ANALISIS NILAI LAHAN KECAMATAN GONDOMANAN KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN APLIKASI SIG DAN PENGINDERAAAN JAUH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi
Oleh: ANISA NURMA SARI E100150013
PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Oktober 2016
Penulis
ANISA NURMA SARI E100150013
iii
ANALISI NILAI LAHAN KECAMATAN GONDOMANAN KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN APLIKASI SIG DAN PENGINDERAAN JAUH ABSTRAK Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan lahan yang semakin meningkat dan luas lahan yang tidak berubah menyebabkan tingkat permintaan lahan semakin tinggi dan berpengaruh pada kenaikan tingkat nilai lahan. Kondisi lahan yang bersifat menguntungkan akan memiliki nilai lahan tinggi sedangkan nilai lahan yang kurang berpotensi akan memiliki nilai lahan yang rendah. Metode penelitian dilakukan dengan metode survei dengan teknik Stratified Purposive Sampling dan dianalisis overlay menggunakan kuantitatif berjenjang. Survei lapangan untuk mengetahui kesesuaian nilai lahan dan harga lahan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, dan kelengkapan utilitas. Hasil penelitian berupa peta nilai lahan kecamatan Gondomanan yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas tinggi, sedang, dan rendah. Kelurahan yang memiliki nilai lahan paling tinggi yaitu kelurahan Ngupasan dengan luas lahan 18,53Ha (30,78%) dan kelurahan yang memiliki nilai lahan paling rendah yaitu Kelurahan Prawirodirjan 9,47Ha (22,74%). Faktor pengunaan lahan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada tingginya nilai lahan di Kecamatan Gondomanan yaitu pengunaan lahan berupa perdagangan dan jasa serta permukiman. Kata Kunci: Nilai Lahan, Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh ABSTRACT Land is natural resources which is very important for human life. The need of land increase in every year considering the unchanged of land size and it caused level of land demand andget influential in rising degree of land value. Land condition with high potentially will have highvaluebut land with less potentially will have low value. This research use survey method with Stratified Purposive Sampling techniqueand I did the analysis with quantitative overlay method to process the land value distribution, and after that I did the survey to check the land suitability with the land price.Parameter that used in this researchare land use , accessibility positive , accessibility negative, and completeness utility. The result shows that Gondomanan Subdistrict has 3 class of land value high, medium, and low. The village which has highest land value is Ngupasan with size of land 18,53Ha (30,78% ) and the village which has lowest is Prawirodirjan with size of land 9,47Ha(22,74%). Land use factors the most influential factor in the high value of land in the Gondomanan Subdistrict is land use in the form of trade and services and settlement. Keywords: Land Value, Geographical Information System and Remote Sensing 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan tanah yang dihubungkan dengan arti atau fungsi sosial ekonomi bagi masyarakat baik yang belum diolah maupun yang sedang diusahakan (Departemen Pekerjaan Umum, 1997). Lahan juga merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jumlah penduduk yang kian pesat dapat mempengaruhi 1
meningkatnya kebutuhan hidup akan lahan. Kebutuhan akan lahan yang semakin meningkat tersebut, menyebabkan tingkat permintaan lahan semakin tinggi dan berpengaruh pada kenaikan tingkat nilai lahan. Lahan yang bersifat menguntungkan akan memiliki nilai lahan tinggi sedangkan nilai lahan yang kurang berpotensi akan memiliki nilai lahan yang rendah, sehingga dibutuhkan penilaian lahan secara spasial. Keterbatasan memperoleh dan mengetahui data harga lahan mendorong untuk dilakukannya penelitian mengenai analisis nilai lahan, yang nantinya akan dilakukan perbandingan kesesuaian antara nilai lahan dengan harga lahan yang terdapat di wilayah penelitian karena dapat memperkuat hasil analisis menggunakan aplikasi SIG dan citra penginderaan jauh. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai Lahan Kecamatan Gondomanan Kota Yohyakarta Menggunakan Aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah agihan tingkat nilai lahan di Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta? 2. Menganalisis faktor-faktor yang paling mempengaruhi nilai lahan di Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Menentukan agihan tingkat nilai lahan di Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta
2.
