ANALISIS LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ade Ira Nurjanah NIM. 1112016200015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
LEMBAR PENGESAIIAN Skripsi berjudul Analisis Level Metakognitif Siswa dalam Memecahk*n Masilah padl Materi Kelrrutan dan Hasil KaIi Kelamtan disusun oleh Ade
Ira Nurjanah, NIM. l1120rc2}00l5, Program Studi Pendidikan Kimia,
Jurusan
Pendidikan IPA, Fakultas IImu Tarbiyah dan KeguruarS Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbin$n dan dinyatakan sah sebagai karya ihniah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
J
akarta, 1 3 Desemb er 201 6
Yang mengesahkan,
;(t I Y-'-'--= -A*-.J.--t -. il
PemQimbing
Burhanudin Milama. M.Pd NIP.19770201 200801 I 001
Pembimbing II
4*
Dila Fairusi. M.Si
NIP. 19850330 201503 2 003
i i i
KEMENTERIAN AGAMA UTN JAKARTA 95 Ciputat 1-i112
FITK-FR-AKD-089
Ha1
t/t
-1'gl.
FORM GR)
FITK
jl- lr. H. .luanda No
I)okumen : 1'erbit : : No. Itevisi:
No.
Inddvda
1
Maret 2010
01
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah
ini,
Nama
Ade Ira Nurjanah
Tempat/Tgl.Lahir
Serang, 30 Januari 1995
NIM
11
Jurusan
i Prodi
1201620001
5
Pendidikan Kimia
Analisis Level Metakognitif Siswa dalam Memecahkan
Judul Skripsi
Masalah pada Materi Kelarutan dan Hasil KaIi Kelarutan Dosen Pembimbing
:
1.
Burhanudin Milama, M.Pd
2.Dila Fairusi" M.Si dengan
ini menyatakan bahwa skripsi yang
saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan
ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta. 14 Desember 2016 Mahasiswa Ybs.
Ade Ira Nurianah NIM. 1112016200015
ABSTRAK Ade Ira Nurjanah, NIM. 1112016200015, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul: Analisis Level Metakognitif Siswa dalam Memecahkan Masalah pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI IPA 2 SMAN 9 Tangerang Selatan Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Dalam memecahkan masalah kimia, memerlukan keterlibatan metakognitif. Setiap siswa memiliki kemampuan metakognitif yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan dengan subjek penelitian sebanyak 33 siswa dari kelas XI IPA 2. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif sehingga datanya berupa hasil tes essai. Hasil tes essai tersebut dianalisis dan ditentukan level metakognitifnya berdasarkan indikator yang telah dibuat. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Aware Use, sebanyak 63,64 % siswa berada pada level metakognitif Strategic Use dan sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Relective Use. Siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas berada pada level metakognitif Reflective Use. Siswa yang memiliki hasil belajar yang sedang di dalam kelas berada pada level metakognitif Strategic Use. Dan siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah di dalam kelas berada pada level metakognitif Aware Use. Rata-rata level metakognitif siswa berada pada level metakognitif Strategic Use, karena rata-rata siswa dapat menggunakan dan menyadari strategi yang tepat dalam menyelesaikan masalah, tidak hanya mampu memahami masalah. Kata Kunci: pemecahan masalah, level metakognitif, hasil belajar.
v
ABSTRACK Ade Ira Nurjanah, NIM. 1112016200015, Chemical Departement, The Faculty of Tarbiya and Education, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Analysis of Students Metacognitive Level on Solving Probem of Molarity and Molarity Times. A Descriptive Quantitative Research in XI Science of SMAN 9 Tangerang. Metacognitive is knowledge and understanding of cognitive process, or knowledge of mind and it’s work. Metacognitive is needed on solving problem. Every single of students has different metacognitive abilities. This research is to describe students metacognitive level on solving chemicals molarity problem. This research was held in SMAN 9 Tangerang, by 33 students of XI science 2 as the subject research. This research is a quantitative descriptive by the essay results as the data. This results is analyzed and the metacognitive level is stated based on the indicators. As the results of this research is 18,18% students are in Aware Use level, 63,64% in metacognitive Strategic Use level and 18,18% in metacognive Reflective Use level. Metacognitive Reflecive Use are the level for the high score students. Metacognitive Strategic Use are for middle score students. And metacognitive Aware Use for the low score students. Metacognitive Strategic Use level as the average. Most of the students be able to use and realized the right strategy on solving problems. Key word: solving problem, metacognitive level, learning results.
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam dan junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman. Skripsi
yang berjudul
Analisis
Level
Metakognitif
Siswa
dalam
Memecahkan Masalah pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku dosen pembimbing I sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Salamah Agung, S.Si, Apt, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik.
4.
Ibu Dila Fairusi, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Ahmad Nana Mahmur, M.Pd selaku kepala sekolah tempat penulis melakukan penelitian.
6.
Bapak Rudinanto, S.Pd selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum di sekolah tempat penulis melakukan penelitian.
7.
Seluruh Siswa/Siswi Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Tengerang Selatan sebagai subjek penelitian.
8.
Ayahanda dan ibunda tercinta. Berkat didikan, doa, dan pengorbanan keduanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. vii
9.
Achmad
Asep
Saepullah
selaku
kakak
yang
tak
henti-hantinya
mengingatkan, memotivasi, dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10.
Adik-adik tersayang yang selalu menghibur dan memberikan dorongan semangat penulis.
11.
Teman-teman terdekat. Rian raditya, Qurotul aina, Mutia angraeni, Siti masitoh, Ipa ida rosita, Farhatunnisa, Eka yulli kartika, dan yang lainnya yang selalu memberi dukungan semangat dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.
12.
Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2012 khususnya mahasiswa pendidikan kimia kelas A yang telah membantu penulis dengan berbagai pendapat dan tenaganya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
13.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Ungkapan kata memang tidak akan cukup untuk kebaikan kalian semua.
Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat. Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh pada kesempurnaan, baik dari segi isi, susunan kalimat dan sistematika penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang terdahulu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah melimpahkan rahmat, taufik,dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal alamin
Jakarta, Desember 2016
Ade Ira Nurjanah
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv ABSTRAK ...................................................................................................... v ABSTRACK ................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5 D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5 E. Tujuan Penelitan
............................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian
.......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pemecahan Masalah .................................................... 7 2. Langkah-langkah dalam Pemecahan Masalah
........................... 8
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah ............. 10 4. Rintangan Dalam Memecahkan Masalah ..................................... 11 5. Metakognitif
............................................................................... 12
6. Level Metakognitif ...................................................................... 16 B. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 1.
Kelarutan .................................................................................... 18
2.
Tetapan Hasil Kali Kelarutan ....................................................... 19 ix
3.
Hubungan Antara Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan ............. 20
4.
Pengaruh Penambahan Ion Senama Terhadap Kelarutan ............ 20
5.
Pengaruh pH terhadap Kelarutan
6.
Reaksi Pengendapan ..................................................................... 21
.............................................. 21
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 21 D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 26 B. Metode Penelitian
............................................................................... 26
C. Alur Penelitian
............................................................................... 26
D. Populasi dan Sampel
.......................................................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian
................................................................. 27
.......................................................................... 27
G. Kalibrasi Instrumen ............................................................................... 28 H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 30 BAB IV HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................... 34 B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 36 1. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Tinggi ....................... 36 2. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Sedang ...................... 42 3. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Rendah....................... 51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 58 B. Saran .................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60 LAMPIRAN .................................................................................................... 64
x
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Indikator Soal Instrumen Tes ........................................................ 27 Tabel 3.2 : Kriteria Reliabilitas ....................................................................... 29 Tabel 3.3: Kriteria Tingkat Kesukaran............................................................. 30 Tabel 3.4: Kriteria Daya Beda ........................................................................ 30 Tabel 3.5: Kriteria Penentuan Kategori ........................................................... 31 Tabel 3.6: Kriteria Level Metakognitif ............................................................ 31 Tabel 4.1: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa ............................................... 34 Tabel 4.2: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi ................. 35 Tabel 4.3: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang ............... 35 Tabel 4.4: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah ................ 36 Tabel 4.5: Analisis Per-butir Soal Kelompok Tinggi ...................................... 36 Tabel 4.6: Analisis Per-butir Soal Sedang ....................................................... 42 Tabel 4.7: Analisis Per-butir Soal Kelompok Rendah ..................................... 51
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1: Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 25 Gambar 3.1: Bagan Alur Penelitian ................................................................. 26 Gambar 4.1: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi ................ 39 Gambar 4.2: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi ................ 40 Gambar 4.3: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 45 Gambar 4.4: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 47 Gambar 4.5: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 49 Gambar 4.6: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah ............... 53 Gambar 4.7: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah ............... 55
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Tes Level Metakognitif ............................ 64 Lampiran 2: Rubrik Penilaian ........................................................................ 68 Lampiran 3: Instrumen Tes Level Metakognitif Sebelum Validasi ............... 84 Lampiran 4: Hasil Validitas Dosen Ahli ........................................................ 86 Lampiran 5: Hasil Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran & Daya Beda (Anates) ...................................................................................... 134 Lampiran 6: Instrumen Tes Level Metakognitif Sesudah Validasi .............. 139 Lampiran 7: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa ............................................ 140 Lampiran 8: Hasil Belajar dan Hasil Tes Level Metakognitif ...................... 144 Lampiran 9: Hasil Tes Level Metakognitif Tiap Kelompok ......................... 145 Lampiran 10: Hasil Tes Level Metakognitif Per-butir Soal.......................... 147 Lampiran 11: Lembar Uji Referensi ............................................................. 150 Lampiran 12: Foto-Foto Penelitian ............................................................... 150
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pembenahan mutu pendidikan terus-menerus dilakukan oleh pemerintah
demi terciptanya suatu negara yang berkualitas serta mampu bersaing dengan negara-negara lain. Salah satunya melalui perubahan kurikulum. “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (LeKDiS, 2005, hal. 11). Kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Saat ini
kurikulum yang baru saja
diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Di dalam kurikulum 2013, salah satu kecerdasan yang dituntut adalah kecerdasan metakognitif siswa. Tuntutan terhadap kecerdasan metakognitif itu disebutkan dalam kompetensi inti nomor 3 yang berbunyi “memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah” (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 10). Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya (Desmita, 2010, hal. 132). Kecerdasan metakognitif diperlukan dalam pemecahan masalah khususnya pemecahan masalah kimia. “Kimia adalah ilmu yang mempelajari bagaimana benda atau materi di alam raya dapat diubah dari bentuk yang ada dengan sifat-
2
sifat tertentu menjadi bentuk-bentuk lain dengan sifat-sifat yang berbeda” (Petrucci, 1985, hal. 1). Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2009) mengemukakan bahwa: Mata pelajaran kimia berorientasi pada misi utamanya, yaitu: pengembangan kenetraan (literasi kimia); memperkenalkan kimia kepada siswa sekolah menengah agar mereka memiliki pondasi yang memadai dan tertarik untuk mempelajari kimia atau disiplin lain yang terkait diperguruan tinggi; pengembangan kemampuan berpikir ilmiah, dalam pengertian penumbuhan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan cara berpikir dalam kimia, yang mengandalkan observasi, analisis, dan eksperimentasi; dan penumbuhan kesadaran tanggung jawab moral berkenaan dengan penggunaan proses dan produk kimia (hal. 226). Selain itu, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2009) juga mengemukakan bahwa agar pembelajaran kimia itu menarik, mudah dicerna, serta bermanfaat bagi siswa, ada lima prasyarat yang perlu dipenuhi, yaitu: 1. Pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan pemahaman peserta didik yang kuat terhadap pengetahuan dasar kimia. 2. Pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan kemampuan peserta didik melakukan penyelidikan dan memecahkan masalah. 3. Pembelajaran kimia harus mampu memperluas wawasan peserta didik mengenai dampak sosial dan lingkungan yang terkait pada penerapan dan penggunaan proses dan produk kimia di masyarakat. 4. Pembelajaran kimia harus mampu memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis peserta didik. 5. Pembelajaran kimia harus mampu mencerahkan peserta didik tentang karir masa depan yang terkait kimia (hal. 232). Jika dilihat dari misi utama mata pelajaran kimia dan prasyarat yang perlu dipenuhi oleh suatu pembelajaran kimia agar pembelajaran kimia itu menarik, mudah dicerna, serta bermanfaat bagi siswa salah satu misi utama dan prayaratnya itu adalah kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan menggunakan cara berfikir dalam kimia, yang mengandalkan observasi, analisis dan eksperimentasi. Jadi, memecahkan masalah kimia merupakan aktivitas yang penting dalam belajar kimia.
3
Yeo (2004) menjelaskan bahwa untuk memecahkan masalah tergantung pada lima faktor di antaranya keterperincian, keahlian, pengetahuan atau konsep, proses metakognitif, dan perbuatan. Proses metakognitif menjadi salah satu faktor dalam memecahkan masalah. Metakognitif itu sendiri ialah istilah yang secara literal berarti “berpikir mengenai berpikir”. Metakognitif mencakup pemahaman dan keyakinan pembelajar mengenai proses kognitifnya sendiri dan bahan pelajaran yang akan dipelajari, serta usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berperilaku dan berpikir yang akan meningkatkan proses belajar dan memorinya (Ormrod, 2008, hal. 369). Dalam memecahkan masalah, ada beberapa langkah yang harus ditempuh. Seperti yang dikemukakan oleh Bransford & Stain (1993) dalam Santrock (2008) ada empat langkah dalam memecahkan masalah, yaitu: mencari dan memahami masalah; menyusun strategi pemecahan masalah yang baik; mengeksplorasi solusi; serta memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu. Dari empat langkah pemecahan masalah tersebut, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, ada siswa yang hanya mampu mencari dan memahami masalah, ada juga siswa yang mampu menyelesaikannya sampai tahap akhir yaitu memikirkan dan mendefinisikan problem dan solusi dari waktu ke waktu. Adanya perbedaan kemampuan tersebut terjadi karena setiap siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang berbeda-beda. Aktivitas siswa dalam penggunaan kesadaran antara kognitif dan fungsi metakognitif dalam memecahkan masalah kimia menjadi karakteristik pola berpikir yang berbeda pada setiap siswa. Dalam memecahkan masalah, siswa akan menghadapi masalah yang belum pernah ia temui maupun yang pernah ia temui. Hal itu dapat melatih siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya
untuk
menyelesaikan
masalah,
sehingga
kemampuan
berpikirnya meningkat. Setiap siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang baik dan ada juga
siswa yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang kurang. Kurangnya pengetahuan
4
dan keterampilan metakognitif siswa akan mengganggu proses belajar siswa dan pemecahan masalah. “Metakognitif memiliki dampak pada pengawasan dan pengendalian proses-proses
pengambilan
informasi
dan
proses-proses
inferensi
yang
berlangsung dalam sistem memori” (Solso, Maclin, O & Maclin, M, 2007, hal. 266). Untuk
meningkatkan
keterampilan
metakognitif, diperlukan
adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa dalam proses berpikirnya. Namun, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu masalah. Beberapa siswa secara sadar memperhatikan masalah yang diberikan dengan menyelesaikannya secara hierarkis tetapi ada juga siswa yang hanya asalasalan menjawab ketika dihadapkan pada soal. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran atau tingkat metakognitif yang berbeda. Menurut Swartz & Perkins (1998) tingkat metakognitif terdiri atas 4 tingkatan yaitu Tacit Use, Aware Use, Strategic Use dan Reflective Use. Setiap siswa memiliki tingkat metakognitif yang berbeda-beda. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sophianingtyas dan Sugiarto (2013) dalam jurnalnya yang berjudul identifikasi level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah materi perhitungan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level metakognitif pada siswa berbeda-beda. Level metakognitif pada kelompok tinggi adalah reflective use, level metakognitif pada kelompok sedang adalah strategic use, dan level metakognitif pada kelompok rendah adalah aware use. Selain itu, Al-khayat (2012) juga meneliti tentang level metakognitif dalam jurnalnya yang berjudul The Levels of Creative Thinking and Metacognitive Thinking Skills of Intermediate School in Jordan University. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan secara statistik yang signifikan antara ratarata kemampuan siswa laki-laki dan perempuan dalam berpikir secara kreatif dan metakognitif. Siswa laki-laki memiliki kemampuan metakognitif yang lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Karena adanya perbedaan level metakognitif
pada siswa dalam
memecahkan masalah, maka perlu adanya analisis level metakognitif siswa dalam
5
memecahkan masalah. Masalah yang diambil pada penelitian ini adalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dipilih karena dalam memecahkan masalah tersebut memerlukan kemampuan berpikir yang kompleks dan pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan keterlibatan metakognitif. Selain itu juga, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi perhitungan dan dalam memecahkan masalah tersebut diperlukan langkah-langkah pemecahan masalah yang berurutan. Analisis level metakognitif siswa tersebut perlu dilakukan agar guru dapat memilih dan menentukan pola-pola pengajaran dan model pembelajaran yang lebih baik.
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dapat di
identifikasikan sebagai berikut: 1.
Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang berbedabeda.
2.
Banyak siswa hanya asal-asalan menjawab
ketika
dihadapkan
pada
soal.
C.
Pembatasan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi maka untuk
menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: 1.
Level metakognitif siswa yang digunakan adalah level metakognitif siswa menurut Swartz dan Perkins.
