessarily make the SMEs are able to develop well. SMEs still face many problems in running its business. The problem often faced by SMEs include product marketing, technology, quality human resources to financial management. Financial management through the application of accounting rules and good and right sometimes ignored the perpetrators of SMEs. This study aims to determine the extent to which the perpetrators of SMEs applying financial management through accounting cycles that can be used as a tool to assess the performance and health of SMEs, and to know the type of business where the application of accounting rules better. This study used a survey method that takes a sample of the population using a questionnaire. The survey was conducted in five districts spread across the territory of Yogyakarta., With respondents of 100 SMEs by using descriptive and inferential analysis as a tool of analysis. The research concludes that most SMEs are still far in applying the rules and accounting through the accounting cycle, and the type of manufacturing business was the application of accounting rules better than the efforts of goods and services. Therefore, it is hoped relevant parties in this case the local government in cooperation with other parties to give attention to the perpetrators of SMEs that face difficulties in applying the accounting rules in accordance with the standards so that the perpetrators of SMEs to realize the importance of accounting cycle to the successful implementation of their business and be able to apply them in the business.
ABSTRAKSI Peranan UKM dalam perekonomian di Indonesia adalah sentral, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, potensinya dalam penyerapan tenaga kerja bila dibandingkan dengan usaha skala besar serta sumbangannya terhadap pembentukan PDB dan devisa negara melalui nilai ekspor membuat UKM menjadi bentuk usaha yang sangat diperhitungkan. Keberhasilan UKM bertahan dalam krisis tidak menjadikan UKM serta merta mampu berkembang dengan baik. UKM masih menghadapi banyak permasalahan dalam menjalankan usahanya. Masalah yang sering dihadapi para pelaku UKM antara lain pemasaran produk, teknologi, kualitas sumber daya manusia sampai pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan melalui penerapan kaidah kaidah akuntansi yang baik dan benar terkadang diabaikan para pelaku UKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para pelaku UKM menerapkan pengelolaan keuangan melalui siklus akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja dan kesehatan UKM, serta untuk mengetahui jenis usaha mana yang penerapan kaidah akuntansi lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode survei yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner. Survei dilakukan di lima kabupaten yang tersebar di wilayah Yogyakarta., dengan responden sebanyak 100 UKM dengan menggunakan analisis deskriptif dan statistik inferensial sebagai alat analisisnya. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa sebagian besar UKM masih jauh dalam menerapkan kaidah kaidah akuntansi melalui siklus akuntansi, dan jenis usaha manufaktur lah yang penerapan kaidah akuntansi lebih baik dibanding usaha barang dan jasa. Oleh karena itu, diharapkan pihak terkait dalam hal ini pemerintah daerah bekerjasama dengan pihak lain dapat memberikan perhatian terhadap para pelaku UKM yang menghadapi kesulitan dalam menerapkan kaidah akuntansi sesuai dengan standar sehingga para pelaku UKM dapat menyadari pentingnya penerapan siklus akuntansi terhadap keberhasilan usaha mereka dan mampu menerapkannya di dalam usahanya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang, dimana sebuah negara berkembang menitikberatkan akan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik. Proses pembangunan dewasa ini, memberi pengaruh langsung kepada pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha yang merupakan unit-unit ekonomi nasional. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha tersebut, maka banyak berdiri bentuk- bentuk usaha baik yang berskala kecil, menengah sampai berskala besar. Di era globalisasi saat ini, terutama di saat krisis global sedang melanda dunia diharapkan setiap bentuk usaha dituntut untuk bisa maju dan bertahan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Salah satu bentuk usaha yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah UKM (Usaha Kecil dan Menengah). UKM boleh dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis. Peranan kinerja perekonomian Indonesia dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 6,3 persen terhadap tahun sebelumnya, dimana pertumbuhan PDB Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencapai 6,4 persen. Pada tahun 2007 nilai PDB UKM mencapai Rp 2.121,3 triliun meningkat sebesar Rp 335,1 triliun dari tahun 2006. Dari jumlah ini UKM memberikan kontribusi sebesar 53,6 persen dari total PDB Indonesia, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2006 yang mencapai Rp 1.786,2 triliun atau 53,5 persen. Pada tahun 2007 kontribusi Usaha Kecil (UK) sebesar Rp 1.496,3 triliun atau 37,8 persen, Usaha Menengah
(UM) sebesar Rp 625,1 triliun atau 15,8 persen, dan Usaha Besar (UB) sebesar Rp 1.836,1 triliun atau 46,4 persen (data BPS). Hal tersebut dapat terlihat jelas pada gambar 1.1 dibawah ini:
Gambar 1.1 Peranan PDB Tahun 2006 dan 2007
Berdasarkan data BPS pada tahun 2007 jumlah populasi UKM mencapai 49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia yang berjumlah 49,845 juta unit usaha. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia yang berjumlah 94,3 juta pekerja. Bila ditelaah secara sektoral UKM memiliki keunggulan dalam sektor tersier seperti perdagangan, hotel dan restoran dan bidang usaha yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan perikanan). Sektor usaha di Indonesia memiliki beberapa jenis, diantaranya usaha manufaktur, barang dan jasa. Menurut situs departement perindustrian (www.depperin.go.id) usaha manufaktur adalah kegiatan usaha yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong produk primer, yang dimaksud produk primer adalah produk-produk yang tergolong bahan mentah, yang dihasilkan oleh kegiatan eksploitasi sumber daya alam hasil pertanian, kehutanan, pertambangan, dan kelautan dengan kemungkinan mencakup produk pengolahan awal sampai dengan bentuk
spesifikasi teknis yang standar dan lazim diperdagangkan sebagai produk primer. Sektor usaha barang adalah suatu produk fisik (berwujud) yang dapat diberikan kepada seorang pembeli dan melibatkan perpindahan kepemilikan dari penjual ke pembeli, sedangkan sektor usaha jasa lebih menekankan pada suatu yang tidak berwujud yang dapat diberikan kepada seorang pembeli. Tujuan utama dari ketiga bentuk usaha tersebut pada dasarnya adalah untuk menghasilkan laba dan memuaskan pemilik, tetapi dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan tersebut, seringkali dijumpai banyak hambatan dan permasalahan. Berdasarkan data BPS tahun 2001 mengenai total volume usaha, usaha kecil yang merupakan 99.85% dari total unit usaha, mampu menyerap tenaga kerja sebesar 88.59%, usaha skala menengah yang merupakan 0.14% dari total usaha, mampu menyerap tenaga kerja sebesar 10.83%, sedangkan usaha skala besar yang hanya memiliki 0.01% dari total usaha hanya mampu menyerap 0.56% tenaga kerja. Melihat sumbangannya yang begitu besar pada roda perekonomian Indonesia UKM seharusnya mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Survei dari BPS mengidentifikasikan berbagai masalah dan kelemahan yang dihadapi UKM meliputi pemasaran produk, teknologi, permodalan, kualitas sumber daya manusia, persaingan usaha yang ketat, kurang teknis produksi dan keahlian dan masalah manajemen termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan akuntansi.
Pengelolaan keuangan menjadi
salah satu masalah yang seringkali terabaikan oleh para pelaku bisnis UKM, khususnya berkaitan dengan penerapan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan dan akuntansi yang benar. Masalah ini biasanya timbul dikarenakan pengetahuan dan informasi pelaku UKM mengenai akuntansi sangat terbatas, latar belakang pendidikan para pelaku UKM juga mempengaruhi pengetahuan para pelaku UKM. Menurut Peterson et all (1980) mengungkapkan bahwa kelemahan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan salah satu kegagalan utama perusahaan kecil
dan menengah.