Menganalisis faktor-faktor yang paling mempengaruhi nilai lahan di Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta.
1.4 Kajian Teori Nilai dapat diartikan sebagai estimasi harga yang dibayar pada kondisi tertentu. Konsep ekonomi dari nilai mencerminkan pandangan pasar atas keuntungan seseorang yang memilikinya pada saat dilakukannya penilaian yang dilakukan secara terbuka. Dalam perkembangannya, istilah nilai tidak berdiri sendiri, akan tetapi menyatu dalam suatu istilah yang lebih spesifik seperti nilai pasar, nilai guna, nilai 2
tukar, dan sebagainya. (Petunjuk Teknis Direktorat Survei dan Potensi Tanah, Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan BPN RI, 2007). Nilai lahan adalah lahan yang didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubunganya dengan produktifitas dan strategis ekonomisnya (Yunus, 2000 dalam Reni Dwi). Sedangkan harga lahan merupakan penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan mata uang untuk satu-satuan luas tertentu pada pasar lahan Menurut Hidayat (2006) harga lahan dapat dipergunakan untuk menganalisis pemanfaatan lahan yaitu suatu pengukuran atas lahan berdasarkan karakteristik lahan. Harga lahan merupakan fungsi dari nilai lahan, dengan demikian tingkat harga lahan sangat tergantung dari kelas nilai lahan pada daerah kajian. Nilai dan harga lahan memiliki hubungan yang fungsional, dimana harga lahan ditententukan oleh nilai lahan. Dalam hubungan ini, perubahan nilai lahan serta penentuan nilai dan harga lahan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menunjang kemanfaatan, kemampuan dan produktifitas ekonomis tanah tersebut. 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu menggunakan metode
survei dengan teknik Stratified Purposive Sampling dan dianalisis dengan metode overlay kuantitatif berjenjang menggunakan beberapa parameter untuk proses memperoleh peta agihan nilai lahan, kemudian dilakukan survei lapangan untuk mengetahui kesesuaian nilai lahan dan harga lahan di Kecamatan Gondomanan. Parameter yang digunakan untuk mendapatkan hasil nilai lahan yaitu penggunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif dan kelengkapan utilitas. Hasil overlay kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Harkat setiap parameter nilai lahan dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 3 2.1 Parameter Penentu Nilai Lahan a. Penggunaan Lahan Parameter penggunaan lahan pada tiap-tiap penggunaan lahan diberi harkat sesuai dengan nilainya. Harkat yang nilainya paling tinggi berupa penggunaan lahan pasar, toko, gudang, sedangkan harkat yang paling rendah adalah penggunaan lahan berupa sawah dan tegalan dapat dilihat pada tabel 2.1
3
Tabel 2.1 Parameter dan Harkat Penggunaan Lahan No
Unit Pemetaan
Kelas
1
Perdagangan dan Jasa
I
Harka t 4
2 3
Permukiman dan Industri Lahan kosong
II III
3 2
4
Sawah dan Tegalan
IV
1
5
Kantorpemerintahan, museum,kuburan, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit
V
0
Sumber: Meyliana, 1996 dalam Reni Dwi 2015 dengan modifikasi b. Aksesibilitas Positif Parameter Aksesibilitas Positif dan Harkat , faktor letak jauh dekatnya lahan terhadap suatu jalan sangat berpengaruh. Masing-masing kelas diberi harkat sesuai dengan jarak yang digunakan. Peta aksesibilitas positif ini diperoleh dari hasil overlay hasil buffer jarak lahan terhadap jalan kolektor, lokal, dan setapak yang masingmasing telah diberi harkat. Kemudian dilakukan perhitungan skor total untuk nantinya dikelaskan sesuai kelas yang telah ditentukan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kelas aksesibilitas positif ini selanjutnya diberi harkat Tabel 2.2 Parameter dan Harkat Aksesibilitas Positif N o
Aksesibilitas
1
Jarak terhadap jalan kolektor
2
3
Kela Jarak s (Meter) I < 50 II 50 - 150 III 150 500 IV >500 I <50 II 50 - 150 III 150 500 IV >500 I <5 II 50 – 150 III 150 – 500 IV >500
Jarak terhadap jalan local
Jarak terhadap jalan Setapak
Harka t 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Sumber : Meyliana, 1996, dalam Reny Dwi 2015 4
c.
