ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 ANALISIS MODEL HABBERSTAD PADA PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS AGROINDUSTRI KEDELAIDI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Analysis of Habberstad-Model on Production and Productivity of Soybean Agro-industry in Banyumas Regency, Central Java Oleh: Anny Hartati dan Anisur Rosyad Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto Alamat Korespondensi: Anny Hartati (
[email protected].) ABSTRAK Posisi keseimbangan penawaran dan permintaan nasional dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan adanyakekurangan penawaran kedelai di dalam negeri. Tujuan dilakukan penelitian adalah mengetahui produktivitas parsial dan produktivitas total agroindustri berbasis komoditas kedelai dan produk olahannya di Kabupaten Banyumas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada produktivitas parsial: 1) produktivitas tenaga kerja cenderung menurun yang disebabkan oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja itu sendiri: 2) produktivitas modal cenderung menurun yang disebabkan oleh rendahnya volume penjualan dan meningkatnya jumlah modal; 3)produktivitas produksi tidak menunjukkan fluktuasi yang mencolok yang disebabkan oleh peramalan permintaan; 4) perencanaan dan pengendalian produksi yang relatif cermat; 5) produktivitas organisasi cenderung menurun yang disebabkan oleh turunnya volume penjualan; 6) produktivitas penjualan cenderung menurun yang disebabkan oleh luaran bernilai negatif; dan7) produktivitas produk menurun yang disebabkan oleh pemborosan biaya produksi.Sedangkan produktivitas total cenderung menurun yang disebabkan oleh pemborosan biaya produksi. Kata kunci : Habberstad, produksi, produktivitas, agroindustri, kedelai.
ABSTRACT The position of the national balance of supply and demand in the last ten years indicates a shortage of soybeans in the domestic supply. The objectives of the research were to determine partial and total productivity of soybean agro-based and processed products in Banyumas. The results showed that the partial productivity: labor productivity tended to decline due to the low productivity of labor itself; capital productivity tended to decrease caused by lower sales volume and theincreasing amount of capital, production productivity showed no striking fluctuations caused by forecasting demand, production planning and control are relatively accurate; organizational productivity tended to decline due to the declining in sales volume, sales productivity tended to decline due to the negativeoutcome, and productivity decreases product waste caused by production costs. The total productivity tended to decrease caused by production costs. Key words: Habberstad, product, productivity, agro-industry, soybean.
ketahanan nasional. Pangan terdiri atas
PENDAHULUAN Masalah pangan merupakan salah satu
komponen yang secara fisiologis amat
masalah nasional. Persediaan pangan sangat
dibutuhkan bagi metabolisme tubuh yang
berkaitan dengan masalah kesejahteraan
sehat yang terdiri atas protein, lemak,
masyarakat serta kelangsungan hidup bangsa
karbohidrat, mineral, dan vitamin. Kedelai
Indonesia. Oleh karena itu, pangan memiliki
merupakan salah satu sumber bahan pangan
peranan
yang menghasilkan komponen tersebut.
170
penting
dalam
meningkatkan
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 Kedelai merupakan salah satu sumber
terhadap kedelai sebagai bahan baku industri
protein nabati dengan kadar protein sekitar
makanan (seperti tahu, tempe, tauco, kecap,
39 persen. Hasil olahannya secara umum
dan
merupakan makanan bergizi tinggi dan tidak
pertambahan penduduk dan peningkatan
mahal
pendapatan, akan menyebabkan kebutuhan
serta
terjangkau
untuk
semua
makanan
ternak)
semakin
dengan
kalangan baik atas, menengah, maupun
kedelai
bawah, sehingga dapat dikatakan bahwa
berkesinambungan. Hal ini juga dialami di
kedelai berperan besar dalam peningkatan
Kabupaten
kesehatan dan gizi masyakarat (Hermana,
Kabupaten Banyumas, 2004; 2005).