Sebagaimana ditambahkan Wichman (1983) yang menjelaskan bahwa
kapabilitas akuntansi merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan usaha kecil dan menengah. Hal ini diperjelas oleh Philip (1977) bahwa banyak kelemahan dalam praktik akuntansi pada perusahaan kecil. William et all (1989) mengungkapkan kelemahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan dan overload standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan. Salah satu penerapan standar akuntansi yang mendasar yang diperlukan suatu usaha adalah penerapan siklus akuntansi. Penerapan kaidah-kaidah akuntansi dalam suatu usaha memiliki peranan penting. Kaidah ini sering terjabarkan dalam sebuah urutan atau sering disebut dengan siklus akuntansi. Siklus ini dimulai dari terjadinya transaksi, sampai penyiapan laporan keuangan pada akhir suatu periode. Walaupun dampak dari diabaikannya pengelolaan keuangan mungkin tidak terlihat secara jelas, namun tanpa penerapan siklus akuntansi yang efektif, usaha yang memiliki prospek yang cerah dapat menjadi bangkrut. Melalui penerapan siklus akuntansi yang baik, diharapkan sebuah UKM dapat mengetahui bagaimana perkembangan dan kesehatan usahanya, bagaimana struktur modalnya, berapa keuntungan yang diperoleh usahanya pada suatu periode tertentu. Hal ini sangat penting agar pelaku UKM dapat menilai secara pasti kinerja dan kesehatan usahanya. Bila dihubungkan dengan akuntansi itu sendiri, menurut Basuki (2000:174), pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami akuntansi sebagai: 1) alat hitung menghitung; 2) sumber informasi dalam pengambilan keputusan; 3) sampai ke pemikiran bagaimana akuntansi diterapkan sejalan dengan (atau sebagai bentuk pengamalan) ajaran agama. Bila dihubungkan dengan kelompok usaha kecil dan menengah tampaknya pemahaman terhadap
akuntansi masih berada pada tataran pertama dan kedua yaitu sebagai alat hitung-menghitung dan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan. Dari uraian tersebut jelas terlihat bahwa industri kecil dan menengah banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi akuntansi dengan baik, sedangkan penggunaan informasi akuntansi dalam sebuah usaha merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu usaha. Mengingat kondisi ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi dewasa ini, setiap usaha dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif yang akan mampu memenangkan persaingan. Melihat begitu pentingnya peranan penerapan siklus akuntansi bagi sebuah UKM, maka penelitian ini berusaha untuk melakukan kajian terhadap penerapan siklus akuntansi dalam operasional usaha skala kecil dan menengah. Penelitian ini dilakukan pada UKM di beberapa daerah Yogyakarta yang merupakan salah satu sentra usaha kecil dan menengah di Indonesia dimana terdapat lebih dari 18.000 usaha kecil dan menengah di Yogyakarta (Dinas Perindakop, Yogyakarta: 2006). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai penerapan siklus akuntansi pada UKM di beberapa daerah di Yogyakarta. Penulis mengambil judul : “ANALISIS PENERAPAN SIKLUS AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Dalam penelitian ini,
penulis juga akan membahas penerapan siklus akuntansi di ke tiga jenis usaha, yaitu usaha manufaktur, barang dan jasa.
1.2 Perumusan Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bentuk usaha yang memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan UKM boleh dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis. Mengingat besarnya kontribusi UKM terhadap perekonomian daerah dan nasional secara makro kontribusi UKM terhadap komoditas ekspor DIY bernilai Rp 2,5 triliun atau 60 % dan nilainya investasinya mencapai Rp 1,3 triliun (data BPS), seharusnya banyak pihak lebih peduli dan memahami permasalahan yang dihadapi UKM, menginggat adanya kesulitan para pelaku UKM di dalam mengelola keuangan melalui siklus akuntansi yang baik dan benar, serta mengetahui secara pasti perkembangan kinerja kesehatan usahanya. Hal ini dapat dilihat melalui penerapan kaidah-kaidah dalam siklus akuntansi yang merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kinerja dan kesehatan sebuah usaha. Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: 1. Apakah penerapan siklus akuntansi di UKM Yogyakarta sudah sesuai dengan kaidahkaidah siklus akuntansi yang benar ? 2. Manakah dari ke tiga jenis UKM di Yogyakarta yang pengelolaan keuangan dan penerapan akuntansinya dapat dikatakan sudah lebih baik ? 3. Jalan keluar manakah yang dapat ditempuh untuk membantu dan mendorong UKM sehingga mampu memgelola keuangannya sesuai dengan kaidah akuntansi yang baik dan benar ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diajukan, maka penelitian ini memiliki tujuan : 1. Untuk mengevaluasi penerapan siklus akuntansi di UKM Yogyakarta sudah sesuai dengan kaidah-kaidah siklus akuntansi yang benar. 2. Untuk mengevaluasi sekaligus membandingkan mana dari ketiga jenis UKM
yang
memiliki pengelolaan keuangan dan penerapan akuntansi yang lebih baik 3. Untuk mengevaluasi jalan keluar yang dapat ditempuh dalam upaya mendorong dan membantu para pelaku UKM dalam menerapkan pengelolaan keuangan sesuai dengan kaidah akuntansi yang baik dan benar.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Pengembangan teori, dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi disiplin ilmu akuntansi khususnya informasi akuntansi yang relevan bagi usaha kecil dan menengah. 2. Usaha yang diteliti, dapat dijadikan sebagai bahan informasi di dalam pengambilan keputusan bagi pemilik usaha, bahwa penerapan siklus akuntansi sangat berperan dalam kelangsungan usaha. 3. Pihak Lain, sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang meneliti hal yang sama, serta mendorong dilakukannya penelitian-penelitian tentang informasi akuntansi yang relevan bagi industri kecil dan menengah di masa yang akan datang. Semakin banyak penelitian di bidang ini diharapkan hasil dan temuan-temuan penelitian tersebut dapat digeneralisasi, dan riset bidang akuntansi khususnya siklus akuntansi.
1.5 Kerangka Berfikir Peranan UKM dalam perekonomian Indonesia dari awal memang sudah besar. Namun sejak terjadi krisis ekonomi, peranan UKM meningkat dengan tajam. Data dari BPS menunjukan bahwa persentase jumlah UKM dibandingakn jumlah total perusahaan pada tahun 2001 adalah 99,9%.Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor ini mencapai 99.4% dari total tenaga kerja. Bukti lain yang tidak dapat dipungkiri sebagai besarnya peranan UKM adalah sumbangannya pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi di Indonesia didukung oleh UKM (59.3%). Data-data tersebut menunjukkan bahwa peranan UKM dalam perekonomian Indonesia adalah sentral dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output.
UKM salah satu usaha yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Penerapan siklus akuntansi di UKM
UKM dapat mengetahui bagaimana perkembangan usahanya
Gambar 1.2 Kerangka Berfikir Penelitian
Sebagai sebuah bentuk usaha yang bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan
usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional, maka Usaha Kecil dan Menengah (UKM) perlu diberi perhatian agar para pelaku UKM tetap bertahan dalam menghadapi krisis. Permasalahan yang muncul adalah adanya indikasi bahwa para pelaku UKM memiliki kesulitan dalam mengelola keuangannya secara terstruktur melalui standar akuntansi, dimana salah satu standar akuntansi yang seharusnya diterapkan oleh para pelaku UKM adalah siklus akuntansi. Siklus akuntansi diharapkan dapat mempermudah para pelaku UKM dalam mengelola usahanya sekaligus dijadikan acuan dalam mengambil keputusan yang berguna dalam upaya mengembangkan usahanya.
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Akuntansi Menurut Eldon (2000:135), “akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan transaksi dan kejadian yang terjadi, paling tidak sebagian, bersifat keuangan dan dengan cara bermakna dan dalam satuan uang, serta menginterpretasikan hasil-hasilnya”. Skousen (2004:8) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: “akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif terutama yang mempunyai sifat keuangan dari suatu usaha ekonomi yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam memilih alternetif-alternatif dari suatu keadaan”. Pengertian akuntansi juga diungkapkan oleh Soemarso (2004:3), “akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi penting sehingga memungkinkan adanya pelaksanaan dan penilaian jalannya perusahaan secara efisien”.
Dari definisi-definisi diatas dapat dikatakan bahwa inti dari akuntansi adalah untuk memberikan informasi ekonomi suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Skousen (2004:6), beberapa ciri penting definisi akuntansi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Akuntansi memberikan suatu pelayanan vital dalam lingkungan bisnis dewasa ini. Studi akuntansi seharusnya tidak dipandang sebagai suatu latihan teoritis melainkan akuntansi diartikan merupakan suatu alat praktis. 2. Akuntansi pada dasarnya berhubungan dengan informasi keuangan kuantitatif yang digunakan dalam hubungannya dengan evaluasi kualitatif dalam membuat keputusan. 3. Informasi akuntansi digunakan dalam membuat keputusan mengenai bagaimana mengalokasikan sumber angka. Semakin bagus sistem akuntansi yang mengukur dan melaporkan biaya dengan sumber-sumber ini, semakin baik keputusan yang dibuat untuk mengalokasikannya. 4. Meskipun akuntan menempatkan penekanan banyak pada pelaporan yang telah terjadi, informasi masa lampau ini dimaksudkan agar bermanfaat dalam membuat keputusan ekonomi mengenai masa datang.