Aksesibilitas Negatif Aksesibilitas negatif dilihat dari jarak lahan terhadap jaringan sungai dengan cara
buffering. Setelah proses buffer dan pengharkatan terhadap sungai dilakukan overlay untuk tahap selanjutnya didapatkan nilai total skor, dimana nilai tersebut dikelaskan dan diberi harkat sesuai dengan pengaruh terhadap aksesibilitas negatif suatu lahan sehingga diperoleh peta aksesibilitas negative dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 2.3 Parameter dan Harkat Aksesibilitas Negatif Aksesibilitas Negatif
Kelas
Jarak
Harkat
(Meter) Jarak terhadap sungai
I
<100
1
II
>100
2
Sumber: Meyliana, 1996, dalam Reni Dwi 2015 dengan modifikasi d.
Kelengkapan Utilitas Perhitungan untuk tingkat kelengkapan utilitas tiap desa di Kecamatan Gondomanan yaitu menggunakan rumus sebagai berikut: Intensitas Kelengkapan Utilitas Umum = Jumlah Utilitas Umum / Luas Desa
2.2 Klasifikasi Nilai Lahan Menentukan klasifikasi nilai lahan dengan cara menjumlahkan harkat setiap parameter penentu nilai lahan atau dapat dirumuskan sebagai berikut : Nilai lahan = PL + ALP + KU – ALN Keterangan : PL
: Penggunaan Lahan
ALP
: Aksesibilitas Lahan Positif
KU
: Kelengkapan Utilitas
ALN : Aksesibilitas Lahan Negatif 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang dilakukan pada Kecamatan Gondomanan yaitu berupa Peta Agihan Nilai Lahan Kecamatan Gondomanan skala 1:10.000.
5
Penyusunan Peta Agihan Nilai Lahan menggunakan empat parameter, yaitu parameter penggunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif dan kelengkapan utilitas. 3.1 Penggunaan Lahan Hasil interpretasi citra Quickbird tahun 2012 pada Kecamatan Gondomanan terdapat 28 penggunaan lahan antara lain asrama, bank, gedung pertunjukan, gereja, gudang, hotel, jasa servis, kantor pemerintah, kantor swasta, kantor pos, lahan kosong, lahan parkir, lapangan, layanan kesehatan, masjid, pabrik, pasar, permukiman teratur, permukiman tidak teratur, permukiman setengah teratur, pertokoan, pusat perbelanjaan, rumah makan, sekolah, taman, tempat hiburan, tempat wisata, transportasi, dan vihara. Penggunaan lahan yang banyak terdapat di Kelurahan Prawirodirjan yaitu permukiman, sedangkan di Kelurahan Ngupasan banyak dijumpai pertokoan, tempat wisata dan perkantoran. Kelurahan Ngupasan merupakan sebagian dari wilayah wisata Malioboro sehingga dapat dilihat pada Kelurahan Ngupasan ini banyak penggunaan lahan pertokoan, perkantoran, hotel, pasar, dan tempat-tempat wisata, seperti Taman Pintar, Pasar Bringarjo, dan Benteng Vredenburg. Penggunaan lahan terluas yaitu pertokoan dengan luas 20,05 Ha atau 17, 44 % dari seluruh luas wilayah penelitian, sedangkan penggunaan lahan terkecil yaitu tempat hiburan dengan luas 0, 11 Ha atau 0,10 % dari luas daerah penelitian. Aksesibilitas Positif Aksebilitas positif yang terdapat pada Kecamatan Gondomanan dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas tinggi , sedang, dan rendah. Aksesibilitas tinggi terdapat pada Jalan Malioboro, Jalan Sambiloto, Jalan Brigjen Katamso dan disebagian Jalan Mayorsuryotomo, hal tersebut dikarenakan jalan-jalan tersebut merupakan jalan utama di Kecamatan Gondomanan. Sedangkan aksebilitas positif sedang hampir mendominasi di Kecamatan Gondomanan, dan aksebilitas positif rendah kebanyakan terdapat pada kelurahan Ngupasan. Tabel 3.1 Luas dan Persentase Aksesibilitas Positif Kelurahan