1985).
juga
sejalan
Banyumas
meningkat
dan
(Disperindagkop
Untuk memilih suatu agroindustri yang
Posisi keseimbangan penawaran dan
akan dikembangkan di suatu wilayah harus
permintaan kedelai nasional sepuluh tahun
dapat melihat kriteria yang dibutuhkan
terakhir menunjukkan bahwa laju kebutuhan
agroindustri tersebut dan kondisi wilayah
kedelai dalam negeri mencapai 18,24 persen
tempat akan dikembangkannya agroindustri.
per
Menurut
tahun,
sedangkan
produksi
hanya
Fauzi
dan
Sutrisno
(1998),
meningkat dengan laju 9,86 persen per tahun
pemilihan agroindustri yang dikembangkan
(Departemen Pertanian, 2002). Hal tersebut
harus memenuhi kriteria (1) berbasis pada
berarti telah terjadi kekurangan penawaran
potensi sumber daya lokal; (2) memiliki
dengan kedelai dalam negeri. Kekurangan
keunggulan perbandingan; (3) memiliki
penawaran dalam negeri tersebut dapat
peluang pasar ekspor dan domestik yang
dipenuhi
tinggi; (4) menghasilkan “multiplier effect”
impor
upaya
kedelai
pemerintah yang
melakukan
volumenya
bagi usaha ekonomi lain
yang dapat
meningkat dengan laju 18,15 persen per
meningkatan
kerja
tahun. Meningkatnya kebutuhan konsumsi
kesempatan
kedelai dalam negeri
pertumbuhan
disebabkan
terus
oleh
kesempatan berusaha, ekonomi
serta
dan
mendorong
wilayah;
(5)
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
mendukung ketahanan pangan nasional; (6)
mengkonsumsi kedelai. Hal ini tercermin
menghasilkan nilai tambah yang tinggi; (7)
dari peningkatan rerata konsumsi dari sekitar
didukung kemampuan IPTEK dan SDM
6,5 kg per kapita pada tahun 1995 menjadi
untuk menghasilkan produk berdaya saing
11,9 kg per kapita pada tahun 2002
tinggi; dan (8) layak secara ekonomis untuk
(Departemen Pertanian, 2002). Kebutuhan
dikembangkan. Kriteria urutan pertama dan
171
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 penting
adalah
harus
memperlihatkan
permasalahan yang terjadi pada agroindustri
masalah sumber daya lokal yang ada, atau
berbasis kedelai tersebut.
pengembangan agroindustri harus berbasis
Permasalahan
sumber daya lokal.
agroindustri
yang
berbasis
terjadi
kedelai,
pada
berkaitan
Beberapa agroindustri di Kabupaten
dengan (1) sumberdaya manusia atau tenaga
Banyumas telah memanfaatkan sumber daya
kerja, (2) modal, (3) produksi, (4) organisasi
lokal berupa kedelai. Selain jumlahnya
atau
mencukupi, juga kedelai memiliki banyak
penjualan, serta (6) produk. Untuk mengatasi
manfaat. Produk pengolahan kedelai juga
permasalahan ini, maka perlu dilakukan
dapat
baku
analisis produktivitas pada beberapa aspek
agroindustri lain, sehingga muncul suatu
yaitu (1) produktivitas tenaga kerja, (2)
rantai produksi dengan basis komoditas
produktivitas
kedelai. Namun perkembangan agroindustri
produksi, (4) produktivitas organisasi, (5)
berbasis kedelai tidak menggembirakan,
produktivitas penjualan, (6) produktivitas
dikarenakan nilai jual agroindustri berbasis
produk, serta (7) produktivitas total. Hasil
kedelai yang meliputi kedelai hitam, kedelai
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
kuning untuk tahu, tempe, kecap, susu
pemerintah daerah Kabupaten Banyumas
kedelai, tauco, dan kecambah atau tauge
untuk merumuskan arah pengembangan
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 tidak
agroindustri yang berbasis kedelai sebagai
mengalami perubahan yang berarti bahkan
informasi untuk mengatasi permasalahan
cenderung tetap. Kondisi ini menunjukkan
pada
kinerja
mengembangkan agroindustrinya.