2.2 Tujuan Akuntansi Seperti telah disebutkan penulis diatas, inti dari akuntansi adalah memberikan informasi ekonomi, oleh karena itu perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, pengklasifikasian dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya dalam laporan keuangan.
Skousen (2004:8) mengungkapkan bahwa tujuan menyeluruh akuntansi adalah untuk memberikan informasi yang dapat digunakan didalam pembuatan keputusan ekonomi. Informasi akuntansi dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Pemilik Usaha Pemilik dari suatu usaha perlu mengetahui bagaimana keadaan keuangan usaha yang dimilikinya serta prospeknya di masa datang. 2. Kreditur Pihak kreditur perlu mengetahui keadaan keuangan suatu usaha sebelum memberikan pinjaman. Kreditur harus cermat dalam menilai kemampuan suatu usaha dalam hal pengembalian pinjaman dan sebagai pertimbangan apakah akan diberikan pinjaman lagi. 3. Pemerintah Pihak pemerintah membutuhkan informasi akuntansi untuk tujuan-tujuan perpajakan dan peraturan-peraturan lainnya. 4. Pihak-pihak lain Pegawai dan serikat pekerja perlu mengetahui mengenai stabilitas dan profitabilitas tempat mereka bekerja.
2.3 Siklus Akuntansi Menurut Soemarso (2004:90), “siklus akuntansi adalah tahap-tahap kegiatan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan sehingga siap untuk pencatatan transaksi periode berikutnya”.
Pengertian siklus akuntansi juga diungkapkan Manahan (2004), ”Siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu. Siklus ini dimulai dari terjadinya transaksi, sampai penyiapan laporan keuangan pada akhir suatu periode”. Apabila digambarkan, siklus akuntansi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Transaksi Usaha Pembuatan Bukti Asli Pencatatan dalam Buku Harian (Jurnal) Pencatatan ke Buku Besar dan Buku Tambahan Neraca Lajur Penyesuaian Laporan Keuangan Jurnal Penutup Neraca Saldo Setelah Penutup
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi
1. Transaksi Usaha Horngren (1997:13), “Transaksi usaha adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi keuangan dari suatu badan usaha dan juga sebagai hal yang handal/wajar untuk dicatat”. Transaksi ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen. 2. Pembuatan Bukti Asli Semua transaksi baik yang terjadi secara rutin atau tidak merupakan bahan untuk menyusun laporan keuangan dengan jalan mencatat dan mengolah transaksi itu lebih
lanjut. Yang termasuk dalam bukti asli itu adalah kwitansi, faktur (penjualan atau pembelian), nota bank (debet atau kredit), nota pengiriman dan penerimaan barang. 3. Pencatatan dalam Buku Harian (Jurnal) Horngren (1997:57), “Transaksi dicatat pertama kali yang disebut buku harian (Jurnal). Jurnal adalah suatu catatan kronologis dari transaksi entitas.” 4. Pencatatan ke Buku Besar dan Buku Tambahan Untuk memudahkan menyusun informasi yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang memerlukannya terutama pimpinan perusahaan maka perkiraan-perkiraan yang sudah dihimpun didalam buku harian tersebut harus pula dipisah-pisahkan atau digolongkan menurut jenisnya. Menggolongkan perkiraan menurut jenis perkiraan tersebut dinamakan menyusun buku besar besar itu merupakan penggolongan perkiraan menurut jenisnya. 5. Neraca Lajur Penyesuaian Setelah seluruh transaksi selama periode dibukukan di buku besar, dihitung. Setiap saldo masing-masing perkiraan dapat perkiraan akan memiliki saldo debet, kredit, atau nol. Neraca saldo adalah suatu daftar dari saldo-saldo perkiraan ini, dan karenanya menunjukkan apakah total debet sama dengan total kredit. Jadi suatu neraca saldo merupakan suatu alat untuk mengecek atas kecermatan pencatatan dan pembukuan.
6. Laporan Keuangan Cara penyiapan laporan keuangan yang terbaik adalah mempersiapkan laporan laba rugi terlebih dahulu, diikuti dengan laporan perubahan posisi keuangan dan terakhir adalah
neraca. Elemen penting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah: nama perusahaan, nama laporan, tanggal atau periode yang dicakup laporan, rangka laporan tersebut. 7. Jurnal Penutup Menurut Horngren (1997:199), “Jurnal Penutup adalah ayat jurnal yang memindahkan nilai sisa pendapatan, beban, dan pengambilan pribadi dari masing-masing perkiraan ke dalam perkiraan modal”. 8. Neraca Saldo Setelah Penutupan Siklus akuntansi akan berakhir dengan neraca saldo setelah penutupan. Neraca saldo setelah penutupan adalah pengujian terakhir mengenai ketepatan penjurnalan dan pemindah bukuan ayat jurnal penyesuaian dan penutupan. Seperti halnya neraca saldo yang terdapat pada awal pembuatan neraca lajur, neraca saldo setelah penutupan adalah daftar seluruh perkiraan dengan nilai sisanya. Langkah ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa buku besar berada pada posisi yang seimbang untuk memulai periode akuntansi berikutnya. Neraca saldo setelah penutupan diberi tanggal perakhir periode akuntansi dimana laporan tersebut dibuat.
2.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Di dalam UU No. 20/2008, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud didalam Undang-Undang, yaitu : a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang, yaitu : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). BPS juga membagi jenis UKM berdasarkan besarnya jumlah pekerja, yaitu: (a) kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja di bawah 3 orang termasuk tenaga kerja yang tidak
dibayar, (b) usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 - 9 orang, (c) usaha menengah, sebanyak 20-99 orang.
2.5 Kajian Penelitian Sejenis Penelitian-penelitian sebelumnya menekankan bahwa sebagian besar UKM di wilayah Depok telah menerapkan pembukuan, dan dari hasil pembukuan tersebut dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan usaha (Satwiki, 2007). Hasil penelitian Kristanti (2007) menunujukkan bahwa tujuan utama dari UKM menyusun laporan keuangan adalah untuk tujuan perencanaan dan pengambilan keputusan, sedangkan UKM mengalami kendala-kendala bila harus mengikuti prinsip-prinsip standar akuntansi yang diterima umum dalam menyusun laporan keuangan karena standar akuntansi tersebut lebih diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar. Penelitian-penelitian sejenis lainnya, menekankan bahwa biaya untuk menyiapkan informasi yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku melebihi potensi keuntungan yang dapat dicapai melalui peningkatan laporan keuangan (Gavin Reid; Julia Smith, 2007). Tidak ada kebutuhan mendasar untuk pengungkapan kepada publik terhadap informasi keuangan perusahaan kecil (Dang Duc Son, Neil Marriott and Pru Marriott, 2006). Hasil penelitian Devies (2007) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tampaknya memandang akuntansi dan prosedur pelaporan semata-mata hanya sebagai beban bagi mereka.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian Objek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah pelaku usaha kecil dan menengah
(UKM) yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan menitikberatkan terhadap kegiatan pengelolaan (siklus) akuntansinya, sehingga dapat diketahui sejauh mana para pelaku usaha kecil dan menengah menerapkan kaidah-kaidah siklus akuntansi dalam usahanya. Dengan meningkatnya jumlah unit usaha kecil dan menengah tahun 2008 sebesar 1,5% dari tahun sebelumnya, serta mampu menyerap tenaga kerja 3,5% pada tahun 2008 (Laporan Tahunan Disperindakop DIY, 2008), menunjukkan UKM di Daerah Istimewa Yogyakarta mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian DIY.
3.2
Data dan Variabel Terdapat dua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang dijadikan sumbernya. Untuk memperoleh data primer ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Menurut Effendy (2002:174) ”kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang harus diisi dan dikembangkan oleh responden”. Data sekunder (secondary data) merupakan data yang diperoleh dan digunakan sebagai data penunjang.
Dalam penelitian ini data didapat dari BPS, dan Disperindakop, seperti
kontribusi UKM terhadap perekonomian Indonesia, peranan UKM terhadap PDB, dan jumlah UKM.