2.
Langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah menurut Bransford & Stain.
D.
Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat
pada penelitian ini adalah “Bagaimana level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?”
6
E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah
dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
F.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah:
1.
Bagi peneliti dan peneliti berikutnya, merupakan wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang peneliti peroleh di bangku kuliah, sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu serta sebagai referensi terhadap penelitian yang relevan degan pokok bahasan yang sejenis.
2.
Bagi guru, hasil penelitian ini mampu memberi informasi pada guru mengenai level metakognitif siswa dan dengan adanya identifikasi level metakognitif dapat digunakan oleh guru dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran dan model pembelajaran yang lebih baik.
3.
Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk menetapkan suatu kebijakan yang berhubungan dengan pembelajaran kimia di sekolah.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pemecahan Masalah Abror (1993, hal. 127) mengemukakan bahwa “berpikir manusia merupakan proses yang dinamis. Dinamika berpikir ini dimungkinkan oleh pengalaman yang luas, perbendaharaan bahasa yang kaya dan didukung oleh pendidikannya yang baik dan ketajaman dalam berpikir. Puncak berpikir yang sebenarnya adalah terletak pada kemampuannya dalam
memecahkan masalah”. Menurut Ormrod (2008, hal. 393)
“pemecahan
masalah
adalah
menggunakan
(yaitu
mentransfer)
pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab atau situasi yang sulit”. Menurut Solso, Maclin O & Maclin M (2007, hal. 434) “Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang bertujuan untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik”. Sementara itu, Metallideu dalam Mataka, dkk (2014) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah perilaku yang diarahkan pada tujuan yang membutuhkan representasi mental yang tepat dari masalah dan berikutnya aplikasi metode atau strategi tertentu untuk bergerak dari awal atau keadaan saat ini ke keadaan tujuan yang diinginkan. Santrock (2008, hal. 368) mengemukakan bahwa ”pemecahan masalah adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan”. Hal lain diungkap oleh Slameto (1991) bahwa: Berpikir, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda,
8
gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup pemecahan masalah ( hal. 139). Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pemecahan masalah adalah mencari cara yang tepat untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada. Memecahkan masalah memerlukan kemampuan berpikir yang kompleks.
2. Langkah-langkah dalam Pemecahan Masalah Menurut Dewey dalam Slameto (1991) “langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut: kesadaran akan adanya masalah; merumuskan masalah; mencari data dan merumuskan hipotesahipotesa; menguji hipotesa-hipotesa dan kemudian menerima hipotesahipotesa yang benar” (hal. 141). Bransford & Stein (1993) dalam Santrock (2008) juga telah melakukan usaha untuk menspesifikasikan langkah-langkah yang harus dilalui individu untuk menyelesaikan masalah secara efektif. Berikut empat langkah pemecahan masalah: 1) Mencari dan memahami masalah. 2) Menyusun strategi pemecahan masalah yang baik. Setelah siswa menemukan masalah dan mendefinisikannya secara jelas, mereka perlu menyusun strategi untuk memecahkannya. Diantara strategi yang efektif adalah menentukan subtujuan, menggunakan alogaritma, dan mengandalkan heuristic. Menentukan sub tujuan adalah menentukan tujuan intermediate yang membuat siswa bisa berada dalam posisi yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau solusi final. Alogaritma adalah strategi yang menjamin solusi atas satu persoalan. Analisis cara tujuan adalah sebuah heuristic dimana seseorang mengidentifikasi tujuan dari suatu masalah, menilai situasi yang ada sekarang, dan mengevaluasi apa-apa yang dibutuhkan untuk mengurangi perbedaan antara dua kondisi tersebut. 3) Mengeksplorasi solusi. Perlu dipertimbangkan kriteria untuk efektivitas solusi. 4) Memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu. Orang yang pandai dalam memecahkan
9
masalah biasanya termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dan membuat kontribusi yang orisinil (hal. 371). Sementara itu, Hayes (1989) dalam dalam Solso, Maclin, O & Maclin, M (2007) mengemukakan beberapa tahapan pemecahan masalah, yaitu: 1) Mengidentifikasi permasalahan. 2) Representasi masalah. 3) Memecahkan sebuah solusi. 4)
Merealisasikan rencana.
5)
Mengevaluasi rencana.
6) Mengevaluasi solusi (hal. 437). Hal penting lain diungkap oleh Abror (1993) bahwa ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah, antara lain: 1) Berpikir reflektif Berpikir reflektif adalah pertimbangan yang kuat, tetap dan cermat terhadap keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang cenderung dianggap benar. Ada tingkat-tingkat persiapan, kesiapan dan reaksi mental yang berbeda selama kegiatan berpikir tersebut. Tingkatan-tingkatan tersebut digambarkan oleh Dewey, yang dikenal dengan sebutan langkah-langkah dalam suatu kegiatan berpikir reflektif sebagai berikut: Kesadaran akan masalah; Memahami masalah; Mengelompokkan data; Merumuskan hipotesis; Menerima atau menolak hipotesis; Menerima atau menolak kesimpulan. 2) Berpikir kreatif Berpikir kreatif sebagai salah satu teknik pemecahan masalah, mempunyai tingkat-tingkat, yaitu: a. Persiapan (preparation), yang bersifat pendahuluan. b. Inkubasi (incubation), yang mengingkari masalah yang dihadapi dalam beberapa saat. c. Iluminasi (illumination), yaitu proses bangkitnya pikiran yang jernih atau yang menuntut atau mengarahkan gagasan yang menyatakan hipotesis yang membawa ke pemecahan masalah. d. Pembuktian dan perluasan. 3) Belajar dengan menemukan (learning by discovery) Belajar dengan menemukan mengacu kepada situasi mengajar yaitu siswa mencapai tujuan instruksional dengan
10
memperoleh bimbingan yang terbatas atau tak diberikan bimbingan sama sekali dari guru (hal. 128). Dalam penelitian ini, digunakan langkah dalam pemecahan masalah
menurut Bransford & Stein. Langkah dalam pemecahan
masalah tersebut digunakan karena sesuai untuk mengukur level metakognitif siswa.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah Ormrod (2008) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah adalah: 1) Memori kerja menempatkan batas atas mengenai seberapa banyak siswa dapat berpikir pada saat mereka mengerjakan suatu soal. 2) Bagaimana siswa menyandikan (encode) suatu masalah mempengaruhi pendekatan mereka dalam usahanya untuk memecahkannya. Strategi berikut ini dapat membantu para siswa menyandikan soal secara efektif tanpa membuatnya menjadi korban set mental yang tidak produktif: sajikan soal secara konkret; doronglah siswa untuk membuat soal-soal menjadi konkret bagi diri mereka sendiri; tunjukkan aspek-aspek apa saja dari soal tersebut yang dapat dipecahkan siswa; berikan soal-soal yang terlihat berbeda dipermukaannya namun mensyaratkan prosedur pemecahan masalah yang sama atau mirip; campurlah jenis-jenis soal yang dikerjakan para siswa pada satu sesi latihan; mintalah siswa bekerja dalam kelompok untuk mendefinisikan beberapa cara mempresentasikan suatu soal. 3) Siswa biasanya memecahkan soal secara lebih efektif bila mereka mempunyai basis pengetahuan yang menyeluruh dan terintegrasi baik yang relevan dengan topik itu.
11
4) Pemecahan masalah yang sukses tergantung pada kesuksesan pemanggilan kembali (retrieval) pengetahuan yang relevan. 5) Pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan keterlibatan metakognitif. Proses-proses metakognitif memainkan peran penting tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam pemecahan masalah. Ketika soal-soal cukup kompleks dan menantang, para pemecah masalah yang efektif umumnya melakukan halhal di bawah ini: a.
Mengidentifikasi satu atau lebih tujuan yang harus diselesaikan untuk mencapai solusi masalah.
b.
Memecah soal-soal menjadi dua atau lebih subsoal.
c.
Merencanakan suatu pendekatan yang sistematik dan berurutan
untuk
menyelesaikan
soal
dan
berbagai
subsoalnya. d.
Terus-menerus memonitor dan mengevaluasi kemajuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya.
e.
Mengidentifikasi
hambatan-hambatan
yang
mungkin
menghalangi kemajuan mereka. f.
Beralih ke strategi yang baru jika strategi yang ada tidak efektif (hal. 398).
4. Rintangan Dalam Memecahkan Masalah Menurut Santrock (2008) beberapa rintangan yang lazim ditemui dalam memecahkan masalah adalah: 1) Fiksasi, adalah menggunakan strategi sebelumnya dan gagal untuk melihat problem dari sudut pandang baru yang segar. 2) Kurangnya motivasi dan persistensi. 3) Kontrol emosional yang kurang memadai. Emosi dapat membantu atau merintangi pemecahan masalah. Pada saat orang sangat termotivasi, pemecah masalah yang baik sering kali dapat mengontrol emosinya dan berkonsentrasi pada solusi masalah (hal. 373).
12
5. Metakognitif “Dalam beberapa dekade belakangan ini, istilah metakognitif telah mendapat perhatian yang besar bagi sejumlah ahli psikologi. Bahkan dalam literatur-literatur pendidikan di negara-negara maju, istilah metakognitif telah menjadi sebuah kata yang membuzer, tanpa adanya konsensus tentang apa itu metakognitif, bagaimana mengukurnya, dan bagaimana hubungannya dengan faktor-faktor lain“(Desmita, 2010, hal. 131). “Metakognitif menolong orang mengerjakan tugas-tugas kognitif secara lebih efektif” (Santrock, 2007, hal. 304). Selain itu juga, menurut Desmita (2010, hal. 132) “metakognitif memiliki arti yang sangat penting, karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita di masa mendatang”. John Flavell (1976) dalam Aurah, Casady, dan McConnell (2014), secara sederhana mengartikan metakognitif sebagai “thinking about thinking”. Sementara itu, Shetty (2014) mengemukakan bahwa metakognitif berasal dari kata meta dan kognitif. Meta yang artinya sesudah atau diatas dan kognitif yang artinya untuk mengetahui. Jadi secara harfiah, metakognitif diartikan sebagai kognitif tentang kognitif, pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir tentang apa yang dipikirkannya. Meichenbaum, Burland, Gruson, & Camron dalam Yamin (2013, hal 29) mengemukakan bahwa “metakognitif sebagai kesadaran orang akan mesin pengetahuan sendiri dan bagaimana mesin itu bekerja”. Menurut Matlin dalam Amin & Sukestiyarno (2015) metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif atau berpikir mengenai berpikir seseorang. Desmita (2010, hal. 132) mengemukakan “metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya”. Solso, Maclin O & Maclin M (2007) mengemukakan bahwa: Metakognitif secara umum merupakan bagian dari kemampuan memonitor diri terhadap pengetahuan pribadi (self knowledge
13
monitoring). Metamemori termasuk dalam kategori metakognisi yang mengacu pada kemampuan mengetahui apa yang anda ingat. Kita dapat mengerahkan kendali atas prosesproses metakognitif kita untuk secara aktif mencari informasi, namun sebagian besar monitoring terhadap memori berlangsung secara otomatis (terutama monitoring awal terhadap memori, yang dilakukan sebelum suatu pencarian terhadap informasi yang sfesifik) (hal. 266). Menurut Purpura (1997) dalam Desmita (2010, hal. 133) “metakognitif merupakan fungsi eksekutif yang membentuk dan membimbing bagaimana seseorang menggunakan pikirannya dan merupakan proses kognitif yang paling tinggi dan canggih”. Sementara itu, Djiwandono (2012, hal. 168) mengemukakan bahwa “metakognitif adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta hasil-hasilnya. Ketika anak-anak berkembang, mereka menjadi lebih cermat dalam pengertian bagaimana mengontrol dan memonitor belajar mereka sendiri, bagaimana menggunakan bahasa, dan sebagainya” Hal lain diungkapkan oleh Solso, Maclin O & Maclin M (2007) bahwa: Metakognitif memiliki dampak pada pengawasan dan pengendalian proses-proses pengambilan informasi dan prosesproses inferensi yang berlangsung dalam sistem memori. Monitoring mengacu pada cara kita mengevaluasi apa yang telah kita ketahui (atau tidak kita ketahui). Proses-proses yang terlibat dalam monitoring metakognitif meliputi Ease of learning Judgement (pertimbangan pemudahan pembelajaran), Judgement of learning (pertimbangan mengenai hasil pembelajaran), Feeling of Knowing Judgements (pertimbangan mengenai perasaan mengetahui), dan Confidence in retrieved answers ( keyakinan terhadap jawaban-jawaban yang diingat). Kendali metakognisi meliputi strategi-strategi pembelajaran seperti Allocation of Study Time (alokasi waktu belajar), Termination of Study (tindakan mengakhiri belajar), Selection of memory Search Strategies (strategi-strategi pemilihan pencarian memori), dan decisions to Terminate the Search (keputusan-keputusan untuk mengakhiri pencarian) (hal. 266).
14
Kuhn (2002) dalam Murti (2011) mendefinisikan “metakognitif sebagai kesadaran dan menejemen dari proses dan produk kognitif yang dimiliki seseorang, atau secara sederhana disebut “berpikir mengenai berpikir”. Secara umum metakognitif dianggap sebagai suatu konstruk multidimensi”. Sementara Statt (1998) dalam McGregor (2007) mendefinisikan bahwa metakognitif adalah pengetahuan atau kesadaran proses kognitif. Ormrod (2008, hal. 369) mengemukakan bahwa “metakognitif ialah istilah yang secara literal berarti “berpikir mengenai berpikir”. Metakognisi mencakup pemahaman dan keyakinan pembelajar mengenai proses kognitifnya sendiri dan bahan pelajaran yang akan dipelajari, serta usaha-usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berprilaku dan berpikir yang akan meningkatkan proses belajar dan memorinya”. Menurut Margaret W. Matlin (1995) dalam Desmita (2012, hal. 137) “metakognitif adalah knowledge and awareness about cognitive processes-or our thought about thingking”. Intinya, metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri dan bagaimana kognitif kita bekerja dan mengaturnya, yang akan meningkatkan proses belajar dan memori. Lebih lanjut, Desmita (2010) mengemukakan bahwa: Metakognitif merupakan suatu proses menggugah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita sendiri sendiri. Metakognitif ini memiliki arti yang sangat penting karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita dimasa mendatang. (hal 132) Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa metakognitif memiliki
peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses
kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efesien. Dalam pembelajaran kimia khususnya dalam pemecahan masalah, metakognitif mempunyai peranan yang penting.