dijadikan
dan
sebagai
bahan
perkembangan
agroindustri
manajemen,
(5)
modal,
rendahnya
pemasaran
(3)
atau
produktivitas
produktivitas
dalam
berbasis komoditas kedelai rendah, padahal agroindustri berbasis kedelai Kabupaten
METODE PENELITIAN
Banyumas merupakan agroindustri yang
Metode dasar pada penelitian ini adalah
cukup potensial. Oleh karena itu, untuk masa
survei. Adapun rancangan pengambilan
mendatang
kebijakan
sampel dengan judgemental atau purposive
untuk meningkatkan kinerja agroindustri
sampling. Menurut Barnett (1991), dalam
berbasis kedelai. Agar dapat diciptakan
metode ini peneliti melakukan pemilihan
kebijakan yang tepat sasaran, perlu diketahui
secara sengaja menentukan sampel dianggap
perlu
diupayakan
mewakili. Penggunaan metode purposive
172
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 sampling ini dimaksudkan agar data yang
diperlukan dapat untuk menyusun laporan rugi
laba
dan
untuk
dapat
Biaya Adm / Umum
mengevaluasi
produktivitas dapat diperoleh dengan baik serta
mencerminkan
e. Produktivitas penjualan
kondisi
mengambil sampel dilakukan dengan (1) agroindustri
yang
berbasis
EAT
agroindustri secara keseluruhan. Langkah
menentukan
Penjualan Bersih Biaya Eksternal
Total Biaya Penjualan
f. Produktivitas produk
kedelai dan produk olahannya berjumlah 8
Laba Kotor Biaya Langsung
(delapan)
jenis;
(2)
diambil
sampel
agroindustri skala usaha kecil, menengah,
2. Produktivitas Total PB PP HPP BA BP TA
dan besar. Metode analisis data dilakukan
PFT
dengan pendekatan model Habberstad baik
Keterangan:
produktivitas parsial maupun produktivitas
PFT
= Produktivitas Faktor Total
total (Hendraputera, 1986), yaitu:
PB
= Penjualan Bersih
1. Produktivitas Parsial
PP
= Perubahan Persediaan
a. Produktivitas tenaga kerja
HPP
= Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
BA
= Biaya Administrasi
Biaya Tenaga Kerja
BP
= Biaya Penjualan
TA
= Total Aktiva
Penjualan Bersih H arg a Pokok Penjualan Biaya Tenaga Kerja
3. Indeks Laspeyres = IL =
b. Produktivitas modal
Penjualan Bersih
Penjualan Bersih
Modal Total
Total Aktiva
c. Produktivitas produksi
Keterangan: IL = Indeks yang dipakai mendeflasikan harga ke arah tahun dasar (base period).
Penjualan Bersih Aktiva Tetap
d. Produktivitas organisasi
Pn .q 0 x 100 P0 .q 0
Pertambahan Nilai Biaya Adm / Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Produktivitas tenaga kerja Produktivitas
tenaga
kerja
secara
keseluruhan selama tahun 2000 sampai dengan 2005 cenderung menurun. Hal ini
173
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 disebabkan oleh volume penjualan yang
penjualan, bahkan jika mungkin harus
menurun, hingga laba luaran (laba kotor)
ditekan serendah mungkin pada standar
juga
sisi
kualitas yang sama. Pada tahun 2001
masukan, dapat diketahui bahwa biaya
produktivitas dalam produksi merupakan
tenaga kerja dan harga pokok penjualan
tingkah terendah selam periode pengukuran.
tidak mengalami kenaikan yang berarti.
Penurunan volume pendapatan bersih tidak
(Tabel 1). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
diimbangi dengan penurunan yang berarti
produktivitas
perusahaan
dari harga pokoknya, bahkan upah buruh
kurang baik, karena biaya tenaga kerja dan
langsung yang merupakan salah satu elemen
biaya produksi tidak naik. Tenaga kerja yang
dari harga pokok mengalami peningkatan
dimaksud adalah tenaga kerja pabrik dan
yang berarti, sedangkan pemakaian bahan
tenaga kerja manajerial terutama di bidang
baku penolong termasuk boros. Setelahtahun
perencanaan
2001, produktivitas dalam produksi relatif
mengalami
penurunan.
tenaga
kerja
kebutuhan
Dari
tenaga
kerja,
penjadwalan tenaga kerja, dan pengawasan.
stabil sehingga tidak terjadi masalah yang
2. Produktivitas Dalam Produksi
berarti sehingga tidak perlu dideteksi secara
Produktivitas dalam produksi tidak menunjukkan
fluktuasi
yang
mendalam.