3.3
Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam pengumpulan data atau informasi, penulis menggunakan teknik penelitian dengan cara mendatangi UKM-UKM yang bersangkutan secara langsung dengan pihak terkait guna mendapatkan data primer dan informasi yang akurat. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan cara: a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan lisan secara langsung. b. Kuesioner, teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan serangkaian pertanyaan tertulis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti kepada para responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama. Menurut Singarimbun (1995:152), Populasi adalah ”jumlah keseluruhan dari unit analisis, yaitu objek yang akan diduga”. Menurut Soehartono, (2000:57) ”Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dapat dianggap menggambarkan populasinya”. Populasi dalam penelitian ini adalah UKM di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 18.000 UKM (Dinas Perindakop, Yogyakarta). Dan untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan populasi, maka dalam penentuan
sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2004:108) sebagai berikut: N n = ————— 1 + N e² Dimana: n : ukuran sampel N: ukuran populasi e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang
masih dapat ditolerir. Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran 10%, maka dengan menggunakan rumus di atas diperoleh sampel sebesar:
18.000 n = ——————— = 99,45 = 100 Orang 1 + 18.000 (0.1)² Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple Random Sampling, menurut Kountur (2004:139), random sampling adalah cara pemilihan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu secara random (semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih) dimana jika sudah dipilih tidak dapat dipilih lagi. Berikut distribusi ke 100 responden: Tabel 3.1 Distribusi Jenis Usaha Nama Usaha Pakaian jadi Pernak- pernik Asessoris Kerajinan perak Industri makanan
Barang 8 14 10 -
Sektor Usaha Manufaktur 10 12
Jasa -
Kerajinan kayu Kerajinan anyaman Bengkel Salon Binatu Jasa lukis Jumlah
-
10
-
32
8 40
6 8 6 8 28
100
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu teknik pengumpulan data untuk penelitian yang didapat dari buku-buku, buku pelengkap, data-data dari jurnal, internet serta sumber lain yang relevan dengan penelitian.
3.3.1
Instrumen Penelitian Yang dimaksud instrumen dalam penelitian adalah alat untuk menghimpun data, yang
dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 4 bagian yaitu bagian pertama adalah data responden, bagian kedua mengenai profil umum usaha, bagian ketiga merupakan aspek keuangan umum usaha dan bagian keempat adalah aspek pengelolaan keuangan. Format kuesioner yang digunakan adalah: 1. Pertanyaan terbuka, yaitu kemungkinan jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas memberikan jawaban. Pertanyaan terbuka ini terdapat pada kuesioner bagian pertama yaitu mengenai data responden yang terdiri dari 3 pertanyaan. 2. Pertanyaan semi tertutup yaitu kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu namun responden tetap diberi kesempatan memberikan jawaban yang lain. Bagian pertanyaan kuesioner ini terdapat pada bagian kedua yaitu mengenai profil umum usaha yang terdiri dari 8 pertanyaan dan terdapat pada bagian ketiga mengenai aspek keuangan umum usaha yang terdiri dari 4 pertanyaan.
3. Pertanyaan tertutup, yaitu kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban yang lain. Bentuk pertanyaan yang diberikan menggunakan alternative jawaban “Ya” dan “Tidak”. Pertanyaan tertutup ini terdiri dari 9 pertanyaan yang terdapat pada kuesioner bagian keempat yaitu mengenai aspek pengelolaan keuangan.
3.3.2
Skala Pengukuran Menurut Muslimin (2002:28) Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang
diperlukan untuk mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variabel. Dalam pengolahan data hasil kuesioner penulis menggunakan skala Guttman, yaitu untuk jawaban “Ya“ diberikan skor satu, sedangkan untuk jawaban “Tidak“ diberikan skor nol dengan ketentuan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004:90) mengenai skala Guttman, ketentuannya adalah sebagai berikut: ∑Jawaban “Ya“ ————————— x 100% ∑Jawaban Kuesioner 0.00 - 0.25 = No association or low association (weak association) 0.25 - 0.50 = Moderately low association (moderately weak association) 0.51 - 0.75 = Moderately high association (moderately strong association) 0.76 - 1 = High association (strong association) up to perfect association Berdasarkan kriteria tersebut, jika dikaitkan dengan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: a. 0% - 25%, berarti pelaku UKM tidak menerapkan siklus akuntansi pada pengelolaan keuangan usahanya.
b. 26% - 50%, berarti pelaku UKM kurang menerapkan siklus akuntansi pada pengelolaan keuangan usahanya. c. 51% - 75%, berarti pelaku UKM cukup menerapkan siklus akuntansi pada pengelolaan keuangan usahanya. d. 76% - 100%, berarti pelaku UKM sangat menerapkan siklus akuntansi pada pengelolaan keuangan usahanya. 3.4 Validitas dan Reliabilitas 3.4.1 Validitas Pengukuran Menurut Singarimbun (1995:124), validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Uji validitas yang digunakan adalah koefisien korelasi itemtotal yang terkoreksi. Menurut Kaplan dan Saccuzo (1993 : 106) : “Suatu item pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0.300”. Untuk pengujian validitas instrumen penelitian yang berupa skor yang memliki tingkatan (ordinal), rumus yang digunakan adalah koefisien validitas dengan koefisien korelasi item-total. Dalam menghitung validitas pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini digunakan rumus Product Moment Pearson (validitas konstruk) sebagai berikut (Azwar, 2001:166) : rix S x − S i ri ( x−i ) = 2 2 S x + S i − 2rix Si S x
[
]
Dimana rix merupakan korelasi product Moment : rix 1 =
n Σ ix − Σ i Σ x ( n Σ i 2 − ( Σ i ) 2 )( n Σ x 2 − ( Σ x ) 2 )
Keterangan : rix
: korelasi antara instrumen pertanyaan secara keseluruhan
Si2
: Varians jawaban responden untuk instrumen ke i
Sx2
:Varians jawaban responden keseluruhan instrumen
∑X ∑i
:Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan instrumen
∑X
:Jumlah jawaban responden untuk instrumen ke – i 2
:Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan instrumen yang
dikuadratkan.
∑i
2
: Jumlah jawaban responden untuk instrumen ke – i yang dikuadratkan
Dasar pengambilan keputusan : 1) Jika r positif, serta r > 0,30 maka item pertanyaan tersebut valid. 2) Jika r tidak positif, serta r < 0,30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid. 3.4.2 Reliabilitas Pengukuran Menurut Singarimbun (1995:140) ”reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan”. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur, maka dilakukan uji coba (test dan retest) instrumen penelitian kepada sekelompok orang yang memiliki karakteristik relatif sama dengan responden penelitian. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Kaplan dan Saccuzo (1993:123) menyatakan : “Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700”. Menurut Azwar (2001:78), untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, penulis menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha, yaitu : 2 ⎡ k ⎤⎡ ∑ Si ⎤ α =⎢ ⎥ ⎢1 − S 2 ⎥ ⎣ k − 1⎦ ⎢⎣ ⎥⎦ x
Keterangan : k
∑S
: Jumlah Instrumen pertanyaan 2 i
: Jumlah varians dari tiap instrumen
S X2
: Varians dari keseluruhan instrumen
Dengan menggunakan metode diatas dan dibantu oleh SPSS versi 16 maka hasil yang diperoleh adalah pada aspek profil umum usaha didapat validitas P1 bernilai 0,646, P2 bernilai 0,512, P3 bernilai 0,875 dan P4 bernilai 0,559 (pada lampiran) maka pertanyaan ini valid karena semua skor diatas 0,30 dan uji reliabilitas ditunjukkan dengan Cronbach Alpha sebesar 0.801 (0,801 > 0,70 maka dianggap reliabel). Pada pertanyaan yang berkaitan dengan untuk mengukur validitas dari aspek keuangan umum usaha diperoleh masing-masing pertanyaan adalah P1 bernilai 0,341, P2 bernilai 0,722, P3 0,741 dan P4 bernilai 0,508 maka pertanyaan ini valid karena semua skor diatas 0,30 dan uji reliabilitas ditunjukkan dengan Cronbach Alpha sebesar 0.747 (pada lampiran) maka dianggap reliabel. Hasil untuk validitas dan reliabilitas pada aspek keuangan usaha adalah P1 bernilai 0,477, P2 bernilai 0,340, P3 bernilai 0,564, P4 bernilai 0,339, P5 bernilai 0,586, P6 bernilai 450, P7 bernilai 0,564 dan P8 bernilai 0,477 dan pada aspek pengelolaan keuangan usaha diperoleh sebesar 0,761 (pada lampiran) untuk reliabilitasnya dengan menggunakan Cronbach Alpha maka dianggap reliabel. Hasil pengujian validitas pada aspek pengelolaan keuangan, pada pertanyaan no.9 dihilangkan karena jawaban semua responden adalah sama sehingga tidak dapat di uji validitasnya. 3.5 Alat Analisis
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik - teknik sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Menurut Azwar (2001:126) ”analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai objek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti, dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis”. Teknik ini memaparkan data yang merupakan jawaban responden atas sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dalam kuesioner. Tujuannya adalah mempermudah dalam menganalisa dan memberi gambaran situasi secara jelas. Analisis deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mendeskriptifkan hasil kuesioner melalui bentuk grafik dan tabel-tabel dari hasil pengukuran variabel penelitian. 2. Analisis Statistik Inferensial Menurut Azwar (1998:132), ”analisis statistik inferensial ditujukan untuk mengambil kesimpulan dengan pengujian hipotesis”. Data dari kuesioner yang berupa data dalam skala ordinal terlebih dahulu diolah. Skor yang diperoleh dari setiap indikator ditransformasikan ke dalam skala Guttman. Data diolah dengan menggunakan program SPSS 16 (Statistic Program for Social Science) dengan uji Chi Square.
