ANALISIS PEMILIHAN CARA KONTRASEPSI DALAM UPAYA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI JAWA TIMUR DENGAN PERMODELAN REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL Nama Mahasiswa Nrp Jurusan Dosen Pembimbing
: Respati Yekti Wibowo : 1306 100 003 : Statistika FMIPA-ITS : Ir. Mutiah Salamah, M.Kes.
ABSTRAK Masalah kependudukan berupa kepincangan antara pertumbuhan penduduk dan ketersediaan kebutuhan hidup merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Usaha untuk mengatasi masalah kependudukan tersebut adalah dengan program Keluarga Berencana. Metode kontrasepsi dalam KB yang digunakan oleh mayoritas wanita di Jawa Timur adalah metode kontrasepsi modern. Pemilihan metode kontrasepsi KB yang digunakan diduga dipengaruhi oleh usia, domisili, pendidikan, status pekerjaan, jumlah anak yang hidup, kunjungan PLKB dan petugas kesehatan. Untuk mengetahui hubungan antara jenis metode kontrasepsi dan dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat digunakan regresi logistik multinomial dimana data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data SDKI 2007. Pemodelan regresi logistik multinomial individu terhadap metode kontrasepsi diketahui bahwa dari 8 variabel prediktor yang diduga berpengaruh terdapat 5 variabel yang signifikan yaitu domisili, pendidikan istri dan suami, jumlah anak yang hidup dan kunjungan petugas kesehatan. Pemodelan regresi logistik multinomial secara serentak menunjukkan bahwa variabel domisili, pendidikan istri dan pendidikan suami berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode kontrasepsi tradisional, sedangkan variabel jumlah anak yang hidup, kunjungan petugas kesehatan dan pendidikan istri berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode kontrasepsi modern. Kata-kata kunci : regresi logistik multinomial, metode kontrasepsi, keluarga berencana, SDKI 2007, 1.
Pendahuluan Masalah kependudukan adalah suatu masalah yang dihadapi semua bangsa, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan tersebut adalah perkembangan penduduk. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang menaruh perhatian terhadap perkembangan penduduk. Teori-teori tersebut pada hakekatnya mencari pemecahan tentang perkembangan penduduk yang cenderung meningkat lebih cepat dari pada kebutuhan hidup. Untuk mengurangi kegoncangan dan kepincangan terhadap perbandingan antara penduduk dan kebutuhan hidupnya, maka salah satu usaha yang dilaksanakan adalah dengan pengendalian jumlah kelahiran. Usaha pengendalian jumlah kelahiran ini di Indonesia terlaksana melalui program Keluarga Berencana (KB) yang telah mulai dicanangkan pemerintah sejak akhir 1970'an. KB merupakan salah satu bagian dalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial yang perlu mendapatkan perhatian, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari peserta KB dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Saifuddin, 2003). Penelitian ini dikhususkan pada wilayah Jawa Timur dikarenakan Jawa Timur merupakan propinsi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 36 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar maka perlu diteliti bagaimana pelaksanaan program KB dimana didalaamya terkait dengan penggunaan metode kontrasepsi. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yang dilaksanakan pada Bulan Juli 2007 sampai dengan September 2007, terdapat beberapa cara kontrasepsi yang dilakukan masyarakat Indonesia. Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji adanya faktor-faktor yang mempengaruhi cara kontrasepsi yang dipilih masyarakat untuk menunda kehamilan atau bahkan tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun. Dalam rangka menentukan besar peluang seseorang memilih cara untuk mengendalikan kehamilanya maka perlu suatu formulasi model yang merupakan pengaruh dari beberapa faktor. Penelitian mengenai metode kontrasepsi sebelumnya pernah dilakukan oleh Salamah (1998). Dalam penelitian tersebut respon dibagi menjadi 4, yaitu cara modern, cara tradisional, cara folkloric dan tidak menggunakan cara kontrasepsi. Hasil penelitian tersebut menunujukkan dari keempat respon tersebut cara folkloric memiliki probabilitas yang relatif sangat kecil. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut maka dalam penelitian ini respon dibagi hanya menjadi 3, yaitu cara modern, tidak menggunakan cara kontrasepsi dan cara tradisional.