Ngupasan
Kelas
Luas
Persentase
Aksesibilitas
Aksesibilitas
Aksesibilitas
Positif
Positif (Ha)
Positif (%)
Tinggi
17,26
25,30
Sedang
44,78
65,66
6
Prawirodirjan
Rendah
6,16
9,03
Tinggi
15,55
33,25
Sedang
25,90
55,37
Rendah
5,32
11,37
Nilai lahan yang tinggi pada lahan yang mempunyai aksesibilitas baik dengan harga lahan yang relatif rendah. Semakin dekat suatu lahan dengan aksesibilitas positif maka nilai lahan tersebut akan semakin tinggi, sebaliknya semakin jauh suatu lokasi terhadap aksesibilitas positif maka nilai lahannya akan semakin rendah. 3.2 Aksesibilitas Negatif Kelas aksebilitas negatif tinggi di Kelurahan Ngupasan memiliki luas 3,34Ha dengan persentasi sebesar 4.90%, sedangkan di Kelurahan Prawirodirjan memiliki aksesibilitas negatif yang tinggi yaitu 5,42Ha dengan persentase 11,60%, hal ini menunjukkan Kelurahan yang memiliki aksesibilitas negatif yang tingi yaitu berada di Kelurahan Prawirodirjan . Dapat dilihat pada Tabel 3.2 Kelas tinggi yaitu jarak < 100 meter, sedangkan kelas rendah yaitu > 100 meter.
Tabel 3.2 Luas dan Persentase Aksisibilitas Negatif
Kelurahan
Ngupasan
Prawirodirjan
Kelas
Kelas
Luas
Persentase
Aksesibilitas
Aksesibilitas
Aksesibilitas
Negatif
Negatif Tinggi
Negatif Tinggi
(Ha)
(%)
Tinggi
3,34
4,90
Rendah
64,85
95,09
Tinggi
5,42
11,60
Rendah
41,34
88,40
aksesibilitas
negatif
rendah
lebih
mendominasi
Kecamatan
Gondomanan dibandingkan dengan kelas aksesibilitas tinggi. Peta Aksesibilitas Negatif Kecamatan Gondomanan ini menunjukkan bahwa lahan yang semakin dekat dengan sungai maka nilai lahan di dekat sungai tersebut rendah. Aksesibilitas negatif memberikan pengaruh buruk terhadap suatu lahan, yang diperoleh dari jarak terhadap 7
sungai. Lahan yang jauh dengan dari sungai nilai lahannya akan semakin tinggi, sebaliknya apabila dekat dengan sungai maka nilai lahannya akan semakin rendah karena dianggap merugikan terhadap nilai lahan. 3.3 Kelengkapan Utilitas Parameter yang digunakan untuk tingkat kelengkapan utilitas yaitu tempat ibadah berupa masjid, gereja dan vihara, pelayanan kesehatan berupa rumah sakit dan puskesmas, dan pelayanan keuangan yaitu bank serta pusat perbelanjaan berupa pasar atau swalayan. Jumlah utilitas umum tersebut diperoleh dari survey lapanagn yang kemudian dilakukan perhitungan intensitas utilitas umum. Tabel 3.3 Intensitas Kelengkapan Utilitas Umum Intensitas Kelurahan
Luas (km2)
Jumlah
Kelengkapan
Fasilitas
Utilitas
Umum
Umum
Keterangan
Ngupasan
0,68
147
216,17
Lengkap
Prawirodirjan
0,47
78
165,95
Tidak Lengkap
Sumber : Data Primer Kelurahan yang memiliki tingkat kelengkapan utilitas lengkap yaitu Kelurahan Ngupasan dan Kelurahan yang memiliki tingkat utilitas umum tidak lengkap yaitu Kelurahan Prawirodirjan. Tingkat kelengkapan utilitas merupakan parameter yang dapat mempengaruhi nilai suatu lahan, semakin lengkap utilitas yang berada di suatu wilayah maka akan mempermudah aktivitas masyarakat di wilayah tersebut, sehingga nilai lahannya akan semakin tinggi. 3.4 Nilai Lahan Hasil dari peta nilai lahan dibagi menjadi tiga kelas nilai lahan, yaitu kelas tinggi (I), sedang (II), dan rendah (III). Kategori kelas tinggi diidentifikasikan sebagai daerah yang memiliki karakter dan potensi lahan yang sangat baik sehingga dapat mempertinggi nilai lahan tersebut. Semakin baik dan lengkap fasilitas yang mendukung kegiatan jasa dan kebutuhan masyarakat, maka secara tidak langsung nilai di wilayah tersebut menjadi mahal. Sedangkan seseorang dalam memilih tempat untuk membuka usaha akan lebih tertarik terhadap nilai yang murah dan strategis.