15
Menurut Kaune dalam Yamin (2013, hal. 35) “kemampuan metakognitif merupakan kemampuan yang melihat kembali proses berpikir yang dilakukan seseorang”. “Metakognitif tidak sama dengan kognitif atau proses berpikir. Metakognitif merupakan suatu kemampuan di mana individu berdiri di luar kepalanya dan mencoba untuk memahami cara ia berpikir atau memahami proses kognitif yang dilakukannya dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan, pengontrolan dan evaluasi” (Desmita, 2010, hal. 133). Brown
dalam
Jayapraba
(2013)
mengemukakan
bahwa
metakognitif dibagi kedalam dua kategori yaitu pengetahuan tentang kognisi dan pengaturan tentang kognisi. Pengetahuan tentang kognisi mengacu kepada kegiatan yang melibatkan kesadaran refleksi pada suatu kemampuan kognitif dan kegiatan. Sementara itu pengaturan tentang kognisi mengacu pada kegiatan yang menyangkut mekanisme pengaturan diri selama upaya berkelanjutan untuk belajar. Menurut Santrock (2007, hal. 307) seorang remaja memiliki kapasitas yang meningkat untuk memonitor
dan
menangani
sumberdaya-sumberdaya
kognitif
dibandingkan dengan anak-anak, sehingga ia mampu memenuhi tuntutan tugas pembelajaran secara efektif. Peningkatan kemampuan metakognitif ini menyebabkan fungsi kognitif dan pembelajaran menjadi lebih efektif. Djiwandono (2002) menyatakan bahwa karena anak yang lebih kecil tidak mempunyai perkembangan kemampuan metakognitif, mereka mengalami kesulitan dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Mengenal ketika suatu masalah menjadi lebih sulit, dan pendekatan baru diperlukan. 2) Menyimpulkan bahwa suatu asumsi itu benar berdasarkan informasi yang ada. 3) Meramalkan hasil dengan menggunakan strategi belajar khusus dalam suatu situasi yang diberikan. 4) Mencoba untuk memonitor cara belajar dan mau mengubah pendekatan jika diperlukan (hal. 170). “Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pengetahuan metakognitif menguntungkan pembelajaran di sekolah, dan siswa yang
16
kurang
menguasai
pengetahuan
metakognitif
ini,
guru
dapat
mengajarkannya kepada mereka” (Desmita, 2010, hal. 137). Kemampuan metakognitif siswa tidak muncul dengan sendirinya, tetapi memerlukan latihan sehingga menjadi kebiasaan. Suherman dalam Santrock, J. W (2004, hal 20) menyatakan bahwa perkembangan metakognitif siswa akan dapat diupayakan melalui cara dimana siswa dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia observasi. Oleh karena itu, penting bagi pendidik
(termasuk orangtua) untuk mengembangkan kemampuan
metakognitif baik melalui pembelajaran ataupun mengembangkan kebiasaan di rumah. Ormrod (2008) menyatakan bahwa contoh metakognitif meliputi hal-hal berikut ini: 1) Merefleksikan hakikat umum berpikir, belajar, dan pengetahuan 2) Mengetahui batasan-batasan pembelajaran (learning) dan kapabilitas memori 3) Mengetahui tugas-tugas belajar apa saja yang dapat dipenuhi secara realitas dalam suatu periode tertentu 4) Merencanakan pendekatan yang masuk akal terhadap tugas belajar 5) Mengetahui dan mengaplikasikan strategi-strategi yang efektif untuk belajar dan mengingat materi baru 6) Memonitor pengetahuan dan pemahaman seseorang, misalnya mengenali ketika seseorang sudah atau belum mempelajari sesuatu dengan sukses (hal. 370). 6. Level Metakognitif Metakognitif berkaitan dengan proses berpikir siswa tentang berpikirnya agar menemukan strategi yang tepat dalam memecahkan masalah. Keterampilan metakognitif sangat penting dalam memecahkan masalah kimia, sehingga keterampilan tersebut perlu ditingkatkan. Menurut Hosseynilar & Kasaei (2013) setiap siswa memiliki kemampuan metakognitif yang berbeda-beda dan setiap siswa juga memiliki kecepatan berpikir yang berbeda. Untuk meningkatkan keterampilan
17
metakognitif, diperlukan adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa pada setiap langkah berpikirnya. “Kesadaran (consciousness) adalah kesiagaan
(awareness) seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di
lingkungannya (sepperti pemandangan dan suara-suara dari lingkungan sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan, dan sensasi-sensasi fisik” (Solso, Maclin O & Maclin M, 2007, hal. 240). Namun, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dalam
kesadaran/tingkat
menghadapi
metakognitif
masalah. siswa
Berikut
dalam
ini
tingkat
berpikir
ketika
menyelesaikan suatu masalah oleh Swartz dan Perkins (1998), yaitu: 1) Tacit use adalah penggunaan pemikiran tanpa kesadaran. Jenis
pemikiran
yang
berkaitan
dengan
pengambilan
keputusan tanpa berpikir tentang keputusan tersebut. Dalam hal ini, siswa menerapkan strategi atau keterampilan tanpa kesadaran khusus atau melalui coba-coba dan asal menjawab dalam memecahkan masalah. 2) Aware
use
adalah
penggunaan
pemikiran dengan
kesadaran. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan kesadaran siswa mengenai apa
dan
mengapa
siswa
melakukan
pemikiran tersebut. Dalam hal ini, siswa menyadari bahwa ia harus menggunakan suatu langkah penyelesaian masalah dengan
memberikan
penjelasan
mengapa
ia
memilih
penggunaan langkah tersebut. 3) Strategic use adalah penggunaan pemikiran yang bersifat strategis. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan individu dalam proses berpikirnya secara sadar dengan menggunakan
strategi-strategi
khusus
yang
dapat
meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam hal ini, siswa sadar dan mampu menyeleksi strategi atau khusus untuk menyelesaikan masalah.
keterampilan
18
4) Reflective use adalah penggunaan pemikiran yang bersifat reflektif. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan refleksi individu dalam proses berpikirnya sebelum dan sesudah atau bahkan selama proses berlangsung dengan mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya. Dalam hal ini, siswa menyadari dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam langkah- langkah penyelesaian masalah (hal. 421). McGregor (2002, hal. 216) berpendapat lain mengenai level metagognitif, berikut level metakognitif menurut McGregor: 1) Level pertama, menyadari berpikir dan mampu untuk menggambarkan hal itu. 2) Level kedua, mengembangkan tanggung jawab dari strategi berpikir/proses kognitif yang digunakan dan setelah digunakan. 3) Level ketiga, refleksi evaluatif prosedur (sebelum/ selama/sesudah). 4) Level keempat, transfer pengalaman prosedural dan pengetahuan untuk konteks lain. 5) Level kelima, menghubungkan pemahaman konseptual dengan cara mengalami. Hofer & Pintrich; Perkins, 1995; Schneider & Lockl, 2002 dalam Ormrod, (2008, hal. 370) mengemukakan bahwa “semakin banyak pembelajar tahu tentang proses berpikir dan belajar, yaitu semakin besar kesadaran metakognitif mereka, semakin baik proses belajar dan prestasi yang mungkin mereka capai”.
B.
Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 1. Kelarutan Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Satuan kelarutan dapat dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3 atau 100 g pelarut pada temperature yang ditentukan (Keenan, 1999, hal 378). Sastrohamidjojo (2010, hal. 239) mengemukakan bahwa “kelarutan zat dalam suatu pelarut
19
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu suhu, sifat solvent, sifat solute, dan tekanan”. a. Suhu “Kelarutan dari kebanyakan garam anorganik dalam air akan bertambah dengan naiknya suhu” (Brady, hal. 623). Adanya panas mengakibatkan semakin renggangnya
jarak antarmolekul zat padat,
sehingga kekuatan gaya antarmolekul semakin lemah dan mudah terlepas oleh gaya tarik dari molekul-molekul air (Sudarmo, 2013: 288). b. Sifat solvent “Prinsip like dissolves like sangat umum digunakan dalam bidang kimia. Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dengan molekul-molekul solvent” (Sastrohamidjojo (2010, hal. 239). c. Sifat solute “Penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi solute-solute dan solute-solvent. Seperti, pada suhu kamar jumlah sukrosa yang dapat larut dalam air adalah 1311 gram per liter larutan. Ini adalah empat kali lebih besar dari pada kelarutan NaCl” (Sastrohamidjojo, 2010, hal. 240). d. Tekanan “Apabila tiba-tiba tekanan gas dinaikkan, berarti molekulmolekulnya
akan
dimampatkan,
sehingga
akan
mempercepat
kelarutannya” (Brady, 2000, hal. 626). 2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan Perak kromat sedikit larut dalam air. Kesetimbangan dalam larutan jenuhnya ialah: (Petrucci, 1985, hal. 331) Ag2CrO4 (p)
2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
“Tetapan hasil kali kelarutan adalah tetapan kesetimbangan garam
20
atau basa yang sukar larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan sama dengan konsentrasi molar ion-ion penyusun dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air, masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien stoikiometri di dalam reaksi kesetimbangan” (Chang, 2005, hal. 145). Persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk Ag2CrO4 sesuai dengan persamaan diatas adalah: (Petrucci, 1985, hal. 331) Ksp = [Ag+]2 [CrO42-] 3. Hubungan Antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Secara umum hubungan kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut: (Purba, 2006, hal. 268) xAy+(aq) + yBx-(aq)
AxBy(s) s
xs
ys
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y = (xs)x (ys)y = xx yy s(x+y) 4. Pengaruh Penambahan Ion Senama Terhadap Kelarutan Chang (2005) mengemukakan bahwa: Suatu zat elektrolit umumnya lebih mudah larut dalam pelarut air murni daripada dalam air yang mengandung salah satu ion dari elektrolit tersebut. Hal ini sesuai dengan Asas Le Chatelier, sistem dalam keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu pereaksi dengan cara menggeser kesetimbangan ke arah pereaksi tersebut diberi aksi. Jika AgNO3 dilarutkan dalam larutan AgCl jenuh, ternyata kelarutan AgNO3 dalam larutan-larutan lebih kecil. Hal ini disebabkan karena sebelum AgNO3(s) terionisai menjadi Ag+(aq) , di dalam larutan sudah terdapat ion Ag+ dari AgCl AgNO3(s)
Ag+(aq) + NO3-(aq)
AgCl(s)
Ag+(aq) + Cl-(aq)
21
Penambahan Ag+ dari AgNO3 menggeser kesetimbangan ke kiri atau dari arah zat yang ditambah, sehingga AgNO3 yang larut makin sedikit. Dengan demikian, adanya ion senama memperkecil kelarutan (hal. 151). 5. Pengaruh pH terhadap kelarutan Purba (2007) mengemukakan bahwa: Tingkat keasaman (pH) larutan dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat (hal. 272). 6. Reaksi Pengendapan “Dengan mengetahui aturan kelarutan dan hasil kali kelarutan, kita dapat memprediksi apakah terbentuk endapan jika mencampur dua larutan atau menambah senyawa dapat larut ke dalam larutan” (Chang, 2005, hal. 149). Menurut Petrucci (1987), pengendapan dari larutan ialah:
C.
a.
Pengendapan terjadi jika Q > Ksp
b.
Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp
c.
Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (hal. 337).
Penelitian Terdahulu yang Relevan Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitaria Sophianingtyas dan Bambang Sugiarto, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya Tahun 2013 dengan judul “Identifikasi Level Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Materi Perhitungan Kimia”. Level metakognitif pada kelompok tinggi yang terdiri dari subjek T1 dan T2 adalah Reflective use, level metakognitif pada kelompok sedang yang
22
terdiri dari subjek S1 dan S2 adalah Strategic Use, dan level metakognitif pada kelompok rendah yang terdiri dari subjek R1 dan R2 adalah Aware Use. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Rahayu dan Utiya Azizah tahun 2012 dengan judul “Students Metacognition Level Through of Implementation of Problem Based Learning with Metacognitive Strategies at SMAN 1 Manyar”. Melalui
implementasi
problem
base
learning
dengan
strategi
metakognitif dapat meningkatkan penguasaan metakognitif siswa. Sebanyak 33,33% siswa berada pada level metakognitif Aware Use, sebanyak 43,33% siswa berada pada level metakognitif Strategic Use, dan sebanyak 23,34% siswa berada pada level metakognitif Reflective Use. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Nahil M Aljaberi & Eman Gheith Tahun 2015 dengan judul “University Student Level of Metacognitive Thingking and their Ability to Solve Problems” Mahasiswa Universitas Petra memiliki tingkat menengah berpikir metakognitif, dan bahwa variabel jenis kelamin, fakultas, jurusan SMA, dan tahun saat ini di universitas itu tidak berpengaruh pada tingkat berpikir metakognitif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa tersebut mengalami kurangnya kemampuan dalam memecahkan masalah matematika dan ilmiah; tidak ada signifikansi korelasi antara tingkat pemikiran metakognitif dalam skala keseluruhan dan kemampuan untuk memecahkan masalah matematika dan ilmiah. Namun, ada korelasi yang signifikan
antara
beberapa
faktor
pemikiran
metakognitif
dan
kemampuan untuk memecahkan masalah matematika, dan ini adalah: pengetahuan prosedural, evaluasi, kesalahan memilih dan mengelola pengetahuan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Al-khayat (2012) yang berjudul “The Levels of Creative Thinking and Metacognitive Thinking Skills of Intermediate School in Jordan University”. Hasil penelitiannya
23
menunjukkan bahwa ada perbedaan secara statistik yang signifikan antara rata-rata kemampuan siswa laki-laki dan perempuan dalam berfikir secara kognitif dan metakognitif serta berpikir tingkat tinggi metakognitif dari sudut pandang siswa. Siswa laki-laki memiliki kemampuan metakognitif yang lebih baik dibandingkan dengan perempuan. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Zoubi (2013) yang berjudul “The level of metacognitive thinking among special education students”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa pendidikan khusus di Najran University, Arab Saudi yang terdiri dari (282) siswa yang dijadikan sampel memiliki tingkat pemikiran metakognitif yang tinggi yang didukung dengan prestasi akademik tinggi. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik yang dapat dikaitkan dengan jenis kelamin atau tingkat studi.
D.
Kerangka Berpikir Memecahkan masalah kimia merupakan aktivitas penting dalam belajar
kimia. Memecahkan masalah kimia memerlukan kemampuan berpikir kompleks. Pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan keterlibatan metakognitif. Metakognitif memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efisien. Dalam memecahkan masalah ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu mencari dan memahami masalah; menyusun strategi pemecahan yang baik; mengeksplorasi solusi; serta memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu. Setiap siswa memiliki jenjang atau level metakognitif yang berbeda dalam memecahkan masalah kimia. Untuk meningkatkan keterampilan metakognisi, diperlukan adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa dalam proses berpikirnya. Namun, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu masalah. Beberapa siswa secara sadar memperhatikan masalah yang diberikan dengan menyelesaikannya secara hierarkis tetapi ada juga siswa yang
24
hanya asal-asalan menjawab
ketika
dihadapkan
pada
soal.
Hal
ini
dikarenakan tingkat kesadaran atau tingkat metakognitif yang berbeda. Menurut Swartz & Perkins tingkat metakognitif siswa dalam memecahkan masalah ada empat yaitu: tacit use, aware use, strategic use dan reflective use. Berdasarkan
uraian
tersebut,
maka
penulis
mengidentifikasi
level
metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan langkah dalam pemecahan masalah. Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
25
Level Metakognitif Siswa Berbeda-beda
Masalah Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Siswa Memperhatikan Masalah
Siswa hanya Asal-asalan Menjawab
Level Metakognitif Siswa Berbeda-beda Dilihat Dari Langkah Pemecahan Masalah
Level Metakognitif
Mencari dan memahami masalah
Tacit Use
Menyusun strategi pemecahan yang baik
Aware Use
Mengeksplorasi solusi
Strategic Use
Memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu
Dihasilkan Level Metakognitif yang berbeda-beda Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Reflective Use
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan. Adapun
waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitan ini adalah pada bulan Mei semester genap tahun 2016.
B.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
desktiptif kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik tingkat metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
C.
Alur Penelitian Penelitian ini meliputi beberapa tahapan, dimulai dari persiapan,
pelaksanaan dan analisis data. Seluruh tahapan tersebut tergambar pada gambar 3.1 alur penelitian di bawah ini. Analisis Keterampilan yang Dituntut dalam Kompetensi Inti dalam Kurikulum 2013 Pemilihan Materi Pembuatan Instrumen Pengujian Instrumen Pengolahan Data Analisis dan Pembahasan Pembahasan Penarikan Kesimpulan Bagan 3.1 Alur Penelitian
27
D.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 9 Tangerang Selatan tahun ajaran 2015-2016 yang berjumlah 5 kelas. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diambil satu dari lima kelas yang ada. Adapun sampel yang terpilih adalah semua siswa kelas XI IPA 2.
E.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa tes. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dimana seluruh siswa kelas XI IPA mengikuti ulangan harian materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
F.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk
tes esai yang bertujuan untuk melihat level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Soal-soal diambil dari beberapa sumber dan diadaptasikan untuk tujuan penelitian. Instrumen tes ini menggunakan soal dengan kompetensi dasar memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan data hasil kali kelarutan (Ksp).
Tabel 3.1 Indikator Soal Instrumen Tes
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan
Menentukan cara menyatakan kelarutan (C3) Menentukan hubungan tetapan hasil kali kelarutan dengan kelarutan (C3)
28
ilmu pengetahuan, hasil kali kelarutan teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja spesifik untuk memecahkan masalah
G.
Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan (C5) Menemukan pengaruh pH terhadap kelarutan (C4) Menemukan pengaruh ion senama terhadap kelarutan (C4)
Kalibrasi Instrumen Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka instrumen harus dikalibrasi agar
dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diinginkan. Kalibrasi itu meliputi uji validitas, uji reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda. 1)
Validitas instrumen “Validitas atau kesahihan menunjukkan pada kemampuan suatu instrumen
(alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur”(Suharsaputra, 2014, hal. 98). Karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, maka validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pengujian validitas konstruksi dan validitas isi (Sugiyono, 2013, hal. 123). a. Pengujian validitas konstruksi Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. b. Pengujian validitas isi Untuk instrumen berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Arikunto, 2007, hal. 167).
29
Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisien. Berdasarkan uji validitas menggunakan program Anates V4. Jika rhitung> rtabel maka butir soal dikatakan valid. Dari 12 butir soal yang diujikan didapat 7 butir soal yang valid, namun hanya 6 soal dalam instrumen. 2)
Reliabilitas instrumen Reliabilitas tes adalah tingkat ke ajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah) (Sofyan, dkk, 2006, hal. 105). “Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalen, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu” (Sugiyono, 2013, hal 130). Instrumen level metakognitif diukur reliabilitasnya dengan menggunakan Anates. Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut: (Arifin, 2009, hal 257) Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Kriteria
Reliabilitas
Indeks
Klasifikasi
Penafsiran
r11 ≤ 0,20
Sangat Rendah
Buruk Sekali
0,20 < r11 ≤ 0,40
Rendah
Buruk
0,40 < r11 ≤ 0,60
Sedang
Cukup
0,60 < r11 ≤ 0,80
Tinggi
Baik
r11 > 0,80
Sangat Tinggi
Sangat Baik
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan Anates V4 didapatkan nilai reliabilitas seluruh item adalah 0,7 termasuk dalam kategori baik. 3)
Taraf kesukaran Taraf kesukaran butir soal akan digunakan AnatesV4. Menurut Arifin
(2009, hal. 272) kategori taraf kesukaran butir soal adalah sebagai berikut.