1
Penelitian lain yang juga mengupas kontrasepsi dilakukan oleh Utoyo (2009) dengan studi kasus pravalensi penggunaan kontrasepsi pada wanita di Indonesia. Hasil penelitian sebelumnya tersebut juga dijadikan acuan dalam penentuan dugaan faktor-faktor yang berpengaruh. Dugaan awal adalah faktor-faktor seperti umur, domisili, pendidikan istri dan suami, status pekerjaan, jumlah anak yang hidup, kunjungan PLKB dan petugas kesehatan menjadi faktor yang berpengaruh. Salah satu metode untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel respon dan prediktor adalah regresi logistik yang merupakan sebuah metode untuk mengetahui hubungan antara variabel respon bersifat kategorik (nominal atau ordinal) dengan variabel-variabel prediktor kontinu maupun kategorik (Agresti, 1990). Dengan uraian seperti diatas maka metode statistika yang sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan penelitian ini adalah analisis regresi logistik multinomial. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Statistik Deskriptif Menurut Bhattacarya dan Johnson (1977), statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan obyek penelitian yang diambil dari sampel maupun populasi. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menyajikan karakteristik wanita di Jawa Timur yang menjadi sampel SDKI 07 terkait dengan cara kontrasepsi dalam program KB. 2.2 Regresi Logistik Regresi logistik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencari hubungan varia-bel respon yang bersifat dichotomous (berskala nominal atau ordinal dengan dua kategori) atau polychotomous (mempunyai skala nominal atau ordinal dengan lebih dari dua kategori) dengan satu atau lebih variabel prediktor dan variabel respon bersifat kontinyu atau kategorik (Agresti, 1990). Sebagai contoh untuk mempermudah pemahaman maka digunakan satu variabel prediktor. Dalam regresi linear diasumsikan bahwa mean dinyatakan sebagai persamaan linier dalam x sebagai berikut
x
(1)
EYx
Bentuk spesifik dari model regresi logistik dinyatakan dalam persamaan (2) (Hosmer dan Lemeshow, 2000).
e
x
1x
0
1 e
(2)
1x
0
Sebagai bentuk penyederhanaan persamaan di atas, maka digunakan transformasi logit berikut. g x
ln
x 1
0
x
1
π(x) dengan bentuk sebagai
(3)
x
2.3 Regresi Logistik Multinomial Regresi logistik multinomial merupakan regresi logistik yang digunakan saat variabel dependen mempunyai skala yang bersifat polichotomous atau multinomial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik dengan variabel respon berskala nominal dengan tiga kategori. Mengacu pada regresi logistik trichotomous (Hosmer dan Lemeshow, 2000) untuk model regresi dengan variabel dependen berskala nominal tiga kategori digunakan kategori variabel hasil Y dikoding 0,1, dan 2. Variabel Y terparameterisasi menjadi dua fungsi logit. Bentuk model regresi logistik dengan p variabel prediktor seperti pada persamaan (4). exp
x
x
0
1 exp
x
1 1
2 2
x
0
... x ...
1 1
2 2
p
xp p
(4)
xp
Dengan menggunakan transformasi logit didapatkan dua fungsi logit, g1 ( x )
ln
PY
1x
PY
0x
x
10
= x’ g 2 ( x)
ln
11 1
12
x2
........
1p
xp
(5)
1
PY
2x
PY
0x
2
=
x
20
=x’
21 1
22
x2
........
2p
xp
(6)
2
Berdasarkan kedua fungsi logit tersebut maka didapatkan model regresi logistik trichotomous sebagai berikut. 1 0 (x) = 1 exp g1 ( x) exp g 2 ( x) 1 (x)
=
exp g1 ( x) 1 exp g1 ( x) exp g 2 ( x)
2 (x)
=
exp g 2 ( x) 1 exp g1 ( x) exp g 2 ( x)
dengan P(Y=j│x) =
j
(7)
(x) untuk j=0,1,2.
Untuk menguji signifikansi koefisien dari model yang telah diperoleh, maka dilakukan uji parsial dan uji serentak. A. Uji Parsial Pengujian signifikansi parameter menggunakan uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 2000) dengan hipotesis seperti di bawah ini. H0 :
i
0
H1 :
i
0 , dengan i = 1, 2, ...p
Perhitungan statistik uji Wald adalah sebagai berikut. ˆ W
(8)
i
SE( ˆi )
Daerah penolakan H0 adalah jika W
Z
/2
atau W 2
2
(v, )
dengan derajat bebas v.