8
Kelurahan yang memiliki nilai lahan rendah yaitu kelurahan yang berada di daerah yang jauh dari pusat kota dengan jenis penggunaan lahan didominasi oleh permukiman padat penduduk, meskipun memiliki nilai aksesibilitas negatif yang cenderung rendah nilai lahan tersebut tergolong rendah karena memiliki aksesibilitas positif yang rendah dan memiliki tingkat utilitas umum yang tidak lengkap. Kelurahan dengan nilai lahan sedang merupakan kelurahan yang berlokasi tidak terlalu jauh dari pusat kota dengan jenis penggunaan lahan didominasi oleh pertokoan yang dekat dengan aksesibilitas jalan, dan memiliki tingkat utilitas umum sedang serta aksesibilitas negatif sedang. Suatu daerah memiliki aksesibilitas positif yang rendah, aksesibilitas negatif yang tinggi, dan intensitas kelengkapan utilitas umum yang rendah maka dapat mengurangi nilai dari suatu lahan. Sehingga diberikan nilai yang paling rendah. Kelurahan Ngupasan dominan memiliki nilai jual lahan yang tinggi dibandingkan Kelurahan Prawirodirjan. Hal ini disebabkan Kelurahan Ngupasan memiliki kelengkapan fasilitas yang tinggi untuk mendukung kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Gambar 1 Kelas lahan sedang lebih mendominasi di Kecamatan Prawirodirjan yang kebanyakan pada daerah tersebut didominasi penggunaan lahan permukiman, pada Kelurahan Prawirodirjan kelas lahan tinggi hanya terlihat pada sepanjang Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Ibu Ruswo yang penggunaan lahan disepanjang jalan tersebut berupa pertokoan sehingga memiliki kelas lahan yang tinggi.
9
Gambar 3.1 Peta Agihan Nilai Lahan Kecamatan Gondomanan 3.5 Faktor yang Paling Mempengaruhi Nilai Lahan Nilai lahan dapat dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu pengunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif dan tingkat kelengkapan utilitas. Beberapa parameter tersebut terdapat parameter yang paling mempengaruhi nilai lahan pada setiap daerah dikarenakan tiap-tiap daerah memiliki karakteristik dan kondisi yang berbeda-beda. Faktor yang paling mempengaruhi nilai lahan ini dapat di analisis menggunakan tabel atribut hasil overlay nilai lahan yang terdapat pada software ArcGIS yaitu dengan melihat harkat parameter yang sering muncul dan berpengaruh terhadap klasifikasi nilai lahan, seperti pada Gambar 3.1 Gambar 3.2 merupakan grafik yang merepresentasikan harkat parameter yang sering muncul di Kelurahan Ngupasan. Faktor yang paling mempengaruhi nilai lahan di Kelurahan Ngupasan ini yaitu harkat 4 penggunaan lahan berupa perdagangan dan jasa. Penggunaan lahan berupa perdagangan jasa di Kelurahan Ngupasan ini memang sangat banyak dibandingkan dengan harkat penggunaan lahan yang lain seperti permukiman, lahan kosong, industri, dan kantor pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Kelurahan Ngupasan merupakan Kelurahan yang menjadi pusat perdagangan dan pariwisata Kota Yogyakarta sehingga penggunaan lahannya pun banyak berupa perdagangan (pertokoan, pusat pebelanjaan, pasar dan ruko) dan jasa.