30
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
Indeks TK < 0,3 0,3 ≤ TK ≤ 0,7 TK > 0,70
Klasifikasi Sukar Sedang Mudah
Hasil pengujian taraf kesukaran seluruh butir soal dengan menggunakan Anates V4 secara lengkap terdapat dalam lampiran 4. 4)
Daya pembeda Analisis Daya pembeda butir soal akan digunakan AnatesV4. Indeks daya
beda butir soal bergerak dari -1 sampai +1, semakin tinggi indeks daya beda butir soal tersebut menunjukkan bahwa semakin dapat membedakan peserta tes yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dan siswa yang kurang pandai. Kategori indeks daya beda butir soal menurut Ebel dalam Arifin (2009, hal. 274) adalah sebagai berikut. Tabel 3.4 Kriteria Daya Beda Kriteria Daya beda
Indeks DP < 0,20 0,20 ≤ DP < 0,30 0,30 ≤ DP < 0,40 D ≥ 0,40
Klasifikasi Jelek Cukup Baik Baik Sekali
Hasil pengujian daya beda seluruh butir soal dengan menggunakan Anates V4 secara lengkap terdapat dalam lampiran 4.
H.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah 1.
Membagi peserta didik dalam 3 kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Penentuan kelompok didasarkan pada hasil belajar siswa di dalam kelas, 25% siswa yang memiliki hasil belajar tinggi, 50% siswa yang memiliki hasil belajar sedang dan 25% siswa yang memiliki hasil belajar rendah (Indriati, dkk, 2012)
31
2.
Mencocokan jawaban tes tulis dengan alternatif jawaban.
3.
Memberi skor pada masing-masing soal tes tulis peserta didik.
4.
Membagi peserta didik dalam 3 kriteria yaitu kriteria tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kriteria ini diambil dari skor yang didapat oleh siswa dalam tes level metakognitif dengan kriteria: Tabel 3.5 Kriteria Penentuan Kriteria Kriteria
Skor Siswa (x)
Tinggi
x ≥ mean + SD
Sedang
Mean + SD > x > mean – SD
Rendah
x < mean – SD (Sudijono, 2005, hal. 451)
5.
Menganalisis tes tulis berdasarkan langkah pemecahan masalah untuk mendeskripsikan level metakognitif peserta didik dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
6.
Menentukan level metakognitif peserta didik dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tiap soal berdasarkan ketentuan berikut: Tabel 3.6 Kriteria Level Metakognitif Tingkat Metakognitif
Indikator Metakognitif Siswa memusatkan perhatian langsung pada pertanyaan dalam masalah, sehingga fokusnya hanya pada jawaban.
Tacit Use
Siswa memberi penjelasan yang tidak menentu, memberi jawaban yang tidak beralasan. Siswa tidak menyadari kalau hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang diketahui.
32
Siswa menyelesaikan masalah dengan hanya mencoba-coba (kurang memahami masalah yang diberikan). Siswa
tidak
mengetahui
apa
yang
tidak
diketahuinya. Memiliki kelemahan dalam menguasai materi serta menganalisis masalah. Siswa mengalami kebingungan ketika membaca masalah. Siswa mengambil suatu keputusan yang dilatar belakangi suatu alasan tertentu. Aware Use
Siswa menyadari kelemahan yang dimiliki. Siswa mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Siswa memahami masalah yang diselesaikannya. Siswa menguasai konsep kimia yang mendasari masalah tersebut. Siswa menyadari kemampuannya. Siswa
umumnya
mengetahui
apa
yang
dilakukannya. Siswa memberikan argumen yang mendukung pemikirannya (mencoba-coba, mengecek dan merevisi apa yang dipikirkan). Strategic Use
Siswa memiliki cara untuk meyakinkan apa yang dibuat. Siswa menggunakan strategi yang memunculkan kesadaran. Siswa memiliki kemampuan dalam menguasai konsep kimia yang berkaitan dengan masalah yang diberikan.
Reflective
Siswa dalam menyelesaikan masalah selalu
33
Use
mengecek
setiap
langkah
dan
langsung
melakukan revisi. Siswa menggunakan berbagai strategi untuk menunjukkan
atau
meningkatkan
ketepatan
berpikirnya. Siswa
menganalisis
masalah
sebelum
menyelesaikannya. Siswa menguasai konsep kimia yang mendasari masalah yang diberikan.
Kriteria level metakognitif ini diadopsi dari Theresia Laurens (2010) dalam jurnalnya yang berjudul penjenjangan metakognisi siswa yang valid dan reliabilitas dengan mengalami beberapa perubahan sesuai dengan kebutuhan. 7.
Menentukan tingkat metakognitif peserta didik dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan level metakognitif yang dominan (Rahayu & Azizah, 2012)
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan untuk analisis adalah hasil tes peserta didik subjek penelitian. Data diidentifikasi level metakognitif peserta didik berdasarkan indikator yang dibuat. A.
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang di dapat yaitu berupa hasil tes level metakognitif siswa yang telah diberikan materi tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan. Setelah siswa diberikan materi tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan, siswa tersebut diberikan ulangan harian (tes level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan). Berikut disajikan data mengenai perolehan hasil tes level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tabel 4.1 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan No
Level Metakognitif
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Tacit Use
0
0
2
Aware Use
6
18,18
3
Strategic Use
21
63,64
4
Reflective Use
6
18,18
Jumlah
33
100
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa sebanyak 6 atau 18,18 % siswa memiliki level metakognitif Aware Use, sebanyak 21 atau 63,64 % siswa memiliki level metakognitif Strategic Use, dan sebanyak 6 atau 18,18 % siswa memiliki level metakognitif Reflective Use. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut disajikan data hasil tes level metakognitif perkelompok. Kelompok
35
dibuat berdasarkan hasil tes formatif di dalam kelas. Ada tiga kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. 1.
Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tingi Tabel 4.2 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi No
Level Metakognitif
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Tacit Use
0
0
2
Aware Use
0
0
3
Strategic Use
3
33
4
Reflective Use
6
67
Jumlah
9
100
Berdasarkan Tabel 4.2 siswa yang memiliki kemampuan tinggi di dalam kelas (siswa kelompok tinggi) memiliki hasil yang bagus juga ketika dilakukan tes level metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sebanyak 3 atau 33 % siswa kelompok tinggi berada pada level metakognitif Strategic Use dan sebanyak 6 atau 67 % siswa kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Rata-rata hasil tes level metakognitif siswa pada kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. 2.
Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang Tabel 4.3 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang No
Level Metakognitif
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Tacit Use
0
0
2
Aware Use
0
0
3
Strategic Use
15
100
4
Reflective Use
0
0
Jumlah
100
Berdasarkan Tabel 4.3 siswa yang memiliki kemampuan sedang di dalam kelas (siswa kelompok sedang) memiliki hasil yang cukup bagus
36
ketika dilakukan tes level metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sebanyak 15 atau 100% siswa kelompok sedang berada pada level metakognitif Strategic Use. 3.
Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah Tabel 4.4 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah No
Level Metakognitif
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Tacit Use
0
0
2
Aware Use
6
67
3
Strategic Use
3
33
4
Reflective Use
0
0
Jumlah
9
100
Berdasarkan Tabel 4.4 siswa yang memiliki kemampuan rendah di dalam kelas memiliki hasil yang bervariasi ketika dilakukan tes level metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sebanyak 3 atau 33% siswa kelompok rendah berada pada level metakognitif Strategic Use dan sebanyak 6 atau 67% siswa kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware Use. Rata-rata hasil tes level metakognitif siswa pada kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware use.
B.
Analisis dan Pembahasan 1. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Tinggi Tabel 4.5 Analisis Per-butir Soal Kelompok Tinggi Siswa 2 soal:
Siswa 1 soal: No
1
2
Siswa 3 soal:
Hasil analisis
Mencari dan memahami masalah (menuliskan diketahui & ditanya secara lengkap) Menyusun stategi pemecahan yang baik (menuliskan
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
37
3
4
5 6
rencana penyelesaian masalah) Mengeksplorasi solusi (menyelesaikan masalah dengan benar) Memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu (melakukan evaluasi) Level metakognitif Kesimpulan metakognitif
level
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
-
√
-
√
√
√
-
√
-
√
-
√
√
R
R
R
S
R
S
R
S
R
R
R
S
R
S
R
S
R
R
Reflective Use
Reflective Use
Reflective Use
Keterangan : ( √ ) = Ya ( - ) = Tidak ( 0 ) = Tidak mengerjakan soal ( R ) = Reflective Use ( S ) = Strategic Use ( A ) = Aware Use ( T ) = Tacit Use
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa siswa kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use dan Strategic Use. Pada beberapa soal subjek kelompok tinggi berada pada level metakognitif Strategic Use dan pada beberapa soal lainnya berada pada level metakognitif Reflective Use. Siswa kelompok tinggi mampu menuliskan data-data yang diketahui dan ditanyakan di dalam soal. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelompok tinggi mampu memahami masalahnya dengan benar. Selain itu juga, siswa kelompok tinggi mampu merencanakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalahnya dengan benar serta pada beberapa soal siswa kelompok tinggi juga melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan hasil akhirnya.
38
Dalam penelitian ini, siswa kelompok tinggi atau siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas memiliki hasil yang bagus juga atau dikategorikan tinggi ketika dilakukan tes level metakognitif dalam menyelesaikan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Al-Zoubi (2013) & Nurmaliah (2009) bahwa siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi memiliki level metakognitif yang tinggi juga. Tetapi, dalam penelitian ini ada dua siswa yang memiliki hasil tes yang dikategorikan sedang seperti yang tercantum dalam Lampiran 8. Hal ini dapat terjadi karena dalam menyelesaikan masalah siswa tersebut melewatkan langkah-langkah tertentu sehingga mengurangi skor atau nilai yang diperoleh sehingga hasil tes level metakognitifnya hanya masuk dalam kategori sedang. Akan tetapi, meskipun memiliki kategori yang berbeda, semua siswa kelompok tinggi berada pada level metakognitif yang sama yaitu Strategic Use dan Reflective Use. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophiningtyas dan Sugiarto (2013), peserta didik pada kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Dalam penelitian yang lain, penelitian yang dilakukan oleh Mahromah dan Manoy (2013) bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi tergolong pada tingkat metakognitif Strategic Use. Pada beberapa soal, siswa kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Sementara itu, pada beberapa soal yang lain berada pada level metakognitif Strategic Use. Ketika berada di level metakognitif
Reflective
Use
siswa
kelompok
tinggi
mampu
merefleksikan pemikirannya kembali tidak hanya mampu mengetahui dan memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan baik tetapi juga mampu mengambil keputusan secara sadar dalam memecahkan masalah dan mempertimbangkan perolehan hasilnya. Ketika berada di level metakognitif Strategic Use siswa kelompok tinggi mampu memahami masalah karena dapat mengungkapkan dengan jelas,
39
mampu mengetahui cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah serta tidak melakukan evaluasi terhadap hasil pemikirannya. Berikut disajikan data hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi (siswa 1) pada soal no 1 dengan soal: “Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)”. Pada soal ini, siswa kelompok tinggi (siswa 1) berada pada level metakognitif Reflective Use.
Gambar 4.1 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi Soal 1
Berdasarkan hasil tes tulis siswa 1 pada soal no 1 terlihat adanya penulisan Diket dan Dit. Makna Diket merupakan diketahui dan Dit adalah ditanya. Jadi dengan menuliskan diket (diketahui) dan dit (ditanya), siswa 1 telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan masalah, yaitu volume air, suhu, massa Ag2CrO4, dan Mr Ag2CrO4. Siswa 1 juga menuliskan data yang ditanya, yaitu kelarutan atau dituliskan dengan lambang S. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 sudah dapat mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya. Pada Gambar 4.1 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada bagian ini siswa 1 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa
40
mencari mol Ag2CrO4 terlebih dahulu kemudian mencari kelarutan Ag2CrO4. Mol Ag2CrO4 yang dihasilkan benar dan jawaban kelarutan Ag2CrO4 juga benar. Proses mendapatkan mol dan kelarutan Ag2CrO4 tersebut juga benar. Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 1 melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar, dan hasil yang diperoleh juga benar. Pada Gambar 4.1, siswa 1 menuliskan kata Jadi diakhir jawabannya. Penulisan kata Jadi ini menunjukkan bahwa siswa 1 melakukan proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada aktivitas metakognitifnya. Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 1 dapat memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar, dan melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, serta hasil akhirnya. Hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator pada Tabel 3.2 menjelaskan bahwa siswa 1 berada pada level metakognitif Reflective Use. Pada soal yang lain, siswa kelompok tinggi (siswa 1) memiliki level metakognitif yang berbeda, seperti pada soal no 6. Pada soal ini siswa 1 berada pada level metakognitif Strategic Use. Pada Gambar 4.2 terdapat hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi (siswa 1) pada soal no 6 dengan soal “Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10”.
Gambar 4.2 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi Soal 6
41
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 1 pada soal no 6 terlihat adanya penulisan Dik dan Dit. Jadi dengan menuliskan dik (diketahui) dan dit (ditanya), siswa 1 telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan masalah, yaitu Ksp AgCl dan konsentrasi NaCl. Siswa 1 juga menuliskan data yang ditanya yaitu pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl dalam larutan NaCl. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 sudah dapat mencari dan memahami masalah dengan
benar dalam aktivitas
metakognitifnya. Pada Gambar 4.2 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada bagian ini siswa 1 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa mencari kelarutan AgCl terlebih dahulu baru kemudian memberikan kesimpulan bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl. Kelarutan dan kesimpulan yang diambil benar. Akan tetapi, strategi penyelesaian masalah yang digunakan oleh siswa 1 kurang tepat, seharusnya siswa 1 mencari kelarutan AgCl dalam air terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan AgCl dalam larutan NaCl, setelah itu dibandingkan nilai kelarutannya dan diambil berupa kesimpulan bagaimana pengaruh ion senama Cl tersebut terhadap kelarutannya. Dalam hal ini siswa 1 sudah memahami konsepnya secara matang bahwa ion senama itu akan memperkecil kelarutannya sehingga siswa 1 tidak mencari kelarutan AgCl dalam air terlebih dahulu. Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 1 melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah akan tetapi kurang melakukan aktivitas pemantauan dalam aktivitas metakognitif. Siswa 1 menuliskan prosedur penyelesaian masalah, prosedur yang digunakan kurang tepat akan tetapi hasil yang diperoleh benar. Pada Gambar 4.2 juga terdapat penulisan kata Jadi diakhir jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 melakukan proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada aktivitas metakognitifnya akan tetapi proses evaluasi yang dilakukan kurang teliti.
42
Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 1 dapat mencari dan memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar, kurang melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator pada tabel 3.2 siswa 1 berada pada level metakognitif Strategic Use. Berdasarkan hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi di atas, terlihat bahwa siswa kelompok tinggi dapat berada pada level metakognitif Strategic Use dan Reflective Use. Karena level metakognitif yang dominan pada kelompok tinggi adalah Reflective Use, maka siswa kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophiningtyas dan Sugiarto (2013), peserta didik pada kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Siswa kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use karena siswa kelompok tinggi mampu merefleksikan pemikirannya kembali tidak hanya mampu memahami masalah dan merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan baik, tetapi
juga mampu
mengambil
keputusan secara sadar
dalam
memecahkan masalah dan mempertimbangkan perolehan hasilnya. (Safitri & Saleh, 2015)
2. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Sedang Tabel 4.6 Analisis Per-butir Soal Kelompok Sedang Siswa 10 soal: No
1
2
Hasil analisis
Mencari dan memahami masalah (menuliskan diketahui & ditanya secara lengkap) Menyusun stategi pemecahan yang baik (menuliskan rencana
Siswa 11 soal:
Siswa 15 soal:
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
0
43
3
4
5 6
penyelesaian masalah) Mengeksplorasi solusi (menyelesaikan masalah dengan benar) Memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu (melakukan evaluasi) Level metakognitif Kesimpulan metakognitif
level
√
√
√
-
√
√
√
√
√
-
√
√
√
√
√
-
√
0
-
-
-
-
√
-
√
-
-
-
-
-
√
-
√
-
√
0
S
S
S
A R
S
R
S
S
A
S
S
R
S
R
A R
-
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Keterangan : ( √ ) = Ya ( - ) = Tidak ( 0 ) = Tidak mengerjakan soal ( R ) = Reflective Use ( S ) = Strategic Use ( A ) = Aware Use ( T ) = Tacit Use
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa siswa kelompok sedang memiliki level metakognitif Strategic Use. Pada beberapa soal siswa kelompok sedang berada di level metakognitif Reflective Use dan beberapa soal lainnya berada di level metakognitif Strategic Use dan Aware Use. Akan tetapi, level metakognif yang dominan pada kelompok sedang adalah Strategic Use, sehingga level metakognitifnya Strategic Use. Ketika berada di level metakognitif Reflective Use, siswa kelompok kemampuan sedang mampu merefleksikan pemikirannya kembali, tidak hanya mampu mengetahui, memahami masalah, dan merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan baik, tetapi juga mampu mengambil keputusan secara sadar dalam memecahkan masalah dan mempertimbangkan perolehan hasilnya.