B. Uji serentak Hipotesis uji serentak adalah sebagai berikut. H0 : 1 ... 0 2 p H1 : paling sedikit ada satu
i
0,
dengan i = 1, 2, ..., p Statistik uji adalah statistik uji G atau likelihood ratio test. p
G
2
yi ln
1 yi ln 1
i
i
n1 ln n1
n0 ln n0
(9)
n ln n
i 1
dengan
n1 = banyaknya observasi yang berkategori 1 dan n 0 = banyaknya observasi yang berkategori 0. Daerah 2
penolakan H0 adalah jika G > ( , v ) dengan db=v. Dalam hal ini G dengan derajat bebas p (Hosmer dan Lemeshow, 2000). C. Uji Kesesuaian Model Uji kesesuaian model dengan menggunakan statistik uji Chi-square.. g 2 k
2
menyebar mengikuti distribusi Chi-square
(o k n ' k k ) 2 k (1 k) 1 n' k (10)
dengan n 'k
ok
yj
jumlah variabel respon pada grup ke- k
j 1
m j ˆ j rata-rata taksiran probabilitas 1 n' k
n 'k k j
mj
banyaknya observasi yang memiliki nilai
ˆ j n' k
banyaknya observasi pada grup ke- k
3
Statistik uji diatas untuk menguji hipotesis sebagai berikut. H0 : model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) H1 : model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Pengambilan keputusan didasarkan pada tolak H0 jika
2 hitung
≥
2 (db,α)
dengan db=g-2.
2.4 Keluarga Berencana KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana yang dapat diartikan sebagai gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Secara garis besar program KB merupakan salah satu program pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia (Anonim_a, 2009). Dalam pelaksanaanya, KB yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Saifuddin, 2003). Metode-metode kontrasepsi yang dilakukan masyarakat Indonesia umunya dan Jawa Timur khusunya adalah dengan metode kontrasepsi tradisional dan metode kontrasepsi modern. Metode kontrasepsi tradisional diantaranya adalah dengan pantang berkala yaitu menghindari sanggama pada saat subur, lalu dengan senggama terputus yaitu mengeluarkan alat kelamin menjelang terjadinya ejakulasi serta metode laktasi (Edelwz, 2010). Metode kontrasepsi modern pada dasarnya adalah metode kontrasepsi dengan alat bantu yang lebih modern. Metode ini diantaranya adalah dengan penggunaan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), kondom, spermisida, diafragma, susuk dan pil. Adapula dengan melakukan metode kontrasepsi mantap yang dikenal juga dengan sterilisasi, yaitu operasi pada saluran indung telur (perempuan) atau saluran sperma (laki-laki) agar steril atau tak ada sel telur untuk dibuahi maupun sel sperma untuk membuahi. Sterilisasi pada wanita disebut dengan tubektomi sedangkan para pria dikenal dengan vasektomi (Adsense, 2010). 3.
Metodologi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari hasil SDKI 2007, yang merupakan survey berkala nasional mengenai kondisi demografi dan kesehatan di Indonesia. SDKI 2007 dilaksankan pada Bulan Juli 2007 sampai dengan September 2007 di 33 provinsi. SDKI 2007 diselenggaraka sebagai hasil kerjasama antara Biro Pusat Statistik (BPS), Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Departemen Kesehatan RI. Kerangka sampel survei ini adalah sub sampel dari Survei Angkaran Kerja Nasional (SAKERNAS) 2007. Sampel SDKI 2007 dirancang untuk menghasilkan estimasi karakteristik penting dari wanita pernah kawin usia 1549 tahun, pria kawin usia 15-24 tahun serta pria dan wanita belum kawin usia 15-24 tahun tingkat nasional (Anonim_b, 2009). Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Variabel respon: cara kontrasepsi yang digunakan oleh wanita kawin untuk menunda/ mencegah kehamilan, yang memiliki skala nominal untuk analisis regresi logistik multinomial yaitu : Y=0, jika tidak menggunakan cara kontrasepsi Y=1, jika menggunakan cara tradisional Y=2, jika menggunakan cara modern Dipilih kategori tidak menggunakan sebagai pembanding, karena ingin diketahui peluang seseorang untuk menggunakan cara kontrasepsi jika dibandingkan dengan peluang seseorang untuk tidak menggunakan cara kontrasepsi. Sedangkan yang menjadi