PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS PADA ALBUM TAHUN 1981-1983 BERDASARKAN TEORI RUANG PERSEPSI MANUSIA MODEL HALEY
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Yonatan NIM: 121224019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS PADA ALBUM TAHUN 1981-1983 BERDASARKAN TEORI RUANG PERSEPSI MANUSIA MODEL HALEY
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Yonatan NIM: 121224019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada
Allah Bapa, Anak dan Roh kudusTuhan kami atas berkat, kelancaran, kekuatan yang telah diberikan.
Orang Tua tercinta, Bapak Kardi dan Ibu Srijah yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian dan kasih sayang yang tak pernah putus.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“HASIL TIDAK AKAN MENGKHIANATI PROSES KINERJAMU” (Yonatan)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Yonatan. 2017. Analisis Metafora dalam Lirik Lagu Iwan Fals pada Album Tahun 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora, distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dan keadaan sistem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora, distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dan keadaan sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Sumber data terdiri tiga album yaitu album Sarjana Muda tahun 1981 meliputi 10 judul lagu, album Opini tahun 1982 meliputi 9 judul lagu dan album Sumbang tahun 1983 meliputi 9 judul lagu. Data penelitian ini berupa frasa, klausa dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora. Tahap analisis data mengacu model Miles dan Huberman yang mencakup interpretasi, pengkategorian, dan distribusi. Hasil analisis terhadap 92 data penelitian ini menunjukkan bahwa dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 terdapat 9 kategori ruang persepsi manusia model Haley yang meliputi (1) kategori being, (2) kategori cosmos, (3) kategori energy, (4) kategori substance (5) kategori terretrial, (6) kategori object, (7) kategori living (8) kategori animal (9) kategori human. Hasil distribusi persentase pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling monjol adalah kategori human dengan jumlah distribusi persentase 33,69%. Selain itu, hasil distribusi mencerminkan keadaan sistem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals yang tidak seimbang. Kata kunci: metafora, kategori ruang persepsi manusia model Haley, lirik lagu.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Yonatan. 2017. Metaphor Analysis in Lyric of Iwan Fals Songs at Album in 19811983 According The Category of Human Perceptual Space in Haley Theory. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Indonesian Literary Language Education, Faculty of Teacher and education, Sanata Dharma University. The issues that are discussed in this research is categoy of human perceptual space in Haley model that used to create a metaphor expression, categoy of human perceptual space in Haley model the most prominent and situation of ecology system in the lyric of Iwan Fals song at his album in 1981-1983. The purpose of the research to explained categoy of human perceptual space in Haley model that used to create metaphor expression, distribution categoy of human perceptual space in Haley model the most prominent and situation of ecology system in the lyric of Iwan Fals song at his album in 1981-1983. The research is a kind of qualtative descriptive. The data source this research is the lyrics of Iwan Fals song at his album in 1981-1983. The data source consist of three album that is Sarjana Muda in 1981 included ten song title, Opini album in 1982 included nine song title and Sumbang album in 1983 included nine song title. The reasearch data shaped phrases, clause and sentences that contains metaphor expression. The includes interpretation, categorization, and distribution. Result of analysis against the ninety-two reasearch data showing that in lyrics of Iwan Fals song at his album in 1981-1983 there are nine category of human perceptual space in Haley model included (1) being category, (2) cosmos category, (3) energy category, (4) substance category, (5) terretrial category, (6) object category, (7) living category, (8) animal category, (9) human category. The result of percentage distribution of categoy of human perceptual space in Haley model and the most prominent is human category by the number of percentage distribution of 33,69%. Besides it, the distribution results reflect the state of ecological system in the lyric of Iwan Fals songs that are not seim. Keywords : metaphor, category of human perceptual space in Haley, song lyric.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS BERDASARKAN
TEORI
RUANG
PERSEPSI
MANUSIA
MODEL
HALEY.Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. 3. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. 4.
Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
5.
Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan, bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah sampai selesai.
6.
Bapak Robertus Marsidiq, selaku karyawan seketariat prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan administratif.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR BAGAN ................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................6 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................7 1.5 Batasan Istilah ...................................................................................................8 1.6 Sistematika Penyajian .......................................................................................9 BAB II KAJIAN TEORI .....................................................................................10 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................................10 2.2 Landasan Teori .................................................................................................12 2.2.1
Pengertian Metafora ...................................................................................13
2.2.2
Unsur-Unsur Metafora ...............................................................................15
2.2.3
Macam-Macam Sudut Pandang Peranan Metafora ....................................17
a. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sintaksis .............................................17
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Sudut Pandang Metafora dari Segi Semantik.............................................20 c. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sistem Ekologi (Ruang Persepsi Manusia Model Haley)....................................................20 2.2.4
Lirik Lagu...................................................................................................28
a. Pengertian Lirik Lagu ................................................................................28 b. Bahasa Lirik Lagu ......................................................................................29 c. Iwan Fals dan Lirik Lagu Ciptaanya ..........................................................30 2.3 Kerangka Pikir .................................................................................................31 BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................33 3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................33 3.2 Data dan Sumber Data .....................................................................................34 3.3 Instrumen Penelitian.........................................................................................36 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................36 3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................39 3.6 Teknik Keabsahan Data ...................................................................................41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................43 4.1 Deskripsi Data ..................................................................................................43 4.2 Analisis Data ....................................................................................................45 4.2.1
Tahap Interpretasi dan Pengkategorian ......................................................45
4.2.2
Tahap Distribusi .........................................................................................81
4.3 Pembahasan ......................................................................................................84 BAB V PENUTUP ................................................................................................87 5.1 Simpulan .........................................................................................................87 5.2 Saran ................................................................................................................88 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................90 LAMPIRAN ..........................................................................................................92 BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................185
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kriteria Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley ......................22 Tabel 3.1 Contoh Pengkodean Data .......................................................................38 Tabel 3.2 Contoh Tabel Distribusi Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley ......................................................................................................................41 Tabel 4.1 Jumlah Data Penelitan ............................................................................43 Tabel 4.2 Distribusi Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley ..................82
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Hierarki Ruang Persepsi Manusia Model Haley...................................21 Bagan 2.2 Mind Mapping Kerangka Pikir .............................................................32 Bagan 3.1 Rumus Pesentase...................................................................................41
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Unduhan Sumber Data........................................................................93 Lampiran 2 Hasil Pengumpulan Data ..................................................................114 Lampiran3 Hasil Triangulasi Data .......................................................................119 Lampiran 4 Hasil Pengkategorian Data ..............................................................180
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia. Melalui bahasa itulah, manusia menyampaikan gagasan, keinginan, ataupun perasaanya. Fungsi bahasa itu sendiri adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, ide atau perasaan. Dengan demikian, bahasa dapat dinyatakan sebagai identitas dan media pengekspresian jiwa kelompok masyarakat atau individu dalam berbagai situasi komunikasi (Chaer, 2009: 33). Ditinjau dari fungsi bahasa yang dapat digunakan dalam berbagai situasi komunikasi, salah satu wujudnya adalah karya sastra. Bahasa dalam karya sastra memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dari situasi komunikasi lainya. Keistimewaan bahasa dalam karya sastra terbentuk adanya percampuran ekspresi dunia nyata dan dunia kias, antara makna sesungguhnya dan makna kias. Salah satu dari genre sastra yang terbentuk dari dunia nyata dan dunia kias itu adalah puisi. Wahab (1990: 144) menyatakan bahwa di dalam puisi ada campuran antara dunia nyata dan duni kias. Dengan demikian, puisi itu kaya akan metafora. Selain itu, Supriyadi (2013: 313) menyatakan di dalam puisi terdapat pernyataanpernyataan metaforis yang sering digunakan penyair ketika ia menciptakan suatu sajak atau pun puisi.Pernyataan metaforis itu sebagai gejala kebahasan dalam puisi yang direalisasikan dalam bentuk lambang kias (signifier) dan makna yang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
dimaksudkan (signified).Selanjutnya dari Robert Fost dan Marvin K.I Ching (1980 dalam Wahab, 1995: 75) menyatakan bahwa “poetry is the of saying one thing and meaning of another”. Dengan demikian, puisi mempunyai fungsi yang sama dengan metafora, yaitu mengatakan suatu hal tetapi mempunyai maksud lain. Namun demikian, puisi bukanlah metafora dan begitupula sebaliknya, metafora bukanlah puisi. Persamaan puisi dan metafora ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa penyair memiliki hak poetica licensia, dalam mengkhayalkan dunia bebas melengkapi dunia ini dengan apa saja yang dipilihnya, baik dengan benda-benda yang diambil dari dunia nyata maupun dengan benda-benda yang ada pada khayalan penyair. Puisi yang telah dijelakan di atas, tidak jauh berbeda dengan lirik lagu. Lirik lagu biasanya identik dengan lambang-lambang kias atau bahasa yang bersifat kias. Hal itu terjadi adanya fenomena khas penggunaan bahasa penyair lirik lagu yang tersusun dalam bait-bait bernada liris (emosional/penuh perasaan). Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dalam batinya tentang sesuatu hal yang sudah dilihat, didengar maupun dialaminya (Awe, 2007:22). Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 678) lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi. Dengan demikian, lirik lagu dapat dinyatakan memiliki kesamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam bahasanya. Dalam lirik-lirik lagu karya Iwan Fals sebagain besar menampilkan lambang-lambang kias atau bahasa yang bersifat kias. Lambang kias atau bahasa yang bersifat kias itu dipakai untuk mengarah penyampaian gagasan, kritik sosial, perasaan dan sebagainya. Seperti yang sudah peneliti jelaskan tentang puisi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
lirik lagu di atas, maka lirik lagu pun sebenarnya mengandung campuran antara dunia nyata dan dunia kias. Dengan demikian, lirik lagu juga kaya akan ungkapan metafora. Berdasarkan pernyataan tersebut, hal ini menarik untuk dianalisis lebih lanjut terutama pengkajian metafora dalam lirik lagu. Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya, seperti, sebagai, bagai, serupa, bak dan sebagainya (Keraf, 2008: 139). Selanjunya, Pradopo (2012: 66) menyatakan bahwa metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, laksana dan sebagainya. Selain itu, Wahab (1995:71) menyatakan studi tentang metafora dapat dikaitkan dengan sistem ekologi manusia (ruang persepsi manusia). Sehubungan hal itu, beliau menganalisis metafora dalam puisi memakai konsep ruang persepsi manusia yang dikenalkan oleh Michael C. Haley. Data penelitianya terdiri dari 111 metafora diambil dari 76 puisi yang ditulis sekitar tahun 1970-an, kemudian data itu digolongkan berdasarkan kesesuaian kriteria lambangnya dengan kriteria klasifikasi ruang persepsi manusia model Haley yang terdiri dari sembilan kategori, yaitu being, cosmos, energy, substantial, terretrial, object, living, animate dan human. Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui dan membuktikan khususnya tentang metafora dengan konsep ruang persepsi manusia model Haley dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Berdasarkan analisis awal terhadap lirik-lirik lagu karya Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, cukup banyak ditemukan lambang kias dari ungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
metafora yang dapat diklasifikasikan kedalam sembilan kategori sistem ekologi (ruang persepsi manusia) model Haley. Berikut salah satu contoh data ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals. (1) Cepatlah besar matahariku (34-JL.1-AP.82-Fra) Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 772), matahari merupakan benda angkasa, titik tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang panas pada bumi kala siang. Dengan demikian, kosep matahari dapat disebut sebagai konsep benda yang berada diruang angkasa dan menggunakan ruang. Dalam ungkapan metaforis pada data (34-JL.1-AP.82-Fra), Iwan Fals menghayati matahari sebagai anak kandungya yang dapat tumbuh semakin besar atau dewasa. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (2) Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu (Iwan Fals. Galang Rambu Anarki Dalam Album Opini. 1982) Penggalan lirik lagu (2) di atas seoalah-olah menggambarkan seorang penyair yang sedang mendoakan anaknya supaya cepat tumbuh dewasa. Anak tersebut bernama Galang Rambu Anarki yang didoakan supaya lekas besar atau tumbuh dewasa. Dalam ungkapan metaforis pada data (34-JL.1-AP.82-Fra) ini, anak tersebut diungkapan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) matahari, sedangkan makna yang dimaksudkan penyair (signified) adalah Galang Rambu Anarki. Dilihat dari kriteria lambang kias matahari pada ungkapan metafora penyair di atas memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori cosmos. Hal tersebut menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan cosmos yang mencakup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain yang tidak hanya ada melainkan menempati ruang di jagad raya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Penciptaan ungkapan metafora dengan lambang kias matahari di atas menggambarkan sebuah interaksi penyair dengan lingkunganya. Lambang kias itu memiliki kriteria yang sesuai dengan kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dengan demikian, penciptaan sebuah metafora tidak terlepas dari interaksi penyair lagu dengan lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut, sejalan dengan pernyataan Wahab (1990: 147) yang mengungkapkan bahwa di dalam berpikir dan menciptakan metafora manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkunganya, karena ia selalu mengadakan interaksi dengan lingkunganya itu. Studi tentang interaksi antara manusia dan lingkungannya (makhluk bernyawa ataupun benda tak bernyawa) disebut dengan sistem ekologi. Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik pada lirik-lirik lagu karya Iwan Fals tahun 1981-1983 dengan alasan ungkapan metafora yang ditemukan cukup banyak. Oleh karena itu, lirik lagu tersebut akan dijadikan objek penelitian dan dianalisis berdasarkan lambang kias yang digunakan pada ungkapan metaforanya. Kemudian, data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi manusia model Haley dan dicari distribusi frekuensi pemakaiannya supaya mengetahui kategori metafora ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol serta keadaan sistem ekologi penyairnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah tiga rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apa saja kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan lambang kiasnya? 2. Distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley apa yang paling menonjol digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983? 3. Bagaimana keadaan sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan lambang kiasnya. 2. Mendeskripsikan distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
3. Mendeskripsikan keadaan sistem ekologiyang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini ada dua, yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat teoretis penelitian ini sebagai berikut. Adapun manfaat secara teoritis penelitian ini memperkaya khasanah penelitian di bidang linguistik khususnya dalam lirik lagu. Selain itu, memberikan perbendaharaan hasil penelitian dalam gaya bahasa khususnya majas metafora yang dikaitkan dengan studi sistem ekologi atau ruang persepsi manusia yang dikenalkan oleh Michael C. Haley. 2. Manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut. Adapun manfaat secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, guru, dan pembaca. Bagi peneliti selanjutnya dapat menyumbang sumber reverensi tentang analisis metafora yang dikaitkan dengan studi sistem ekologi dalam lirik lagu. Selanjutnya, bagi guru dapat menjadi pedoman dan mengajarkan pada siswa siwinya dalam menciptakan metafora agar lebih imajinatif. Sedangkan bagi pemebaca dapat memberikan wawasan tentang kemataforaan dalam lirik lagu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
1.5 Batasan Istilah Sehubungan dengan judul penelitian ini, agar terdapat persamaan konsep istilah dan agar pemanfaatan tersebut tampak jelas, perlu diberikan adanya pembatasan istilah. Istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut. 1. Metafora Semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya, seperti, sebagai, bagai, serupa, bak, dan sebagainya (Keraf, 2008: 139). 2. Kategori ruang persepsi manusia model Haley Suatu sistem ekologi atau ruang persepsi manusia tersusun dalam suatu hierarki yang teratur yaitu, being, cosmos, energy, subtance, terrestrial, object, living, animate, dan human (Wahab, 1995: 77). 3. Sistem ekologi Studi tentang interaksi manusia dengan lingkunganya (makhluk bernyawa maupun benda tak bernyawa) (Wahab, 1995: 76). 4. Lirik Susunan kata sebuah nyanyian yang berisi curahan perasaan pribadi(KBBI, 2007: 678). 5. Lagu Ragam suara yang berirama (dalam bercakap, beryanyi, membaca, dsb) (KBBI, 2007: 677).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
1.6 Sistematika Penyajian Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Bab I adalah bab pendahuluan. Pada bab ini, peneliti mengkaji latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.Bab II adalah landasan teori. Bab ini menguraikan penelitian yang relevan, kajian teori dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini, sedangkan kajian teori berisi uraian tentang teori-teori yang menjadi kajian teori penelitian. Bab III adalah metodologi penelitian. Pada bab ini, peneliti membahas seputar jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data. Bab IV adalah deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan data penelitian, cara menganalisa data dan pembahasan hasil penelitian.Bab V adalah penutup yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran. Selain itu, peneliti juga menyajikan daftar pustaka yang dipergunakan untuk referensi yang menunjang penelitian dan terdapat juga lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai acuan agar bisa tercipta lebih baik lagi. Acuan untuk penelitian ini menggunakan penelitian-penelitian terdahulu, berupa karya ilmiah dan skripsi. Acuan utama penelitian ini berjudul “Metafora Sebagai Alat Pelacak Sistem Ekologi” yang ditulis oleh Wahab (1995). Penelitian tersebut bertujuan mendeskripsikan kontribusi linguistik dalam mempelajari sistem ekologi. Khususnya peranan apa yang dapat dimainkan oleh metafora dalam mengetahui keadaan sistem ekologi di Indonesia? Dengan mengacu pada kerangka berpikir Michael C. Haley (dalam Ching (ed.), 1980) tentang ruang persepsi manusia dalam menciptakan metafora. Selain itu, Wahab mencoba melihat hubungan penyair dengan keadaan sistem ekologi manusia. Data metafora yang diambil dalam studi ini ada 111 satuan metafora dalam 76 puisi yang ditulis sesudah tahun 1970-an oleh 15 orang penyair, sebagaian besar lahir sesudah tahun 1950-an. Hasil penelitian metafora dilihat dari segi sintaksis terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) metafora nominatif, (2) metafora predikatif dan (3) metafora kalimatif. Hasil penelitian selanjutnya, metafora yang diciptakan oleh para penyair itu digolong-golongkan lambangnya berdasarkan klasifikasi medan semantik ruang persepsi manusia model Haley yang terdiri dari Being, Cosmos, Energy, Substance, Terestrial, Object, Living, Animate, dan Human. Dari 111 metafora
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
yang ada, Wahab mencari distribusi persentasenya melalui simbol yang mewakili kategori-kategori di atas. Distribusi persentase itu mencerminkan distribusi persentase kesan penyair terhadap ruang persepsi manusia yang didapat dari lingkunganya atau yang disebut dengan penggambaran sistem ekologi. Penelitian yang kedua merupakan skripsi ditulis oleh Farida Trisnaningtyas (2010) yang berjudul “Metafora pada Rubrik Opini dalam Majalah Tempo”. Penelitian tersebut bertujuan (1) mendeskripsikan bentuk dan jenis metaforayang digunakan
pada
rubrik
Opini
dalam
majalah
Tempo,
(2)
mendeskripsikankemiripan antara wahana dan tenor metafora pada rubrik Opini dalam majalahTempo, (3) mendeskripsikan metafora yang banyak digunakan pada rubrik Opinidalam majalah Tempo.Metode yang digunakan dalam penelitian itu adalah metode kualitatif yangbersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah semantik. Data penelitiantersebut adalah data kebahasaan berupa kata, frasa, klausa, maupun kalimat yangmengandung metafora yang terdapat pada rubrik Opini dalam majalah Tempo.Sumber data penelitian tersebut adalah rubrik Opini yang terdapat dalam majalahTempo yang diterbitkan pada bulan Januari 2008. Data yang diperoleh darisumber data diedit, diklasifikasikan dan direduksi sebelum disajikan. Prosesanalisis meliputi usaha menemukan kemiripan antara wahana dan tenorberdasarkan komponen bersama yang dimiliki keduanya. Analisis data berakhirapabila dalam kesimpulan telah diperoleh kaidah-kaidah sesuai dengan tujuanpenelitian yang telah ditetapkan. Dari analisis terhadap 187 buah data dapat ditarik simpulan bahwa (1)bentuk metafora pada data yang diteliti dari segi sintaksisnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
metaforanominatif, metafora komplementatif, metafora predikatif dan metafora kalimatifsedangkan metafora dari segi jenisnya adalah metafora antropomorfik, metaforabinatang, metafora relasi abstrak-konkret dan metafora sinaestetik, (2) metafora(sebagai wahana) selalu mengandung kemiripan komponen makna dengantuturan yang digantikan (sebagai tenor). Dari hubungan tersebut dapatdikelompokkan menjadi kemiripan objektif (bentuk) dan kemiripan emotif(perseptual/kultural), (3) metafora yang paling banyak digunakan dari segisintaksisnya adalah metafora kalimatif 45 % (84 buah), dan dari jenisnya yangbanyak digunakan adalah RAK 55,6 % (104 buah), sedangkan pengimajian berdasarkan ruang persepsi yakni kategori human (46,6 %). Masing-masing penelitian di atas mempunyai ciri khusus yang berbeda-beda karena ditinjau dari sudut yang berbeda dalam pembahasanya. Namun, dari persamaanya dapat disimpulkan kedua penelitian yang telah dilakukan di atas merupakan penelitian yang sama mengenai metafora baik itu dalam karya fiksi seperti puisi pada penelitian Wahab (1995) maupun nonfiksi seperti teks opini pada majalah Tempo dalam penelitian Trisnaningtyas (2010). Dengan demikian, penelitian-penelitian di atas memiliki relevansi yang sama dengan penelitian ini yaitu pembahasan tentang metafora.
2.2 Landasan Teori Pada susbab kajian teori ini, peneliti akan memaparkan beberapa materi yang terkait dengan judul penelitian. Materi-materi yang terkait dengan judul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
penelitian ini akan digunakan sebagai pedoman dalam pengerjaan penelitian. Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai berikut. 2.2.1 Pengertian Metafora Metafora merupakan salah satu jenis majas dari gaya bahasa perbandingan. Majas metafora itu membuat perbandingan suatu hal untuk hal lain, tetapi tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Sebelum melangkah lebih dalam pada pengertian metafora, perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang majas atau yang biasa disebut dengan bahasa figuratif (figurative language). Waluyo (1987: 83) menjelaskan bahwa bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Cara yang tidak biasa tersebut adalah bahasa yang bermakna kias atau makna lambang. Pengungkapan bahasa figuratif dimaksudkan untuk menghasilkan imajinasi, menambah intensitas perasaan dan sikap penyair atau penulis, dan mengonsentrasikan makna yang dimaksudkan berdasarkan lambang yang disampaikan dengan bahasa singkat. Selain itu, Tarigan (2013: 5) menyatakan ragam gaya bahasa terdiri dari empat jenis gaya bahasa, yaitu perbandingan, perulangan, pertautan dan pertentangan. Dalam empat kelompok gaya bahasa tersebut mengandung berbagai jenis majas salah satunya metafora. Metafora secara harafiah berasal dari bahasa Yunani metaphora yang berarti “memindahkan” yang berasal dari kata meta “diatas” atau “melebihi” dan pherein “membawa”. Jadi, metafora itu membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan (Tarigan, 2013: 15). Seiring penjelasan harafiah metafora, Becker (1978 dalam Pradopo, 2012: 66) berpendapat bahwa metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya. Selain itu, metafora itu melihat sesuatu dengan perantara benda yang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Keraf (2008: 139) menjelaskan bahwa metafora semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya, seperti, sebagai, bagai, serupa, bak, dan sebagainya. Alternberd (1970 dalam Pradopo, 2012: 66) berpendapat metafora sebagai sesuatu hal yang sama atau seharga dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Maksud dari metafora ini adalah membandingkan sesuatu hal dengan hal lain yang berbeda, baik dari sifat, wujud dan lain sebagainya. Perhatikan contoh kutipan di bawah ini. (1) Bumi ini perempuan jalang. (Subagio, “Dewa Telah Mati”, 1975: 9) (2) Tuhan adalah Warganegara yang paling modern (Subagio,”Katekhisasi”,1975: 29) (3) Sorga hanya permaianan sebentar ....... (4) Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar (Chairil Anwar, “Tuti Artic”, 1959: 41) Dalam sajak Subagio (1), bumi dipersamakan dengan perempuan jalang, dan Tuhan dalam sajak Subagio (2) dipersamakan dengan warga negara yang paling modern. Dalam sajak Chairil Anwar (3), sorga dipersamakan dengan permainan sebentar, sedangkan cinta dalam sajak Chairil Anwar (4) dipersamakan dengan bahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Wahab (1990: 142) menjelaskan bahwa metafora sudah menjadi bahan studi sejak lama, yaitu sejak zaman kuno. Aristoteles (384-322 SM dalam Wahab, 1990: 142) mendefinisikan metafora sebagai ungkapan kebahasaan untuk menyatakan hal yang bersifat umum untuk hal yang bersifat khusus, khusus untuk yang umum, khusus dengan yang khusus atau dengan analogi. Selain itu, Quintilian (35-95, dalam Wahab, 1990: 142) menjelaskan bahwa metafora adalah ungkapan kebahasaan untuk mengatakan sesuatu yang hidup bagi makhluk hidup yang lainnya, hidup untuk yang mati, mati untuk yang hidup, atau mati untuk yang mati. Selanjutnya, Wahab (1990: 142) mengartikan dalam definisi yang agak longgar, metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat dijangkau secara langsung dari lambang, karena makna yang dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan ungkapan itu. Dengan kata lain, metafora itu ialah pemahaman dan pengalaman akan sejenis hal yang dimaksudkan untuk perihal yang lain. Berdasarkan dari berbagai macam sudut pandang metafora oleh para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metafora merupakan ungkapan kebahasaan yang membandingkan antara dual hal, tetapi tanpa mempergunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya. Selain itu, bedasarkan pengertian yang telah digali dapat diketahui di dalam metafora terdapat dua unsur, yaitu lambang kias dan makna yang dimaksudkan. 2.2.2 Unsur-Unsur Metafora Pada dasarnya, konsep metafora itu sangat sederhana hanya terdiri dari dua hal antara hal pembanding dengan hal yang dibandingkan. Wahab (1995: 78)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
menjelaskan bahwa metafora itu mengandung lambang kias dan makna yang dimaksudkan. Sejalan dengan hal itu,
Pradopo (2012: 66-67) menjelaskan
metafora sebelumnya terdiri dari dua term atau dua bagian, yaitu term pokok (principal term) dan term kedua (secondary term).Term pokok
juga disebut
dengan tenor sedangkan term kedua disebut dengan vehicle. Term pokok atau tenor menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan term kedua atau vehicle adalah hal yang untuk membandingkan. Contohnya sebagai berikut. (5) ‘Bumi’ adalah ‘perempuan jalang’ Kata bumi dalam kutipan (5)adalah term pokok atau tenor, sedangkan perempuan jalang sebagai term kedua atau vehicle. Gambaran keadaan tersebut dicerminkan oleh pengarang dalam mengungkapkan metafora, dalam suatu ungkapan metafora terdapat hal yang kita perbincangkan dengan sesuatu yang kita bandingkan. Selain itu, harus diketahui bahwa tindak tutur penerapan ungkapan metafora yang menggunakan prinsip “The principle ease of articulation” banyak ditemukan dalam bidang sastra, salah satunya dalam puisi (Supriyadi, 2013: 313). Dalam puisi terdapat pernyataan-pernyataan metaforis yang sering digunakan penyair ketika ia menciptakan suatu sajak atupun puisinya. Pernyataan metaforis itu sebagai gejala kebahasaan dalam puisi direalisasikan dalam bentuk lambang atau simbol (signifier) dan mengandung makna yang dimaksudkan (signified) (Supriyadi, 2013: 313). Peryataan tersebut sesuai dengan Wahab (1995: 76) yang menyatakan metafora dari sudut pandang semantik selalu terdiri dari dua unsur makna, yaitu makna kias (signifier) dan makna yang dimaksudkan (signified).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Berdasarkan paparan dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur metafora dari sudut pandang linguistik terdiri dari dua hal, yaitu hal yang untuk membandingkan atau lambang/simbol kias (signifier) dan hal yang dibandingkan atau makna yang dimaksudkan (signified). Selain itu, metafora dapat dilihat dari berbagai sudut pandang berdasarkan lambang kias atau simbolnya. 2.2.3 Macam-Macam Sudut Pandang Peranan Metafora Sudah banyak dikemukakan oleh para pakar tentang peranan metafora dengan berbagai disiplin ilmu, yaitu hubungan metafora dengan teori linguistik oleh Jerrold M. Saddock, L. Jonathan Cohen, dan David Rummelhat, hubungan metafora dengan psikologi oleh Allan Paivio, Bruce Fraser, Andrew Ortony, dan G. A. Miller, hubungan metafora dengan sosiologi oleh Donald P. Schon, Michael J. Reddy, Robert J. Strenberg, Roger Tourangeau, dan Georgia Nigro, serta hubungan metafora dengan pendidikan dibahasa oleh Hugh G. Petrie, Thomas F. Green, dan Thomas G. Sticht (Wahab, 1995: 71). Selain itu, dalam penelitian Wahab yang berjudul Metafora Sebagai Pelajak Sistem Ekologi metafora dapat dilihat dari tiga sudut pandang disiplin ilmu. Ketiga sudut pandang tersebut meliputi sudut pandang segi sintaksis, semantik, dan sistem ekologi (ruang persepsi manusia model Haley). a. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sintaksis Wahab (1995: 72) membagi tiga kelompok metafora dari sudut pandang segi sintaksis, yaitu metafora nominatif, metafora predikatif, dan metafora komplementatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
1) Metafora nominatif Pada metafora nominatif, lambang kiasnya hanya terdapat pada nomina kalimat karena posisi nonima dalam kalimat berbeda-beda. Metafora nominatif dapat pula dibagi menjadi dua macam, yaitu metafora nominatif subjektif dan metafora nominatif objektif, atau yang lazim berturut-turut disebut sebagai metafora nominatif dan metafora komplementatif saja. Dalam metafora nominatif, lambang kiasnya muncul hanya pada subjek kalimat saja, sedangkan komponen lain dalam kalimat tetap dinyatakan dengan kata-kata yang mempunyai makna langsung. Contoh metafora nominatif dalam Wahab (1995: 72) sebagai berikut: (6) (Angin lama tak singgah ("Tunggu" Slamet Sukirnanto). Penggalan puisi (6) subjek angin dipakai untuk mengkiaskan utusan 'pembawa berita' yang menyatakan benda mati untuk benda hidup, yaitu angin untuk manusia si pembawa berita. Sementara itu,lama tak singgah yang menjadi predikat tetap dinyatakan dalam makna sebenarnya tanpa dikiaskan. Adapun metafora komplementatif (objek) lambang kiasnya hanya terdapat pada komplemen kalimat yang dimaksud, sedangkan komplemen lain dalam kalimat tetap dinyatakan dengan kata yang mempunyai makna langsung. Contoh metafora komplementatif dalam Wahab (1995:73) sebagai berikut : (7) Aku minta dibikinkan jembatan cahaya. ("Ismet Natsir" dalam Tonggak 4:59) Pada kutipan (7) metafora di atas, kata jembatan cahaya berfungsi sebagai komplemen kalimat 'Aku minta dibikinkan . . . '. Jembatan cahaya adalah kata kias yang makna sebenarnya ialah 'jalan yang terang'.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
2) Metafora predikatif Apabila kata-kata lambang kiasnya hanya terdapat pada predikat kalimat saja disebut sebagai metafora predikatif, sedangkan subjek dan komponen lain dalam kalimat itu (jika ada) masih dinyatakan dalam makna langsung. Contoh metafora jenis ini dalam Wahab (1995: 73) sebagai berikut : (8) Suara aneh terbaring di sini (T. Mulia Lubis dalam Tonggak 4:15) Kata terbaring pada kutipan (8) ungkapan metafora di atas, merupakan predikat dari subjek kalimat 'Suara aneh... '. Predikat tersebut yang cocok hanya untuk mamalia (termasuk manusia). Dalam metafora kutipan (8), 'suara aneh' (ungkapan kebahasaan dengan makna langsung) dihayati sebagai manusia yang dapat berbaring. 3) Metafora kalimatif Metafora kalimatif, maksudnya seluruh lambang kias yang dipakai dalam metafora jenis ini tidak terbatas pada nomina (sebagai subjek atau komplemen) dan predikat saja, melainkan seluruh komponen dalam kalimat metaforis itu. Contoh metafora ini dalam Wahab (1995: 74) sebagai berikut: (9) Api apa membakar? (Slamet Sukirnanto "Doa Pembakaran"). Seluruh kalimat pada kutipan (9) di atas adalah kias. Tidak ada satu komponen pun dalam kalimat itu yang dipakai sebagai pengungkapan makna langsung. Metafora kalimatif di atas mengandung makna yang dimaksud, yaitu "semangat apa yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan".