Ketika berada di level
44
metakognitif Strategic Use, siswa kelompok sedang mampu memahami masalah dengan benar, mampu menuliskan strategi penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar, menguasai konsep kimia yang berkaitan dengan masalah yang diberikan, mampu menyadari kesalahan konsep (rumus) dan cara menghitung namun tidak dapat memperbaikinya dan tidak melakukan evaluasi terhadap hasil pemikirannya. Ketika berada di level metakognitif Aware Use, siswa kelompok sedang mampu memahami masalah dengan baik dan menguasai konsep kimia yang mendasari masalah tersebut. Akan tetapi, siswa kelompok sedang mengalami kesulitan dan kebingungan ketika menentukan rumus dan cara menghitung yang akan digunakan sehingga tidak dapat melanjutkan apa yang akan dikerjakannya. Menurut Mahromah dan Manoy (2013) “Siswa dengan tingkat metakognisi Aware Use mempunyai aktivitas-aktivitas metakognisi, seperti siswa mampu memahami masalah karena dapat mengungkapkan dengan jelas, mampu menyadari kesalahan konsep (rumus) dan cara menghitung namun tidak dapat memperbaikinya, dan tidak melakukan evaluasi terhadap hasil pemikirannya”. Berikut disajikan beberapa hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok sedang masing-masing level. Seperti pada Gambar 4.3 terdapat hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok sedang (siswa 15) pada soal no 3 dengan soal “Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6)”.
45
Gambar 4.3 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 3
Berdasarkan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 3 terlihat bahwa siswa 15 mampu mencari dan memahami masalah dengan benar. Siswa 15 menuliskan data-data yang diketahui dan ditanyakan dari soal untuk menyelesaikan masalah. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa siswa 15 berusaha untuk mencari jawabannya dengan cara
mencari mol masing-masing zat
terlebih dahulu, mencari konsentrasi dari masing-masing unsur penyusunnya, kemudian mencari Qsp dari Ca(OH)2. Setelah itu, diambil berupa kesimpulan apakah terbentuk endapan atau tidak dengan cara membandingkan dengan nilai Ksp. Mol dari masing-masing zat, konsentrasi dari masing-masing unsur penusunnya, Qsp yang dihasilkan,
46
dan kesimpulan yang diambil benar. Cara serta persamaan reaksi yang dituliskan juga benar. Berdasarkan hasil analisis di atas siswa 15 melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar dan hasil yang diperoleh juga benar. Pada Gambar 4.3 juga terdapat penulisan kata Jadi di akhir jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 melakukan proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada aktivitas metakognitifnya. Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar, melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, serta hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif Reflective Use. Pada soal yang lain, siswa 15 berada pada level metakognitif Strategic Use. Seperti pada soal no 2 dengan soal “Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19). Pada Gambar 4.4 terdapat hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 2.
47
Gambar 4.4 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 2
Berdasarkan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 2 terlihat bahwa siswa 15 sudah dapat mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya. Hal ini dapat kita lihat dari adanya penulisan Dik dan Dit. Siswa 15 telah menuliskan data-data untuk
48
menyelesaikan masalah yaitu volume MgF2, massa MgF2, dan Mr MgF2. Siswa 15 juga menuliskan data yang ditanya, yaitu hasil kali kelarutan MgF2 atau dituliskan dengan lambang Ksp. Pada Gambar 4.4 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada bagian ini siswa 15 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa mencari rumus Ksp MgF2 terlebih dahulu kemudian mencari mol MgF2, kelarutan MgF2, baru kemudian mencari Ksp MgF2. Rumus Ksp MgF2 yang dihasilkan benar, jawaban mol MgF2 yang dihasilkan kurang tepat, kelarutan MgF2 yang dihasilkan dan Ksp MgF2 yang dihasilkan juga kurang tepat. Proses mendapatkan rumus Ksp benar, proses mendapatkan mol, kelarutan dan Ksp MgF2 tersebut juga benar akan tetapi ketika melakukan perhitungan
jawaban
yang dihasilkan kurang tepat.
Berdasarkan hasil analisis di atas siswa 15 melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah tetapi kurang melakukan aktivitas pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar akan tetapi hasil yang diperoleh kurang tepat. Pada Gambar 4.4 siswa 15 menuliskan kata Jadi diakhir jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 melakukan proses evaluasi dalam menyelesaikan
masalah
dan
aktivitas
evaluasi
pada
aktivitas
metakognitifnya. Akan tetapi dalam proses evaluasinya, siswa 15 kurang teliti sehingga salah dalam mengambil kesimpulan. Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah dengan hasil yang kurang tepat, kurang melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah dan hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif Strategic Use. Pada soal yang lain, siswa 15 berada pada level metakognitif Aware Use. Seperti pada soal no 4 dengan soal “Diketahui tetapan hasil kali
49
kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni; b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12; c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya?”. Pada Gambar 4.5 disajikan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 4.
Gambar 4.5 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 4
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 15 pada soal no 4 terlihat adanya penulisan Dik dan Dit. Makna Dik merupakan diketahui dan Dit adalah ditanya. Jadi siswa kelompok sedang telah menuliskan data untuk menyelesaikan masalah, yaitu Ksp Mg(OH)2. Siswa 15 juga menuliskan data yang ditanya yaitu kelarutan kelarutan Mg(OH)2 dalam air, kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12 dan pengaruh pH terhadap kelarutan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 sudah dapat mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya. Pada Gambar 4.5 juga terdapat tulisan jawab, pada bagian ini siswa 15 tidak menuliskan strategi penyelesaian masalahnya, akan tetapi siswa 15 berusaha untuk langsung menjawabnya dengan mencari rumus Ksp terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan Mg(OH)2 dalam air. Rumus serta kelarutan yang dihasilkan benar, cara serta persamaan reaksi
50
yang digunakan juga benar akan tetapi siswa 15 tidak dapat menjawab masalahnya sampai selesai. Siswa 15 tidak mampu menjawab pertanyaan kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12, dan melihat bagaimana pengaruh pH tersebut terhadap kelarutannya. Berdasarkan hasil analisis di atas siswa 15 kurang melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi tidak menuliskan prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai dan tidak mampu menyelesaikan masalah sampai tuntas. Pada Gambar 4.5 juga terlihat bahwa siswa 15 tidak menyelesaikan masalahnya sampai tuntas dan tidak memberikan kesimpulan diakhir jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 tidak melakukan proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada aktivitas metakognitifnya. Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan memahami masalah dengan benar, tidak merencanakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan benar, dan tidak melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah dan hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif Aware Use. Hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok sedang (siswa 15) di atas menunjukkan bahwa pada beberapa soal siswa kelompok sedang berada pada level metakognitif Reflective Use dan pada beberapa soal yang lain berada pada level metakognitif Strategic Use dan Aware Use. Karena level metakognitif yang dominan pada kelompok sedang adalah Strategic Use, maka level metakognitif siswa kelompok sedang adalah Strategic Use. Hal
ini
sejalan
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Sophiningtyas dan Sugiarto (2013), peserta didik dengan skor sedang berada di level metakognitif Strategic Use. Siswa kelompok sedang berada pada level metakognitif Strategic Use karena siswa kelompok
51
sedang menggunakan dan menyadari strategi yang tepat dalam menyelesaikan masalah, tidak hanya mampu memahami masalah.
3. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Rendah Tabel 4.7 Analisis Per-butir Soal Kelompok Rendah Siswa 29 soal:
Siswa 28 soal: No
1
2
3
4
5 6
Siswa 30 soal:
Hasil analisis
Mencari dan memahami masalah (menuliskan diketahui & ditanya secara lengkap) Menyusun stategi pemecahan yang baik (menuliskan rencana penyelesaian masalah) Mengeksplorasi solusi (menyelesaikan masalah dengan benar) Memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu (melakukan evaluasi) Level metakognitif Kesimpulan metakognitif
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
√
√
√
√
0
0
√
√
√
√
0
0
√
√
√
√
0
0
√
√
√
√
0
0
√
√
√
√
0
0
√
√
√
√
0
0
√
-
√
-
0
0
√
-
√
-
0
0
√
-
√
-
0
0
-
-
-
-
0
0
-
-
-
-
0
0
-
-
-
-
0
0
S
A
S
A
0
0
S
A
S
A
0
0
S
A
S
A
0
0
level
Aware Use
Keterangan : ( √ ) = Ya ( - ) = Tidak ( 0 ) = Tidak mengerjakan soal ( R ) = Reflective Use ( S ) = Strategic Use ( A ) = Aware Use ( T ) = Tacit Use
Aware Use
Aware Use
52
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa siswa kelompok rendah hanya mengerjakan empat soal dari enam soal yang ada. Siswa kelompok rendah sebenarnya mampu memahami masalah yang tidak mereka kerjakan. Akan tetapi, waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal sudah habis. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelompok rendah kurang mampu berpikir secara cepat sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan dan menyelesaikan masalah. Dalam Tabel 4.7 juga terlihat bahwa level metakognitif siswa kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware Use. Dimana siswa mampu memahami masalah akan tetapi tidak dapat menuliskan prosedur yang sesuai dan tidak melakukan evaluasi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan Saleh (2015) siswa yang berada ditingkat kelas rendah dapat tergolong pada level metakognitif Aware Use dan juga dapat tergolong pada tingkat Tacit Use. Dalam penelitian ini, tidak ada siswa yang berada pada level metakognitif Tacit Use, karena semua siswa dapat mencari dan memahami masalahnya dengan benar. Menurut Safitri dan Saleh (2015) siswa berada pada level metakognitif Tacit Use jika: siswa kurang mampu memahami masalah dengan baik; siswa kurang mampu merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan baik; siswa kurang mampu menyadari konsep dan cara hitung yang digunakan dengan baik; dan siswa kurang mampu melakukan evaluasi dengan baik. Dalam Tabel 4.7 juga terlihat bahwa pada beberapa soal siswa kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware Use dan pada beberapa soal lainnya siswa kelompok rendah berada pada level metakogitif Strategic Use. Akan tetapi, level metakognitif yang dominan pada siswa kelompok rendah adalah Aware Use sehingga level metakognitif siswa kelompok rendah adalah Aware Use. Ketika berada di level metakognitif Strategic Use siswa kelompok rendah mampu memahami masalah dengan benar, mampu menuliskan strategi penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar,
53
menguasai konsep kimia yang berkaitan dengan masalah yang diberikan, mampu menyadari kesalahan konsep (rumus) dan cara menghitung namun tidak dapat memperbaikinya dan tidak melakukan evaluasi terhadap hasil pemikirannya. Ketika berada di level metakognitif Aware Use, siswa kelompok rendah mampu memahami masalah dengan baik, menguasai konsep kimia yang mendasari masalah tersebut akan tetapi mengalami kesulitan dan kebingungan ketika menentukan rumus dan cara menghitung yang akan digunakan sehingga siswa kelompok rendah tidak dapat melanjutkan apa yang akan dikerjakannya. Pada Gambar 4.6 terdapat hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok rendah (siswa 30) pada soal no 3 dengan soal: “Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M? (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6)”. Pada soal ini siswa kelompok rendah (siswa 30) berada pada level metkognitif Strategic Use.
Gambar 4.6 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah Soal 3
54
Pada Gambar 4.6 terlihat adanya penulisan Dik dan Dit. Siswa 30 telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan masalah, yaitu volume dari CaCl2 dan NaOH yang dituliskan dengan V CaCl2 dan V NaOH , molaritas CaCl2 dan NaOH yang dituliskan dengan M CaCl2 dan M NaOH, serta hasil kali kelarutan dari Ca(OH)2 yang dituliskan dengan lambang Ksp Ca(OH)2. Siswa 30 juga menuliskan data yang ditanya, yaitu apakah akan terbentuk endapan dari
Ca(OH)2. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa 30 sudah dapat mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya. Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa siswa 30 berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Pada bagian ini siswa 30 tidak menuliskan strategi penyelesaian masalahnya. Akan tetapi, siswa 30 berusaha untuk langsung menjawab pertanyaannya dengan mencari mol masing-masing zat telebih dahulu, mencari konsentrasi dari masing-masing unsur penyusunnya, kemudian mencari Qsp dari Ca(OH)2. Setelah itu diambil berupa kesimpulan apakah terbentuk endapan atau tidak dengan cara membandingkan nilai Qsp Ca(OH)2 dengan nilai Ksp. Mol dari masingmasing zat yang dihasilkan benar, konsentrasi dari masing-masing unsur penusun suatu zat yang dihasilkan kurang sesuai, Qsp yang dihasilkan juga kurang sesuai, dan kesimpulan yang diambil juga kurang sesuai. Cara serta persamaan reaksi yang dituliskan benar hanya tejadi kesaahan pada saat menentukan konsentrasi dari masing-masing unsur penyusun suatu zat sehingga menghasilkan Qsp dan kesimpulan yang salah juga. Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 30 kurang melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar tetapi hasil yang diperoleh kurang tepat. Pada gambar 4.6 juga terdapat penulisan kata Kesimpulan diakhir jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 30 melakukan proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada
55
aktivitas metakognitifnya akan tetapi aktivitas evaluasi yang dilakukan kurang teliti. Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 30 dapat memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah dengan benar, dan melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah tetapi kurang melakukan evaluasi pada hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator pada Tabel 3.2 siswa
30 berada pada level metakognitif
Strategic Use. Pada soal yang lain, siswa kelompok rendah (siswa 30) berada pada level metakognitif Aware Use. Seperti terlihat pada Gambar 4.7 terdapat hasil pekerjaan perwakilan siswa kelompok rendah (siswa 30) pada soal no 2 dengan soal “Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)”.
Gambar 4.7 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah Soal 2
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 30 pada soal no 2 terlihat bahwa siswa 30 menuliskan data-data yang diketahui dan ditanyakan. Hal ini
56
menunjukkan bahwa siswa 30 sudah dapat mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya. Pada Gambar 4.7 terlihat bahwa siswa 30 berusaha untuk menyelesaikan masalah pada no 2 akan tetapi siswa 30 mengalami kebingungan saat menyelesaikan masalah. Siswa 30 tidak dapat menuliskan rencana penyelesaian masalahnya. Akan tetapi, siswa 30 berusaha untuk langsung menjawabnya dengan mencari rumus Ksp terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan Mg(OH)2 dalam air. Rumus yang dihasilkan benar, akan tetapi kelarutan yang dihasilkan kurang tepat. Siswa 30 tidak mampu menyelesaikan masalah no 2 hingga tuntas. Siswa 30 tidak mampu menjawab pertanyaan kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12, dan melihat bagaimana pengaruh pH tersebut terhadap kelarutannya. Berdasarkan hasil analisis di atas, siswa 30 kurang mampu melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan tidak
melakukan aktivitas pemantauan dalam aktivitas
metakognitif yang meliputi, menuliskan prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar akan tetapi tidak dapat menyelesaikannya sampai selesai sehingga hasil yang diperoleh kurang tepat. Pada Gambar 4.7 juga terlihat bahwa siswa 30 tidak menyelesaikan masalahnya sampai tuntas sehingga tidak memberikan kesimpulan diakhir jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 30 melakukan proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada aktivitas metakognitifnya. Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 30 dapat memahami masalah dengan benar, tidak menuliskan langkah-langkah rencana penyelesaian masalah dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan benar, tidak melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator pada Tabel 3.2 siswa 30 berada di level metakognitif Aware Use.
57
Berdasarkan hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok rendah (siswa 30) di atas menunjukkan bahwa pada beberapa soal siswa kelompok rendah berada pada level metakognitif Strategic Use dan pada beberapa soal yang lain berada pada level metakognitif Aware Use. Karena level metakognitif yang dominan pada kelompok rendah adalah Aware Use, maka level metakognitif siswa kelompok rendah adalah Aware Use. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophiningtyas dan Sugiarto (2013), siswa dengan skor rendah berada pada level metakognitif Aware Use. Siswa kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware Use karena siswa menyadari segala sesuatu yang dilakukan dalam memecahkan masalah, mengetahui apa yang diketaui dan ditanyakan, dan menyadari bahwa ia harus menggunakan suatu langkah penyelesaian masalah dengan memberikan penjelasan mengapa ia memilih penggunaan langkah tersebut. Akan tetapi, siswa yang berada pada level metakognitif Aware Use tidak mampu menjelaskan mengapa ia menggunakan langkah tersebut atau memberikan alasan yang kurang jelas (Rahayu & Azizah, 2012).
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Aware Use, sebanyak 63,64 % siswa berada pada level metakognitif Strategic Use dan sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Reflective Use. Siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas (kelompok tinggi) memiliki hasil tes level metakognitif yang tinggi. Siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas berada pada level metakognitif Reflective Use. Siswa yang memiliki hasil belajar yang sedang di dalam kelas (kelompok sedang) berada pada level metakognitif Strategic Use. Dan siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah di dalam kelas (kelompok rendah) berada pada level metakognitif Aware Use.
B.
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1.
Untuk melatih kemampuan penggunaan fungsi metakognitif siswa sebaiknya guru sering meminta siswa untuk menjelaskan setiap jawaban yang diperolehnya baik secara lisan maupun tertulis.
2.
Dalam melakukan penskoran sebaiknya guru menggunakan pedoman penskoran dengan cara memberi skor yang berbeda-beda pada masing-masing soal tergantung dari tingkat kesulitan soal dan memberi skor pada setiap langkah penyelesaiannya.
3.
Dilakukan penelitian lanjutan mengenai model yang tepat untuk meningkatkan level metakognitif siswa.
59
4.
Dilakukan penelitian lebih mendalam tentang aktivitas metakognisi siswa dan hubungannya dengan pemecahan masalah pada materi kimia yang lain.