variabel prediktor pada pemodelan dalam penelitian ini adalah karakteristik wanita kawin di Jawa Timur yang menjadi sampel SDKI 2007 yang meliputi variabel-variabel di bawah ini. Usia (X1) Usia responden dalam penelitian ini berskala rasio dimana usia yang dimaksud adalah usia responden saat dilakukan survey. Tempat Tinggal (X2) Merupakan asal daerah tempat tinggal responden saat dilakukan survey ini. Tempat tinggal ini dikelompokkan menjadi urban dan rural sehingga kategori untuk X2 adalah sebagai berikut, 0 = urban 1 = rural Pendidikan istri (X3) Variabel pendidikan merupakan informasi tentang pendidikan formal yang terakhir ditempuh oleh responden. Variabel pendidikan dikategorikan dalam jenjang pendidikan formal yaitu:
4
1 = pendidikan SD 2 = pendidikan SMP 3 = pendidikan SMA 4 = sekolah akademi 5 = universitas Pendidikan suami (X4) Variabel pendidikan merupakan informasi tentang pendidikan formal yang terakhir ditempuh oleh suami responden. Variabel pendidikan dikategorikan dalam jenjang pendidikan formal yaitu: 1 = pendidikan SD 2 = pendidikan SMP 3 = pendidikan SMA 4 = sekolah akademi 5 = universitas Status Pekerjaan (X5) Kategori untuk variabel status pekerjaan ini meliputi: 0 = tidak bekerja 1 = bekerja Jumlah anak yang masih hidup (X6) Variabel ini menunjukkan jumlah anak yang masih hidup yang dimiliki oleh responden. Variabel ini dikategorikan sebagai berikut: 1 = jumlah anak <2 2 = jumlah anak 2 3 = jumlah anak >2 Adanya petugas layanan KB (X7) Menunjukan ada tidaknya kunjungan dan sosialisasi petugas layanan KB terhadap responden. Variabel ini dikelompokkan sebagai berikut 0 = tidak ada 1 = ada Kunjungan petugas kesehatan (X8) Menunjukan ada tidaknya kunjungan petugas kesehatan terhadap responden. Variabel ini dikelompokkan sebagai berikut 0 = tidak ada 1 = ada Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan analisis data adalah 1. Menghitung frekuensi dari masing-masing kategori setiap variabel prediktor untuk mengetahui bagaimana variasi karakteristik responden. 2. Menentukan model regresi logistik univariat untuk setiap variabel prediktor. 3. Melakukan uji signifikansi parameter dari setiap model regresi logistik univariat. 4. Menentukan model regresi logistik multivariat antara variabel respon dengan variabel-variabel prediktor yang signifikan. 5. Menguji goodness-of-fit dari model regresi logistik terbaik, yakni model yang seluruh variabel prediktornya signifikan. 6. Menginterpretasikan model regresi logistik terbaik. 7. Menghitung besarnya ketepatan pengklasifikasian responden. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Wanita di Jawa Timur Terkait dengan Cara Kontrasepsi Program KB Hasil deskriptif karakteristik dari faktor-faktor yang diduga menyebabkan perbedaan pemilihan metode kontrasepsi wanita di Jawa Timur ditinjau dari persebaran umur responden, terdapat lebih dari 24% wanita berusia 30-40 tahun yang menggunakan metode kontrasepsi modern. Dan tidak ada satu wanitapun yang berusia kurang dari 20 tahun yang menggunakan metode kontrasepsi tradisional. Berdasarkan domisili responden diketahui bahwa wanita Jawa Timur yang menjadi sampel SDKI 07 58,8% berdomisili di pedesaan dan sisanya di perkotaan. Dari variabel domisili tersebut juga diketahui bahwa lebih dari 36% pengguna metode kontrasepsi modern berdomisili di pedesaaan dan hanya 1% yang menggunakan metode tradisional. Serta terdapat 21,6% tidak menggunakan kontrasepsi bedomisili pedesaan. Ditinjau dari segi pendidikan, pendidikan istri terakhir istri lebih dari 50% adalah SMP, dan 29,7% adalah SD sedang sisanya adalah SMA. Diketahui pula bahwa lebih dari 33,6% pengguna kontrasepsi modern adalah wanita berpendidikan terakhir SMP. Sedangkan wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi pendidikan SD dan SMP memiliki jumlah yang sama besar yaitu sebesar 14,6% dari total keseluruhan wanita. Hal ini berbeda jika
5