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
b. Sudut Pandang Metafora dari Segi Semantik Wahab (1995: 76) menjelaskan bahwa metafora dari sudut pandang semantis selalu terdiri atas dua macam makna, yaitu makna kias (signifier) dan makna yang dimaksudkan (signified). Makna yang dimaksudkan dapat diungkapkan lewat serangkaian predikasi yang dapat diterapkan bersama pada lambang kias dan makna langsung. Perhatikan contoh berikut. (10) Aku mengembara di timur tengah digoda demokrasi barat, didera sosialisme rusia dibujuk semedi cinta, terpanggang padang pasir (Beni Setia 1982: 2 “Legiun Asing”) Kalimat pada kutipan (10) di atas adalah kalimat metaforis dengan predikasi digoda, didera, dibujuk dan terpanggang. Predikasi itu dapat pula diterapkan pada manusia. Dengan demikian, konsep demokrasi barat, sosialisme Rusia, filsafat Cina dan religi Timur Tengah, yaitu konsep abstrak dan pengalaman hidup penyair. Hal tersebut dihayati sebagai manusia yang memiliki inteligensi dan kemampuan berpikir, sehingga ia dapat menggoda, mendera, membujuk dan memanggang penyair. Jadi metafora pada kutipan (10) di atas, penyair telah memiliki pengalaman hidup dan merasakan pahit getirnya demokrasi barat, sosialisme Rusia, filsafat cina, serta pengalaman keagamaan dari Timur Tengah. c. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sistem Ekologi (Ruang Persepsi Manusia Model Haley) Wahab (1995: 76-77) menjelaskan di dalam berpikir dan menciptakan metafora manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya, karena ia selalu mengadakan interaksi denganlingkungannya itu. Studi tentang interaksi antara manusia dengan lingkungannya(makhluk bernyawa maupun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
bernyawa) disebut studi tentang sistem ekologi.Selain itu, Wahab (1995: 71) memaparkan untuk mengetahui peranan metafora dalam sistem ekologi manusia, memakai konsep ruang persepsi manusia yang diperkenalkan oleh Michael C. Haley. Konsep ruang persepsi manusia itu tersusun dalam suatu hierarki yang sangat teratur. Dengan demikian, ruang persepsi manusia yang mampu mempengaruhi penciptaan metafora pada kalangan penyair dan sastrawan juga tersusun menurut hierarki yang teratur pula. Michael C. Haley (dalam Wahab, 1995: 77) membuat hierarki ruangpersepsi manusia itu seperti berikut.
BEING COSMOS ENERGY SUBSTANCE TERRESTRIAL OBJECT LIVING ANIMATE HUMAN Bagan 2.1 Hierarki Ruang Persepsi Manusia Model Haley Hierarki
persepsi
manusia
terhadap
ruang
dimulai
dari
manusia
sendiri,karena manusia dengan segala macam tingkah lakunya merupakan lingkunganmanusia yang terdekat. Jenjang ruang persepsi manusia yang ada di atas HUMAN ialah ANIMATE (makhluk bernyawa), sebab manusia hanyalah satu bagian sajadari makhluk bernyawa. Sebaliknya, tidak semua makhluk bernyawa dapatdimasukkan ke dalam kategori HUMAN. Misalnya, hewan adalah makhlukbernyawa, tetapi hewan bukanlah manusia. Kategori di atas makhluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
bernyawa ialah LIVING. Kategori yang termasuk living adalah alam tetumbuhan, sebab tumbuhan itu hidup. Tetapi, tidak semua yang hidup itu tetumbuhan. Begitu hierarki itu seterusnya berjenjang ke atas sampai pada segala sesuatu yang ada di jagad raya ini, termasuk konsep yang bersifat abstrak dan tidak dapat dihayati oleh indra serta tak dapat disangkal keberadaannya. Oleh karena itu, kategori ruang persepsi yang paling atas ialah BEING, untuk mewakili semua konsep abstrak yang tidak dapat dihayati dengan indra manusia. Perlu diutarakan di sini, bahwa antara nomina dengan predikasi dari masingmasing jenis kategori ruang persepsi manusia harus ada kesesuaian. Kesesuaian antara nomina dan predikasi masing-masing kategori dapat dibaca pada tabel yang diambil Wahab (1991: 78) sebagai berikut. Tabel 2.1 Kriteria Kategori Ruang Persepsi Manusia Michael C. Haley KATEGORI
CONTOH NOMINA
PREDIKASI
BEING
Kebenaran, kasih
Ada
COSMOS ENERGY
Matahari, bumi, bulan Cahaya, angin, api
Menggunakan ruang Bergerak
SUBSTANCE
Semacam gas
Lembam
TERRESTRIAL OBJECT LIVING
Gunung, sungai, laut Semua mineral Flora
Terhampar Pecah Tumbuh
ANIMATE
Fauna
Berjalan, lari
HUMAN
Manusia
Berpikir
Urutan kriteria kategori di atas dapat digunakan sebagai wujud lambang kias dalam menciptakan metafora dari hasil interaksi manusia dengan lingkunganya. Kategori-kategori tersebut menunjukkan adanya jenis kemetaforaan sebagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
yang terdapat dalam ruang persepsi manusia dan tercermin dalam lambang kias berikut. 1) Kategori being Kategori BEING mencakup konsep atau pengalaman manusia yang abstrak. Ciri khas kategori ini ialah predikasi ada, walaupun tak dapat dihayati langsung oleh indra manusia. Perhatikan contoh berikut. (11) Senja pun tiba Suatu kurun waktu yang tak perlu kutanya (Bambang Darto, dalam Tonggak 4:33 dalam Abdul Wahab, 1995:78) Senja adalah konsep abstrak untuk menandai “tenggelamnya” matahari; tetapi, konsep senja itu ada. Dalam kalimat metaforis kutipan (11), senja adalah kias untuk konsep usia lanjut manusia. Konsep senja yang dipakai sebagai lambang kias untuk konsep usia lanjut merupakan wujud interaksi antara manusia dengan BEING. 2) Kategori cosmos Kategori COSMOS predikasinyatidak hanya ada, melainkan menempati ruang di jagad raya. Jadi yang termasuk benda-benda cosmos antara lain matahari, bulan, bintang dan bumi. Perhatikan contoh berikut. (12) Matilah kau bulan Telah mampus bumi Mentari pun kewalahan (T. Mulia Lubis, dalam Tonggak 4: 16 dalam Abdul Wahab, 1995:79) Bulan, bumi dan matahari adalah benda-benda cosmos. Dalam kutipan (12) di atas, benda-benda itu tidak dipakai dalam arti yang sebenarnya. Simbolisme tentang bulan sangat bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Ada yang mengasosiasikan bulan dengan perempuan karena antara perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
dan bulan ada persamaannya, yaitu masing-masing sangat terikat oleh siklus. Namun demikian, di Indonesia bulan diasosiasikan dengan keindahan. Bumi menurut Cirlot (1962 dalam Wahab, 1995) dihubungkan dengan tempat tumbuhnya kebudayaan atau kebudayaan itu sendiri. Sementara matahari yang sifatnya universal, melambangkan semangat atau sumber kehidupan. Benda-benda angkasa tersebut dipakai oleh penyair untuk menyatakan pandangannya yang pesimis, yaitu tiadanya keindahan (dengan lambang bulan), tak berdayanya kebudayaan (dengan lambang bumi), dan hilangnya semangat hidup (dengan lambang matahari). 3) Kategori energy Predikasi khusus yang dipakai oleh kategori ini ialah bahwa ia tidak saja ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya perilaku gerak. Perhatikan contoh berikut. (13) Angin lama tak singgah. (Slamet Sukirnanto, 1983. “Tunggu” dalam Horison/XXI/235 dalam Abdul Wahab, 1995:79) (14) Api apa membakar? (Slamet Sukirnanto, 1984. “Doa Pembakara”. Dalam Horison/XXI/198 dalam Abdul Wahab, 1995:79). Angin dan api adalah dua bentuk sumber energi. Angin sebagai lambang kias tidak mempunyai sifat universal. Bagi kebudayaan Indonesia, angin dikaitkan dengan pembawa pesan. Makna dengan konotasi positif dari angin mempunyai fungsi pengantar sari kepada putik dalam proses pembuahan. Ungkapan metafora kutipan (13) di atas berarti ‘pembawa pesan tak singgah’. Sementara pada kutipan (14) api, dikaitkan dengan konsep kehidupan, kesehatan, kekuasaan, dan tenaga spiritual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
4) Kategori substance Predikasi kategori ini ialah ada, membutuhkan ruang dan bergerak serta mempunyai sifat lembam. Perhatikan contoh berikut. (15) Sekumpulan puisi Mencair diri (TM. Lubis, dalam Tonggak 4:18 dalam Abdul Wahab,1995: 80) Pada kutipan (15) di atas, puisi dihayati sebagai benda substansi yang dapat berubah bentuk fisiknya, yaitu cair. 5) Kategori terrestrial Terrestrial yaitu hamparan yang terikat oleh bumi seperti, samudra, sungai, gunung, padang pasir, dan lain-lain. Perhatikan contoh berikut. (16) Masuk ruang kegelapan, dan gelas aku tambahkan Mengarungi karang-karang kehidupan (Sapardi Djoko Damono. 1987. Horison XXI/234 dalam Abdul Wahab,1995: 80) Dalam metafora kutipan (16) ini dapat diketahui sulitnya kehidupan itu dilambangkan oleh hamparan terrestrial, yaitu karang-karang. Makna karang yang diasosiasikan dengan kesulitan hidup atau kekejaman hidup itu dapat dimengerti, sebab predikasi yang cocok untuk karang ialah: keras, tajam dan sulit dipegang erat-erat. Jika hal itu dipegang terlalu erat lukalah tangandan melukai kulit jika tersentuh. Melalui ungkapan tersebut, penyair berusaha untuk melupakan kekerasan atau kekejaman hidup ini dengan jalan menenggak minuman keras di bar (digambarkan sebagai ruang gelap). 6) Kategori object Predikasi yang cocok untuk kategori OBJECT ialah sifatnya yang dapat pecah. Perhatikan contoh berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
(17) Mataku fiberglas Bagai mainan bikinan Jepang Aku berjalan sempoyongan (YA. Nugraha, dalam Tonggak 4:200 dalam Abdul Wahab, 1995:8081) Fiberglass adalah OBJECT atau benda yang sifatnya kuat, akan tetapi dapat saja pecah. Benda ini biasanya kusam, tidak transparan seperti kaca bening. Yudhistira dalam kutipan (17) menggunakan lambang fiberglass untuk mengiaskan pandangannya yang tidak bening lagi terhadap dunia sekitarnya, karena ia ada dalam keadaan kebingungan oleh perkembangan kehidupan. 7) Kategori living Predikasi
kategori
LIVINGyaitu
bisa
tumbuh.
Contoh
metafora
dalamkategori ini biasanya dikaitkan dengan semua kehidupan flora dan segala predikasinya. Contoh: (18) Di taman bunga Mekar juga bersama (Hamid Jabbar, dalam Tonggak 4:22 dalam Abdul Wahab, 1995:81) Dalam kalimat metaforis kutipan (18) kehidupan manusia, cinta, dan kekecewaan adalah tiga konsep yang abstrak dihayati sebagai sesuatu yang konkret, yaitu masing-masing sebagai taman bunga dan bunga itu sendiri. Predikasi yang cocok untuk bunga ialah kata mekar. Bunga dipakai sebagai simbol untuk cinta dan sifatnya universal. 8) Kategori animate Predikasi kategori ini adalah kemapuannya berjalan, lari, atau terbang dan tentu saja, bernyawa. Predikasi tersebut tidak dimiliki pada kategori yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
atasnya yaitu kategori living. Contoh konkret untuk kategori ini umumnya diambil dari dunia fauna dan segala perilakunya sebagai berikut. (19) Tiada bunga-bunga berkembang di sana Kumbang pun tiada bersenda di sana (John Dami Mukese, dalam Tonggak 4:37 dalam Abdul Wahab, 1995:81) Bunga sebagai simbol kecantikan dan cinta, biasanya juga dikaitkan dengan wanita. Secara alami, yang menghampiri bunga ialah kumbang, karena terpikat oleh madu yang ada di sana. Dengan demikian, ungkapan metafora pada kutipan (19) kumbang dihayati penyair sebagai pria. 9) Kategori human Predikasi untuk kategori HUMANyaitu kemampuan berfikir, sehingga dapat melakukan berbagai macam perbuatan yang tidak mungkin dikerjakan oleh anggota-anggota kategori di atasnya. Perhatikan contoh berikut ini. (20) Betapa tajamnya maut memandang Betapa dalam maut mendulang (Sugandi Putra. 1988. Seratus Sanjak:46 dalam Abdul Wahab, 1995:82) Dalam kutipan kalimat (20) di atas, maut atau kematian dihayati sebagai manusia yang dapat memandang dan mendulang emas atau intan. Kematian digambarkan selalu mengintai dan mengambil kehidupan yang sulit, seperti sulitnya orang mendapatkan intan atau emas. Kesembilan jenis kategori yang telah dipaparkan sebelumnya, itulah kategori ruang persepsi manusia bersifat hierarkis yang dipakai sebagai lambang untuk meciptakan metafora dan hasil interaksi manusia dengan lingkunganya. Wahab (1995: 82) menyatakan jika sistem ekologi kita masih seimbang, akan seimbang pula interaksi manusia dengan lingkunganya. Sebaliknya, jika keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
lingkungan hidup kita sudah tidak lagi seimbang, tidak seimbang pula lingkungan yang dapat diamati oleh penyair. Hal itu, seterusnya akan mempengaruhi penciptaan metaforanya. Dengan kata lain, wujud keseimbangan interaksi itu ialah keseimbangan distribusi pemakaian masing-masing kategori ruang persepsi manusia model Haley. 2.2.4 Lirik Lagu Seiring dengan penjelasan sebelumnya, lirik lagu merupakan gabungan karya seni suara dan bahasa puitis yang dapat dikategorikan sebagai puisi dalam karya sastra. a. Pengertian Lirik Lagu Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:678), lirik lagu yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian. Dengan demikian, seorang penyair atau pencipta lagu dalam meciptakan lirik harus benar-benar pandai mengolah kata-kata. Hal itu sesuai dengan paparan dalam KBBI (2007: 624) bahwa, lagu mempunyai arti ragam suara yang berirama. Selain itu, lagu (nyayian) merupakan hasil karya sastra seni yang berhubungan dengan seni suara dan seni bahasa, sebagai karya seni suara melibatkan melodi dan warna suara penyanyinya. Awe (2007: 22) menyatakan lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dalam batinnya tentang sesuatu hal yang sudah dilihat, didengar, maupun dialaminya. Penuangan ekspresi lewat lirik lagu ini diperkuat dengan melodi dan notasi yang disesuaikan dengan lirik lagunya, sehingga penikmat akan semakin terbawa dalam alam batin pengarang. Selanjutnya, Semi (1984: 95) menyatakan lirik adalah puisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
yang sangat pendek dan mengapresiasikan emosi. Dengan demikian, lirik lagu dapat dinyatakan memiliki kesamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam bahasanya. b. Bahasa Lirik Lagu Seiring dengan penjelasan pengertian lirik lagu di atas, bahwa lirik lagu mempunyai persamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam bahasanya. Keistimewaaan dalam bahasa lirik lagu yang dimaksud adalah menggunakan bahasa kiasan berupa lambang atau simbol kias. Salah satu pengungkapan bahasa kiasannya adalah penggunaan majas metafora. Pernyataan metaforis sering digunakan oleh penulis atau penyair ketika menciptakan sebuah lagu. Pernyataan-pernyataan metaforis tersebut tercermin dalam tiap lirik lagu yang diciptakan oleh penulis atau penyair. Pernyataan metaforis dalam lirik lagu adalah metafora yang terbatas pada frasa, kluasa dan kalimat yang mengandung metafora. Pernyataan metaforis juga merupakan salah satu bentuk gejala kebahasaan yang mencerminkan penggunaan lambang kias atau signifier dan mengandung makna yang dimaksudkan atau signified. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wahab (1990: 146) yang mengatakan bahwa, metafora terdiri dari dua macam yaitu lambang kias (signifier) dan makna yang dimaksudkan (signified). Jadi, segi semantis metafora terdiri dari dua hal, yaitu lambang kias (signifier) yang dijelaskan dan makna yang dimaksudkan (signified). Dengan demikian, sebuah lirik lagu mengandung kata-kata metaforis yang berwujud baik berupa frasa, klausa, ataupun kalimat. Jadi, metafora dalam lagu terbatas pada lirik-lirik lagu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
yang mengandung pernyataan metaforis. Pernyataan metaforis tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi manusia model Haley. berdasarkan kesesuaian antara kriteria lambang kias dengan kriteria ruang persepsi manusia. c. Iwan Fals dan Lirik Lagu Ciptaanya Iwan Fals bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 03 September 1961) adalah seorang penyayi dan pencipta lagu yang menjadi salah satu musisi yang melegenda di Indonesia. Lewat lagu-lagunya ia memotret suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, dan kehidupan pada umumnya serta dirinya sendiri.Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa dan lain-lain), empati kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku dan lain-lain), atau bencana-bencana besar yang melanda dalam negerimaupun luar negeri mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakanya. Iwan Flas merupakan musisi yang dikenal dengan suara khas bergenre country/balada. Selain itu, ditambah dengan ciri khas dalam lirik lagunya yang membuat ia seringkali diidentikkan dengan legengaris internasional, yaitu Bob Dyan. Dalam hal lirik, Iwan Flas sudah menunjukkan “kenakalannya” pada liriklirik lagunya yang bernuansa kritik baik yang bersifat sosial maupun politik. Selain itu, lirik lagunya sering kali dibalut dengan humor-humor dan metafora yang imajinatif. Judul-judul lagunya seperti, Serdadu, Barang Antik, Obat Awet Muda, Guru Oemar Bakri, Tikus-tikus Kantor dan masih banyak yang lainya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
contoh lagu yang memamerkan kejeniusan pencipta lagu ini (dimodifikasi dari http://www.iwanfals.co.id/article/our-story/53-biografi-iwan-fals).
2.3 Kerangka Pikir Tujuan penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu (1) mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan lambang kiasnya, (2) mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. (3) Mendeskripsikan keadaan sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley. Dalam menganalisis kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, peneliti mengacu pada peranan metafora dari sudut pandang sistem ekologi (ruang persepsi manusia model Haley). Wahab telah menjelaskan bahwa sistem ekologi manusia itu tersusun berdasarkan sembilan kategori hierarki ruang persepsi manusia yang teratur. Hierarki ruang persepsi manusia tersebut, meliputiBeing (Keadaan), Cosmos (Kosmos), Energy (Energi), Substance (Substansi), Terrestrial (Terestrial), Object (Benda), Living (Kehidupan), Animate (MakhlukBernyawa),
dan
Human
(Manusia).
Kategori
tersebut
diambil
berdasarkan konsep hierarki ruang persepsi menurut Haley (dalam Wahab, 1995:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
77). Dalam proses menentukan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metaforanya, peneliti mempertimbangkan kesesuaian kriteria lambang kias ungkapan metafora itu dengan kriteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley di atas. Berdasarkan data-data lirik lagu yang telah diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi manusia model Haley, dicari distribusi pemakaian tiap kategori atau frekuensi persentase pemakaian kategorinya. Distribusi persentase itu dilakukan untuk mengetahui kategori metafora ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol. Selain itu, hasil dari distribusi persentase pemakaian kategori tersebut akan mencerminkan keadaan sisitem ekologi penyair. Berikut mind mapping dibawah ini menjadi bentuk paparan alur kerangka berpikir. Lirik-lirik lagu Iwan Fals dalam album tahun 1981-1983
Ungkapan metafora dan lambang kiasnya
Kategori metafora berdasarkan ruang persepsi model Haley
Distribusi pemakaian atau persentase kategori metafora model Haley
Kategori metafora model Haley yang paling menonjol
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Ketegori being Kategori cosmos Kategori energy Kategori substance Kategori terrestrial Kategori obejct Kategori living Kategori animate Kategroi human
Keadaan sistem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983
Bagan 2.2 Mind Mapping Kerangka Pikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini yang berjudul “Analisis Metafora Dalam Lirik Lagu Iwan Fals Pada Album Tahun 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley” termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto (dalam Prastowo, 2014: 203) mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Selain itu, Arikunto (dalam Prastowo, 2014: 204), menyatakan penelitian deskriptif dilakukan untuk tujuan mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis. Selain itu, penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari variabel, gejala, atau keadaan yang diamati. Moleong (2014: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Berdasarkan pernyataan dari beberapa ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa penelitian dengan tujuan mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, mendeskripsikan kategori ruang persepsi
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
manusia model Haley yang paling menonjol, dan mendeskripsikan keadaan sistem ekologi dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.
3.2 Data dan Sumber Data Data peneletian ini berupa frasa, klausa ataupun kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals. Banyaknya lirik-lirik lagu Iwan Fals yang ada, sumber data penelitian ini dibatasi pada album tahun 19811983 dengan mempertimbangkan waktu dan keterbatasan peneliti. Sumber data tersebut meliputi: a. Album Sarjana Muda dirilis pada tahun 1981 Judul lagu: 1) Sarjana Muda 2) Guru Oemar Bakri 3) Hatta 4) Doa Pengobral Dosa 5) Si Tua Sais Pedati 6) Ambublance Zig Zag 7) 22 Januari 8) Puing I 9) Yang Terlupakan 10) Bangunlah Putra Putri Pertiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
b. Album Opini dirilis pada tahun 1982 Judul Lagu: 1) Galang Rambu Anarki 2) O.A.M 3) Antara Aku Kau dan Bekas Pacarku 4) Isi Rimba 5) Sapuku Sapumu 6) Opiniku 7) Ambisi 8) Tak Biru Lagi Lautku 9) Tarmijah c. Album Sumbang dirilis pada tahun 1983 Judul lagu: 1) Sumbang 2) Kereta Tiba Pukul Berapa 3) Semoga Kau Tak Tuli Tuhan 4) Puing 5) Jendela Kelas I 6) Berikan Pijar Matahari 7) Siang Pelataran SD Sebuah Kampung 8) Asmara Tak Secengeng yang Aku Kira 9) Celoteh Camar Tolol dan Cemar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
3.3 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam megumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2013: 203). Selain itu, instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri (Moleong, 2006: 168). Selanjutnya, Sugiyono (2011: 222) juga menyatakan dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, dan membuat kesimpulan atas temuanya. Sehubungan dengan penjelasan mengenai instrumen penelitian kualitatif di atas, peneliti dalam penelitian ini merupakan orang yang bertindak sebagai perencana, dan pelaksana, menentukan fokus penelitian, memilih sumber data sebagai informan untuk pengumpulan data, analisis data, penafsir data,
pada
akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Selain itu, laptop, kalkulator dan alat-alat tulis lainya juga berperan sebagai alat pembantu dalam instrumen penelitian ini.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2011: 224-225) menyatakan peneliti tidak akan mendapatkan data memenuhi standar yang ditetapkan tanpa mengetahui teknik pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara atauteknik. Bila dilihat dari dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
teknik pengumpulan data secara umum dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan atau triangulasi. Sehubungan dengan data penelitian ini sudah terfokus pada frasa, klausa dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi terfokus dan triangulasi. Arikunto (2013: 231) menyatakan bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Selanjutnya, Sugiyono (2011: 240) menyatakan dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Pada tahap ini, peneliti mengunduh lirik-lirk lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 di situs onlain yang dikelola oleh Iwan Fals sendiri yaitu(http://www.iwanfals.co.id./discografi). Sugiyono (2011: 231) menyatakan teknik observasi terfokus merupakan tahap diamana peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Pada tahap ini, peneliti sudah memfokuskan data yang akan diteliti, yaitu mengamati dan mengidentifikasi ungkapan metafora pada tiap frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals. Selanjutnya, Sugiyono (2011: 241) mengartikan triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulam data dan sumber data yang telah ada. Khususnya pada tahap triangulasi, peneliti menguraikannya pada subbab 3.6 Teknik Keabsahan Data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Berdasarkan penjelasan teknik pengumpulan di atas, langkah-langkah teknik pengumpulan data penelitian ini disusun sebagai berikut. a. Tahap pertama, peneliti mengunduh teks lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 dalam (http://www.iwanfals.co.id./discografi). (Dokumentasi) b. Tahap kedua, peneliti memfokuskan data yang akan diteliti, yaitu mengamati dan mengidentifikasi ungkapan metafora pada tiap frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals. (Observasi terfokus). Selanjutnya diikuti langkah membuat kode data pada setiap frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik lagu yang mengandung ungkapan metaforis. Kode data tersebut berfungsi untuk menunjukkan nomor urut data, judul lagu, album lagu, dan tahun rilis serta wujud data. Contoh pengkodean data tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Contoh Pengkodean Data No.
Data
Kode
27
Pulu-pulu yang berpencar bersatu dalam kibarmu
(27-JL.10-ASM.81-Kla)
Keterangan koding: 27
= Nomor urut data yang diperoleh
JL.10
= Judul lagu ke-10 (Bagunlah Putra Putri Pertiwi)
ASM.81 = Album Sarjana MudaTahun 1981 Kla
= klausa; wujud data (ungkapan metafora)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
3.5 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, malakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, mimilih mana yang penting, dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri serta orang lain (Sugiyono, 2011-244).
Miles and Huberman (1984 dalam
Sugiyono, 2011: 246-252) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif terdiri dari, data reduction, data display,dan conslusion drawing atau verification. Data Reduction (Reduksi Data) merupakan tahap merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan tahap selanjutnya. Selanjutnya data display (penyajian data) merupakan tahapan menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan demikian, tahap ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Langkah ketiga conslusion drawing atau verification merupakan tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan penjelasan teknik analisis data kualitatif di atas, tahap-tahap analisis data penelitian ini mengunakan acuan ketiga teknik analisis data model Miles and Huberman yang telah dimodifikasi dan disusun sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
a. Tahap interpretasi Peneliti memaknai dan menafsirkan kriteria lambang kias pada data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelelumnya. Proses memaknai dan menafsirkan lambang kias pada ungkapan metafora (data penelitian), peneliti menggunakan bantuan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Ungkapan. b. Tahap pengkategorian Pada tahap ini, peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan kesesuaian kriteria lambang kias ungkapan metafora penyair dengan kriteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley. Sembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley itu meliputi, being, cosmos, energy, substance, terrestrial, object, living, animate dan human. c. Tahap distribusi Tahap ini, peneliti mecari distribusi pemakaian tiap kategori atau frekuensi persentase pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang hasilnya disajikan dalam bentuk Tabel. Tahap ini dilakukan untuk melihat distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol digunakan dalam menciptakan ungkapan metafora lirik lagu Iwan Fals. Selain itu, hasil distribusi akan mengambarkan keadaan sistem ekologi manusia (penyair) berdasarkan pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang meliputi sembilan kategori.
Berikut Bagan rumus dan contoh Tabel yang
digunakan untuk mencari dan meyajikan hasil persentase jenis-jenis kategori metafora model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
𝑋 𝑋 100 = 𝑃 𝑌
Bagan 3.1 Rumus Persentasi Dimana: X = jumlah frekunsi Y = jumlah data P = hasil jumlah persentase Tabel. 3.2. Contoh Tabel distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley. No. 1.
Kategori Being
2.
Cosmos
3. 4.
Energy Substance
5.
Terrestrial
6. 7.
Object Living
8.
Animate
9.
Human Jumlah data
Frekuensi
Presentase
Mendekati 100%
3.6 Teknik Keabsahan Data Moleong (2006: 330) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Selain itu, Sugiyono (2011: 273) menyatakan triangulasi dalam pengujian keabsahan data diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, berbagai waktu. Dengan demikian, triangulasi sangat penting dalam penelitian untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyatan yang ada dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan berbagai pandangan. Berdasarkan paparan pentingnya triangulasi dalam penelitian, teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi penyidik. Moleong (2014: 331) menyatakan bahwa, triangulasi penyidik adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Oleh karena itu, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan dua ahli ilmu linguistik dan sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 yang terdiri dari (1) Album Sarjana Muda dirilis pada tahun 1981, (2) Album Opini dirilis pada tahun 1982, dan (3) Album Sumbang dirilis pada tahun 1983, ditemukan 101 kutipan ungkapan metafora. Jumlah data yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4.1 Jumlah Data Penelitian No.