10
Harkat tingkat aksesibilitas positif di Kelurahan Ngupasan paling tinggi terdapat pada harkat 2 dimana merupakan harkat dengan kelas sedang yang banyak terdapat jalan kolektor di Kelurahan ini sehingga memudahkan aksesibilitas masyarakat untuk mencapai ke suatu tempat. Kelengkapan utilitas di Kelurahan Ngupasan termasuk kelas lengkap dimana banyak terdapat sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhan masyarakat dan melihat Kelurahan Ngupasan ini merupakan Kelurahan yang menjadi pusat perdagangan dan pariwisata di Kota Yogyakarta. Tingkat aksesibilitas negatifnyapun sebagian besar termasuk harkat 1 yang merupakan kelas rendah yaitu jauh dengan aksesibilitas negatif yang berupa sungai yang berarti jauh terhadap dampak buruk dari sungai sehingga berpengaruh terhadap nilai lahan di Kelurahan Ngupasan.
Jumlah Harkat Parameter Nilai Lahan
300 250 Penggunaan Lahan
200
Kelengkapan Utilitas
150
Aksesibilitas Positif Aksesibilitas Negatif
100 50 0 Harkat Parameter Nilai Lahan
Gambar 3.2 Grafik Harkat Parameter Nilai Lahan Kelurahan Ngupasan Gambar 3.3 dibawah ini merupakan grafik harkat parameter nilai lahan di Kelurahan Prawirodirjan. Pada grafik tersebut menunjukkan faktor yang paling mempengaruhi nilai lahan di Kelurahan Prawirodirjan adalah penggunaan lahan dengan harkat 3 yaitu penggunaan lahan berupa permukiman dan industri. Hal tersebut dapat ditunjukaan dengan banyaknya penggunaan lahan yang terdapat di Kelurahan Prawirodijan. Pada peta penggunaan lahan Kecamatan Gondomanan, Kelurahan Prawirodirjan sebagian besar didominasi oleh penggunaan lahan permukiman padat penduduk yaitu sebanyak 27,5% dengan luas lahan 31,61 Ha .
11
Aksesibilitas lahan yang paling sering muncul yaitu aksesibilitas positif dengan harkat 3 yang termasuk dalam kelas tinggi dimana aksesibilitas positif yang terdapat di Kelurahan Prawirodirjan lebih baik dibandingkan dengan Kelurahan Ngupasan yang sebagian besar merupakan kelas aksesibilitas sedang. Aksesibilitas positif ini berdampak pada nilai lahan dimana semakin dekat suatu lahan dengan aksesibilitas positif makan nilai lahan tersebut akan semakin tinggi. Aksesibilitas lahan negatif di Kelurahan Prawirodirjan pada grafik paramerter nilai lahan tersebut menunjukan Kelurahan Prawirodirjan harkat yang sering muncul yaitu harkat 1 yang merupakan aksesibilitas negatif tinggi yang termasuk pada kelas I, hal ini dapat dilihat dari kebedaraan Sungai Code yang sebagian besar terdapat di Kelurahan Prawirodirjan yang berada di sepanjang permukiman padat penduduk. Hal tersebut tentunya akan memberikan dampak buruk terhadap lahan yang terdapat di Kelurahan Prawirodirjan melihat dengan adanya Sungai Code yang dampat mengakibatkan dampak seperti bencana banjir yang dapat menggenangi sebagian Kelurahan Prawirodirjan khususnya permukiman padat penduduk yang terdapat di sekitar Sungai Code tersebut. Kelengkapan utilitas di Kelurahan Prawirodirjan termasuk pada kelas tidak lengkap dibandingkan Kelurahan Ngupasan hal ini dikarenakan sedikitnya fasilitas sarana dan prasarana di Kelurahan ini. Kelurahan Prawirodirjan sendiri merupakan kelurahan yang sebagian besar penggunaan lahannya berupa permukiman padat penduduk dengan aksesibilitas negatif yang termasuk kelas tinggi sehingga dimungkinkan tidak sesuai apabila di bangun banyak sarana dan prasarana di Kelurahan Prawirodirjan mengingat tingginya dampak negatif dari Sungai tersebut.