ditinjau dari segi pendidikan suami, dimana lebih dari 50% hanya berpendidikan terakhir SD. Dari total 60,4% pengguna metode kontrasepsi modern ternyata hanya 1,2% suami berpendidikan terakhir sekolah akademi. Dari segi pekerjaan hasil tabulasi silang menunjukkan sebesar 34,3% dari total prosentase keseluruhan adalah status istri yang tidak bekerja dan status istri yang bekerja mempunyai prosentase sebesar 65,7%. Prosentase terbesar istri yang tidak menggunakan cara kontrasepsi yaitu istri yang bekerja sebesar 23,6% dari 35,6% total istri yang tidak menggunakan cara kontrasepsi. Untuk cara kontrasepsi metode tradisional status istri yang bekerja mempunyai prosentase sebesar 2,5% dari total pengguna metode tradisional sebesar 4%. Dan sebesar 39,6% istri yang bekerja menggunakan cara kontrasepsi metode modern dari 60,4% total prosentase pengguna kontrasepsi metode modern. Ditinjau dari jumlah anak yang masih hidup, diketahui bahwa 79,2% memiliki anak kurang dari 2;13,6% sisanya memiliki anak lebih dari 2 dan sisanya memiliki anak sebanyak 2 orang. Yang menarik walaupun baru memiliki anak kurang dari 2 namun 47% wanita telah memutuskan untuk menggunakan metode kontrasepsi modern sedangkan 28,7% tidak menggunakan metode kontrasepsi dan 3,5% lebih memilih menggunakan metode tradisional. Berdasarkan ada tidaknya kunjungan medis maupun petugas PLKB, ternyata lebih dari 95% tidak pernah mendapat kunjungan dari petugas PLKB ataupun medis. Namun menariknya meskipun tidak pernah mendapat kunjungan medis dan PLKB lebih dari 55% telah menggunakan metode kontrasepsi modern, walaupun memang tidak menutup mata bahwa masih ada 33% lebih sisanya belum menggunakan metode kontrasepsi apapun. Bila dicermati lebih lanjut meskipun telah mendapat kunjungan medis maupun PLKB masih terdapat 1,7% yang tidak menggunakan metode kontrasepsi. 4.2 Regresi Logistik Multinomial Secara Individu Untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi secara individu, dilakukan uji Wald dengan hipotesis : H0 : βj = 0, i = 1,2,…,8 H1 : βj ≠ 0 ˆ
W
i
ˆ
SE ( i ) Statistik Uji : Tolak H0 jika pada taraf signifikansi α jika |Wj| > Zα/2. Hasil uji pengaruh faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Regresi Logistik Multinomial Secara individu Logit Umur 1. Tradisional 2. Modern Domisili 1. Tradisional 2. Modern Pendidikan Istri 1. Tradisional
2. Modern
Pendidikan Suami 1. Tradisional
2. Modern
Anak Hidup 1. Tradisional
2. Modern
Variabel
B
Wald
P-value
Konstanta Umur Konstanta Umur
-2,651 0,013 0,858 -0,010
18,740 0,620 13,294 2,070
0,000 0,431 0,000 0,150
Konstanta Domisili = 0 Konstanta Domisili = 0
-1,544 -1,514 0,557 -0,043
80,534 21,963 37,816 0,137
0,000 0,000* 0,000 0,711
Konstanta Pend_Istri = 1 Pend_Istri = 2 Konstanta Pend_Istri = 1 Pend_Istri = 2
-1,258 -2,659 -0,787 0,635 -0,620 0,200
30,834 23,072 6,529 23,165 14,091 1,627
0,000 0,000* 0,011* 0,000 0,000* 0,202
Konstanta Pend_Suami = 1 Pend_Suami = 2 Pend_Suami = 3 Pend_Suami = 4 Konstanta Pend_Suami = 1 Pend_Suami = 2 Pend_Suami = 3 Pend_Suami = 4
-0,742 -2,207 -1,669 -1,134 0,336 0,669 -0,114 -0,077 -0,276 0,312
3,729 21,301 9,183 6,344 0,201 6,216 0,166 0,064 0,903 0,323
0,053 0,000* 0,002* 0,012* 0,654 0,013 0,684 0,800 0,342 0,570
Konstanta Anak_Hidup = 1 Anak_Hidup = 2 Konstanta Anak_Hidup = 1 Anak_Hidup = 2
-2,944 0,834 1,153 0,342 0,149 1,137
32,945 2,429 2,038 5,200 0,834 14,250
0,000 0,119 0,153 0,023 0,361 0,000*
Status Pekerjaan
6
Exp (B)
1,013 0,990
0,220 0,958
0,070 0,455 0,538 1,221
0,110 0,188 0,322 1,400 0,892 0,926 0,759 1,366
2,303 3,167 1,160 3,117
1. Tradisional 2. Modern Petugas Layanan KB 1. Tradisional 2. Modern Petugas Kesehatan 1. Tradisional 2. Modern
Konstanta Kerja = 0 Konstanta Kerja = 0
-2,228 0,118 0,519 0,035
156,915 0,159 0,070 0,120
0,000 0,690 0,000 0,773
Konstanta PLKB = 0 Konstanta PLKB = 0
-3,135 0,978 0,528 0,003
9,422 0,899 4,034 0,000
0,002 0,343 0,045 0,992
Konstanta Ptgs_Kes = 0 Konstanta Ptgs_Kes = 0
-2,037 -0,158 1,182 -0,698