Sumber Data
Jumlah Data
1
Album Sarjana Muda Tahun 1981
30
2
Album Opini Tahun 1982
30
3
Album Sumbang Tahun 1983
41
Jumlah
101
Jumlah data pada Tabel di atas merupakan jumlah data awal yang ditemukan peneliti. Jumlah data tersebut masih memiliki kemungkinan berubah karena belum dilakukan validitas data oleh peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini mengunakan teknik triangulasi penyidik atau peneliti lain untuk menguji keabsahan data. Dalam upaya ini, peneliti melakukan trianggulasi data dengan dua dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. Beliau adalah Drs. B. Rahmanto, M. Hum., dan Septina Krismawati,S.S., M.A. 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Berdasarkan hasil analisis dari kedua triangulator, data awal yang berjumlah 101 kutipan ungkapan metafora terdapat 9 data tidak valid dengan kriteria data penelitian dan selebihnya berjumlah 92 data yang dianggap valid atau sesuai dengan kriteria data penelitian. Oleh karena itu, data penelitian yang dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini berjumlah 92 ungkapan metafora baik itu berupa frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 19811983. Sebelum masuk pada analisis data dan pembahasan, berikut salah satu contoh kriteria data penelitian yang valid dan kriteria data yang tidak valid dengan data penelitian. (1) Aku berteman iblis yang baik hati(11-JL.7-ASM.81-Fra) (2) Daun kelapa elok saat melambai (56-JL.8-AP.82-Kla) Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya mengenai adanya data penelitian yang valid setelah melalui proses validasi atau keabsahan data, kutipan data (1) dapat dinyatakan sebagai contoh data yang valid atau sesuai dengan kriteria data penelitian ini. Data tersebut dapat dinyatakan valid setelah melewati serangkaian uji validasi dan hasilnya disetujui oleh triangulator. Begitu sebaliknya, data kutipan (2) dapat dinyatakan sebagai contoh data tidak valid dengan kriteria data penelitian yang disebabkan adanya hasil uji validasi keabsahan data yang menunjukkan triangulator tidak menyetujui hasil analisis peneliti. Triangulator menyatakan tidak setuju dengan alasan, data kutipan (2) tersebut terindikasi sebagai ungkapan personifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
4.2 Analisis Data Pada bagian ini disajikan tahap-tahap analisis data model Miles and Huberman yang meliputi: tahap interpretasi, tahap pengkategorian, dan tahap distribusi. Terkhusus pada tahap interpretasi dan tahap pengkategorian akan dipaparkan dalam bagaian satu subbab. Tahap-tahap tersebut bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. 4.2.1 Tahap Interpretasi dan Pengkategorian Pada tahap interpretasi, peneliti memaknai dan menafsirkan ekspresiekspresi ungkapan metafora dengan cara mencari kriteria lambang kias berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Ungkapan. Selanjutnya diikuti
tahap
pengkategorian,
peneliti
mengklasifikasi
data
dengan
mempertimbangkan berdasarkan kesesuaian kriteria lambang kias yang digunakan untuk menciptakan metaforanya ke dalam sembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley. Sembilan kategori tersebut, antara lain (1) Being, (2) Cosmos, (3) Energy, (4) Substance, (5) Terrestrial, (6) Object, (7) Living, (8) Animate, dan (9) Human. Dalam penyajian data, tidak semua data yang dianalisis disajikan karena mengingat banyaknya data yang ada. Berikut disajikan beberapa data penelitianyang mewakili kategori ruang persepsi manusia model Haley dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Analisis data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran pada halaman 118-177.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
a. Kategori being Kategori being mencakup konsep atau pengalaman manusia yang abstrak. Ciri khas kategori ini ialah predikasi ada, walaupun tak dapat dihayati langsung oleh indra manusia. Kategori ini ditemukan 22 uangkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983. Berikut beberapa contoh analisis data mewakili dari 22 kategori being yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals. 1) Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra) Kata iblis pada data (11-JL.7-ASM.81-Fra) merupakan suatu konsep hal yang abstrak dantidak dapat dihayati oleh semua indra manusia secara langsung, melainkan hanya dapat dihayati keberadaanya dengan keyakinan serta kepercayaan saja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 415), iblis merupakan makhluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk Tuhan. Oleh karena itu, lambang iblis dapat disebut sebagaikonsep pengalaman manusia yang abstrak dan benar adanya serta keberadaanya itu hanya bisa dihayati dengan keyakinan. Dalam ungkapan metaforis data (11-JL.7ASM.81-Fra), iblis dikiaskan Iwan Fals seperti manusia yang memiliki inteligensi sehingga mampu melakukan hal yang diinginkanya baik itu hal buruk atau sebaliknya. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (3) Dua dua Januari Tidak sendiri Aku berteman iblis Yang baik hati (Iwan Fals. 22 Januari dalam Album Sarjana Muda. 1981)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Penggalan lirik lagu (3) menggambarkan pengalaman kisah pertemanan penyair dengan sesorang yang nakal, tetapi memiliki sisi lain yang baik hati. Sosok seseorang yang dimaksud penyair itu digambarkan dengan signifier atau lambang kias iblis, sedangkan signified atau makna yang dimaksudkan adalah pengalaman kisah pertemanan penyair dengan sesorang yang nakal, tetapi memiliki sisi lain yang baik hati. Dilihat dari kriteria lambang kias iblis pada data (11-JL.7-ASM.81-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut,menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup pengalaman suatu hal yang abstrak dan benar adanya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya iblis dapat digolongkan pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 2) Apa yang tersembunyi dibalik manis senyummu (41-JL.3-AS.82-Fra) Lambang manis pada data (41-JL.3-AS.82-Fra) yang diikuti kata senyumanmu menimbulkan makna yang kias. Manis adalah suatu konsep abstrak dari pengalaman manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 712), manis merupakan konsep rasa seperti gula. Oleh karena itu, lambang manis dapat disebut sebagaikonsep pengalaman rasa manusia yang abstrak dan benar adanya.Dalam ungkapan metaforis data (41-JL.3-AS.82-Fra), manis dihasilkan dari indra pengecap manusia dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep indah yang dihasilkan dari indra penglihatan manusia. Perhatikan penggalan lirik lagu dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
(4) Labil tawamu tak pasti tangismu Jelas membuat aku sangat ingin mencari Apa yang tersembunyi Di balik manis senyummu... (Iwan Fals. Antara Aku Kau dan Bekas Pacarmu dalam Album Opini. 1982) Penggalan lirik lagu (4) mengambarkan konsep manis digunakan untuk menggungkapan rasa kagum penyair pada senyuman seseorang. Rasa kagum penyair timbul ketika melihat indah senyumannya. Keadaan itu digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) manis pada ungkapan metaforanya, sedangkan
makna yang dimaksudkan (signified) penyair adalah tentang
kekaguman senyuman seseorang. Dilihat dari kriteria lambang kias manis dalam ungkapan metafora data (41JL.3-AS.82-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 3) Tak bermata pandang dunia dengan jiwa(53-JL.7-AP.82-Fra) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 475), jiwa merupakan roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup; bernyawa. Oleh karena itu, lambang jiwa dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak yang tidak dapat dihayati wujudnya oleh indra manusia, tetapi keberadaanya benar-benar ada. Dalam data ungkapan metaforis (53-JL.7-AP.82-Fra), konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
jiwa dihayati Iwan Fals sebagai mata atau indra penglihatan manusia. Perhatikan penggalan lirik lagu dibawah ini. (5) Tak bermata Pandang dunia dengan jiwa Tak bertelinga Jangan cepat kecewa (Iwan Fals. Ambisi dalam Album Opini. 1982) Dari penggalan lirik lagu (5) mengambarkan konsep jiwa dihayati sebagai indra penglihatan atau mata. Penyair memandang seseorang yang memiliki keterbatasan seperti tunanetra yang tidak dapat melihat memiliki suatu kelebihan tertentu dari keterbatasanya tersebut. Kelebihan itu digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier)jiwa yang seolah-olah dapat digunakan untuk melihat. Hal tersebut mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan metaforis penyair, yaitu tentang suatu nasihat jangan pernah menyerah. Dilihat dari kriteria lambang kias jiwa dalam ungkapan metafora data (53JL.7-AP.82-Fra)memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya jiwa dapat digolongkan pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 4) Setan-setan politik (62-JL.1-AS.83-Fra) Kata setan-setan pada data (62-JL.1-AS.83-Fra)terbentuk dari adanya reduplikasi kata dasar setan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1055), setan merupakan roh jahat yang selalu berusaha mengoda manusia. Oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
itu, lambang setan dapat disebut sebagai konsep suatu hal yang abstrak dan tidak dapat dihayati wujudnya oleh indra manusia, tetapi keberadaanya benar-benar ada. Dalam data ungkapan metaforis (62-JL.1-AS.83-Fra), setan-setan dihayati Iwan Fals sebagai manusia yang berkecimpung di dunia politik. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (6) Setan setan politik Kan datang mencekik Walau dimasa paceklik Tetap mencekik (Iwab Fals. Sumbang dalam Album Sumbang. 1981) Penggalan lirik lagu (6) mengambarkan pengalaman penyair tantang kebijakkan-kebijakan politik yang tidak berpihak pada rakyat. Hal itu ditunjukkan penyair dengan lambang kias (signifier) setan-setan pada ungkapan metaforanya, yaitu “Setan-setan politik” kan datang mencekik walau dimasa paceklik.Hal tersebut mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan metafora penyair, yaitu tentang pengalamanya atas kebijakan politik yang tidak berpihak pada rakyat. Dilihat dari kriteria lambang kias setan dalam ungkapan metafora (62-JL.1AS-83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup pengalaman suatu hal yang abstrak dan benar adanya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias setan dapat digolongkan pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
5) Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya (90-JL.7-AS.83-Fra) Cinta adalah konsep pengalaman manusia yang abstrak berkaiatan tentang suatu perasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 214), cinta merupakan rasa suka sekali, sayang benar. Dengan demikian, lambang cinta dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak yang tidak dapat dihayati wujudnya oleh indra manusia, tetapi keberadaanya benar-benar ada. Dalam data ungkapan metaforis (90-JL.7-AS.83-Fra), konsep cinta dihayati Iwan Fals sebagai sesuatu zat yang dapat diukur kandunganya. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (7) Tegap engkau berdiri walau tanpa alas kaki Lantang suara anak anak disana Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya Walau tak terucap namun bisa kurasa Bergemalah (Iwab Fals. Siang Pelataran SD Sebuah Kampung dalam Album Sumbang. 1981) Penggalan lirik lagu (7) menggambarkan pengalaman penyair tentang kekagumannya pada anak-anak SD disebuah kampung yang terlihat semangat. Kekaguman itu diungkapan penyair dengan lambang kias (signifier)cinta yang seolah-olah seperti suatu zat yang dapat diukur. Dengan demikian makna yang dimaksudkan (signified) dari penyair, yaitu tentang rasa sayang yang dimiliki anak-anak SD terhadap tanah airnya. Dilihat dari kriteria lambang kias cinta dalam ungkapan metafora (90-JL.7AS-83.Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup pengalaman suatu hal yang abstrak dan benar adanya. Dengan demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias cinta dapat digolongkan pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. b. Kategori cosmos Kategori cosmos predikasinyatidak hanya ada, melainkan menempati ruang di jagad raya. Jadi, benda-benda yang termasuk kategori cosmos antara lain: matahari, bulan, bintang, bumi dan sejenisnya. Jenis kategori ini ditemukan 2 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983. Berikut dua contoh analisis data ungkapan metafora dari kategori cosmos dalam lirik lagu Iwan Fals. 1) Cepatlah besar matahariku (34-JL.1-AP.82-Fra) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 722), matahari merupakan benda angkasa sebagai titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang panas pada bumi kala siang hari. Dengan demikian, konsep matahari dapat disebut sebagai konsep benda yang berada di ruang angkasa dan menggunakan ruang. Dalam data ungkapan metafora (34-JL.1-AP.82-Fra), Iwan Fals menghayati matahari sebagai anak kandungnya yang dapat tumbuh semakin besar atau dewasa. Perhatikan penggalan kutipan lirik lagu di bawah ini. (8) Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu (Iwan Fals. Galang Rambu Anarki Dalam Album Opini. 1982) Penggalan kutipan lirik lagu (8) menggambarkan pengalaman penyair saat mendoakan anak kandungnya. Anak tersebut bernama Galang Rambu Anarki yang didoakan semoga lekas besar atau tumbuh dewasa. Dalam ungkapan metaforis ini, anak tersebut diungkapkan Iwan Fals dengan lambang kias
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
(signifier) matahari dan makna yang dimaksudkan penyair (signified) adalah Galang Rambu Anarki. Dilihat dari kriteria lambang kias matahari pada ungkapan metafora (34JL.1-AP.82-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori cosmos. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan cosmos yang mencakup contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain serta tidak hanya ada melainkan menempati ruang di jagad raya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias matahari dapat digolongkan pada kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 2) Mari kita hentikan Dansa mereka Dengan memberi sinarmatahari(85-JL.6-AS.83-Fra) Matahariadalah benda angkasa sebagai titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang panas pada bumi kala siang hari (KBBI, 2007: 722). Dengan demikian, konsep matahari dapat disebut sebagai konsep benda yang berada di ruang angkasa dan menggunkan ruang. Dalam data ungkapan metaforis (85-JL.6-AS.83-Fra), lambang kias matahari dikiasakan penyair sebagai konsep suatu nasehat. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (9) Seolah kita tidak mau mengerti Seolah kita tidak mau perduli Pura buta dan pura tuli Mari kita hentikan Dansa mereka Dengan memberi pijar matahari (Iwan Fals, Beri pijar Matahari dalam Album Sumbang. 1983)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Berdasarkan
penggalan
lirik
(9)
berjudul
Beri
Pijar
Matahari
menggambarkan pengalaman Iwan Fals tentang konsep suatu tanda adanya matahari yang membuat terang di saat gelap. Hal itu dihayati Iwan Fals sebagai suatu nasihat. Dengan demikian data ungkapan metafora (85-JL.6-AS-83) konsep matahari bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep suatu nasihat atau hal kebaikan tersebut berperan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias matahari dalam ungkapan metafora (85JL.6-AS.83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori cosmos. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan cosmos yang mencakup contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain serta tidak hanya ada, melainkan menempati ruang di jagad raya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias matahari dapat digolongkan pada kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. c. Kategori energy Kategori energy predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya perilaku gerak. Contoh nomina dari kategori ini yaitu cahaya, angin, dan api. Kategori ini ditemukan 6 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983. Berikut beberapa contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili kategori energy dalam lirik lagu Iwan Fals. 1) Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Ungkapan metaforis hujan air mata pada data (05-JL.3-ASM.81-Fra) terdiri dari lambang kias hujan dan diikuti ungkapan klise air mata yang berarti kesedihan. Hujan adalahtitik-titik air yang banyak berjatuhan dari udara karena proses pendinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 409). Dengan demikian, konsep hujan dapat disebut sebagai konsep suatu gerakan titik-titik air yang banyak dari udara ke bumi.Dalam data ungkapan metaforis (05-JL.3ASM.81-Fra), lambang hujan dihayati Iwan Fals sebagai konsep jumlah banyaknya
manusia
yang bersedih
dari
pelosok
negeri.
Hal
tersebut
mengambarkan konsep hujan bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep jumlah banyaknya manusia bersedih dari pelosok negeri sebagai maknayang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias hujan yang telah dijelaskan di atas, ungkapan metafora penyair ini memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori energy. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan energy yang mencakup contoh kongkrit cahaya, angin, api dan sejenisnya serta predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya perilaku gerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair pada data (05-JL.3-ASM.81-Fra) dengan lambang kias hujan dapat digolongkan pada kategori energy dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 2) Sinar matamu tajam namun ragu (22-JL.10-ASM.81-Fra) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1068), sinar merupakan pancaran terang cahaya, seperti bulan, matahari dan sebagainya. Dengan demikian, konsep sinar dapat disebut sebagai konsep wujud energi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
dihasilkan dari benda-benda cosmos seperti bulan, matahari dan sebagainya. Dalam ungkapan metafora pada data(22-JL.10-ASM.81-Kla), sinar dihayati Iwan Fals seperti pandangan seseorang. Hal tersebut menimbulkan makna kias, karena hakikat sinar merupakan wujud energi yang berupa pancaran cahaya dan dihasilkan dari benda-benda cosmos. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (10) Sinar matamu tajam namun ragu Kokoh sayapmu semua tahu Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan Kuat jarimu kala mencengkeram (Iwan Fals. Bangunlah Putra Putri Pertiwi dalam Album Sarjana Muda. 1981) Penggalan lirik lagu (10) mengambarkan pengalaman penyair tentang pandangan mata seseorang yang tajam, namun terlihat ragu. Dengan demikian, konsep sinar pada data ungkapan metafora (22-JL.10-ASM.81-Kla) bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep pandangan yang terlihat raguragu berperan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias sinar pada ungkapan metafora penyair pada data (22-JL.10-ASM.81-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori energy. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan energy yang mencakup mencakup contoh kongkrit cahaya, angin, api dan sejenisnya serta predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya prilaku gerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias sinar dapat digolongkan pada kategori energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
3) Dengan sorot mata yang keduanya buta (13-JL.7-ASM.81-Fra) Sorot adalah sinar cahaya atau lampu senter (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:1085). Dengan demikian, konsep sorot dapat disebut sebagai predikasi gerakan cahaya yang menyorot dari hasil sumber cahaya. Dalam data ungkapan metafora (13-JL.7-ASM.81-Fra), konsep sorot dihayati Iwan Fals sebagai konsep pandangan mata. Hal tersebut mengambarkan konsep sorot bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konseppandangan mata berperan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified) dalam ungkapan metafora di atas. Dilihat dari kriteria lambang kias sorot dalam ungkapan metafora penyair pada data (13-JL.7-ASM.81-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori energy. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan energy yang mencakup contoh kongkrit cahaya, angin, api dan sejenisnya serta predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya prilaku gerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias sorot dapat digolongkan pada kategori energy dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 4) Sentuhan anginwaktu siang kibarkan satu kain bendera usang (89-JL.7-AS.83-Fra) Angin adalahgerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 49). Dengan demikian, lambang angin dapat disebut sebagai konsep energi gerakan udara. Dalam ungkapan metaforis pada data (89-JL.7-AS.83-Fra), angin dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep manusia yang dapat mengibarkan bendera. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
mengambarkan tentang konsep konsep angin bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep manusia sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias angin dalam ungkapan metafora penyair pada data (89-JL.7-AS.83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori energy. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan energy yang mencakup contoh kongkrit cahaya, angin, api dan sejenisnya serta predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya prilaku gerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias angin dapat digolongkan pada kategori energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley. d. Kategori substance Kelembaman merupakan predikasi dari kategori substance, di samping ada, memerlukan ruang dan dapat bergerak. Kategori ini ditemukan 2 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983. Berikut contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili jenis kategori substance dalam lirik lagu Iwan Fals. 1) O Tuhan beri setetes rejeki (09-JL.4-ASM.81-Fra) Setetes terbentuk dari kata dasar tetes yang berarti benda cair (air, dsb) dan jatuh menitik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 1188). Dengan demikian konsep setetes dapat disebut sebagai konsep benda cair, seperti air dan zat cair lainya yang bersifat lembam. Dalam ungkapan metaforis pada data (09-JL.4ASM.81-Fra), lambang setetes terbentuk dari kata dasar tetes seperti zat cair yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
bisa menetesdikiaskan sebagai konsep jumlah suatu rejeki. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut, konsep setetes dihayati sebagai konsep jumlah suatu rejeki yang diminta pada Tuhan. Dengan demikian konsep setetes bertindak sebagai lamabang kias (signifier), sedangkan konsep jumlah suatu rejeki yang diminta pada Tuhan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias setetes dalam ungkapan metafora penyair pada data (09-JL.4-ASM.81-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori substance. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan subtance yang memiliki kriteria kelembaman sebagai predikasi dari kategori ini, di samping ada, juga memerlukan ruang dan dapat bergerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias setetes dapat digolongkan pada kategori subtance dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 2) Pernahkah tuan renungkan harga keringatnya (48-JL.5-AP.82-Fra) Keringat adalah air yang keluar melalui pori-pori tubuh karena panas dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 553). Dengan demikian, konsep keringat dapat disebut sebagai konsep suatu zat cair yang keluar dari poripori akibat panas. Dalam ungkapan metaforis data (48-JL.5-AP.82-Fra),konsep keringat dihayati Iwan Fals sebagai konsep suatu benda yang memiliki nilai jual atau harga. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (11) Pernahkah tuan pikirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Jasa mereka Pernahkah tuan renungkan Harga keringatnya (Iwan Fals. Sapuku Sapumu dalam Album Opini. 1982) Penggalan lirik lagu (11) dengan judul Sapuku Sapumu menggambarkan nasip para perkerja tukang sapu yang bertugas membersihkan jalanan di Jakarta. Dalam penggalan lirik ini, Iwan Fals mencoba mencerminkan nasib upah kerja atau gaji para pekerja tukang sapu dikiaskan dengan lambang kias (signifier) keringat, sedangkan konsep upah kerja atau gaji tersebut bertindak sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias keringat yang telah dijelaskan di atas, ungkapan metafora penyair pada data (48-JL.5-AP.82-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori substance. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan substance yang memiliki kriteria kelembaman sebagai predikasi dari kategori ini, di samping ada, juga memerlukan ruang dan dapat bergerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias keringat dapat digolongkan pada kategori substance dalam hierarki ruang persepsi model Haley. e. Kategori terrestrial Kategori terrestrial predikasinya yaitu terhampar yang terikat oleh bumi dan contoh nominaya seperti sungai, laut, samudra,gunung, dan padang pasir termasuk di dalamnya. Kategori ini ditemukan 1 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983. Berikut contoh analisis data ungkapan metafora yang termasuk kategori being dalam lirik lagu Iwan Fals.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
1) Pulau-pulau yang berpencar bersatu dalam kibarmu (27-JL.10-ASM.81-Kla) Hakikat kata pulau-pulau terbentuk adanya reduplikasi kata pulau. Kata Pulaumemiliki arti daratan yang dikelilingi air (di laut, di sungai, di danau) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 906). Dengan demikian, kata pulau dapat dikatakan sebagai suatu daratan yang terhampar dikelilingi air, sungai dan sebagainya. Dalam ungkapan metaforis pada data (27-JL.10-ASM.81-Kla), lambang kias pulau-pulau dikiaskan penyair sebagai konsep manusia atau masyarakat Indonesia. Hal tersebut mengambarkan konsep pulau-pulau bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsepmanusia atau masyarakat Indonesia yang dapat menyandang predikasi bersatu berperan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified) dalam ungkapan metafora di atas. Dilihat dari kriteria lambang kias pulau-pulau dalam ungkapan metafora penyair pada data (27-JL.10-ASM.81-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori terretrial. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan terrestrial yang mencakup hamparan terikat oleh bumi seperti, samudara, sungai, gunung, padang pasir dan sejenisnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias pulau-pulau dapat digolongkan pada kategori terrestrial dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. f. Kategori object Predikasi dari jenis kategori object yaitu dapat pecah dan contoh nominanya terdiri dari semua mineral. Jenis kategori ini ditemukan 7 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Berikut beberapa contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili jenis kategori object dalam lirik lagu Iwan Fals. 1) Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah pedang(38-JL.2-AP.82Kla) Pedang adalah parang panjang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 841). Dengan demikian, lambang pedang dapat disebut sebagai konsep sebuah alat atau benda yang digunakan untuk memotong. Dalam ungkapan metaforis data (38-JL.2-AP.82-Kla), pedang dihayati Iwan Fals sebagai konsep kepuasan nafsu. Hal tersebut mengambarkan pengalaman penyair terhadap konsep pedang ketika diasah akan menjadi tajam yang bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep kepuasan nafsu (dalam hubungan intim antara lawan jenis manusia) sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias pedang dalam ungkapan metafora penyair pada data (38-JL.2-AP.82-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori object. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan object yang mencakup contoh kongkrit semua mineral denga predikasinya dapat pecah, rusak dan sebagainya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori object dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 2) Beri watak baja padanya (71-JL.3-AS.83-Fra) Baja adalah logam yang keras (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 91). Dengan demikian, lambang baja dapat disebut sebagai konsep suatu benda yang berwujud logam dan mempunyai sifat kuat. Dalam data ungkapan metaforis (71JL.3-AS.83-Fra), baja dihayati Iwan Fals sebagai konsep watak seseorang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
tidak mudah menyerah. Hal tersebut menggambarkan konsep baja yang mempunyai sifat kuat bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep watak seseorang yang tidak mudah menyerah sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias baja dalam ungkapan metafora penyair pada data (71-JL.3-AS.83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori object. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan object yang mencakup contoh kongkrit semua mineral dengan predikasinya dapat pecah, rusak dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, penciptaan ungkapan metaforis penyairdengan lambang kias baja dapat digolongkan pada kategori object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 3) Serdadu bonekayang malang (74-JL.4-AS.83-Fra) Boneka adalah tiruan anak untuk permainan anak-anak (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 162). Dengan demikian, konsep boneka dapat disebut sebagai konsep suatu benda berupa mainan yang dimainkan anak-anak. Dalam data ungkapan metaforis (74-JL.4-AS.83-Fra), boneka dihayati Iwan Fals sebagai masyarakat yang menjadi korban karena adanya perang. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (12) Melihat tulang belulang Serdadu boneka yang malang Tuan tolonglah tuan Perang dihentikan (Iwan Fals, Puing dalam Album Sumbang. 1983) Penggalan lirik lagu (12) dengan judul Puing menggambarkan pengalaman penyair tentang akibat perang. Konsep boneka dalam ungkapan metafora pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
data (74-JL.4-AS.83-Fra) digunakan penyair sebagai lambang kias (signified) dari masyarakat yang menjadi koban karena adanya perang. Dengan demikian, makna yang dimaksudkan penyair (siegnified) dalam ungkapan metafora tersebut adalah masyrakat yang malang menjadi korban akibat perang. Dilihat dari kriteria lambang kias boneka dalam ungkapan metafora penyair pada data (74-JL.4-AS.83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori object. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan object yang mencakup contoh kongkrit semua mineral dengan predikasinya dapat pecah, rusak dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias boneka dapat digolongkan pada kategori object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. g. Kategori living Predikasi dari kategori living yaitu dapat tumbuh. Contoh nominanya terbatas pada segala macam kehidupan flora. Kategori ini ditemukan 6 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983. Berikut contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili kategori living dalam lirik lagu Iwan Fals. 1) Nada merambatpelan dikesunyian malam (17-JL.9-ASM.81-Kla) Hakikat kata merambat terbentuk dari kata dasar rambat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 924) rambat merupakan bertambah banyak atau tentang tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian konsep merambat dapat disebut sebagai konseppredikasi yang lazimnya diterapkan pada tumbuh-tumbuhan, seperti pada ubi jalar yang tumbuhnya merambat. Dalam ungkapan metaforis data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
(17-JL.9-ASM.81-Kla), lambang merambat yang dikenakan pada subjek nada menimbulkan makna kias. Lambang tersebut dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep terdengar yang seharusnya lebih cocok untuk predikasi nada. Jadi konsep merambat bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep terdengar sebagai makna yang dimaksudkan penyair (singnified). Dilihat dari kriteria lambang kias merambat dalam ungkapan metafora penyair pada data (17-JL.9-ASM.81-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori living. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan living yang mencakup contoh kongkrit dari semua kehidupan flora dengan segala predikasinya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori living dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 2) Dengarlah detak jantung benihku yang ku tanam dirahimmu (68-JL.3-AS.83-Kla) Benih adalah biji atau buah yang disediakan untuk ditanam atau disemaikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 133). Dengan demikian, konsep benih dapat dikaitkan dengan konsep segala macam dunia flora. Dalam ungkapan metaforis data (68-JL.3-AS.83-Kla), benih dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep calon anak yang masih di dalam rahim ibunya dan biasa disebut dengan janin. Hal tersebut mengambarkan pengalaman penyair tentang konsep benih suatu tanaman, jika disemaikan akan tumbuh menjadi besar. Begitupula dengan janin, berjalannya waktu janin yang masih didalam rahim ibunya itu akan lahir ketika mencapai usia kandungan sembilan bulan. Jadi konsep benih dari sebuah tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
berperan sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep janin sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified) dari ungkapan metafora di atas. Dilihat dari kriteria lambang kias benih dalam ungkapan metafora penyair pada data (68-JL.3-AS.83-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori living. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan living yang mencakup contoh kongkrit dari semua kehidupan flora dengan segala predikasinya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori living dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 3) Bibir merekah dan merah selalu basah (82-JL.5-AS.83-Kla) Merekah adalah mulai mekar (tentang bunga) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 941). Dengan demikian, lambang merekah dapat disebut sebagai konsep yang dikaitkan dengan semua kehidupan flora dan segala predikasinya. Dalam ungkapan metaforis data (82-JL.5-AS.83-Kla), merekah dihayati Iwan Fals sebagai konsep terbuka. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (13) Bibir merekah dan merah selalu basah Langkahmu tenang kala engkau berjalan Tinggi semampai gadis idaman (Iwan Fals, Jendela Kelas I dalam Album Sumbang. 1983) Penggalan lirik lagu (13) di atas dengan judul Jendela Kelas I,menggambarkan pengalaman penyair yang sedang melihat sosok gadis idamanya.Gadis idaman penyair digambarkan memiliki bibir merekah (terbuka) dan merah selalu basah, langkahnya tenang kala berjalan dan tinggi semampai. Dengan demikian konsep merekah pada data (82-JL.5-AS.83-Kla)yang dikenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