60
DAFTAR PUSTAKA Abror, A. R. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogakarta: PT Tiara Wacana. Aljaberi, N. M., & Gheith, E. (2015). University Students’ Level of Metacognitive Thinking and their Ability to Solve Problems. American International Journal of Contemporary Research, 5(3), 121-134. Al-Khayat, M. M. (2012). The Level of Creative Thinking and Metacognitive Thinking Skill of Intermediate School in Jordan: Survey Study. Canadian Social Science, 8(4), 52-61. Al-Zoubi, S. M. (2013). The Level of Metacognitive Thinking Among Special Education Students. Prime Research on Education (PRE), 3(2), 437-441. Amin, I & Sukestiyarno.(2015). Analysis Metacognitive Skills On Learning Mathematics In High School. International Journal of Education and Research, 3(3), 213-222. Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Aurah, C. M., Casady, J.C., MCConnell, T. J. (2014). Genetics Problem Solving In High School Testing In Kenya: Effects Of Metacognitive Prompting During Testing. Electronic Journal of Science Education, 18(8), 1-26. Brady, J. E. (2000). Kimia Universitas asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara. Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. _____. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Hosseinilai, F & Kasaei, M. A. (2013). The effect of using cognitive and meta cognitive strategy on creativity level academic achievement of high school students. International Research Journal of Applied and Basic Sciences, 7(2), 114-123.
61
Indriati, M., & Syafrianti, T. (2012). Penerapan Moel Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Square (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII, SMP Islam YLPI Pekan Baru. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. 582-590. ISBN: 978-979-16353-8-7. Jayapraba. (2013). Metacognitive Instruction And Cooperative LearningStrategies For Promoting Insightful Learning In Science. International Journal on New Trends in Education and Their Implications, 4(1), 165-172. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Jakarta: Kemendikbud. Laurens, T. (2010). Penjenjangan Metakognisi Siswa yang Valid dan Reliabilitas. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 17(2), 201-213. LeKDiS. (2005).
Standar Nasonal Pendidikan (PP RI No 19 Tahun
2005).Ciputat: Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial. Mahromah, L. A., & Manoy, J. T. (2013). Identifikasi Tingkat Metakognisi Peserta didik dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Perbedaan Skor Matematika. MATHEdunesa, 2(1), 1-8. Mataka, L. M., William, W., Cobern, Megan, L., Grunert, Jacinta, M., George, A. (2014). The Effect of Using an Explicit General Problem Solving Teaching Approach on Elementary Pre-Service Teachers’ Ability to Solve Heat Transfer Problems. International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology, 2(3), 164-167. McGregor, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning, A Guide to Thinking Skills in Education. New York: Open University Press. Murti, H. A. S. (2011). Metakognisi dan Theory of Mind (ToM). Jurnal Psikologi Pitutur, 1(2), 53-64. Nurmaliah, C. (2009). Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa SMP Negeri di Kota Malang Berdasarkan Kemampuan Awal, Tingkat Kelas, dan Jenis Kelamin. Jurnal Biologi Edukasi, 1(2), 18-21.
62
Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Petrucci, R. H. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1. Bogor: Erlangga. _____. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1. Bogor: Erlangga. Purba, M. (2007). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Rahayu, P., & Azizah, U. (2012). Students’ Metacognition Level Through Of Implementation Of Problem Based Learning With Metacognitive Strategies At Sman 1 Manyar. Unesa Journal of Chemical Education, 1(1), 164-173. Safitri, K. R., & Saleh, M. (2015). Analisis Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metakognisi. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS, 470-485. ISBN : 978.602.361.002.0 Sastrohamidjojo, H. (2010). Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Satrock, J. W. (2004). Strategi Belajar. Jakarta: Bhineka Cipta. _____. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. _____. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana. Shetty, G. (2014). A Study of the Metacognition Levels of Student Teachers On The Basis Of Their Learning Styles. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), 4(1), 43-51. Slameto. (1991). Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara. Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga. Sophianingtyas, F., & Sugiarto, B. (2013). Identifikasi Level Metakognitif Siswa dalam Memecahkan Masalah Materi Perhitungan Kimia. UNESA Journal of Chemical Education. 2(1), 21-27. Sofyan, A, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press Sudarmo, U. (2013). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
63
Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama. Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Swartz, R & Chang, A. (1998). Intructional Strategies for Thinking Classroom. Singapura: National Institute of Education. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama. Yamin, M. (2013). Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press Group. Yeo, K. K. J. (2004). Mathematical Problem Solving in The Primary and Secondary Levels. Email:
[email protected].
64
Lampiran 1
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kompetensi Inti Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja spesifik untuk
Kompetensi Dasar
Indikator
Memprediksi Menentukan terbentuknya endapan menyatakan dari suatu reaksi (C3) berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan
cara kelarutan
Menentukan hubungan tetapan hasil kali kelarutan dengan kelarutan (C3)
Soal 1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108) 2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Tentukan kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1 (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108) 3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
65
memecahkan masalah
Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan (C5)
4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6) 6. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10 7. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20?
66
Menemukan pengaruh pH terhadap kelarutan (C4)
8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12. c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.
Menemukan pengaruh ion senama terhadap kelarutan (C4)
9. Diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5 mol/L-1. Tentukan kelarutannya dalam larutan 0,01 M AgNO3 dan jelaskan bagaimana pengaruh ion senama (Ag) tersebut terhadap kelarutan! 10. Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5 mol L-1 pada 250C. Tentukanlah kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M dan jelaskan bagaimana pengaruh ion senama (Ag) tersebut terhadap kelarutannya! (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12)
67
11. Hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6. Tentukan kelarutannya dalam air dan dalam larutan KBr 0,20 M. serta jelaskan bagaimana pengaruh ion senama (Br) tersebut terhadap kelarutannya! 12. Hitung kelarutan perak klorida (dalam g/L) dalam air murni dan dalam larutan NaCl 0,1 M. serta jelaskan bagaimana pengaruh ion senama (Cl) tersebut terhadap kelarutan. Jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10
68 Lampiran 2
Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Soal 1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
Jawaban Rubrik Penilaian 1. Tahap mencari dan memahami masalah: 2 Diketahui : V = 4 L Ar O =16 0 T = 25 C Ar Cr = 52 m = 13, 28 gram Ar Ag = 108 1 Ditanya : s Ag2CrO4….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan 3 rumus: .
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr Ag2CrO4 Tahap mengeksplorasi solusi: Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O) = ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16)) = 332 Jumlah mol Ag2CrO4 =
2 2
Kelarutan Ag2CrO4 =
2
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam 4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4 adalah
2 Skor = 14
Komentar
69 2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Nyatakan kelarutan Ag2CrO4 tersebut -1 dalam mol L (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
2. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52 m = 4,35 mg Ar O =16 Ditanya : s Ag2CrO4….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan rumus:
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah terlebih dahulu satuannya menjadi gram. Tahap mengeksplorasi solusi: Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O) = ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16)) = 332 gram/mol
2
1
3
2
Jumlah mol Ag2CrO4 = 2 s= Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam 4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL air adalah
3. Sebanyak larutan
100
mL jenuh
3. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L
2
2 Skor = 14
2
70 magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
T = 180C Ar Mg = 24 m = 7,6 gram Ar F = 19 Ditanya : Ksp MgF2….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp MgF2 = [Mg2+][F-]2 diperlukan data tambahan yaitu s MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol dan Mr MgF2 Tahap mengeksplorasi solusi: Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F) = (1 x 24) + (2 x 19) = 62 gram/mol
1
3
2
Jumlah mol MgF2 = 2 kelarutan (s) =
mol/L
MgF2(s) Mg2+(aq) + 2F-(aq) s s 2s 2+ - 2 Ksp MgF2 = [Mg ][F ] = s (2s)2 = 4s3 = 4(1,22 x 10-3)3 = 7,2634 x 10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x 10-9
2 2 2 2 2 1 2
2 Skor = 25
71 4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M K2CrO4. Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 1012
4. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V AgNO3 = 100 ml V K2CrO4 = 100 mL M AgNO3 = 0,006 M M K2CrO4 = 0,002 M Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik : Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara [Ag+]2×[CrO42-]. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan dicampur Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi: Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan dicampur dihitung dengan persamaan: [AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M [K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M Reaksi ionisasi masing-masing zat: AgNO3 Ag+ + NO30,003
0,003
0,003
2
1
4
1 2 2
2 2
72 K2CrO4
2K+
0,001
0,002
+
CrO42-
2
0,001
2
Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO42-] = 0,001 M Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]2 × [CrO42-] = (0,003)2 × (0,001) = 9×10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9) > Ksp (4×10-12) berarti Ag2CrO4 mengendap 5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6)
5. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V CaCl2 = 10 ml V NaOH = 10 mL M CaCl2 = 0,2 M M NaOH = 0,02 M Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara [Ca2+][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur
1 2 2 3
2 Skor = 29
2
1
4
73
membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi: Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) = CaCl2(aq) 0,1 M
Ca2+(aq) + 2Cl-(aq) 0,1 M 0,2 M
Molaritas (NaOH setelah dicampur)= +
OH-(aq)
NaOH(aq) Na (aq) + 0,01 M 0,01 M 0,01 M Jadi konsentrasi ion Ca2+ dalam campuran = 0,1 M dan konsentrasi ion OH- = 0,01 M Ca(OH)2 Ca2+ + 2OHQ untuk Ca(OH)2 = [Ca2+][OH-]2 = 0,1 x (0,01)2 = 1 x 10-5 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2 6. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M ditambahkan 600 mL
6. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V BaCl2 = 200 ml V K2SO4 = 600 mL M BaCl2 = 0,004 M M K2SO4 = 0,008 M
2 2 2 2 2 2
2 2 2 2
2 Skor = 29
2
74 K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10 Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara [Ba2+][SO42-]. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi:
1
Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) =
2
BaCl2 0,001 M
Ba2+ + 2Cl0,001M 0,002M
Molaritas K2SO4 setelah dicampur = K2SO4 0,006 M
2K+ + SO420,012M 0,006M
BaSO4 Ba2+ + SO43Q BaSO4 = [Ba2+][SO42-] = (0,001)(0,006) = 6×10-6
4
2 2 2 2 2 2 2 2 2
75 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran tersebut 7. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M Ksp -20 Ca3(PO4)2 = 2 x 10
7. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V Na3PO4 = 100 ml V Ca(NO3)2 = 100 mL M Na3PO4 = 0,001 M M Ca(NO3)2 = 0,001 M Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara [Ca2+]3[PO43-]2. Diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi:
2 Skor = 29
2
1
4
Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) = 2 Na3PO4 0,0005 M
3Na+ + PO430,0015M 0,0005M
2 2
76 Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur =
2 2
Ca(NO3)2 0,0005 M
2+
-
Ca + 2NO3 0,0005M 0,001M
Ca3(PO4)2 3Ca2+ + 2 PO43Q Ca3(PO4)2 = [Ca2+]3[PO43-]2 = (0,0005)3(0,0005)2 = 3,125×10-17 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp, maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran tersebut 8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 X 10-12. Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni. b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12. c. Bagaimana pengaruh pH
8. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12 Ditanya: a. s dalam air =…? b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …? c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12 digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH-]2 . Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun dalam larutan dengan pH 12 yaitu konsentrasi Mg2+ dan OH- dalam air maupun dalam
2 2 2 2 2
2 Skor = 29
2 1
4
77 terhadap kelarutannya.
larutan dengan pH 12. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh dimana [Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1 Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) s s 2s [Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (s)(2s)2 = 2 x 10-12 4s3 = 2 x 10-12 s = 7,94 x 10-5 mol L-1 Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5 mol L-1 Dalam larutan dengan pH 12 pH = 12 pOH = 2 [OH-] = 1 x 10-2 mol L-1 Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh, misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1 Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) x x 2x konsentrasi ion OH dalam larutan = (1 x 10-2) + 2x. substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan
2 2 2 2 1 2 1
1 2
2 2
78 kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai berikut [Mg2+ ] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (x) {(1 x 10-2) + 2x}2 = 2 x 10-12 Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2, maka (1 x 10-2) + 2x ≡ 1 X 10-2 . persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut: (x) (1 x 10-2)2 = 2 x 10-12 x = 2 x 10-8 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2 dalam air adalah 7,94 x 10-5 mol L-1 dan kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8 mol L-1. Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH terhadap kelarutan adalah dapat memperkecil kelarutannya. 9. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5 mol/L-1.
9. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5 Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …?? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp AgCl dan konsentrasi Ag+ dan Cl- dalam larutan AgNO3. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
2 1
1 2
2 Skor = 34
2 1
4
79 AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+ + Cl-
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-] = ( Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 0,01
2 2
( Ag+ + NO30,01
2
0,01
Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1 Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+ + Cl-
2 2 2 1
Dalam larutan terdapat: [Ag+] = 0,01 + a 0,01 [Cl ] = a Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-] 10-10 = (0,01) × (a) a = 10-8 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8 mol l-1. Jika dibandingkan dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2 2
2 Skor = 26
80 10. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5 mol L-1 pada 250C. Tentukan bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12)
10. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5 mol L-1 T = 250C Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12 Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO42-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M konsentrasi Ag+ dan CrO42- dalam larutan AgNO3. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion Ag+ dan 0,1M ion NO3AgNO3 Ag+ + NO30,1M 0,1M 0,1M Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq) s 2s s + 2 Ksp Ag2CrO4 = [Ag ] [CrO4] 2,4 ×10-12 = (0,1)2(s) 2,4 ×10-12 = 0,01 s s = 2,4 ×10-10
2
1
4
2 2 2 2 2 2 1 2
81 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10 mol L-1, kira-kira 351 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil kelarutan. 11. Jika diketahui hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6. Bagaimana pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M.
11. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6 Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2 dalam larutan KBr 0,02 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp PbBr2 = [Pb2+]Br]2 . Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun dalam larutan KBr 0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+ dan Br- dalam air maupun dalam larutan KBr. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan KBr, dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air PbBr2 Pb2+ + 2Brs s 2s 2+ - 2 Ksp PbBr2 = [Pb ][Br ] 8,9 x 10-6 = (s)(2s)2
2 Skor = 24
2 1
4
2 2 2
82 8,9 x 10-6 = 4s3 s = 1,3055 x 10-2 Dalam larutan KBr KBr K+ + Br0,2 M 0,2M 0,2 M Ksp PbBr2 = [Pb2+][Br-]2 8,9 x 10-6 = (s)(0,2)2 8,9 x 10-6 = 0,04s s = 2,225 x 10-4 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4 mol L-1, kira-kira 57 kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan. 12. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10.
12. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10 Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl = [Ag+][Cl-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun dalam larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+ dan Cldalam air maupun dalam larutan NaCl.
2 1 2 2 2 2 2 1 2
2 Skor = 31
2 1
4
83
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan NaCl dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air AgCl Ag+ + Cls s s + Ksp AgCl = [Ag ][Cl ] 1 x 10-10 = (s)(s) 1 x 10-10 = s2 s = 1 x 10-5 Dalam larutan AgNO3 NaCl Na+ + Cl0,1 M 0,1M 0,1M Ksp AgCl = [Ag+][Cl-] 1 x 10-10 = (s)(0,1) 1 x 10-10 = 0,1s s = 1 x 10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9 mol L-1, kira-kira 10 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
2 Skor = 31
84
Lampiran 3
UJI COBA INSTRUMEN TES LEVEL METAKOGNITIF SISWA Nama
:
Kelas
:
Hari/Tanggal : Petunjuk
:
1.
Berdoalah sebelum mengisi soal!
2.
Bacalah soal dengan teliti, kemudian selesaikan lebih dahulu soal yang kamu anggap mudah!
3.
Dalam menjawab soal tuliskan apa yang diketahui, ditanya, rencana penyelesaian, perhitungan dan kesimpulannya!
4.
Periksalah kembali hasil kerjaanmu sebelum dikumpulkan!
5.
Dilarang bekerja sama dengan teman!
__________________________________________________________________ 1.
Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
2.
Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Tentukan kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1 (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
3.
Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
4.
Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12
5.
Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6)
85
6.
Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
7.
Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 1020
?
8.
9.
Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukan: a.
Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni
b.
Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12.
c.
Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.
Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5 mol/L-1.
10. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5 mol L-1 pada 250C. Tentukan bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12) 11. Jika diketahui hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6. Bagaimana pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M. 12. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10.
86 Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator
Soal
Kesesuaian soal dengan Indikator Ya
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
Memprediksi Menentukan cara terbentuknya menyatakan endapan dari suatu kelarutan (C3) reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan
1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
Menentukan hubungan tetapan hasil kali kelarutan dengan kelarutan (C3)
3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Tentukan kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1 (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
Tidak
Komentar
87 kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja spesifik untuk memecahkan masalah
Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan (C5)
4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6) 6. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10 7. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20?
88 Menemukan pengaruh pH terhadap kelarutan (C4)
8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12. c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.
Menemukan pengaruh ion senama terhadap kelarutan (C4)
9. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5 mol/L-1. 10. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5 mol L-1 pada 250C. Tentukan bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12) 11. Jika diketahui hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6. Bagaimana pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan
89 dalam larutan KBr 0,20 M. 12. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10.
A.