11,011 0,063 24,592 8,075
0,001 0,802 0,000 0,004*
1,126 1,035
2,660 1,003
0,854 0,498
Keterangan : *) signifikan pada α = 5% Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa terdapat tiga variabel yang secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan kontrasepsi yaitu variabel umur, status pekerjaan dan adanya PLKB (Petugas Layanan KB). Variabel domisili memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan kontrasepsi pada tingkat α =5 %. Fungsi logit yang dihasilkan : g1(x) = -1,544-1,514 Domisili(0) g2(x) = 0,557-0,043 Domisili(0) Pada Logit 1, nilai odds ratio sebesar 0,220, dengan nilai P-value sebesar 0,000 yang berarti bahwa domisili mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan metode tradisional. Hal ini berarti penduduk yang berdomisili di pedesaan mempunyai peluang menggunakan metode tradisional 0,220 kali lebih kecil dibanding penduduk perkotaan tidak menggunakan kontrasepsi. Sedangkan pada Logit 2, nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar 0,958. Namun, nilai odds ratio ini tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa domisili tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penduduk yang menggunakan kontrasepsi dengan metode modern. Dari dua fungsi logit di atas juga dapat ditulis model peluang penggunaan cara kontrasepsi untuk masingmasing jenis adalah sebagai berikut : 0
( x)
1 1 exp g1 ( x) exp g 2 ( x)
0
( x)
1 1 exp(-1,544 - 1,514 Domisili(0)) exp (0,557 - 0,043 Domisili(0))
1
( x)
exp g1 ( x) 1 exp g1 ( x) exp g 2 ( x)
1
( x)
2
( x)
2
( x)
exp(-1,544 - 1,514 Domisili(0)) 1 exp(-1,544 - 1,514 Domisili(0)) exp (0,557 - 0,043 Domisili(0)) exp g 2 ( x) 1 exp g1 ( x) exp g 2 ( x) exp (0,557 - 0,043 Domisili(0)) 1 exp(-1,544 - 1,514 Domisili(0)) exp (0,557 - 0,043 Domisili(0))
Keterangan : π0(x) = untuk tidak menggunakan kontrasepsi π1(x) = untuk metode tradisional π2(x) = untuk metode modern Model peluang di atas dapat digunakan untuk mengetahui peluang seseorang dalam penggunaan kontrasepsi. Peluang orang berdomisili di perkotaan untuk tidak menggunakan kontrasepsi adalah 0,34 sedangkan peluang menggunakan metode tradisional dan metode modern masing-masing adalah 0,07 dan 0,59. Sedangkan untuk masyarakat berdomisili pedesaan, peluang tidak menggunakan KB sebesar 0,37. Peluang penduduk pedesaan menggunakan metode tradisional lebih kecil dibanding penduduk perkotaan, yaitu sebesar 0,02. Sedangkan peluang penduduk pedesaan menggunakan metode modern adalah 0,61. Pengujian secara individu untuk variabel pendidikan istri , pendidikan suami, jumlah anak yang hidup dan kunjungan petugas kesehaatan juga menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan kontrasepsi metode tradisional dan metode modern. Dengan metode perhitungan yang sama maka didapatkan nilai peluang untuk masing-masing variabel. Perhitungan peluang untuk masing-masing cara kontrasepsi berdasarkan variabel-variabel kategorikal yang signifikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Probabilitas Metode Kontrasepsi Ditinjau Dari Tiap Variabel yang Signifikan Variabel dan Kategorinya Domisili Perkotaan Perdesaan
Tidak Menggunakan
Metode Tradisional
Metode Modern
0,34 0,37
0,07 0,02
0,59 0,61
7
Pendidikan Istri SD SMP SMA Pendidikan Suami SD SMP SMA Akademi Universitas Jumlah Anak 0-1 2 ≥3 Petugas Kesehatan Ada Tidak
0,29 0,49 0,31
0,04 0,01 0,09
0,67 0,50 0,60
0,35 0,34 0,37 0,24 0,29
0,02 0,03 0,06 0,12 0,14
0,63 0,63 0,57 0,65 0,58
0,36 0,18 0,41
0,04 0,03 0,02
0,59 0,79 0,57
0,23 0,37
0,03 0,04
0,74 0,59
4.3 Regresi Logistik Multinomial Secara Serentak Pembentukan model regresi logistik serentak bertujuan untuk memperoleh model yang tepat dan sederhana berdasarkan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap cara kontrasepsi. Untuk memeriksa signifikansi koefisien secara keseluruhan atau serentak dilakukan pengujian dengan likelihood ratio test. Hipotesis : H0 : β1 = β2 = … = βk = 0 H1 : minimal ada satu βj = 0 Statistik uji : p