subjek bibir bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep bibir terbuka sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias merekah dalam ungkapan metafora penyair pada data (82-JL.5-AS.83-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori living. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan living yang mencakup contoh kongkrit dari semua kehidupan flora dengan segala predikasinya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori living dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. h. Kategori animate Predikasi kategori animate ialah kemampuanya berjalan, berlari, atau terbang dan contoh nominanya terbatas dalam segala macam dunia fauna serta perilakunya. Kategori ini ditemukan 15 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Berikut beberapa contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili kategori animate dalam lirik lagu Iwan Fals. 1) Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal (07-JL.4-ASM.81-Fra) Nyamuk adalah serangga bersayap, memiliki sepasang sungut dipakai sebagai penghisap darah manusia dan binatang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 789). Oleh karena itu, lambang nyamuk dapat dikaitkan dengan konsep segala macam dari dunia fauna serta segala perilakunya. Dalam ungkapan metaforis data (07-JL.4-ASM.81-Fra), nyamuk dihayati Iwan Fals sebagai seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
wanita pekerja seks komersial (PSK). Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (14) Terpisah dari ramai Berteman nyamuk nakal... dan segumpal harapan Kapankah datang... tuan berkantong tebal... (Iwan Fals. Doa Pengobral Dosa dalam Album Sarjana Muda. 1981) Penggalan
lirik
lagu
(14)
dengan
judul
Doa
Pengobral
Dosa,menggambarkan nyamuk digunakan penyair sebagai lambang kias PSK atau seseorang wanita yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial. Dengan demikian ungkapan metaforis pada data (07-JL.4-ASM.81-Fra) terebentuk dari lambang kias (signifier) nyamuk, sedangkan makna yang dimaksud (signified) penyair adalah sesorang wanita yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK). Dilihat dari kriteria lambang kias nyamuk dalam ungkapan metafora penyair pada data (07-JL.4-ASM.81.Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 2) Bermacam suku berbeda Bersatu dalam cengkeramanmu(23-JL.10-ASM.81-Kla) Kata cengkeramanmu terbentuk dari kata dasar cengkeram disertai akhiran an dan mu. Kata cengkeram adalah memegang erat dengan cakar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 207). Oleh karena itu, lambang cengkeram dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
dikatakan sebagai konsep predikasi dari binatang yang mempunyai cakar. Dalam ungkapan metaforis (23-JL.10-ASM.81-Kla), Iwan Fals menghayati cengkraman sebagai konsep kekuasaan. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (15) Sinar matamu tajam namun ragu Kokoh sayapmu semua tahu Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan Kuat jarimu kala mencengkeram Bermacam suku yang berbeda Bersatu dalam cengkerammu (Iwan Fals. Bangunlah Putra Putri Pertiwi dalam Album Sarjana Muda. 1981) Penggalan lirik lagu (15) dengan judul Bangunlah Putra Putri Pertiwi menggambarkan lambang Negara Indonesia, yaitu Burung Garuda yang mencengkram kain berwana merah putih tertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Hal itu digambarkan Iwan Fals dalam ungkapan metafora data (23-JL.10ASM.81-Kla) dengan lambang kias (signified) cengkraman, sedangkan makna yang dimaksudkan (signified) penyair adalah kekuasaan. Dilihat dari kriteria lambang kias cengkraman dalam ungkapan metafora penyair pada data (23-JL.10-ASM.81-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
3) Tabir gelap yang dulu hinggap(40-JL.3-AP.82-Fra) Hinggap adalah bertengger setelah terbang (tentang burung): burung itu terbang, kemudian hinggap di jendela (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 403). Dengan demikian, lambang hinggap dapat disebut sebagai salah satu predikasi dari dunia fauna. Dalam ungkapan metaforis data (40-JL.3-AP.82Fra),hinggap dihayati Iwan Fals sebagi konsep terpasang. Hal tersebut, menggambarkan pengalaman penyair tentang tabir yang terpasang sebagai menyekat dinding dihayati sebagai burung yang sedang hinggap di suatu tempat. Tabir merupakan sebuah penyekat dinding atau benda mati yang tidak lazim dikenakan predikasi hinggap. Dengan demikian, predikasi hinggap yang dikenakan pada subjek tabir menimbulkan makna kias. Hal
tersebut
mencerminkan makna yang dimaksudkan penyair sebagai konsep terpasang lebih dan lebih sesuai dikenakan pada subjek tabir. Jadi konsep hinggap yang lazimnya dikenakan pada fauna bertindak sebagai lambang kias (signified), sedangkan konsep terpasang lebih sesuai dikenakan pada subjek tabir atau penyekat dinding berperan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias hinggap dalam ungkapan metafora penyair pada data (40-JL.3-AP.82-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala perilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
4) Kala sisa ombak merayap(54-JL.8-AP.82-Kla) Kata merayap adalah berkerumun seperti rayap bergerak maju dengan tangan dan kaki serta badan bertumpu ke tanah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 935). Oleh karena itu, konsep merayap dapat dikatakan sebagai predikasi dari berberapa jenis serangga seperti rayap, lipan, dan sejenisnya. Dalam ungkapan metafora data (54-JL.8-AP.82-Kla), merayap dihayati Iwan Fals sebagai konsep bergelombang yang lazimnya diterapkan pada subjek ombak. Dengan demikian ungkapan metaforis ini terbentuk dari lambang kias (signifier) merayap, sedangkan signified atau makna yang dimaksudkan penyair adalah bergelombang. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (16) Hamparan pasir Tampak putih berbuh Kala sisa ombak merayap (Iwan Fals. Tak Biru Lagi Lautku dalam album Opini. 1982) Penggalan (16) dengan judul lagu tak Biru Lagi Lautku,menggambarkan pengalaman penyair tentang ombak yang bergelombang menuju ke tepi pantai dihayati seperti konsep binatang yang sedang merayap. Dilihat dari kriteria lambang kias merayap dalam ungkapan metafora penyair pada data (54-JL.8-AP.82-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
5) Terasa panas menyengat(55-JL.8-AP.82-Kla) Kata menyengat terbentuk dari kata dasar sengat yang memiliki arti alat tajam yang berbisa pada serangga dan binatang lain, seperti lebah, lipan, dan sejenisnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:1035). Oleh karena itu, konsep menyengat dapat disebut sebagai konsep segala kemapuan perilaku dari binatang seperti lebah, kalajengking, lipan dan sejenisnya. Dalam ungkapan metaforis “Panas menyengat” yang diungkapan Iwan Fals, menunjukkan bahwa ia pernah mengalami rasa panas luar biasa dihayati seperti rasa sengatan lebah, lipan dan sejenisnya. Dengan demikian ungkapan metaforis pada data (54-JL.8-AP.82-Kla) terbentuk dari lambang kias (Signifier) menyengat, sedangkan signified atau makna yang dimaksudkan penyair adalah rasa panas yang luar biasa. Dilihat dari kriteria lambang kias menyengat dalam ungkapan metafora penyair pada data (54-JL.8-AP.82-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 6) Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam (64-JL.1-AS.83-Fra) Frasa kambing hitam pada data (64-JL.1-AS.83-Fra) terbentuk dari kumpulan dua kata dasar, yaitu kata kambing dan kata hitam. Hakikatnya kambaing adalah binatang pemamah biak dan pemakan rumput (daun-daunan), berkuku genap, tanduknya bergeronggang, biasanya dipelihara sebagai hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
ternak untuk diambil daging dan susu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 497), sedangkan hitam adalah warna dasar yang serupa dengan warna arang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 405). Oleh karena itu, frasa kambing hitam memiliki makna sebenarnya adalah kambing yang berwarna hitam. Selain itu, frasa kambing hitam merupakan ungkapan klise atau ungkapan metafora yang sudah sering digunakan oleh masyrakat untuk kosep lain. Dalam Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 124), kambing hitam diartikan sebagai orang yang dituduh. Dalam ungkapan metaforis data (64-JL.1-AS.83-Fra), kambing hitam atau kambing yang berwarna hitam dihayati Iwan Fals sebagai pengalamannya tentang konsep seseorang yang tidak bersalah dituduh melakukan kesalahan. Jadi kambing hitam (kambing yang berwarna hitam) bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep pengalaman manusia yang dituduh melakukan kesalahan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified). Dilihat dari kriteria lambang kias kambnig hitam atau kambanig berwarna hitam dalam ungkapan metafora penyair pada data (64-JL.1-AS.83-Fra),memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori animate. Hal tersebut,menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala perilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
i. Jenis kategori human Predikasi kategori human yaitu kemampuanya berpikir dan contoh nominya adalah manusia. Sehingga kriteria kategori ini dapat melakukan berbagai macam perbuatan yang tidak mungkin dikerjakan oleh jenis-jenis kategori di atasnya. Kategori ini ditemukan 31 ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Berikut beberapa contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili dari 31 kategori animate dalam lirik lagu Iwan Fals. 1) Jadi guru jujur berbakti memangmakan hati(03-JL.2-ASM.81-Fra) Kata makan dan kata hati pada ungkapan metaforis data (03-JL.2-ASM.81Fra), merupakan wujud ungkapan metafora yang sudah klise atau sering digunakan sebagai tanda perasaan dari manusia. Pernyataan itu didukung adanya ungkapan makan hati dalam Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 99) yang diartikan sedih dan sakit hati. Oleh karena itu, lambang makan hati dapat disebut sebagai tanda perasaan seseorang yang kecewa atau sakit hati. Dalam ungkapan metaforis data (03-JL.2-ASM.81-Fra), Iwan Fals menghayati konsep makan hati digunakan untuk mewakili keadaan perasaan sesorang yang kecewa. Perhatikan penggalam lirik lagu dibawah ini. (17) Oemar bakri... oemar bakri 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar bakri... oemar bakri banyak ciptakan menteri Oemar bakri... profesor dokter insinyur pun jadi Tapi mengapa gaji guru oemar bakri seperti dikebiri (Iwan Fals. Guru Oemar Bakri dalam Album Sarjana Muda. 1981) Penggalan lirik lagu (17) di atas yang berjudul Guru Oemar Bakri mengambarkan ungkapan rasa kecewa dari seorang guru. Ia telah lama mengabdi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
menjadi guru, tetapi entah mengapa? “Gajinya seperti dikebiri” Kata Iwan Fals dalam liriknya. Itulah merupakan ungkapan rasa kecewa yang dibungkus dalam dalam bentuk sindiran. Kondisi itu digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) makan hati pada ungkapan metaforanya “Jadi guru jujur berbakti memang makan hati...”. Hal tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari penyair tentang keadaan rasa kecewa menjadi guru kurang diperhatikan kesejahtraan hidupnya oleh pemerintah. Dilihat dari kriteria lambang kias makan hati dalam ungkapan metafora penyair pada data (03-JL.2-ASM.81-Fra),memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley. 2) Bernisan bangga, berkafan doadari kami yang merindukan orang sepertimu (06-JL.3-ASM.81-Fra) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 101) bangga merupakan besar hati atau merasa gagah karena mempunyai keunggulan, sedangkan doa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 271) merupakan permohonan (harapan, permintaan, pujian) dari manusia kepada Tuhan. Oleh karena itu, konsep bangga dan doa dapat dikaitkan dengan predikasi dan sifat dari manusia yang dapat berbangga dan berdoa. Dalam ungkapan metaforis data (06-JL.3ASM.81-Fra), bangga dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep nisan yang biasa terbuat dari batu, kayu, dan sejenisnya untuk menandai suatu makam, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
lambang doadikiaskan sebagai konsep kafan (kain putih untuk membungkus mayat). Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (18) Terbayang baktimu, terbayang jasamu Terbayang jelas... jiwa sederhanamu Bernisan bangga, berkafan doa Dari kami yang merindukan orang sepertimu... (Iwan Fals.Hatta dalam Album Sarjana Muda.1981) Penggalan lirik lagu (18) berjudul Hatta menceritakan sosok wakil presiden Repulik Indonesia yang pertama sebagai tokoh idola Iwan Fals. Penyair menggambarkan rasa bangganya yang abadi dihayati seperti konsep nisan sebagai tanda suatau makam, sedangkan doa yang selalu dipanjatkanya dihayati seperti kain kafan digunakan untuk mengkafani mayat. Kondisi itu digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) bangga dan doa pada ungkapan metaforanya. Hal tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari penyair tentang rasa bangga yang tak pernah hilang dan doa selalu dipanjatkan olehnya. Dilihat dari kriteria lambang kias bangga dan doa dalam ungkapan metafora penyair pada data (06-JL.3-ASM.81-Fra), memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
3) Dan burung-burung bangkai berdansasenang (14-JL.8-ASM.81-Kla) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 236), berdansa merupakan tari cara barat yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita. Oleh karena itu, lambang berdansa dapat disebut sebagai predikasi dari manusia. Dalam ungkapan metafora pada data (14-JL.8-ASM.81-Kla), Iwan Fals menghayati burung-burung bangkai seperti manusia yang dapat berdansa. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (19) Mayat mayat bergeletakan Tak terkubur dengan layak Dan burung burung bangkai Menatap liar Dan burung burung bangkai Berdansa senang (Iwan Fals. Puing I dalam Album Sarjana Muda.1981). Penggalan lirik lagu (19) berjudl Puing I, menggambarkan pengalaman penyair yang melihat suatu kondisi dimana banyak burung bangkai berterbangan menyantap mayat-mayat bergletakan tak terkubur dengan layak. Kondisi itu digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) berdansa pada ungkapan metaforanya. Hal tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan metaforis penyair tentang burung-burung bangkai beterbangan. Dilihat dari kriteria lambang kias berdansa dalam ungkapan metafora yang diciptakan penyair pada data (14-JL.8-ASM.81-Kla),memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 4) Tawa kelakar badut-badut serakah Tanpa HPH berbuat semaunya (44-JL.4-AP.82-Fra) Kata badut-badut pada data (44-JL.4-AP.82-Fra) terbentuk dari adanya reduplikasi kata badut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 85), badut merupakanpelawak dalam pertunjukkan dan sebagainya. Oleh karena itu, lambang badut dapat disebut sebagai profesi sesorang dalam bekerja menghibur anak-anak dengan segala macam bentuk kostumnya. Dalam ungkapan metafora data (44JL.4-AP.82-Fra), Iwan Fals menghayati badut-badut sebagai orang yang melakukan tindakan kriminal. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (20) Raung buldozer gemuruh pohon tumbang Berpadu dengan jerit isi rimba raya Tawa kelakar badut-badut serakah Tanpa HPH berbuat semaunya (Iwan Fals.Isi Rimba dalam Album Opini. 1982) Penggalan lirik lagu (20) menggambarkan situasi dimana hutan di negeri kita telah rusak akibat ulah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Rusaknya hutan di negeri kita akibat dari serakahnya oknum-oknum yang menebangi pohon-pohon tanpa adanya HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Oknumoknum yang menebangi pohon-pohon tanpa adanya HPH digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) badut-badut pada ungkapan metaforanya. Hal tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan metaforis penyair sebagai oknum-oknum ilegal loging. Dilihat dari kriteria lambang kias badut dalam ungkapan metafora penyair pada data (44-JL.4-AP.82-Fra), memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 5) Bencana erosi selalu datang menghantui(46-JL.4-AP.82-Kla) Kata menghantui pada data (46-JL.4-AP.82-Kla)terbentuk dari kata dasar hantu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 387), hantu merupakan roh jahat yang berada ditempat-tempat tertentu. Oleh karena itu, lambang menghantui dapat disebut sebagai konsep predikasi dari manusia yang memiliki sifat jahat atau buruk. Dalam ungkapan metaforis pada data (46-JL.4-AP.82-Kla), Iwan Fals menghayati bencana erosi seolah-olah seperti manusia yang memiliki prilaku dan kemampuan berpikirnya, seperti mampu datang dan menghantui. Perhatikan penggalan lirik lagu dibawah ini (21) Bencana erosi selalu datang menghantui Tanah kering kerontang banjir datang itu pasti Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia (Iwan Fals.Isi Rimba dalam Album Opini. 1982) Kutipan lirik lagu (21) mengambarkan pengalaman penyair akibat rakusnya manusia yang merusak hutan dapat sewaktu-waktu mendatangkan bencana baik erosi, banjir dan lainnya. Keadaan seperti itu digambarkan oleh Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) datang menghantui pada ungkapan metaforanya “Bencana erosi selalu datang menghantui...”. Hal tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan metaforis penyair tentang situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
dimana sewaktu-waktu dapat tertimpa bencana erosi, banjir dan sejenisya akibat rakusnya manusia merusak hutan. Dilihat dari kriteria lambang kias menghantui dalam ungkapan metafora penyair pada data (46-JL.4-AP.82-Kla),memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala prilaku serta kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 6) Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan(61-JL.1-AS.83-Kla) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 512), kasihan merupakan rasa iba hati; rasa belas kasih. Oleh karena itu, konsep kasihan tersebut merupakan predikasi yang lazimnya diterapkan pada manusia. Dalam ungkapan metaforis pada data (61-JL.1-AS.83-Kla), konsep kasihan diterapkan Iwan Fals sebagai predikasi dari persolan. Hal itu menimbulkan makna kias, karena predikasi kasihan lazimnya diterapkan padamanusia. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini. (22) Lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan Menyerang dalam gelap (Iwan Fals. Sumbang dalam Album Sumbang. 1983) Penggalan lirik lagu (22) mengambarkan pengalaman penyair pada tahun 1983 tentang permasalahan di Negaranya yang tak kunjung selesai seperti korupsi, hingga keadaan politik. Keadaam permasalahan yang tak kunjung selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
itu digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) tak kenal kasihan yang lazimnya dipakai manusia. Hal itu mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan metaforis penyair sebagai pengalaman tentang permasalahan yang tak kunjung selesai. Dilihat dari kriteria lambang kias kasihan dalam ungkapan metafora penyair (61-JL.1-AS.83-Kla),memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala prilaku serta kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 4.2.2 Tahap Distribusi Pada tahap ini, peneliti mengacu dari pendapat Haley (dalam Wahab, 1995: 82) tentang persepsi manusia yang bersifat hierarki dan konsep tersebut digunakan untuk menciptakan metafora sebagai wujud hasil interaksi manusia dengan lingkunganya. Hasil dari wujud interaksi manusia dengan lingkungnya akan mencerminkan keadaan sistem ekologi manusia itu sendiri. Jika sistem ekologi manusia masih seimbang, akan seimbang pula interaksi manusia dengan lingkunganya. Sebaliknya, jika keadaan lingkungan hidup kita sudah tidak lagi seimbang, tidak seimbang pula lingkungan yang dapat diamati oleh penyair. Hal itu, seterusnya akan mempengaruhi penciptaan metaforanya. Dengan kata lain, wujud keseimbangan interaksi itu ialah keseimbangan distribusi pemakaian masing-masing kategori ruang persepsi manusia model Haley yang meliputi jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
kategori being, cosmos, energy, subtance, terrestrial, object, living, animate dan human. Pada tahap ini, peneliti mencari distribusi persentase pemakaian ketagori ruang persepsi manusia model Haley pada ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals. Dari 92 ungkapan metafora dicari distribusi persentasenya, yaitu persentase berdasarkan lambang kias ungkapan metafora yang telah mewakili dari kesembilan kategori di atas. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dalam ungkapan metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Selain itu, hasil dari distribusi persentasi tersebut akan mencerminkan keadaan sistem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Dalam proses mencari rumus:
𝑋 𝑌
distribusi
persentase
tahap
ini,
peneliti
menggunakan
𝑥 100 = 𝑃
Dimana: X = jumlah frekunsi Y = jumlah data P = hasil jumlah distribusi persentase Selanjutnya, penyajian data hasil tahap mencari distribusi persentase pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley pada tabel dibawah ini. Tabel. 4.2. Distribusi Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley. No. 1.
Kategori Being
Frekuensi 22
Presentase 23,91%
2.
Cosmos
2
2,17%
3.
Energy
6
6,52%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
4.
Substance
2
2,17%
5.
Terrestrial
1
1,08%
6. 7.
Object Living
7 6
7,60% 6,52%
8.
Animate
15
16,30%
9.
Human Jumlah data
31 92
33,69% 99,96%
Mendekati 100%
Berdasarkan hasil distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley untuk menciptakan 92 ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals, ada beberapa hal yang menarik untuk dipaparkan. Hal menarik pertama, dalam menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 banyak menggunakan kategori human dengan distribusi persentase 33,69%. Kedua, kategori being dengan distribusi persentase 23,91%. Ketiga, kategori animate dengan distribusi persentase 16,30%. Keempat, kategori object dengan distribusi persentase 7,60%. Kelima, ditempati oleh dua kategori sekaligus, yaitu kategori energy dan living dengan distribusi persentase 6,52%. Keenam juga ditempati oleh dua jenis kategori, yaitu kategori cosmos dan substance dengan distribusi persentase 2,17%. Ketujuh, kategori terrestrial dengan distribusi persentase yang paling kecil, yaitu 1,08%. Hasil distribusi persentase yang dipaparkan di atas, menunjukkan bahwa wujud interaksi Iwan Fals dengan lingkunganya tidak seimbang (keadaan sistem ekologi tidak seimbang). Adanya ketidakseimbangan wujud interaksi penyair dengan lingkunganya itu terjadi, karena adanyapula jumlah distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang tidak seimbang. Hal itu dibuktikan dengan adanya distribusi pemakaian salah satu kategori yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
menonjol digunakan Iwan Fals dalam menciptakan metaforanya, yaitu terlihat pada kategori human. Dengan demikian, adanya ketidakseimbangan distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley dalam menciptakan metafora penyair, maka keadaan sistem ekologi dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 dapat dinyatakan tidak seimbang.
4.3 Pembahasan Penelitian ini berjudul Analisis Metafora Dalam Lirik Lagu Iwan Fals Pada Album 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley yangbertujuan (1) mendeskripsikan kategori Ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983 (2) mendeskripsikan distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dalam lirik lagu Iwan Fals tahun 1981-1983 (3) mendeskripsikan keadaan sisitem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley. Berdasarkan analisis terhadap 92 ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, peneliti menemukan tiga hal yang menarik untuk disampaikan, (1) peneliti menemukan sembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Sembilan ketegori itu meliputi kategori being, cosmos, energy, substance, terrestrial, object, living, animate dan human, (2) berdasarkan hasil distribusi pemakaian kategori ruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
persepsi model Haley, peneliti menemukan kategori human yang menunjukkan sebagai jenis kategori metafora paling menonjol dengan distribusi persentase 33,69% (lihat. Tabel 4.2), (3) peneliti menemukan keadaan sistem ekologi yang tidak seimbang dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983. Hal itu terbukti dari hasil distribusi persentase pemakaian tiap kategori ruang persepsi manusia model Haley yang tidak seimbang. Berdasarkan hasil temuan analisis penelitian ini menunjukkan bahwa, peneliti berperan mengkonfirmasi teori tentang metafora yang dikaitan dengan studi sistem ekologi (ruang persepsi manusia model Haley dalam Wahab, 1995). Hal itu dibuktikan berdasarkan temuan pemakaian sembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983. Kesembilan kategori itu meliputi being, cosmos, energy, substance, terrestrial, object, living, animate dan human. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan kajian penelitianya dengan penelitian terdahulu dari Wahab (1995) dan Trisnaningtyas (2010). Dalam hal ini, peneliti menemukan kesamaan kajian tentang metafora baik itu dalam puisi pada penelitiannya Wahab (1995) dan teks opini pada penelitiannya Trisnaningtyas (2010). Selain kesamaan tentang kajian penelitian itu, peneliti juga menemukan kesamaan khususnya dalam penelitian Wahab (1995) yang memperoleh gambaran keadaan sistem ekologi penyair berdasarkan hasil distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley. Selain mengkonfirmasi teori metafora yang dikaitkan dengan studi tentang sistem ekologi dan hasil temuan kedua penelitian terdahulu, peneliti dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
penelitian ini berperan melengkapi berdasarkan objek penelitian tentang analisis metafora dalam lirik lagu yang dikaitan dengan studi sistem ekologi. Peneliti memilih lirik lagu sebagai objek kajian penelitian ini dengan alasan, lirik lagu memiliki kemiripan dengan puisi. Puisi itu sendiri di dalamnya terdapat campuran antara dunia nyata dan duia kias serta kaya akan metafora. Oleh karen itu, peneliti tertarik untuk menganalisis lirik lagu dengan harapan banyak menemukan ungkapan metafora.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 5.1.1 Kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals tahun 19811983 terdiri dari 9 kategori yaitu, (1) kategori being, (2) kategori cosmos, (3) kategori energy, (4) kategori substance, (5) kategori terrestrial, (6) kategori object, (7) kategori living, (8) kategori animate , (9) kategori human. 5.1.2 Distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada tahun1981-1983 yaitu kategori human.Posisi kedua disusul oleh kategori being. Posisi ketigadisusul kategori animate. Posisi keempat disusul kategori object. Sedangkan posisikelimadisusul oleh dua kategori, yaitu kategori energy dan kategori living. Begitu juga posisi keenam ditempati oleh dua jenis kategori sekaligus, yaitu kategori cosmos dan substance. Posisi terakhir atau ketujuh ditempati kategori terrestrial. 5.1.3 Berdasarkan hasil distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk mencipatakan metafora dalam lirik-lirik
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
lagu Iwan Falspada album tahun 1981-1983, memperlihatkan bahwa adanya keadaan sistem ekologi yang tidak seimbang. Hal itu, dibuktikan adanya ketidakseimbangan distribusi pemakaian tiap kategori ruang persepsi manusia
model
Haleydalam
menciptakan
metafora
penyair.
Ketidakseimbangan distribusi ituditunjukkan adanya hasil distribusi kategori human yang paling menonjol dengan distribusi persentasesnya 33,69%, sedangkan kategori terrestrial hanya menunjukkan hasil distribusi persentasenya 1,08%. Hasil distribusi itulah yang membuktikan adanya ketidakseimbangan pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley. Selain itu, interaksi Iwan Fals dengan lingkunganya dalam berpikir dan menciptakan metafora lebih dekat pada ketegori manusia (human) dengan segala macam tingkah lakunya.
5.2 Saran Peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi kepentingan-kepentingan terkait. Saran ditujukan untuk para penyair dan peneliti lain. Kedua saran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 5.2.1 Bagi para penyair Pengkajian analisis metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan teori ruang persepsi manusia model Haley ini, semoga dapat menarik para penyair untuk lebih kreatif dan beragam dalam pemakaian gaya bahasanya, khususnya dalam penciptaan ungkapan metafora dalam lirik lagu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
5.2.2 Bagi peneliti lain Penelitian ini masih terbatas pada penelitian ungkapan metafora dalam lirik lagu berdasarkan teori ruang persepsi manusia model Haley, sedangkan kajian metafora itu sendiri sangat luas. Oleh karen itu, Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan tentang kajian peranan metafora dengan berbagai disiplin ilmu, seperti dalam kajian linguistik, misalnya sintasksis, semantik, dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Awe, Mokoo. 2007. Iwan Fals: Nyanyian di Tengah Kegelapan. Yogyakarta: Ombak. Badudu. J.S. 1987. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Prima. Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa (Cetakan kedelapan belas). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ----------------------. 2014. Metodology Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Semi, M. Atar. 1984. Anatomi Sastra. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Supriyadi. 2013. LITERA: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajaranya. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Trisnaningtyas, Farida. 2010. “Metafora pada Rubrik Opini dalam Majalah Tempo”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wahab, Abdul. 1990. PELLBA 3: Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya 2 (Disunting oleh Bambang Kaswanti Purwo). Jakarta: LembagaBahasa Unika Atma Jaya. -------------------. 1995. Isu-isu Linguistik, Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga University Press. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Daftar Laman: Tiga Rambu. Tanpa tahun. Discografi. http://www.iwanfals.co.id./discografy. Diakses pada tanggal 11September 2016.
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1Unduhan Sumber data Sumber Data Sumber data penelitian ini terdiri dari 28 judul lagu karya Iwan Fals pada album 1981-1983. Sumber data penelitian ini diunduh dari website (http://www.iwanfals.co.id./discografi). A. ALBUM SARJANA MUDA Iwan Fals [1981] 1. SARJANA MUDA Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Berjalan seorang pria muda Dengan jaket lusuh dipundaknya Di sela bibir tampak mengering Derselip s'batang rumput liar Delas menatap awan berarak Wajah murung s'makin terlihat Dengan langkah gontai tak terarah Keringat bercampur debu jalanan Engkau sarjana muda Resah mencari kerja Mengandalkan ijasahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku Tuk jaminan masa depan Langkah kakimu terhenti Di depan halaman sebuah jawaban Termenung lesu engkau melangkah Dari pintu kantor yang di harapkan Tergiang kata tiada lowongan Untuk kerja yang di dambakan Tak peduli berusaha lagi Namun kata sama yang kau dapatkan Jelas menatap awan berarak Wajah murung s'makin terlihat Engkau sarjana muda Resah mencari kerja Tak berguna ijasahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku Sia-sia semuanya Setengah putus asa dia berucap "maaf ibu..."
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. GURU OEMAR BAKRI Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Tas hitam dari kulit buaya Selamat pagi, berkata bapak oemar bakri Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali Tas hitam dari kulit buaya Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu Laju sepeda kumbang di jalan berlubang S'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang Banyak polisi bawa senjata berwajah garang Bapak oemar bakri kaget apa gerangan Berkelahi pak, jawab murid seperti jagoan Bapak oemar bakri takut bukan kepalang Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang Busyet... standing dan terbang Eemar bakri... oemar bakri pegawai negeri Eemar bakri... oemar bakri 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar bakri... oemar bakri banyak ciptakan menteri Oemar bakri... profesor dokter insinyur pun jadi Tapi mengapa gaji guru oemar bakri seperti dikebiri Laju sepeda kumbang di jalan berlubang S'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang Banyak polisi bawa senjata berwajah garang Bapak oemar bakri kaget apa gerangan Berkelahi pak, jawab murid seperti jagoan Bapak oemar bakri takut bukan kepalang Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut Bakrie kentut... cepat pulang Oemar bakri... oemar bakri pegawai negeri Oemar bakri... oemar bakri 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar bakri... oemar bakri banyak ciptakan menteri Oemar bakri... bikin otak seperti otak habibie Tapi mengapa gaji guru oemar bakri seperti dikebiri 3. HATTA Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Tuhan terlalu cepat semua Kau panggil satu-satunya yang tersisa Proklamator tercinta... Jujur lugu dan bijaksana Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa Rakyat indonesia...