12
Jumlah Harkat Parameter Nilai Lahan
250 200 150
Penggunaan Lahan Kelengkapan Utilitas
100
Aksesibilitas Positif Aksesibilitas Negatif
50 0 Harkat Parameter Nilai Lahan
Gambar 3.3 Grafik Harkat Parameter Nilai Lahan Kelurahan Prawirodirjan 4.
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Kecamatan Gondomanan memiliki tiga kelas nilai lahan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kelurahan yang memiliki nilai lahan paling tinggi yaitu kelurahan Ngupasan dengan luas lahan 18,53Ha dengan persentase 30,78% dan kelurahan yang memiliki nilai lahan paling rendah yaitu Kelurahan Prawirodirjan yaitu 22,74% dengan luas lahan 9,47Ha. 2. Faktor pengunaan lahan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada tingginya nilai lahan di Kecamatan Gondomanan yaitu pengunaan lahan berupa perdagangan dan jasa serta permukiman. 4.2 Saran 1. Kecamatan Gondomanan
merupakan
kawasan
perkotaan
yang
semakin
berkembang yang akan menyebabkan perkembangan harga lahan, sehingga perlu diadakan pemetaan dan pendataan harga lahan aktual secara rutin guna memperoleh informasi untuk berbagai kepentingan baik pemerintah maupun pihak lain . Kelurahan Prawirodirjan diharapkan dapat memiliki nilai lahan yang sedang hingga tinggi dengan meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana sehingga dapat mendorong nilai lahan di Kelurahan Prawirodirjan. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat berlanjut dengan menambahkan beberapa parameter lain yang dianggap berpengaruh terhadap nilai lahan.
13
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Sholikhatun, 2011. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Pemetaan Harga Lahan di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Tugas Akhir. Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Departemen Pekerjaan Umum dan Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, 1997, Kamus Tata Ruang, Jakarta. Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan BPN RI , 2007. Petunjuk Teknis Direktorat Survei dan Potensi Tanah. Jakarta Dwi, R. Indriasari. 2016. Skripsi. Analisis Nilai Lahan di Kecamatan Ngawi dengan Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hidayat, Hamim, 2006, Pemetaan Estimasi Harga Lahan Menggunakan Citra Resolusi Tinggi Quickbird di Kecamatan Gondokusuman. Tugas Akhir. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hidayati, Iswari Nur. 2013. Analisis Harga Lahan Berdasarkan Ctra Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. Jurnal. Jurnal Pendidikan Geografi Vol.13. No.1 April 2013.Hal 1-92. Lakitan, B. 1997. Dasar Dasar Klimatologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Lillesand and Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Diterjemahkan oleh Dulbahri, Hartono, dkk. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Nugraheni, D.S Puspa. 2012. Tugas Akhir. Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografi Untuk Penentuan Prioritas Lokasi Perdagangan Di Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Sabari, H.Yunus. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
14
Sutanto. 1979. Penginderaan Jauh Jilid 1. Gadjah Mada Univercity Press. Yogyakarta BPS. Diakses melalui jogjakota.bps.go.id/ pada tanggal 10 Mei 2016 pukul 21.40 WIB ESRI. Diakses melalui http://www.esri.com pada tanggal 27 Februari 2016 pukul 08:43 WIB
15