Kesimpulan Validator Lingkari jawaban berikut ini sesuai dengan kesimpulan Bapak/Ibu: a. Layak digunakan dilapangan tanpa ada revisi b. Layak digunakan dilapangan dengan revisi c. Tidak layak digunakan
B.
Komentar & Saran:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………
90
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Soal 1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
Jawaban 1. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : V = 4 L Ar O =16 0 T = 25 C Ar Cr = 52 m = 13, 28 gram Ar Ag = 108 Ditanya : s Ag2CrO4….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan rumus: .
Rubrik Penilaian 2
1
3
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr Ag2CrO4 Tahap mengeksplorasi solusi: Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O) = ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16)) = 332
2
Jumlah mol Ag2CrO4 = 2
Komentar
91
Kelarutan Ag2CrO4 = Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam 4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4 adalah 2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Nyatakan kelarutan Ag2CrO4 tersebut -1 dalam mol L (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
2. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52 m = 4,35 mg Ar O =16 Ditanya : s Ag2CrO4….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan rumus:
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah terlebih dahulu satuannya menjadi gram. Tahap mengeksplorasi solusi: Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O) = ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16)) = 332 gram/mol
2
2 Skor = 14
2
1
3
2
Jumlah mol Ag2CrO4 = 2
92
s= Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam 4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL air adalah
3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
3. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L T = 180C Ar Mg = 24 m = 7,6 gram Ar F = 19 Ditanya : Ksp MgF2….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp MgF2 = [Mg2+][F-]2 diperlukan data tambahan yaitu s MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol dan Mr MgF2 Tahap mengeksplorasi solusi: Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F) = (1 x 24) + (2 x 19) = 62 gram/mol
2
2 Skor = 14
2
1
3
2
93
Jumlah mol MgF2 =
kelarutan (s) =
2 mol/L
MgF2(s) Mg2+(aq) + 2F-(aq) s s 2s 2+ - 2 Ksp MgF2 = [Mg ][F ] = s (2s)2 = 4s3 = 4(1,22 x 10-3)3 = 7,2634 x 10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x 10-9 4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M K2CrO4. Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12
4. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V AgNO3 = 100 ml V K2CrO4 = 100 mL M AgNO3 = 0,006 M M K2CrO4 = 0,002 M Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik : Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
2 2 2 2 2 1 2
2 Skor = 25
2
1
94
perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara [Ag+]2×[CrO42-]. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan dicampur Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi: Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan dicampur dihitung dengan persamaan: [AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M [K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M Reaksi ionisasi masing-masing zat: AgNO3 Ag+ + NO30,003
0,003
K2CrO4
2K+
0,001
0,002
0,003 +
4
1 2 2 2 2
CrO42-
2
0,001
2
Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO42-] =
95
0,001 M Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]2 × [CrO42-] = (0,003)2 × (0,001) = 9×10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9) > Ksp (4×1012 ) berarti Ag2CrO4 mengendap 5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6)
5. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V CaCl2 = 10 ml V NaOH = 10 mL M CaCl2 = 0,2 M M NaOH = 0,02 M Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara [Ca2+][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp
1 2 2 3
2 Skor = 29
2
1
4
96
maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi: Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) = CaCl2(aq) 0,1 M
Ca2+(aq) + 2Cl-(aq) 0,1 M 0,2 M
2 2 2
Molaritas (NaOH setelah dicampur)= 2 NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq) 0,01 M 0,01 M 0,01 M Jadi konsentrasi ion Ca2+ dalam campuran = 0,1 M dan konsentrasi ion OH- = 0,01 M Ca(OH)2 Ca2+ + 2OHQ untuk Ca(OH)2 = [Ca2+][OH-]2 = 0,1 x (0,01)2 = 1 x 10-5 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2 6. Apakah terbentuk
akan endapan
6. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V BaCl2 = 200 ml
2 2
2 2 2 2
2 Skor = 29
2
97
bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
V K2SO4 = 600 mL M BaCl2 = 0,004 M M K2SO4 = 0,008 M Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10 Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara [Ba2+][SO42-]. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi:
1
4
Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) = BaCl2 0,001 M
2+
-
Ba + 2Cl 0,001M 0,002M
Molaritas K2SO4 setelah dicampur = K2SO4 0,006 M
2K+ + SO420,012M 0,006M
2 2 2 2 2 2
98
BaSO4 Ba2+ + SO43Q BaSO4 = [Ba2+][SO42-] = (0,001)(0,006) = 6×10-6 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran tersebut 7. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
7. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V Na3PO4 = 100 ml V Ca(NO3)2 = 100 mL M Na3PO4 = 0,001 M M Ca(NO3)2 = 0,001 M Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara [Ca2+]3[PO43-]2. Diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur
2 2 2 2
2 Skor = 29
2
1
4
99
Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi: Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) = 2 Na3PO4 0,0005 M
3Na+ + PO430,0015M 0,0005M
2 2
Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur = 2 Ca(NO3)2 0,0005 M
Ca2+ + 2NO30,0005M 0,001M
Ca3(PO4)2 3Ca2+ + 2 PO432+ 3 Q Ca3(PO4)2 = [Ca ] [PO43-]2 = (0,0005)3(0,0005)2 = 3,125×10-17 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp, maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran tersebut
2 2 2 2 2 2
2 Skor = 29
100
8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 X 1012 . Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni. b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12. c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.
8. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12 Ditanya: a. s dalam air =…? b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …? c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12 digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH-]2 . Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun dalam larutan dengan pH 12 yaitu konsentrasi Mg2+ dan OHdalam air maupun dalam larutan dengan pH 12. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh dimana [Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1 Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) s s 2s
2 1
4
2 2
101
[Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (s)(2s)2 = 2 x 10-12 4s3 = 2 x 10-12 s = 7,94 x 10-5 mol L-1 Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5 mol L-1 Dalam larutan dengan pH 12 pH = 12 pOH = 2 [OH-] = 1 x 10-2 mol L-1 Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh, misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1 Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) x x 2x konsentrasi ion OH dalam larutan = (1 x 10-2) + 2x. substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai berikut [Mg2+ ] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (x) {(1 x 10-2) + 2x}2 = 2 x 10-12 Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2, maka (1 x 10-2) + 2x ≡ 1 X 10-2 . persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut: (x) (1 x 10-2)2 = 2 x 10-12
2 2 1 2 1
1 2
2 2
2 1
1
102
x = 2 x 10-8 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2 dalam air adalah 7,94 x 10-5 mol L-1 dan kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8 mol L-1. Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH terhadap kelarutan adalah dapat memperkecil kelarutannya. 9. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air -5 -1 murni 10 mol/L .
9. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5 Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …?? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp AgCl dan konsentrasi Ag+ dan Cl- dalam larutan AgNO3. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya.
2
2 Skor = 34
2 1
4
103
Tahap mengeksplorasi solusi: Reaksi ionisasi AgCl : AgCl
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-] = ( Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 0,01
Ag+ + Cl-
2
(
2 2
Ag+ + NO3-
2
0,01
2
0,01
Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1 Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+ + Cl-
2 1
Dalam larutan terdapat: [Ag+] = 0,01 + a 0,01 [Cl ] = a Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-] 10-10 = (0,01) × (a) a = 10-8 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8 mol l-1. Jika dibandingkan dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2 2
2 Skor = 26
104
10. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5 mol L-1 pada 250C. Tentukan bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12)
10. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5 mol L-1 T = 250C Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12 Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO42-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M konsentrasi Ag+ dan CrO42- dalam larutan AgNO3. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion Ag+ dan 0,1M ion NO3AgNO3 Ag+ + NO30,1M 0,1M 0,1M
2
1
4
2 2
105
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq) s 2s s + 2 Ksp Ag2CrO4 = [Ag ] [CrO4] 2,4 ×10-12 = (0,1)2(s) 2,4 ×10-12 = 0,01 s s = 2,4 ×10-10 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10 mol L-1, kirakira 351 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil kelarutan. 11. Jika diketahui hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 106 . Bagaimana pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M.
11. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6 Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2 dalam larutan KBr 0,02 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp PbBr2 = [Pb2+]Br-]2 . Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun
2 2 2 2 1 2
2 Skor = 24
2 1
4
106
dalam larutan KBr 0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+ dan Br- dalam air maupun dalam larutan KBr. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan KBr, dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air PbBr2 Pb2+ + 2Brs s 2s 2+ - 2 Ksp PbBr2 = [Pb ][Br ] 8,9 x 10-6 = (s)(2s)2 8,9 x 10-6 = 4s3 s = 1,3055 x 10-2 Dalam larutan KBr KBr K+ + Br0,2 M 0,2M 0,2 M Ksp PbBr2 = [Pb2+][Br-]2 8,9 x 10-6 = (s)(0,2)2 8,9 x 10-6 = 0,04s s = 2,225 x 10-4 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
2
107
larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4 mol L-1, kira-kira 57 kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan. 12. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10.
12. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10 Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl = [Ag+][Cl-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun dalam larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+ dan Cldalam air maupun dalam larutan NaCl. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan NaCl dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air AgCl Ag+ + Cls s s
Skor = 31
2 1
4
2 2
108
Ksp AgCl = [Ag+][Cl-] 1 x 10-10 = (s)(s) 1 x 10-10 = s2 s = 1 x 10-5 Dalam larutan AgNO3 NaCl Na+ + Cl0,1 M 0,1M 0,1M Ksp AgCl = [Ag+][Cl-] 1 x 10-10 = (s)(0,1) 1 x 10-10 = 0,1s s = 1 x 10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9 mol L-1, kira-kira 10 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
2 Skor = 31
109
110 Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kompetensi Inti Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
Kompetensi Dasar
Indikator
Soal
Memprediksi Menentukan cara terbentuknya menyatakan endapan dari suatu kelarutan (C3) reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan
1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
Menentukan hubungan tetapan hasil kali kelarutan dengan kelarutan (C3)
3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
Memprediksi terbentuknya
4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002
2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Tentukan kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1 (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
Kesesuaian soal dengan Indikator Ya Tidak
Komentar
111 dan kejadian dalam bidang kerja spesifik untuk memecahkan masalah
endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan (C5)
M K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6) 6. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10 7. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20?
Menemukan pengaruh pH terhadap kelarutan (C4)
8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12.
112 c. Bagaimana pengaruh terhadap kelarutannya.
Menemukan pengaruh ion senama terhadap kelarutan (C4)
pH
9. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5 mol/L-1. 10. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5 mol L-1 pada 250C. Tentukan bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12) 11. Jika diketahui hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6. Bagaimana pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M. 12. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang
113 dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10.
114
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Soal 1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
Jawaban 1. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : V = 4 L Ar O =16 0 T = 25 C Ar Cr = 52 m = 13, 28 gram Ar Ag = 108 Ditanya : s Ag2CrO4….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan rumus: .
Rubrik Penilaian 2
1
3
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr Ag2CrO4 Tahap mengeksplorasi solusi: Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O) = ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16)) = 332
2
Jumlah mol Ag2CrO4 = 2
Komentar
115
Kelarutan Ag2CrO4 = Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam 4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4 adalah 2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Nyatakan kelarutan Ag2CrO4 tersebut -1 dalam mol L (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
2. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52 m = 4,35 mg Ar O =16 Ditanya : s Ag2CrO4….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan rumus:
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah terlebih dahulu satuannya menjadi gram. Tahap mengeksplorasi solusi: Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O) = ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16)) = 332 gram/mol
2
2 Skor = 14
2
1
3
2
Jumlah mol Ag2CrO4 = 2
116
s= Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam 4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL air adalah
3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
3. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L T = 180C Ar Mg = 24 m = 7,6 gram Ar F = 19 Ditanya : Ksp MgF2….? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp MgF2 = [Mg2+][F-]2 diperlukan data tambahan yaitu s MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol dan Mr MgF2 Tahap mengeksplorasi solusi: Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F) = (1 x 24) + (2 x 19) = 62 gram/mol
2
2 Skor = 14
2
1
3
2
117
Jumlah mol MgF2 =
kelarutan (s) =
2 mol/L
MgF2(s) Mg2+(aq) + 2F-(aq) s s 2s 2+ - 2 Ksp MgF2 = [Mg ][F ] = s (2s)2 = 4s3 = 4(1,22 x 10-3)3 = 7,2634 x 10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x 10-9 4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M K2CrO4. Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12
4. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V AgNO3 = 100 ml V K2CrO4 = 100 mL M AgNO3 = 0,006 M M K2CrO4 = 0,002 M Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik : Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
2 2 2 2 2 1 2
2 Skor = 25
2
1
118
perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara [Ag+]2×[CrO42-]. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan dicampur Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi: Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan dicampur dihitung dengan persamaan: [AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M [K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M Reaksi ionisasi masing-masing zat: AgNO3 Ag+ + NO30,003
0,003
K2CrO4
2K+
0,001
0,002
0,003 +
4
1 2 2 2 2
CrO42-
2
0,001
2
Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO42-] =
119
0,001 M Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]2 × [CrO42-] = (0,003)2 × (0,001) = 9×10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9) > Ksp (4×1012 ) berarti Ag2CrO4 mengendap 5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6)
5. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V CaCl2 = 10 ml V NaOH = 10 mL M CaCl2 = 0,2 M M NaOH = 0,02 M Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara [Ca2+][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp
1 2 2 3
2 Skor = 29
2
1
4
120
maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi: Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) = CaCl2(aq) 0,1 M
Ca2+(aq) + 2Cl-(aq) 0,1 M 0,2 M
2 2 2
Molaritas (NaOH setelah dicampur)= 2 NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq) 0,01 M 0,01 M 0,01 M Jadi konsentrasi ion Ca2+ dalam campuran = 0,1 M dan konsentrasi ion OH- = 0,01 M Ca(OH)2 Ca2+ + 2OHQ untuk Ca(OH)2 = [Ca2+][OH-]2 = 0,1 x (0,01)2 = 1 x 10-5 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2 6. Apakah terbentuk
akan endapan
6. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V BaCl2 = 200 ml
2 2
2 2 2 2
2 Skor = 29
2
121
bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
V K2SO4 = 600 mL M BaCl2 = 0,004 M M K2SO4 = 0,008 M Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10 Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara [Ba2+][SO42-]. Untuk menentukan Q diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi:
1
4
Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) = BaCl2 0,001 M
2+
-
Ba + 2Cl 0,001M 0,002M
Molaritas K2SO4 setelah dicampur = K2SO4 0,006 M
2K+ + SO420,012M 0,006M
2 2 2 2 2 2
122
BaSO4 Ba2+ + SO43Q BaSO4 = [Ba2+][SO42-] = (0,001)(0,006) = 6×10-6 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran tersebut 7. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
7. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui V Na3PO4 = 100 ml V Ca(NO3)2 = 100 mL M Na3PO4 = 0,001 M M Ca(NO3)2 = 0,001 M Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20 Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara [Ca2+]3[PO43-]2. Diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua larutan dicampur
2 2 2 2
2 Skor = 29
2
1
4
123
Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh Tahap mengeksplorasi solusi: Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) = 2 Na3PO4 0,0005 M
3Na+ + PO430,0015M 0,0005M
2 2
Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur = 2 Ca(NO3)2 0,0005 M
Ca2+ + 2NO30,0005M 0,001M
Ca3(PO4)2 3Ca2+ + 2 PO432+ 3 Q Ca3(PO4)2 = [Ca ] [PO43-]2 = (0,0005)3(0,0005)2 = 3,125×10-17 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp, maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran tersebut
2 2 2 2 2 2
2 Skor = 29
124
8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 X 1012 . Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni. b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12. c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.
8. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12 Ditanya: a. s dalam air =…? b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …? c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12 digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH-]2 . Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun dalam larutan dengan pH 12 yaitu konsentrasi Mg2+ dan OHdalam air maupun dalam larutan dengan pH 12. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh dimana [Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1 Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) s s 2s
2 1
4
2 2
125
[Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (s)(2s)2 = 2 x 10-12 4s3 = 2 x 10-12 s = 7,94 x 10-5 mol L-1 Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5 mol L-1 Dalam larutan dengan pH 12 pH = 12 pOH = 2 [OH-] = 1 x 10-2 mol L-1 Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh, misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1 Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) x x 2x konsentrasi ion OH dalam larutan = (1 x 10-2) + 2x. substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai berikut [Mg2+ ] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (x) {(1 x 10-2) + 2x}2 = 2 x 10-12 Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2, maka (1 x 10-2) + 2x ≡ 1 X 10-2 . persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut: (x) (1 x 10-2)2 = 2 x 10-12
2 2 1 2 1
1 2
2 2
2 1
1
126
x = 2 x 10-8 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2 dalam air adalah 7,94 x 10-5 mol L-1 dan kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8 mol L-1. Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH terhadap kelarutan adalah dapat memperkecil kelarutannya. 9. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air -5 -1 murni 10 mol/L .
9. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5 Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …?? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp AgCl dan konsentrasi Ag+ dan Cl- dalam larutan AgNO3. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya.