3. Analisis Komparatif Metode ini digunakan dalam menganalisis dan membandingkan penerapan siklus akuntansi di 3 (tiga) jenis UKM yang berbeda (manufaktur, barang dan jasa).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
4.1 Profil Singkat Objek Jumlah usaha kecil dan menengah (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta hingga tahun 2007 terdapat sebanyak 18.000 unit usaha dimana diantaranya 12.000 unit adalah usaha barang dan jasa, sisanya adalah usaha manufaktur sebanyak 6.000 unit. UKM di Propinsi Yogyakarta terbagi menjadi beberapa industri yang beragam, antara lain industri pengelolaan pangan yang mendominasi dari industri-industri lain sebesar 29, 75%, diikuti oleh industri sandang dan kulit sebesar 15, 54%. Lalu 21,65% dari industri kimia dan bahan bangunan, untuk industri kerajinan dan umum hanya terpaut sedikit dari kimia dan bahan bangunan yaitu sebanyak 21,4% dan industri logam dan jasa hanya terdapat 10,66% dari jumlah usaha keseluruhan (Dinas Perindakop, DIY). Dari data yang di dapat dari Disperindakop DIY, pada tahun 2004 , secara makro kontribusi UKM terhadap komoditas ekspor DIY bernilai 2,5 triliun rupiah atau 60% dan nilai investasinya mencapai 1,3 triliun rupiah. Pada tahun 2007, empat UKM dari propinsi DIY terpilih menjadi eksportir berprestasi tingkat nasional, hal ini cukup membanggakan dikarenakan dari ribuan eksportir di Indoensia hanya 29 perusahaan yang ditetapkan sebagai eksportir berprestasi, termasuk didalamnya UKM yang berasal dari Yogyakarta.
4.2 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang pengelola UKM di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dapat diketahui gambaran responden sebagai berikut:
Data Responden
60 50 40
56 44
Jum lah 30 20 10 0 Pria
Wanita
Jenis Kelam in
Sumber: diolah dari data angket Gambar 4.1 Jenis Kelamin Responden Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden adalah 100 orang, dengan jumlah responden pria 56 orang (56%) dan sisanya 46 orang (46%) adalah wanita. Persentase laki-laki dan perempuan tidak berbanding jauh dan dapat diartikan tingkat partisipasi perempuan dalam dunia UKM relatif besar. Apabila ditinjau dari tingkat pendidikan, maka dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan pengelola UKM yang menjadi responden adalah SMU sebesar 48 orang (48%), dan responden yang berpendidikan sampai SLTP sebanyak 25 orang (25%), sedangkan yang berpendidikan sampai SD adalah 19 orang (19%) dan hanya terdapat 8 orang (8%) responden yang berpendidikan Sarjana. Data responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
50 45 40 35 30 48
Jum lah 25 20 15 10
25 19 8
5 0 SD
SLTP
SMU
S1
Pendidikan
Sumber: diolah dari data angket Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan Responden
4.2.1
Profil Umum Usaha Ditinjau dari bentuk usaha UKM, bentuk usaha perseorangan sangat mendominasi
dibandingkan dengan bentuk usaha lainnya yaitu sebesar 91% (91 UKM) dan hanya 9 UKM (9%) yang berbentuk CV. Hal tersebut dapat lebih jelas dilihat dalam gambar 4.3 dibawah ini.
100 90 80 70 60 50
91
40 30 20 10
0
0 Perseorangan
Firma
9 CV
0 PT
Sumber: diolah dari data angket Gambar 4.3 Bentuk Usaha Responden Berdasarkan hasil jawaban responden, rata-rata UKM yang sudah beroperasi selama lebih dari 5 tahun sebayak 46 UKM atau mencapai 46%, untuk kisaran 1 tahun sampai dengan 5 tahun
sebesar 32 UKM (32%) dan yang baru saja merintis usahanya selama kurang dari 1 tahun sebanyak 22 UKM (22%).
50 45 40 35 30 46
Jum lah 25 20
32
15
22
10 5 0 <1thn
1-5 thn
>5 thn
Lam anya Us aha
Sumber: diolah dari data angket Gambar 4.4 Lama Usaha Responden Berdasarkan jenis usaha, terlihat bahwa manufaktur paling mendominasi yaitu sebanyak 40 usaha (40%) lalu diikuti dengan jenis usaha dagang sebanyak 32 usaha (32%) dan jasa sebanyak 28 usaha (28%). Ini menunjukkan bahwa manufaktur lebih maju karena banyaknya UKM yang bergerak di sektor pengolahan (manufaktur).
40 35 30 25 Jum lah 20
40 32
28
15 10 5 0 Dagang
Manuf aktur
Jasa
Se k tor Us aha
Sumber: diolah dari data angket Gambar 4.5 UKM berdasarkan Jenis Usaha Dilihat dari izin usaha responden, diketahui bahwa sebanyak 53% telah memiliki izin usaha, dan sisanya sebanyak 47% belum memiliki izin usaha, dari jawaban yang responden berikan diketahui alasan kenapa mereka belum memiliki izin usaha dikarenakan mereka
menemui kesulitan dengan prosedur perizinan yang berbelit-belit, sebagian dari mereka juga masih menganggap bahwa izin usaha belum dianggap penting selama mereka masih bisa menjalankan usahanya.
53 52 51 50 53
49 Jum lah
48 47 47
46 45 44 Ada
Tidak Izin Usaha
Sumber: diolah dari data angket Gambar 4.6 Izin Usaha Pelaku UKM
Dari segi permodalan, dapat diketahui bahwa jumlah modal awal UKM bervariasi, namun persentase terbesar terletak pada UKM dengan modal awal sebesar 1 – 5 Juta sebesar 38%. Data dari Disperindakop DIY membenarkan bahwa UKM di dominasi oleh UKM berskala kecil dengan modal awal kecil, namun UKM inilah yang mampu bertahan dengan baik di tengah krisis yang tengah melanda.