mencolok
Menurut Fauzi dan Sutrisno (1998)
selama periode pengukuran. Menjaga tingkat
dari situasi terburuk pada produktivitas
produktivitas yang relatif stabil bukan berarti
parsial, ternyata faktor penyebab yang
memproduksi jumlah yang sama untuk
mendasar adalah manajemen produksi yang
setiap periode. Menjaga kestabilan produksi
tidak dapat menyesuaikan biaya harga pokok
dalam situasi pasar yang tidak menentu
dalam volume penjualan.
merupakan hal yang cukup sulit, karena
dilihat dari persediaan tahun 2001 tersebut,
diperlukan ketajaman peramalan permintaan,
jumlahnya tidak banyak bahkan menurun.
perencanaan, dan pengendalian produksi.
Hal
Meningkatnya ukuran produktivitas parsial
merupakan
perbandingan
antara
ini
berarti
Bahkan jika
jumlah
produk
yang
dihasilkan tidak berlebihan, sehingga biaya per unit produk yang sebenarnya cukup
penjualan dengan harga pokok penjualan,
tinggi.
oleh karenai tu harga pokok penjualan harus
pemanfaatan
dapat disesuaikan dengan ramalan anggaran
penolong
pendapatan yang akan diterima dari hasil
langsung seefisien mungkin. Hal ini dapat
174
Pemecahan bahan
serta
terbaik baku
biaya
dan
produksi
adalah bahan tidak
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008
Tabel 1. Harga variabel pengukuran yang telah dideflasikan (dalam rupiah) Variabel Laba Kotor Biaya Tenaga Kerja Penjualan Bersih Total Aktiva Harga Pokok Penjualan Pertambahan Nilai Biaya Administrasi Laba Bersih Setelah Pajak Biaya Penjualan Biaya Langsung
2000 49.175.215 22.745.915 197.796.209 97.417.810 151.768.672 64.127.206 20.912.207 7.412.829 13.417.209 120.419.395
2001 4.275.712 24.475.816 141.897.912 110.912.418 129.768.417 27.257.813 21.615.412 13.412.415 6.718.918 121.915.210
2002 32.412.716 26.678.210 167.976.876 102.912.415 116.975.627 49.817.213 20.475.612 5.617.815 9.214.712 118.897.115
2003 21.718.205 27.815.712 91.976.787 115.415.720 59.475.459 4.912.612 21.918.710 9.785.910 4.417.981 96.797.212
2004 21.785.812 19.815.785 67.879.916 102.917.115 39.876.179 30.417.514 17.610.420 3.901.612 2.175.169 32.417.200
2005 25.916.775 23.475.712 172.976.587 106.297.610 106.971.147 60.986.572 20.419.615 4.912.813 17.812.750 100.410.810
2004 67.879.916 39.876.179 20.419.681 8.719.475 6.718.206 9.762.916
2005 172.976.587 106.971.147 72.979.687 7.517.697 7.115.862 9.987.417
Tabel 2.. Harga hasil deflasi untuk setiap tahun pengukuran dalam rupiah (harga konstan) Variabel Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Biaya Eksternal Gaji Pegawai Kantor Upah Buruh Langsung Neraca Sediaan Akhir
175
2000 197.796.209 151.768.672 112.818.905 7.675.614 9.768.712 5.715.205
2001 141.897.912 129.768.417 107.715.671 8.917.815 9.951.208 3.716.912
2002 167.976.876 116.975.627 101.771.817 8.896.712 8.718.514 7.187.941
2003 91.976.787 59.475.459 78.918.719 9.417.214 8.912.812 8.156.207
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 dilakukan melalui perencanaan produksi
terasa pentingnya suatu peramalan atau
yang baik, penjadwalan produksi serta
perkiraan
pengawasan atau pengendalian pada proses
Selanjutnya
kerja dan cara kerja pada buruh.