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hujan air mata dari pelosok negeri Saat melepas engkau pergi... Berjuta kepala tertunduk haru Terlintas nama seorang sahabat Yang tak lepas dari namamu... Terbayang baktimu, terbayang jasamu Terbayang jelas... jiwa sederhanamu Bernisan bangga, berkafan doa Dari kami yang merindukan orang sepertimu... 4. DOA PENGOBRAL DOSA Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Disudut dekat gerbong... yang tak terpakai Perempuan... bermake up tebal... Dengan rokok ditangan... Menunggu tamunya... datang.... Terpisah dari ramai Berteman nyamuk nakal... dan segumpal harapan Kapankah datang... tuan berkantong tebal... Habis berbatang-batang... tuan belom datang Dalam hati resah menjadi bimbang Apakah esok hari... anak-anakku dapat makan... O tuhan beri... setetes rejeki... Dalam hati yang bimbang berdoa... Beri terang jalan anak hamba.... Kabulkanlah... tuhan... Terpisah dari ramai Berteman nyamuk nakal... dan segumpal harapan Kapankah datang... tuan berkantong tebal... Habis berbatang-batang... tuan belom datang Dalam hati resah menjadi bimbang Apakah esok hari... anak anakku dapat makan.. O tuhan beri... setetes rejeki.. Dalam hati yang bimbang berdoa... Beri terang jalan anak hamba.... Kabulkanlah... tuhan... Kabulkanlah... tuhan... 5. SI TUA SAIS PEDATI Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Bergerak perlahan dengan pasti Di jalan datar yang berlumpur Sesekali terdengar gletar cemeti diiringi teriakan lantang Si tua sais pedati
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Derak pedati sebentar berhenti Nampak si tua sais pedati mulai membuka bungkusan nasi Yang dibekali sang istri Gerak pedati lalu jalan lagi Singgah disetiap desa Tanpa ragu-ragu tanpa malu-malu Nafas segar terhembus Dari sepasang lembu yang tak pernah merasakan Sesak polusi Dia tak pernah memerlukan Dia tak pernah membutuhkan Solar dan ganti olie Bensin dan ganti busi Apalagi charge aki Dia tak pernah kebingungan Dia tak pernah ketakutan Apa kata orang tentang gawatnya krisis energi Gerak pedati dan lenguh lembu Seember rumbut dan gletar cemeti Seakan suara azan yang di-cassete-kan Sementara itu sang bilal pulas mendengkur 6. Ambulance Zig Zag Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Deru ambulance Memasuki pelataran rumah sakit Yang putih berkilau Di dalam ambulance tersebut Tergolek sosok tubuh gemuk Bergelimang perhiasan Nyonya kaya pingsan Mendengar kabar Putranya kecelakaan Dan para medis Berdatangan kerja cepat Lalu langsung membawa korban menuju ruang periksa Tanpa basa basi Ini mungkin sudah terbiasa Tak lama berselang Supir helicak datang Masuk membawa korban yang berkain sarung Seluruh badannya melepuh Akibat pangkalan bensin ecerannya meledak Suster cantik datang Mau menanyakan Dia menanyakan data si korban
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di jawab dengan Jerit kesakitan Suster menyarankan bayar ongkos pengobatan Ai sungguh sayang korban tak bawa uang Suster cantik ngotot Lalu melotot Dan berkata “Silahkan bapak tunggu di muka!” Hai modar aku Hai modar aku Jerit si pasien merasa kesakitan Hai modar aku Hai modar aku Jerit si pasien merasa diremehkan 7. 22 Januari Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Dua dua Januari Kita berjanji Coba saling mengerti Apa di dalam hati Dua dua Januari Tidak sendiri Aku berteman iblis Yang baik hati Berjalan berdampingan Tak ada arah tujuan Membelah malam Mendung yang selalu datang Kudekap erat Kupandang senyummu Dengan sorot mata yang keduanya buta Lalu kubisikkan Sebaris kata kata putus asa Sebentar lagi hujan Dua buku teori Kau pinjamkan aku Tebal tidak berdebu Kubaca selalu Empat lembar fotomu Dalam lemari kayu Kupandang dan kujaga Sampai kita jemu 8. Puing I Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Puing berserakan disegenap penjuru Bekas pertempuran
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bau amis darah sisa asap mesiu Sesak napasku Mayat mayat bergeletakan Tak terkubur dengan layak Dan burung burung bangkai menatap liar Dan burung burung bangkai berdansa senang Diujung sana banyak orang kelaparan Diujung lainnya wabah busung menyerang Disudut sana banyak orang kehilangan Disudut lainnya bayi bertanya bimbang Mama kapan ayah pulang? Mama sebab apa perang? Mayat mayat bergeletakan Tak terkubur dengan layak Dan burung burung bangkai Menatap liar Dan burung burung bangkai Berdansa senang Banyak jatuh korban Dari mereka Yang tak mengerti apa apa Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan Seorang ibu muda yang baru melahirkan Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya Dan burung burung bangkai Menatap liar Dan burung burung bangkai Berdansa senang Tinggi peradaban teknologi berkembang Senjata hebat terciptakan Sarana pembantaian semakin bisa diwujudkan Oh mengerikan Berhentilah jangan salah gunakan Kehebatan ilmu pengetahuan Untuk menghancurkan Dan burung burung bangkai Menatap liar Dan burung burung bangkai Berdansa senang 9. Yang Terlupakan Karya : Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Denting piano kala jemari menari Nada merambat pelan dikesunyian malam
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang Yang pernah terlupakan Hati kecil berbisik untuk kembali padanya Seribu kata menggoda seribu sesal didepan mata Seperti menjelma waktu aku tertawa Kala memberimu dosa Oh maafkanlah Oh maafkanlah Rasa sesal didasar hati diam tak mau pergi Haruskah aku lari dari kenyataan ini Pernah ku mencoba tuk sembunyi Namun senyummu tetap mengikuti 10. Bangunlah Putra Putri Pertiwi Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981) Sinar matamu tajam namun ragu Kokoh sayapmu semua tahu Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan Kuat jarimu kala mencengkeram Bermacam suku yang berbeda Bersatu dalam cengkerammu Angin genit mengelus merah putihku Yang berkibar sedikit malu malu Merah membara tertanam wibawa Putihmu suci penuh karisma Pulau pulau yang berbencar Bersatu dalam kibarmu Terbanglah garudaku Singkirkan kutu kutu di sayapmu Berkibarlah benderaku Singkirkan benalu di tiangmu Hei jangan ragu dan jangan malu Tunjukkan pada dunia Bahwa sebenarnya kita mampu Mentari pagi sudah membumbung tinggi Bangunlah putra putri ibu pertiwi Mari mandi dan gosok gigi Setelah itu kita berjanji Tadi pagi esok hari atau lusa nanti Garuda bukan burung perkutut Sang saka bukan sandang pembalut Dan coba kau dengarkan pancasila itu Bukanlah rumus kode buntut Yang hanya berisi harapan Yang hanya berisi khayalan
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. ALBUM OPINI Iwan Fals, [1982] 1. GALANG RAMBU ANARKI Iwan Fals ( Album Opini 1982) Galang rambu anarki anakku Lahir awal januari Menjelang pemilu Galang rambu anarki dengarlah Terompet tahun baru Menyambutmu Galang rambu anarki ingatlah Tangisan pertamamu Ditandai bbm membumbung tinggi Maafkan kedua orang tuamu kalau (tak mampu beli susu) Bbm naik tinggi (susu tak terbeli) Orang pintar tarik subsidi Mungkin bayi kurang gizi Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku Doa kami di nadimu Galang rambu anarki dengarlah Terompet tahun baru Menyambutmu Galang rambu anarki ingatlah Tangisan pertamamu Ditandai bbm melambung tinggi Maafkan kedua orang tuamu kalau (tak mampu beli susu) Bbm naik tinggi (susu tak terbeli) Orang pintar tarik subsidi Anak kami kurang gizi Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku Doa kami di nadimu Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hantamlah sombongnya dunia buah hatiku Doa kami di nadimu 2. O. A. M. Iwan Fals ( Album Opini 1982) Tante tante yang kesepian Bertingkah seperti perawan Berlomba lomba mencari pasangan Persis oplet tua yang cari omprengan Di ujung jalan Saling berebut cari muatan Slop dasi gaun model paris Eye shadow parfum impor Duduk dibelakang stir mobil mercedes Pasangannya seorang pemuda Yang jimatnya melebihi dosis Sebesar burung belibis Hey aku mendesis Tuan yang merasa hidung belang Keranjingan main perempuan Tak peduli itu istri orang Yang penting bisa ngasah pedang Warisan dari nenek moyang Pedang tajam wanita ditendang Jangan nyonya ingat dong suami Jangan tuan ingat anak istri Jawab mereka apa? Justru itu harus kami lakukan Mengapa harus dilakukan? Ndak tau? Karena itu karena itu Obat awet muda 3. ANTARA AKU KAU DAN BEKAS PACARMU Iwan Fals ( Album Opini 1982) Tabir gelap yang dulu hinggap Lambat laun mulai terungkap labil tawamu tak pasti tangismu Jelas membuat aku sangat ingin mencari Apa yang tersembunyi Dibalik manis senyummu Apa yang tersembunyi Dibalik bening dua matamu Dapat kutemui mengapa engkau tak pasti Lalu aku coba untuk mengerti Saat engkau tiba disimpang jalan Lalu kau bimbang untuk tentukan arah mana dekat tujuan
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(kau bimbang tentukan arah tujuan) Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki 4. ISI RIMBA Iwan Fals ( Album Opini 1982) Raung buldozer gemuruh pohon tumbang Berpadu dengan jerit isi rimba raya Tawa kelakar badut badut serakah Tanpa HPH berbuat semaunya Lestarikan alam hanya celoteh belaka Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu Oh mengapa? Oh jelas kami kecewa Menatap rimba yang dulu perkasa Kini tinggal cerita Pengantar lelap si buyung Bencana erosi selalu datang menghantui Tanah kering kerontang banjir datang itu pasti Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia Lestarikan hutan hanya celoteh belaka Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja Oh jelas kami kecewa Mendengar gergaji tak pernah berhenti Demi kantong pribadi Tak ingat rejeki generasi nanti 5. SAPUKU SAPUMU Iwan Fals ( Album Opini 1982) Tukang sapu kuli PU besar jasamu Oh kawan Dengan sapu ganyang sampah dan debu Tuk sesuap makan Hari panas hari hujan memang tantangan
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siapa bilang bukan Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang Maklum kuli harian Pernahkah tuan pikirkan Jasa mereka Pernahkah tuan renungkan Harga keringatnya Tukang sapu bawa sapu masuk di kantor Bersihkan yang kotor Cukong kotor mandor koruptor semua yang kotor Awas kena sensor Tukang sapu bawa sapu juga disapu Kok bisa begitu Istri iri lihat tetangga punya barang baru Akupun begitu Inilah manusia Dengan segala macam warna hidupnya Tuk mencapai bahagia Semua jalan ditempuhnya 6. OPINIKU Iwan Fals ( Album Opini 1982) Manusia sama saja dengan binatang Selalu perlu makan Namun caranya berbeda Dalam memperoleh makanan Binatang tak mempunyai akal dan pikiran Segala cara halalkan demi perut kenyang Binatang tak pernah tahu rasa belas kasihan Padahal disekitarnya petani berjalan pincang Namun kadang kala ada manusia Seperti binatang (kok bisa?) Bahkan lebih keji Dari binatang macan Tampar kiri kanan alasan untuk makan Padahal semua tahu dia serba kecukupan Intip kiri kanan lalu curi jatah orang Peduli sahabat kental kurus kering kelaparan Manusia sama saja dengan binatang Selalu perlu makan Namun caranya berbeda Dalam memperoleh makanan Namun kadang kala ada manusia Seperti binatang
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bahkan manusia lebih keji Dari binatang 7. AMBISI Iwan Fals ( Album Opini 1982) Langkahmu pelan tertatih Dengan denyut nadi nyaris terhenti Namun jangan padam ambisi Rambutmu kusut tak rapi Melekat di tubuh sejuta daki Namun jangan padam ambisi Namun jangan padam ambisi Tak berkaki Coba untuk berlari Tak berjari Cengkeram berulang kali Keinginan dihati Sinar terang lampu merkuri Pasti akan engkau dapati Tentu berbekal ambisi Tentu tak tinggal ambisi Tak bermata Pandang dunia dengan jiwa Tak bertelinga Jangan cepat kecewa Tak berkaki Coba untuk berlari Tak berjari Cengkeram berulang kali Keinginan dihati 8. TAK BIRU LAGI LAUTKU Iwan Fals ( Album Opini 1982) Hamparan pasir Tampak putih berbuih Kala sisa ombak merayap Hamparan pasir Terasa panas menyengat Di telapak kaki yang berkeringat Camar camar hitam Terbang rendah melayang Di sekitar perahu nelayan Daun kelapa Elok saat melambai Mengikuti arah angin
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tampak ombak Kejar mengejar menuju karang Menampar tubuh pencari ikan Semilir angin berhembus Bawa dendang unggas laut Seperti restui jala nelayan Gurau mereka Oh memang akrab dengan alam Kudengar dari kejauhan Dan batu batu karang Tertawa ramah bersahabat Memaksa aku tuk bernyanyi Tampak ombak Kejar mengejar menuju karang Menampar tubuh pencari ikan Semilir angin berhembus Bawa dendang unggas laut Seperti restui jala nelayan Itu dahulu Berapa tahun yang lalu Cerita orang tuaku Sangat berbeda Dengan apa yang ada Tak biru lagi lautku Tak riuh lagi camarku Tak rapat lagi jalamu Tak kokoh lagi karangku Tak buas lagi ombakmu Tak elok lagi daun kelapaku Tak senyum lagi nelayanku Tak senyum lagi nelayanku
9. TARMIJAH Iwan Fals ( Album Opini 1982) Cerita duka pembantu rumah tangga Harga tarmijah sebulan delapan ribu rupiah Di pagi buta sedang pulas tidur kita Neng tarmijah sudah bangun lalu bekerja Siapkan sarapan Bersihkan halaman Siapkan pakaian Seragam sekolah untuk anak majikan
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah beres tarmijah dipanggil nyonya Pergi ke pasar belanja ini hari Asin sedikit tarmijah di caci maki Masakan lezat tak pernah di puji Oh sudah pasti keki Namun hanya disimpan dalam hati Di malam minggu anak majikan berdandan Sambut sang pacar itu suatu kewajiban Nona tarmijah tak mau ketinggalan Lalu berdandan siap untuk berkencan Nyonya majikan lihat tarmijah berkencan Di muka rumah terhalang pagar halaman Nyonya naik pitam Tarmijah kena hantam Nyonya naik pitam Tarmijah kena hantam Tarmijah k.o. Tarmijah k.o. C. SUMBANG Iwan Fals, [1983] 1. SUMBANG Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Kuatnya belenggu besi Mengikat kedua kaki Tajamnya ujung belati Menghujam di ulu hati Sanggupkah tak akan lari Walau akhirnya pasti mati Di kepala tanpa baja Di tangan tanpa senjata Ah itu soal biasa Yang singgah didepan mata kita Lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan Menyerang dalam gelap Memburu kala haru dengan cara main kayu Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu Memburu kala haru dengan cara main kayu Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setan setan politik Kan datang mencekik Walau dimasa paceklik Tetap mencekik Apakah selamanya politik itu kejam? Apakah selamanya dia datang tuk menghantam? Ataukah memang itu yang sudah digariskan Menjilat, menghasut, menindas, memperkosa hak hak sewajarnya Maling teriak maling Sembunyi di balik dinding Pengecut lari terkencing kencing Tikam dari belakang Lawan lengah diterjang Lalu sibuk (kasak kusuk) mencari kambing hitam Selusin kepala tak berdosa Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak Lalu senang dalang tertawa Ya ha ha 2. KERETA TIBA PUKUL BERAPA Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Hilang sabar dihati Dan tak terbendung lagi waktu itu Lama memang kutunggu Kedatanganmu sobat karibku Datang telegram darimu (tiba kabar darimu) Dua hari yang lalu (tunggu aku) Di stasiun kereta itu pukul satu Kupacu sepeda motorku Jarum jam tak mau menunggu maklum rindu Traffic light aku lewati Lampu merah tak peduli jalan terus (asik) Didepan ada polantas Wajahnya begitu buas Tangkap aku Tawar menawar harga pas tancap gas Sampai stasiun kereta pukul setengah dua Duduk aku menunggu tanya loket dan penjaga Kereta tiba pukul berapa? Biasanya kereta terlambat Dua jam mungkin biasa (rusak lo) Biasanya kereta terlambat Dua jam cerita lama
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. SEMOGA KAU TAK TULI TUHAN Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Segitu halus tutur katamu Seolah lagu termerdu Begitu indah bunga-bungamu Diatas karya sulam itu Tampilkan kebajikan seorang ibu Dengarlah detak jantung benihku Yang ku tanam dirahimmu Seakan pasrah menerima Semua warna yang kita punya Segala rasa yang kita bina Kuharap kesungguhanmu Kaitkan jiwa bagai sulam dikarya itu Kuharap keikhlasanmu Sirami benih yang kutabur ditamanmu Oh jelas Rakit pagar semakin kuat Tak goyah Walau diusik unggas Pintaku pada tuhan mulia Jauhkan sifat yang manja Bentuklah segala warna jiwanya Diantara lingkup manusia Diarena yang bau busuknya luka Bukakan mata pandang dunia Beri watak baja padanya Kalungkan tabah kala derita Semoga kau tak tuli tuhan Dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya Kuharap kesungguhanmu Kaitkan jiwa bagai sulam dikarya itu Kuharap keikhlasanmu Sirami benih yang kutabur ditamanmu Oh jelas Rakit pagar semakin kuat Tak goyah Walau diusik unggas 4. PUING Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Perang perang lagi Semakin menjadi Berita ini hari Berita jerit pengungsi
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lidah anjing kerempeng Berdecak keras beringas Melihat tulang belulang Serdadu boneka yang malang Tuan tolonglah tuan Perang dihentikan Lihatlah ditanah yang basah Air mata bercampur darah Bosankah telinga tuan Mendengar teriak dendam Jemukah hidung tuan Mencium amis jantung korban Jejak kaki para pengungsi Bercengkrama dengan derita Jejak kaki para pengungsi Bercerita pada penguasa (bercerita pada penguasa ) Tentang ternaknya yang mati Tentang temannya yang mati Tentang adiknya yang mati Tentang abangnya yang mati Tentang ayahnya yang mati Tentang anaknya yang mati Tentang neneknya yang mati Tentang pacarnya yang mati ( tentang ibunya yang mati ) Tentang istrinya yang mati Tentang harapannya yang mati Perang perang lagi Pungkinkah berhenti Bila setiap negara Berlomba dekap senjata Dengan nafsu yang makin menggila Nuklir pun tercipta (nuklir bagai dewa ) Tampaknya sang jenderal bangga Dimimbar dia berkata Untuk perdamaian (bohong) Demi perdamaian (bohong) Guna perdamaian (bohong) Dalih perdamaian (bohong) Mana mungkin Bisa terwujudkan Semua hanya alasan Semua hanya bohong besar
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. JENDELA KELAS I Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Duduk dipojok bangku deretan belakang Didalam kelas penuh dengan obrolan Selalu mengacau laju khayalan Dari jendela kelas yang tak ada kacanya Dari sana pula aku mulai mengenal Seraut wajah berisi lamunan Bibir merekah dan merah selalu basah Langkahmu tenang kala engkau berjalan Tinggi semampai gadis idaman Kau datang membawa Sebuah cerita Darimu itu pasti lagu ini tercipta Darimu itu pasti lagu ini tercipta Dari jendela kelas yang tak ada kacanya Tembus pandang ke kantin bertalu rindu Datang mengetuk pintu hatiku Kau datang membawa Sebuah cerita Darimu itu pasti lagu ini tercipta Darimu itu pasti lagu ini tercipta 6. BERIKAN PIJAR MATAHARI Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Terhimpit gelak tertawa Diselah meriah pesta Seribu gembel ikut menari Seribu gembel terus bernyanyi Keras melebihi lagu tuk berdansa Keras melebihi gelegar halilintar Yang ganas menyambar Kuyakin pasti terlihat Dansa mereka begitu dekat Kuyakin pasti terdengar Nyanyi mereka yang hingar bingar Seolah kita tidak mau mengerti Seolah kita tidak mau perduli Pura buta dan pura tuli Mari kita hentikan Dansa mereka Dengan memberi pijar matahari
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan memberi pijar matahari Terkurung gedung gedung tinggi Wajah murung yang hampir mati Biarkan mereka iri Wajar bila mencaci maki Napas terasa sesak bagai terkena asma Nampak merangkak degup jantung keras berdetak Setiap detik sepertinya hitam Tak sanggup aku melihat Lukamu kawan dicumbu lalat Tak kuat aku mendengar Jeritmu kawan melebihi dentum meriam 7. SIANG PELATARAN SD SEBUAH KAMPUNG Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Sentuhan angin waktu siang Kibarkan satu kain bendera usang Di halaman sekolah dasar Di tengah hikmat anak desa nyanyikan lagu bangsa bergemalah Tegap engkau berdiri walau tanpa alas kaki Lantang suara anak anak disana Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya Walau tak terucap namun bisa kurasa bergemalah Ya ha ha hau Harapan tertanam Ha ha ha hau Tonggak bangsa ternyata tak tenggelam Dengarlah nyanyi mereka kawan Melengking nyaring menembus awan Lihatlah cinta bangsa di dadanya Peduli usang kain bendera
8. ASMARA TAK SECENGENG YANG AKU KIRA Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Bekas tapak tapak sepatu Yang kupakai selalu ikuti Kemana ku berjalan Debu dan keringat Yang ada diatas kulit tubuh ini Saksi bisu bahwasannya Tak mudah dan tak segampang Yang selama ini aku sangka tentang asmara
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cermin di segala tempat Sahabat terdekat Tak pernah terlambat Menampung setiap ungkapan Mendekap semua keluhan Meraih suka Menangkap tawa Merebut duka Satu cerita dua manusia Terlibat dalam amuk asmara Satu cerita yang memang ada Tak mungkin mati jelas abadi Selama manusia hidup dalam alam ini Maafkan kalau ku salah duga Ternyata asmara itu Tak mudah tak gampang dan tak secengeng Yang kukira yang kusangka 9. CELOTEH CAMAR TOLOL DAN CEMAR Iwan Fals ( Album Sumbang 1983) Api menjalar dari sebuah kapal Jerit ketakutan Keras melebihi gemuruh gelombang Yang datang Sejuta lumba lumba mengawasi cemas Risau camar membawa kabar Tampomas terbakar Risau camar memberi salam Tampomas dua tenggelam Asap kematian Dan bau daging terbakar Terus menggelepar dalam ingatan Hatiku rasa Bukan takdir tuhan Karena aku yakin itu tak mungkin Korbankan ratusan jiwa Mereka yang belum tentu berdosa Korbankan ratusan jiwa Demi peringatan manusia Korbankan ratusan jiwa Mereka yang belum tentu berdosa Korbankan ratusan jiwa Demi peringatan manusia
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bukan bukan itu Aku rasa kita pun tahu Petaka terjadi Karena salah kita sendiri Datangnya pertolongan Yang sangat diharapkan Bagai rindukan bulan Lamban engkau pahlawan Celoteh sang camar Bermacam alasan Tak mau kami dengar Di pelupuk mata hanya terlihat Jilat api dan jerit penumpang kapal Tampomas sebuah kapal bekas Tampomas terbakar di laut lepas Tampomas tuh penumpang terjun bebas Tampomas beli lewat jalur culas Tampomas hati siapa yang tak panas Tampomas kasus ini wajib tuntas Tampomas koran koran seperti amblas Tampomas pahlawanmu kurang tangkas Tampomas cukup tamat bilang naas
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan Data Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983.
No.
Data
Kode
1.
Empat tahun lamanya bergelut dengan buku 'tuk jaminan masa depan
(01-JL.1-ASM.81-Kla)
2.
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang s'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang
(02-JL.2-ASM-81-Fra)
3.
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
(03-JL.2-ASM.81-Fra)
4.
Tuhan terlalu cepat semua kau panggil satu-satunya yang tersisa proklamator tercinta
(04-JL.3-ASM.81-Kla)
5.
Hujan air mata dari pelosok negeri
(05-JL.3-ASM.81-Fra)
6.
Bernisan bangga, berkafan doa dari kami yang merindukan orang sepertimu
(06-JL.3-ASM.81-Fra)
7.
Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal
(07-JL.4-ASM.81-Fra)
8.
Dan segumpal harapan kapankah datang tuan berkantong tebal
(08-JL.4-ASM.81-Fra)
9.
O Tuhan beri setetes rejeki
(09-JL.4-ASM.81-Fra)
10.
Dalam hati yang bimbang berdoa beri terang jalan anak hamba
(10-JL.4-ASM.81-Fra)
11.
Aku berteman iblis yang baik hati
(11-JL.7-ASM.81-Fra)
12.
Membelah malam mendung yang selalu datang
(12-JL.7-ASM.81-Fra)
13.
Dengan sorot mata yang keduanya buta
(13-JL.7-ASM.81-Fra)
14.
Dan burung burung bangkai berdansa senang
(14-JL.8-ASM.81-Kla)
15.
Di ujung lainya wabah busung menyerang
(15-JL.8-ASM.81-Kla)
16.
Deting piano kala jemari menari
(16-JL.9-ASM.81-Fra)
17.
Nada merambat pelan dikesunyian malam
(17-JL.9-ASM.81-Kla)
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18.
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
(18-JL.9-ASM.81-Kla)
19.
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
(19-JL.9-ASM.81-Kla)
20.
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
(20-JL.9-ASM.81-Fra)
21.
Namun senyummu tetap mengikuti
(21-JL.9-ASM.81-Kla)
22.
Sinar matamu tajam namun ragu
(22-JL.10-ASM.81-Kla)
23.
Bermacam suku berbeda bersatu dalam cengkeramanmu
(23-JL.10-ASM.81-Kla)
24.
Angin genit mengelus merah putihmu
(24-JL.10-ASM.81-Fra)
25.
Merah membara tertanam wibawa
(25-JL.10-ASM.81-Kla)
26.
Putihmu suci penuh karisma
(26-JL.10-ASM.81-Fra)
27.
Pulau-pulau yang berpencar bersatu dalam kibarmu
(27-JL.10-ASM.81-Kla)
28.
Terbanglah garudaku singkirkan kutu-kutu di sayapmu
(28-JL.10-ASM.81-Kla)
29.
Berkibarlah benderaku singkirkan benalu di tiangmu
(29-JL.10-ASM.81-Kla)
30.
Bukanlah rumus kode buntut
(30-JL.10-ASM.81-Fra)
31.
Terompet tahun baru menyambutmu
(31-JL.1-AP.82-Kla)
32.
Tangisan pertamamu ditandai BBM tinggi
(32-JL.1-AP.82-Kla)
33.
BBM naik tinggi susu tak terbeli
(33-JL.1-AP.82-Kla)
34.
Cepatlah besar matahariku
(34-JL.1-AP.82-Fra)
35.
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
(35-JL.1-AP.82-Fra)
36.
Doa kami di nadimu
(36-JL.1-AP.82-Fra)
37.
Tuan yang merasa hidung belang keranjingan main perempuan
(37-JL.2-AP.82-Fra)
38.
Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah pedang
(38-JL.2-AP.82-Kla)
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39.
Pedang tajam wanita ditendang
(39-JL.2-AP.82-Fra)
40.
Tabir gelap yang dulu hinggap
(40-JL.3-AP.82-Fra)
41.
Apa yang tersembunyi dibalik manis senyummu
(41-JL.3-AP.82-Fra)
42.
Apa yang tersembunyi dibalik bening dua matamu
(42-JL.3-AP.82-Fra)
43.
Jalan gelap yang kau pilih penuh lubang dan mendaki
(43-JL.3-AP.82-Fra)
44.
Tawa kelakar badut-badut serakah tanpa HPH berbuat semaunya
(44-JL.4-AP.82-Fra)
45.
Oh jelas kami kecewa menatap rimba yang dulu perkasa
(45-JL.4-AP.82-Fra)
46.
Bencana erosi selalu datang menghantui
(46-JL.4-AP.82-Kla)
47.
Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang
(47-JL.5-AP.82-Kla)
48.
Pernahkah tuan renungkan harga keringatnya
(48-JL.5-AP.82-Fra)
49.
Tukang sapu bawa sapu juga disapu kok bisa begitu
(49-JL.5-AP.82-Kla)
50.
Inilah manusia dengan segala macam warna hidupnya
(50-JL.5-AP.82-Fra)
51.
Namun jangan padam ambisi
(51-JL.7-AP.82-Fra)
52.
Sinar terang lampu merkuri pasti akan engkau dapati
(52-JL.7-AP.82-Fra)
53.
Tak bermata pandang dunia dengan jiwa
(53-JL.7-AP.82-Fra)
54.
Kala sisa ombak merayap
(54-JL.8-AP.82-Kla)
55.
Terasa panas menyengat
(55-JL.8-AP.82-Kla)
56.
Daun kelapa elok saat melambai
(56-JL.8-AP.82-Kla)
57.
Tampak ombak kejar-mengejar menuju karang
(57-JL.8-AP.82-Kla)
58.
Semilir angin berhembus bawa dendang unggas laut
(58-JL.8-AP.82-Kla)
59.
Dan batu batu karang tertawa ramah bersahabat
(59-JL.8-AP.82-Kla)
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60.
Tak buas lagi ombakmu
(60-JL.8-AP.82-Fra)
61.
Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan
(61-JL.1-AS.83-Kla)
62.
Setan-setan politik
(62-JL.1-AS.83-Fra)
63.
Apakah selamanya politik itu kejam?
(63-JL.1-AS.83-Fra)
64.
Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam
(64-JL.1-AS.83-Fra)
65.
Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak
(65-JL.1-AS.83-Fra)
66.
Jarum jam tak mau menunggu maklum rindu
(66-JL.2-AS.83-Kla)
67.
Di depan ada polantas wajahnya begitu buas
(67-JL.2-AS.83-Fra)
68.
Dengarlah detak jantung benihku yang ku tanam dirahimmu
(68-JL.3-AS.83-Kla)
69.
Kuharap keikhlasanmu sirami benih yang kutabur ditamanmu
(69-JL.3-AS.83-Kla)
70.
Bentuklah segala warna jiwanya diantara lingkup manusia
(70-JL.3-AS.83-Fra)
71.
Beri watak baja padanya
(71-JL.3-AS.83-Fra)
72.
Kalungkan tabah kala derita
(72-JL.3-AS.83-Fra)
73.
Semoga kau tak tuli Tuhan dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya
(73-JL.3-AS.83-Kla)
74.
Serdadu boneka yang malang
(74-JL.4-AS.83-Fra)
75.
Jejak kaki para pengungsi bercengkerama dengan derita
(75-JL.4-AS.83-Kla)
76.
Jejak kaki para pengungsi bercerita pada penguasa
(76-JL.4-AS.83-Kla)
77.
Tentang harapannya yang mati
(77-JL.4-AS.83-Kla)
78.
Dengan nafsu yang makin menggila nuklir pun tercipta
(78-JL.4-AS.83-Kla)
79.
Mana mungkin bisa terwujudkan Semua hanya alasan Semua hanya bohong besar
(79-JL.4-AS.83-Fra)
80.
Didalam kelas penuh dengan obrolan Selalu mengacau laju khayalan
(80-JL.5-AS.83-Fra)
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81.
Dari sana pula aku mulai mengenal seraut wajah berisi lamunan
(81-JL.5-AS.83-Kla)
82.
Bibir merekah dan merah selalu basah
(82-JL.5-AS.83-Kla)
83.
Datang mengetuk pintu hatiku
(83-JL.5-AS.83-Fra)
84.
Keras melebihi gelegar halilintar yang ganas menyambar
(84-JL.6-AS.83-Fra)
85.
Mari kita hentikan dansa mereka dengan memberi pijar matahari
(85-JL.6-AS.83-Fra)
86.
Terkurung gedung- gedung tinggi
(86-JL.6-AS.83-Fra)
87.
Nampak merangkak degup jantung
(87-JL.6-AS.83-Fra)
88.
Tak sanggup aku melihat lukamu kawan dicumbu lalat
(88-JL.6-AS.83-Kla)
89.
Sentuhan angin waktu siang kibarkan satu kain bendera usang
(89-JL.7-AS.83-Fra)
90.
Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya
(90-JL.7-AS.83-Fra)
91.
Harapan tertanam
(91-JL.7-AS.83-Kla)
92.
Debu yang ada diatas kulit tubuh ini saksi bisu
(91-JL.7-AS.83-Kla)
93.
Sahabat terdekat tak pernah terlambat menampung setiap ungkapan
(93-JL.8-AS.83-Fra)
94.
Mendekap semua keluhan
(94-JL.8-AS.83-Fra)
95.