2
2 Skor = 34
2 1
4
127
Tahap mengeksplorasi solusi: Reaksi ionisasi AgCl : AgCl
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-] = ( Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 0,01
Ag+ + Cl-
2
(
2 2
Ag+ + NO3-
2
0,01
2
0,01
Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1 Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+ + Cl-
2 1
Dalam larutan terdapat: [Ag+] = 0,01 + a 0,01 [Cl ] = a Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl-] 10-10 = (0,01) × (a) a = 10-8 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8 mol l-1. Jika dibandingkan dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2 2
2 Skor = 26
128
10. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5 mol L-1 pada 250C. Tentukan bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12)
10. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5 mol L-1 T = 250C Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12 Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO42-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M konsentrasi Ag+ dan CrO42- dalam larutan AgNO3. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion Ag+ dan 0,1M ion NO3AgNO3 Ag+ + NO30,1M 0,1M 0,1M
2
1
4
2 2
129
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq) s 2s s + 2 Ksp Ag2CrO4 = [Ag ] [CrO4] 2,4 ×10-12 = (0,1)2(s) 2,4 ×10-12 = 0,01 s s = 2,4 ×10-10 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10 mol L-1, kirakira 351 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil kelarutan. 11. Jika diketahui hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 106 . Bagaimana pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M.
11. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6 Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2 dalam larutan KBr 0,02 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp PbBr2 = [Pb2+]Br-]2 . Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun
2 2 2 2 1 2
2 Skor = 24
2 1
4
130
dalam larutan KBr 0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+ dan Br- dalam air maupun dalam larutan KBr. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan KBr, dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air PbBr2 Pb2+ + 2Brs s 2s 2+ - 2 Ksp PbBr2 = [Pb ][Br ] 8,9 x 10-6 = (s)(2s)2 8,9 x 10-6 = 4s3 s = 1,3055 x 10-2 Dalam larutan KBr KBr K+ + Br0,2 M 0,2M 0,2 M Ksp PbBr2 = [Pb2+][Br-]2 8,9 x 10-6 = (s)(0,2)2 8,9 x 10-6 = 0,04s s = 2,225 x 10-4 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
2
131
larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4 mol L-1, kira-kira 57 kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan. 12. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10.
12. Tahap mencari dan memahami masalah: Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10 Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …? Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik: Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl = [Ag+][Cl-]. Diperlukan data tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air maupun dalam larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+ dan Cldalam air maupun dalam larutan NaCl. Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan NaCl dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan nya. Tahap mengeksplorasi solusi: Dalam air AgCl Ag+ + Cls s s
Skor = 31
2 1
4
2 2
132
Ksp AgCl = [Ag+][Cl-] 1 x 10-10 = (s)(s) 1 x 10-10 = s2 s = 1 x 10-5 Dalam larutan AgNO3 NaCl Na+ + Cl0,1 M 0,1M 0,1M Ksp AgCl = [Ag+][Cl-] 1 x 10-10 = (s)(0,1) 1 x 10-10 = 0,1s s = 1 x 10-9 Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu: Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9 mol L-1, kira-kira 10 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
2 Skor = 31
133
Lampiran 5. KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 17 Butir Soal= 12 Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Korelasi 0.763 0.349 0.786 0.651 0.660 0.320 0.484 0.460 0.338 0.400 0.032 0.515
Signifikansi Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) 10 15 20 25 30 40 50
P=0,05 0,576 0,482 0,423 0,381 0,349 0,304 0,273
P=0,01 0,708 0,606 0,549 0,496 0,449 0,393 0,354
Bila koefisien = 0,000
df (N-2) 60 70 80 90 100 125 >150
P=0,05 0,250 0,233 0,217 0,205 0,195 0,174 0,159
P=0,01 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208
berarti tidak dapat dihitung.
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 194.35 Simpang Baku= 13.43 KorelasiXY= 0.53 Reliabilitas Tes= 0.70 Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
No. Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kode/Nama Subyek Nurul anjar wati Muthia Alvita Lathifa Utami Lia Agustina Zagiyatul Nin... Annisa Nur Asifa Husnul Khotimah Munirotus saadah Dyah Fadjar Annisa Mutian... Fernando Galih Ginajar Mita Fia Salsa Ulfah Siti Khoirunnisa Nurul
Skor Ganjil 88 98 96 78 96 93 98 93 103 95 100 93 101 86 103 91 74
KELOMPOK UNGGUL & ASOR Page 1
Skor Genap 99 109 98 103 101 97 108 100 100 94 111 112 101 102 104 98 81
Skor Total 187 207 194 181 197 190 206 193 203 189 211 205 202 188 207 189 155
Lampiran 5. ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR No Urt 1 2 3 4 5
No Urt 1 2 3 4 5
No Urt 1 2 3 4 5
11 2 15 7 12 Rata2 Skor Simpang Baku
11 2 15 7 12 Rata2 Skor
Fernando Muthia Alvita Ulfah Husnul Khotimah Galih Ginajar
Fernando Muthia Alvita Ulfah Husnul Khotimah Galih Ginajar
211 207 207 206 205
1 1 11 9 11 9 9 9.80 1.10
211 207 207 206 205
6 6 25 23 23 23 25 23.80
2 2 9 9 11 9 11 9.80 1.10 7 7 22 22 22 22 20 21.60
Simpang Baku
1.10
0.89
11 2 15 7 12 Rata2 Skor Simpang Baku
11 11 3 0 3 0 0 1.20 1.64
12 12 16 16 12 16 18 15.60 2.19
Fernando Muthia Alvita Ulfah Husnul Khotimah Galih Ginajar
211 207 207 206 205
3 4 5 3 4 5 20 24 22 22 24 23 22 24 23 22 24 23 22 24 22 21.60 24.00 22.60 0.89 0.00 0.55 8 8 25 25 21 25 21 23.40 2.19
9 10 9 10 22 12 22 12 22 13 22 11 20 13 21.60 12.20
0.89
0.84
Kelompok Asor Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR No Urt 1 2 3 4 5
No Urt 1 2 3 4 5
16 14 1 4 17 Rata2 Skor Simpang Baku
16 14 1 4 17 Rata2 Skor
Siti Khoirunnisa Fia Salsa Nurul anjar wati Lia Agustina Nurul
Siti Khoirunnisa Fia Salsa Nurul anjar wati Lia Agustina Nurul
189 188 187 181 155
1 1 9 9 9 5 5 7.40 2.19
189 188 187 181 155
6 6 22 22 23 25 22 22.80
Simpang Baku
No Urt Page 2
2 2 11 9 9 5 9 8.60 2.19 7 7 19 22 23 19 18 20.20
1.30
2.17
11 11
12 12
3 4 5 3 4 5 22 22 22 20 22 19 20 24 23 13 24 19 13 15 19 17.60 21.40 20.40 4.28 3.71 1.95 8 8 21 25 18 21 17 20.40 3.13
9 10 9 10 16 11 2 12 13 13 22 12 16 11 13.80 11.80
7.36
0.84
1 2 3 4 5
16 14 1 4 17 Rata2 Skor Simpang Baku
Lampiran 5. Siti Khoirunnisa 189 Fia Salsa 188 Nurul anjar wati 187 Lia Agustina 181 Nurul 155
3 14 0 0 3 4.00 5.79
11 12 12 16 7 11.60 3.21
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 17 Klp atas/bawah(n)= 5 Butir Soal= 12 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rata2Un 9.80 9.80 21.60 24.00 22.60 23.80 21.60 23.40 21.60 12.20 1.20 15.60
Rata2As 7.40 8.60 17.60 21.40 20.40 22.80 20.20 20.40 13.80 11.80 4.00 11.60
Beda 2.40 1.20 4.00 2.60 2.20 1.00 1.40 3.00 7.80 0.40 -... 4.00
SB Un 1.10 1.10 0.89 0.00 0.55 1.10 0.89 2.19 0.89 0.84 1.64 2.19
SB As 2.19 2.19 4.28 3.71 1.95 1.30 2.17 3.13 7.36 0.84 5.79 3.21
SB Gab 1.10 1.10 1.95 1.66 0.91 0.76 1.05 1.71 3.32 0.53 2.69 1.74
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 17 Butir Soal= 12 Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tkt. Kesukaran(%) 61.43 65.71 78.40 78.28 74.14 80.34 72.07 64.41 68.08 50.00 8.39 43.87
Tafsiran Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 17 Butir Soal= 12 Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR No Butir Baru 1 2
No Butir Asli 1 2
Korelasi 0.763 0.349 Page 3
Signifikansi Sangat Signifikan -
t 2.19 1.10 2.05 1.57 2.43 1.31 1.33 1.76 2.35 0.76 -... 2.30
DP(%) 17.14 8.57 16.00 8.97 7.59 3.45 4.83 8.82 30.00 1.67 -9.03 12.90
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lampiran 5. 0.786 Sangat Signifikan 0.651 Sangat Signifikan 0.660 Sangat Signifikan 0.320 0.484 Signifikan 0.460 0.338 0.400 0.032 0.515 Signifikan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) 10 15 20 25 30 40 50
P=0,05 0,576 0,482 0,423 0,381 0,349 0,304 0,273
P=0,01 0,708 0,606 0,549 0,496 0,449 0,393 0,354
Bila koefisien = 0,000
df (N-2) 60 70 80 90 100 125 >150
P=0,05 0,250 0,233 0,217 0,205 0,195 0,174 0,159
P=0,01 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208
berarti tidak dapat dihitung.
REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 194.35 Simpang Baku= 13.43 KorelasiXY= 0.53 Reliabilitas Tes= 0.70 Butir Soal= 12 Jumlah Subyek= 17 Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
T 2.19 1.10 2.05 1.57 2.43 1.31 1.33 1.76 2.35 0.76 -... 2.30
DP(%) 17.14 8.57 16.00 8.97 7.59 3.45 4.83 8.82 30.00 1.67 -9.03 12.90
T. Kesukaran Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang
Page 4
Korelasi 0.763 0.349 0.786 0.651 0.660 0.320 0.484 0.460 0.338 0.400 0.032 0.515
Sign. Korelasi Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan
Lampiran 5 Lampiran 5 Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda (Anates) DATA MENTAH =========== Jumlah Subyek= 17 Jumlah Butir Soal= 12 Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR Nomor Urut
Nomor Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nomor Urut
Nomor Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
No. Butir Baru -----> No. Butir Asli ---> Nama|Skor Ideal -> Nurul anjar wati Muthia Alvita Lathifa Utami Lia Agustina Zagiyatul Ningsih Annisa Nur Asifa Husnul Khotimah Munirotus saadah Dyah Fadjar Annisa Mutiandini Fernando Galih Ginajar Mita Fia Salsa Ulfah Siti Khoirunnisa Nurul
1 1 14 9 9 9 5 9 9 9 11 11 9 11 9 9 9 11 9 5
2 2 14 9 9 9 5 9 9 9 9 9 9 9 11 11 9 11 11 9
3 3 25 20 22 20 13 20 19 22 20 20 20 20 22 20 20 22 22 13
No. Butir Baru -----> No. Butir Asli ---> Nama|Skor Ideal -> Nurul anjar wati Muthia Alvita Lathifa Utami Lia Agustina Zagiyatul Ningsih Annisa Nur Asifa Husnul Khotimah Munirotus saadah Dyah Fadjar Annisa Mutiandini Fernando Galih Ginajar Mita Fia Salsa Ulfah Siti Khoirunnisa Nurul
10 10 24 13 12 12 12 12 12 11 12 12 12 12 13 13 12 13 11 11
11 11 31 0 0 0 0 3 0 0 0 14 3 3 0 7 14 3 3 3
12 12 31 12 16 16 16 12 12 16 16 7 11 16 18 16 12 12 11 7
Page 1
4 4 29 24 24 22 24 24 24 24 24 24 15 24 24 22 22 24 22 15
5 5 29 23 23 23 19 23 23 23 22 23 23 22 22 23 19 23 22 19
6 6 29 23 23 22 25 23 23 23 22 23 23 25 25 22 22 23 22 22
7 7 29 23 22 22 19 21 20 22 18 19 18 22 20 20 22 22 19 18
8 8 34 18 25 17 21 21 17 25 17 25 24 25 21 17 25 21 21 17
9 9 26 13 22 22 22 20 22 22 22 16 22 22 20 22 2 22 16 16
Lampiran 6 INSTRUMEN TES KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Nama
:
Kelas
:
Hari/Tanggal : Petunjuk
:
1. 2.
Berdoalah sebelum mengisi soal! Bacalah soal dengan teliti, kemudian selesaikan lebih dahulu soal yang kamu anggap mudah! 3. Dalam menjawab soal tuliskan apa yang diketahui, ditanya, rencana penyelesaian, perhitungan dan kesimpulannya! 4. Periksalah kembali hasil kerjaanmu sebelum dikumpulkan! 5. Dilarang bekerja sama dengan teman! __________________________________________________________________ 1. 2.
3. 4.
5.
6.
Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108) Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19) Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6) Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12. c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5 mol/L-1. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10.
139
Lampiran 8 Hasil Belajar Dan Hasil Tes Level Metakognitif Siswa di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan Kelas XI IPA 4 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Responden Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Siswa 6 Siswa 7 Siswa 8 Siswa 9 Siswa 10 Siswa 11 Siswa 12 Siswa 13 Siswa 14 Siswa 15 Siswa 16 Siswa 17 Siswa 18 Siswa 19 Siswa 20 Siswa 21 Siswa 22 Siswa 23 Siswa 24 Siswa 25 Siswa 26 Siswa 27 Siswa 28 Siswa 29 Siswa 30 Siswa 31 Siswa 32 Siswa 33 Jumlah Rata-rata SD
Hasil Belajar 93 88 88 85 85 85 85 85 85 84 83 83 80 80 80 80 80 75 75 75 68 65 65 65 60 60 60 60 60 60 58 55 55 2445 74.09
Hasil Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 82.55 81.21 75.81 70.47 80.54 76.51 77.85 77.18 69.13 64.43 60.40 67.11 58.39 58.39 57.72 58.39 55.03 55.03 49.66 46.31 50.24 35.57 42.28 42.28 36.91 38.93 35.57 35.57 32.89 32.89 26.17 19.46 14.76 1763.77 53.51 19.08
144
Kriteria
Level Metakognitif
Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang -
Reflective Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Reflective Use Reflective Use Reflective Use Strategic Use StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse StrategicUse Aware Use Aware Use Aware Use Aware Use Aware Use Aware Use Strategic Use -
145
Lampiran 9 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Tiap kelompok
1. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Responden Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Siswa 6 Siswa 7 Siswa 8 Siswa 9 Rata-rata
Hasil Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 82.55 81.21 75.81 70.47 80.54 76.51 77.85 77.18 69.13 76.80
Kriteria
Level Metakognitif
Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi sedang Tinggi
Reflective Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Reflective Use Reflective Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use
2. Hasil Tes Level Metakognitif Kelompok Sedang
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Responden Siswa 10 Siswa 11 Siswa 12 Siswa 13 Siswa 14 Siswa 15 Siswa 16 Siswa 17 Siswa 18 Siswa 19 Siswa 20 Siswa 21 Siswa 22 Siswa 23 Siswa 24 Rata-rata
Hasil Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 64.43 60.40 67.11 58.39 58.39 57.72 58.39 55.03 55.03 49.66 46.31 50.24 35.57 42.28 42.28 53.42
Kriteria
Level Metakognitif
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use
146
3. Hasil Tes Level Metakognitif Kelompok Rendah
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Responden
Siswa 25 Siswa 26 Siswa 27 Siswa 28 Siswa 29 Siswa 30 Siswa 31 Siswa 32 Siswa 33 Rata-rata
Hasil Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 36.91 38.93 36.91 34.23 32.89 32.89 26.17 19.46 14.76 30.55
Kriteria
Level Metakognitif
Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Aware Use Aware Use Aware Use Aware Use Aware Use Aware Use
147
Lampiran 10 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Per-Butir Soal
Level Metakognitif Soal 1
Soal 2
Soal 3
Soal 4
Soal 5
Soal 6
Kesimpulan Level Metakognitif Siswa
Siswa 1
Reflective Use
Reflective Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Siswa 2
Reflective Use
Reflective Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Siswa 3
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Siswa 4
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Siswa 5
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Reflective Use
Reflective Use
Siswa 6
Reflective Use
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Siswa 7
Reflective Use
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Siswa 8
Reflective Use
Reflective Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Siswa 9
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Siswa 10
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Siswa 11
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Siswa
148
Siswa 12
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Siswa 13
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
Reflective Use
-
Strategic Use
Siswa 14
Reflective Use
Aware Use
Strategic Use
Aware Use
Reflective Use
-
Strategic Use
Siswa 15
Reflective Use
Strategic Use
Reflective Use
Aware Use
Reflective Use
-
Strategic Use
Siswa 16
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
Reflective Use
Aware Use
Strategic Use
Siswa 17
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
Reflective Use
-
Strategic Use
Siswa 18
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
Strategic Use
-
Strategic Use
Siswa 19
Reflective Use
Aware Use
Strategic Use
Strategic Use
-
-
Strategic Use
Siswa 20
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
-
Aware Use
-
Strategic Use
Siswa 21
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
Reflective Use
-
Strategic Use
Siswa 22
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Strategic Use
Siswa 23
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Strategic Use
Siswa 24
Reflective Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Strategic Use
Siswa 25
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Strategic Use
Siswa 26
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Strategic Use
Siswa 27
Strategic Use
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Strategic Use
Siswa 28
Strategic Use
Aware Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Aware Use
149
Siswa 29
Strategic Use
Aware Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Aware Use
Siswa 30
Strategic Use
Aware Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Aware Use
Siswa 31
Strategic Use
Aware Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
Aware Use
Siswa 32
Strategic Use
Strategic Use
Aware Use
-
-
-
Aware Use
Siswa 33
Strategic Use
Aware Use
-
-
-
-
Aware Use
Lampiran 11 Foto Penelitian
160