(1997) walaupun pemecahan permasalahan
Untuk produksi
jangka
masalah
faktor
menjadi
masalah
penting,
utamanya
adalah
bukan
utama.Masalah
pendek,
situasi
yang
akan
dikatakan
produktivitas tetapi
oleh
Soekarto
penjualan
sebenarnya
perbaikan
produktivitas
peningkatan volume penjualan atau strategi
sangat
menentukan
pemasaran yang ditunjang oleh tingginya
perusahaan.
tingkat produktivitas penjualan. Apabila
Dalam
teori
datang.
sangat tindakan
organisasipun keberhasilan
organisasi
kejadian
masalah tersebut sudah dapat diatasi,
tahun 2003 tersebut sebagai perubahan
kemudian
beranjak
pada
peningkatan
lingkungan. Langkah yang pasti dalam hal
kapasitas
produksi
dan
peningkatan
ini
adalah
bahwa
perusahaan
adaptasi
atau
harus
kualitas.
mengadakan
perubahan
3. Produktivitas Organisasi
organisasi (Horne, 1998). Dalam hal ini
Tingkat paling tinggi produktivas
peranan manajemen puncak sangat penting
organisasi dicapai pada tahun 2005 dan
untuk menentukan jenis perubahan yang
tingkat terendah dicapai pada tahun 2003.
harus dilakukan berdasarkan kamampuan
Rendahnya tingkat produktivitas organisasi
organisasinya.
bukan disebabkan oleh pemborosan biaya
4. Produktivitas Penjualan
administrasi. Kenaikan biaya administrasi
Perkembangan tentang produktivitas
merupakan kenaikan yang wajar, apalagi
penjualan
mengingat
terhadap perkembangan produktivitas total
bahwa
biaya
administrasi
sangat
pengaruhnya
seperti gaji pegawai bukan merupakan
dan
biaya langsung yang mempunyai elastisitas
Perkembangan
tinggi
produk
secara keseluruhan selama tahun 2000-
yangtelah dihasilkan. Penurunan tingkat
2005 relatif buruk karena output (laba
produktivitas organisasi tersebutterutama
bersih setelah pajak) bernilai negatif,
disebabkan
kecuali tahun 2000 dan 2005. Pada tahun
sesuai
dengan
oleh
jumlah
menurunnya
volume
penjualan bersih secara drastis.
profabilitas
besar
total
produktivitas
perusahaan. penjualan
2001, produktivitas penjualan berada pada
Menurut Bernard et al. (2005)
tingkat terendah yang diikuti pula oleh
apabila output menurun, maka faktor input
turunnya produktivitas totalnya. Akibatnya
juga harus cepat beradaptasi dengan
profitabilitas total juga menurun walaupun
melaksanakan efisiensi, dalam hal ini
176
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 telah diimbangi dengan kenaikan rasio
dari tahun 2001, sedangkan profitabilitas
indeks harga total.
totalnya tidak mengalami peningkatan
Mengingat
ukuran
produktivitas
akibat turunnya rasio indeks harga total.
penjualan adalah laba bersih setelah pajak
Dengan
per
bahwa
bahwa perusahaan cukup tanggap dalam
penurunan produktivitas penjualan tersebut
menghadapi turunnya volume penjualan
disebabkan oleh turunnya laba bersih yang
selama tahun 2001 tersebut.
sangat drastis sampai mengalami kerugian
5. Produktivitas Produk
biaya
penjualan,
terlihat
atau laba bersih negatif (Tabel 1). Dari
demikian
dapat
Produktivitas
disimpulkan
produk
tingkat
komponen laba bersih setelah pajak,
terendah terjadi pada tahun 2001 dan
terlihat bahwa turunnya output bukan
tingkat tertinggi pada tahun 2004. Pada
disebabkan oleh naiknya biaya operasi
tahun 2001 mengalami tingkat terendah
(biaya administrasi dan biaya penjualan
karena laba kotor perusahaan juga berada
serta harga pokok penjualan (HPP)).
pada tingkat rendah, dan ironisnya elemen
Penyebabnya adalah penurunan volume
biaya
penjualan bersih yang sangat drastis (Lihat
tertinggi dibandingkan tahun pengukuran
Tabel 2). Menurut Gust dan Marques
lainnya (Tabel 1). Terjadinya pemborosan
(2000)
penjualan
biaya langsung pada tahun 2001 ini, terjadi
berpengaruh nyata terhadap penerimaan
ketidakefisienan dalam proses produksi.
dan
Hal
penurunan
selanjutnya
volume
berpengaruh
terhadap
produktivitas
produksi
dan
dalam
produktivitas
nyata
langsung
ini
juga
berada
pada
diperkuat
tingkat
dari
hasil
proses
pengukuran produktivitas produksi pada
organisasi
tahun ini juga mengalami tingkat terendah.
perusahaan.