Menangkap tawa merebut duka
(95-JL.8-AS.83-Fra)
96.
Satu cerita dua manusia terlibat dalam amuk asmara
(96-JL.8-AS.83-Fra)
97.
Sejuta lumba lumba mengawasi cemas
(97-JL.9-AS.83-Kla)
98.
Risau camar membawa kabar
(98-JL.9-AS.83-Kla)
99.
Risau camar memberi salam
(99-JL.9-AS.83-Kla)
100.
Jilat api dan jerit penumpang kapal
(100-JL.9-AS.83-Fra)
101.
Tampomas hati siapa yang tak panas
(101-JL.9-AS.83-Fra)
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3 Hasil Triangulasi Data TRIANGULASI DATA Berikut ini adalah hasil pengumpulan data dan analisis data penelitian tentang “Analisis Metafora dalam Lirik Lagu Iwan Fals pada Album 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley. Data penelitian ini adalah ungkapan metafora berupa frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, sedangkan hasil analisis data penelitian berupa kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metaforanya. Kategori tersebut diperoleh berdasarkan klasifikasi kesesuaian kriteria lambang kias ungkapan metafora dengan krieteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley. Hasil pengumpulan data dan hasil analisis yang disajikan dibawah ini perlu ditriangulasi oleh ahli atau pakar. Berilah tanda centang (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil pengumpulan data dan hasil analisis data penelitian ini, kemudian berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisisnya. Triangulator No.
Data
Kode
Keterangan Analisis Setuju
1.
Empat tahun lamanya bergelut dengan buku 'tuk jaminan masa depan
(01-JL.1-ASM.81-Fra)
Tidak setuju
Keterangan
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang bergelut yang diikuti kata dengan buku menimbulkan makna kias. Lambang kias bergelut dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya saat mencari ilmu tuk jaminan masa depan. Hal tersebut mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep predikasi bergelut berperan sebagai (signifier) dihayati penyair sebagai konsep predikasi mencari ilmu (signified). Dilihat dari lambang kias bergelut yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human karena hakikat kata bergelut adalah bergulat; peluk-memeluk disertai guling-menggulingkan (KBBI, 2007: 349). Dengan demikian, lambang kias bergulat dapat disebut sebagai predikasi dari manusia yang memiliki kesesuaian dengan kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias (bergelut) tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 2.
Laju sepeda kumbangdi jalan berlubang s'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang
(02-JL.2-ASM-81-Fra)
3.
Jadi guru jujur berbakti memangmakan hati
(03-JL.2-ASM.81-Fra)
Kata sepeda dan kata kumbang pada ungkapan metaforis sepeda kumbang merupakan ungkapan metafora yang sudah klise atau ungkapan yang sudah sering digunakan sebagai sebutan salah satu jenis sepeda. Dalam KBBI (2007: 1043) dijelaskan sepeda kumbang merupakan jenis sepeda yang dilengkapai dengan motor, jika motornya mati dapat didayung dengan kaki. Dalam ungkapan metaforis frasa sepeda kumbang, kata kumbang digunakan penyair sebagai lambang kias. Lambang kumbang itu dikiaskan penyair sebagai konsep jenis sepeda di jaman jepang . Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep kumbang berperan sebagai (signifier) dihayati sebagai konsep jenis sepeda di jaman jepang berperan sebagai (signified). Dilihat dari lambang kias yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animete, karena hakikat kata kumbang dalam KBBI (2007: 612) dijelaskan sebagai konsep serangga besar dan hitam berkilap. Dengan demikian, konsep kumbang inidapat disebut sebagai konsep salah satu jenis binatang (serangga besar) berwarna hitam yang memiliki kesesuaian dengan kategori animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley melipiti contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias (kumbang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Kata makan dan kata hati pada ungkapan metaforis makan hati merupakan ungkapan metafora yang sudah klise atau sering digunakan sebagai tanda perasaan dari manusia. Pernyataan itu sesuai dengan Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 99) ungkapan makan hati diartikan sedih dan sakit hati. Dengan demikian, konsep makan hati dapat disebut sebagai tanda perasaan seseorang yang kecewa atau sakit hati. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias makan hati dikiaskan
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Tuhan terlalu cepat semua kau panggil satu-satunya yang tersisa proklamator tercinta
(04-JL.3-ASM.81-Kla)
penyair sebagai konsep perasaan kecewa seorang guru yang jujur dan berbakti. Hal tersebut mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep makan hati dihayatisebagai konsep perasaan kecewa. Dilihat dari lambang kias yang digunakan penyair dalam menciptakan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat makan hati disebut sebagai tanda perasaan seseorang. Dengan demikian, konsep makan hati dapat disebut sebagai konsep perasaan seseorang yang sedang kecewa atau sakit hati dan hal itu hanya bisa dihayati oleh manusia. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (makan hati) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, klausa kau panggil merujuk dari subjek Tuhan sebagai lambang kias yang digunakan penyair. Subjek itu dikiaskan penyair sebagai manusia yang memanggil seorang proklamator. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep Tuhan dihayatisebagai konsep manusia. Di samping itu, keadaan tersebut menggambarkan maksud penyair tentang peristiwa wafatnya seorang proklamator. Dilihat dari lambang kias Tuhan yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata Tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai Yang Mahakuasa (KBBI, 2007: 1216). Dengan demikian, konsep Tuhan dapat disebut sebagaikonsep abstrak yang benar adanya dan keberadaanya itu hanya bisa dihayati dengan keyakinan. Selain itu, konsep lambang kias tersebut memiliki kesesuaian dalam hireraki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori being yang mencangkup konsep pengalaman hal abstrak yang benar adanya.Oleh
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
Hujan air mata dari pelosok negeri
(05-JL.3-ASM.81-Fra)
6.
Bernisan bangga,berkafan doa dari kami yang merindukan orang sepertimu
(06-JL.3-ASM.81-Fra)
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (Tuhan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Ungkapan metaforis hujan air mata terdiri dari lambang kias hujan dan diikuti ungkapan klise air mata yang berarti kesedihan. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang hujan dikiaskan sebagai konsep jumlah banyaknya manusia yang bersedih dari pelosok negeri. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep hujan dihayati sebagai konsep jumlah. Dilihat dari lambang kias hujan yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan energy, karena hakikat kata hujan adalahtitik-titik air yang banyak berjatuhan dari udara karena proses pendinginan (KBBI, 2007: 409). Dengan demikian, konsep hujan dapat disebut sebagai konsep gerakan titik-titik air yang banyak dari udara ke bumi. Selain itu, konsep lambang ini memiliki keseuaian dengan jenis kategori kategori energy dalam hieraki ruang persepsi model Haley yang tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya bergerak. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (hujan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Ungkapan metaforis bernisan bangga dan berkafan doa terdiri darilambang kias bangga dan doa. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang bangga dikiaskan penyair sebagai konsep nisan yang biasa terbuat dari batu, kayu, dll untuk menandai suatu makam, sedangkan konsep doa dikiaskan sebagai konsep kafan (kain putih untuk membungkus mayat). Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep bangga dan doa dihayati sebagai konsep nissan dan kain kafan. Dilihat dari lambang kias bangga dan doa yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata bangga adalah besar hati atau merasa gagah karena mempunyai keunggulan (KBBI, 2007:
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal
(07-JL.4-ASM.81-Fra)
8.
Dan segumpal harapan kapankah datang tuan berkantong tebal
(08-JL.4-ASM.81-Fra)
101), sedangkanhakikat kata doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) dari manusia kepada Tuhan (KBBI, 2007: 271). Dengan demikian, konsep bangga dan doa dapat dikatakan sebagai sifat dari manusia yang dapat berbangga dan berdoa. Konsep bangga dan doa ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga mampu berbangga dan berdoa. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (bangga dan doa) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang nyamuk digunakan penyair sebagai lambang kias dalam ungkapan metaforis nyamuk nakal. Dalam ungkapan metaforis ini,lambang nyamuk dikiaskan sebagai konsep PSK atau seseorang yang berprofesi seks komersial Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep nyamuk dihayati sebagai konsep seorang wanita yang berprofesi sebagai perkerja seks kormersial (PSK). Dilihat dari lambang kias nyamuk yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat dari kata nyamuk adalah serangga bersayap, yang betina memiliki sepasang sungut yang dipakai sebagai penghisap darah manusia dan binatang (KBBI, 2007: 789). Dengan demikian, lambang nyamuk dapat disebut sebagai konsep dari salah satu jenis binatang dan segala prilakunya. Konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model haley yang memiliki contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (nyamuk) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Ungkapan metafora segumpal harapan terbentuk dari lambang kias segumpal yang dipakai penyair dalam menciptakan ungkapan metaforanya. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias segumpal dikiaskan penyair sebagai konsep tentang adanya harapaan yang merupakan hal abstrak. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.
O Tuhan beri setetes rejeki
(09-JL.4-ASM.81-Fra)
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep segumpal dihayati sebagai konsep adanya harapan. Dilihat dari lambang kias segumpal yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan object, karena hakikat dari kata segumpal terbentuk dari kata gumpal yang berarti bongkahsifat-sifat dari suatu benda, seperti tanah, darah, awan, dll (KBBI, 2007:374). Dengan demikian, lambang segumpal dapat disebut sebagai konsep sebongkah sifatsifat dari suatu benda yang dapat pecah. Konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua mineral dan memiliki sifat dapat pecah, rusak dan sejenisnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (segumpal) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis Frasa ini, lambang setetes terbentuk dari kata dasar tetes seperti zat cair yang bisa menetesdikiaskan sebagai konsep jumlah suatu rejeki. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kudua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep setetes dihayati sebagai konsep jumlah suatu rejeki yang diminta pada Tuhan. Dilihat dari lambang kias setetes yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan subtance, karena hakikat dari kata setetes terbentuk dari kata tetes yang berarti benda cair (air, dsb) yang jatuh menitik (KBBI, 2007: 1188). Dengan demikian, lambang setetes dapat disebut sebagai konsep predikasi dari benda cair, seperti air, dan zat cair lainya yang bersifat lembam. Konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora subtance dalam hierarki ruang persepsi model Haleyyang ada, membutuhkan ruang, dan bergerak serta bersifat lembam. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (setetes) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora subtance dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.
Dalam hati yang bimbang berdoa beri terang jalan anak hamba
(10-JL.4-ASM.81-Fra)
11.
Aku berteman iblis yang baik hati
(11-JL.7-ASM.81-Fra)
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias terang dikiaskan penyair sebagai konsep kemudahan dalam menjalani kehidupan. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep terang dihayati sebgai konsep kemudahan dalam menjalani kehidupan. Dilihat dari lambang kias terang yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan energy, karena hakikat dari kata terang adalah keadaan yang dapat dilihat, cerah, bersinar. (KBBI, 2007: 1180). Dengan demikian, lambang terang dapat dipahami sebagai konsep hasil dari gerakan cahaya yang menerangi sesuatu. Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haleyyang tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya bergerak.Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (terang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Kata iblis digunakan penyair sebagai lambang kias dalam ungkanpan metaforis iblis yang baik hati. Dalam ungkapan metaforis ini,lambang iblis dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang mempunyai sifat baik. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep iblis dihayati sebagai konsep manusia. Dilihat dari lambang kias iblis yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat dari kata iblis adalah makhluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk Tuhan (KBBI, 2007: 415). Dengan demikian, lambang iblis dapat disebut sebagi konsep abstrak yang keberadaanya benar-benar ada. Di samping itu, memiliki sifat jahat, seperti setan atau roh jahat yang tidak berwujud secara nyata. Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalan hierarki ruang persepsi model Haleyyang mencangkup konsep abstrak dan
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.
Membelah malammendung yang selalu datang
(12-JL.7-ASM.81-Fra)
13.
Dengan sorot mata yang keduanya buta
(13-JL.7-ASM.81-Fra)
keberadaanya benar-benar ada. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (iblis) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Kata malam digunakan penyair sebagai lambang kias dalam ungkanpan metaforis membelah malam. Dalam ungkapan metaforis ini,lambang malam dikiaskan penyair sebagai suatu konsep benda yang dapat dibelah menjadi beberapa bagian. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep malam dihayati sebagai suatu benda yang dapat dibelah menjadi beberapa bagian. Dilihat dari lambang kias malam yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat dari kata malam adalah waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit (KBBI, 2007: 705). Dengan demikian, lambang malam dapat disebut sebagai konsep tanda suatu waktu untuk menandai keadaan sudah mulai gelap. Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hieraki ruang persepsi model Haley yang mencangkup konsep abstrak dan keberadaanya benar-benar ada. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (malam) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang kias sorot dalam ungkapan metaforis sorot mata ini dikiaskan penyair sebagai konsep pandangan mata yang keduanya buta. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah kata sorot dihayati sebagai pandangan. Dilihat dari lambang kias sorot yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan energy, karena hakikat kata sorot adalah sinar cahaya atau lampu senter (KBBI, 2007:1085). Dengan demikian, sorot dapat disebut predikasi gerakan cahaya yang menyorot dari hasil sumber cahaya. Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora kategori metafora energy dalam
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14.
Dan burung burung bangkai berdansa senang
(14-JL.8-ASM.81-Kla)
15.
Di ujung lainya wabah busung menyerang
(15-JL.8-ASM.81-Kla)
hierarki ruang persepsi model Haley yang tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya bergerak.Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (sorot) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang kias berdansa dalam ungkapan metaforis ini dikiaskan sebagai konsep pengalaman penyair saat melihat burung-burung berterbangan menyambar makananya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep berdansa dihayati sebagai konsep burung-burung saat terbang. Dilihat dari lambang kias berdansa yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata berdansa adalah tari cara barat yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita (KBBI, 2007: 236). Dengan demikian, lambang berdansa dapat disebut sebagai predikasi dari manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat berdansa. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (berdansa) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias menyerangdikiasakan penyair sebagai konsep menjangkit predikasi dari wabah busung. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep menyerang dihayati sebagai konsep menjangkit atau menulari. Dilihat dari lambang kias menyerang yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata menyerang terbentuk dari kata dasar serang yang memiliki arti medatangi untuk melawan (melukai, memerangi, dsb) (KBBI, 2007:1045). Dengan demikian, lambang menyerang dapat dikatakan sebagai predikat dari makhluk hidup, seperti manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16.
Deting piano kala jemari menari
(16-JL.9-ASM.81-Fra)
17.
Nada merambatpelan dikesunyian malam
(17-JL.9-ASM.81-Kla)
kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menyerang. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menyerang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Kata menari yang diikuti subjek jemari menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias menari dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang lincah memainkan piano. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep menari dihayati sebagai konsep manusia yang lincah mamainkan sebuah piano. Dilihat dari lambang kias menari yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata menari terbentuk dari kata dasar tari dan kata dasar itu adalah gerakan badan, tangan, dsb yang berirama (KBBI, 2007: 1144). Dengan demikian, lambang menari dapat dikatakan sebagai konsep predikasi dari manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menari. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menari) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang merambat yang dikenakan pada subjek nada menjadi kias. Hal itudikiaskan penyair sebagai konsep terdengar yang lebih cocok untuk predikasi nada. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep merambat dihayati sebagai konsep terdengar. Dilihat dari lambang kias merambat yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan living, karena hakikat kata merambat terbentuk dari kata dasar rambat dan kata dasar itu adalah bertambah banyak atau
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18.
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
(18-JL.9-ASM.81-Kla)
tentang tumbuh-tumbuhan (KBBI, 2007: 924). Dengan demikian, lambang merambat dapat disebut sebagai konseppredikasi yang lazimnya diterapkan pada tumbuh-tumbuhan, seperti pada ubi jalar yang tumbuhnya merambat. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang dikaitkan dengan semua kehidupan flora dengan segala predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (merambat) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Ungkapan metaforis pada kalausa hati kecil berbisik merupakan ungkapan klise yang biasa digunakan. Dalam kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 97) frasa hati kecil yang diikuti predikasi mengakui memiliki makna hati nurani atau bantinya. Dengan demikian konsep hati kecil tersebut merupakan ungkapan klise tentang perasaan seseorang. Dalam ungkapan metaforis ini, ungkapan klise tersebut yang diikuti lambang kias berbisik menimbulkan makna kias. Hal itudikiaskan penyair sebagai konsep batin seseorang dihayati dapat berbisik. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep berbisik yang merupakan predikasi manusia dihayati dapat diterapkan sebagai konsep hal abstrak tentang pengalaman batin seseorang. Dilihat dari lambang kias berbisik yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata berbisik adalah berkata dengan suara perlahan-lahan atau seakan hanya mendesis dan tidak nyaring (KBBI, 2007:157). Dengan demikian, lambang berbisik dapat disebut sebagai konseppredikasi yang lazimnya dikenakan pada manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menyerang. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (berbisik) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19.
Seribu kata menggodaseribu sesal di depan mata
(19-JL.9-ASM.81-Kla)
20.
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
(20-JL.9-ASM.81-Fra)
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang menggoda yang diterapkan pada subjek seribu kata menimbukan makan kias. Hal itu dikiaskan sebagai konsep manusia yang memiliki inteligensia sehingga mampu menggoda. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep seribu kata dihayati sebagai konsep manusia yang dapat menggoda. Dilihat dari lambang kias menggoda yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata menggoda terbentuk dari kata dasar goda dan memiliki arti mengajak (menarik-narik hati) supaya berbuat dosa atau berbuat jahat (KBBI, 2007: 366). Dengan demikian, konsep menggoda dapat dikatakan sebagai predikasi dari manusia yang dapat menggoda.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menggoda) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang rasa sesal yang diikuti predikasi diam tak mau pergi menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias rasa sesal dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang dapat menyandang predikasi diam dan tak mau pergi. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep rasa sesal dihayati sebagai konsep manusia. Dilihat dari lambang kias seal yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata sesal adalah perasaan tidak senang (susah, kecewa, dsb) karena telah berbuat kurang baik (KBBI, 2007: 1054). Dengan demikian, lambang sesal dapat dikatakan sebagai konsep wujud perasaan dari manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21.
Namun senyummu tetap mengikuti
(21-JL.9-ASM.81-Kla)
22.
Sinar matamu tajam namun ragu
(22-JL.10-ASM.81-Fra)
berpikirnya sehingga ia dapat merasakan sesal. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (sesal) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang senyumanmu diikuti predikasi mengikuti menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias senyumanmu dikiasakan penyair sebagai subjek manusia yang dapat dikenai predikasi mengikuti. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep senyumanmu dihayati sebagai konsep manusia. Dilihat dari lambang kias senyumanmu yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata senyummu terbentuk dari kata dasar senyum dan memiliki arti gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka dsb dengan mengembangkan bibir sedikit (KBBI, 2007: 1041). Dengan demikian, konsep senyumanmu dapat dikatakan sebagai ekspresi manusia saat menunjukkan rasa senang, gembira, dsb. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga ia dapat berekspresi. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (senyumanmu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang sinar diikuti kata matamu menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias sinar dikiasakan penyair sebagai konsep predikasi pandangan dari mata subjek. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep sinar dihayati sebagai konsep predikasi pandangan dari mata subjek manusia. Dilihat dari lambang kias sinar yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan cosmos, karena hakikat kata sinar adalah pacaran
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23.
Bermacam suku berbeda bersatu dalam cengkeramanmu
(23-JL.10-ASM.81-Kla)
24.
Angin genit mengelus merah putihmu
(24-JL.10-ASM.81-Kla)
terang cahaya, seperti bulan, matahari dll (KBBI, 2007: 1068). Dengan demikian, lambang sinar dapat dikatakan sebagai konsep sumber energy. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit cahaya, api, angin dan lain-lain serta mempunyai prilaku gerak. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (sinar) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, kata cengkramanmu digunakan sebagai lambang kias dari konsep kekuasaan dalam suatu negara. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep cengkramanmu dihayati sebagai konsep kekuasaan. Dilihat dari lambang kias cengkeramanmu yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata cengkeramanmu terbentuk dari kata dasar cengkeram disertai akhiran an dan mu. Hakikat dari kata cengkeram adalah memegang erat dengan cakar (KBBI, 2007: 207). Dengan demikian, lambang cengkeram dapat dikatakan sebagai konsep predikasi dari binatang yang mempunyai cakar.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup segala kehidupan fauna dan predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (cengkeram) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang angin yang diikuti predikasi genit mengelus menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, konsep genit dan mengelus dikiaskan penyair sebagai konsep hempasan angin yang menerpa merah putihmu (benderamu). Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep sifat manusia yang genit dan dapat mengelus dihayati sebagai hempasan dari hasil energi angin.
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25.
Merah membara tertanam wibawa
(25-JL.10-ASM.81-Kla)
26.
Putihmu suci penuh karisma
(26-JL.10-ASM.81-Fra)
Dilihat dari lambang kias genit yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata genit adalahbergayagaya (tingkah lakunya); banyak tinggkahnya (KBBI, 2007: 354). Dengan demikian, lambang genit dapat disebut sebagai konsep sifat dari manusia. Hal tersebut, menunjukkan adanya kesesuaian kriteria lambang kias genit dengan kriteria jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup tidak hanya ada dan menempati ruang serta adanya prilaku gerak. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (genit) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang merah dalam ungkapan metaforis ini dikiaskan penyair sebagai konsep lambang wibawa yang bisanya dimiliki oleh seorang pemimpin. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep warna merah dihayati sebagai konsep lambang wibawa dari seorang pemimpin. Dilihat dari lambang kias merah yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata merah adalah warna dasar yang serupa dengan warna darah (KBBI, 2007: 734). Dengan demikian, lambang merah dapat dikatakan sebagai salah satu jenis warna yang bersifat abstrak dan benar adanya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang bersifat abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (merah) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang putih dalam ungkapan metaforis ini dikiaskan penyair sebagai konsep lambang kesucian dan penuh karisma. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep warna putih dihayati sebagai konsep lambang kesucian yang penuh karisma.
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27.
Pulau-pulau yang berpencarbersatu dalam kibarmu
(27-JL.10-ASM.81-Kla)
28.
Terbanglah garudaku singkirkan kutu-kutu di sayapmu
(28-JL.10-ASM.81-Kla)
Dilihat dari lambang kias putih yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata putih adalah warna dasar seperti warna kapas (KBBI, 2007: 913). Dengan demikian, lambang putih dapat dikatakan sebagai salah satu jenis warna yang bersifat abstrak dan benar adanya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang bersifat abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (putih) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang pulau-pulau diikuti predikasi bersatu menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias pulau-pulau dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang dapat bersatu. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep pulau-pulau dihayati sebagai konsep manusia yang dapat menyandang predikasi bersatu. Dilihat dari lambang kias pulau-pulau yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan terrestrial karena hakikat kata pulau-pulau terbentuk adanya reduplikasi kata pulau yang memiliki arti daratan yang dikelilingi air (di laut, di sungai, di danau) (KBBI, 2007: 906). Dengan demikian, kata pulau dapat dikatakan sebagai suatu daratan yang terhampar dikelilingi air, sungai dll.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu hamparan yang terikat oleh bumi seperti, samudara, sungai, gunung, padang pasir dan sejenisnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (pulau-pulau) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Kalimat terebut merupakan kalimat metaforis dengan lambang kias garuda dan kutu-kutu. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias garuda dikiaskan penyair sebagai konsep lambang negara di Indonesia, sedangkan kutu-kutu dikiasakan penyair sebagai konsep
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29.
Berkibarlah benderaku singkirkan benalu di tiangmu
(29-JL.10-ASM.81-Kla)
seseorang yang merugikan bagi negara Indonesia. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep garuda dihayati sebagai konsep lambang negara, sedangkan konsep kutu-kutu dihayati sebagai konsep seseorang yang merugikan bagi negara Indonesia. Dilihat dari lambang kias garuda dan kutu-kutu yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate karena hakikat kata garuda adalah burung besar pemakan daging yang menyerupai elang dan mempunyai kekuatan terbang yang luar biasa (KBBI, 2007: 338), sedangkan hakikat dari kata kutu-kutu merupakan wujud redublikasi dari kata kutu yang memiliki arti sebuah serangga parasit tidak bersayap yang menghisap darah binatang atau manusia (KBBI, 2007: 619). Dengan demikian, lambang garuda dapat dikatakan sebagai konsep salah satu jenis binatang, sedangkan lambang kutu juga dapat dikatakan sebagai konsep salah satu jenis serangga yang bersifat merugikan.Selain itu, konsep dari kedua lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup semua kehidupan fauna dan segala predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (garuda dan kutu-kutu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang benalu dalam ungkapan metaforis ini digunakan penyair sebagai lambang kias untuk konsep segala hal yang merugikan bagi negara Indonesia. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep benalu dihayati sebagai konsep hal yang merugikan bagi negara Indonesiaseperti, koruptor, makar dan lain sebagainya. Dilihat dari lambang kias benalu yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan living karena hakikat kata benalu adalah tumbuhan yang menumpang pada tanaman lain dan mengisap makanan dari tanaman yang ditumpanginya (KBBI, 2007:129).Dengan demikian,
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30.
Bukanlah rumus kode buntut
(30-JL.10-ASM.81-Fra)
31.
Terompet tahun baru menyambutmu
(31-JL.1-AP.82-Kla)
lambang benalu dapat dikatakan sebagai konsep salah satu jenis tumbuh-tumbuhan. Selain itu, konsep dari kedua lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang bias tumbuh dan mencakup semua kehidupan flora dan segala predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (benalu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor living dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang buntut yang diawali dengan kata kode menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias buntut dikiaskan penyair sebagai kode rumus yang posisinya diakhir. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep buntut dihayati sebagai konsep kode rumus yang posisinya diakhir. Dilihat dari lambang kias buntut yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata buntut adalah bagian yang di belakang sekali; ekor (KBBI, 2007:178). Dengan demikian, lambang buntut dapat dikatakan sebagai konsep bagian tubuh yang paling belakang dari binatang. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model haley yang memiliki contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (buntut) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang menyambut yang dikenakan pada subjek terompet menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias menyambut dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang terompet tahun baru sebagai tanda kelahiran anaknya. Dengan demikian ungkapan metaforis itu menggambarkan maksud dari penyair sebagai pengalaman ketika buah hatinya lahir dimalam tahun baru yang ditandai adanya suara-suara terompet. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32.
Tangisan pertamamu ditandai BBM tinggi
(32-JL.1-AP.82-Fra)
konsep terompet dihayati sebagai konsep manusia yang dapat menyambut. Dilihat dari lambang kias menyambut yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata menyambut terbentuk dari kata dasar sambut yang memiliki arti menerima (KBBI, 2007: 989). Oleh karena itu, lambang menyambut dapat disebut sebagai konsep predikasi dari manusia yang dapat menerima atau menyambut kehadiran seseorang. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menyambut) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang tinggi yang diawali dengan kata BBM menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias tinggi dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang suatu harga yang mahal yaitu harga dari BBM. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep tinggi dihayati sebagai konsep mahalnya suatu harga yaitu harga BBM. Dilihat dari lambang kias tinggi yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan bing, karena hakikat kata tinggi adalah jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah (KBBI, 2007: 1196). Dengan demikian, lambang tinggi dapat disebut dengan konsep keterangan jarak posisi sesuatu hal yang berkonsep abstrak dan benar adanya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (tinggi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33.
BBM tinggisusu tak terbeli
(33-JL.1-AP.82-Fra)
34.
Cepatlah besar matahariku
(34-JL.1-AP.82-Fra)
Lambang naik dan tinggi yang diawali dengan kata BBM menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias naik dan tinggi dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang suatu harga yang berubah menjadi mahal dari harga sebelumnya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep naik dan tinggi dihayati sebagai konsep harga yang berubah menjadi mahal dari harga sebelumnya. Dilihat dari lambang kias naik dan tinggi yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan bing, karena hakikat kata naik adalah bergerak keatas atau ketempat yang lebih tinggi (KBBI, 2007: 771), sedangkan hakikat kata tinggi adalah jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah (KBBI, 2007: 1196). Dengan demikian, lambang naik dan tinggi dapat disebut dengan konsep keterangan jarak posisi sesuatu hal yang berkonsep abstrak dan benar adanya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (naik dan tinggi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang matahari yang diawali predikat cepatlah besarmenimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias matahari dikiasakan penyair sebagai konsep seorang anak yang diharapkan cepat besar (dewasa). Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep matahari dihayati sebagai konsep seorang anak yang diharapkan cepat besar (dewasa). Dilihat dari lambang kias matahari yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan cosmos, karena hakikat kata matahariadalah benda angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang panas pada bumi kala siang hari (KBBI, 2007: 722). Dengan demikian, konsep matahari dapat disebut sebagai
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35.
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
(35-JL.1-AP.82-Fra)
36.
Doa kami di nadimu
(36-JL.1-AP.82-Fra)
konsep benda yang berdasa di ruang angkasa yang menggunkan ruang. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain yang tidak hanya ada, melainkan menempati ruang di jagad raya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (matahari) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang congkak yang dikenakan pada dunia menimbulkan makna kias. Dalam ungkpan metaforis ini, lambang kias congkak dikiaskan penyair sebagai konsep keadaan sulitnya berjuang untuk hidup di dunia. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep dunia dihayati sebagai konsep manusia yang memiliki sifat congkak. Fenomena penciptaan metafora juga menggambarkan maksud penyair tentang pengalaman abstsrak tentang keadaan sulitnya berjuang untuk hidup di dunia. Dilihat dari lambang kias congkak yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human karena hakikat kata congkak adalah merasa dan bertindak dengan memperlihatkan diri sangat mulia (pandi, kaya, dan sebagainya); sombong; angkuh (KBBI, 2007:219).Dengan demikian, lambang congkak dapat dikatakan sebagai konsep salah satu sifat yang dimiliki manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (congkak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang nadi yang di awalai klausa “doa kami di...” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias nadi dikiasakan penyair sebagai konsep doa kami yang selalu menyertaimu. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37.
Tuan yang merasa hidung belang keranjingan main perempuan
(37-JL.2-AP.82-Fra)
dibandingkan itu adalah konsep nadi dihayati sebagai konsep menyertaimu. Dilihat dari lambang kias nadi yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human karena hakikat kata nadi adalah pembuluh darah dipergelangan tangan (terasa berdenyut kalau ditekan) (KBBI, 2007: 770). Dengan demikian, Konsep nadi dapat disebut sebagai konsep tanda adanya kehidupan dari manusia ketika nadi masih berdenyut saat ditekan.Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (nadi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang hidung belang merupakan ungkapan klise atau sudah sering digunakan oleh masyarakat. Dalam kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 101) konsep hidung belang diartikan sebagai konsep orang yang sukamempaermainkan wanita. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias hidung belang awali subjek tuan juga dikiaskan penyair sebagai konsep seseorang yang suka mempermainkan wanita. Dilihat dari penciptaan ungkapan metaforis ini, terdiri dari dua lambang yang digunakan, yaitu konsep dari lambang hidung dan lambang belang. Hakikat kata hidung adalah alat pencium, penghirup, letaknya di atas bibir (KBBI, 2007: 399), sedangkan hakikat kata belang adalah berwarna loreng-loreng (KBBI, 2007: 124). Dengan demikian, lambang hidung belang dapat dikatakan sebagai konsep sebuah alat penciuman yang letaknya di atas bibir berwarna loreng-loreng. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep hidung belang dihayati sebagai konsep seseorang yang suka mempermainkan wanita. Dilihat dari lambang kias hidung belang yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human karena hakikat dari lambang hidung dan
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38.
Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah pedang
(38-JL.2-AP.82-Fra)
39.
Pedang tajam wanita ditendang
(39-JL.2-AP.82-Fra)
belang dapat dikatakan sebagai konsep sebuah alat penciuman yang letaknya di atas bibir berwarna loreng-loreng, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (nadi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang kias pedang pada kalimat, “Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah pedang” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias pedang dikiasakan penyair sebagai konsep kepuasan nafsu. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep pedang ketika diasah akan mejadi tajam dihayati sebagai konsep kepuasan nafsu (dalam hubungan intim antara lawan jenis manusia. Dilihat dari lambang kias pedang yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan object karena hakikat dari lambang pedang adalah parang panjang (KBBI, 2007: 841). Dengan demikian, lambang pedang dapat dikatakan sebagai konsep sebuah alat atau benda gunanya untuk memotong. Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup semua mineral denga predikasinya yang dapat pecah, rusak dan sebagainya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (pedang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang pedang pada kalimat, “Pedang tajam wanita ditendang” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias pedang dikiasakan penyair sebagai konsep seorang laki-laki yang merasa puas akan nafsunya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep pedang tajam
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40.
Tabir gelap yang dulu hinggap
(40-JL.3-AP.82-Kla)
41.
Apa yang tersembunyi dibalik manis senyummu
(41-JL.3-AP.82-Fra)
sebagai konsep kepuasan nafsu seorang laki-laki (dalam hubungan intim antara lawan jenis manusia. Dilihat dari lambang kias pedang yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan object karena hakikat dari lambang pedang adalah parang panjang (KBBI, 2007: 841). Dengan demikian, lambang pedang dapat dikatakan sebagai konsep sebuah alat atau benda gunanya untuk memotong. Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup semua mineral denga predikasinya yang dapat pecah, rusak dan sebagainya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (pedang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang hinggap yang yang dikenakan pada subjek tabir menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias hinggap dikiasakan penyair sebagai sebagai konsep tabir atau kain penyekat dinding yang terpasang . Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep hinggap sebagai konsep tabir yang terpasang. Dilihat dari lambang kias hinggap yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate karena hakikat dari lambang hinggap adalah ...... Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit kehidupan founa dan segala predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (tabir) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang manis yang diikuti kata senyumanmu menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias manis dikiaskan penyair sebagai konsep sifat dari senyuman yang lazimnya merupakan predikasi dari manusia. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42.
Apa yang tersembunyi dibalik bening dua matamu
(42-JL.3-AP.82-Fra)
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep rasa manis seperti sifat dari gula dihayati sebagai konsep predikasi senyuman dari manusia. Dilihat dari lambang kias manis yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan bing, karena hakikat kata manis adalah rasa seperti gula (KBBI, 2007: 712). Dengan demikian, lambang manis dapat disebut sebagai konsep suatu pengalam hal abstraks dari rasa manis yang benar adanya dari suatu benda seperti gula. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (manis) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang mata pada ungkapan metafora “bening kedua matamu” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias mata dikiaskan penyair sebagai pengalamannya tentang suatu beningnya atau jernihnya air. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep indra penglihatan dari manusia yaitu mata dihayati sebagai konsep sifat jernih dari air. Dilihat dari lambang kias mata yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata mata adalah indra untuk melihat atau indra penglihatan (KBBI, 2007: 721). Dengan demikian, lambang mata dapat disebut sebagai sebuah alat indra penglihatan yang dimiliki oleh makhluk hidup, seperti manusia, dll. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala pemikiranya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (mata) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Haley. 43.
Jalan gelap yang kau pilih penuh lubang dan mendaki
(43-JL.3-AP.82-Fra)
44.
Tawa kelakar badut-badut serakah tanpa HPH berbuat semaunya
(44-JL.4-AP.82-Fra)
Lambang gelap pada kalimat “Jalan gelap yang kau pilih penuh lubang dan mendaki ” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias gelap dikiaskan sebagai pengalaman penyair tentang arah hidup yang tidak baik atau melanggar ajaran agama sehingga digambarkan banyak rintangan cobaan-coabaan, seperti berlubang dan mendaki. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep gelap dihayati sebagai konsep arah hidup yang tidak baik atau melanggar ajaran suatu agama.. Dilihat dari lambang kias gelap yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata gelap adalah tidak ada cahaya, kelam atau tidak terang (KBBI, 2007: 344). Dengan demikian, lambang gelap dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak yang tidak bisa dihayati berdasarkan wujudnya tetapi kosep itu benar adanya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup konsep pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu keberadaanya benar-benar ada. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (gelap) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang badut-badut pada kalimat “Tawa kelakar badut-badut serakah tanpa HPH berbuat semaunya” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias badut-badut dikiaskan sebagai pengalaman penyair tentang konsep manusia sebagai oknum yang serakah menebang hutan tanpa Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep badut-badut yang merupakan profesi penghibur anak dihayati sebagai konsep manusia sebagai oknum
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45.
Oh jelas kami kecewa menatap rimba yang dulu perkasa
(45-JL.4-AP.82-Fra)
yang serakah menebang hutan tanpa Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Dilihat dari lambang kias badut-badut yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata badut-badut terbentuk dari adanya reduplikasi kata badut yang memiliki arti pelawak dalam pertunjukkan dan sebagainya (KBBI, 2007: 85). Dengan demikian, lambang badut dapat disebut sebagai profesi sesorang dalam berkerja menghibur anak-anak. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup kongkrit manusia dan segala kemampuanya dalam berpikir. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (badut) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang perkasa pada kalimat “Oh jelas kami kecewa menatap rimba yang dulu perkasa” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias perkasa dikiaskan sebagai pengalaman penyair tentang konsep keadaan rimba yang luas dan besar. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep sifat perkasa dihayati sebagai konsepkeadaan rimba yang luas dan besar. Dilihat dari lambang kias perkasa yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata perkasa adalah kuat dan tangguh serta berani (KBBI, 2007: 861). Dengan demikian, lambang perkasa dapat disebut konsep pengalaman suatu hal abstrak dari manusia tentang sifat tangguh dan berani. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang berupa pengalaman suatu hal abstrak dari manusia dan keberadaan konsep itu benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (perkasa) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46.
Bencana erosi selalu datang menghantui
(46-JL.4-AP.82-Kla)
47.
Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang
(47-JL.5-AP.82-Kla)
Lambang kias menghantui yang dikenakan pada subjek bencana erosimenimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias menghantui dikiasakan penyair sebagai konsep suatu keadaan kapan saja bencana erosi dapat terjadi. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep menghantuidihayati sebagaikonsep keadaan kapan saja bencana erosi dapat terjadi, seperti konsep hantu yang kapan saja dapat menghantui manusia. Dilihat dari lambang kias menghantui yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata menghantui terbentuk dari kata dasar hantu yang memiliki arti roh jahat yang ada ditempattempat tertentu (KBBI, 2007: 387). Dengan demikian, lambang menghantui dapat disebut sebagai konsep predikasi dari hantu atau manusia yang mempunyai niat jahat. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencangkup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menghantui) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang melayang yang dikenakan pada subjek gaji menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias melayang dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang pekerja yang tidak menerima gaji karena absen. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep melayang dihayati sebagai konsep tentang pekerja yang tidak menerima gaji karena absen. Dilihat dari lambang kias melayang yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata melayang adalah terbang dengan sayap yang tidak bergerak (KBBI, 2007: 646). Dengan demikian, lambang melayang dapat disebut sebagai konsep predikasi dari binatang yang memiliki sayap, seperti burung,
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48.
Pernahkah tuan renungkan harga keringatnya
(48-JL.5-AP.82-Fra)
49.
Tukang sapu bawa sapu juga disapu kok bisa begitu
(49-JL.5-AP.82-Kla)
kelelawar dam lain-lain. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencangkup semua kehidupan dunia fauna, seperti terabng, berjalan, dan tentu saja bernyawa. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (melayang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang keringat dalam kalimat “Pernahkah tuan renungkan harga kerigatnya” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias keringat dikiasakan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang upah pekerja atau gaji. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep keringat dihayati sebagai konsep pengalaman penyair btentang gaji atau upah kerja. Dilihat dari lambang kias keringat yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan subtance, karena hakikat kata keringat adalah air yang keluar melalui pori-pori tubuh karena panas dan sebagainya (KBBI, 2007: 553). Dengan demikian, lambang keringat dapat disebut sebagai konsep suatu zat cair yang keluar dari pori-pori akibat panas. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora subtance dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang wujudnya ada membutuhkan ruang, bergerak dan mempunyai sifat lembam. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (keringat) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora subtance dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang kias disapu pada kalimat “Tukang sapu bawa sapu juga disapu kok bisa begitu” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias disapu dikiasakan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang kehidupan dari profesi seorang tukang sapu yang kena marah istrinya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep disapu dihayati
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50.
Inilah manusia dengan segala macamwarna hidupnya
(50-JL.5-AP.82-Fra)
sebagai konsep dimarah. Fenomena penciptaan ungkapan metafora tersebut menggambarkan maksud dari pengalaman penyair tentang konsep kehidupan dari profesi seorang tukang sapu yanga kena marah istrinya. Dilihat dari lambang kias disapu yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan object, karena hakikat kata disapu terbentuk dari kata dasar sapu yang memiliki arti alat rumah tangga yang terbuat dari ijuk, lidi dll (KBBI, 2007: 998). Dengan demikian, lambang disapu dapat disebut sebagai konsep keterangan dari predikasi menyapu. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua mineral dan dapat rusak, pecah dan lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (disapu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini penyair menggunakan lambang kias warna dikiaskan sebagai konsep macam-macam sifat manusia. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep predikasi warna dihayati sebagai konsep predikasi macammacam sifat manusia. Dilihat dari lambang kias warna yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya (KBBI, 2007:1269). Dengan demikian, konsep warna dapat disebut sebagai konsep kesan abstrak yang benar adanyadiperoleh dari mata. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup pengalaman manusia tentang suatu hal abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (warna) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51.
Namun jangan padam ambisi
(51-JL.7-AP.82-Fra)
52.
Sinar terang lampu merkuri pasti akan engkau dapati
(52-JL.7-AP.82-Kla)
Lambang ambisi pada kalimat “Namun jangan padam ambisi” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias ambisi dikiasakan penyair sebagai pengalamannya tentang konsep api yang dapat padam. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep ambisi dihayati sebagai konsep api. Dilihat dari lambang kias ambisi yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata ambisi adalah keinginan, hasrat, nafsu yang besar untuk sesuatu yang diinginkan (KBBI, 2007: 37). Dengan demikian, konsep ambisi dapat disebut sebagai predikasi dari manusia yang mencakup segala kemampuan berpikirnya sehingga dapat berambisi.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (ambisi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang sinar pada kalimat “Sinar terang lampu merkuri pasti akan engkau dapati” digunakan penyair sebagai lambang kias. Lambang kias sinar pada ungkapan metaforis itu dikiaskan penyair sebagai pengalaman suatu hal abstrak tentang kemudahan, kelancaran dalam menjalani hidup. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep sinar dihayati sebagai konsep keadaan dalam menjalai hidup. Dilihat dari lambang kias sinar yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan cosmos, karena hakikat kata sinaradalah pacaran terang cahaya, seperti bulan, matahari dll (KBBI, 2007: 1068). Dengan demikian, konsep sinar dapat dikatakan sebagai wujud dari predikasi cahaya bulan, matahari dll.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang tidak hanya ada
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53.
Tak bermata pandang dunia dengan jiwa
(53-JL.7-AP.82-Fra)
54.
Kala sisa ombak merayap
(54-JL.8-AP.82-Kla)
melainkan menempati ruang jagad raya, seperti bulan, bumi, matahari. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (sinar) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang jiwa pada kaliamat “Tak bermata pandang dunia dengan jiwa” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias jiwa dikiasakan penyair sebagai konsep suatu indra penglihatan, yaitu mata yang berfungsi untuk memandang sesuatu di depanya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep jiwa dihayati sebagai konsepindra penglihatan, yaitu mata. Dilihat dari lambang kias jiwa yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata jiwa adalah roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seorang hidup; nyawa (KBBI, 2007: 475). Dengan demikian, lambang jiwa dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak yang tidak dapat dihayati wujudnya oleh indra manusia tetapi keberadaanya benar ada. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup sutau pengalaman manusia suatu hal abstrak dan keberadaanya benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (jiwa) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang merayap yang dikenakan pada subjek ombak menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias merayapdikiasakan penyair sebagai konsep ombak yang bergelombang dan bergerak menuju arah pantai. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep merayap dihayati sebagai konsep ombak bergelombang dan bergerak menuju arah pantai. Dilihat dari lambang kias merayap yang digunakan penyair dalam
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55.
Terasa panas menyengat
(55-JL.8-AP.82-Kla)
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata merayap adalah berkerumun seperti rayap bergerak maju dengan tangan dan kaki serta badan bertumpu ke tanah (KBBI, 2007: 935). Dengan demikian, konsep merayap dapat dikatakan sebagai predikasi dari berberapa jenis reangga, seperti rayap, lipan, dll. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup kehidupan fauna dan segala kemampuanyanya, seperti berjalan, lari, merayap dan lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (merayap) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang menyengat pada kalimat “Terasa panasa menyengat” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias menyengat yang merupakan prilaku dari binatang, seperti lebah, kalajengking dan sejenisnya itu dikiaskan penyair sebagai konsep panas yang terasa seperti sengatan lebah atau binatang sejenisnya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep predikasi dari binatang sepertilebah, kalajengking atau binatang sejenisnya dihayati sebagai konsep pengalaman manusia yang abstrak, yaitu rasa panas seoalah-olah dapat menyengat, seperti binatang lebah dan sejenisnya. Dilihat dari lambang kias menyengat yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata menyengat terbentuk dari kata dasar sengat yang memiliki arti alat tajam yang berbisa pada serangga dan binatang lain, seperti lebah, lipan, dll (KBBI, 2007:1035). Dengan demikian, konsep menyengat dapat disebut sebagai konsep dari segala kemapuan prilaku dari binatang, seperti lebah, kalajengking, lipan dan sejenisnya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup kehidupan fauna dan segala kemampuanyanya, seperti berjalan, lari, merayap dan lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(menyengat) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 56.
Daun kelapa elok saat melambai
(56-JL.8-AP.82-Kla)
57.
Tampak ombak kejar-mengejar menuju karang
(57-JL.8-AP.82-Kla)
Lambang melambai yang dikenakan pada subjek daun kelapa menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias melambaidikiasakan penyair sebagai konsep keadaan daun kelapa bergerak-gerak akibat tertiup angin. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep melambai yang merupakan predikasi dari manusia dihayati sebagai konsep keadaan daun kelapa bergerak-gerak saat tertiup angin. Dilihat dari lambang kias melambai yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata melambai adalah mengayun-ayun turun naik dan mengerak-gerakan tangan turun naik (KBBI, 2007: 629). Dengan demikian, konsep melambai dapat disebut dengan predikasi dari manusia yang dapat mengerakgerakkan turun naik tanganya.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (melambai) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang ombak yang diikuti predikat kejar-mengejar menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias ombakdikiasakan penyair sebagai konsep makhluk hidup,seperti manusia ataupun binatang yang lazim menyandang predikat dari kejar-mengejar. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep ombak dihayati sebagai konsep makhluk hidup, seprti manusia dan binatang. Dilihat dari lambang kias ombak yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan terrestrial, karena hakikat kata ombak adalah
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58.
Semilir angin berhembus bawa dendang unggas laut
(58-JL.8-AP.82-Kla)
59.
Dan batu batu karang tertawa ramah bersahabat
(59-JL.8-AP.82-Kla)
gerakan air laut yang turun-naik atau bergulung-gulung (KBBI, 2007:797). Dengan demikian, lambang ombak dapat disebut sebagai konsep hamparan dari air laut yang membuat gerakan naik-turun akibat tertiup angin. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup hamparan terikat oleh bumi seperti, samudra , sungai, gunung, padang pasir dan sebagainya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (ombak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang unggas yang diawali predikat dendang menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias unggasdikiasakan penyair sebagai konsep makhluk hidup,seperti manusia yang dapat berdendang. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep unggas dihayati sebagai konsep makhluk hidup, seprti manusia yang dapat berdendang. Dilihat dari lambang kias unggas yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata unggas adalah hewan bersayap, berkaki dua, berparuh, dan berbulu, serta mencakupi segala jenis burung (KBBI, 2007: 1246). Dengan demikian, lambang unggas dapat disebut salah satu dari jenis binatang. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (unggas) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang batu-batu karang yang diikuti predikasi tertawa ramah menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias batu-batu karangyang merupakan benda mati dikiasakan penyair sebagai konsep makhluk hidup,seperti manusia yang dapat tertawa ramah. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60.
Tak buas lagi ombakmu
(60-JL.8-AP.82-Fra)
dibandingkan tersebut adalah konsep benda matai, seperti batu-batu karang dihayati sebagai konsep makhluk hidup, seprti manusia yang dapat tertawa ramah. Dilihat dari lambang kias batu-batu karang yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata batu-batu karang terbentuk dari reduplikasi kata batu dan diikuti kata karang yang memiliki arti batu kapur di laut yang terjadi dari zat yang dikeluarkan oleh binatang kecil jenis anthozoa (KBBI, 2007: 506). Dengan demikian, konsep batu-batu karang dapat disebut sebagai konsep hamparan yang terikat oleh bumi. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup hamparan yang terikat oleh bumi seperti samudara, sungai, gunung, padang pasir dan lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (batu-batu karang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang ombak pada kalimat “Tak buas lagi ombakmu” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias ombakdikiasakan penyair sebagai konsep benda hidup, seperti binatang yang mempunyai sifat buas atau tidak jinak.Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep ombak dihayati sebagai konsep benda hidup, seprti binatang yang mempunyai sifat buas. Dilihat dari lambang kias ombak yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan terrestrial, karena hakikat kata ombak adalah gerakan air laut yang turun-naik atau bergulung-gulung (KBBI, 2007:797). Dengan demikian, lambang ombak dapat disebut sebagai konsep hamparan dari air laut yang membuat gerakan naik-turun akibat tertiup angin. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup hamparan terikat oleh bumi seperti, samudra , sungai, gunung, padang pasir dan sebagainya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kiasnya (ombak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 61.
Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan
(61-JL.1-AS.83-Kla)
62.
Setan-setan politik
(62-JL.1-AS.83-Fra)
Lambang kasihan pada ungkapan metafora “Banyak persoalan yang datang tak kenal kasihan” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kasihandikiasakan penyair sebagai konsep pengalaman manusia tentang banyaknya masalah yang dihadapi.. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep tak keneal kasihan dihayati sebagai konsep pengalaman manusia tentang peroalan yang banyak menimpanya. Dilihat dari lambang kias tak kenal kasihan yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikatlambang kasihan terpusat dengan lambang kasihan yang memiliki arti rasa iba hati; rasa belas kasih(KBBI, 2007: 512), Dengan demikian, lambang tak kenalkasihan dapat disebut sebagai konsep tak kenal rasaiba hati atau tak kenal rasa belas kasih. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (tak kenal kasihan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang setan-setan diikuti kata politik menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias setan-setan dikiasakan penyair sebagai konsep makluk hidup, seprti manusia yang dapat berpolitik. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep setan dihayati sebagai konsep makhluk hidup, seprti manusia yang dapat berpolitik. Dilihat dari lambang kias setan-setan yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata setan-setan terbentuk dari
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63.
Apakah selamanya politik itu kejam?
(63-JL.1-AS.83-Fra)
64.
Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam
(64-JL.1-AS.83-Fra)
reduplikasi kata setan yang memiliki arti roh jahat yang selalu berusaha menggoda manusia (KBBI, 2007: 1055). Dengan demikian, lambang setan-setan dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak yang tak terlihat wujudnya tetapi keadaanya benar-benar ada. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup segala pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (setan-setan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang kejam yang dikenakan pada subjek politik menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias kejam dikiasakan penyair sebagai konsep politik yang tidak baik hanya menguntungan sebelah pihak. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep predikasi dari makhluk hidup, seperti manusia yang tidak kenal belas kasih dihayati sebagai konsep keadaan politik yang tidak baik hanya menguntungkan sebelah pihak. Dilihat dari lambang kias kejam yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata kejam adalah tidak menaruh belas kasihan; bengis; zalim(KBBI, 2007: 526). Oleh karena itu, konsep kejam dapat disebut sebagai konsep sifat-sifat dalam lingkup manusia yang jahat. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (kejam) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang kambing hitam yang digunakan penyair pada kalimat “Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam” merupakan ungkapan klise, atau ungkapan metafora yang sudah sering digunakan. Hakikat dari kata kambaing adalah binatang pemamah
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65.
Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak
(65-JL.1-AS.83-Fra)
biak dan pemakan rumput (daun-daunan), berkuku genap, tanduknya bergeronggang, biasanya dipelihara sebagai hewan ternak untuk diambil daging, susu (KBBI, 2007: 497), sedangkan hakikat dari kata hitam adalah warna dasar yang serupa dengan warna arang (KBBI, 2007: 405). Oleh karena itu, lambang kambing hitam memiliki makna yang sebenarnya adalah kambing yang berwarna hitam. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kambing hitam memiliki maka kias atau memiliki arti lain dari arti yang sebenarnya. Lambang kias yang digunakan penyair dalam ungkapan metaforis ini sebagai pengalamannya tentang konsep seseorang yang tidak bersalah difitnah melakukan kesalahan. Dalam Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 124) lambang kambing hitam diartikan sebagai orang yang dituduh. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep kambing yang berwarna hitam dihayati sebagai konsep pengalaman manusia yang dituduh melakukan kesalahan. Dilihat dari lambang kias Kambin hitam yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata kambing hitam adalah kambing yang berwarna hitam, seperti yang telah dijelaskan di atas. Dengan demikian, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (kambing hitam) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang congkak yang dikenakan pada subjek negeri menimbulkan makna kias. Dalam ungkpan metaforis ini, lambang kias congkak dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang keadaan suatu negara yang tidak bisa menampung aspirasi suara rakyat. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep negeri dihayati sebagai konsep manusia yang memiliki sifat
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66.
Jarum jam tak mau menunggu maklum rindu
(66-JL.2-AS.83-Kla)
congkak. Fenomena penciptaan metafora juga menggambarkan maksud penyair tentang pengalaman suatu hal abstrak tentang keadaan suatu negara yang tidak bisa menampung aspirasi suara rakyat. Dilihat dari lambang kias congkak yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human karena hakikat kata congkak adalah merasa dan bertindak dengan memperlihatkan diri sangat mulia (pandai, kaya, dan sebagainya); sombong; angkuh (KBBI, 2007:219).Dengan demikian, lambang congkak dapat dikatakan sebagai konsep salah satu sifat yang dimiliki manusia. Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (congkak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang menunggu yang dikenakan pada subjek jarum jam menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias menunggu dikiaskan penyair sebagai konsep predikasi yang dapat diterapkan pada benda mati. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep predikasi dari manusia, seperti menunggu dihayati sebagai predikasi yang dapat diterapkan pada konsep benda mati seperti jarum jam. Fenomena penciptaan metafora tersebut menggambarkan maksud penyair tentang pengalamanya terhadap jarum jam yang menandakan suatu waktu terasa cepat terlewati. Dilihat dari lambang kias menunggu yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human karena hakikat kata menungguterbentuk dari kata dasar tunggu yang memiliki arti tinggal beberapa saat di suatu tempat dan mengharap sesuatu akan terjadi (datang) (KBBI, 2007:1225).dengan demikian, konsep menunggu dapat disebut sebagai predikasi dari manusia. Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67.
Di depan ada polantas wajahnya begitu buas
(67-JL.2-AS.83-Fra)
68.
Dengarlah detak jantung benihku yang ku tanam dirahimmu
(68-JL.3-AS.83-Kla)
contoh kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menunggu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori matafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang buas pada kalimat “ Di depan ada polantas wajahnya begitu buas” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias buas dikiasakan penyair sebagai konsep sifat polantas di Indonesia yang terkenal rakus dengan uang suap dari pengendara yang tidak menaati peraturan lalu lintas. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep buas yang lazimnya sifat dari binatang dihayati sebagai konsep sifat dari oknum polantas. Dilihat dari lambang kias buas yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata buas adalah galak; liar; ganas: binatang (KBBI, 2007:168). Dengan demikian, lambang buas dapat disebut sebagai konsep sifat dari bintang.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (buas) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang benih pada kalimat “Dengarlah detak jantung benihku yang kau tanam di rahimmu” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias benih dikiasakan penyair sebagai konsep calon anak yang masih di dalam rahim ibunya dan biasa disebut dengan janin. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep benih dari suatu tanaman dihayati sebagai konsep janin atau calon anak yang masih di dalam rahim ibunya. Dilihat dari lambang kias benih yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan living, karena hakikat kata benih adalah biji atau
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69.
Kuharap keikhlasanmu sirami benih yang kutabur ditamanmu
(69-JL.3-AS.83-Kla)
70.
Bentuklah segala warna jiwanya diantara lingkup manusia
(70-JL.3-AS.83-Fra)
buah yang disediakan untuk ditanam atau disemaika (KBBI, 2007: 133). Dengan demikian, konsep benih dapat disebut sebagai konsep bagian dari tanaman yang akan disemaikan.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori living dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang dikaitkan dengan kehidupan flora dan sifatnya dapat tumbuh. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (benih) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model Haley Lambang sirami benih yang kutabur ditamanmu pada klausa “Kuharap keikhlasanmu sirami benih yang kutabur ditamanmu” memiliki kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias sirami benih yang ku tabur ditanamanmu dikiasakan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang permintaan seorang calon ayah untuk merawat dan menjaga anaknya yang masih didalam kandungan ibunya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep permintaan seseorang untuk menjaga tanamaan dihayati sebagai konsep pengalaman manusia tentang permintaan seorang calon ayah untuk merawat dan menjaga anaknya yang masih dilam kandungan ibunya. Dilihat dari lambang kias dalam penciptaan ungkapan metaforis di atas merupakan wujud interaksi manusia dengan living, karena hakikat kata benih adalah biji atau buah yang disediakan untuk ditanam atau disemaika (KBBI, 2007: 133). Dengan demikian, lambang benih yang merupakan pusat lambang kias di atas dapat disebut sebagai konsep bagian dari tanaman yang akan disemaikan.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori living dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang dikaitkan dengan kehidupan flora dan sifatnya dapat tumbuh. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (benih) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang warna pada kalimat “Bentuklah segala warna jiwanya diantara lingkup manusia” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias warna yang diikuti kata
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71.
Beri watak baja padanya
(71-JL.3-AS.83-Fra)
jiwanya dikiasakan penyair sebagai konsep bentuk segala macam sifat kepribadian yang baik. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep suatu hal abstrak yaitu warna dihayati sebagai konsep macam-macam sifat kepribadian manusia. Dilihat dari lambang kias warna yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya (KBBI, 2007:1269). Oleh karen itu, lambang warna dapat disebut sebagai konsep suatu pengalam manusia yang abstrak tentang kesan warna dari suatu benda yang dilihatnya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (warna) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang baja pada kalimat “Beri watak baja padanya” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias baja dikiasakan penyair sebagai konsep watak seseorang yang tidak mudah menyerah. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep baja yang keras dan kuat dihayati sebagai konsep watak seseorang yang tidak mudah menyerah. Dilihat dari lambang kias baja yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan object, karena hakikat kata baja adalah logam yang keras (KBBI, 2007: 91). Dengan demikian, lambang baja dapat disebut sebagai konsep suatu benda logam yang bersifat kuat. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori object dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua mineral dan dapat pecah, rusak dan lain-lain. Oleh
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72.
Kalungkan tabah kala derita
(72-JL.3-AS.83-Fra)
73.
Semoga kau tak tuli Tuhan dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya
(73-JL.3-AS.83-Kla)
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (baja) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang tabah pada kalimat “Kalungkan tabah kala derita” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang tabah dikiaskan penyair sebagai konsep perhiasan seperti kalung yang terbuat dari emas, perak yang biasa dikenakan dileher. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep tabah dihayati sebagai perhiasan yang dapat dikalungkan Dilihat dari lambang kias tabah yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata tabah adalah tetap dan kuat hati dalam menghadapi bahaya (KBBI, 2007: 1116). Dengan demikian, lambang tabah dapat disebut sebagai konsep sifat dari manusia yang kuat hati dalam menghadapi bahaya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (tabah) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang Tuhan pada kalimat “Semoga kau tak tuli Tuhan dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang Tuhan dikiaskan penyair sebagai konsep konsep sesorang yang didoakan semoga tidak tuli. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep Tuhan dihayati sebagai konsep manusia. Dilihat dari lambang kias Tuhan yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata Tuhan adalah suatu yang diyakini, dipuja dan disembah oleh manusia sebagai Yang Mahakuasa (KBBI, 2007: 1216). Dengan demikian, Lambang Tuhan
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74.
Serdadu boneka yang malang
(74-JL.4-AS.83-Fra)
75.
Jejak kaki para pengungsi bercengkerama dengan derita
(75-JL.4-AS.83-Kla)
dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak yang hanya bisa diyakini dan diimani manusia atas keberadaanya.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua pengalam manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (Tuhan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, Lambang kias boneka dikiasakan penyair sebagai konsep suatu masyarakat yang keadaanya menderita karena adanya perang. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep boneka dihayati sebagai konsep suatu masyarakat. Dilihat dari lambang kias boneka yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan object, karena hakikat kataboneka adalah tiruan anak untuk permaianan anak-anak (KBBI, 2007: 162). Dengan demikian, lambang booneka dapat disebut sebagai konsep suatu benda yang berupa mainan yang dimainkan anak-anak. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori obejct dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua mineral dan sifatnya dapat pecah, rusak dan lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (boneka) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang kias bercengkerama yang dikenakan pada subjek jejak kaki dan diikuti kata derita derita dikiaskan penyair sebagai konsep pengalaman manusia tentang jejak kaki para pengungsi menggambarkan penderitaan yang dialaminya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep bercengkerama dihayati sebagai konsep keadaan yang menggambarkan penderitaan pengungsi. Dilihat dari lambang kias bercengkerama yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76.