40 35 30 25 38
Jum lah 20 15
28 22
10 12 5 0 < 1 Juta
1 - 5 Juta
6 - 20 Juta
M odal Aw al
Sumber: diolah dari data angket
> 20 Juta
Gambar 4.7 Modal Awal Pelaku UKM Dari total responden yang ada, sebagian besar responden sebagai pelaku UKM melakukan pengelolaan keuangannya secara sendiri yaitu sebesar 85%, namun masih ada sebesar 6% responden yang menyerahkan pengelolaan keuangannya kepada pihak lain, baik teman sendiri maupun yang menggunakan jasa akuntan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wichman (1983), bahwa pengetahuan pemilik usaha yang rendah menyebabkan perusahaan kecil dan menengah menggunakan jasa konsultan atau akuntan publik dalam penyediaan informasi akuntansi
80 70 60 50 Jum lah
40
71
30 20 20
10
9
0 Sendiri
Sanak saudara
Orang Lain
Pe nge lola Uang
Sumber: diolah dari data angket Gambar 4.8 Pengelola Uang Usaha Responden 4.2.2
Pengelolaan Keuangan UKM Dari hasil jawaban responden melalui kuesioner yang disebar ke 100 UKM, diketahui
sejauh mana pengertian dan pengetahuan para pelaku UKM terhadap akuntansi pada umumnya dan siklus akuntansi pada khususnya. Hal ini diperoleh dari jawaban responden pada aspek pengelolaan keuangan UKM yang terdapat pada kuesioner. Tabel 4.1 Responden Mengenal Istilah Siklus Akuntansi n=100 Mengenal Siklus Akuntansi Frekuensi Persentase Ya
8
8%
Tidak
92
92%
Jumlah
100
100%
Sumber: diolah dari data angket, pertanyaan no. 1 Dari tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa hampir semua responden sebegai pelaku UKM sebesar 92% belum mengenal istilah siklus akuntansi. Hal ini mungkin disebabkan oleh latar belakang pendidikan responden yang sebagian besar (48%) hanya tamatan SLTA. Tabel 4.2 Pencatatan Saat Transaksi n=100 Pencatatan Saat Terjadi Transaksi
Frekuensi
Persentase
Ya
46
46%
Tidak
54
54%
Jumlah
100
100%
Sumber: diolah dari data angket, pertanyaan no. 2 Dari tabel 4.2 terlihat dari segi pencatatan setiap terjadinya transaksi, dari 100 responden hanya berbanding sedikit antara responden yang tidak melakukan pencatatan lebih banyak sebesar (8%) dari
responden yang melakukan pencatatan (46%). Hasil ini memberikan
kecenderungan bahwa masih banyak pelaku UKM yang belum melakukan pencatatan saat terjadinya transaksi, dimana pencatatan merupakan tahap awal yang sangat mendasar dalam proses siklus akuntansi itu sendiri. Tabel 4.3 Bukti Transaksi Pada Setiap Transaksi Usaha n=100 Bukti Transaksi Frekuensi Persentase Ya
67
67%
Tidak
33
33%
Jumlah
100
100%
Sumber: diolah dari data angket, pertanyaan no. 3
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden memiliki bukti transaksi pada setiap transaksi usahanya. Sebesar 67% responden memiliki bukti transaksi untuk setiap transaksi usaha yang dilakukannya, sedangkan sisanya tidak memiliki bukti transaksi. Tabel 4.4 Responden Mengerti Istilah Neraca Penyesuaian n=100 Responden Mengerti Istilah Neraca Penyesuaian
Frekuensi
Persentase
Ya
5
5%
Tidak
95
95%
Jumlah
100
100%
Sumber: diolah dari data angket, pertanyaan no. 4 Besarnya responden yang memilih jawaban ’Tidak’ ketika responden diajukan pertanyaan mengenai pengetahuan istilah neraca penyesuaian menggambarkan sangat terbatasnya pengetahuan responden terhadap akuntansi secara menyeluruh. Sebesar 95% menjawab tidak mengerti istilah neraca penyesuaian, sebagaimana terlihat jelas pada tabel 4.4 di atas.
Tabel 4.5 Perhitungan Transaksi Setiap Bulan n=100 Perhitungan Setiap Bulan Frekuensi Persentase Ya
45
45%
Tidak
55
55%
Jumlah
100
100%
Sumber: diolah dari data angket, pertanyaan no. 5
Dari tabel 4.5 tergambar jelas bahwa perbandingan para pelaku UKM yang melakukan perhitungan transaksi setiap bulannya 45:55 dimana 45% responden melakukan perhitungan transaksi dan sisanya sebesar 55% tidak melakukan perhitungan transaksi.
Tabel 4.6 Responden Membuat Laporan Periodik n=100 Laporan Periodik Frekuensi Persentase Ya
8
8%
Tidak
92
92%
Jumlah
100
100%
Sumber: diolah dari data angket, pertanyaan no. 7 Persentase responden yang membuat laporan periodik hanya 8%, dan sebesar 92% tidak melakukan laporan periodik. Laporan periodik berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui keadaan suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Tabel 4.7 Distribusi Skor Aspek Pengelolaan Keuangan Skor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
1 92 54 33 95 55 7 92 94 3
8 46 67 5 45 93 8 6 97
Jumlah 8 46 67 5 45 93 8 6 97
Rata-rata 0.08 0.46 0.67 0.05 0.45 0.93 0.08 0.06 0.97 0.42
Dari tabel 4.7 di atas, setelah memberi skor dan menjumlahkan 9 pertanyaan yang terdapat pada aspek pengelolaan keuangan, dimana penulis memberikan skor 1 untuk setiap jawaban ’Ya’ dan skor 0 untuk setiap jawaban ’Tidak’, maka hasil rata-rata yang didapat adalah skor tertimbang sebesar 0.42 dimana mengacu pada Skala Guttman angka tersebut berada pada moderately low associaton (moderately weak association) yang menunjukkan bahwa penerapan siklus akuntansi melalui aspek pengelolaan keuangan di UKM Daerah Istimewa Yogyakarta masih kurang.
Gambar 4.9 Perbandingan Penerapan Siklus Antar Sektor Usaha Dapat dilihat dari gambar 4.9 diatas, manufaktur lebih mendominasi 3% dari sektor jasa dan 2% dari sektor barang. Ini menunjukkan manufaktur lebih baik dalam menerapkan siklus akuntansi di dalam usahanya dibandingkan sektor barang dan jasa, karena manufaktur lebih detail dalam mengelola keuangan usahanya agar tetap terkoordinir dari awal proses sampai terbentuknya suatu barang, tetapi untuk keseluruhan penerapan siklus akuntansi mereka belum menerapkan di dalam usahanya dikarenakan tidak didukungnya latar belakang pendidikan para pelaku UKM dan fasilitas dalam hal ini suatu lembaga yang secara gratis memberikan penyuluhan dan pelatihan langsung mengenai siklus akuntansi dan keuntungan menerapkannya di dalam usahanya. Berdasarkan hasil jawaban responden didapat alasan mereka belum menerapkan siklus akuntansi dalam usaha mereka dimana mereka beranggapan bahwa pengetahuan mereka yang
terbatas mengenai akuntansi menjadikan para pelaku UKM menganggap menerapkan siklus akuntansi kedalam usaha mereka adalah hal yang rumit dan sulit. Penulis menggunakan uji statistik chi square untuk mengetahui apakah ada saling tergantung antara alasan atau penyebab responden dengan belum atau tidak diterapkannya siklus akuntansi, penulis menggunakan uji statistik Chi Square dengan menggunakan SPSS versi 16. Didapat hasil 92,299 sebagai valuenya dengan tigkat signifikansi 0,000 (lampiran), yang mengambarkan bahwa adanya saling ketergantungan antara anggapan para pelaku UKM bahwa siklus akuntansi adalah sesuatu yang rumit dan sulit dengan menjadikan para pelaku UKM belum menerapkan siklus akuntansi.