Walaupun
Selanjutnya dikatakan Bernard et al.,
di
perusahaandengan
bahan baku kedelai belum ada bagian riset
(2005) bahwa faktor yang menyebabkan
produk
turunnya volume penjualan antara lain (a)
pengembangan produk secara khusus,
strategi harga jual yang kurang sesuai
tetapi ada hal yang menarik tentang
dengan situasi pasar yang bersaing, (b)
tindakan yang diambil pimpinan yang
kegiatan promosi dan penyebaran yang
mengakibatkan
kurang intensif.
produk pada tahun 2004. Perbaikan di
Pada
tahun
2005,
atau
bagian
penelitian
tingginya
dan
produktivitas
produktivitas
bidang produksi dan peningkatan kualitas
penjualan mengalami peningkatan lagi
produk telah dilakukan, akibatnya terlihat
sekitar 84% dari tahun 2001, demikian
pada tahun 2005 tingkat produktivitas
juga produktivitas totalnya meningkat 17%
parsial relatif tinggi.
177
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 tuck.dartmouth.edu Februari 2006.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Produktivitas
parsial
menunjukan
bahwa: 1)produktivitas tenaga kerja cenderung menurun yang disebabkan oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja itu sendiri: 2) produktivitas modal
cenderung
menurun
yang
disebabkan oleh rendahnya volume penjualan dan meningkatnya jumlah modal; 3)produktivitas produksi tidak menunjukkan fluktuasi yang mencolok yang
disebabkan
permintaan;
4)
oleh
peramalan
perencanaan
dan
pengendalian produksi yang relatif cermat; 5) produktivitas organisasi cenderung menurun yang disebabkan oleh
turunnya
volume
penjualan;
6) produktivitas penjualan cenderung menurun yang disebabkan oleh luaran bernilai negatif; dan7) produktivitas produk menurun yang disebabkan oleh pemborosan biaya produksi. 2. Produktivitastotal cenderung menurun yang disebabkan oleh pemborosan biaya produksi.
DAFTAR PUSTAKA Barnett, V. 1991. Sample Survey Principle and Methods. Edward Arnold, London. pp. 13-14. Bernard, A. B., S. Redding and P. K. Schott. 2005. Products and Productivity (on-line). http://mba.
178
diakses
22
Departemen Pertanian. 2002. Grand Strategi Pengembangan Agroindustri (Industri Pengolahan Hasil Pertanian) (on-line). Departemen Pertanian. http://agribisnis.deptan. go.id diakses 11 Februari 2005. Disperindagkop Kabupaten Banyumas. 2004. Laporan Tahunan/Tahun 2003. Jumlah Sentra, Unit Usaha, Produksi, Ekspor, Tenaga Kerja, Investasi menurut Jenis Industri. Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Banyumas Purwokerto. _____. 2005. Laporan Tahunan/Tahun 2004. Jumlah Sentra, Unit Usaha, Produksi, Ekspor, Tenaga Kerja, Investasi menurut Jenis Industri. Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Banyumas Purwokerto. Fauzi, A. M. dan Sutrisno. 1998. Konsepsi Pengembangan Agroindustri Berbasis Teknologi dan Padat Karya Berorientasi Ekspor. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. pp. 1-4. Gust,
C. and J. Marquez. 2000. Productivity Development Abroad. Federal Reserve Bulletin 665-681.
Hendraputera, M. 1986. Analisis Perusahaan Berdasarkan Model Pengukuran Produktivitas Habberstad di PT. Wiwaco Bandung. Tesis. Fakultas Teknologi Industri ITB, Bandung. pp. 46-51. Hermana. 1985. Pengolahan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan dalam Kedelai, Pusat Pengembangan dan Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Horne, J.C. 1998. Financial Management and Policy. Prentice-Hall, Inc., New Jersey. 70p.
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 Soekarto, S. T. 1997. Industri Pertanian Terpadu, Konsep dan Aplikasinya. J. Agribisnis 1(1-2):1-3.
179