G
2
yi ln
i
1 yi ln 1
i
n1 ln n1
n0 ln n0
n ln n
i 1
2
( , df ) Daerah Kritis : Tolak H0 jika nilai G > atau P-value < α Berdasarkan hasil likelihood ratio test didapatkan nilai G sebesar 127,568 dengan P-value = 0,000. Dengan nilai α = 0,05, maka berarti tolak H0, secara serentak koefisien yang didapatkan signifikan terhadap model regresi logistik. Pada model regresi logistik secara serentak ini, variabel-variabel yang tidak signifikan pada regresi logistik multinomial yang individu tidak diikutsertakan dalam model. Variabel yang diikutkan dalam model serentak ini adalah domisili, pendidikan istri, pendidikan suami, jumlah anak hidup dan petugas kesehatan. Hasil regresi logistik multinomial serentak dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Regresi Logistik Multinomial Secara serentak Logit 1. Metode Tradisional
Variabel
B
Wald
P-value
Konstanta
-1,353
2,299
0,129
Domisili=0
-1,021
8,482
0,004*
0,360
Pend_Istri=1
-1,625
6,473
0,011*
0,197
Pend_Istri=2
-0,058
0,022
0,881
1,060
Pend_Suami=1
-1,171
4,022
0,045*
0,310
Pend_Suami=2
-1,234
4,045
0,044*
0,291
Pend_Suami=3
-0,631
1,710
0,191
0,532
Pend_Suami=4
0,568
0,557
0,455
1,765
Anak_Hidup=1
0,349
0,396
0,529
1,417
Anak_Hidup=2
1,244
2,254
0,133
3,471
Petugas_Kes=0
0,388
0,357
0,550
1,473
1,200
9,446
0,002
Domisili=0
0,066
0,266
0,606
1,068
Pend_Istri=1
-0,828
15,869
0,000*
0,437
Pend_Istri=2
0,092
0,242
0,623
1,096
Pend_Suami=1
0,207
0,405
0,524
1,230
Pend_Suami=2
0,025
0,006
0,940
1,025
Pend_Suami=3
-0,065
0,044
0,834
0,937
Pend_Suami=4
0,292
0,278
0,598
1,340
Anak_Hidup=1
-0,076
0,194
0,660
0,927
Anak_Hidup=2
1,159
14,236
0,000*
3,187
Petugas_Kes=0
-0,637
6,395
0,011*
0,529
2. Metode Modern Konstanta
8
Exp(B)
Dari model regresi logistik multiniomial secara serentak didapatkan fungsi logit : g1(x) = -1,353-1,021Domisili(0)-1,625Pend_Istri(1)-0,058Pend_Istri(2)-1,171PendSuami(1)1,234PendSuami(2)-0,631PendSuami(3)+0,568PendSuami(4)+0,349Anak(1)+ 1,244Anak(2)+0,388PetugasKes(0) g2(x) = 1,200+10,066Domisili(0)-0,828Pend_Istri(1)+0,092Pend_Istri(2)+0,207PendSuami(1)+ 0,025PendSuami(2)-0,065PendSuami(3)+0,292PendSuami(4)-0,076Anak(1)+ 1,159Anak(2)-0,637PetugasKes(0) Nilai odds ratio pada Tabel 3 dapat diinterpretasikan dengan cara yang sama seperti pada pemodelan regresi logistik multinomial secara individu. Misalkan sebagai contoh adalah pendidikan istri SD yang signifikan pada logit 1 (metode tradisional) memiliki nilai odds ratio sebesar 0,197, hal ini dapat diartikan bahwa wanita berpendidikan SD memiliki peluang menggunakan metode kontrasepsi tradisional 0,197 kali wanita yang berpendidikan SMA untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi. 4.4 Uji Kesesuaian Model Uji kesesuaian model ini digunakan untuk mengetahui apakah model yang terbentuk sudah sesuai. Hipotesis : H0 : Model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) H1 : Model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik uji : g 2 k
(o k n ' k k (1 1 n' k
k
)2 k) 2
2
Pengambilan keputusan didasarkan pada tolak H0 jika hitung ≥ (db,α) dengan db=g-2. Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran, didapatkan P-value sebesar 0,777 yang berarti gagal tolak H0 pada α = 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk sudah sesuai, tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan prediksi model. 4.5 Ketepatan Klasifikasi Model Setelah dilakukan uji kesesuaian terhadap model yang telah didapatkan, maka kemudian dilakukan pengukuran ketepatan klasifikasi model regresi logistik multinomial tersebut. Hasil ketepatan klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Ketepatan Klasifikasi Model Prediksi Observasi
Tidak Menggunakan
Metode Tradisional
Metode Modern
Ketepatan Klasifikasi
Tidak Menggunakan
168
0
322
34,3%
Metode Tradisional
4
0
51
0,0%
Metode Modern
128
0
705
84,6%
Persentase Total
21,8%
0,0%
78,2%
63,4%