4.3 Analisis Hasil dari jawaban responden yang diambil dari aspek pengelolaan keuangan responden dijadikan acuan untuk mengetahui penerapan siklus akuntansi UKM di Yogyakarta. Persentase sebesar 92% responden belum mengenal istilah siklus akuntansi, hal ini menggambarkan bahwa memang para pelaku UKM memiliki pengetahuan yang amat terbatas mengenai akuntansi, akan tetapi sebesar 46% melakukan pencatatan transaksi dan 67% memiliki bukti transaksi untuk setiap transaksi usahanya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa walaupun para pelaku UKM tidak mengerti tentang istilah siklus akuntansi, tetapi sebagian dari mereka secara tidak sadar telah melakukan tahap-tahap awal yang mendasar tentang penerapan siklus akuntansi. Hanya ketika responden diajukan pertanyaan mengenai neraca penyesuaian sebesar 95% menjawab tidak mengerti, dan hanya 45% yang laporan perhitungan setiap bulan dan 8% yang membuat laporan periodik. Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap para pelaku UKM sebagai responden dalam penelitian ini, diketahui bahwa alasan mereka melakukan pencatatan dan bukti
transaksi adalah agar lebih jelas transaksi-transaksi yang terjadi sedangkan alasan mereka tidak membuat perhitungan setiap bulannya dan laporan periodik adalah karena mereka telah melakukannya saat akhir hari. Para pelaku UKM juga mengakui bahwa latar belakang pendidikan mereka serta tidak adanya pelatihan dan sosialisasi mengenai akuntansi membuat pengetahuan mereka tentang akuntansi menjadi sangat terbatas. Hasil skor tertimbang yang didapat dari distribusi skor adalah sebesar 0.42, dimana mengacu pada skala Gutman yang telah penulis ungkapkan di bab sebelumnya berada pada level Moderately low association (moderately weak association), hal ini menggambarkan bahwa penerapan siklus akuntansi di UKM Yogyakarta cukup lemah sehingga bila dikaitkan dengan penelitian maka dapat dikatakan bahwa UKM-UKM diYogyakarta kurang menerapkan siklus akuntansi saat menjalankan usahanya. Penulis juga menggunakan uji statistik chi square untuk menguji independensi antara profil UKM dengan penerapan siklus akuntansi oleh para pelaku UKM. Dari hasil uji chi-square yang telah dilakukan, terlihat bahwa lamanya usaha saling tergantung dengan penggunaan informasi akuntansi, dimana didapat hasil 20,723 sebagai valuenya dengan tigkat signifikansi 0,000 (lampiran) yang mengindikasikan bahwa lamanya usaha saling tergantung dengan penerapan siklus akuntansi UKM, semakin lamanya suatu usaha berjalan dapat dijadikan satu acuan untuk melihat perkembangan usahanya. Pengalaman usaha bagi para pelaku UKM dapat dijadikan sebagai upaya pembelajaran tentang informasi apa yang dibutuhkan dan digunakan dalam pengambilan keputusan menyangkut usaha yang dijalankannya. Dari lamanya usaha berjalan, seharusnya para pelaku UKM dapat menilai hal-hal yang kurang dan perlu diperbaiki termasuk perlunya penerapan siklus akuntansi dalam menjalankan usahanya mengingat tingkat persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kebutuhan akan akses informasi akuntansi
termasuk didalamnya penerapan siklus akuntansi sebagai salah satu indikator kesehatan usaha semakin meningkat. Menurut hasil penelitian Nichols dan Holmes (1988), lamanya suatu usaha beroperasi berdasarkan pada bisnis yang sudah dijalankan akan mengindikasikan kebutuhan akan informasi akuntansi sangat diperlukan, semkin lama sebuah usaha berjalan, informasi akuntansi akan semakin dibutuhkan karena kompleksitas usaha juga semakin tinggi. Penulis juga menguji independensi apakah adanya saling tergantung antara jenis usaha dengan penerapan siklus akuntansi. Hasil yang diperoleh menggambarkan bahwa saling tergantung yang cukup signifikan antara jenis usaha dengan penerapan siklus akuntansi, dimana didapat hasil 17,799 sebagai valuenya dengan tingkat signifikansi 0,001 (lampiran) yang berarti antara jenis usaha mempunyai ketergantungan dengan penerapan siklus akuntansi. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Holmes dan Nichols (1988), dimana jenis usaha mempunyai efek terhadap persiapan dan penggunaan informasi akuntansi, sehingga hal ini memperlihatkan bahwa sektor usaha mempengaruhi jumlah informasi akuntansi yang diperlukan dalam operasional suatu usaha. Penelitian yang sama juga menggambarkan bahwa jenis usaha manufaktur membutuhkan informasi akuntansi yang lebih lengkap dan menyeluruh dari pada jenis usaha yang lain. Hasil uji statistik didapat hasil 37,896 sebagai valuenya dengan tingkat signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa penerapan siklus akuntansi tergantung dengan latar belakang pendidikan pelaku UKM, dengan kata lain pendidikan terterima di dalam penerapan siklus akuntansi. Dari hasil kuesioner yang telah disebar, sebesar 48% berlatar pendidikan tamatan SMU/sederajat. Rendahnya tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap pengetahuan para pelaku UKM terhadap pengetahuan akuntansi. Wichman (1984) menjelaskan bahwa terjadinya permasalahan
dalam penerapan akuntansi karena kurangnya pengetahuan pemilik usaha tentang akuntansi. Hal yang sama juga diungkapkan Peacock (1985) bahwa rendahnya pengetahuan akuntansi pemilik usaha menyebabkan banyak usaha yang mengalami kegagalan. Hasil penelitian Sahari, Yahya dan Haron (2004) menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi wirausaha mempunyai pengaruh positif
terhadap
penggunaan
informasi
akuntansi.
Hasil–hasil
penelitian
tersebut
menggambarkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan menjadikan akuntansi sebagai hal yang sulit diterapkan pelaku UKM ke dalam usaha yang dijalankannya. Dari hasil uji statistik yang penulis lakukan untuk mengetahui apakah adanya saling tergantung antara izin usaha dengan penerapan siklus akuntansi menghasilkan 0,719 sebagai valuenya dengan tigkat signifikansi 0,698 dimana hal tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa tidak saling tergantung atau bersifat independen antara ada atau tidak adanya izin usaha terhadap penerapan siklus akuntansi UKM-UKM yang bersangkutan. Sebesar 53% responden memiliki izin usaha, dan sisanya tidak memiliki izin usaha. Para pelaku UKM mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mendapatkan izin usaha dikarenakan mereka harus menemui prosedur yang berbelit-belit, sehingga mereka memutuskan untuk menjalani usahanya tanpa izin usaha, Disperindakop Yogyakarta juga mengakui bahwa masih terdapat ribuan unit UKM tidak formal yang belum memiliki izin usaha. Dari ketiga jenis usaha yang penulis jadikan sampel untuk penelitian ini, diketahui bahwa jenis usaha manufaktur yang paling menerapkan siklus akuntansi (35%), hasil ini didapat dari jawaban responden melalui kuesioner dimana penulis telah memisahkan terlebih dahulu ketiga jenis usaha sehingga memudahkan penulis dalam melihat hasil jawaban masing masing jenis usaha tersebut. Hasil ini kurang lebih sama dengan hasil penelitian Holmes dan Nicholls (1988), dimana hasil penelitian memperlihatkan bahwa sektor usaha mempengaruhi jumlah informasi
akuntansi yang disiapkan dan digunakan oleh jenis usaha. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis usaha manufaktur membutuhkan jenis informasi akuntansi dimana termasuk di dalamnya siklus akuntansi yang lebih lengkap dan menyeluruh dibanding jenis usaha yang lain. Dari hasil kuesioner yang sudah disebar, diketahui bahwa sebagian besar pelaku UKM berlatar belakang pendidikan tamatan SMA, jika dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian yang sudah ada maka seharusnya usaha manufaktur membutuhkan informasi akuntansi yang lengkap dan menyeluruh, namun kondisi tersebut tidak di dukung dengan latar belakang pendidikan sebagian besar pelaku UKM yang relatif rendah sehingga menyebabkan mereka belum mengenal siklus akuntansi dengan baik yang dapat dilihat dari hasil jawaban responden yang hanya mengatahui dan melakukan tahap siklus akuntansi sampai perhitungan transaksi saja setiap bulannya. Hasil penelitian ini kurang lebih sama dengan hasil penilaian Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta terhadap UKM-UKM di lingkungan Yogyakarta, Dekranasda mengungkapkan bahwa pembukuan para pengrajin dan Usaha Kecil Menengah tidak baik, tidak adanya pembukuan tentang transaksi, kebutuhan bahan baku dan lain-lain membuat sebuah usaha tidak dapat dipantau kemajuannya. Pembukuan merupakan bukti otentik kemajuan sebuah usaha, dan kemajuan usaha itu tidak bisa hanya diucapkan tanpa ada bukti otentik, tidak adanya bukti otentik membuat investor atau pihak perbankan enggan untuk mengucurkan dana guna memperkuat modal UKM. Hal inilah yang sebagian besar menimpa para pelaku UKM saat ini, mereka membutuhkan sosialisasi dan pelatihan mengenai akuntansi sehingga mereka bisa memantau kinerja usahanya sekaligus mengembangkan usahanya ke arah lebih baik jika telah memiliki pengelolaan keuangan yang baik dan sesuai standar.