Jejak kaki para pengungsi bercerita pada penguasa
(76-JL.4-AS.83-Kla)
77.
Tentang harapannya yang mati
(77-JL.4-AS.83-Kla)
manusia dengan human, karena hakikat katabercengkerama adalah percakapan untuk menggembirakan hati atau senda gurau (KBBI, 2007: 206). Dengan demikian, lambang bercengkerama dapat disebut sebagai konsep predikasi dari manusia yang sedang bercanda gurau. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (bercengkerama) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang kias bercerita yang dikenakan pada subjek jejak kaki dan diikuti kata pada penguasa menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang bercerita dikiaskan penyair sebagai konsep predikasi yang dapat diterapkan pada jejak kaki. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep predikasi bercerita yang lazimnya diterapkan pada subject manusia dihayati sebagai konsep predikasi yang dapat diterapkan pada jejak kaki. Dilihat dari lambang kias bercerita yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat katabercerita adalah menuturkan cerita (KBBI, 2007: 210). Dengan demikian, lambang bercerita dapat disebut sebagai konsep predikasi dari manusia yang sedang menceritakan suatu cerita, seperti dongeng, dll.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (bercerita) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias mati pada kalimat “ Tentang harapanya yang mati” dikiaskan penyair sebagai konsep suatu harapan yang sudah tiadak ada. Dengan demikian, konsep harapan tersebut dihayati penyair seperti suatu makhluk hidup yang setiap saat dapat mati. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78.
Dengan nafsu yang makin menggila nuklir pun tercipta
(78-JL.4-AS.83-Kla)
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Dilihat dari lambang kias mati yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat katamati adalah sudah hilang nyawanya tidak hidup lagi (KBBI, 2007: 723). Dengan demikian, lambang mati dapat disebut dengan konsep pengalaman manusia yang abstrak tentang konsep mati itu benar-benar adanya. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup segala pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (mati) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang menggila pada kalimat “Dengan nafsu yang makin menggila nuklir pun tercipta” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metafora ini, lambang kias menggila dikiaskan penyair sebagai konsep nafsu manusia yang berlebihan. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep menggila dihayati sebagai konsep berlebihan. Dilihat dari lambang kias menggila yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat katamenggila terbentuk dari kata dasar gila yang memiliki arti menjadi seperti gila tentang sikap dan perbuatan (KBBI, 2007: 363). Dengan demikian, lambang menggila dapat disebut sebagai konsep sikap dan perbuatan yang tidak wajar dari manusia normal. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menggila) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79.
Mana mungkin bisa terwujudkan Semua hanya alasan Semua hanya bohong besar
(79-JL.4-AS.83-Fra)
80.
Didalam kelas penuh dengan obrolan Selalu mengacau laju khayalan
(80-JL.5-AS.83-Fra)
Lambang bohong yang diikuti kata besar menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias bohong dikiaskan sebagai konsep suatu benda kongkrit yang dapat diukur. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep bohong dihayati sebagai konsep suatu benda yang dapat diukur. Dilihat dari lambang kias bohong yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata bohong adalah tidak sesuai dengan hal yang sebenarnya atau dusta (KBBI, 2007: 160). Oleh karena itu, konsep bohong dapat disebut sebagai predikasi manusia yang dapat mengungkapan konsep tersebut.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (bohong) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang khayalan yang diawalai dengan kata laju menimbulkan makna kias.Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias khayalan dikiasakan penyair sebagai konsep kendaran yang melaju. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep khayalan dihayati sebagai konsep suatu kendaraan yang dapat melaju. Dilihat dari lambang kias khayalan yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata khayalan terbentuk dari kata dasar khayal yang memiliki arti lukiasan atau gambaran di dalam angan-anagan atau fantasi (KBBI, 2007: 564). Dengan demikian, lambang khayalan dapat dikatakan sebagai konsep pengalaman manusia tentang angan-angan yang bersifat abstrak tidak berwujud tapi keberadaanya benar ada. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora being yang berkaitan pengalaman suatu hal abstrak dan keberadaanya benar adanya. Oleh karena itu,
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81.
Dari sana pula aku mulai mengenal seraut wajah berisi lamunan
(81-JL.5-AS.83-Kla)
82.
Bibir merekahdan merah selalu basah
(82-JL.5-AS.83-Kla)
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (khayalan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang berisi yang terdapat pada kalimat “Dari sana pula aku mulai mengenal seraut wajah berisi lamunan” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, Lambang kias berisi dikiaskan penyair sebagai konsep suatu pengalaman manusia melihat wajah seseorang yang terlihat melamun. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep berisi dihayati sebagai konsep suatu pengalaman manusia yang melihat wajah seseorang yang sedang melamun. Dilihat dari lambang kias berisi yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata berisi adalah ada isinya; tidak kosong; tidak hampa (KBBI, 2007: 443). Dengan demikian, lambang berisi dapat disebut sebagai konsep suatu pengalaman manusia yang abtrak tentang suatu keadaan.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora being yang mencakup semua pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (berisi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang merekah yang diawali kata bibir menimbulkan makna kias.Dalam ungkapan metaforis ini, Lambang kias merekah dikiaskan penyair sebagai konsep bibir yang bewarna merah merona seperti bunga yang baru mekar. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep merakah yang merupakan sifat bungadihayati sebagai konsep bibir yang bewarna merah merona karena memakai lipstik. Dilihat dari lambang kias merekah yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan living, karena hakikat kata merekah adalah mulai
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83.
Datang mengetuk pintu hatiku
(83-JL.5-AS.83-Fra)
84.
Keras melebihi gelegar halilintar yang ganasmenyambar
(84-JL.6-AS.83-Fra)
mekar (tentang bunga) (KBBI, 2007: 941). Dengan demikian, lambang merekah dapat disebut sebagai konsep yang dikaitkan dengan semua kehidupan flora dan segala predikasinya. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora living yang mencakup dengan semua kehidupan flora dan segala predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (merekah) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang hatiku yang diawali kata pintu menjadi kias.Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias hatiku, dikiasakan penyair sebagai konsep sebuah ruangan yang berpintu. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep hatiku dihayati sebagai konsep sebuah ruangan yang berpintu, seperti rumah. Dilihat dari lambang kias hatiku yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata hatiadalah alat organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian atas rongga perut (KBBI, 2007:392). Dengan demikian, lambang hati dapat dikatakan sebagai konsep salah satu organ tubuh dari makhluk hidup, seperti manusia dan binatang.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menghayati dengan perasaanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (hati) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang ganas yang dikenakan pada subjek halilintar menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias ganas dikiasakan penyair sebagai konsephalilintar berbunyi keras sehingga menyebabkan rasa takut. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep ganas dihayati sebagai konsep halilintar yang berbunyi keras sehingga menimbulkan
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85.
Mari kita hentikan dansa mereka dengan memberi sinar matahari
(85-JL.6-AS.83-Fra)
86.
Terkurung gedung-gedung tinggi
(86-JL.6-AS.83-Fra)
rasa takut. Dilihat dari lambang kias ganas yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata ganas adalah galak suka menyerang atau melawan dan sebagainya (KBBI, 2007: 330). Dengan demikian, lambang ganas dapat disebut dari predikasi dari manusia yang memiliki sisi negatif seperti galak, suka melawan dan lain-lain. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (ganas) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias matahari dikiasakan penyair sebagai konsep suatu nasehat. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep matahari dihayati sebagai konsep suatu nasehat. Dilihat dari lambang kias matahari yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan cosmos, karena hakikat kata matahari adalah benda angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan panas pada bumi di siang hari (KBBI, 2007: 722).dengan demikian, lambang matahari dapat disebut sebagai konsep sebuah benda angkasa yang menggunakan ruang di sana. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora cosmos yang tidak hanya ada melainkan mempati ruang di jagad raya, seperti bulan, bumi, matahari dan lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (matahari) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang gedung-gedung yang di awalai kata terkurung menimbulkan makna kias. Lambang kias itu, dikiaskan sebagai konsep suatu kurungan yang sifatnya mengurung.
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87.
Nampak merangkak degup jantung
(87-JL.6-AS.83-Kla)
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep gedung-gedung dihayati sebagai konsep kurangan yang sifatnya mengurung. Dilihat dari lambang kias gedung-gedung yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan object, karena hakikat kata gedung-gedung terbentuk dari adanya reduplikasi dari kata gedung yang memiliki arti bangunan tembok yang besar sebagai tempat kegiatan, seperti kantor, sekolah dll (KBBI, 2007: 342). Dengan demikian, lambang gedung dapat disebut sebagai bangunan besar yang terbuat dari tembok sebagai tempat segala aktivitas dari manusia. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora object yang mencakup dari semua mineral yang sifatnya dapat pecah, rusak dan sejenisnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (gedung-gedung) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang merangkak yang diikuti kata degup jantung dikiasakan penyair sebagai konsep suatu gerakan degup jantung yang bergerak lamban. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep merangkak dihayati sebagai konsep suatu gerakan degup jantung yang bergerak lamban. Dilihat dari lambang kias merangkak yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata merangkak adalah bergerak dengan bertumpu pada tangan dan lutut (KBBI, 2007: 928). Oleh karena itu, konsep merangkak dapat disebut dengan konsep predikasi dari manusia, seperti balita, ataupun seorang tentara. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menadahi sesuatu. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(merangkak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 88.
Tak sanggup aku melihat lukamu kawan dicumbu lalat
(88-JL.6-AS.83-Kla)
89.
Sentuhan anginwaktu siang kibarkan satu kain bendera usang
(89-JL.7-AS.83-Fra)
Lambang dicumbu yang terdapat pada kalimat “Tak sanggup aku melihat lukamu kawan dicumbu lalat”menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias dicumbu dikiasakan penyair sebagai konsep predikasi yang dapat diterapkan pada subjek lalat. Fenomena tersebut mengambarkan maksud penyair tentang konsep lalat yang menghinggapi luka dihayati seperti manusia yang saling bercumbu. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep dicumbu lalat dihayati sebagai konsep lalat yang menghinggapi luka. Dilihat dari lambang kias dicumbu yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata dicumbu terbentuk dari kata dasar cumbu yang memiliki arti kata-kata manis yang dipakai untuk membujuk seorang kekasih (KBBI, 2007: 223). Dengan demikian, konsep dicumbu dapat disebut predikasi dari manusia yang sedang membujuk. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menadahi sesuatu. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (dicumbu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, angin dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang dapat mengibarkan bendera. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep angin dihayati sebagai konsep manusia. Dilihat dari lambang kias angin yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan energy, karena hakikat kata angin adalahgerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah (KBBI, 2007: 49).
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90.
Kadar cintamereka tak terhitung besarnya
(90-JL.7-AS.83-Fra)
91.
Harapan tertanam
(91-JL.7-AS.83-Kla)
Dengan demikian, lambang angin dapat disebut sebagai konsep gerekan udara.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora energy yang tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya bergerak. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (angin) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, kata cinta merupakan hal abstrak dan benar adanya itu diawali kata kadar menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiasakan penyair sebagai konsep zat yang dapat diukur seperti zat cair, padat dan sejenisnya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep cinta suatu hal abstrak dan benar adanya dihayati sebagai konsep suatu hal zat yang dapat diukur seperti zat cair, padat dan sejenisnya. Dilihat dari lambang kias cinta yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata cinta adalah suka sekali, sayang benar (KBBI, 2007: 214). Dengan demikian, konsep cinta dapat disebut sebagai pengalaman suatu hal abstrak yang keberadaanya benar adanya. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora being yang berkaitan pengalaman suatu hal abstrak yang keberadaanya benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (cinta) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias tertanam yang diawali kata harapan menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiasakan penyair sebagai konsep harapan yang masih ada. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep tertanam seperti benih suatu tumbuh-tumbuhandihayati sebagai konsep predikasi harapan yang masih ada. Dilihat dari lambang kias tertanam yang digunakan penyair dalam
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92.
Debu yang ada diatas kulit tubuh ini saksi bisu
(92-JL.8-AS-Kla)
93.
Menampung setiap ungkapan
(93-JL.8-AS.83-Fra)
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan living, karena hakikat kata tertanam terbentuk dari kata dasar tanam yang memiliki arti melakukan pekerjaan tanammenanam, sepeti petani (KBBI, 2007: 1133). Dengan demikian, konsep tertanam dapat disebut dengan konsep predikasi dari kehidupan flora. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora living yang berkaitan semua kehidupan floraikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (tertanam) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model Haley Dalam ungkapan metaforis ini, predikasi saksi bisu yang dikenakan pada subjek debu menimbulkan makna kias. Lambang kias debu tersebut dikiaskan penyair sebagai manusia yang dapat bersaksi tetapi tidak dapat berkata-kata. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep debu dihayati sebagai konsep manusia bisu yang jadi saksi. Dilihat dari lambang kias debu yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat debu adalah serbuk halus dari tanah dan sebagainya (KBBI, 2007: 243). Dengan demikian, lambang debu dapat disebut sebagai pengalaman manusia yang abstrak tentang konsep debu yang tak terlihat secara langsung oleh indra karena terbentuk dari serbuk halus dari tanah.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora being yang mencakup dari pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (debu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang menampung diikuti kata ungkapan menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiasakan penyair sebagai konsep sesorang (sahabat) yang mendengarkan dan memahami sebuah keluhan. Hal tersebut, mengambarkan tentang
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94.
Mendekap semua keluhan
(94-JL.8-AS.83-Fra)
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep menampung sebagai konsep mendengarkan sebuah ungkapan keluhan. Dilihat dari lambang kias menampung yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat menampung terbentuk dari kata dasar tampung yang memiliki arti menadah sesuatu yang jatuh bertitik, tercurah, dan sebagainya dari atas (KBBI, 2007: 1132). Dengan demikian, lambang menampung dapat disebut sebagai konsep predikasi dari manusia yang menadahi sesuatu yang tercurah atau tertitik dari atas. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menadahi sesuatu. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menampung) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarkir ruang persepsi model Haley Dalam ungkapan metaforis ini, lambang mendekap diikuti kata keluhan menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiaskan penyair sebagai konsep sesorang (sahabat) yang mendengarkan dan memahami sebuah keluhan. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep mendekap sebagai konsep predikasi dari manusia dihayati sebagai sesorang (sahabat) yang mendengarkan dan memahami sebuah keluhan. Dilihat dari lambang kias mendekap yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat mendekap adalah memeluk (KBBI, 2007: 246). Dengan demikian, lambang mendekap dapat disebut sebagai konsep predikasi dari manusia. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menghayati dengan perasaanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (mendekap)
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 95.
Menangkap tawa merebut duka
(95-JL.8-AS.83-Fra)
96.
Satu cerita dua manusia terlibat dalam amuk asmara
(96-JL.8-AS.83-Fra)
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang tawa yang diawali kata menangkap menimbulkan makna kias. Begitu juga dengan kata duka yang diikuti kata merebut. Kedua hal itu, dikiasakan penyair sebagai konsep sesorang yang dapat menghibur sahabatnya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep tawa dan duka dihayati sebagai konsep suatu benda yang dapat di tangkap dan direbut. Dilihat dari lambang kias tawa dan duka yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata tawa adalah ungkapan rasa gembira, senang, geli dsb dengan mengeluarkan suara melalui alat ucap (KBBI, 2007: 1150), sedangkan kata duka adalah susah hati; sedih hati (KBBI, 2007: 278). Dengan demikian, lambang tawa dan duka dapat disebut dengan konsep hasil penhayatan seseorang terhadap suana disekitarnya. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menghayati dengan perasaanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (tawa dan duka) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam haierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang asmara yang diawali kata amuk menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiaskan sebagai pengalaman penyair tentang keadaan perasaan yang saling tersakiti akibat jalinan asmaranya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep asmara yang merupakan konsep abstrak suatu pengalaman sesorang tentang rasa tertarik dengan lawan jenisnya dihayati sebagai konsep sesorang yang dapat mengamuk.
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97.
Sejuta lumba lumba mengawasi cemas
(97-JL.9-AS.83-Kla)
98.
Risau camar membawa kabar
(98-JL.9-AS.83-Kla)
Dilihat dari lambang kias asmara yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata asmara adalah perasaan senang kepada lain jenis atau rasa cinta (KBBI, 2007: 71). Dengan demikian, lambang asmara dapat disebut dengan konsep abstrak pengalaman seseorang tentang perasaan senang kepada lain jenis atau rasa cinta yang benar adanya.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora being yang mencangkup konsep abstrak dan keberadaanya benar-benar ada.Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (asmara) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang lumba-lumba yang diikuti predikasi mengawasi cemasmenimbulkan makna kias. Hal itu, dikiaskan penyair sebagai konsep sesorang dapat mengawasi cemas. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep lumba-lumba yang merupakan salah satu dari jenis binatang mamalia lautdihayati sebagai konsep sesorang yang dapat mengawasi cemas. Dilihat dari lambang kias lumba-lumba yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata lumba-lumba adalah binatang mamalia laut sejenis ikan paus, bergigi kecil dengan moncong yang panjang (KBBI, 2007: 688). Dengan demikian, konsep lumba-lumba dapat disebut sebagai salah satu jenis binatang mamalia laut.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora animate yang memiliki contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (lumba-lumba) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley Dalam ungkapan metaforis ini, Lambang camar yang diikuti predikasi membawa kabarmenimbulkan makna kias. Hal itu, dikiaskan penyair sebagai konsep sesorang dapat membawa kabar
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99.
Risau camar memberi salam
(99-JL.9-AS.83-Kla)
atau pesan yang akan disampaikan. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep camar yang merupakan salah satu jenis burungdihayati sebagai konsep sesorang dapat membawa kabar atau pesan yang akan disampaikan. Dilihat dari lambang kias camar yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata camar adalah burung yang berwarna putih keabu-abuan, berparuh panjang dan runcing (KBBI, 2007: 189) Dengan demikian, lambang camar dapat disebut sebagai salah satu jenis burung. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora animate yang memiliki contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (camar) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang camar yang diikuti predikasi memberi salam menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiaskan penyair sebagai konsep sesorang dapat memberi salam. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan katakata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep camar yang merupakan salah satu jenis burungdihayati sebagai konsep manusia yang memberi salam. Dilihat dari lambang kias camar yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat kata camar adalah burung yang berwarna putih keabu-abuan, berparuh panjang dan runcing (KBBI, 2007: 189) Dengan demikian, lambang camar dapat disebut sebagai salah satu jenis burung. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora animate yang memiliki contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (camar) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100.
Jilat api dan jerit penumpang kapal
(100-JL.9-AS.83-Fra)
101.
Tampomas hati siapa yang tak panas
(101-JL.9-AS.83-Fra)
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang api yang diawali kata jilatmerupakan ungkapan klise atau sering digunakan. Pernyataan tersebut sesuai dalam Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 21) lidah api mulai menjilat memiliki makna ujung nyala api. Hal itu, dikiaskan penyair sebagai manusia atau binatang yang memiliki lidah sehingga dapat menjilat. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep api yang merupakan sumber energidihayati sebagai konsep manusia yang mempunyai lidah sehingga dapat menjilat. Dilihat dari lambang kias api yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud inetaraksi manusia dengan energy, karena hakikat kata api adalah panas dan cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakar nyala (KBBI, 2007: 60). Dengan demikian, konsep api dapat dikatakan sebagai suatu sumber energi yang menimbulkan panas atau cahaya. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora energy yang tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya bergerak. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (api) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Lambang hati yang diikuti klausa siapa yang tak panasmenimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias hati dikiaskan penyair sebagai konsep perasaan seseorang yang jengkel, kecewa dsb. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep hati yang merupakan organ manusiadihayati sebagai konsep suatu perasaan sesorang. Dilihat dari lambang kias hati yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata hatiadalah alat organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian atas rongga perut (KBBI, 2007:392).Dengan demikian, lambang hati dapat dikatakan sebagai konsep salah satu organ tubuh dari makhluk hidup, seperti manusia dan binatang.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menghayati dengan perasaanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (hati) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
Yogyakarta, 08 Maret 2017 Triangulator hasil pengumpulan data dan analisis data
Drs. B, Rahmanto, M.Hum.
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4 Hasil Pengkategorian Data
Pengkategorian Data Hasil pengkategorian data ungkapan metafora berdasarkan kesesuaian kriteria lambang kias dengan kriteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley. A. Kategori Being Predikasi
: ada (pengalaman manusia yang abstrak)
Contoh nomina : kebenaran, kasih, cinta 1.
Tuhanterlalu cepat semua kau panggil satu-satunya yang tersisa proklamator tercinta (04JL.3-ASM.81-Kla)
2.
Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra)
3.
Membelah malammendung yang selalu datang (12-JL.7-ASM.81-Fra)
4.
Merah membara tertanam wibawa (25-JL.10-ASM.81-Kla)
5.
Putihmu suci penuh karisma (26-JL.10-ASM.81-Fra)
6.
Tangisan pertamamu ditandai BBM tinggi(32-JL.1-AP.82-Fra)
7.
BBM tinggi susu tak terbeli (33-JL.1-AP.82-Fra)
8.
Apa yang tersembunyi dibalik manis senyummu (41-JL.3-AP.82-Fra)
9.
Jalan gelap yang kau pilih penuh lubang dan mendaki (43-JL.3-AP.82-Fra)
10. Oh jelas kami kecewa menatap rimba yang dulu perkasa(45-JL.4-AP.82-Fra) 11. Inilah manusia dengan segala macamwarna hidupnya (50-JL.5-AP.82-Fra) 12. Tak bermata pandang dunia dengan jiwa(53-JL.7-AP.82-Kla) 13. Setan-setan politik(62-JL.1-AS.83-Fra) 14. Bentuklah segala warna jiwanya diantara lingkup manusia (70-JL.3-AS.83-Fra) 15. Semoga kau tak tuli Tuhan dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya (73-JL.3-AS.83-Kla) 16. Tentang harapannya yang mati(77-JL.4-AS.83-Kla) 17. Mana mungkin bisa terwujudkan semua hanya alasan semua hanya bohong besar (79-JL.4-AS.83-Fra)
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18. Didalam kelas penuh dengan obrolan selalu mengacau laju khayalan(80-JL.5-AS.83-Fra) 19. Dari sana pula aku mulai mengenal seraut wajah berisi lamunan(81-JL.5-AS.83-Kla) 20. Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya (90-JL.7-AS.83-Fra) 21. Debu yang ada diatas kulit tubuh ini saksi bisu (92-JL.8-AS.83-Kla) 22. Satu cerita dua manusia terlibat dalam amuk asmara (96-JL.8-AS.83-Fra)
B. Kategori Cosmos Predikasi
: menggunakan ruang
Contoh nomina : matahari, bumi, bulan, langit 1.
Cepatlah besarmatahariku (34-JL.1-AP.82-Fra)
2.
Mari kita hentikan dansa mereka dengan memberi sinar matahari(85-JL.6-AS.83-Fra)
C. Kategori Energy Predikasi
: bergerak, menempati ruang
Contoh nomina : cahaya, angin, api 1.
Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra)
2.
Sinar matamu tajam namun ragu (22-JL.10-ASM.81-Fra)
3.
Dalam hati yang bimbang berdoa beriterang jalan anak hamba (10-JL.4-ASM.81-Fra)
4.
Dengan sorot mata yang keduanya buta (13-JL.7-ASM.81-Fra)
5.
Sinar terang lampu merkuri pasti akan engkau dapati(52-JL.7-AP.82-Kla)
6.
Sentuhan anginwaktu siang kibarkan satu kain bendera usang (89-JL.7-AS.83-Fra)
D. Kategori Substance Predikasi
: lembam
Contoh nomina : semacam gas 1.
O Tuhan beri setetes rejeki(09-JL.4-ASM.81-Fra)
2.
Pernahkah tuan renungkan harga keringatnya (48-JL.5-AP.82-Fra)
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Kategori Terrestrial Predikasi
: terhampar
Contoh nomina : gunung, sungai, laut 1.
Pulau-pulau yang berpencar bersatu dalam kibarmu (27-JL.10-ASM.81-Kla]
F. Kategori Object Predikasi
: pecah, rusak
Contoh nomina : semua benda, mineral 1.
Dan segumpal harapan kapankah datang tuan berkantong tebal (08-JL.4-ASM.81-Fra)
2.
Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah pedang(38-JL.2-AP.82-Fra)
3.
Pedang tajam wanita ditendang(39-JL.2-AP.82-Fra)
4.
Tukang sapu bawa sapu juga disapu kok bisa begitu(49-JL.5-AP.82-Kla)
5.
Beri watak baja padanya (71-JL.3-AS.83-)
6.
Serdadu boneka yang malang (74-JL.4-AS.83-Fra)
7.
Terkurung gedung-gedung tinggi (86-JL.6-AS.83-Fra)
G. Kategori Living Predikasi
: tumbuh
Contoh nomina : semua kehidupan dunia flora 1.
Nada merambatpelan dikesunyian malam (17-JL.9-ASM.81-Kla)
2.
Berkibarlah benderaku singkirkan benaludi tiangmu (29-JL.10-ASM.81-Kla)
3.
Dengarlah detak jantung benihku yang ku tanam dirahimmu (68-JL.3-AS.83-Kla)
4.
Kuharap keikhlasanmu sirami benih yang kutabur ditamanmu(69-JL.3-AS.83-Kla)
5.
Bibir merekahdan merah selalu basah (82-JL.5-AS.83-Kla)
6.
Harapan tertanam(91-JL.7-AS.83-Kla)
H. Kategori Animate Predikasi
: berjalan, lari
Contoh nomina : semua kehidupan dunia fauna 1.
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang s'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang (02-JL.2-ASM.81-Fra)
2.
Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal (07-JL.4-ASM.81-Fra)
3.
Bermacamsuku berbeda bersatu dalam cengkeramanmu(23-JL.10-ASM.81-Kla)
4.
Terbanglah garudaku singkirkan kutu-kutu di sayapmu(28-JL.10-ASM.81-Kla)
5.
Bukanlah rumus kode buntut(30-JL.10-ASM.81-Fra)
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Tabir gelap yang dulu hinggap(40-JL.3-AP.82-Kla)
7.
Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang(47-JL.5-AP.82-Kla)
8.
Kala sisa ombak merayap (54-JL.8-AP.82-Kla)
9.
Terasa panas menyengat(55-JL.8-AP.82-Kla]
10. Semilir angin berhembus bawa dendang unggas laut (58-JL.8-AP.82-Kla) 11. Tak buas lagi ombakmu (60-JL.8-AP.82-Fra) 12. Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam (64-JL.1-AS.83-Fra) 13. Di depan ada polantas wajahnya begitu buas(67-JL.2-AS.83-Fra) 14. Keras melebihi gelegar halilintar yang ganas menyambar (84-JL.6-AS.83-Fra) 15. Sejuta lumba-lumba mengawasi cemas (97-JL.9-AS.83-)
I. Kategori Human Predikasi
: berpikir, mempunyai intelegensia
Contoh nomina : manusia dengan segala tingkah lakunya 1.
Empat tahun lamanya bergelut dengan buku 'tuk jaminan masa depan (01-JL.1-ASM.81-Fra)
2.
Jadi guru jujur berbakti memangmakan hati (03-JL.2-ASM.81-Fra)
3.
Bernisan bangga, berkafan doa dari kami yang merindukan orang sepertimu (06-JL.3-ASM.81-Fra)
4.
Dan burung burung bangkai berdansa senang(14-JL.8-ASM.81-Kla)
5.
Di ujung lainya wabah busung menyerang(15-JL.8-ASM.81-Kla)
6.
Deting piano kala jemari menari(16-JL.9-ASM.81-Fra)
7.
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya (18-JL.9-ASM.81-Kla)
8.
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata (19-JL.9-ASM.81-Kla)
9.
Namun senyummu tetap mengikuti(21-JL.9-ASM.81-Kla)
10. Angin genit mengelus merah putihmu (24-JL.10-ASM.81-Kla) 11. Terompet tahun baru menyambutmu (31-JL.1-AP.82-Kla) 12. Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku (35-JL.1-AP.82-Fra) 13. Doa kami di nadimu (36-JL.1-AP.82-Fra) 14. Tuan yang merasa hidung belang keranjingan main perempuan (37-JL.2-AP.82-Fra) 15. Apa yang tersembunyi dibalik bening dua matamu (42-JL.3-AP.82-Fra)
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16. Tawa kelakar badut-badut serakahtanpa HPH berbuat semaunya (44-JL.4-AP.82-Fra) 17. Bencana erosi selaludatang menghantui(46-JL.4-AP.82-Kla) 18. Namun jangan padam ambisi (51-JL.7-AP.82-Fra) 19. Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan(61-JL.1-AS.83-Kal) 20. Apakah selamanya politik itu kejam? (63-JL.1-AS.83-Fra) 21. Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak(65-JL.1-AS.83-Fra) 22. Jejak kaki para pengungsi bercengkerama dengan derita(75-JL.4-AS.83-Kla) 23. Jejak kaki para pengungsi bercerita pada penguasa(76-JL.4-AS.83-Kla) 24. Dengan nafsu yang makin menggila nuklir pun tercipta (78-JL.4-AS.83-Kla) 25. Datang mengetuk pintu hatiku(83-JL.5-AS.83-Fra) 26. Nampak merangkak degup jantung (87-JL.6-AS.83-Kla) 27. Tak sanggup aku melihat lukamu kawan dicumbu lalat (88-JL.6-AS.83-Kla) 28. menampung setiap ungkapan (93-JL.8-AS.83-Fra) 29. Mendekap semua keluhan (94-JL.8-AS.83-Fra) 30. Menangkap tawa merebut duka(95-JL.8-AS.83-Fra) 31. Tampomas hati siapa yang tak panas (101-JL.9-AS.83-Fra)
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Yonatan anak kedua dari empat bersaudara, lahir di Tegal Arum pada tanggal 11 Juni 1991. Pada tahun ajaran 2002/2003 menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 198 Kabupaten Tebo, kemudian pada tahun ajaran 2005/2006 menyelesaikan pendidikan menegah pertama di SMP Negeri 6 Kabupaten Tebo, dan pada tahu ajaran 2008/2009 menyelesaikan pendidikan menegah atas di SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo. Pada tahun 2012, peneliti melanjutkan studi di progam Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama menjadi mahasiswa PBSI, Penulis aktif mengikuti dan terlibat aktif di berbagai kegiatan baik di dalam prodi maupun di luar prodi. Pada tahun periode 2014/2015 penulis tercatat sebagai Koordinator Devisi Pemilu Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
185