Berdasarkan Tabel 5 tersebut, dapat dilihat bahwa dari 490 wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi, 168 wanita (34,3%) tepat terklasifikasi berdasarkan model regresi logistik yang didapatkan. Sedangkan dari 55 wanita yang menggunakan metode tradisional, tidak ada yang terklasifikasi secara tepat berdasarkan model. Untuk wanita yang menggunakan metode modern, dari 833 wanita hanya 705 wanita (84,6%) yang tepat terklasifikasi menggunakan metode modern berdasarkan model. Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi yang dihasilkan adalah sebesar 63,4% 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, 1. Sebagian besar wanita di Jawa Timur yang menjadi responden SDKI 07 menggunakan metode kontrasepsi modern dan hanya sebagian kecil yang menggunakan metode tradisional. Usia wanita di bawah 20 tahun menjadi minoritas dengan hanya memiliki prosentase kurang dari 3%. Domisili terbagi cukup merata dengan kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi modern baik domisili perkotaan maupun pedesaan. Pendidikan terakhir istri yang dominan adalah SMP sedangkan untuk suami adalah SD. Ditinjau dari status pekerjaan maka sebagian besar memiliki pekerjaan. Ditinjau dari keberadaan kunjungan dari petugas kesehatan maupun PLKB maka mayoritas lebih dari 90% tidak mendapatkan kunjungan. 2. Dari pemodelan regresi logistik multinomial individu terhadap metode kontrasepsi diketahui bahwa dari 8 variabel prediktor yang diduga berpengaruh terdapat 5 variabel yang signifikan yaitu domisili, pendidikan istri dan suami, jumlah anak yang hidup dan kunjungan petugas kesehatan. Pemodelan regresi logistik multinomial secara serentak menunjukkan bahwa variabel domisili, pendidikan istri dan pendidikan suami berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode kontrasepsi tradisional, sedangkan variabel jumlah anak yang hidup, kunjungan petugas kesehatan dan pendidikan istri berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode kontrasepsi modernpada taraf signifikansi α=5%.
9
6. Saran Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar wanita di Jawa Timur meggunakan metode kontrasepsi modern sehingga dapat dipergunakan lebih lanjut untuk penelitian alat kontrasepsi dengan metode modern (Pil, Sterilisasi, AKDR dll). Diketahui pula dari hasil penelitian bahwa masih terdapat lebih dari 35% wanita di Jawa Timur yang tidak menggunaan metode kontrasepsi dimana diketahui pula bahwa kunjungan PLKB masih belum berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode kontrasepsi, hal ini dapat rujukan bagi pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi program KB melalui kunjungan PLKB dengan metode pendekatan yang lebih mengena di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Adsense. (2010). Alat kontrasepsi. www.wikipedia.com (Rabu, 17 Maret 2010, 20.09 WIB) Agresti, A.. (1990). Categorical Data Analysis. John Wiley and Sons, New York Anonim_a. (2009). KB (Keluarga Berencana) dan perkembanganya. www.wikipedia.com (Kamis, 25 Februari 2010, 20.09 WIB) Anonim_b. (2009). SDKI. www.google.co.id (Kamis, 29 Februari 2010, 23.15 WIB) Bhattacarya, G.K. dan Johnson, R.A.. (1977). Statistical Concepts and Methods. John Wiley & Sons, New York Edelwz. (2010). Kontrasepsi dengan cara alami. www.google.com (Rabu, 17 Maret 2010, 20.55 WIB) Fahrmeir, and Tutz. (1994). Multivariate Statistical Modelling Based on Generalized Linear Models. SpringerVerlag. New-York. Inc. Hosmer, D.W., and Lemenshow. (2000). Applied Logistic Regression. John Wiley and Sons. USA Saifuddin. (2008). Kontrasepsi dan Kesehatan Reproduksi Esensial. www.beritaiptek.com (25 Maret 2009, 20.55 WIB) Salamah, M. (1998) Perbandingan Regresi Logistik Dikotomus dan Regresi Logistik Polikotomus. Universitas Airlangga,Surabaya Utoyo, S. (2009). Analisis Regresi Logistik Multinomial dengan Interaksi Untuk Studi Kasus Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita di Indonesia, Insitut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
10