4.4 Kaitan Dengan Penelitian Sejenis
Dari hasil penelitian sejenis yang telah penulis ungkapkan di bab 2, diketahui tujuan dan hasil dari diterapkannya standar akuntansi baik dari sekedar pembukuan maupun sampai laporan keuangan. Penelitian Satwiki pada 2007 dengan lokasi penelitian di Depok menghasilkan bahwa sebagian besar UKM di wilayah Depok telah menerapkan pembukuan, dan dari hasil pembukuan tersebut dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan usaha . Hasil penelitian Kristanti pada 2007 menunujukkan bahwa tujuan utama dari UKM menyusun laporan keuangan adalah untuk tujuan perencanaan dan pengambilan keputusan, sedangkan UKM mengalami kendala-kendala bila harus mengikuti prinsip-prinsip standar akuntansi yang diterima umum dalam menyusun laporan keuangan karena standar akuntansi tersebut lebih diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar. Penelitian-penelitian sejenis lainnya, menekankan bahwa biaya untuk menyiapkan informasi yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku melebihi potensi keuntungan yang dapat dicapai melalui peningkatan laporan keuangan, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Gavin Reid; Julia Smith pada tahun 2007. Hasil penelitian Devies pada tahun yang sama menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tampaknya memandang akuntansi dan prosedur pelaporan semata-mata hanya sebagai beban bagi mereka. Hasil - hasil penelitian tersebut memiliki kecenderungan yang kurang lebih sama dengan hasil penelitian penulis, dimana siklus akuntansi bagi para pelaku UKM belum dapat diterapkan sepenuhnya, pemilik UKM masih menganggap standar akuntansi adalah hal yang rumit ditambah pemgetahuan mereka yang sangat terbatas menambah daftar alasan kenapa mereka belum atau tidak menerapkan siklus akuntansi pada pengelolaan usaha mereka.
Bagi sebagian para pemilik UKM, penerapan standar akuntansi belum menjadi hal yang krusial bagi kelangsungan usaha mereka, standar akuntansi melalui penerapan siklus akuntansi merupakan hal yang dipandang rumit dan masih dianggap sebagai sesuatu yang belum terjangkau oleh para pelaku UKM yang sebagian besar berlatar belakang pendidikan rendah. Pemikiran mereka tentang siklus akuntansi juga selain rumit mereka juga harus menyiapkan biaya tambahan untuk menerapkannya.
BAB V KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta analisis dan pembahasan yang telah diuraikan penulis pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut sekaligus menjawab masalah pokok penelitian dimana peneliti ingin mengetahui sejauh mana penerapan siklus akuntansi di UKM daerah Yogyakarta dan membandingkan dari ketiga jenis usaha yang ada manakah yang paling menerapkan siklus akuntansi. 1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan pada UKM di Yogyakarta masih jauh dari kaidah dan siklus akuntansi. Dari hasil skor tetimbang sebesar 0.42 (Moderately low association (moderately weak association) pada skala Guttman diketahui bahwa penerapan siklus akuntansi di UKM Yogyakarta masih kurang. Pengelolaan keuangan para pelaku UKM hanya sampai pada tahap pencatatan transaksi sebesar 46% dan sebesar 67% yang memiliki bukti transaksi pada setiap transaksi usahanya dan hanya 45% yang melakukan perhitungan transaksi setiap bulannya.
2
Diketahui bahwa jenis usaha yang lebih baik menerapkan kaidah siklus akuntansi adalah usaha manufaktur sebesar 35%, karena dari segi pencatatan usaha manufaktur mencapai 22% dibanding usaha barang sebesar 16% dan jasa 8%, dari segi perhitungan usaha manufaktur mencapai jauh lebih banyak dibanding usaha barang sebesar 14% dan jasa 9% yaitu sebesar 22%.
3
Para pelaku UKM menginginkan adanya bantuan dari pihak terkait dalam hal sosialisasi dan pelatihan mengenai akuntansi terutama dalam hal pembukuan di mana siklus akuntansi terdapat di dalamnya, sehingga nantinya mereka mampu mengembangkan usaha mereka.
4
Dari hasil statistik Uji Chi Square diketahui bahwa mempunyai ketergantungan atau saling tergantung dengan nilai yang cukup siginifikan antara alasan yang dijadikan penyebab dengan kurang diterapkannya siklus akuntansi di UKM daerah Yogyakarta, sebagian besar pelaku UKM di Yogyakarta masih menganggap bahwa penerapan siklus akuntansi adalah hal yang sulit sekaligus rumit, mengingat latar belakang pendidikan para pelaku UKM yang tergolong rendah. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan chi square, diketahui pula bahwa saling tergantung yang signifikan antara latar belakang pendidikan, lamanya usaha serta jenis usaha UKM terhadap penerapan siklus akuntansi.
5.2.Saran Dari kesimpulan yang telah peneliti uraikan sebelumnya, berikut saran yang dapat peneliti sampaikan yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para pelaku UKM di Yogyakarta dalam menjalankan kegiatan usahanya terutama dalam aspek pengelolaan keuangan:
1. Dalam upaya mempermudah para pelaku UKM untuk mengetahui perkembangan dan kesehatan usaha yang dijalankannya, sebaiknya para pelaku UKM lebih memperhatikan sistem pengelolaan keuangan yang telah ada dengan memasukkan penerapan siklus akuntansi sebagai salah satu alat untuk mengukur kinerja dan kesehatan usahanya. 2. Diharapkan, para pelaku UKM dapat lebih terbuka dan mengupayakan adanya kerja sama dengan pihak terkait dalam hal ini agar dapat membantu pemilik UKM menjalankan usahanya melalui upaya pengelolaan keuangan dengan menerapkan standar akuntansi melalui penerapan siklus akuntansi di dalamnya, mengingat dewasa ini banyak tersedia jasa penyusunan laporan keuangan untuk usaha skala kecil dan menengah. Selain itu banyak pihak terkait seperti Disperindakop, LSM, Diskrenada atau pihak lain yang menaruh perhatian terhadap perkembangan UKM yang diharapkan mampu secara konkret memberikan bantuan terhadap para pelaku UKM dalam menghadapi permasalahan pengelolaan keuangan, baik melalui pelatihan-pelatihan akuntansi yang telah ada agar yang lebih dikembangkan atau melalui perwujudan rencana untuk membuat software accounting sederhana yang ditujukan untuk para pelaku UKM yang berlatar pendidikan rendah dan mengalami kesulitan dalam hal pengelolaan keuangan, yang diharapkan mampu menjadi jalan keluar bagi para pelaku UKM.
DAFTAR PUSTAKA A.R Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, Salemba Empat, Jakarta, 2004 Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting Edisi 8, BPFE, Jakarta, 2004
Basuki, Sosialisasi Profesi Akuntan dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah: Suatu Pendekatan Teoritis dan Historis, Majalah Ekonomi, Tahun X, No. 3, 2000 Hendriksen, Eldon, Teori Akuntansi. Buku I. Edisi 5, Interaksara, Batam, 2000 Jusup, Al Haryono, Dasar-dasar Akuntansi, Edisi ke 6, SYIE YKPN, Yogyakarta, 2001 Hadibroto, S.; Dachnial Lubis [dan] Sudardjat Sukadam, Dasar – dasar Akuntansi, Cetakan Ke delapan, LP3ES, Jakarta, 1991 Horngren, Charles T.[et.al], Akuntansi di Indonesia, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 1997 Indriantoro, Nur, Metodologi Pelatihan Bisnis, BPFE, Yogyakarta, 1999 Kaplan and Saccuzo, Psychological Testing, Brooks pub, California, 1993 Kountur, Ronny, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, penerbit PPM, Jakarta, 2004 Muslimin, Metode Penelitian di Bidang Sosial, Malang: Bayu Media UMM Press, Jakarta, 2002 Niswonger, C. Rollin; Philip E. Fess, [and] Carl S. Warren, Prinsip-prinsip Akuntansi, Terjemahan Marianus Sinaga, Edisi 14, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1992 Saifudin, Azwar , Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2001 Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Parametrik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000 Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1995 Skausen, Stice, Stice. Intermediate Accounting, Edisi I, Salemba Empat, Jakarta, 2004. Smith, Jay M. [and] K. Fred Skousen, Intermediate Accounting, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1994 Sinuraya, Selamat, Pengantar Ilmu Akuntansi, Jilid 1, Adeputera, Medan, 1990 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, penerbit Alfabeta, Bandung, 2004 Umar, Husein, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004